0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
125 tayangan3 halaman
Teori ini menyatakan bahwa konsep-konsep semantik diperoleh anak berdasarkan fitur-fitur alami di lingkungan sekitarnya sejak lahir. Semakin luas lingkungannya, semakin banyak pemerolehan semantik yang didapat. Perkembangan semantik anak berkaitan erat dengan perkembangan kognitif umum.
Teori ini menyatakan bahwa konsep-konsep semantik diperoleh anak berdasarkan fitur-fitur alami di lingkungan sekitarnya sejak lahir. Semakin luas lingkungannya, semakin banyak pemerolehan semantik yang didapat. Perkembangan semantik anak berkaitan erat dengan perkembangan kognitif umum.
Teori ini menyatakan bahwa konsep-konsep semantik diperoleh anak berdasarkan fitur-fitur alami di lingkungan sekitarnya sejak lahir. Semakin luas lingkungannya, semakin banyak pemerolehan semantik yang didapat. Perkembangan semantik anak berkaitan erat dengan perkembangan kognitif umum.
Teori ini diperkenalkan oleh Anglin. Menurut Anglin, perkembangan semantik anak-anak mengikuti satu proses generalisasi, yakni kemampuan kanak-kanak melihat hubungan-hubungan semantik antara nama-nama benda (kata-kata) mulai dari yang konkret sampai pada yang abstrak.
Menurut Abdul Chaer, pada tahap permulaan pemerolehan semantik ini
kanak-kanak hanya mampu menyadari hubungan-hubungan konkret yang khusus di antara benda-benda itu. Bila usianya bertambah mereka membuat generalisasi terhadap kategori-kategori abstrak yang lebih besar. Contohnya, pada awal perkembangan pemerolehan semantik kanak-kanak mengetahui kata Paus dan Hiu adalah sesuatu yang ada di Air melalui hubungan konkret. Pada tahap berikutnya setelah mereka semakin matang, mereka akan menggolongkan kata ini dengan butir leksikal yang lebih tinggi kelasnya atau superordinat melalui generalisasi yaitu Ikan . Selanjutnya, setelah usia mereka semakin bertambah umur atau semakin matang bahasanya, maka mereka akan memasukkan Ikan ke dalam kelompok atau generalisasi yang lebih tinggi, yaitu Hewan.
4. Teori Primitif – Primitif Universal
Teori ini diperkenalkan oleh Postal pada tahun 1966, Menurut Postal semua bahasa yang ada di dunia ini dilandasi oleh satu perangkat primitife- primitif semantik universal (yang kira-kira sama dengan penanda-penanda semantik dan fitur-fitur semantik), dan rumus-rumus untuk menggabungkan primitif-primitif semantik ini dengan butir-butir leksikal. Sedangkan setiap primitif semantik itu mempunyai satu hubungan yang sudah ditetapkan sejak awal dengan dunia yang ditentukan oleh struktur biologi manusia itu sendiri. Kemudian teori diatas dikembangkan lagi oleh Bierswich pada tahun 1970 dengan lebih terperinci, Ia menyatakan bahwa primitif semantik atau komponen- komponen semantik ini mewakili kategori-kategori atau prinsip-prinsip yang sudah ada sejak awal yang digunakan oleh manusia untuk mengolong-golongkan struktur benda-benda atau situasi-situasi yang diamati oleh manusia itu. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa primitf-primitif atau fitur-fitur semantik ini tidak mewakili ciri-ciri fisik luar dari benda-benda itu, tetapi mewakili keadaan- keadaan psikologi berdasarkan bagaimana manusia memproses keadaan sosial dengan fisiknya.Selajnjutnya ia menjelaskan bahwa dalam pemerolehan makna kanak-kanak tidak perlu mempelajari kompponen-komponen makna itu karena komponen-komponen itu telah tersedia sejak dia lahir. Yang dipelajari adalah hubungan-hubungan komponen ini dengan “ milik-milik” fonologi dan sintaksis bahasanya. Ini berarti bahwa manusia menafsirkan semua yang diamatinya berdasarkan primitif-primitif semantik yang telah tersedia sejak dia lahir. Dengan demikian hipotesisi primiti-primitif universal ini mau tidak mau harus menghubungkan perkembangan semantik kanak-kanak dengan perkembangan kognitif umum kanak-kanak itu.
Manusia dengan demikian menafsirkan semua yang diamatinya
berdasarkan primitif semantik yang telah tersedia sejak dia lahir. Dengan kata lain teori ini menghubungkan perkembangan semantik kanak-kanak dengan perkembangan kognitif umum kanak-kanak itu. Karenanya kanak-kanak yang lahirnya di desa memiliki konsep-konsep alami yang ada di desa. Beberapa kosakata itu misalnya sawah, batu, sungai, gubuk, ayah, ibu, kakak, kepala desa. Bisa juga beberapa kata yang lebih bersifat natural atau yang alami seperti matahari, bulan dan bintang.Kanak-kanak di pesisir, memperoleh konsep-konsep makna seperti pantai, pasir, laut, nelayan, jaring angin, ikan, udang, bulan, matahari, layar. Kanak-kanak di kota, memperoleh konssep-konsep dari sekelilingnya. Seperti televisi, radio, sekolah, internet, teknologi, mal, sepatu, kemeja, kaos, rompi. Pemerolehan semantik kanak-kanak yang berbeda lingkungan sosialnya akan berbeda satu sama lain. Karena meskipun prinsip alaminya sama, tetapi pada perkembangannya akan berubah sesuai perkembangan kognitif dan sosial. Contohnya adalah malam tidak selamanya gelap bagi kanak- kanak di kota besar. Ada lampu, ada mal, ada suasana yang ramai, nonton televisi. Berbeda dengan di desa yang kalau malam hari gelap, sepi, tidur, bunyi jangkrik dan lain-lain. Sejak usia dini, bayi telah berinteraksi di dalam lingkungan sosialnya. Seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada bayi untuk ikut dalam komunikasi sosial, maka pada saat itulah bayi pertama kali mengenal sosialisasi bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa. Melalui bahasa pertama, seorang anak belajar untuk menjadi anggota masyarakat. Bahasa pertama menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendirian, dalam bentukbentuk bahasa yang dianggap ada. Anak belajar pula bahwa ada bentuk-bentuk yang tidak dapat diterima anggota masyarakatnya, anak tidak boleh selalu mengungkapkan perasaannya secara terus terang.
Intinya, berdasarkan teori ini, konsep-konsep makna diperoleh kanak-
kanak berdasarkan fitur-fitur alami di sekitarnya. Semakin luas lingkungan sosialnya berkembang semakin banyak pemerolehan semantik yang didapat. Perangkat-perangkatnya sama, sesuatu yang sudah ada dalam kehidupan manusia tersebut.
Daftar Pustaka Indah,P.S, Syahrul, R, & Yasnur, A. (2019). Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,3(1),265-237.