Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas system transportasi memegang peranan penting dalam kegiatan

distribusi logsitik yang merupakan penghubung antara penjual dan pembeli

dalam kegiatan perdagangan. Kegiatan logistik ini memicu terjadinya

pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah yang memiliki dampak positif

terutama kepada ekonomi masyarakat. Salah satu infrastruktur yang

terpenting adalah jalan. Seiring perkembangan wilayah dan peningkatan

penduduk, jalan mengalami peningkatan volume dan pembebanan lalu lintas

dari waktu ke waktu sehingga aspek keselamatan dan keamanan transportasi

yang ada perlu diperhatikan guna memastikan untuk kegiatan logistic yang

tidak menimbulkan bahaya bagi pengguna jalan lainnya.

Jalan merupakan suatu kebutuhan utama yang sangat essensial dalam jasa

trasnportasi. Jalan ditujukan juga sebagai basis bagi alat angkutan untuk

bergerak dari satu tempat menuju tempat yang lain. Ada beberapa unsur yang

dimiliki oleh jalan yaitu jalan alam dan jalan buatan. Dimana kedua unsur

tersebut merupakan aspek terpenting sebagai usaha manusia memenuhi

kegiatan untuk pembuatan konstruksi dan pemeliharaannya.

Menurut Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan

Angkutan Jalan (UU LLAJ) merupakan aturan yang dibuat pemerintah guna

mengatur kendaraan di jalan raya, salah satunya kendaraan berupa angkutan

barang. Menurut Undang-undang tersebut yaitu dukungan untuk menerima

muatan sumbuh terberat dan dimensi dari kendaraan bermotor dimana setiap

kendaraan ini memiliki kelas jalannya masing-masing. Pengelompokan ini

didasarkan pada penggolongan kelas mulai dari kendaraan kecil hingga

besar. Adanya penggolongan ini bertujuan untuk mencegah kerusakan jalan

dan mencegah kerusakan kendaraan pengangkut beban yang membawa

muatan. Menurut Pasal 19 ayat (2) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009

1
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah dikelompokkan jalan menurut

kelas jalan yang terdiri dari kelas jalan I, kelas jalan II, kelas jalan III, dan

kelas jalan khusus. Penggolongan jalan ini didasarkan juga pada beban

angkut yang mampu dilewati oleh kendaraan yang didasarkan oleh Dinas

terkait kepada setiap pengguna jalan yang melakukan pelaggaran. Adanya

aturan ini membuat pemerintah dapat mewujudkan lalu lintas dan angkutan

jalan yang tertib dan nyaman.

Fenomena yang terjadi saat ini yaitu perkembangan teknologi dan

banyaknya aspirasi masyrakat sehingga memunculkan kendaraan dengan

daya angkut yang terus mengalami peningkatan, sedangkan kondisi

prasarana jalan belum sepenuhnya mendukung selain itu juga masih

tingginya angka pelanggaran muatan lebih yang menyalahi aturan Over

Dimensi Over Loading (ODOL). Berdasarkan data Direktorat Jendral Bina

Marga Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),

potensi kelebihan muatan/tonase dan kelebihan dimensi barang mencapai

nilai yang sangat tinggi sebesar Rp. 44 triliun. Angka tersebut merupakan

nilai yang dikeluarkan akibat adanya perbaikan jalan dalam setahun.

Antisipasi dinas terkait dalam melakukan penertiban kendaraan bermuatan

besar ini dengan upaya tilang.

Oleh karena itu, untuk meperkecil persoalan mengenai lalu lintas pada

jalan raya maka perlu dilakukan pembebasan pergerakan angkutan barang

dalam kota yang umumnya menggunakan truk besar sehingga jalan tetap

berfungsi sebagaimana mestinya selain itu dapat menjaga keselamatan orang

dan barang di jalan. Melalui persoalaan ini perlu adanya pengaturan dan

penertiban penggunaan kendaraan muatan bertonase besar.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis ingin

mencoba mendalami tentang “USAHA PENERTIBAN ANGKUTAN

TRUK TERHADAP OVER DIMENSI OVER LOADING UNTUK

MENJAGA KELANCARA LALU LINTAS DAN KEBERLAGSUNGAN

JALAN RAYA”.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas penertiban angkutan truk terhadap over dimension

over loading pada komponen jalan, manusia, dan kendaraan sesuai

Undang Undang yang berlaku?.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini yaitu :

1. Untuk mendeskripsikan efektivitas penertiban angkutan truk terhadap

over dimension over load pada komponen jalan, manusia, dan kendaraan

sesuai Undang Undang yang berlaku.

1.4. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami

aspek penertiban angkutan truk terhadap over dimension over load pada

komponen manusia, jalan, dan kendaraan sesuai Undang Undang.

3
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Pengawasan

Pengawasan adalah suatu kegiatan yang sangat penting pada organisasi

yang sudah direncanakan dan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi

pengawasan sebagai tindakan koreksi atas kekurangan suatu kegiatan.

Pengawasan juga merupakan segala kegiatan untuk mengetahui dan memahami

pelaksanaan tugas dan kegiatan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak

(Sujamto, 2004). Pengawasan juga dapat diartikan sebagai proses upaya

pengamatan pelaksanaan pada kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai rencana

yang sudah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2003).

Menurut Siagian (2008) pengawasan dibagi menjadi dua jenis yaitu

pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung

merupakan suatu kegiatan yang apabila pimpinan organisasi melakukan kegiatan

yang telah dilakukan bawahannya. Biasanya pengawasan langsung berupa

inspeksi dan pengamatan langsung dan membuat laporan di tempat. Sedangkan

pengamatan tidak langsung merupakan pengawasan yang dilakukan secara jarak

jauh melalui laporan yang disampaikan oleh bawahannya. Pengawasan ini

dilakukan dengan cara melaporkan secara lisan, tertulis, dan khusus.

2.2 Over Dimension Over Loading

Over dimension adalah perilaku yang melanggar hukum yang dilakukan oleh

pelaku usaha untuk merubah atau modifikasi dengan cara menambah tipe pabrik

tidak sesuai standar SRUT (Surat Registrasi Uji Tipe). Pelanggaran ini telah

banyak dilakukan beberapa pelaku usaha guna meminimalisir biaya dan waktu

perjalanan dengan memodifikasi kendaraan mereka lebih panjang atau tinggi

dengan ukuran aslinya. Tindakan kejahatan terhadap perubahan kendaraan

melalui modifikasi mesin dengan cara pemanjangan dan pemendekan chassis

(rangka) dan merubah jarak serta konstruksi kendaraan tidak sesuai dengan pasal

227 UU No. 22 Tahun 2009.

4
Over loading adalah tindak pelanggaran hukum yang dilakukan oleh

pengemudi untuk mengangkut berat muatan barang yang melebihi kapasitas daya

angkut kendaraan yang telah ditetapkan oleh JBI. Hal ini juga diperkuat

banyaknya perusahaan yang melanggar untuk mengurangi waktu perjalanan

kendaraan yang beroperasi. Adanya tindakan ini menyebabkan terjadinya

kecelakaan lalu lintas dan sangat tidak efisien dalam mengurangi waktu

perjalanan dengan kendaraan yang kelebihan muatan ini.

Tindakan yang harus dilakukan untuk kendaraan yang memiliki kecepatan

tinggi serta membawa beban muatan berlebih diharapkan untuk mengurangi

bebannya, ini berdampak pada beban jalan yang saat ini kondisinya rusak.

Sedangkan untuk kendaraan yang melakukan modifikasi menjadi lebih panjang

atau tinggi dari ukuran aslinya agar dilakukan penyemprotan cat pada bak

kendaraan tersebut.

2.3 Lalu Lintas Angkutan Jalan

Menurut Warpani (2002) lalu lintas merupakan keseimbangan antara

kapasitas jaringan jalan dengan banyaknya kendaraan dan orang yang

menggunakan jalan tersebut. Sedangkan angkutan merupakan sarana

perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain menggunakan

kendaraan. Menurut Warpani (2002) peraturan perundang-undangan dibuat

secara berjenjang. Dalam hal ini menganut Undang-undang nomor 22 Tahun

2009 tentang lalu lintas angkutan jalan.

Peraturan pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan

Peraturan teknis dibawahnya sebagai peraturan pelaksana UndangUndang Lalu

lintas dan Angkutan Jalan yang berkaitan diantaranya adalah (1). Peraturan

Pemerintah nomor 51 tahun 2012

tentang Sumber Daya Manusia dibidang Transportasi; (2) Peraturan

Pemerintah nomor 55 tahun 2012 tentang Kendaraan; (3) Peraturan

pemerintah nomor 80 tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan

5
Kendaraan Bermotor di Jalan; (4) Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun

2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; (5) Peraturan

Pemerintah nomor 74 tahun 2014 tentang angkutan jalan; dan (6) Peraturan

Menteri Perhubungan nomor PM 134 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan. Sistem transportasi dibagi menjadi

lima unsur yaitu manusia yang membutuhkan, barang yang dibutuhkan,

kendaraan sebagai alat angkut, jalan sebagai sarana angkutan, dan organisasi

sebagai pengelola angkutan (Warpani, 1990).

2.4 ANGKUTAN BARANG


Angkutan barang merupakan kendaraan bermotor yang dirancang

sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang. Karakteristik

angkutan barang dipengaruhi oleh jarak tempuh, volume dan berat yang

sangat beragam. Setiap jenis barang akan mempengaruhi jenis moda

transportasi yang dipakai sehingga setiap jenis barang akan mendapatkan

penanganan yang tepat dari sarana angkutan sehingga tujuan transportasi

dapat tercapai.

Menurut Ortuzar et al. (2011) membagi beberapa faktor yang

mempengaruhi pergerakan barang adalah: 1). Lokasi, angkutan barang

merupakan permintaan turunan dari proses industri sehingga lokasi sumber

bahan mentah dan lokasi pemasaran produk menentukan tingkat

pergerakan; 2) Rentang produk, produk angkutan yang dibutuhkan dan

diproduksi untuk setiap barang, atau segmentasi permintaan perjalanan

berdasarkan tipe orang dan tujuan perjalanan, 3) Faktor fisik, karakteristik

komoditi bahan mentah dan produk sangat mempengaruhi cara

pengangkutan dan jenis kendaraan; 4) Faktor operasional, akan

menentukan saluran distribusi, sebaran geografis dan pilihan penggunaan mode

transportasi; 5) factor geografi; 6) fakor dinamik dan 7) factor harga. Angkutan

barang dapat dibagi menjadi tiga yaitu penetapan daya angkut, permasalahan

umum lalu lintas angkutan barang, dan over dimensi over loading.

6
DAYA ANGKUT (MUATAN)

JBI (JBIK) – (Berat Kosong + Berat Penumpang)

Gambar 2.1 Penetapan daya angkut


Sumber : Direktorat Sarana Perhubungan Darat (2018)

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasrkan penulisan mengenai Usaha Penertiban Angkutan Truk

Terhadap Over Dimensi Over Loading Untuk Menjaga Kelancara Lalu Lintas

Dan Keberlagsungan Jalan Raya dapat diambil kesimpilan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pengawasan dalam rangka penertiban angkutan truk

terhadap over dimension over loading menganut pada Undang-

Undang nomor 22 Tahun 2009 tentang lalua lintas pada jalan raya.

Dalam hal ini dilakukan pengawasan pada kegiatan angkutan barang

dan melakukan sanksi tegas kepada masyarakat yang melakukan

tindak kejahatan dengan upaya penilangan dan memberikan tanda

kepada kendaraan yang tidak sesuai aturan dengan menggunakan

penyemprotan cat pada bak kendaraan.

3.2 Saran
1. Diperlukan pengawasan dan sosialisasi yang lebih efektif terkait

pelanggaran yang berhubugan dengan over dimension over loading secara

berkala sehingga dapat engurangi tindakan pelanggaran over dimension

over loading.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sujamto. 2004. Beberapa Pengertian Dibidang Pengawasan. Jakarta:

ghalia indah.

Siagian. 2003. Filsafat Administrasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Siagian. 2008. Filsafat Administrasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Warpani, Suwardjoko. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.Bandung : Penerbit ITB.

Ortuzar, J.D. and Willumsen, L.G., 2011. Modelling Transport. John Wiley

and Sons Ltd., England.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan

Jalan

Anda mungkin juga menyukai