Anda di halaman 1dari 11

MENTAL HEALTH : PHOBIA SOSIAL KECEMASAN TERHADAP

KERAMAIAN

Dosen Pengampu : Cut Rizka Al Usrah, S.Pd.,MA

Disusun Oleh :

Muhammad Iqbal Pratama (200250080)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2022/2023
A.PENDAHULUAN

Setiap orang pernah mengalami kecemasan. Sebagian besar dari kita menerimanya
sebagai sesuatu yang normal dan dapat diatasi tanpa banyak kesulitan. Namun
terdapat sejumlah besar manusia yang tidak dapat mengendalikan kecemasan mereka
hingga timbul perasaan tertekan dan terganggu hidupnya. Kelainan ini disebut
gangguan cemas dengan salah satu bentuknya adalah fobia. Fobia adalah ketakutan
yang tidak rasional terhadap sesuatu dengan keinginan yang sangat kuat untuk
menghindari hal tersebut. Salah satu bentuk fobia yang paling sering terjadi adalah
fobia sosial yang disebut juga gangguan cemas sosial dimana penderitanya
mengalami ketakutan yang berlebih bila berada dalam situasi sosial. Fobia sosial
merupakan kelainan mental ketiga tersering di dunia dengan penderita 70% adalah
wanita, 66% tidak menikah, banyak dialami pada usia remaja, serta berstatus sosial
ekonomi dan pendidikan menengah ke bawah. Komplikasi yang dapat dialami
penderita berupa gangguan cemas bentuk lain, depresi, dan ketergantungan alkohol
atau obat-obatan. Melihat banyaknya kasus yang terjadi dan risiko kerusakan yang
ditimbulkannya, banyak studi yang meneliti tentang fobia sosial. Walau diperoleh
perkembangan yang berarti terhadap pengertian dan penanganannya, kelainan ini
seringkali tidak terdiagnosis sehingga tidak tertangani dengan baik. Hal ini terutama
terjadi di Indonesia dimana fobia sosial masih belum banyak mendapat sorotan.
Sintesis ini membahas tentang fobia sosial, pengertian, gambaran klinis, faktor
penyebab, diagnosis, serta penanganannya.

FAKTOR PENYEBAB

Penyebab fobia sosial masih belum jelas. Terdapat beberapa pendapat yang berusaha
menjelaskan tentang hal ini dimana faktor genetik dan lingkungan diduga saling
berinteraksi di dalamnya. Keterbatasan utama dalam mencari penyebab
neurobiologinya adalah kesulitan menentukan apakah hal yang diteliti merupakan
akibat atau faktor risiko dari timbulnya fobia sosial. Fobia sosial memiliki awitan
pada saat remaja, kemudian berlanjut seumur hidup secara kronis dengan disertai
beberapa penyakit psikiatris lainnya. Keadaan terkait gen yang hampir selalu
berkembang menjadi kelainan ini adalah perilaku terhambat, yaitu kecenderungan
anak-anak untuk menunjukkan ketakutan atau menarik diri dari situasi yang baru.
Penelitian Jerome Kagan (2004 dalam Cottraux 2005) tentang temperamen
menguatkan pendapat ini. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa bayi dengan
temperamen terhambat cenderung berkembang menjadi anak yang menghindari hal-
hal baru dan berlanjut sebagai penderita fobia sosial saat mencapai masa
remaja.Penemuan ini menekankan pentingnya deteksi dan intervensi dini pada anak-
anak yang berisiko dengan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, masih
kurangnya penelitian tentang manfaat deteksi dan penanganan dini fobia sosial pada
anak-anak. Kedua, diperlukan penelitian genetik lebih lanjut untuk mengetahui gen
mana yang berperan sehingga dapat dijadikan target intervensi

Jadi dapat disimpulkan bahwa fobia sosial erat hubungannya dengan amigdala. Hal
ini sesuai dengan penelitian Furmark . (2002 dalam Cottraux 2005) yang menemukan
bahwa terapi fobia sosial menurunkan aliran darah otak pada daerah tersebut sehingga
aktivitas sarafnya turut berubah. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengerti
lebih baik tentang daerah ini, kemungkinan keterlibatan komponen otak lain, dan
hubungan antara amigdala dengan komponen tersebut dalam menimbulkan fobia
sosial.

B.TEORI

Teori yang dapat kita gunakan dalam permasalahan ini yaitu teori kognitif
Kemampuan kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa.Menurut Gagne, dalam Jamaris, kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berfikir.
Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan
fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang
berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.
Pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwasannya pengertian kognitif adalah
kemampuan berfikir yang melibatkan pengetahuan yang berfokus penalaran dan
pemecahan masalah menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa yang bersifat rasional atau melibatkan akal.

C.PEMBAHASAN

Penyebab Fobia Sosial

Fobia sosial atau social anxiety disorder dapat dipicu oleh situasi yang baru atau hal
yang belum pernah dilakukan sebelumnya, misalnya berpidato atau menyampaikan
presentasi di depan umum. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, kondisi ini
diduga terkait dengan beberapa faktor berikut:

Peristiwamasalalu
Fobia sosial bisa jadi muncul karena penderita pernah mengalami peristiwa

Keturunan ataupolaasuh
Fobia sosial cenderung diturunkan dari orang tua. Namun, belum bisa dipastikan
apakah kondisi ini dipicu oleh faktor genetik atau akibat pola asuh yang salah,
misalnya terlalu mengekang. Kemungkinan lain adalah anak meniru sikap orang tua
yang kerap merasa cemas saat berhadapan dengan orang lain.

Strukturotak
Rasa takut sangat dipengaruhi oleh bagian otak yang
disebut amygdala. Amygdala yang terlalu aktif akan membuat seseorang mengalami
rasa takut yang lebih kuat. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko munculnya
kecemasan secara berlebihan saat berinteraksi dengan orang lain.
Selain beberapa faktor di atas, memiliki kondisi tubuh atau penyakit tertentu,
misalnya terdapat bekas luka akibat luka bakar atau tangan yang gemetar (tremor)
akibat penyakit Parkinson, dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita
fobia sosial.

Gejala Fobia Sosial

Gejala gangguan kecemasan sosial atau fobia sosial bisa tampak khususnya dalam
situasi berikut:

 Berkencan
 Bertatapan mata dengan orang lain
 Berinteraksi dengan orang asing
 Makan di hadapan orang lain
 Bekerja atau bersekolah
 Memasuki ruangan penuh orang
 Menghadiri pesta atau acara pertemuan

Oleh karena itu, penderita biasanya akan menghindari sejumlah situasi di atas.

Rasa takut yang dirasakan penderita fobia sosial tidak hanya berlangsung sesaat,
melainkan menetap, dan akan menimbulkan gejala fisik yang berupa:

 Wajah memerah
 Bicara terlalu pelan
 Postur tubuh yang kaku
 Otot menjadi tegang
 Keringat berlebih
 Mual
 Pusing
 Jantung berdebar
 Sesak napas

Kapan harus ke dokter

Rasa takut dinilai negatif atau dihakimi orang lain sebenarnya wajar terjadi pada
setiap orang. Seseorang juga masih dianggap normal jika sesekali menghindari situasi
yang membuatnya tidak nyaman, misalnya bertemu dengan orang baru.

Namun, konsultasikan dengan dokter atau psikolog jika rasa takut atau cemas disertai


kondisi berikut:

 Berlangsung lebih dari 6 bulan


 Mengganggu aktivitas sehari-hari
 Menghalangi interaksi dengan orang lain
 Memengaruhi produktivitas kerja atau prestasi di sekolah

Diagnosis Fobia Sosial

Untuk mendiagnosis fobia sosial, dokter akan melakukan tanya jawab terkait hal-hal
berikut ini:

 Gejala dan tanda yang dialami pasien


 Waktu dan situasi saat keluhan muncul
 Riwayat penyakit atau pengobatan
 Peristiwa masa lalu yang memalukan

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah keluhan
tersebut menyebabkan gangguan fisik, seperti jantung berdebar atau sesak napas.

Pengobatan Fobia Sosial


Fobia sosial dapat ditangani dengan menggunakan dua metode, yaitu psikoterapi dan
pemberian obat-obatan, atau kombinasi keduanya. Berikut adalah penjelasannya:

Psikoterapi

Salah satu bentuk psikoterapi untuk mengatasi fobia sosial adalah terapi perilaku
kognitif. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi rasa cemas, dengan menghadapkan
pasien pada situasi yang membuatnya cemas atau takut. Selanjutnya, psikolog atau
dokter akan memberikan solusi untuk menghadapi situasi tersebut.

Seiring waktu, rasa percaya diri pasien diharapkan akan meningkat saat menghadapi
situasi yang membuatnya takut, meski tanpa didampingi.

Terapi perilaku kognitif berlangsung selama 12 minggu dan dapat dilakukan berdua
saja dengan psikiater atau berkelompok bersama pasien fobia sosial yang lain.

Dokter juga akan memberikan pemahaman kepada keluarga pasien terkait gangguan
ini. Dengan begitu, keluarga dapat memberikan dukungan kepada pasien agar segera
sembuh.

Obat-obatan

Obat antidepresan menjadi pilihan utama untuk mengatasi fobia sosial. Jenis obat
yang digunakan antara lain:

 Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti paroxetine


dan sertraline
 Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI), seperti venlaxafine

Jenis obat lain yang dapat digunakan adalah:

 Obat anticemas
Obat seperti benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan dengan cepat.
Meski demikian, obat ini biasanya hanya digunakan dalam jangka pendek,
karena bisa menyebabkan kecanduan.
 Obat antidepresan golongan lain
Dokter akan memberikan antidepresan golongan lain jika pasien tidak
memberi respons yang baik atau mengalami efek samping berat akibat
penggunaan SSRI atau SNRI.
 Obat penghambat beta
Obat ini bertujuan mengatasi gejala fisik yang muncul akibat rasa takut atau
cemas, yaitu jantung berdebar. Obat yang digunakan antara lain propranolol.

Penting untuk diingat, efektivitas pengobatan fobia sosial tidak selalu cepat terlihat.
Terkadang, pasien perlu mengonsumsi obat selama bertahun-tahun untuk mencegah
kekambuhan. Agar hasilnya optimal, jalani pengobatan sesuai saran dokter dan rutin
berdiskusi dengan dokter mengenai perkembangan kondisi penyakit.

Komplikasi Fobia Sosial

Fobia sosial yang tidak ditangani dapat menyebabkan penderitanya mengalami


kondisi berikut:

 Perasaan rendah diri


 Tidak dapat berinteraksi dengan orang lain
 Tidak mampu bersikap tegas
 Sangat sensitif terhadap kritikan

Kondisi di atas dapat mengganggu prestasi dan produktivitas penderita, baik di


sekolah maupun tempat kerja. Lebih parahnya, penderita dapat mengalami kecanduan
alkohol, penyalahgunaan NAPZA, hingga percobaan bunuh diri.
Pencegahan Fobia Sosial

Belum diketahui cara untuk mencegah gangguan kecemasan, termasuk fobia sosial.
Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari keparahan gejala
jika Anda mengalami fobia sosial, yaitu:

 Menghindari penggunaan NAPZA


 Menjalani terapi relaksasi, seperti teknik pernapasan untuk meredakan stres
 Memberanikan diri menghadapi situasi yang memicu cemas secara bertahap
 Berkonsultasi dengan psikolog atau dokter terkait metode pengobatan yang
tepat bagi Anda

D.KESIMPULAN

Fobia sosial memiliki prevalensi yang cukup tinggi di dunia dengan awitan pada
masa remaja. Kelainan ini ditandai dengan ketakutan yang menetap terhadap situasi
sosial dimana penderita mungkin dievaluasi atau dinilai negatif oleh orang lain.
Penderitanya berisiko tinggi untuk menderita gangguan cemas lain, depresi, dan
ketergantungan alkohol atau obat-obatan. Di Indonesia fobia sosial masih belum
banyak mendapat sorotan.9 Gejala cemas pada fobia sosial sebagian besar berupa
reaksi otonomik tubuh. Sedangkan perilaku yang ditunjukkan oleh penderita biasanya
berupa perilaku pengaman yang juga dipengaruhi oleh aspek budaya.
DAFTAR PUSTAKA

Best B.(2003–last updated), “Brain Neurotransmitters”, (Brain Neurotransmitters ),


Available: http://www.benbest.com/science/anatmind/anatmd10.html, (Accessed:
2006, 19 January)
American Psychiatric Association (1994), Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 4th ed, American Psychiatric Association, Washington, DC.
Clark, D. M., Ehlers, A., McManus, F., Hackmann, A., Fennell, M., Campbell, H.,
Flower, T., Davenport, C., Louis, B. (2003), “Cognitive therapy vs fluoxetine in
generalized social phobia: a randomized placebo-controlled trial”, J Consult Clin
Psychol, vol. 71, pp. 1058-1067.
Cottraux, J. (2005), “Recent Developments in Research and Treatment for Social
Phobia (Social Anxiety Disorder)”, Curr Opin Psychiatry, vol. 18, no. 1, pp. 51-54.
Davidson, J. R. T., Foa, E. B., Huppert, J. D., Keefe, F. J., Franklin, M. E., Compton,
J. S., Ning Zhao, Connor, K. M., Lynch, T. R., Gadde, K. M. (2004), ”Fluoxetine,
Comprehensive Cognitive Behavioral Therapy, and Placebo in Generalized Social
Phobia”, Arch Gen Psychiatry, vol. 61, pp. 1005–1013.
Franklin, R. (2003), “Social anxiety disorder”, BMJ, vol. 327, pp. 515–516.
Veale, D. (2003), “Treatment of Social Phobia”, Advances in Psychiatric Treatment,
vol. 9, pp. 258–264.
Wikipedia (2006, 3 January, 08:01 - last modified), “Phobia”, (Wikipedia), Available:
http://en.wikipedia.org/wiki/Phobia, (Accessed: 2006, 3 January).
Ruscio A.M., Brown T.A., Chiu W.T., Sareen J., Stein M.B., and Kessler R.C.
(2007), “Social fears and social phobia in the USA: results from the National
Comorbidity Survey Replication”, Psychological Medicine, vol. 38, pp.15-28.
E.BIODATA NARASUMBER

Nama Ari Irawan


Tempat Tgl Lahir Sei Litur 08-03-2001
Alamat Sawit Seberang
Kegiatan Mahasiswa
Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik
NIM 1901401111
Universitas Malikussaleh

Anda mungkin juga menyukai