Anda di halaman 1dari 20

Makalah Kesehatan Mental “FOBIA”

Jan9

FOBIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Fobia”.

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Kelompok yang diampu oleh Ibu Alif Muarifah, S.Psi., M.Si., PhD.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Dengan kerendahan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Demikian juga di dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan juga kekeliruan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik agar
makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Yogyakarta, November 2014

Penulis.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak kerena pada masa ini anak belum
memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka sangat reseptif dalam
mengembangkan rasa takut pada hal-hal yang tidak dikenal. Pada umumnya, orang memiliki
berbagai perasaan takut. Persaan takut yang umum dijumpai dalam diri klien yang meminta terapi
adalah takut terbang, takut ketinggian, takut kehilangan, takut pada darah, takut kepada
kontaminasi, takut air, takut pada kegelapan, takut dengan tempat yang tertputu atau tempat
terbuka, takut pada takut pada hewan, takut berbicara didepan publik, dan takut kehilangan
kendali. Beberapa ketakutan, seperti takut mati atau takut bahaya adalah wajar. Sedangkan
ketekutan lain, seperti takut anjing, darah atau kegelapan, adalah ketakutan yang berkembang
akibat pengalaman traumatik. Perasaan takut akan sangat berguna jika hanya mengakibatkan
seseorang menjadi lebih hati-hati dan waspada dalam menjalani hidup. Perasaan takut akan sangat
merugikan apabila membuat perilaku seseorang berubah dan menjadi irrasional serta terlampau
tegang sehingga mengganggu kehidupanya.

Suatu ketakutan akan menjadi phobia apabila emosi takut ini terpacu oleh beberapa faktor yang
irasional dan tidak diketahui. Emosi takut ini sedemikian sering dirasakan sehingga mengganggu
kenyamanan hidup seseorang. Orang yang phobia akan bereaksi secara tidak terkendali, tanpa
alasan yang jelas tentang situasi yang mereka takutkan. Hal ini terjadi karena tidak mengerti bahwa
penyebab reaksi itu adalah konflik yang tertekan di pikiran bawah sadar mereka. Phobia dapat
disembuhkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah terapi. Begitu banyak orang yang
menderita phobia. Maka dianggap perlu oleh observer untuk melakukan pengamatan terhadap
insecta phobia yang dialami oleh Mahasiswa terutama mahasiswa perempuan.

1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penyusun dapat merumuskan masalah yang akan dibahas dalam
kaitannya dengan fobia, yakni sebagai berikut:

1. Bagaimanakah fobia sekolah terjadi?


2. Bagaimanakah fobia terhadap ketinggian bisa terjadi?
3. Bagaimanakah fobia terhadap tempat keja terjadi?
4. Bagaimnakah fobia terhadap anjing terjadi?
5. Bagaimanakah fobia

1. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui terjadinya fobia sekolah.


2. Untuk mengetahui terjadinya fobia tempat tinggi.
3. Untuk mengetahui terjadinya fobia tempat kerja.
4. Untuk mengetahui terjadinya fobia anjing.
5. Untuk mengetahui terjadinya fobia matematika.

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan tambahan pengetahuan tentang proses terjadinya fobia dan cara


meminimalisirnya.
2. Meningkatkan pemahaman mahasiwa akan proses psikologis yang terjadi yang dapat
menimbulkan gangguan mental.
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Fobia

Fobia adalah kekhawatiran yang akut atau ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda
atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.
Fobia berasal dari bahasa Yunani, yaitu phobos, artinya kengerian, takut atau horor. Fobia adalah
sutu ketakutan, kebencian, atau keengganan terutama irasional. Jadi fobia adalah suatu perasaan
ketakutan yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak memperlihatkan ancaman yang sejati terhadap
keberlangsungan hidup kita. Istilah “phobia” berasal dari kata “phobi” yang artinya ketakutan
atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia
merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap
suatu obyek atau situasi tertentu. Menurut Dr.Kartini Kartono fobia adalah kekuatan atau
kecemasasn yang abnormal kuat, tidak rasional, dan tidak bisa dikontrol terhadap suatu situasi atau
obyek tertentu.

Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak
sebanding dengan ancamanya. Oleh karena ketakutan itu begitu irrasional dan tak beralasan,
seringkali sulit bagi non-phobic untuk memahami perasaan orang yang memahami perasaan
seseorang penderita atau memberikan simpati atas problema si penderita. Ketakutan pada phobia
seringkali diciptakan dan diperkuat oleh hokum asosiasi (law of association). Misalnya, jika
seseorang mengalami kejadian yang berbahaya dan menakutkan, ia mungkin akan sangat takut
pada kejadian serupa dan mulai merasakan emosi yang sama hal-hal atau elemen yang
berhubungan dengan kejadian itu.

Dalam bahasa Indonesia arti perasaan takut yang irasional, berlebihan, dan bersifat terus menerus
terhadap sesuatu atau situasi. Emosi takut adalah sesuatu yang wajar dan pasti dialami oleh setiap
orang. Emosi ini sebenarnya positif karena mempunyai makna antisipatif terhadap sesuatu yang
terjadi di masa depan. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak kerena pada
masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka sangat
reseptif dalam mengembangkan rasa takut pada hal-hal yang tidak dikenal.

Pada umumnya, orang memiliki berbagai perasaan takut. Persaan takut yang umum dijumpai
dalam diri klien yang meminta terapi adalah takut terbang, takut ketinggian, takut kehilangan, takut
pada darah, takut kepada kontaminasi, takut air, takut pada kegelapan, takut dengan tempat yang
tertputu atau tempat terbuka, takut pada takut pada hewan, takut berbicara didepan publik, dan
takut kehilangan kendali. Perasaan takut akan sangat berguna jika hanya mengakibatkan seseorang
menjadi lebih hati-hati dan waspada dalam menjalani hidup. Perasaan takut akan sangat merugikan
apabila membuat perilaku seseorang berubah dan menjadi irrasional serta terlampau tegang
sehingga mengganggu kehidupanya.
Suatu ketakutan akan menjadi phobia apabila emosi takut ini terpacu oleh beberapa faktor yang
irrasional dan tidak diketahui. Emosi takut ini sedemikian sering dirasakan sehingga mengganggu
kenyamanan hidup seseorang. Orang yang phobia akan bereaksi secara tidak terkendali, tanpa
alasan yang jelas tentang situasi yang mereka takutkan. Hal ini terjadi karena tidak mengerti bahwa
penyebab reaksi itu adalah konflik yang tertekan di pikiran bawah sadar mereka. Ketakutan pada
phobia seringkali diciptakan dan diperkuat oleh hokum asosiasi (law of association). Misalnya,
jika seseorang mengalami kejadian yang berbahaya dan menakutkan, ia mungkin akan sangat takut
pada kejadian serupa dan mulai merasakan emosi yang sama hal-hal atau elemen yang
berhubungan dengan kejadian itu.

1. Tipe-Tipe Fobia

Tipe fobia yang berbeda biasanya muncul pada usia yang berbeda-beda. Usia munculnya dan
sepertinya merefleksikan tahap perkembangan kognitif dan pengalaman hidup. Ketakutan
terhadap binatang sering kali merupakan subjek dari fantasi anak-anak. Misalnya. Sebaiknya,
agorafobia biasanya muncul mengikuti serangan panik yang mulai pada masa dewasa. Berikut ini
marilah kita tinjau tiga tipe fobia yang diklasifikasikan dalam system DSM: fobia spesifik, fobia
sosial, dan agorafobia.

1. Fobia Spesifik (specific phobias)

Adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi spesifik, seperti
ketakutan terhadapa ketinggian (acrophobia),takut terhadap tempat tertutup (claustrophobia), atau
ketakutan terhadap binatang-binatang kecil seperti tikus atau ular atau binatang dan reaksi
fisiologis yang meninggi bila bertemu dengan objek fobia, yang menimbulkan dorongan kuat
untuk menghindari atau melarikan diri dari situasi atau menghindari stimulus yang ditakutkan.

Untuk sampai pada taraf psikologis, fobia tersebut harus secara signitif mempengaruhigaya hidup
atau berfungsinya seseorang, atau menyebabkan distres yang signifikan. Anda bisa saja
mempunyai ketakutan terhadap ular, terapi hanya bila ketakutan Anda itu menggunakan kehidupan
Anda sehari-hari atau menyebabkan distress emosional yang signifikan dalam diri Anda, maka
barulah pada tempatnya untuk memberikan diagonis gangguan fobia.

Fobia spesifik seringkali bermula pada masa kanak-kanak. Banyak anak yang mengembangkan
ketakutan terhadap objek atau situasi spesifik, terapi, hal ini akan berlalu. Meskipun demikian,
beberapa diantaranya terus berlanjut mengembangkan fobia kronis yang signifikan secara klinis
(Merckelbach dkk, 1996). Claustrophobia sepertinya berkembang lebih akhir dibandingkan
dengan fobia spesifik lainnya, dengan rata-rata kemunculannya pada usia 20 tahun.

Fobia spesifik adalah suatu gangguan psikologis yang paling umum, mengenani sekitar 7% sampai
11% dari populasi umum pada suatu saat didalam hidup mereka (APA, 2000). Fobia spesifik
cenderung untuk berlangsung terus selama bertahun-tahun atau selama beberapa decade kecuali
bila ditangani dengan sukses (USDHHS, 1999a). perempuan mempunyai kemungkinan dua kali
lebih besar untuk mengembangkan fobia spesifik (APA, 2000). Perbedaan Gender ini sampai taraf
tertentu mungkin merefleksikan factor budaya yang mensosialisasikan perempuan untuk
tergantung pada laki-laki demi mendapatkan perlindungan terhadap objek-objek yang mengancam
dalam lingkungan. Pemeriksa juga perlu menyadari factor-faktor budaya bila membuat penilaian
diagonistik. Ketakutan terhadap hal magis atau roh-roh jahat adalah hal biasa dalam sejumlah
budaya dan tidak seharusnya dianggap sebagai tanda gangguan fobia kecuali ketakutan tersebut
berlebihan dalam konteks budaya dimana hal itu terjadi dan membawa kepada distress emosional
yang signifikan atau fungsi yang terganggu (APA, 2000).

2. Fobia sosial

Fobia sosial lebih sekedar sikap pemalu yang berlebihan (Schneider dan kawan-kawan,1996).
Lundh dan Ost (1996) menunjukkan bahwa para penderita fobia sosial yang melihat sejumlah
gambar wajah cenderung lebih mengingat ekspresi-ekspresi kritis, sementara orang-orang normal
lebih mengingat ekpresi-ekspresi menerima. Studi lain menujukkan bahwa penderita fobia sosial
menyeluruh bereaksi terhdap wajah – wajah marah dengan aktivitas yang lebih besar pada
amigdala dibanding orang – orang normal (Stein, Golden, Sareen, Zorila, Brown, 2002)

Tidaklah abnormal untuk mengelami sedikit ketakutan terhadap situasi sosial seperti berkencan,
datang ke pesta atau pertemuan sosial, atau memberi ceramah atau presentasi kepada suatu kelas
atau kelompok. Tetapi, orang-orang dengan fobia sosial (Social Phobia) (atau disebut dengan
gangguan kecemasan sosial) mempunyai ketakutan yang intens terhadap situasi sosial sehingga
mereka mungkin akan menghindarinya, atau menghadapinya tetapi dengan distress dengan sangat
besar. Fobia sosial yang mendasar adalah ketakutan yang berlebihan terhadap evaluasi negative
dari orang lain. Orang-orang dari fobia sosial takut untuk melakukan atau mengatakan sesuatu
yang melakukan atau yang akan membuat dirinya merasa hina. Mungkin mereka merasa seakan-
akan seribu pasang mata sedang memeriksa dengan teliti setiap gerak yang mereka lakukan.
Mereka cenderung untuk sangat kritis terhadap kemampuan sosial mereka dan membawa dalam
mengevaluasi performa mereka sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain. Beberapa bahkan
mengalami serangan panik yang parah dalam situasi sosial.

Demam panggung dan kecemasan berbicara dengan tipe fobia sosial yang umum. Suatu survey
acak terhadap 500 penduduk Winnipeg, Manitoba, menemukan bahwa 1 diantara 3 orang
mengalami kecemasan yang berlebihan ketika berbicara didepan umum, yang mempunyai
pengaruh buruk yang cukup sigifikan terhadap hidup mereka (Stein, Walker, dan Forde, 1996).
Orang-orang dengan fobia sosial mungkin akan menemukan berbagai macam alasan untuk
menolak suatu undangan sosial. Mungkin mereka akan makan siang di meja mereka untuk
menghindari bersosialisasi dengan rekan-rekan sekerja. Atau bila mereka mendapati diri mereka
dalam situasi sosial, mereka akan berusaha untuk cepat pergi pada tanda pertama adanya
kecemasan. Kelegaan dari kecemasan secara negative menguatkan tingkah laku menghindari.
Tetapi dengan menghindari, menghalangi orang-orang dengan fobia atau belajar mengatasi situsi
yang menimbulkan ketakutan dengan cara yang lebih adaptif. Meningkatkan situasi sebelum
kecemasan hilang hanya memperkuat asosiasi antara situasi sosial dengan kecemasan, beberapa
orang dengan fobia sosial tindak mampu untuk memesan makanan dirumah makan karena takut
bahwa pelayan atau teman mereka menertawai makanan yang mereka pesan atau bagaimana cara
mereka mengucapkannya. Yang lain lagi takut bertemu dengan orang baru atau berkencan.
Fobia sosial dapat mempunyai pengaruh pada fungsi sehari-hari dan kualitas hidup seseorang
(Leibowis dkk, 2000; Olfson dkk., 2000; Stein & Kean, 2000). Dapat menghali orang untuk
menyelesaikan sasaran pendidikannya, maju dalam karir, atau bertahan dalam pekerjaan yang
membutuhkan interaksi dengan orang lain. Makin banyak situasi yang ditakuti, makin besar
gangguan fungsinya (Stein, Torgurd & Walker, 2000). Orang-orang dengan fobia sosial sering
berpaling pada obat-obat penenang atau mencoba “mengobati” diri sendiri dengan alcohol ketika
menyiapkan diri untuk suatu interaksi sosial. Pada kasus-kasus ekstrim, mereka sedemikian
takutnya untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga mereka terus saja tinggal dirumah.

Estimasi prevalansi seumur hidup untuk fobia sosial berkisar antara 3% sampai 13% (APA, 2000).
Gangguan ini tampaknya lebih sering terdapat pada perempuan dibandingkan laki-laki, mungkin
karena tekanan sosial dan kultural yang lebih besar diletakkan kepundak perempuan-perempuan
muda untuk menyenangkan orang lain dan dengan demikian mendapatkan persetujuan mereka.

Fobia sosial tripikal bermula pada masa kanak-kanak atau remaja dan sering kali diasosiakan
dengan riwayat masa lalu (USDHHS, 1999a). orang-orang dengan fobia umumnya melaporkan
bahwa mereka pemalu semasa kanak-kanak (Stemberger dkk., 1995). Konsisten dengan model
diatesistres, pemalu mungkin mempresentasikan suatu diatesis atau predisposisi yang membuat
orang menjadi rentan untuk mengembangkan fobia sosial bila berhadapan dengan situasi-situasi
penuh stress, seperti perjumpaan sosial yang traumatis (misalnya, dipermalukan di depan orang).
Sekali fobia sosial tercipta, secara tipikal hal tersebut akan berlanjut pada perjalanan yang kronis
dan persisten sepanjang hidup.

3. Agorafobia

Kata agorafobio berasal dari kata Yunani yang berani “takut kepada pasar”, yang sugnetif untuk
ketakutan berada di tempat-tempat terbuka dan ramai. Agorafobia melibatkan ketakutan terhadap
tempat-tempat atau situasi-situasi yang memberikan kesulitan atau membuat malu seseorang untuk
kabur dari situ bila terjadi simtom-simtom panic atau suatu serangan panic yang parah; atau
ketakutan kepada situasi-situasi di mana bantuan mungkin tidak bisa didapatkan bila problem
tersebut terjadi. Orang-orang dengan agorafobia takut untuk pergi berbelanja di toko-toko yang
penuh sesak; makan di rumah di jalan yang ramai; menyebrangi jembatan; naik bus; kereta api;
atau mobil; makan di rumah makan; atau keluar dari rumah. Mereka mengatur hidup mereka
sedemikian rupa dapat menghindari pemaparan terhadap situasi-situasi yang menakutkan dan pada
beberapa kasus menjadi terikat di rumah selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sampai-
sampai tidak mampu keluar rumah untuk mengeposkan surat. Agorafobia mempunyai potensi
untuk menjadi tipe fobia yang paling membatasi seseorang.

Agorafobia lebih umum terdapat pada perempuan dari pada laki-laki (USDHHS, 1999a). sering
kali bermula di akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Sekitar 6% dari orang amerika dewasa
pernah mengalami agorafobia pada suatu saat dalam hidup mereka (Eaton, Dryman, & Weissman,
1991). Agorafobia dapat terjadi bersama atau tidak bersamaan gangguan panik yang menyertai.
Pada gangguan panik dengan agorafobia, orang tersebut hidup dengan ketakutan akan terjadi
serangan yang berulangdan menghindari tempat-tempat umum di mana serangan telat terjadi atau
mungkin terjadi. Karena serangan panik bisa terjadi begutu saja, beberapa orang membatasi
aktivitas keadaan tanpa pertolongan. Lainya mencoba keluar hanya bila ditemani. Tetapi, banyak
pula yang memaksa diri meskipun mengalami kecemasan yang intens.

Orang-orang dengan agorafobia yang tidak mempunyai riwayat gangguan panik dapat mengalami
simtom panik, seperti pu temsing yang menghalangi mereka untuk melangkah keluar dari tempat-
tempat di mana mereka merasa aman dan tidak terancam. Mereka juga cenderung tergantung
kepada orang lain untuk mendapatkan dukungan. Ada bukti bahwa orang-oarang denga agorafobia
tanpa riwayat gangguan panik dan juga agorafobia (Goisman dkk., 1994). Kasus berikut adalah
agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, kasus ini memberi ilustrasi ketergantungan yang sering
diasosiasikan dengan agorafobia.

4. Animal Phobia

Ketakutan terhadap binatang dan serangga dapat disebut anumal phobia. Sekali lagi, ketakutan ini
sangat wajar tetapi bisa menjadi fobik bila sangat mengganggu fungsi seseorang. Sebagai contoh,
kami pernah menjumpai sejumlah khusus di klinik kami dimana orang=orang yang memiliki fobia
terhadap ular atau tikus tidak sanggup membaca majalah karena takut secara tak sengaja
mempunyai gambar satu binatang yang ditakutinya tersebut. Ada banyak tempat yang mereka
hindari, sebenarnya mereka sangat ingin kesana misalnya wilayah pedesaan dimana sodara atau
teman dekatnya tinggal. Ketakutan yang dialami para penderita fobia terhadap binatang ini sangat
berbeda dengan revulsi (reaksi mendadak) ringan biasa. Onset fobia ini, sama seperti fobia
terhadap lingkungan alam lainnya, mencapai pucaknya pada umur sekitar 7 tahun (Antony, 1997
a; Ost 1987).

5. Natural Environment Phobia

Kadang-kadang, anak-anak yang masih belia mengembangkan ketakutan terhadap situasi atau
kejadian yang berlangsung di alam. Ketakutan ini disebut natural environment phobia (fobia
terhadap lingkungan alam). Contoh-contohnya dimulai adalah ketakutan terhadap ketinggian,
badai, dan air. Ketakutan-ketakutan ini tampaknya (Anthony & Barlow, 2002; Hofmann dan
kawan-kawan, 1997). Bila anda anda takut terhadap sebuah situasi atau kejadian, seperti air yang
dalam, anda juga cenderung takut terhadap hal lain seperti badai. Banyak diantara situasi tersebut
yang memang mengandung bahaya dan oleh karenanya ketakutan ringan sampai sedang terhadap
situasi semacam ini. Ada sesuatu dalam gen kita yang membuat sangat sensitive terhadap situasi-
situasi yang mungkin mengandung bahaya semacam itu. Onset fobia terhadap lingkungan alam ini
menacapai puncaknya pada sekitar umur 7 tahun. Kalau ketakutan itu segera lewat, maka
ketakutan tersebut tidak dapat disebut fobia. Ketakutan itu harus persisten/menetap dan sangat
mengganggu fungsi seseorang, menyebabkannya menghindari berpergian dengan perahu atau
liburan musim panas di pegunungan yang mungkin akan memaksakannya menghadapi badai.

1. Teknik Penyembuhan

Ada beberapa teknik untuk penyembuhan phobia diantaranya adalah:

1. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.


2. Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang takut kepada anjing
(cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai
ia tidak ketakutan lagi.
3. Desentisisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan. Si penderita phobia yang
takut akan anjing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat cagar alam yang
indah dimana si penderita didatangi oleh anjing-anjing lucu dan jinak.
4. Abreaksi: Si penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih dahulu untuk
melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang baru kemudian
dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat
perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang anjing
dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat bermain-main dengan anjing. Memang sih
bila phobia yang dikarenakan pengalaman traumatis lebih sulit dihilangkan.
5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau
dimana permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia
baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.
6. Eksperimen terhadap penyembuhan fobia

Pada tahun 1920, seorang psikolog bernama Jhon Broadus Watson mengadakan suatu eksperimen
yang memberikan ilustrasi klasik bagaimana anak-anak dan orang dewasa belajar untuk takut.
Subjeknya, yang kini dalam sejarah ilmu bernama Albert Cilik, adalah seorang yatim piatu berusia
sebelas bulan yang amat menyukai tikus putih. Setelah beberapa lama mengamati anak ini dan
memperhatikan cara ia mendekati dan memperlakukan binatang itu tanpa rasa takut, Watson
berdiri di belakang anak itu dengan sebuah palu dan sebuah lempengan metal. Setiap kali Albert
Cilik meraih untuk menjamah seekor tikus, Watson memukulkan palu pada lempengan metal
sehingga terdengar suara yang memekakkan telinga. Tentu saja suara yang menulikan telinga itu
mengagetkan dan menakutkan Albert Cilik.

Setelah beberapa lama, karena suara yang menakutkan itu menjadi berkaitan dengan kemunculan
tikus-tikus itu, Albert Cilik tak lagi mau menjamah atau bermain dengan binatang tersebut.
Sesungguhnya, bahkan untuk melihatnya saja menyebabkan ia menangis dan melarikan diri.
Albert Cilik telah dikondisikan untuk takut terhadap tikus putih.Degan kata lain sekarang ia fobik
terhadap tikus putih. Watson mulai menghilangkan ketakutan anak itu dengan menggunakan
prosedur yang sama seperti apa yang akan diuraikan dalam program latihan ini.

1. Imbalan yang Mempercepat Pembelajaran

Suatu konsep yang amat penting bagi psikologi, yang telah berlaku sejak abad ke Sembilan belas,
disebut ‘HukumAkibat’ (Law of Effect). Konsep ini menyatakan bahwa bila anda melakukan
sesuatu yang berdampak positif kemungkinannya ialah anada akan mengulang tindakan tersebut.
Namun jika apa yang anda kerjakan mempunyai konsekuensi negative, kecenderungan anda
mengulanginya berkurang. Pujian atau pemberian reinsformen akan meningkat kankecenderungan
untuk mengulangi tindakan-tindakan yang positif, sedangkan sebuah komentar atau mengkritik
pelaksanaan tugas maka akan menurun kan tindakan tersebut. Hal ini mungkin kedengarannya
seperti sesuatu yang hanya berdasarkan akal sehat ketimbang suatu hukum psikologi tertentu.
Namun kenyataanya berdasarkan hubungan perilaku dan imbalan jauh lebih kompleks.
Penyelidikan menunjukan bahwa factor yang menentukan biasanya jarak waktu melakukan
sesuatu dan menerima imbalannya ketimbang besarnyaimbalan. Makin singkat penundaan
imbalan maka makin efektiflah imbalan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan hal
tertentu. Makin lama penundaanya makin berkurang pengaruhnya. Lalu apakah kaitanya ini
dengan fobia? Jawabannya tentu banyak sekali. Memperoleh respon fobik melalui kombinasi sama
dari imbalan yang segera dan diberikan secara tak teratur.

1. SCHI – Pembentukan Fobia

Segala jenis reaksi fobik berkembangsebagai akibat urutan pristiwa yang sama. Oleh karena itu
SCHI melengkapi perangkat pembentukan penghambat psikologis yang menjadi sumber fobia.

1. S- Stimulus. Apa pun yang membuat anda cemas atau takut. Sementara fobia anda
berkembang, hal ini boleh menjadi sesuatu yang anda lihat atau lakukan, suatu tempat yang
anda harus kunjungi, atau orang – orang yang harus anda temui. Belakangan, jika reaksi
fobik telah berkar, memikirkan stimulus yang ditakuti saja mungkin sudah cukup untuk
meningkatka.
2. C – keCemasan. Gejala mental dan fisik dari tingkat kecemasan yang menyakitkan dan
mengganggu. Tak menjadi soal apa pun yang anda usahaka, kecemasan yang parah
menyebabkan anda makin buruk melakukannya. Untu menghilangkan perasaan ini anda
cenderung mengusahakan suatu bentuk.
3. H- pengHIndaran. Apabila sekedar memikirkan stimulus ketakuatan saja menjadikan anda
takut, penghindarannya mungkin mental. Namun, ini tak berarti bahwa mengusir semua
atau seuruh pemikiran dari benak anda. Bebrapa penderita fobia selalu tingal dalam
kecemasan dan hanya sedikit memikirkan hal lain. Namun, gagasan mereka selalu negative
dan tersembunyi dalam istilah tidak mampu mengatasinya. Mereka melihat diri mereka
sendiri berusaha untuk mengatasi fobia mereka dan gagal total, kehilangan kendali dan
menjadi pusat perhatian kritikan, serta mendapat serang panic dan menjadi tampak
sedemikian bodoh. Penghindaran muncul dalam bentuk tidak membiarkan diri menghadapi
dan mengatasi situasi yang ditakutinya. Ketika timbul kemungkinan harus menghadapi
ketakutan dalam kehidupan nyata ini, respon yang seketika itu berupa acap kali berupa
keyakinan bahwa tantangan tersebut di luar kemamouan mereka dan alasan mesti dicari-
cari untu tidak melakukannya. Dalam kehidupn nyata penghindaran itu mungkin dalam
bentuk yang lebih mencolok, dengan penderita fobia melakukan atau mengatakan apa saja
agar dapat menyingkir dari stimulus. Penghindaran semacam itu dengan cepat membawa.
4. I-Imbalan. Makin kuat kecemasan yang mula-mula dan makinbesar penghindara, akan
terbukti makin kuat pula imbaan ini, sementara gejala mentaldan fisik lenyap. Makin besar
imbalannya, makin cenderung pula anda akan berusaha dan menghindari stimulus
ketakutan dikemudian hari. Makin kuat kecemasan yang seanjutnya maka makin besar
kemungkinan adanya penghindaran.
5. Penyebab Fobia

Contoh-contoh fobia ini diperoleh melalui pengalaman langsung, dimana keadaan bahaya atau
sekitarnya rill dan menghasilkan respons terhadap adanya bahaya (alarm yang sebenarnya). Ini
salah satu untuk mengembangkan fobia. Paling tidak ada tiga cara lain, yaitu: mengalami alarm
palsu (serangan panik) dalam situasi tertentu,melihat orang yang mengalami ketakutan yang berat
(pengalaman mengerikan yang dialami orang lain), atau, diberitahu tentang adanya bahaya, dalam
keadaan yang tepat (yang dapat mendukung perkembangan fobia).

Penelitian menunjukan bahwa banyak penderita fobia yang tidak selalu mengalami alarm actual
yang muncul dari adanya bahaya rill pada saat onset fobianya. Banyak yang pada mengalami
serangan panik yang tidak terduga pada situasi tertentu yang, mungkin, terkait dengan stress
tertentu. Fobia terhadap situasi tertentu mungkin selanjutnya akan berkembang. Munjack (1984)
meneliti orang-orang dengan fobia khas, yaitu menyetir kendaraan. Ia mencatat bahwa sekitar 50%
orang yang masih mengingat kapan fobianya dimulai menyatakan bahwa mereka mengalami
alarm actual akibat adanya pengalaman traumatic seperti misalnya kecelakaan mobil. Yang lain
mengatakan bahwa tidak ada setuatu yang mengerikan yang menimpa mereka ketika mengemudi.
Tetapi mereka pernah mengalami serangan panik yang tak terduga, yang membuat mereka saat itu
merasa seakan-akan akan kehilangan control atas mobil yang dikemudikannya dan mungkin akan
menabrak orang-orang di jalan. Padahal, kemampun mereka dalam mengemudi pada kenyataan
nya tidak terganggu dan pikiran katastropik mereka hanya merupakan bagian serangan paniknya.

Kita juga belajar takut dari pengalaman orang lain. melihat orang lain mendapatkan pengalaman
traumatic atau mengalami ketakutan yang intens mungkin sudah cukup dapan menanamkan fobia
pada orang yang melihatnya. Ost (1985) mendeskripsikan bagaimana ketakutan terhadap
doktergigi berkembang dengan cara ini. Seorang remaja laki-laki duduk dirung tunggu di kantor
dokter gigi di sekolahnya. Ia melihat, tetapi tidak dengan benar-benar jelas, dan mendengar dengan
jelas temnya yang sedang ditangani dokter gigi dirung preriksa. Reaksinya terhadap rasa sakit itu
membuatnya bergerak tiba-tiba sehingga alat pengebor gigi yang dipegang sang dokter tanpa
sengaja menusuk hingga menembus giginya. Anak yang duduk diruang tunggu yang tanpa sengaja
mendengar kecelakaan dirung priksa itu terpaku ketakutan. Sejak itu mengembangkan ketakutan
yang bertahan dalam waktu yang lama terhadap situasi yang berhubungan dengan gigi. Sebernya
tidak ada yang terjadi pada anak yang duduk dirung tunggu tersebut, tetapi kita pasti dapat
memahami mengapa ia mengembangkan fobianya.

BAB III

PEMBAHASAN

1. School Phobia
2. Pengertian Fobia Sekolah

Fobia sekolah didefinisikan sebagai kecemasan dan ketakutan yang berhubungan dengan
keengganan untuk pergi ke sekolah (Rettig & Crawford, 2000). Fobia sekolah dan kecemasan yang
terkait pada akhirnya dapat mengarah pada pengembangan gangguan panik, penyakit kejiwaan,
dan fobia sosial yang mempengaruhi kehidupan siswa (Fremont, 2003). Fobia sekolah adalah
sebagai upaya penghindaran sekolah atau penolakan sekolah dari ketakutan yang luar biasa untuk
berada disekolah, Di Inggris, istilah penolakan sekolah digunakan untuk mendefinisikan masalah-
masalah pada anak-anak yang menolak untuk bersekolah sebagai akibat dari stres emosional
(Fremont, 2003).

2. Faktor Penyebab Fobia Sekolah


Ketidakhadiran dari sekolah disebabkan oleh ketakutan dan kecemasan diyakini hasil dari
kombinasi stres nyata atau dirasakan terjadi di rumah dan sekolah (El- liott, 1999). Fobia sekolah
disebabkan oleh dua faktor, genetik dan lingkungan.

1. Anak-anak yang cenderung mengalami fobia sekolah, biasanya mempunyai latar belakang
keluarga yang kurang sehat. Misalnya anak terlalu dilindungi, dimanjakan semua
keinginannya, dijaga jangan sampai mengalami frustasi.
2. Pengalaman traumatis yang berhubungan dengan faktor lingkungan termasuk seperti
situasi kematian, perceraian, penyakit serius, kekerasan, dan yang berhubungan dengan
pengalaman pahit di sekolah/ pelecehan anak (Rettig & Craw- ford, 20 (0). seperti teguran
oleh guru atau argumen dengan rekan, penyebab yang paling sering disebabkan oleh
keluarga atau permusuhan dengan teman atau kesulitan akademis yang sedang berlangsung
(McShane, Walter, & Rey, 2001).
3. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari fobia sekolah

Sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV (dalam Martin & Pear, 2003),
gangguan fobia biasanya dikarakteristikkan dengan ketakutan atau kecemasan yang dapat
menyebabkan reaksi fisiologis seperti tangan basah, menggigil dan jantung yang berdebar,
menghindar dari situasi yang dapat menyebabkan ketakutan muncul dan mempengaruhi perilaku
individu dalam kehidupan sehari-hari, hal ini terjadi baik pada anak-anak maupun dewasa.

1. Secara emosional, anak mungkinmemohonuntuk tinggal di rumah, menangis, marah, atau


mengancam untuk menyakiti diri sendiri (Fremont, 2003).
2. Gangguan gejala fisiksepertisakit kepala, sakit perut, dan kelelahan
3. Cara mengobati fobia sekolah

Penanganan masalah fobia sekolah tidaklah mudah. Berikut diantanya berbagai metode yang dapat
digunakan untuk menangani masalah fobia sekolah, yaitu:

1. Penilaiandiagnostikharus mengevaluasiafektifanak, kognitif, dan fungsiperilaku,


pemantauan diri, melakukan wawancara pada anak dan orang tuapengamatan perilakudi
sekolahdanrumah, penilaiandinamika keluarga, dan laporan dariorang tua, guru.
2. Setelahpenilaian awalselesai, berikutnyalangkahmengenalidanmengidentifikasirasa
takutanak.
3. Menghilangkan pengukuhan yang menyebabkan anak senang tinggal dirumah, dan
menyediakan pengukuhan bagi anak bila anak berada di sekolah.
4. Dampak fobia sekolah

Dapat menghasilkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang jika tidak diobati. Efek
jangka pendek meliputi hasil yang buruk dibidang akademis, konflik dengan orangtua, dan
mengurangi hubungan pertemanan. Jangka panjang dan potensi konsekuensi seumur hidup
termasuk putus sekolah, kesulitan mendapat pekerjaan, dan meningkatkan risiko perkembangan
gangguan kejiwaan pada masa dewasa (Fremont, 20(3). Jika tidak diakui dan diperlakukan secara
agresif, siswa akan meningkatkan risiko untuk absen berkepanjangan dari sekolah, gangguan
belajar serius, gangguan penyesuaian dan depresi. Dampak yang paling buruk adalah anak bisa
dikeluarkan dari sekolah (dropout) karena terlalu lama tidak masuk sekolah (Kearney, 2001).
1. Fobia tempat Kerja

Fobia Tempat kerja adalah bentuk yang paling parah dari kecemasan tempat kerja. Hal ini dapat
didefinisikan sebagai berikut: fobia kerja ditandai oleh reaksi klasik fobia kecemasan mengenai
kerja stimulus. Hal ini terjadi dengan reaksi panik dengan gairah fisiologis ketika berpikir tentang
tempat kerja atau mendekati. Karena gejala, harus ada penderitaan subjektif berat dan atau
gangguan dalam melaksanakan tugas sehari-hari di tempat kerja. Sebuah studi penelitian empiris
pertama menyebutkan istilah “fobia tempat kerja” adalah investigasi Haines et al. (2002). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah sekelompok individu yang dipamerkan
menghindari fobia tempat kerja dapat diidentifikasi dalam hal respon psiko-fisiologis dan
psikologis mereka terhadap peristiwa stres bekerja. Semua peserta menunjukkan peningkatan
gairah psiko-fisiologis dan respon psikologis terhadap peristiwa stres kerja dibandingkan dengan
peristiwa netral. Kelompok fobia tempat kerja menunjukkan satu peningkatan respon denyut
jantung dan laporan subjektif ketakutan yang membedakan mereka dari kelompok lain. Tempat
kerja fobia harus dibedakan dari konsep neighboured seperti mobbing atau kelelahan. Mobbing
bukan penyakit, tetapi persepsi interaksi tertentu proses di tempat kerja yang ditandai dengan
tindakan yang disengaja oleh rekan kerja atau atasan diarahkan orang tertentu (sering disebut
korban) untuk membuat kerusakan padanya / dia. Burnout adalah sindrom yang agak tidak
ditentukan kelelahan vital dan psikologis sering berhubungan dengan overtaxation karyawan yang
bekerja di profesi sosial membantu (Maslach & Jackson, 1981). Sebaliknya, tempat kerja fobia
adalah fobia sindrom kecemasan dengan gairah fisiologis ketika dihadapkan dengan tempat kerja
stimulus in vivo atau in sensu dan jelas (kecenderungan) menghindari tempat kerja.

1. Fobia kebisingan pada anjing

Phobia adalah ketakutan yang tidak proporsional terhadap bahaya situasi nyata. Fobia
didefinisikan sebagai suatu ketekunan berlebihan dan respon ketakutan irasional terhadap situasi.
Fobia disini menggambarkan tentang kebisingan yang ada pada seekor anjing. Fobia kebisingan
pada seekor anjing dapat disebabkan oleh tembakan , petasan , badai dan bahkan suara burung.
Sebagai contoh, hal yang berkaitan dengan badai seperti perubahan tekanan barometic , petir ,
gangguan listrik, dan bahkan bau yang terkait dengan badai dapat menyebabkan fobia kebisingan
pada anjing. Semua hewan peliharaan dapat menjadi takut dengan suara yang sama atau sesuatu
hal yang berkaitan dengan kebisingan. Seekor anjing takut dengan tembakan yang mungkin dapat
menunjukkan rasa takut hanya dengan melihat dari berburu senapan atau hewan peliharaan juga
akan takut petir atau juga bisa menjadi takut hujan. Seekor anjing dapat menampilkan tanda-tanda
yang berbeda dari fobia kebisingan yang meliputi : Menyembunyikan ( tanda yang paling umum
pada kucing ) , kencing , buang air besar , mengunyah , terengah-engah , mondar-mandir , berusaha
untuk melarikan diri ( menggali , melompat melalui jendela atau pergi melalui dinding , melarikan
diri ) , air liur , mencari pemilik , mengungkapkan kelenjar anal, tidak mendengarkan perintah,
gemetar , pupil melebar , bersuara ( menggonggong atau mengeong ) . seekor anjing dengan fobia
kebisingan yang ringan akan menjadi cemas, gemetar , atau bersembunyi selama badai petir dan
anjing akan takut untuk pergi keluar dari pintu selama berjam-jam bahkan setelah badai berlalu.
Efektivitas pengobatan tergantung pada sejumlah faktor termasuk tingkat keparahan fobia ; berapa
lama hewan peliharaan telah memilikinya ; apakah itu sedang berlangsung , musiman , atau tak
terduga ; dan jumlah waktu pemilik yang bersedia untuk berkomitmen dengan menggunakan
teknik modifikasi. Dengan cara mengubah kebisingan pada hewan selama badai berlangsung ,
tingkat kecemasan yang dialami oleh hewan terutama pada seekor anjing dapat dikurangi.

1. Pembelajaran asosiatif dalam fobia terbang.

Phobia terbang , Gangguan fobia ini sering terjadi keran factor-faktor Pengalaman buruk seperti
saat berada di dalam pesawat, entah sewaktu masih kecil atau sudah dewasa dan Pengalaman buruk
karena terjatuh saat bermain ayunan di taman atau jatuh dari komidi putar. Teori pembelajaran
moderen menunjukkan bahwa pembelajaran asosiatif sangat kuat dalam kontribusi untuk etiologi
dan pemeliharaan gangguan kecemasan, sehingga menjelaskan mengapa beberapa individu dapat
mengembangkan gangguan kecemasan yang menakutkan . Studi yang diselidiki saat ini yaitu
pembelajaran asosiatif pada pasien dengan fobia terbang dan dengan menggunakan control yang
sehat yang dimodifikasi oleh Olson dan Fazio dengan menggunakan versi paradigma pembelajaran
asosiatif yang (Olson & Fazio, 2001). Metode: pasien dengan fobia terbang (n ¼ 33), dan kontrol
yang sehat (N ¼ 39) dapat dilihat serangkaian distracters yang diselingi dengan pasangan dari
benda-benda baru (diimbangi rangsangan AC, CSS) dengan rangsangan yang menakutkan dan
menyenangkan (rangsangan berkondisi, USS). Secara tradisional, gangguan kecemasan telah
dianggap sebagai respon rasa takut. Dalam sebuah penelitian dengan peserta aircrew, Aitken,
Lister, dan Main (1981) menunjukkan bahwa tidak semua orang yang memiliki peristiwa
menakutkan dapat mengembangkan fobianya.

1. Fobia Matematika

Negara Nigeri yang pada tahun 2020 yang akan bergabung dalam liga 20 negara industry,
mengadang revormasi besar besaran dari semua factor pendukung pembangunan negaranya agar
lebih maju, dan untuk mencapai visi misi negara Nigeria yang merupakan salah satu tujuan dari
mantan presiden Nigeria yaitu Umaru Yar’Adua. Visi misi tersebut bergantung pada sector
pendidikan di Nigeria dan factor yang paling penting terletak pada pelajaran Matematika kualitatif
maupun fungsional. Negara Nigeria akan mengatasi permasalah phobia terhadap pelajar
Matematika oleh para siswa sekolah menengah, seperti para guru Matematika dilatih agar menjadi
pengajar yang terlatih dan menerapkan pengajaran yang modern sehingga pelajaran Matematika
atau pelajaran yang lain menjadi signifikan bagi siswa. Kemudian pemerintahan Nigeria akan
menyediakan fasilitas dalam pendidikan seperti adanya sarana ICT dan berbagai macam
laboratorium untuk peningkatan kualitas pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan di Nigeria dinilai penting untuk mencapai visi misi 20 : 2000 yang
akan membuktikan Nigeria sebgai salah satu actor pendting dalam pemain di arena ekonomi dan
politik global. Pemerintahan Nigeria menilai bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang
kuantitatif dan fungsional dimana manusia dapat membaca dan menghitung, dan sector pendidikan
sangat berpengaruh dalam tingkat perekonomian. Filosofi pengajaran matematika dipertanyakan
ketika psikolog mulai mempelajari bagaimana anak-anak bisa datang ke sekolah untuk memahami
konsep-konsep matematika. Dari inti strategi tersebut dapat diketahui bahwa guru harus menguasai
keterampilan pengajaran, menerapkan metode pembelajaran matematika yang efektif dan
mengadakan evaluasi pembelajaran, tidak lupa lingkungan yang digunakan harus kondusif dan
bersih Oleh karena itu tidak mengherankan untuk menemukan bahwa prestasi yang paling efektif
dan paralel manusia ditemukan dalam usahanya untuk memanfaatkan penalaran matematika
(Kline, 1980). Menurut Makarfi (2001), Matematika telah memainkan peran penting dalam
perkembangan masyarakat dari jaman prasejarah sampai sekarang dan perannya lebih penting saat
ini dan sebelumnya.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Fobia adalah kekhawatiran yang akut atau ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda
atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.

Jenis-jenis fobia diantaranya fobia kepada tempat tinggi, fobia pada tempat kerja, fobia pada
sekolah. Fobia pada dasarnya terbentuk karena faktor dari pola asuh yang salah diwaktu kecilnya,
misalnya ditakut-takuti oleh sesuatu yang sebenarnya biasa, namun dianggap irrasional oleh
anaknya.

1. Saran

Jangan sampai kita menyakiti diri kita sendiri dengan pemikiran-pemikiran yang irrasional. Pola
asuh yang sebaiknya diajarkan pada anak-anak jangan sampai anak-anak ditakut-takuti oleh
sesuatu yang dapat menyebabkan anak menjadi fobia.

DAFTAR PUSTAKA

Winterstein, A. P. (2009). Athletic training student primer: A foundation for success. Thorofare,
NJ: SLACK Inc.

Durand V Mark. Dkk. 2006. Psikologi abnormaledisi ke empat.USA. Pustaka Pelajar.

Jurnal School phobia

Nevid, Jeffrey s. 2003. Psikologi abnormal. Jakarta. Erlangg

Nama : Muchamad Aziz Ahmadi

NIM : 1315001303 (BK E/3) (REVIEW JOURNAL)

Fobia Sekolah

ABSTRAK: Fobia sekolah adalah gangguan serius yang mempengaruhi hingga 5% dari anak-anak
sekolah dasar dan menengah. Konsekuensi jangka panjang diantaranya termasuk prestasi sekolah
yang terganggu, hubungan dengan teman berkurang, konflik dengan orangtua. Gangguan gejala
fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan kelelahan. Kajian artikel ini adalah untuk menjelaskan
tentang fobia sekolah, membedakannya dari membolos.
KATA KUNCI: penghindaran sekolah, fobia sekolah, penolakan sekolah, bolos

PENDAHULUAN

Fobia sekolahdidefinisikan sebagaikecemasandan ketakutanyang berhubungandengan


keengganan untuk pergi ke sekolah(Rettig &Crawford, 2000). Fobiasekolah dankecemasanyang
terkaitpada akhirnyadapatmengarah pada pengembangangangguanpanik, penyakitkejiwaan, dan
fobiasosial yang mempengaruhi kehidupan siswa(Fremont, 2003). Tujuanartikel ini adalah
untukmenjelaskan tentangfobia sekolah, membedakannya daripembolosan, danmenerangkan
beberapaintervensi yang berguna dalampengobatan gangguan ini.

1. Kajian Literatur

Fobia sekolah adalah sebagai upaya penghindaran sekolah atau penolakan sekolah dari ketakutan
yang luar biasa untuk berada disekolah, Di Inggris, istilah penolakan sekolah digunakan untuk
mendefinisikan masalah-masalah pada anak-anak yang menolak untuk bersekolah sebagai akibat
dari stres emosional (Fremont, 2003). Beberapa organisasi professional, seperti Asosiasi Psikolog
Sekolah Nasional, lebih memilih istilah penolakan sekolah atau kecemasan untuk sekolah karena
mereka sewajarnya lebih mencerminkan dari penyebab gangguan (Merek & O’Conner, 2004).
Sebenarnya pemerintah sekolah memiliki perhatian yang mendalam untuk menjangkau dunia
pendidikan lewat peraturan yang termuat dalam UUD tentang mewajibkan bersekolah. Sejak tahun
1930-an, pada dasarnya penyebab masalah anak melakukan penolakan sekolah adalah karena
ketakutan, kecemasan, kurangnya keinginan bersekolah (Egger, Costello, & Angold, 2003).

Pobia sekolah sangat mungkin akan muncul pada semua usia, Sekitar 1-5% dari semua anak usia
sekolah dipengaruhi oleh fobia sekolah. Tingkat peningkatan yang jelas dialami antara usia 5 dan
6 tahun ketika anak-anak mulai memasuki proses pendidikan, dan juga pada 10-11 tahun ketika
siswa melakukan transisi dari SD ke SMP. Periode peningkatan terjadinya setelah liburan dan
liburan (terutama pada libur panjang), atau sesudah tidak masuk karena alasan sakit atau alasan
lain bisa juga disebabkan karena peristiwa seperti kematian, perubahan sekolah, atau pindah ke
lingkungan baru (Rettig & Crawford, 2000).

Mereka yang menolak untuk sekolah berusaha untuk membujuk orang tua untuk membiarkan
mereka tinggal di rumah dari pada ke sekolah, menunjukkan kecemasan yang ekstrim tentang
sekolah, dan biasanya bersedia untuk menyelesaikan sekolah selama hal itu dilakukan di rumah.

1. PenyebabFobia Sekolah

Ketidakhadiran dari sekolah disebabkan oleh ketakutan dan kecemasan diyakini hasil dari
kombinasi stres nyata atau dirasakan terjadi di rumah dan sekolah (El- liott, 1999). Teoretisi awal
percaya penyebabnya terkait dengan suatu hubungan yang sangat kuat ibu-anak yang
mengakibatkan keengganan untuk meninggalkan rumah (Elliott). Fobia sekolah disebabkan oleh
dua faktor, genetik dan lingkungan.

1. Anak-anak yang cenderung mengalami fobia sekolah, biasanya mempunyai latar belakang
keluarga yang kurang sehat. Interaksi tertentu menyebabkan anak terlalu dependen pada
keluarga, terlalu terikat pada rumah. Misalnya anak terlalu dilindungi, dimanjakan semua
keinginannya, dijaga jangan sampai mengalami frustasi. Orang tua dari anak-anak
menunjukkan rasa takut sering gangguan mantan perilaku kecemasan-sekolah yang terkait
dirinya. Hubungan keluarga yang disfungsional mungkin termasuk overdependence,
isolasi. Konflik dengan teman kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan dapat
menyebabkan kesepian. Selain itu, siswa yang diganggu dan diejek (Fremont, 2003).
2. Pencetus lainnya pengalaman traumatis yang berhubungan dengan faktor lingkungan
termasuk seperti situasi kematian, perceraian, penyakit serius, kekerasan, dan yang
berhubungan dengan pengalaman pahit di sekolah/ pelecehan anak (Rettig & Craw- ford,
20 (0). Para peneliti saat ini fobia tampilan sekolah sebagai gejala terutama terkait dengan
gangguan kecemasan pada siswa yang lebih muda dan dengan kecemasan dan gangguan
depresi pada remaja dan remaja (McShane, Wal-ter, & Rey, 2001). Meskipun fobia sekolah
dapat dipicu oleh insiden yang tampaknya kecil, seperti teguran oleh guru atau argumen
dengan rekan, penyebab yang paling sering disebabkan oleh keluarga atau permusuhan
dengan teman atau kesulitan akademis yang sedang berlangsung (McShane, Walter, &
Rey, 2001).
3. Krisisbaru-baru inisepertipindah kerumah baruatau sekolah, kehilangan pribadi
melaluikematian atauperceraian, dan bahkankesempatanyang tampaknyapositifseperti
kelahiranatauadopsisaudara kandungdapat memicutimbulnyarasa takut dan kecemasan.
4. Gejala-gejala yang ditimbulkan dari fobia sekolah
5. Secara emosional, anak mungkinmemohonuntuk tinggal di rumah, menangis, marah, atau
mengancam untuk menyakiti diri sendiri (Fremont, 2003). Gejalafisik dan
emosionalyangpaling parahselama pagi hari sepertianakmengantisipasibersiap-siapuntuk
sekolah.
6. Kadang-kadang, seorang anakyang tampak baik-baik saja tiba-tibaanakmenjadi takutdan
cemas.
7. Gangguan gejala fisiksepertisakit kepala, sakit perut, dan kelelahan.
8. PENGOBATAN

Penanganan masalah fobia sekolah tidaklah mudah. Berikut diantanya berbagai metode yang dapat
digunakan untuk menangani masalah fobia sekolah, yaitu:

1. Penilaian yang termasuk pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan oleh psikiater anak
atau psikolog. Penilaian diagnostik harus mengevaluasi afektif anak, kognitif, dan fungsi
perilaku, pemantauan diri, melakukan wawancara pada anak dan orang tua pengamatan
perilaku di sekolah dan rumah, penilaian dinamika keluarga, dan laporan dari orang tua,
guru.
2. Setelahpenilaian awalselesai, berikutnyalangkahmengenalidanmengidentifikasirasa
takutanak. Seperti biasa dengankebanyakanfobia, gejalafisiktermasuksesak napas, sakit
perut, sakit kepala, pusing, berkeringat, mual, dan muntah(Raja, Heyne, Tonge, Gullone,
&Ollendick, 2001).
3. Mengurangi segala rutinitas yang membuat anak nyaman dirumah, dan di gantikan dengan
kegiatan lain agar anak mulai nyaman masuk ke sekolah. Berbagai pendekatan perlakuan
dicobakan untuk menghilangkan fobia sekolah. Misalnya, menghilangkan pengukuhan
yang menyebabkan anak senang tinggal dirumah, dan menyediakan pengukuhan bagi anak
bila anak berada di sekolah. Bisa dilakukan dengan memberikan permainan yang
memberikan anak kesempatan untuk melampiaskan kekhawatiran dan memperoleh
pengertian mengenai keadaan yang sebenarnya.
4. Intervensiakanberbeda tergantungpada keadaan individu
dan dapat mencakup perilaku, psikologis dinamis, kognitif, atau pendekatan farmakologis
secara individu atau dalam kombinasi (Elliott, 1999).
5. Adanya dukungan dan dorongan yang tepat kepada anak-anakuntuk membantu dia
beradaptasi, agar siswadapatmengatasi ketakutan mereka(Lau, 2002).

Pendekatan- pendekatan perilaku psikodinamik dan kognitif fokus pada konsep bahwa anak
sekolah-fobia merasakan kehadiran di sekolah sebagai berbahaya atau mengancam dan tetap di
rumah untuk menghindari kecemasan memprovokasi situasi (Elliott). Siswa yang diterapi
menggunakan pendekatan kognitif behavioral menunjukan adanya suatu perubahan yang lebih
baik, siswa dapat sedikit demi sedikit menguragi rasa fobianya untuk datang kesekolah daripada
mereka yang tidak diobati atau ditangani secara khusus.

1. Dampak fobia sekolah

Fobia sekolah adalah, masalah emosional yang serius terus-menerus yang menghasilkan
konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang jika tidak diobati. Efek jangka pendek meliputi
hasil yang buruk dibidang akademis, konflik dengan orangtua, dan mengurangi hubungan
pertemanan. Jangka panjang dan potensi konsekuensi seumur hidup termasuk putus sekolah,
kesulitan mendapat pekerjaan, dan meningkatkan risiko perkembangan gangguan kejiwaan pada
masa dewasa (Fremont, 20(3).

Jika tidak diakui dan diperlakukan secara agresif, siswa akan meningkatkan risiko untuk absen
berkepanjangan dari sekolah, gangguan belajar serius, gangguan penyesuaian dan depresi.
Dampak yang paling buruk adalah anak bisa dikeluarkan dari sekolah (dropout) karena terlalu
lama tidak masuk sekolah (Kearney, 2001). Prognosis bagi siswa yang terkena fobia sekolah
dampaknya sangat bervariasi. Kesulitan terkait termasuk masalah dengan penyesuaian pendidikan
di kemudian hari dan penghindaran sosial di masa dewasa, termasuk Agoraphobia dan gangguan
neurotik lainnya (Heyne dan rekan 2001).

Nama : Ega Ayu Astreaningrum

NIM : 1300001313

Fobia Kerja

Tempat kerja fobia adalah bentuk yang paling parah dari kecemasan tempat kerja. Hal ini dapat
didefinisikan sebagai berikut: fobia kerja ditandai oleh reaksi klasik fobia kecemasan mengenai
kerja stimulus. Hal ini terjadi dengan reaksi paniclike dengan gairah fisiologis ketika berpikir
tentang tempat kerja atau mendekati. Orang menunjukkan perilaku menghindar jelas terhadap
tempat kerja. Karena gejala, harus ada penderitaan subjektif berat dan / atau gangguan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari di tempat kerja. Sebuah studi penelitian empiris pertama
menyebutkan istilah “fobia tempat kerja” adalah investigasi Haines et al. (2002). Dalam karya ini
terutama mekanisme fisiologis fobia tempat kerja dipelajari secara eksperimental. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan apakah sekelompok individu yang dipamerkan
menghindari fobia tempat kerja dapat diidentifikasi dalam hal respon psiko-fisiologis dan
psikologis mereka terhadap peristiwa stres bekerja. Semua peserta menunjukkan peningkatan
gairah psiko-fisiologis dan respon psikologis terhadap peristiwa stres kerja dibandingkan dengan
peristiwa netral. Kelompok fobia tempat kerja menunjukkan satu peningkatan respon denyut
jantung dan laporan subjektif ketakutan yang membedakan mereka dari kelompok lain.
Perkembangan respon fobia menghindari dibahas oleh penulis dalam hal teori belajar. Pendekatan
lain sekarang dilakukan dengan berfokus pada aspek diagnostik diferensial dan deskripsi kerja
fobia sebagai-medis sosial fenomena yang relevan secara klinis dan (Linden, 2006) yang terjadi
sebagian independen dari gangguan mental konvensional: Investigasi dalam sampel psikosomatik
serta rehabilitasi jantung pasien rawat inap telah menunjukkan bahwa ada pasien dengan
kecemasan-tempat kerja terkait dan fobia tempat kerja yang pada saat yang sama tidak memiliki
gangguan kecemasan konvensional (Linden & Muschalla, 2007; Muschalla, 2008).

Nama : Fatimatuz Zahra

NIM : 1300001275

Pembelajaran asosiatif dalam fobia terbang

Phobia terbang , phobia pada hewan dan phobia yang lainnya merupakan jenis phobia atau yang
paling sering kita jumpai. Gangguan fobia ini sering terjadi keran factor-faktor Pengalaman buruk
seperti saat berada di dalam pesawat, entah sewaktu masih kecil atau sudah dewasa dan
Pengalaman buruk karena terjatuh saat bermain ayunan di taman atau jatuh dari komidi putar.
Teori pembelajaran moderen menunjukkan bahwa pembelajaran asosiatif sangat kuat dalam
kontribusi untuk etiologi dan pemeliharaan gangguan kecemasan, sehingga menjelaskan mengapa
beberapa individu dapat mengembangkan gangguan kecemasan yang menakutkan . Studi yang
diselidiki saat ini yaitu pembelajaran asosiatif pada pasien dengan fobia terbang dan dengan
menggunakan control yang sehat yang dimodifikasi oleh Olson dan Fazio dengan menggunakan
versi paradigma pembelajaran asosiatif yang (Olson & Fazio, 2001). Metode: pasien dengan fobia
terbang (n ¼ 33), dan kontrol yang sehat (N ¼ 39) dapat dilihat serangkaian distracters
yang diselingi dengan pasangan dari benda-benda baru (diimbangi rangsangan AC, CSS) dengan
rangsangan yang menakutkan dan menyenangkan (rangsangan berkondisi, USS). Secara
tradisional, gangguan kecemasan telah dianggap sebagai respon rasa takut. Dalam sebuah
penelitian dengan peserta aircrew, Aitken, Lister, dan Main (1981) menunjukkan bahwa tidak
semua orang yang memiliki peristiwa menakutkan dapat mengembangkan fobianya. Mereka
menemukan bahwa persentase yang lebih tinggi dari yang sehat melaporkan telah mengalami
kecelakaan terbang yang signifikan dibandingkan dengan peserta dengan fobia terbang.
Singkatnya, temuan kontrol yang sehat dan pasien dengan fobia terbang menunjukkan bahwa
asumsi pembelajaran asosiatif merupakan model yang sesuai untuk kedua laporan pengalaman
permusuhan selama terbang dan hanya pasien yang mengembangkan fobia spesifik setelah insiden
ini.

NAMA : Irma AstianiNIM : 1300001264 Fobia kebisingan pada anjing


Phobia adalah ketakutan yang tidak proporsional terhadap bahaya situasi nyata. Fobia
didefinisikan sebagai suatu ketekunan berlebihan dan respon ketakutan irasional terhadap situasi.
Fobia disini menggambarkan tentang kebisingan yang ada pada seekor anjing. Fobia kebisingan
pada seekor anjing dapat disebabkan oleh tembakan , petasan , badai dan bahkan suara burung.
Sebagai contoh, hal yang berkaitan dengan badai seperti perubahan tekanan barometic , petir ,
gangguan listrik, dan bahkan bau yang terkait dengan badai dapat menyebabkan fobia kebisingan
pada anjing. Ditemukan dalam hampir semua kasus, ketakutan seekor anjing dengan suara badai
terus meningkat, terlebih dengan memburuknya masing-masing paparan . Semua hewan
peliharaan dapat menjadi takut dengan suara yang sama atau sesuatu hal yang berkaitan dengan
kebisingan. Seekor anjing takut dengan tembakan yang mungkin dapat menunjukkan rasa takut
hanya dengan melihat dari berburu senapan atau hewan peliharaan juga akan takut petir atau juga
bisa menjadi takut hujan. Seekor anjing dapat menampilkan tanda-tanda yang berbeda dari fobia
kebisingan yang meliputi : Menyembunyikan ( tanda yang paling umum pada kucing ) , kencing ,
buang air besar , mengunyah , terengah-engah , mondar-mandir , berusaha untuk melarikan diri (
menggali , melompat melalui jendela atau pergi melalui dinding , melarikan diri ) , air liur , mencari
pemilik , mengungkapkan kelenjar anal, tidak mendengarkan perintah, gemetar , pupil melebar ,
bersuara ( menggonggong atau mengeong ) . seekor anjing dengan fobia kebisingan yang ringan
akan menjadi cemas, gemetar , atau bersembunyi selama badai petir dan anjing akan takut untuk
pergi keluar dari pintu selama berjam-jam bahkan setelah badai berlalu . Fobia kebisingan ringan
membutuhkan pengobatan karena umumnya fobia menjadi buruk dengan eksposur yang diulang .
Tidak ada jaminan bahwa fobia kebisingan dapat sepenuhnya diselesaikan , akan tetapi dalam
banyak kasus ketakutan bisa dikelola secara efektif . Efektivitas pengobatan tergantung pada
sejumlah faktor termasuk tingkat keparahan fobia ; berapa lama hewan peliharaan telah
memilikinya ; apakah itu sedang berlangsung , musiman , atau tak terduga ; dan jumlah waktu
pemilik yang bersedia untuk berkomitmen dengan menggunakan teknik modifikasi. Dengan cara
mengubah kebisingan pada hewan selama badai berlangsung , tingkat kecemasan yang dialami
oleh hewan terutama pada seekor anjing dapat dikurangi. Dengan cara mengubah lingkungan akan
dapat mengurangi tingkat volume suara atau dapat membantu hewan peliharaan untuk menyadari
akan hal itu . Masalah kesehatan dapat meningkatkan tingkat stres pada hewan peliharaan , dan
dapat meningkatkan kecemasan pada hewan-hewan peliharaan mereka.

Nama : Muhammad Hafiidh

NIM : 1300001288

Demistifikasi Phobia Matematika di Sekolah untuk mengubah Nigeria Mencapai Visi 20: 2020

Negara Nigeri yang pada tahun 2020 yang akan bergabung dalam liga 20 negara industry,
mengadang revormasi besar besaran dari semua factor pendukung pembangunan negaranya agar
lebih maju, dan untuk mencapai visi misi negara Nigeria yang merupakan salah satu tujuan dari
mantan presiden Nigeria yaitu Umaru Yar’Adua. Visi misi tersebut bergantung pada sector
pendidikan di Nigeria dan factor yang paling penting terletak pada pelajaran Matematika kualitatif
maupun fungsional.
Negara Nigeria akan mengatasi permasalah phobia terhadap pelajar Matematika oleh para siswa
sekolah menengah, seperti para guru Matematika dilatih agar menjadi pengajar yang terlatih dan
menerapkan pengajaran yang modern sehingga pelajaran Matematika atau pelajaran yang lain
menjadi signifikan bagi siswa. Kemudian pemerintahan Nigeria akan menyediakan fasilitas dalam
pendidikan seperti adanya sarana ICT dan berbagai macam laboratorium untuk peningkatan
kualitas pendidikan.

Peninkatan mutu pendidikan di Nigeria dinilai penting untuk mencapai visi misi 20 : 2000 yang
akan membuktikan Nigeria sebgai salah satu actor pendting dalam pemain di arena ekonomi dan
politik global. Pemerintahan Nigeria menilai bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang
kuantitatif dan fungsional dimana manusia dapat membaca dan menghitung, dan sector pendidikan
sangat berpengaruh dalam tingkat perekonomian. Filosofi pengajaran matematika dipertanyakan
ketika psikolog mulai mempelajari bagaimana anak-anak bisa datang ke sekolah untuk memahami
konsep-konsep matematika. Kemudian pemerintahan Nigeria pun menjadi subjek inti dalam
pendidikan di sekolah dasar maupun menengah, dan dalam pengajarannya ada lima strategi untuk
pengajaran yang efektif, belajar sains, teknologi dan Matematika. Dari inti strategi tersebut dapat
diketahui bahwa guru harus menguasai keterampilan pengajaran, menerapkan metode
pembelajaran matematika yang efektif dan mengadakan evaluasi pembelajaran, tidak lupa
lingkungan yang digunakan harus kondusif dan bersih.

Aminu (1990) mengungkapkan bahwa Matematika tidak hanya bahasa ilmu tetapi nutrisi penting
untuk berpikir, logika dan penalaran karena kemajuan. Oleh karena itu tidak mengherankan untuk
menemukan bahwa prestasi yang paling efektif dan paralel manusia ditemukan dalam usahanya
untuk memanfaatkan penalaran matematika (Kline, 1980).

Menurut Makarfi (2001), Matematika telah memainkan peran penting dalam perkembangan
masyarakat dari jaman prasejarah sampai sekarang dan perannya lebih penting saat ini dari pada
sebelumnya Itulah mengapa pemerimntahan Nigeria menekan warganya agar menguasai
matematika demi memenuhi kebutuhannya dan kepuasan, juga sebagai pembangunan
perekonmian yang maju untuk negara sendiri dan pemerintahan Nigeria pun akan menghilangkan
phobia matematika terhadap siswa.

Anda mungkin juga menyukai