Anda di halaman 1dari 11

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DO : Faktor predisposisi, Kerusakan interaksi


Klien adalah pengguna putaw maturasi, dan situasional sosial;menarik diri
sejak 1 tahun yang lalu.

DS : Harga diri rendah


 Orang tua klien
bercerai sejak klien
SMP kelas 1 Stress
 Ibunya sibuk dengan
karirnya
 Ayahnya sibuk Merasa dirinya tidak
dengan keluarga berharga
barunya
 Klien merasa kurang Merasa tidak aman
percaya diri, merasa berhubungan dengan orang
tidak berguna setalah lain
menjadi pemakai
obat, malu dengan
teman-temannya yang Kerusakan interaksi
bukan pemakai dan sosial;menarik diri
merasa tidak
dipercaya lagi oleh
keluargnya
2 DO : Faktor predisposisi, Harga diri rendah
Klien adalah pengguna putaw maturasi, dan situasional situasional
DS :
Klien menggunakan putaw
dengan alasan supaya diakui Harga diri rendah
oleh gengnya lalu klien
menjadi ketergantunga putaw Gangguan konsep diri
tersebut.

Harga diri rendah


situasional

3 DO : Harga diri rendah Ketidakefektifan koping


 Masuk RS dengan
gejala overdosis Penyalahgunaan zat
putaw
 Klien adalah
pengguna putaw Kecanduan
DS :
 Klien ingin diakui Sakaw
oleh gengnya
sehingga menjadi
Ketidakefektifan koping
pengguna putaw
 Klien merasa kurang
percaya diri, merasa
tidak berguna setelah
menjadi pemakai
 Klien sering
keluyuran dan jauh
dari agama
4 DO : Faktor predisposisi, Gangguan konsep diri
 Orang tua klien maturasi, dan situasional
bercerai sejak klien
SMP kelas 1
 Pergaulan bebas Harga diri rendah
DS :
 Sejak kelas 1 SMP
orang tuanya bercerai Stress
 Ibunya sibuk dengan
karirnya dan Ayahnya
sibuk dengan keluarga Merasa dirinya tidak
barunya sehingga berharga
klien lebih senang
keluyuran Merasa tidak aman
 Klien sering berhubungan dengan orang
berbohong dan lain
mencuri dari
keluarganya
Penarikan diri secara sosial

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri

DIAGNOSA PRIORITAS

1. Kerusakan interaksi sosial; menarik diri b.d harga diri rendah.


2. Harga diri rendah situasional b.d perubahan peran sosial.
3. Ketidakefektifam koping b.d penyalahgunaan zat.
4. Gangguan konsep diri b.d isolasi sosial.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana Asuhan Tindakan Kperawatan


Klien dengan Gejala Overdosis Putaw

Nama : RB Umur : 20 Tahun


Jenis Kelamin : Laki-Laki Diagnosa Medik : Gejala Overdosis Putaw

No Dx. Keperawatan Perencanaan


DX Tujuan Kriteria Intervensi
Evaluasi
1. Kerusakan interaksi 1. Pastikan
sosial; menarik diri b.d dengan apa
harga diri rendah. pasien ingin
dipanggil.
2. Tetap
bersikap tidak
menghakimi.
Waspada
terhadap
perubahan
dalam
perilaku.
3. Berikan
umpan balik
positif untuk
mengekspresi
kan kesadaran
terhadap
menyangkal
pada diri
sendiri/orang
lain.
4. Pertahankan
harapan pasti
bahwa pasien
ikut serta
dalam terapi
secara teratur.
5. Atur aktivitas
hiburan yang
berhubungan
dengan
pemulihan
dimana isu-
isu bebas dari
zat terdeteksi.
6. Bantu pasien
untuk belajar
penggunaan
keterampilan
relaksasi,
bimbingan
imajinasi,
visualisasi.

2. Harga diri rendah 1. Bantu pasien


situasional b.d untuk
perubahan peran sosial. mengidentifikasi
peran yang
biasanya dalam
keluarga
2. Bantu pasien
untuk
mengientifikasi
perubahan peran
khusus yang
dipelukan terkait
dengan
kecanduan
3. Berikan model
peran terhadap
perilaku-perilaku
batu, dengan
cara yang tepat
4. Fasilitasi diskusi
mengenai
harapan diantara
pasien dan orang
penting bagi
pasien dalam hal
peran yang
saling
bergantung satu
sama lain
5. Ajarkan
perilaku-perilaku
baru yang
diperlukan oleh
pasien/orangtua
untuk dapat
memenuhi
perannya
6. Fasilitasi untuk
dapat merujuk
pada interaksi
kelompok
sebagai bagian
dari (proses)
mempelajari
peran baru
3. Ketidakefektifan 1. Memberikan 1. Berikan
koping b.d dukungan penilaian dan
penyalahgunaan zat. untuk diskusikan
keputusan respon alternatif
menghentikan terhadap situasi
penggunaan yang ada.
zat. 2. Gunakan
2. Menguatkan pendekatan yang
ketermapilan tenang dan
koping memberikan
individu. jaminan.
3. Memudahkan 3. Dukung
pembelajaran kemampuan
cara-cara baru mengatasi situasi
untuk secara
menurunkan berangsur.
ansietas. 4. Dukung
4. Meningkatkan kemampuan
keterlibatan mengatasi situasi
keluarga secara
dalam berangsur-
program angsur.
rehabilitas. 5. Dukung
aktivitas-
aktivitas sosial
dan komunitas
(agar bisa
dilakukan).
6. Dukung
penggunaan
sumber-sumber
spiritual jika
diinginkan.
7. Dukung
verbalisasi
perasaan,
persepsi dan rasa
takut.
8. Berikan
penilaian terkait
dengan
kebutuhan/keing
inan pasien
terkait dengan
dukungan sosial.
9. Dukung
keterlibatan
keluarga, dengan
cara yang tepat
4. Gangguan konsep diri 1. Dukung pasien
b.d isolasi sosial untuk
mengenal dan
mendiskusikan
pikiran dan
perasaannya.
2. Bantu pasien
untuk
mengientifikasi
nilai yang
berkontribusi
pada konsep
diri.
3. Observasi
mengenai
status emosi
pasien saat ini.
4. Bantu pasien
waspada
terhadap
pernyataan
negatif
mengenai diri.
5. Bantu pasien
untuk
mengidentifika
si sumber
motivasi.
6. Bantu pasien
untuk
mengidentifika
si perilaku
yang merusak
diri

Form. Catatan Perkembangan

Nama Klien : RB

No. Dx Implementasi Evaluasi


1. 1. Memastikan dengan apa pasien ingin S : Adanya respon dari klien
dipanggil. O : Klien merasa sedikit percaya
2. Memberikan sikap tidak menghakimi. diri
Waspada terhadap perubahan dalam A : Rasa percaya diri klien mulai
perilaku. meningkat
3. Memberikan umpan balik positif untuk P : Memberikan edukasi kepada
mengekspresikan kesadaran terhadap pasien mengenai belajar
menyangkal pada diri sendiri/orang lain. keterampilan relaksasi,bimbingan
4. Mempertahankan harapan pasti bahwa imajinasi, dan visualisasi agar
pasien ikut serta dalam terapi secara klien dapat mengatasi
teratur. masalahnya.
5. Mengatur aktivitas hiburan yang
berhubungan dengan pemulihan dimana
isu-isu bebas dari zat terdeteksi.
6. Membantu pasien untuk belajar
penggunaan keterampilan relaksasi,
bimbingan imajinasi, visualisasi.
2. 1. Membantu pasien untuk mengidentifikasi S : Klien mau berkomunikasi
peran yang biasanya dalam keluarga kembali dengan keluarganya.
2. Membantu pasien untuk mengientifikasi O : Klien terlihat tidak takut
perubahan peran khusus yang dipelukan ketika bertemu dengan
terkait dengan kecanduan keluargnya yang awalnya merasa
3. Memberikan model peran terhadap tidak dipercaya lagi oleh
perilaku-perilaku batu, dengan cara yang keluarganya.
tepat A : Klien dapat kembali dalam
4. Memfasilitasi diskusi mengenai harapan peran dirinya sebagai anak ketika
diantara pasien dan orang penting bagi bertemu dengan keluarganya.
pasien dalam hal peran yang saling P : Lanjutkan intervensi.
bergantung satu sama lain
5. Mengajarkan perilaku-perilaku baru yang
diperlukan oleh pasien/orangtua untuk
dapat memenuhi perannya
6. Memfasilitasi untuk dapat merujuk pada
interaksi kelompok sebagai bagian dari
(proses) mempelajari peran baru
3. 1. Memberikan penilaian dan diskusikan S : Klien tidak merasa lemas dan
respon alternatif terhadap situasi yang ada. merinding.
2. Menggunakan pendekatan yang tenang dan O : Klien dapat mengendalikan
memberikan jaminan. diri ketika sakaw.
3. Mendukung kemampuan mengatasi situasi A : Klien mulai berangsur
secara berangsur. membaik.
4. Mendukung kemampuan mengatasi situasi P : Lanjutkan intervensi dan
secara berangsur-angsur. lakukan rehabilitasi
5. Mendukung aktivitas-aktivitas sosial dan
komunitas (agar bisa dilakukan).
6. Mendukung penggunaan sumber-sumber
spiritual jika diinginkan.
7. Mendukung verbalisasi perasaan, persepsi
dan rasa takut.
8. Memberikan penilaian terkait dengan
kebutuhan/keinginan pasien terkait dengan
dukungan sosial.
9. Mendukung keterlibatan keluarga, dengan
cara yang tepat.
4. 1. Mendukung pasien untuk mengenal dan S : Klien tidak merasa malu
mendiskusikan pikiran dan perasaannya. dengan teman-temannya.
2. Membantu pasien untuk mengientifikasi O : Klien dapat berkomunikasi
nilai yang berkontribusi pada konsep diri. dengan teman-teman sebayanya
3. Melakukan observasi mengenai status emosi yang sebelumnya tampak malu
pasien saat ini. dengan teman-teman yang bukan
4. Membantu pasien waspada terhadap pemakai.
pernyataan negatif mengenai diri. A : Klien mampu berkomunikasi
5. Membantu pasien untuk mengidentifikasi tidak hanya dengan temannya
sumber motivasi. tapi dengan keluarganya juga.
6. Membantu pasien untuk mengidentifikasi P : Lanjutkan intervensi
perilaku yang merusak diri.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Napza berupa zat yang bila masuk ke dalam tubuh dan akan mempengaruhi
tubuh, terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan pada fisik,
psikis dan fungsi sosial. pada dasarnya penggunaan obat-obatan untuk kebutuhan
yang jelas dan bermanfaat tidak akan menimbulkan bahaya. Sebaliknya penggunaan
obat-obatan yang berlebihan dapat menyebabkan masalah social dan perorangan dan
dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan
sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah
dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku
psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi
karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat
untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan
tanda ketergantungan fisik

4.2 Saran
Dimasa remaja adalah mas mencari jati diri dan masa dimana emosi masih
labil sehingga kita sebagai orang tua harus senantiasa membimbing anak untuk
mencari jati diri dan menjauhkan dari pergaulan bebas dan terjerumus dalam
mengkonsumsi NAPZA. Kita sebagai masyarakat hendaknya lebih memahami lagi
apa saja dampak yang ditimbulkan, karena kalau kita tau sebab dan akibatnya kita
tidak akan mungkin terjerumus ke dalam bahaya penyalahgunaan Napza belakangan
ini.

Anda mungkin juga menyukai