PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya hampir di semua
negara, terutama di negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Pengaruh ini
masyarakat dari suatu daerah ke daerah lain. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan dinamika hidup, mengharuskan setiap manusia bergerak dari satu tempat
ke tempat yang lain. Jarak tempat yang akan di tempuh oleh setiap manusia pun
bervariasi sifatnya dan terkadang harus ditempuh dengan suatu sarana transportasi.
dan nyaman. Transportasi selain berfungsi sebagai alat untuk berpindah tempat, juga
bangsa dalam
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, banyak mengatur tentang
jalan, kelengkapan jalan, hak dan kewajiban pengguna jalan, baik pengendara
bernegara. Oleh karena itu sebagai negara hukum, Indonesia untuk menilai
peraturan hukum yang berlaku. Secara umum, dalam setiap negara yang menganut
paham negara hukum, selalu berlakunya tiga prinsip dasar, yakni supremasi
law), dan penegakan hukum dengan cara tidak bertentangan dengan hukum (due
Selain itu juga pemerintah dan segenap alat perlengkapan negara di pusat dan di
daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus berdasarkan atas hukum-
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
1
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
4
simpul lainnya dengan ruang kegiatan. Selain itu juga menyangkut kemampuan
melalui prasarana lalu lintas dan angkutan jalan itu sendiri maupun keterpaduan
dengan lalu lintas sungai atau danau maupun keterpaduan dengan moda
lalu lintas di Pandeglang sehingga dituntut untuk mempersiapkan diri dan secara
terlihat dari kelancaran arus lalu lintas yang ada di wilayah kerjanya. Saat ini,
lintas. Hal ini sesuai dengan salah satu sasaran dari Polres, yaitu terwujudnya
sistem manajemen transportasi lalu lintas yang baik sehingga dapat tercapai
dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa Persyaratan Teknis dan Laik Jalan
a. Susunan;
b. Perlengkapan;
c. Ukuran;
d. Karoseri;
f. Pemuatan;
g. Penggunaan;
(3) Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh
2
Pasal 48 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan kendaraan
bermotor
6
b. Kebisingan suara;
f. Suara klakson;
h. Radius putar;
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan laik jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan peraturan
Pemerintah.
(1) dapat berupa modifikasi dimensi, mesin, dan kemampuan daya angkut.
(2) Modifikasi Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
3
dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
7
(4) Bagi Kendaraan Bermotor yang telah diuji tipe ulang sebagaimana dimaksud
Undang. Bentuk dari modifikasi kendaraan berupa motor yang dilakukan oleh
Nomor 55 Tahun 20124 tentang Kendaraan telah diatur bahwa lampu utama
dekat berwarna putih atau kuning muda dan lampu utama jauh berwarna putih
atau kuning muda menjadi berwarna merah muda atau warna lain secara
keseluruhan baik lampu utama dekat maupun lampu utama jauh. Selain
penggantian komponen bohlam lampu utama, sering pula kita jumpai banyak
Tahun 2012 5tentang Kendaraan berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip
yang apabila digunakan pada siang hari kurang efisien karena tidak dapat
terlihat
4
Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012
5
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Aturan Warna Lampu Utama Kendaraan
Bermotor
8
kendaraannya yang tidak disertai dengan uji tipe ulang, sehingga apabila
benar dan tidak menggunakan bahan material yang kuat maka dapat
biasanya meliputi perubahan besaran diameter velg, ukuran ketebalan ban, serta
umum yang berkeiiaran di kota-kota besar seperti halnya kendaraan bentor yang
memodifikasi dari becak menjadi kendaraan bermotor dan juga dari kendaraan
bermotor di buat menyerupai becak dan kendaraan tersebut belum lulus uji tipe
tersebut harus layak uji dan juga peraturan dalam hal memodifikasi kendaran
syarat untuk layak uji kendaraan bermotor6 ,Pasal 123 ayat (1), Pasal 131 huruf
(e) PP
6
Pasal (50-56) Undang-undang no 22 tahun 2009 Tentang Layak Uji Dan Syarat Untuk
Layak Uji Kendaraan Bermotor
9
131 huruf e dan pasal 132 ayat (2) dan ayat 7 PPNo 55 tahun 2012 tentang
kendaraan7, Pasal 50 ayat (1) UU No 22 tahun 2009 harus wajib dilakukan uji
sebagai berikut :
di maksud bengkel resmi bengkel resmi ada adalah bengkel yang mempunyai
kantor Samsat untuk memperoleh STNK baru yang sesuai dengan perubahan
khusus agar tidak melanggar undang-undang dan proses yang cukup panjang,
7
Pasal 277 Undang-Undang No 22 Tahun 2009, Sesuai Dengan Pasal 131 Huruf E Dan
Pasal 132 Ayat (2) Dan Ayat 7 Ppno 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan
8
Pasal 50 Ayat (1) Uu No 22 Tahun 2009 Harus Wajib Dilakukan Uji Tipe Untuk
Memperoleh Sertifikat.
1
masing- masing pedesaan dapat kita jumpai salah satu dari tingginya minat
sparepart atau komponen sepeda motor yang tidak sesuai dengan standarisasi
peraturan. Meskipun komponen yang dijual tersebut tidak sesuai dengan standar
dibilang tidak sedikit. Terdapat kurang lebih 10 kios atau toko penjual dan
Pada dasarnya jasa yang ditawarkan pada tempat modifikasi motor tersebut
jasa penggantian knalpot dari yang semula berupa knalpot standar menjadi
knalpot racing, jasa pengecatan ulang seluruh body motor, hingga jasa
penelitian awal yang dilakukan oleh penulis, setiap bulan terdapat kurang lebih
jika kita hitung dengan jumlah 10 tempat jasa modifikasi, maka setiap bulan
Jumlah tersebut jelas bukan jumlah yang sedikit jika kita hitung dalam
waktu satu tahun. Selain munculnya industri-industri lokal penyedia jasa dan
1
atau club motor di pandeglang. Komunitas atau club motor tersebut muncul atas
untuk memodifikasi serta sebagai sarana bertukar pikiran dan menambah relasi
lebih 15 komunitas atau club motor yang terbagi menjadi berbagai macam,
mulai dari jenis, merk, hingga tahun pembuatan sepeda motor tersebut.
Komunitas atau club tersebut selain menjadi sarana bertukar pikiran dan
kompetisi atau kontes modifikasi yang kerap kali diselenggarakan oleh beberapa
pihak swasta maupun pemerintah daerah. Penilaian atas kompetisi atau kontes
modifikasi tersebut dibagi menjadi beberapa kategori seperti The Best Extreme
Body Kit, The Best Racing Look, The Best Custom, The Best Engine, dan
sebagainya. Hadiah atau reward yang diperebutkan oleh para peserta pada
kompetisi atau kontes modifikasi tersebut cukup menarik seperti uang tunai
trophy.
tersebut maupun pengguna jalan yang lain. Sudah menjadi tugas bagi Polres
pelanggaran lalu lintas sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam Pasal 260
ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan9.
2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 55
2014 tentang Angkutan Jalan terkait dengan persyaratan teknis dan laik
Sehingga tidak jarang Polres Melakukan pemeriksaan pada titik terntentu untuk
menyikapi banyaknya modifikasi yang tidak sesuai aturan, seperti halnya contoh
pelanggaran sesuai aturan UU No 22 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
dengan pasal
285 ayat (1) jo 106 (3) jo 48 (2) (3) dengan menyita kendaraan sebagai barang
9
Pasal 260 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan
10
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan
11
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan
Terkait Dengan Persyaratan Teknis Dan Laik Kendaraan Bermotor Serta
Persyaratan Modifikasi Kendaraan Bermotor
12
Https://Otomotif.Kompas.Com/Image/2021/08/29/072410915/Polisi-Amankan-Vespa-
Modifikasi-Lebarnya-Sebadan-Jalan?Page=1
1
pengendara maupun pengguna jalan yang lain. Pada dasarnya tindakan untuk
yang dilakukan tidak menyimpang dari syarat- syarat dan ketentuan yang telah
latar belakang dan fenomena yang terjadi dilapangan tersebut, sehingga penulis
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan terkait dengan modifikasi kendaraan roda dua berupa Motor
Kabupaten Pandeglang
1
C. Tujuan penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
khususnya dibidang lalu lintas dan angkutan jalan sehingga tercipta tertib
berlalu lintas, serta kepada aparat penegak hukum untuk konsisten dalam
3. Untuk Penulis
1
Jalan terkait dengan modifikasi kendaraan roda dua berupa Motor dan Apa
E. Metode penelitian
1. Metode Pendekatan
ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya dalam
masyarakat.
2. Spesifikasi Penelitian
metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara
cara meneliti dan pembahasan peraturan-peraturan hukum yang berlaku saat ini,
13
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1986, hal 6. 13
Ibid, hal 52.
1
dengan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat. Jadi yang dimaksud dengan
motor di Kabupaten Pandeglang ini akan dilihat dari sudut yuridis mengenai
Jenis penelitian ini adalah hukum empiris, sehingga penelitian akan melihat
a. Data Primer
b. Data sekunder
Jalan.
Kendaraan Bermotor.
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum
pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh
a. Wawancara
b. Studi Pustaka/Dokumen
dianalisis secara
1
sistematis dikaitkan dengan peraturan hukum yang berlaku. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui sesuai tidaknya fakta-fakta yang ada di lapangan dengan aturan
6. Lokasi Penelitian
Banten.
F. Sistematika penulisan
gambaran dalam skripsi ini, maka di bawah ini dijelaskan secara singkat
pembahasan dari BAB I sampai dengan BAB IV, yaitu sebagai berikut:
interprestasinya.
lebih lanjut dari peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi14. Perda
yang dibuat oleh satu daerah, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
lembaran daerah15.
daerah kabupaten/kota
14
B.N. Marbun, Otonomi Daerah 1945-2010 Proses dan Realita, Cet-2 (Jakarta:
PustakaSinar Harapan, 2010) h. 156
15
Abdullah Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah
SecaraLangsung, Cet-1 (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2005) h. 131
20
2
bersama Bupati/Walikota.
undang, yaitu suatu produk hukum yang dibuat oleh presiden bersama-sama
Dewan Perwakilan Rakyat (Selanjutnya disebut DPR). Dari segi materi dan
pemerintahan dan hanya berlaku pada wilayah tertentu atau bersifat lokal.
baik dalam rangka otonomi maupun atas dasar pembantuan, baik yang
dan 14
Materi muatan perda itu sangat banyak dan setiap saat dapat berkembang
16
Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Cet-1 (Jakarta: PT
PustakaMandiri, 2010) h. 103
2
a. Landasan Filosofis
Yaitu dasar filsafat atau pandangan atau ide yang menjadi dasar suatu
dikaji secara filosofis. Pembenaran itu harus sesuai dengan cita-cita dan
der eedelijkheid).18
nilai filosofis tertinggi yang diyakini sebagai sumber dari segala sumber
dalam
17
W. Riawan Tjandra dan Kresno Budi Harsono, Legal Drafting Teori dan Teknik
Pembuatan Peraturan Daerah, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya Press, 2009) h. 13
18
Budiman N.P.D, Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Cet-1, (Yogyakarta: UII
Press,2005)h.33
2
peraturan negara.19
yang menjadi induk dari landasan filosofis ini adalah Pancasila sebagai suatu
b. Landasan Sosiologis
dipahami oleh masyarakat sesuai dengan kenyataan hidup. Ini berarti bahwa
hukum yang dibentuk harus sesuai dengan hukum yang hidup (the living law)
19
M. Sooly Lubis, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, Cet-1, (Bandung:
MandarMaju, 1989) h. 7
20
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis
Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah, Cet-1, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 17
21
Rosyidi Ranggawidjaja, Pembentukan Peraturan Negara Di Indonesia, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2010) h. 21.
2
pengaturan.22
pula penggunaan alat tangkap ikan yang tidak sesuai dapat merusak sumber
usaha perikanan.
masyarakat dan negara melalui usaha perikanan yang dalam ketentuannya juga
dari gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat. Dengan melihat kondisi sosial
undangan maka tidak begitu banyak lagi pengarahan institusi kekuasaan dalam
melaksanakannya.
22
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis
Menyusun dan Merancang Peraturan Daerah, Cet-1,(Jakarta: Kencana, 2010) h.25.
2
c. Landasan yuridis
undangan yang lebih tinggi dan menjadi dasar kewenangan. Dari sini akan
membentuk peraturan itu atau apakah urusan yang diatur itu berada dibawah
kewenangan mengatur badan itu, serta apakah materi muatan yang akan diatur
yuridis pada pembentukan perda yakni mengacu pada pasal 18UUD NRI 1945
daerah dan peraturan – peraturan lainnya demi menjalankan otonomi dan tugas
daerah.
d. Landasan Politis
23
Supardan Modoeng, Teknik Perundang-undangan di Indonesia, (Jakarta: Perca, 2005)
h. 64.
24
Jimly Asshiddiqie & M Ali Safaat, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta:
Sekretariat Jederal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2012) h. 172.
2
pemerintahan yang termuat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. Hal ini
dapat diungkapkan pada garis politik seperti pada saat ini tertuang pada
peraturan perundang – undangan yang akan dibuat oleh badan atau pejabat yang
berwenang.
25
Supardan Modoeng, Teknik Perundang-undangan di Indonesia, edisi revisi,
(Jakarta: Perca,2005) h. 69-70.
2
dengankepentingan umum.
tingkat pusat.26
26
Maria Farida Indrati Soeprapto Buku I. Ilmu Perundang-undangan (Jenis, Fungsi,
dan Materi Muatan), Cet-1, (Yogyakarta: Kanisius, 2007) h. 232
27
HAS Natabaya, Sistem Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Cet-1,
(Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006) h. 132.
2
tinggi. Kemudian dalam pasal 138 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
a. Pengayoman
b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan
e. Kenusantaraan
g. Keadilan
disebutkan di atas, perda dapat memuat asas yang lain asalkan sesuai
sebagai berikut:
1) Penyusunan Prolegda
2) Penyusunan raperda
Akademik.
28
Abdul Latief, Hukum dan Peraturan Kebijakan (Beleidsregel) Pada Pemerintahan
Daerah,Cet-1, (Yogyakarta: Pusat Studi FH UII, 2005) h. 71
3
tangan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan kepala daerah, jika tidak
daerah.
29
HAW Wijaya, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UU
322004, Cet-2, (Jakarta: PT Raja Grrafindo Persada, 2005) h. 244.
3
meliputi:
a. Kejelasan tujuan
d. Dapat dilaksanakan
g. Keterbukaan
Nomor 1 tahun 1950 tentang Peraturan Tentang Jenis dan Bentuk Peraturan.
mengatur.30
32
Dalam pasal 2 dirumuskan bahwa peraturan perundang-undangan
30
Maria Farida Indrati Soeprapto, Buku I. Ilmu Perundang-undangan (Proses dan
TeknikPembentukannya),Cet-1, (Yogyakarta: Kansius, 2007) h. 71
31
Engelbrecht. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Indonesia, (Jakarta: Ichtiar
Baru-van Hoeve, 2006) h. 54
32
Ahmad Yani, Pembentukan Undang-undang Dan Perda, Cet-1, ( Jakarta: Rajawali
Pers,2011) h. 13
3
1960 sampai dengan tahun 2002, kedudukan perda secara formal dalam
perda provinsi dan kedua perda kabupaten/kota. Dalam pasal 7 ayat (1),
undangan yang jenis dan kedudukannya diatur dalam UUD NRI 1945.34
33
Dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
3
Undang Nomor 1 tahun 1950 tentang Peraturan Tentang Jenis dan Bentuk
Peraturan.
Dinas Perhubungan Seksi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas
kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna
masyarakat lalu lintas (Dikmas Lantas) adalah segala kegiatan yang meliputi
bagaimana cara berkendara yang baik dan benar sebagai pengguna jalan.
Dalam masyarakat yang modern, lalu lintas merupakan faktor utama yang
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang didalamnya diatur tugas Dinas
adalah suatu
3
1) Penerangan keliling.
atau kebijakan yang disertai papan atau anjuran dalam maksud untuk
2) Penerangan masyarakat.
harapan.
Yaitu suatu taman atau tempat yang dibuat sedemikian rupa sehingga
pengunjung
3
khususnya anak-anak sekolah tentang tata cara berlalu lintas, sopan santun,
2) Pelatihan Lantas
lalu lintas.
3) Safety Ridin
dilapangan sebagai salah satu metode pendidikan atau sosialisasi lalu lintas
dijalan raya.
pengurusan administrasi lalu lintas, dan tata cara berlalu lintas yang baik
disiplin dan tertib berlalu lintas dalam rangka keselamatan berlalu lintas
potensi masyarakat tentang cara pengaturan lalu lintas. Dan juga menjalin
lalu lintas. Apabila peranan diatas berlangsung sesuai dengan harapan dan
terpatri dalam diri masyarakat itu sendiri, maka akan tercipta masyarakat
kondusif
BAB III
GAMBARAN UMUM POLRES KABUPATEN PANDEGLANG DAN
UNDANG – UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN
seperti layaknya polda pada tingkat provinsi yang terdiri dari satuan reserse
kriminal, satuan reserse narkoba, satuan tahti, satuan sabhara, satuan lalu
layanan kepolisian bagi masyarakat umum yang terdiri dari layanan SIM,
1. VISI
40
4
2. MISI
yang cukup.
➢ Meningkatkan nilai moral dan agama dalam sikap dan prilaku kehidupan.
4
2. Bagren;
34
https://poldasumbar.wordpress.com
4
3. Bagsumda;
4. Siwas;
5. Sipropam;
6. Sikeu; dan
7. Sium.
Unsur pelaksana tugas pokok terdiri dari:
1. SPKT;
2. Satintelkam;
3. Satreskrim;
4. Satresnarkoba;
5. Satbinmas;
6. Satsabhara;
7. Satlantas;
8. Satpamobvit;
9. Satpolair; dan
10. Sattahti.
organisasi Polres;
dan
menyelenggarakan fungsi.
kegiatan
35
https://polressumbar.wordpress.com
4
tindakan kontinjensi.
lingkungan Polres.
lingkungan Polres.
4
fungsi:
▪ penyusunan perencanaan jangka sedang dan jangka pendek Polres, antara lain
(KAK) atau Term Of Reference (TOR), dan Rincian Anggaran Biaya (RAB);
Bagren dipimpin oleh Kabagren yang bertanggung jawab kepada Kapolres, dan
▪ membantu menyusun rencana jangka sedang dan jangka pendek Polres, antara
KL, DIPA, penyusunan penetapan kinerja, KAK atau TOR, dan RAB;
▪ menyusun LRA dan membuat laporan akuntabilitas kinerja Satker dalam bentuk
menyelenggarakan fungsi:
▪ pembinaan karier personel Polres antara lain Usulan Kenaikan Pangkat (UKP),
▪ pelatihan fungsi, antara lain fungsi teknis kepolisian, keterpaduan antar fungsi
▪ pelayanan kesehatan bagi anggota Polri dan PNS Polri beserta keluarganya;
(SIMAK BMN).
beserta keluarganya;
masyarakat;
Peraturan Daerah.
khusus, senjata api, amunisi dan angkutan, serta memelihara fasilitas jasa dan
dan pembinaan hukum serta analisis sistem dan metoda terkait dengan
semua unit kerja, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian
kinerja.
Siwas dipimpin oleh Kasiwas yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan
oleh semua unit kerja, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan pencapaian
kinerja.
yang diduga dilakukan oleh anggota Polri dan/atau PNS Polri, melaksanakan
sidang disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, serta rehabilitasi personel;
personel Polri;
▪ pelaksanaan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi serta pemuliaan profesi
personel;
▪ pengawasan dan penilaian terhadap personel Polres yang sedang dan telah
yang tidak terbukti melakukan pelanggaran disiplin dan/atau kode etik profesi;
dan ketertiban personel Polres, pelaksanaan sidang disiplin dan/atau kode etik
yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau kode etik
profesi; dan
keuangan.
Sikeu dipimpin oleh Kasikeu yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan
keuangan;
Polri;
pertanggungjawaban keuangan.
Wakapolres.
bentuk Laporan Polisi (LP), Surat Tanda Terima Laporan Polisi (STTLP), Surat
Diri (SKLD), Surat Izin Keramaian dan Kegiatan Masyarakat Lainnya, Surat
Izin Mengemudi (SIM), dan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK);
▪ pelayanan masyarakat melalui surat dan alat komunikasi, antara lain telepon,
umum dan
5
fungsi intelijen;
▪ penerbitan surat izin untuk keramaian dan kegiatan masyarakat antara lain
dalam bentuk pesta (festival, bazar, konser), pawai, pasar malam, pameran,
▪ penerbitan STTP untuk kegiatan masyarakat, antara lain dalam bentuk rapat,
▪ pelayanan SKCK serta rekomendasi penggunaan senjata api dan bahan peledak.
5
dibantu oleh:
lainnya, STTP, rekomendasi penggunaan senjata api dan bahan peledak, SKCK
3. Unit, terdiri dari paling banyak 7 (tujuh) Unit, yang bertugas melaksanakan
intelijen
5
▪ pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik
undangan;
undangan;
▪ penyelidikan dan penyidikan tindak pidana umum dan khusus, antara lain
tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah hukum
Polres.
5
dibantu oleh:
4. Unit, terdiri dari paling banyak 6 (enam) Unit, yang bertugas melakukan
kepada remaja, anak, dan wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesuai
menyelenggarakan fungsi:
penyalahgunaan Narkoba;
3. Unit, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Unit, yang bertugas melakukan
ketertiban masyarakat, pam swakarsa dan Polmas serta melaksanakan anev atas
pengamanan unjuk rasa dan objek vital, pengendalian massa, negosiator, serta
(Kamseltibcarlantas);
pengemudi;
masalah di bidang lalu lintas, pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas
dan
5. Unit Kapal (Unitkapal), yang bertugas melaksanakan patroli laut dan perairan
dalam rangka pengamanan dan penegakan hukum di wilayah laut dan perairan,
menyelenggarakan fungsi:
▪ pembinaan dan pemberian petunjuk tata tertib yang berkaitan dengan tahanan,
yang meliputi pemeriksaan fasilitas ruang tahanan, jumlah dan kondisi tahanan
beserta administrasinya;
tahanan; dan
5. Unsur Pendukung
telekomunikasi;
telekomunikasi.
BAB IV
JALAN.
Jalan.
hukum, tatanan masyarakat yang tertib dan harmonis akan terwujud meskipun
dalam praktek penegakan hukum saat ini masih jauh dari harapan masyarakat,
hukum dan keadilan bagaikan sekeping mata uang yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, namun sering kali dalam
kepastian hukum
salah satu.36
suatu benda atau barang menjadi lebih baik, dan bagi sebagian masyarakat
kebutuhan hidup.
36
Mahrus Ali, Membumikan Hukum Progresif, Ctk I, Aswaja Pressindo,
Yogyakarta,2013, hlm. 1.
7
pengguna Sepeda Motor yang pertama, dan pengguna Sepeda Motor yang
Pengetahuan
Mengenai UU
Jumlah Mobil Lalu Lintas
Responden Jenis Modifikasi
Modifikasi
Tidak
Tahu
Tahu
I 1. Melapisi seluruh body Motor
dengan stiker sehingga tidak
sesuai dengan warna di ✓
1 Buah TNKB -
2. Mengganti knalpot
3. Mengganti velg
II 1. Mengganti knalpot
2. Mengganti/melepas
peredam suara knalpot ✓
1 Buah (resonator) agar suara lebih -
besar
3. Mengganti velg
III 1. Mengganti velg
2. Mengganti warna lampu ✓
1 Buah -
penunjuk arah (sign)
IV 1.Memotong/mengganti
1 Buah per Motor agar terlihat lebih - ✓
rendah
37
Hasil wawancara dengan masyarakat Kabupaten Pandeglang pada tanggal 13 Agustus
2022, Pukul 09.00-16.00 WIB.
7
1. Mengganti knalpot
V 2. Mengganti velg
3. Mengganti warna
1 Buah lampu utama ✓ -
4. Merubah tingkat
kemiringan roda depan dan
belakang
VI 1. Mengganti knalpot
2. Mengganti/melepas
peredam suara knalpot
(resonator) agar suara lebih ✓
1 Buah -
besar
3. Mengganti warna lampu
penunjuk arah (sign)
IX 1. Menambahkan lampu
1 Buah strobo. ✓ -
2. Mengganti velg
7
X 1. Menambahkan lampu
strobo
2. Mengganti warna lampu
utama
3. Mengganti warna lampu
penunjuk arah (sign)
4. Mengganti velg
1 Buah 5. Mengganti knalpot ✓ -
6. Mengganti/melepas
peredam suara knalpot
(resonator) agar suara lebih
besar
2. Memotong/mengganti per
Motor agar terlihat lebih
rendah
bahaya karena terdapat perbedaan daya tahan terhadap beban antara velg yang
menggunakan bahan keluaran pabrik dengan yang tidak, serta velg tersebut
dapat patah sewaktu-waktu. Pemakaian velg yang dibuat tidak dengan bahan
keluaran pabrik dapat terbilang tidak awet dalam jangka waktu yang panjang.
7
termasuk tindakan yang tidak sesuai dengan Pasal 48 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan”. Hal tersebut juga ditegaskan dalam
ayat (2) yang digunakan pada Kendaraan Bermotor harus memiliki ukuran dan
kemampuan yang disesuaikan dengan JBB dan JBKB”. Yang dimaksud dengan
JBB didalam bunyi Undang-Undang tersebut adalah Jumlah Berat Bruto dari
Diperbolehkan.
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi “Persyaratan laik jalan
b. Kebisingan suara;
38
Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
7
f. Suara klakson;
h. Radius putar;
39
yang kuat termasuk tindakan yang melanggar Pasal 14 ayat (2) Peraturan
39
Tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor
7
c. Asap dari hasil pembuangan tidak mengarah pada tangki bahan bakaratau
Kendaraan Bermotor”.
dari knalpot terlalu besar, selain itu juga tidak sesuai dengan dasar
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa lalu lintas dan angkutan jalan sebagai
kendaraan tersebut sesuai dengan persyaratan teknis laik jalan yang telah diatur
Selain bentukmodifikasi
yang telah disebutkan dan dijelaskan diatas, terdapat pula bentuk modifikasi
40
Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan
7
(resonator) kendaraan mobilnya agar suara knalpot menjadi lebih besar. Hal ini
racing yang pada dasarnya memiliki kesamaan tujuan yaitu agar suara yang
dikeluarkan oleh knalpot terdengar lebih besar. Letak perbedaan dari kedua
bentuk modifikasi ini yaitu penggantian knalpot racing yang tidak disertai
knalpot (resonator).
atas manifold, peredam suara, dan pipa pembuangan”. Apabila seorang pemilik
tersebut menjadi tidak sesuai dengan persyaratan teknis laik jalan seperti yang
Penggantian warna lampu utama dan warna lampu penunjuk arah (sign)
mengganti warna lampu utama yang pada mulanya berwarna kuning muda
41
Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan
8
ataupun putih baik lampu jauh dan dekat menjadi berwarna lain seperti merah
lampu yang pada mulanya berwarna kuning tua menjadi berwarna putih
sehingga ketika lampu penunjuk arah tersebut dinyalakan pada siang hari,
pengendara lain akan kesulitan melihat dengan jelas warna lampu penunjuk
Tahun 2012 tentang Kendaraan, yang didalamnya telah diatur bahwa lampu
utama dekat berwarna putih atau kuning muda dan lampu utama jauh
berwarna putih atau kuning muda. Sedangkan untuk lampu penunjuk arah
(sign) disebutkan bahwa lampu penunjuk arah berwarna kuning tua dengan
sinar kelap-kelip.
merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan oleh penegak hukum untuk
maupun tidak patuh terhadap hukum tersebut salah satunya dipengaruhi oleh
merupakan suatu disiplin ilmu yang bersifat positif yaitu mempelajari gejala-
rasional dan ilmiah. Teori sosiologi hukum termasuk dalam kategori teori
memberikan penjelasan yang lebih luas dan menyeluruh terhadap suatu fakta
atau kenyataan yang terjadi dan dikaitkan dengan kaidah-kaidah yang ada.42
hukum itu dalam mengatur dan atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap
masyarakat yaitu:105
a. Kaidah Hukum.
b. Penegak Hukum.
d. Masyarakat.
42
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, 2008, Jakarta, hlm. 8.
8
Responden Melakukan
Responden Alasan Memodifikasi
Pelanggaran
43
Hasil wawancara dengan masyarakat Kabupaten Pandeglang pada tanggal 13 Agustus
2021, Pukul 09.00-16.00 WIB.
8
1. Adanya keinginan dari dalam diri pemilik kendaraan motor agar motornya
2. Adanya rasa penasaran yang timbul dari dalam diri pemilik kendaraan
kendaraan motor.
6. Untuk mengikuti ajang balap motor yang diadakan secara resmi oleh pihak
44
Perda No 06 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.
8
7. Atas dasar rasa gengsi oleh sesama pemodifikasi motor. Pada faktor ini
9. Adanya rasa ingin untuk menarik perhatian baik pengguna jalan maupun
masyarakat terhadap Perda 06 Tahun 2001, sebagaian besar berasal dari diri
seseorang/individu itu sendiri. Rasa gengsi yang tinggi dan ingin selalu terlihat
motor yang telah diatur dalam Perda 06 tahun 2001 serta Peraturan Pemerintah
masyarakat. Saran
8
atau pendapat yang berasal dari teman satu tongkrongan motor mengenai
motor modifikasi dijalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis laik jalan
Daerah diancam pidana kurungan paling lama (enam) bulan atau denda paling
Modifikasi Motor.
AKP Jenanny Viadiniati S,IK yang berpangkat sebagai Kepala Unit Rekiden
sebagai berikut:110
sebagainya.
siang hari, dan malam hari guna mengantisipasi pengendara motor modifikasi
universitas/perguruan tinggi.
pokok dari pihak kepolisian yang telah diatur di dalam Pasal 13 dan
Pasal
14 ayat
masyarakat.
untuk meningkatkan
undangan”.
diantaranya yaitu:
45
Pasal 13, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
46
Ibid, Pasal 14.
8
dan Angkutan Jalan, jenis warna lampu dan mobil yang dapat
dan
khusus.
bukti penyitaan atas barang yang disita oleh pihak kepolisian kepada
republik indonesia.
47
Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
NegaraRepublik Indonesia.
9
pengendara itu sendiri maupun pengguna jalan lain. Faktor lain yang
Modifikasi Motor.
diwajibkan untuk dilakukan uji tipe sebagaimana telah diatur dalam Pasal
49 ayat (1) Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan
9
tempelan yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan
tersebut dinyatakan lulus uji tipe dan fisik, maka Dinas Perhubungan akan
lulus uji dan surat bukti lulus uji tipe serta fisik berlaku dengan jangka
Apabila sertifikat uji tipe dan fisik suatu kendaraan telah memenuhi batas
waktu yang ditetapkan, maka kendaraan tersebut wajib untuk dilakukan uji
berkala, hal ini diatur dalam Bab II Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten
dari:
2) Identitas kendaraan.
48
Pasal 49 ayat (1), Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
49
Bab II, Pasal 2, Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 06 Tahun 2001
tentangPenyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor.
9
3) Dimensi kendaraan.
7) Pemuatan.
8) Klakson.
9) Lampu-lampu.
13) Ban.
Suatu kendaraan bermotor yang tidak lulus uji tipe dan fisik,
Pandeglang.
9
meliputi surat pengecekan sertifikat bukti lulus uji tipe dan fisik serta
buktilulus uji tipe dan fisik maupun tidak memenuhi persyaratan teknis
A. Kesimpulan
(Penindakan). Bentuk tindakan represif (pencegahan) tersebut berupa
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Perda No 06 Tahun 2001,
melakukan patroli lalu lintas secara rutin di seluruh penjuru jalan Kabupaten
sertifikat bukti lulus uji tipe dan fisik, maka kendaraan tersebut dilarang untuk
94
9
langsung seperti kewenangan yang dimiliki oleh polisi lalu lintas. Perlu
B. Saran
tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan dan Perda No 06 Tahun 2001, dan
bahaya akan modifikasi motor yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
tersebut, namun tidak paham akan makna dari Undang-Undang itu sendiri.
Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan
Perda No 06
Tahun 2001.
serta tidak pandang bulu. Aparatur pemerintah di bidang lalu lintas harus
kendaraannya pada pagi hari, siang hari, dan malam hari untuk
teknis laik jalan suatu kendaraan dan tetap mengendarai motor modifikasi
tersebut dijalan.
DAFTAR PUSTAKA