1. S- Stimulus. Apa pun yang membuat anda cemas atau takut. Sementara fobia anda
berkembang, hal ini boleh menjadi sesuatu yang anda lihat atau lakukan, suatu tempat yang
anda harus kunjungi, atau orang – orang yang harus anda temui. Belakangan, jika reaksi
fobik telah berkar, memikirkan stimulus yang ditakuti saja mungkin sudah cukup untuk
meningkatka.
2. C – keCemasan. Gejala mental dan fisik dari tingkat kecemasan yang menyakitkan dan
mengganggu. Tak menjadi soal apa pun yang anda usahaka, kecemasan yang parah
menyebabkan anda makin buruk melakukannya. Untu menghilangkan perasaan ini anda
cenderung mengusahakan suatu bentuk.
3. H- pengHIndaran. Apabila sekedar memikirkan stimulus ketakuatan saja menjadikan anda
takut, penghindarannya mungkin mental. Namun, ini tak berarti bahwa mengusir semua
atau seuruh pemikiran dari benak anda. Bebrapa penderita fobia selalu tingal dalam
kecemasan dan hanya sedikit memikirkan hal lain. Namun, gagasan mereka selalu negative
dan tersembunyi dalam istilah tidak mampu mengatasinya. Mereka melihat diri mereka
sendiri berusaha untuk mengatasi fobia mereka dan gagal total, kehilangan kendali dan
menjadi pusat perhatian kritikan, serta mendapat serang panic dan menjadi tampak
sedemikian bodoh. Penghindaran muncul dalam bentuk tidak membiarkan diri menghadapi
dan mengatasi situasi yang ditakutinya. Ketika timbul kemungkinan harus menghadapi
ketakutan dalam kehidupan nyata ini, respon yang seketika itu berupa acap kali berupa
keyakinan bahwa tantangan tersebut di luar kemamouan mereka dan alasan mesti dicari-cari
untu tidak melakukannya. Dalam kehidupn nyata penghindaran itu mungkin dalam bentuk
yang lebih mencolok, dengan penderita fobia melakukan atau mengatakan apa saja agar
dapat menyingkir dari stimulus. Penghindaran semacam itu dengan cepat membawa.
4. I-Imbalan. Makin kuat kecemasan yang mula-mula dan makinbesar penghindara, akan
terbukti makin kuat pula imbaan ini, sementara gejala mentaldan fisik lenyap. Makin besar
imbalannya, makin cenderung pula anda akan berusaha dan menghindari stimulus ketakutan
dikemudian hari. Makin kuat kecemasan yang seanjutnya maka makin besar kemungkinan
adanya penghindaran.
5. Penyebab Fobia
Contoh-contoh fobia ini diperoleh melalui pengalaman langsung, dimana keadaan bahaya atau
sekitarnya rill dan menghasilkan respons terhadap adanya bahaya (alarm yang sebenarnya). Ini
salah satu untuk mengembangkan fobia. Paling tidak ada tiga cara lain, yaitu: mengalami alarm
palsu (serangan panik) dalam situasi tertentu,melihat orang yang mengalami ketakutan yang
berat (pengalaman mengerikan yang dialami orang lain), atau, diberitahu tentang adanya bahaya,
dalam keadaan yang tepat (yang dapat mendukung perkembangan fobia).
Penelitian menunjukan bahwa banyak penderita fobia yang tidak selalu mengalami alarm
actual yang muncul dari adanya bahaya rill pada saat onset fobianya. Banyak yang pada
mengalami serangan panik yang tidak terduga pada situasi tertentu yang, mungkin, terkait
dengan stress tertentu. Fobia terhadap situasi tertentu mungkin selanjutnya akan berkembang.
Munjack (1984) meneliti orang-orang dengan fobia khas, yaitu menyetir kendaraan. Ia mencatat
bahwa sekitar 50% orang yang masih mengingat kapan fobianya dimulai menyatakan bahwa
mereka mengalami alarm actual akibat adanya pengalaman traumaticseperti misalnya
kecelakaan mobil. Yang lain mengatakan bahwa tidak ada setuatu yang mengerikan yang
menimpa mereka ketika mengemudi. Tetapi mereka pernah mengalami serangan panik yang tak
terduga, yang membuat mereka saat itu merasa seakan-akan akan kehilangan control atas mobil
yang dikemudikannya dan mungkin akan menabrak orang-orang di jalan. Padahal, kemampun
mereka dalam mengemudi pada kenyataan nya tidak terganggu dan pikiran katastropik mereka
hanya merupakan bagian serangan paniknya.
Kita juga belajar takut dari pengalaman orang lain. melihat orang lain mendapatkan pengalaman
traumatic atau mengalami ketakutan yang intens mungkin sudah cukup dapan menanamkan fobia
pada orang yang melihatnya. Ost (1985) mendeskripsikan bagaimana ketakutan terhadap
doktergigi berkembang dengan cara ini. Seorang remaja laki-laki duduk dirung tunggu di kantor
dokter gigi di sekolahnya. Ia melihat, tetapi tidak dengan benar-benar jelas, dan mendengar
dengan jelas temnya yang sedang ditangani dokter gigi dirung preriksa. Reaksinya terhadap rasa
sakit itu membuatnya bergerak tiba-tiba sehingga alat pengebor gigi yang dipegang sang dokter
tanpa sengaja menusuk hingga menembus giginya. Anak yang duduk diruang tunggu yang tanpa
sengaja mendengar kecelakaan dirung priksa itu terpaku ketakutan. Sejak itu mengembangkan
ketakutan yang bertahan dalam waktu yang lama terhadap situasi yang berhubungan dengan gigi.
Sebernya tidak ada yang terjadi pada anak yang duduk dirung tunggu tersebut, tetapi kita pasti
dapat memahami mengapa ia mengembangkan fobianya.
BAB III
PEMBAHASAN
1. School Phobia
2. Pengertian Fobia Sekolah
Fobia sekolah didefinisikan sebagai kecemasan dan ketakutan yang berhubungan dengan
keengganan untuk pergi ke sekolah (Rettig & Crawford, 2000). Fobia sekolah dan kecemasan
yang terkait pada akhirnya dapat mengarah pada pengembangan gangguan panik, penyakit
kejiwaan, dan fobia sosial yang mempengaruhi kehidupan siswa (Fremont, 2003). Fobia sekolah
adalah sebagai upaya penghindaran sekolah atau penolakan sekolah dari ketakutan yang luar
biasa untuk berada disekolah, Di Inggris, istilah penolakan sekolah digunakan untuk
mendefinisikan masalah-masalah pada anak-anak yang menolak untuk bersekolah sebagai akibat
dari stres emosional (Fremont, 2003).
2. Faktor Penyebab Fobia Sekolah
Ketidakhadiran dari sekolah disebabkan oleh ketakutan dan kecemasan diyakini hasil dari
kombinasi stres nyata atau dirasakan terjadi di rumah dan sekolah (El- liott, 1999). Fobia sekolah
disebabkan oleh dua faktor, genetik dan lingkungan.
1. Anak-anak yang cenderung mengalami fobia sekolah, biasanya mempunyai latar belakang
keluarga yang kurang sehat. Misalnya anak terlalu dilindungi, dimanjakan semua
keinginannya, dijaga jangan sampai mengalami frustasi.
2. Pengalaman traumatis yang berhubungan dengan faktor lingkungan termasuk seperti situasi
kematian, perceraian, penyakit serius, kekerasan, dan yang berhubungan dengan
pengalaman pahit di sekolah/ pelecehan anak (Rettig & Craw- ford, 20 (0). seperti teguran
oleh guru atau argumen dengan rekan, penyebab yang paling sering disebabkan oleh
keluarga atau permusuhan dengan teman atau kesulitan akademis yang sedang berlangsung
(McShane, Walter, & Rey, 2001).
3. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari fobia sekolah
Sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV (dalam Martin & Pear, 2003),
gangguan fobia biasanya dikarakteristikkan dengan ketakutan atau kecemasan yang dapat
menyebabkan reaksi fisiologis seperti tangan basah, menggigil dan jantung yang berdebar,
menghindar dari situasi yang dapat menyebabkan ketakutan muncul dan mempengaruhi perilaku
individu dalam kehidupan sehari-hari, hal ini terjadi baik pada anak-anak maupun dewasa.
1. Secara emosional, anak mungkinmemohonuntuk tinggal di rumah, menangis, marah, atau
mengancam untuk menyakiti diri sendiri (Fremont, 2003).
2. Gangguan gejala fisiksepertisakit kepala, sakit perut, dan kelelahan
3. Cara mengobati fobia sekolah
Penanganan masalah fobia sekolah tidaklah mudah. Berikut diantanya berbagai metode yang
dapat digunakan untuk menangani masalah fobia sekolah, yaitu:
1. Fobia Matematika
Negara Nigeri yang pada tahun 2020 yang akan bergabung dalam liga 20 negara industry,
mengadang revormasi besar besaran dari semua factor pendukung pembangunan negaranya agar
lebih maju, dan untuk mencapai visi misi negara Nigeria yang merupakan salah satu tujuan dari
mantan presiden Nigeria yaitu Umaru Yar’Adua. Visi misi tersebut bergantung pada sector
pendidikan di Nigeria dan factor yang paling penting terletak pada pelajaran Matematika
kualitatif maupun fungsional. Negara Nigeria akan mengatasi permasalah phobia terhadap
pelajar Matematika oleh para siswa sekolah menengah, seperti para guru Matematika dilatih agar
menjadi pengajar yang terlatih dan menerapkan pengajaran yang modern sehingga pelajaran
Matematika atau pelajaran yang lain menjadi signifikan bagi siswa. Kemudian pemerintahan
Nigeria akan menyediakan fasilitas dalam pendidikan seperti adanya sarana ICT dan berbagai
macam laboratorium untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan di Nigeria dinilai penting untuk mencapai visi misi 20 : 2000 yang
akan membuktikan Nigeria sebgai salah satu actor pendting dalam pemain di arena ekonomi dan
politik global. Pemerintahan Nigeria menilai bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang
kuantitatif dan fungsional dimana manusia dapat membaca dan menghitung, dan sector
pendidikan sangat berpengaruh dalam tingkat perekonomian. Filosofi pengajaran matematika
dipertanyakan ketika psikolog mulai mempelajari bagaimana anak-anak bisa datang ke sekolah
untuk memahami konsep-konsep matematika. Dari inti strategi tersebut dapat diketahui bahwa
guru harus menguasai keterampilan pengajaran, menerapkan metode pembelajaran matematika
yang efektif dan mengadakan evaluasi pembelajaran, tidak lupa lingkungan yang digunakan
harus kondusif dan bersih Oleh karena itu tidak mengherankan untuk menemukan bahwa prestasi
yang paling efektif dan paralel manusia ditemukan dalam usahanya untuk memanfaatkan
penalaran matematika (Kline, 1980). Menurut Makarfi (2001), Matematika telah memainkan
peran penting dalam perkembangan masyarakat dari jaman prasejarah sampai sekarang dan
perannya lebih penting saat ini dan sebelumnya.