Anda di halaman 1dari 5

BIOGRAFI EDWIN RAY GUTHRIE

Edwin Ray Guthrie adalah putra pertama dari lima bersaudara yang lahir dari keluarga
berkecukupan, karena Ibunya seorang Guru dan Ayahnya seorang Wiraswastawan.
Beliau dilahirkan di Lincoln, Nebraska pada 9 Januari 1886. setelah lulus dari sekolah
menengah kemudian Guthrie berpindah ke Universitas Nebraska dan lulus dengan
Ijazah Matematika kemudian mengajar matematika di beberapa sekolah menengah
sambil, memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan lulus sebagai doktor.
Kemudian dilanjutkan dengan menjadi instruktur pada departemen filsafat di Universitas
Washington. Setelah lima tahun kemudian, ia berpindah ke departemen psikologi di
mana Ia menetap sampai kariernya berakhir.
Pada usia 33 tahun Dr. Guthrie pemenang nobel yang diberikan oleh Asosiasi Psikologi
Amerika dalam kategori kontribusi mutakhir. Selama Perang dunia II, Ia pernah menjadi
Dekan di Universitas Washington. Departemen Psikologi di sebuah Universitas yang
kemudian bangunan tersebut dinamai Gutherie Hall. Guthrie membuat kontribusi yang
patut diperhitungkan dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya filsafat, psikologi
abnormal, psikologi sosial, pelajaran dan teori psikologi bidang pendidikan. . Salah satu
kontribusinya yang paling dikenal adalah teori belajar-nya yang berdasar pada asosiasi.
TEORI BELAJAR EDWIN RAY GUTRIE
Secara eksplisit tentang esensi belajar menurut Guthrie yang dikutip oleh Sumdi
Suryabrata bahwasanya Belajar adalah sifat yang tumbuh dari jiwa manusia itu sendiri.
lebih jauh dikatakan bahwa, keinginan setiap manusia untuk belajar dengan cara yang
berbeda-beda dari sesuatu yang pernah terjadi adalah untuk menjawabnya di kemudian
hari, dan ini merupakan ciri makhluk hudup yang sehat yang dibekali pikiran.
Teori belajar yang dikembangkan Guthrie cenderung meniru teori yang telah bekembang
sebelumnya yakni teori conditioning (thorndike, Skinner dan Phaplov), namun
pendekatan yang dipakai adalah one law of learning dan one trial learning. Dalam
perkembangan penelitiannya, Guthrie bekesimpulan bahwa belajar merupakan hasil dari
sebauh kontinuitas antar struktur, stimuli dan respons belajar. Dari segi hasil dari stimuli
dan respon (membentuk sebuah hubungan/asosiasi) yang menimbulkan pengaruh
sangat kuat munculnyasebuah respons.
Dijelaskan bahwa jika seseorang mengerjakan sesuatu yang memiliki makna di masa
lalu dengan adanya seperangkat stimuli, maka cenderung akan terulang kembali ketika
terjadi kombinasi stimuli serupa.
Pada sisi lain, Guthrie menekankan bahwa model perilaku tidak dapat dibentuk melalui
proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement, dengan menghadirkan stimulus
(conditioning) dengan lingkungan (environment metalistik) maka perlu dapat
memunculkan pengalaman-pengalaman dalam belajar. Demikian juga perubahan
tingkah laku pada masyarakat (behavior chango) yang sangat mungkin terjadi.
Pada akhirnya Dia memiliki kecenderungan bahwa reinforcement tidak lain adalah
upaya merubah struktur stimuli sehingga mencegah seseorang tidak mau belajar.
Namun pada satu sisi dia menolak anggapan bahwa teori disiplin formal tentang transfer
ilmu dimana cenderung membiarkan kondisi pembelajaran apa adanya dengan
berpedoman pada prinsip bahwa belajar sebagaimana apa yang dilakukan.
STIMULI PENGHASIL GERAKAN
Bagi Guthrie, suatu gerakan yang timbul baik berupa mendengar atau melihat dihasilkan
dari stimuli yang muncul secara spontan. Dapat digambarkan dengan jelas, ketika
telepon berdering, dan kita beranjak dan mendekati instrument tersebut. Namun
sebelum kita manjangkau telepon, suaranya berhenti, dan ini akan langsung menjadi
stimulus dari gerakan kita ke arah telepon. Dimana satu gerakan awal menghasilkan
gerakan pertama, kemudian kedua, gerakan ketiga, gerakan keempat dan seterusnya.

Sehingga gerakan kita membentuk rangkaian yang terus menerus yang otomatis
menjadi kebiasaan. Gerakan yang timbul dan stimuli inilah yang memungkinkan sampai
sejauh mana pencapaian dari asosiasi atau pengkondisian.
Versi yang sederhana dari situasi tersebut, digambarkan oleh Guthrie sebagai berikut :
Stimulasi Eksternal Respon Bawaan Stimuli Penghasil Gerakan
(dering telepon) (beranjak ke arah telepon)
Respon Bawaan Stimuli Penghasil Gerakan Respon Bawaan
(Berjalan ke arah Telpon) (Berdiri ke kursi)
Stimuli Penghasil Gerakan Respon Bawaan
(mengangkat telepon)
FORGETTING (LUPA)
Menurut Guthrie faktor lupa terjadi ketika adanya alternatif respon yang ada pada
struktur stimuli. Setelah sebuah struktur stimuli dihasilkan oleh alternatif respon maka
struktur tersebut akan cenderung membawa respon baru yang menghambat. Oleh
sebab itu melibatkan new learning (pembelajaran yang baru).
Belajar yang dilakukan akan dipengaruhi oleh new learning, misalnya seseorang ketika
diperintahkan untuk mempelajari bahasa, lalu mempelajari matematika, kemudian di tes
kembali dengan bahasa, sementara orang lain hanya disuruh mempelajari matematika,
setelah itu juga di tes lagi tentang bahasa, maka orang pertama yang dites tentang
bahasa dan matematika akan mengingat lebih sedikit tentang bahasa jika dibandingkan
dengan orang kedua yang hanya mempelajari sesuatu yang baru (tugas matematika)
akan menghambat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya (tugas bahasa).
METODE MERUBAH SUATU KEBIASAAN
Kebiasaan merupakan respon yang datang dari asosiasi dengan banyak stimulus yang
berlebihan yang kemudian mendatangkan respon. Bahkan respon yang paling kuat
misanya kebiasaan merokok, akan berubah menjadi kebiasaan yang kuat, karena
respon dari merokok dapat menghadirkan banyak syarat berdasarkan gambaran diatas.
Guthrie mengharapkan kebiasaan itu berubah menjadi kebiasaan yang baik.
Terdapat beberapa pendekatan untuk merubah kebiasaan tersebut, yakni :
1. Metode permulaan (Threshold Method); dimana stimulus dibiarkan dengan
mengesankan atau kesan yang tidak membuat orang terkejut/takut, maka respon akan
sepenuhnya baik Seperti dalam proses psikoterapi yakni jika seorang terapis mencoba
membantu seorang pasien mengatasi suatu masalah phobia, maka dia akan
menggunakan metode yang tidak memicu untuk terjadinya phobia. Jika pasien relatif
merasa ketakutan terhadap orang hewan, misalnya pada buaya, pertama-tama terapi
dapat memulai berbicara mengenai hewan pada umumnya, kemudian macam-macam
hewan yang berkaitan hewan melata,dan seterusnya sehingga dengan cara ini secara
berangsur-angsur membangun suatu keadaan dimana pasien tersebut mengenal hewan
tersebut bahkan menyentuhnya tanpa menimbulkan ketakutan pada pasien.
2. Metode Kepayahan (Fatique Method); dimana stimuli yang sulit direspon diberika
ketika seseorang dalam kondisi kepayahan. Misalnya ketika dalam suatu keadaan
timbul kesulitan untuk mengenalkan buaya yang dalam gambaran umumnya sangat
buas, maka kondisi yang mudah adalah ketika buaya-buaya tersebut dalam
penangkaran (kandang).
3. Metode Respon Bertentangan (Incompatible Response Method); metode ini timbul
jika reaksi terhadap stimulus menjadi suatu kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya

adalah dengan cara menghabiskan stimulus dengan respon yang berlawanan dengan
reaksi buruk yang hendak dihilangkan. Seperti memperlakukan anak kecil yang takut
pada Buaya, maka berilah anak itu boneka berbentuk buaya melalui ibunya dengan
penuh kasih sayang, hal ini bertujuan agar anak tersebut merasa senang dan tidak takut
lagi kepada buaya.
HUKUMAN (PUNISHMENT)
Hukuman akan berlaku efektif apabila diterapkan pada kondisi yang tepat misalnya pada
saat tanda-tanda perilaku (respon) yang negatif (tidak diinginkan) muncul. Efektifitas
hukuman hendaknya didasari oleh alasan bahwa hukuman tersebut diberlakukan agar
individu mampu menemukan atau melakukan respon yang benar atas stimuli yang
diberikan.
Terdapat empat prinsip yang perlu diperhatikan dalam hal dukungan (punishment)
yakni :
1. Hukuman bukan berupa suatu yang menyakitkan akan tetetapi sesuatu yang
mendorong organisme mau melakukan sesuatu.
2. Hukuman tersebut harus menyebabkan atau mengubah perilaku yang tidak sesuai
dengan perilaku terhukum
3. Hukuman harus diterapkan dengan adanya stimuli yang diperoleh dari perilaku
terhukum
4. jika kondisi pertama, kedua dan ketiga tidak dijumapi maka hukuman tidak akan
berlaku efektif atau bahkan mungkin memperkuat respon yang tidak diinginkan.
Jadi, ketika hukuman menjadi efektif, hal ini mengakibatkan organisme melakukan halhal lain selain dari hal yang dihukum, meskipun stimuli yang diperoleh perilaku yang
dihukum tetap ada. Tentu saja respon ini mengakibatkan asosiasi baru (hubungan baru)
yang telah dibentuk, dan selanjutnya terlihat stimuli, mereka akan cenderung
memperoleh respon yang dikehendaki sebagai pengganti respon yang tidak disenangi.
EKSPERIMEN GUTHRIE DAN HORTON
Pada tahun 1946 Guthrie melakukan suatu studi kolaboratif dengan George P. Horton
dimana melibatkan perilaku kucing di dalam kotak Puzzle. eksperimen Guthrie-Horton ini
menggambarkan teori pelajaran assosiatif. Mereka menggunakan suatu kotak kaca
yang diberi papan agar mereka bias mengawasi pergerakan kucing itu. Kotak dibangun
sedemikian rupa sehingga kucing bisa membuka pintu dengan menyentuh tombol.
Dengan menentukan waktu kira-kira 15 beberapa menit agar kucing untuk menyentuh
tombol itu. Waktu yang kedua, kucing mempunyai kecenderungan untuk mengulang
perilaku pertamanya. Penelitian menunjukkan bahwa kucing selalu mengulangi urutan
pergerakan yang sama jika dihubungkan dengan yang sebelum dilepas dari kotak itu. Ini
menunjukkan suatu contoh dari pengulangan perilaku. Eksperimen Guthrie-Horton
menggambarkan kepada kita semua untuk mengasumsikan perbandingan hewan untuk
belajar dari suatu asosiasi (hubungan) antar suatu stimulus dan tindakan sekedar
tingkah laku dari pengalaman terdahulu. ( Wolman, 1973).
KONTRIBUSI TEORI GUTHRIE
Guthrie adalah sosok yang unik dalam pendiriannya bahwa pembelajaran diakibatkan
dari hubungan antara stimuli dan respon dan dari hubungan itu sendiri. Bahkan
pengamat pertama terhadap teori pembelajaran, menegaskan bahwa pendekatan
gabungan sederhana dari Guthrie dapat menyumbangkan seluruh fenomena dasar yang
ditempatkan dalam analisis Skinner atau Hull. Yang nampak terbesar keilmiahannya
adalah bahwa Guthrie mampu menjelaskan pembelajaran, perbedaan, dan generalisasi
dengan analisis sederhana sedangkan teori-teori lainnya melakukan pendekatan

mengenai permasalahan ini dengan lebih kompleks.


Fokus dari teori yang dimunculkan oleh Guthrie ini lebih mengarah pada perubahan
kebiasaan yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan. Khususnya pada
pembiasaan anak didik di usia dini. Dimana dalam dunia pendidikan dapat dilakukan
melalui teori metode drill tingkah laku yang dilakukan berulang-ulang kumudian membut
kebiasaan yang berulang-ulang.
Meskipun teori Guthrie menimbulkan riset dan kontroversi sehingga diteliti kembali oleh
Hull atau Skinner, teorinya memberikan suatu penjelasan alternatif mengenai
pembelajaran. Disamping itu, teorinya dianggap sebagai suatu teori konstan bahwa
suatu teori tidak perlu dijelaskan secara kompleks untuk memperlihatkan perilaku yang
kompleks.
Seperti halnya Thorndike, Skinner, Hull, dan Pavlov, Guthrie bukanlah teoritikus
penguatan. Thorndike membahas pemisahan asosiatif, yang dirasanya terjadinya tidak
tergantung dari penguatan. Tapi, karena fokus utama Thorndike adalah pada jenis
pembelajaran yang telah ditetapkan oleh dalil pengaruh, secara umum dianggap
teoritikus penguatan.
Motivasi bagi Thorndike, Guthrie memulai proses pendidikan dengan menyatakan
tujuan-tujuan tentang respon yang akan ditumbuhkan pada stimuli. Menurutnya
lingkungan belajar hendaknya ditata sedemikian rupa, agar respon yang dikehendaki
muncul degan adanya stimuli, sehingga tujuan bisa tercapai.
Hal ini nampaknya Berbeda dengan Thordike, motivasi bagi Guthrie tidak terlalu penting,
karena yang terpenting baginya adalah anak didik dapat merespon secara tepat
terhadap stimulus yang diberika. Latihan adalah hal yang penting agar stimulus terus
menerus terjadi dan tingkah laku yang dikehendaki mucul . seluruh tingkah laku manusia
dianggap sebagai deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit, dimana unit-unit ini
merupakan respon dari stimulus sebelumnya, kemudian unit-unit tersebut menjadi pula
stimulus yang kemudian direspon oleh tingkah laku berikutnya.
Latihan yang terus menerus akan memperkuat asosiasi yang terdapat antara unit
tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku berikutnya. Bagi Guthrie bahwa
susunan anak didik yang belajar matematika di papan tulis bukan suatu jaminan bahwa
mereka akan belajar hal yang sama di bangku mereka.
Pendidikan dikelas merupakan suatu usaha menggabungkan stimulus dan respon.
Bagaimana pembelajaran dapat mempengaruhi faktor luar kelas, jika respon yang
muncul dari stimulus yang sama dengan apa yang dialami siswa di sekolah dan
membiarkan respon lain terhadap stimuli yang sama di luar kelas. Guthrie meyakini
bahwa pendidikan formal seharusnya menyerupai kehidupan nyata dimana guru di
sekolah harus mampu mengaplikasikan hal-hal yang praktis sebagaimana yang
diterapkan di luar sekolah.
Dari beberapa teoritikus yang kami cakup sejauh ini, teori Guthrie hampir sama dengan
teori Watson, meskipun keduanya bukanlah teoritikus penguatan. Watson percaya
bahwa seluruh pembelajaran dapat dijelaskan dengan menggunakan dalil hubungan
dan frekuensi. Perbedaan utama antara teori Watson dan Guthrie adalah Watson
menerima dalil frekuensi sedangkan Guthrie tidak.

KRITIK
Ada beberapa kelemahan pada teori Guthrie yang menjadi sorotan sekaligus sebagai
kritikan dalam menjelaskan berbagai prinsip dalam belajar (escape learning dan
forgetting). Guthrie melakukan pendekatan dengan prinsip yang sama sehingga psikolog
lainnya sulit menemukan posisi Guthrie dalam jajaran ahli psikolog.
Muller dan Schoenfeld (1954) juga mengungkapkan bahwa Guthrie kurang
menggunakan metodologi eksperimen dalam banyak hal dengan menggunakan
alasan/dalil yang ambigu, yakni banyak mengandalkan hasil dari teori belajar tersebut,
sehingga teori yang dihasilkan tersebut sulit di aplikasikan dalam fakta pendidikan
langsung.
Selain itu juga disampaikan oleh Moore dan Stuard (1979) bahwa percobaan yang
dilakukan Guthrie masih diragukan karena menggunkana hewan yakni kucing piaraan
dan kucing hias dan lebih menunjukan fakta insting (instinctive) dari hewan tersebut.
Jadi Guthrie masih memiliki beberapa kelemahan yang cukup mendasar dalam berbagai
penelitiannya. Sedangkan hasil penelitiannya dengan Horton tentang kucing perlu
dikembangkan untuk dikaji kembali, dengan menerapkan teori tersebut pada hewanhewan selain kucing.
KESIMPULAN
Menurut Guthrie, Pengalaman seseorang yang terjadi di masa lalu cenderung
membuatnya akan mengulangnya, dan ketika ini terjadi situasi akan menjadi riil dan
muncul sebagai tindak lanjut dari apa yang pernah dilakukan. Perilaku dan pengalaman
tersebut, kemudian berpeluang untuk terjadi lagi sehingga muncullah reinforcement.
Kebiasaan merupakan respon yang datang dari asosiasi dengan banyak stimulus yang
berlebihan, misalnya seseorang ketika merokok mengalami perubahan yang menjadi
kebiasaan yang sangat kuat, dikarenakan respon dari pada rokok dapat menghadirkan
banyak pengalaman yang tersimpan (kebiasaan), maka bagaimana kebiasaan merokok
itu bisa berubah menjadi kebiasaan yang baik, bukan sebaliknya yakni menjadi
kebiasaan yang buruk.
Hukuman dalam teori Guthrie menjadi sangat perlu ketika adanya efektifitas diterapkan
pada kondisi yang tepat, yakni harus didasari alasan bahwa hukuman dilakukan sebagai
upaya agar individu mampu menemukan/melakukan sebagaimana yang diinginkan,
sehingga muncul respon yang benar atas stimuli yang diberikan.
Menurut Guthrie, lupa juga bisa terjadi ketika adanya alternative respon yang ada pada
struktur stimuli. Setelah struktur stimuli dihasilkan oleh respon yang lain, maka struktur
tersebut akan cenderung membawa respon baru yang menghambat.

Anda mungkin juga menyukai