Anda di halaman 1dari 9

NASKAH ROLEPLAY

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Keperawatan Maternitas II

Yang Di Bina Oleh :

Ns. Nining Loura S, M.Kes.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Devi Savitri (1814314201006)

Diba Berliana Indah (1814314201007)

Istikama Subur (1814314201041)

Nunik Rofifatul Hidayah (1814314201019)

Rizqi Maulana Hasan (1814314201026)

Sri Wulandari (1814314201031)

Vega Luyuni Dwiyanti (1814314201033)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2020
Pada tanggal 1 april 2020 tepat pukul 08.00 WIB di rumah sakit stikes
maharani malang, datanglah sepasang suami istri yang ingin melakukan kotrasepsi
tubektomi dengan alasan tidak ingin punya anak lagi dikarenakan sudah memiliki
beberapa anak

Perawat pun melakukan pengkajian beserta konseling vasektomi dan


tubektomi pada pasangan tersebut

Perawat : “Assalamualaikum bagaimana kabarnya pak, bu” ?

Istri : “Walaikumsalam, Baik sus”

Suami : “Alhamdulillah baik sus”

Perawat : “Alhamdulilah, sebelumnya bapak, ibu nama siapa ? umur berapa


? dan alamat nya dimana ?”

Istri : “Saya Nunik umur 33 tahun alamat di jl. Sanan sus”

Suami : “Saya Dani umur 35 tahun alamat jl. Sanan”

Perawat : “Terus agamanya ? pendidikan sama pekerjaan apa ?”

Istri : “Islam, pendidikan SMA dan pekerjaan IRT sus”

Suami : “Pekerjaan saya swata, pendidikan dan agama sama sus kayak
istri saya”

Perawat : “Ohh baik, untuk statusnya ? menikah ya (sambal tersenyum) ?”

Suami : “Iya sus” (hehehehe)

Perawat : “Jadi ada keluhan apa bapak sama ibu datang kesini” ?

Istri : “Gini sus, sebenarnya saya ingin mengikuti KB tubektomi”

Perawat : “Baik dengan alasan apa ibu ingin mengikuti KB ini” ?

Istri : “Saya hanya tidak ingin mempunyai anak lagi, karena saya sudah
memiliki beberapa orang anak sus”

Perawat : “Jadi begitu ya, apakah ibu pernah ikut KB” ?


Istri : “Sebelumnya saya belum pernah ikut KB apapun”

Perawat : “Ohhh baik kalau begitu”

Perawat pun melakukan pemeriksaan kesehatan umum, dalam


pemeriksaan kesehatan umum pasien dalam keadaan baik

Kemudian perawat melanjutkan pengkajian mengenai riwayat medis,


keluarga, sosial dan pengalaman klien dsb

Perawat : “Apakah ibu pernah menderita penyakit ? jika ada penyakit apa
bu” ?

Istri : “Iya sus, saya dulu waktu masih kecil pernah menderita cacar air,
tapi kalau sekarang alhamdulillah tidak ada sus”

Perawat : “Lalu, pada masa itu imunisasi apa saja yang pernah di dapat” ?

Istri : “Hepatitis B, Polio, DPT, BCG, DT, MR”

Perawat : “Baiklah bu, apakah ibu pernah mengalami pembedahan


(operasi)” ?

Istri : “Iya sus, saya pernah waktu itu sectio caesaerea 3 kali”

Perawat : “Boleh tahu alasan di Sc kenapa ya bu” ?

Istri : “Karena ketuban pecah dini pada persalinan pertama sus”

Perawat : “Lalu apakah ada cedera serius pada saat pembedahan” ?

Istri : “Alhamdulillah tidak ada sus”

Perawat : “Ohh baik, apakah ibu pernah di transfuse ? dan ibu ada alergi
tidak ?

Istri : “Tidak pernah, saya juga tidak alergi apapun sus”

Perawat : “Oh iya, terus apakah ibu/bapak punya keluarga yang menderita
penyakit hipertensi, jantung, DM” ?

Suami : “Tidak sus, dalam keluarga kami tidak ada yang pernah menderita
hipertensi, jantung, DM”.
Perawat : “Untuk ibu apakah yakin dengan keputusan ingin melakukan KB”
?

Istri : “Iya sus yakin lagi pula sudah cukup mempunyai 3 anak dengan
kehamilan ini, ditambah lagi suami dan keluarga memberi
dukungan atas keputusan yang saya ambil”

Perawat : “Baik kalau begitu, untuk nutrisi ibu bagaimana di rumah” ?

Istri : “Saya makan 3x sehari dalam porsi cukup dan minum7-8 gelas
perhari sus”

Perawat : “Waahhh bagus bu, terus aktivitas dan istirahat ibu bagaimana” ?

Istri : “Biasalah sus, aktivitas saya sebagai IRT ya mengerjakan


pekerjaan rumah meskipun kadang sering merasa lelah tetapi saya
selalu mengatasi kelelahan itu dengan bermain bersama anak-anak
saya, dan untuk istirahat biasanya saya tidur malam + 8 jam dan
tidur siang + 1 jam”

Perawat : “Seperti itu ya, lalu bagaimana dalam urusan seksualitas” ?

Istri : “Jadi itu kami melakukan nya 2x dalam sebulan (jarang) dan
menggunakan pengaman”

Perawat : “Alasan apa ibu menggunakan pengaman ?

Istri : “Iya sus karena saya khawatir akan tejadi kehamilan yang tidak
diinginkan”.

Perawat : “Oh jadi ibu khawatir, kalau misalnya ibu sedanng mengalami
kesulitan atau masalah kesehatan apa yang ibu lakukan ?”

Istri : “Biasanya sus saya selalu berdiskusi dengan suami dan keluarga
atau langsung memeriksakan klinik atau rumah sakit”.

Perawat : “Kalau seperti bagus bu”

Istri : “Iya sus”


Setelah melakukan pengkajian pada klien, perawat pun memberikan
penjelasan (konseling) dari vasektomi dan tubektumi

Perawat : “Baik sebelum melakukan tindakan saya jelaskan sedikit


mengenai vasektomi dan tubektomi, apakah bapak dan ibu sudah
tahu mengenai kontap ini” ?

Suami : “Belum sus”

Istri : “Saya juga belum tahu sus”

Perawat : “Jadi kontap Tubektomi untuk Perempuan dan Vasektomi untuk


Laki laki. Nah bapak ibu tau tidak apa kegunaan dari Vasektomi
dan Tubektomi ?”

Istri : “Tidak tahu sus, apa itu ?”

Perawat : “Jadi tubektomi yaitu pengikatan dan pemotongan saluran telur


agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Tidak boleh
melakukan tubektomi apabila menderita tekanan darah tinggi,
stroke, kencing manis, atau diabetes, penyakit jantung dan paru
paru. Sedikit tambahan ya bu, tubektomi dilakukan untuk wanita
usia subur berumur diatas 30 tahun, sudah punya anak cukup atau 2
anak, anak terkecil harus berusia minimal 5 tahun.”
perawat : “Untuk vasektomi sendiri merupakan pemotongan saluran mani
atau vas deverens kemudian kedua ujungnya diikat, sehingga sel
sperma tidak dapat mengalir keluar dari penis/ uretra . Tindakan ini
tidak melakukan perawatan di rumah sakit dan tidak mengganggu
kehidupan seksual. Nafus seks dan potensi lelaki tetap, dan waktu
melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi tetapi yang terpancar
hanya semacam lendir yang tidak mengandung sperma.”

Setelah kurang lebih 15 menit perawat melakukan penjelasan mengenai


vasektomi dan tubektomi. Sepasang pasangan itu tampak antusias dengan
penjelasan yang disampaikan, terlihat dari antusias mereka memberikan
pertanyaan-pertanyaan seputar penjelasan dan tampak medengarkan dengan baik.
Istri : “Oh jadi begitu ya sus, dan untuk prosesnya apakah
membutuhkan waktu yang lama dan sakit bu ?”
Perawat : “Jadi, untuk proses dari tubektomi sendiri prosesnya seperti
operasi ibu , jadi disini kita menggunakan anastesi lokal, lalu untuk
prosedurnya ada 2 prosedur yaitu laparoskopi dan minilaparotomi.”
Istri : “Apa bedanya itu sus ?”
perawat : “Pertanyaan yang bagus ya , untuk laparoskopi Metode ini paling
umum dipilih karena prosedur dan masa pemulihannya yang
tergolong cepat. Prosedurnya meliputi: Membuat 1 atau 2 sayatan
kecil di dekat pusar. Memompa gas ke dalam perut agar tuba falopi
dan rahim terlihat jelas lalu Memasukkan laparoskop (tabung
kamera mini) ke dalam perut ibu untuk melihat tuba falopi setelah
itu Memasukkan alat untuk menutup atau memotong tuba falopi
melalui laparoskop atau sayatan kecil lain lalu Membakar atau
menyumbat tuba falopi dan yang terakhir, Mengeluarkan
laparoskop dan alat lainnya, lalu menjahit sayatan.
Perawat : “nah yang kedua adalah minilaparotomi yaitu Metode ini
dilakukan melalui sayatan kecil di bawah pusar dan dianjurkan bagi
pasien yang mengalami obesitas, baru menjalani operasi perut atau
panggul, serta pernah mengalami infeksi panggul yang berdampak
pada rahim maupun tuba falopi. Di samping operasi, tubektomi
bisa dilakukan dengan prosedur histeroskopi. Metode ini dilakukan
lewat leher rahim sehingga tidak membutuhkan operasi dan jarang
memerlukan anestesi.”
Istri : “Mendengar, prosedurnya sus, saya khawatir akan dampak dari
sterilisasi KB ini” (dengan wajah cemas)
Perawat : “Jadi begini bu, memang wajar akan timbul kecemasan bagi
semua pasien, tetapi tidak usah khawatir kami disini juga sangat
mengutamakan kesterilasasian kok demi kebaikan bersama”
istri : “Kalau begitu baguslah sus saya tidak perlu khawatir lagi, lalu
bagaimana setelah dilakukan prosedur seperti itu apakah 100% bisa
manjur atau bisa meleset bu dan bisa mempunyai anak lagi ?”
Perawat : “Baik , jadi untuk Kontap ini sendiri tingkat keberhasilnya 99%
bu hampir perfect karna jika sudah dilakukan pemotongan sangat
bisa untuk mempunyai anak bu, seperti itu.”
Istri : “Wah berarti mantap dong ya sus.”
Perawat : “Iya benar sekali bu sama dengan namanya kontrasepsi mantap
hehehe.”
Istri : “Oh jadi seperti itu ya sus, baik saya mengerti, terimakasih
banyak..”
Perawat : “Sama-sama bu” (sambil tersenyum)

Tidak hanya istrinya, suaminya pun mengajukan pertanyaan dengan malu-malu.


Suami : “Mohon maaf sus saya ingin bertanya , kalau untuk laki-laki kan
vasektomi itu prosedurnya bagaimana bu ?”
Perawat : “Baik jadi untuk prosedur vasektomi sendiri yaitu bisa di lakukan
oleh dokter bedah/spesialis urologi di rumah sakit/klinik dan
prosedurnya yaitu Untuk menjalankan vasektomi, terdapat dua
teknik bedah yang bisa dilakukan, yaitu teknik konvensional dan
teknik tanpa pisau bedah. Dalam teknik konvesional, dokter
membuat sayatan sepanjang 1 sentimeter di setiap sisi skrotum
sehingga dokter dapat menjangkau saluran sperma (vas deferens).
Setelah itu, kedua saluran sperma dipotong dan ujung masing-
masing saluran dijahit atau ditutup menggunakan diathermy (alat
perekat dengan pemanasan suhu tinggi). Masing-masing sayatan
kemudian dijahit dengan benang yang dapat diserap kulit sehingga
tidak diperlukan pengangkatan benang pasca operasi.
Sedangkan dalam vasektomi tanpa pisau bedah, dokter menjepit
saluran sperma di bawah kulit skrotum dengan klem. Setelah itu,
dibuat lubang kecil pada kulit di atas saluran sperma. Lubang
tersebut dibuka dengan menggunakan sepasang forsep, sehingga
dokter dapat menjangkau saluran sperma, untuk kemudian
melakukan pemotongan dan pengikatan. Dalam prosedur ini, darah
tidak banyak keluar dan tidak terasa sakit dibanding teknik
konvensional. atau bisa dengan cara lain, Cara lain yang dapat
dilakukan adalah pemasangan vasclip untuk menutup atau menjepit
saluran sperma, sehingga tidak dilakukan pemotongan dan
pengikatan. Namun metode ini kurang efektif dibandingkan dengan
metode lainnya.”
Suami : “Oh jadi seperti itu ya sus , baik sangat membantu , terimakasih
atas penjelasannya.”
Perawat : “Baik bapak jika masih ada yang di bingung kan bisa tanya lagi.”
Suami : “Oh iya sus untuk lama pengerjaan dari vasektomi ini berapa
lama ya?”
Perawat : “Untuk lama prosedur sekitar 10-30 menit saja pak.”
Suami : “Oh iyaiya terimakasih banyak sus.”
Perawat : “Baik bapak sama-sama, apakah ada yang ingin ditanyakan lagi
ibu” dan bapak ? Oh iya bapak dan ibu selain harus paham
kegunaan dan prosedur dari Kontap, bapak dan ibu harus tau
komplikasi/efek sampingnya ya”
Suami : “Jadi, vasektomi dan tubektomi ini ada efek sampingnya sus apa
aja itu?
Perawat : “Iya pak, efek samping dari vasektomi biasanya setelah operasi
akan timbul adanya darah di dalam air mani, memar pada skrotum,
pendarahan dan bisa terjadi bembekakan. Sedangkan tubektomi
yaitu terjadinya trauma, infeksi pasca-operasi, perdarahan dan
kehamilan ektopik”.
Suami : “Ohh seperti itu, terus untuk perempuan ada trauma dan
kehamilan ektopik itu maksudnya apa sus” ?
Perawat : “Baik bapak saya perjelaskan lagi untuk trauma itu maksudnya
bisa terjadi pada organ-organ disekitar saluran tuba fallopi. Dan
kehamilan ektopik itu merupakan kehamilan di luar kandungan,
sehingga proses kehamilan harus dihentikan”.
Suami : “Oh jadi masih bisa hamil ya sus ? tapi kok kenapa dihentikan ?”
Perawat : “Iya pak, karena kehamilan ektopik itu sangat beresiko jadi harus
dihentikan”.
Suami : “Oh seperti itu”.
Perawat : “Iya pak seperti itu, baik masih ada yang ingin ditanyakan lagi” ?
Istri : “Tidak sus jelas kok”
Perawat : “Baik kalau begitu”

Setelah mendapatkan penjelasan dari perawat, sepasang suami istri pun


telah melakukan KB tubektomi

………….Sekian Terima Kasih……….

Anda mungkin juga menyukai