Anda di halaman 1dari 3

1. Mengapa kita perlu belajar psikopatologi?

Dengan mempelari psikopatologi kita akan mendapatkan pemahaman mengenai


identifikasi perilaku abnormal, bentuk gangguan mental dan gangguan jiwa, serta
klasifikasi sebab-sebab gangguan pribadi dan bentuk-bentuk tingkah laku yang
menyimpang, dan juga cara membantu orang yang terkena gangguan psikologis atau
abnormal. Dengan mempelajari psikopatologi ini kita akan dapat memahami lebih
dalam cara penanganan individu yang mengalami abnormalitas untuk melakukan
fungsi sosial dengan normal.
2. Mengapa dalam kajian psikologi perlu untuk dibedakan antara nromal dan
aabnormal? Bukankan hal ini merupakan suatu pelabelan yang berbahaya?
Kajian psikologi perlu untuk dibedakan antara normal dan abnormal karena
kebutuhan mereka berbeda. seseorang yang tergolong abnormalitas baik pada psikis
maupun fisik membutuhkan penanganan atau pengobatan jika memang apa yang
dialami sudah benar-benar mengganggu kesehariannya, agar mereka bisa menjalani
kesehariannya lebih baik dan dengan dapatnya dibedakan antara normal dan abnormal
maka dapat dilakukan diagnosis klinis terkait dengan gejala-gejala yang dimiliki
sehingga bisa disembuhkan serta mendapatkan dan memberikan penanganan yang
tepat.
3. Dalam salah satu faktor penentu normal-abnormal, terdapat penaruh budaya.
Bagaimana kemudian psikoloi memandang keterlibatan budaya untuk bisa
menentukan individu terolong normal/abnormal?
Pandangan atau persepsi masyarakat mengenai perilaku abnormal beragam atau
bervariasi antar budaya. Sesuatu hal yang normal pada satu budaya atau wilayah atau
rentang waktu, belum tentu dianggap normal pada budaya atau wilayah dan rentang
waktu lainnya. Budaya dan psikopatologi berkaitan erat dan perilaku abnormal dapat
dimengerti hanya dalam kerangka budaya dimana abnormalitas itu terjadi. Dengan
kata abnormalitas maka kerap diartikan sebagai sesuatu yang jarang dan juga
menyimpang karena tampak diangap melawan norma-norma yang ada. Namun, tidak
semua perilaku yang secara sosial menyimpang dianggap sebagai abnormal atau
gangguan psikologis. Sebagai contoh, banyak orang tetap percaya bahwa
homoseksualitas menyimpang, meskipun tidak lagi diklasifikasikan sebagai gangguan
jiwa di Amerika Serikat dan ada beberapa budaya atau wilayah yang menyatakan hal
itu tidak termasuk abnormal. Jadi, penggunaan norma-norma kemasyarakatan sebagai
standar untuk menentukan individu tergolong abnormal atau normal merupakan hal
yang sulit, bukan hanya karena norma-norma selalu berubah seiring waktu tetapi
karena subjektif. Apa yang dianggap salah satu anggota masyarakat atau budaya
sebagai menyimpang, yang lain mungkin menganggap normal.
4. Selama covid-19 ini banyak orang yang mengklaim bahwa ia mengalami kecemasan.
Bagaimana cara kita mengetahui bahwa individu tersebut mengarah pada suatu
gangguan keceasan atau hanya kecemasan situasional?
Dalam situasi seperti ini dengan timbulnya virus covid-19 pasti akan memicu
kecemasan bagi banyak orang. Untuk menentukan individu tersebut mengarah pada
gangguan kecemasan atau kecemasan situasional terlihat dari gejala yang muncul
ketika mengalami kecemesan yang berlebihan disertai dengan detak jantung yang
berdebar-debar, sesak nafas, panik dengan alasan yang tidak jelas penyebabnya maka
hal tersebut dapat dikatakan individu tersebut mengarah gangguan kecemasan. Tidak
sama dengan halnya apabila individu tersebut mengalami kecemasan situasional,
dimana individu tersebut merasakan kecemasan tetapi dengan alasan yang jelas
(misalnya ketika orang terdekat terjangkit virus covid-19) maka hal tersebut akan
menimbulkan kecemasan berkaitan dengan situasi yang saat ini ia alami.
5. Perbedaan fobia dan PTSD?
Fobia adalah gangguan kecemasan atau ketakutan terhadap objek atau situasi yang
tidak proporsional dengan ancaman yang ditimbulkan. Ancaman yang dibayangkan
individu tersebut lebih besar dari ancaman sebenarnya yang ditimbulkan. Ketika
seorang mengalami fobia, ia akan sering menghindari apa yang ia anggap berbahaya.
Sedankan PTSD (Post-traumatic stress disorder) merupakan kondisi mental dimana
individu mengalami serangan panik yang dipicu oleh pengalama traumatis masa lalu
seperti kecelakaan, pelecehan seksual, bencana alam dan lain-lain. Orang yang
menderita PTSD ini akan memikirkan sepanjang waktu mengenai kejadian traumatis
yang pernah ia alami dan hal ini dapat mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kejadian
trumatis yang pernah dialami individu dengan PTSD ini biasanya berkaitan denan
mengancam jiwa atau fisik seseorang dan membuat ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Penderita PTSD ini biasanya akan terus menerus mengalami kejadian yang sama
dengan berbagai persepsi, yaitu bisa berupa penglihatan, mimpi, ilusi atau kilas balik.
6. Perbedaan panic attack dan GAD
Panick attack atau serangan panik merupakan episode singkat dari kecemasan intens
yang menyebabkan ketakutan. Serangan panik ini terjadi secara berulang dan secara
tidak terduga serta tidak dipicu atau tanpa sebab, tidak berkaitan denan situasi yang
sedang individu hadapi. Pada awalnya, seranan panik ini tidak bisa diprediksi
terjadinya, namun seiring waktu serangan panik dapat dikaitkan dengan situasi atau
kondisi tertentu. Seperti seseorang merasa panik jika memasuki mall yang ramai atau
naik pesawat, hal ini terjadi karena seseorang tersebut mengaitkan situasi dengan
masa lalu atau hal yang dianggap tidak menyenangkan dan sulit dihindari jika terjadi
serangan lain. Sedangkan GAD (Generalized Anxiety Disorder) merupakan gangguan
kecemasan umum yang ditandai dengan penderita yang mengalami ganguan ini akan
merasakan cemas atau khawatir yang berlebihan atau tidak terbatas terhadap satu
situasi atau objek seperti pekerjaan, kesehatan, hingga interaksi serta menghindari
situasi dimana mereka merasa akan terjadi sesuatu yang buruk pada kondisi tersebut.
Individu yang memiliki GAD ini cenderung akan menjadi pencemas kronis bahkan
pencemas seumur hidup.
7. Jelaskan mengapa kondisi stress bisa mengakibatkan hilangnya memori pada diri
seseorang!
Ketika seseorang mengalami stress memungkinkan orang tersebut dapat kehilangan
meori pada dirinya sendiri, hal tersebut dapat berakibat pada tekanan emosi dan
trauma psikologis pada orang tersebut. Hal ini bisa disebut sebagai amnesia disosiatif,
yaitu ketika seseorang tidak mengingat informasi pribadi yang penting yang biasanya
melibatkan pengalaman trumatis atau stres yang sangat menekan emosi orang
tersebut. Amnesia disosiatif ini berbeda dengan bentuk amnesia yang biasa, pada
penderita amnesia disosiatif ingatan mereka masih ada namun tersimpan sanat dalam
di pikiran individu tersebut dan tidak dapat diingat, periode ini dapat berlangsung
selama beberapa jam dan hari bahkan dalam beberapa kasus dapat bertahan selama
beberapa minggu atau bulan. Jenis amnesia ini dipicu oleh faktor psikologis seperti
stress atau trauma psikis contohnya pada korban kekerasan, pelecehan seksual.
8. Jika dalam satu peristiwa di linkungan terdekat seseorang secara budaya terlihat
seperti mengalami kesurupan, akan tetapi dalam suatu kacamata psikologi hal tersebut
merupakan histeria atau depersonalisasi. Bagaimana anda bersikap?
Menurut saya, saya percaya bahwa peristiwa kesurupan yang dianggap beberapa
budaya bisa dijelaskan melalui kacamata psikologi atau penjelasan ilmiah. Namun,
hal itu kembali lagi ke persepsi subjektif dari berbagai budaya yang ada. Karena
menurut saya, baik untuk mengetahui dan menghargai setiap peristiwa dari berbagai
perspektif yang ada.
9. Jika diketahui bahwa seseorang memiliki kecenderunan depresi diakibatkan terjadinya
problem kognitif (miskonsepsi, misinteroretasi, negative thinking) pada setiap
kejadian yang dihadapi, jika anda adalah seorang profesional, bagaimana anda
mengatasi masalah tersebut?
Ketika terdapat seseorang dengan kecenderungan depresi yang diakibatkan terjadinya
masalah pada kognitifnya, maka dapat diatasi dengan terapi kognitif yaitu
penggunaan CBT atau cognitive behavior therapy. Orang dengan gangguan depresi
berfokus pada besarnya perasaan negatif yang menganggunya dari pada pemicu
munculnya perasaan negatif itu sendiri, dengan penggunaan terapi CBT ini akan
membantu pasien untuk memperbaiki pola pikir disfungsionalnya dan untuk
mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.
10. Bunuh diri merupakan suatu fenomena yang terus terjadi dari tahun ke tahun,
pelakunya beragam dari mereka yang sudah dewasa atau bahkan yang masih anak-
anak. Menurut anda tindakan pencegahan apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menghindari terjadinya bunuh diri pada anak-anak?

Anda mungkin juga menyukai