Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
untuk mempercepat proses pembangunan nasional maupun regional. Infrastruktur
juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan
ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi dan investasi suatu negara maupun daerah
tidak dapat dipisahkan dari ketersedian infrastruktur seperti transportasi,
telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Inilah yang menyebabkan pembangunan
infrastruktur menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah diharapkan
memacu pertumbuhan ekonomi Suratno, (2010).

Infrastruktur merupakan tempat sekaligus menyebabkan perubahan dalam


sebuah pembangunan. Ketersediaan infrastruktur meningkatkan akses masyarakat
terhadap sumberdaya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
yang menuju pada perkembangan ekonomi suatu kawasan atau wilayah. Larimer
(1994) menyatakan bahwa infrastruktur merupakan pondasi atau rancangan kerja
yang mendasari pelayanan pokok, fasilitas dan institusi dimana bergantung pada
pertumbuhan dan pembangunan dari suatu area, komunitas dan sistem.

Infrastruktur merupakan prasarana umum utama dalam menjalankan


perekonomian suatu Negara ataupun Daerah. Keberadaan infrastruktur akan
sangat mempengaruhi perekonomian suatu daerah dimana keberadaan
infrastruktur yang baik akan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan
masyarakat suatu daerah. Selain berfungsi memfasilitasi, keberadaan infrastruktur
dapat mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat dan distribusi aliran
barang.

Sektor transportasi atau pengangkutan sangat di perlukan dalam


menyelesaikan perekonomian dan pembangunan suatu bangsa. Dari tahun ke
tahun perkembangan pembangunan infrastuktur semakin meningkat. Infrastruktur

1
yang dimaksud disini meliputi tiga sektor yaitu sektor Kontruksi, Transportasi, &
sektor Pergudangan. Diketahui dari tabel 1.1 laju pertumbuhan PDRB Kabupaten
Manokwari atas harga konstan 2010 menurut lapangan usaha dari tahun 2012 -
2016 sebagai berikut :

Tabel 1.1 laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Manokwari atas


Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Konstruksi, Transportasi &
pergudangan) Tahun 2012–2016 (Persen %)
No Lapangan usaha 2012 2013 2014 2015 2016
11.0
1 Konstruksi 6 15.76 11.24 9.24 9.25
2 Transportasi & Pergudangan 9.36 15.66 13.29 7.38 8.77
Sumber: Badan pusat Statistik Kabupaten Manokwari, 2017.

Dari tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan PDRB atas harga konstan sektor
konstruksi, transportasi dan pergudangan mengalami fluktuasi (naik turun) dari
tahun ke tahun. Sektor konstruksi pada tahun 2012 sebesar 11.06 persen dan pada
tahun 2016 sebesar 9.25 persen selanjutnya sektor transportasi & pergudangan
pada tahun 2012 sebesar 9.36 persen pada tahun 2013 naik sebesar 15.66 persen
dan pada tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 8.77 persen. Produk domestik
regional bruto adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh
kegiatan perekonomian di suatu daerah. Perhitungan PDRB menggunakan dua
macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku
merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan
dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dari
perhitungan, yaitu tahun dimana perekonomian dalam keadaan stabil dengan
demikian perhitungan PDRB terlepas dari pengaruh faktor inflasi dan saat ini
menggunakan tahun 2010.

Jenis transportasi yang mendominasi dalam pengangkutan bahan


bangunan adalah dengan menggunakan jasa angkutan Truk. Di Provinsi Papua
Barat khususnya Kabupaten Manokwari dalam perkembangan pembangunan
daerah yang terus meningkat seperti pembangunan jalan-raya, jembatan,
perumahan, kantor, gedung, dan pembangunan lainnya yang masih sangat

2
membutuhkan jasa angkutan truk untuk mengangkut bahan-bahan bangunan
seperti: kayu, pasir, batu, dan lain sebagainya. Untuk melihat perkembangan
jumlah kendaraan truk di kabupaten Manokwari pada tahun 2015 (per unit), dapat
lihat dibawah ini :

Plat warna merah 95 Unit, plat warna kuning 1.243 Unit, plat warna
hitam 752 Unit (Sumber : Samsat Manokwari, 2017). Untuk plat nomor merah,
jenis ini digunakan buat kendaraan bermotor dinas milik Pemerintah. Untuk plat
nomor warna kuning, jenis ini digunakan buat kendaraan bermotor umum. Untuk
plat nomor hitam, jenis ini digunakan buat kendaraan perusahaan dan
perseorangan (pribadi). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan
truk di Kabupaten Manokwari pada tahun 2015 untuk kendaraan umum berplat
nomor warna kuning sebanyak 1.243 unit.

Profesi supir truk, dibagi menjadi beberapa jenis supir truk yaitu supir
truk umum dan supir truk perusahaan. Supir truk umum terbagi dua yaitu Supir
truk yang sekaligus mengendarai kendaraan sendiri (supir pemilik) dan Supir truk
yang mengendarai kendaraan milik orang lain (supir setoran). Berdasarkan
berbagai jenis supir truk yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan dan fokus
penelitian yang ingin diteliti yaitu supir truk umum.

1.2. Perumusan Masalah


Seperti telah dijelaskan di atas profesi sebagai supir truk umum terdapat
dua jenis supir truk yang berbeda, yang pertama ialah sebagai supir truk pemilik
kendaraan dan yang kedua sebagai supir truk setoran. Supir truk pemilik
kendaraan yaitu supir yang sekaligus mengemudikan kendaraan truknya sendiri
sedangkan supir truk setoran ialah supir truk yang mengemudikan kendaraan
milik orang lain dengan sistem bagi hasil antara pemilik dengan supir truk
tersebut sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan supir angkutan truk perusahaan
adalah supir yang bekerja dan melayani pada perusahaan yang memiliki status
pekerja yang tetap. Angkutan truk umum mempunyai kekhasan tersendiri yaitu
melayani siapa saja yang memanggil akan tetapi angkutan truk perusahaan tidak

3
demikian mereka bekerja sesuai dengan perintah yang diturunkan perusahaan
kepada mereka. Sebagai supir truk umum yang memiliki status pekerja yang
berbeda dengan supir truk perusahaan, maka sopir truk umum tersebut harus
bekerja lebih giat, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan
supir truk.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan supir truk adalah


jenis muatan seperti: pasir, batu, kayu dan lain sebagainya, Setiap jenis muatan
memiliki harga yang berbeda-beda. Faktor frekuensi muatan (jumlah muatan)
berpengaruh terhadap pendapatan sopir truk karena semakin banyak muatan yang
diperolehnya maka hal itu akan meningkatkan pendapatan supir truk tersebut.
Faktor jarak pengangkutan pun turut mempengaruhi pendapatan supir truk, untuk
setiap pengangkutan barang memiliki harga yang berbeda-beda yang dipengaruhi
oleh jarak dekat dan jauhnya pengangkutan truk tersebut yang akan
mempengaruhi pendapatan supir truk.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pendapatan supir truk adalah status
kepemilikan yang terbagi menjadi dua macam kepemilikan yaitu truk Supir truk
yang sekaligus mengendarai kendaraan sendiri dan Supir truk yang mengendarai
kendaraan milik orang lain (supir setoran). Dalam hal ini Supir truk yang
sekaligus mengendaraai kendaraan sendiri adalah seorang supir truk sendiri yang
membeli mobil truk dengan modalnya sendiri sehingga tidak ada target
pendapatan yang harus dicapai setiap hari namun tetap mengejar pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu ada juga Supir truk yang
mengendarai kendaraan milik orang lain yaitu seorang pemilik mobil truk yang
bertindak sebagai pemilik saja dengan menyerahkan truk kepada pekerja atau
orang lain sesuai dengan kesepakatan mengenai besar biaya yang harus disetorkan
kepada pemilik mobil truk dan kesepakatan mengenai siapa yang menanggung
bahan bakar serta perawatan.

4
Dari uraian latar belakang diatas timbul masalah “seberapa besar
pendapatan supir truk yang ada di Kabupaten Manokwari”, masalah ini dapat
dirinci lagi menjadi ;

1. Seberapa besar pendapatan supir truk di Kabupaten Manokwari.

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor jenis muatan, frekuensi muatan, jarak


pengangkutan dan status kepemilikan kendaraan terhadap pendapatan
supir truk.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah untuk ;

1. Menganalisis pendapatan supir truk di Kabupaten Manokwari

2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor jenis muatan, frekuensi muatan, jarak


pengangkutan dan status kepemilikan kendaraan terhadap pendapatan
supir truk.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah ;

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang akan mengadakan penelitian


dalam bidang atau masalah yang sama.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum tentang mekanisme tarif


angkutan barang serta pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan supir truk
itu sendiri.

3. Sebagai syarat untuk memenuhi Gelar Sarjana di Universitas Papua.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Pengertian Transportasi
Pengertian transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana
trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau
membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke
sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi
merupakan jasa yang diberikan guna menolong orang dan barang untuk dibawa
dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi adalah
sebagai usaha dan kegiatan menyangkut atau membawa barang dan / atau
penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya Rustian Kamaludin, (2003).

Pada dasarnya pengangkutan atau pemindahan penumpang dan barang


dengan transportasi ini adalah dengan maksud untuk dapat mencapai ke tempat
tujuan dan menciptakan/menaikkan utilitas (kegunaan) dari barang yang diangkut.
Utilitas yang dapat diciptakan oleh transportasi khususnya untuk barang yang
diangkut menurut Rustian Kamaludin, (2003) yaitu :

1. Utilitas Tempat (Place Utility): Yaitu kenaikan atau tambahan nilai


ekonomi atau nilai kegunaan dari suatu komoditi yang diciptakan dengan
mengangkutnya dari suatu tempat/daerah dimana komoditi tersebut
mempunyai kegunaan yang lebih kecil ke tempat/daerah dimana komoditi
tersebut mempunyai kegunaan yang lebih besar.
2. Utilitas Waktu (Time Utility): yang berarti dengan adanya transportasi
akan menyebabkan terciptanya kesanggupan barang untuk memenuhi
kebutuhan dangan menyediakan barang tersebut tepat pada waktunya.

Transportasi merupakan kebutuhan yang vital bagi masyarakat karena


dibutuhkan untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari. Bagi masyarakat sendiri
transportasi adalah kebutuhan para pekerja untuk bisa mencapai lokasi pekerjaan,
bagi para pelajar dan mahasiswa untuk sampai ke sekolah dan kampus, bagi para

6
pedagang untuk sampai ke pusat-pusat perdagangan. Transportasi dibutuhkan
bukan hanya untuk menindahkan orang dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi
untuk memindahkan barang maupun pengangkutan barang. Karena tingginya
kebutuhan masyarakat akan transportasi ini, maka transportasi memiliki peran
yang penting dalam menunjang perekonomian suatu Negara ataupun Daerah.

2.1.2. Transportasi Darat


Transportasi Darat adalah segala macam bentuk pemindahan barang atau
manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah moda
transportasi (kendaraan bermotor) yang digerakkan oleh manusia dengan
didukung suatu infrastruktur jalan (jalan raya ataupun rel). Rustian Kamaludin,
(2003).

a. Transpor Jalan Raya

Angkutan yang digunakan berupa manusia, binatang, pedati, sepeda,


sepeda motor, becak, bus, truk, dan kendaraan bermotor lainnya. Jalan yang
digunakan untuk transpor ini adalah jalan setapak, jalan tanah, jalan kerikil, dan
jalan aspal.Sedangkan tenaga penggerak yang digunakan adalah tenaga manusia,
tenaga binatang, tenaga uap, BBM, dan diesel.

b. Transpor Jalan Rel

Angkutan yang digunakan adalah kereta api, yang terdiri atas lokomotif,
gerbong (kereta barang), dan kereta penumpang. Jalan yang dipergunakan berupa
jalan rel baja, baik dua rel maupun mono rel. Tenaga penggeraknya adalah tenaga
uap, diesel, dan tenaga listrik.

2.1.3. Peranan Transportasi


Menurut M. Nur Nasution, (2004) peranan pengangkutan atau transportasi
mencakup bidang yang luas di dalam kehidupan manusia yang meliputi atas
berbagai aspek :

1. Aspek sosial dan budaya

7
Hampir seluruh kehidupan manusia di dalam bermasyarakat tidak dapat
dilepaskan dari pengangkutan, di mana dibutuhkan saling berkunjung dan
membutuhkan pertemuan. Dampak sosial dari transportasi dirasakan pada
peningkatan standar hidup. Transportasi menekan biaya dan memperbesar
kuantitas keanekaragaman barang, hingga terbuka kemungkinan adanya perbaikan
dalam perumahan, sandang, dan pangan serta rekreasi. Dampak lain adalah
terbukanya kemungkinan keseragaman dalam gaya hidup, kebiasaan dan bahasa.
Dengan adanya transportasi di antara bangsa atau suku bangsa yang berbeda
kebudayaan akan saling mengenal dan menghormati masing-masing budaya yang
berbeda.

2. Aspek politis dan pertahanan


Di Negara maju maupun berkembang transportasi memiliki dua
keuntungan (advantages) politis, yaitu sebagai berikut:

a. Transportasi dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional


b. Transportasi merupakan alat mobilitas unsur pertahanan dan keamanan
yang harus selalu tersedia, bukan saja untuk keperluan rutin angkutan
unsur-unsur pertahanan dan keamanan.

3. Aspek hukum
Di dalam pengoperasian dan pemilikan alat angkutan diperlukan ketentuan
hukum mengenai hak, kewajiban, dan tanggungjawab serta perasuransian apabila
terjadi kecelakaan lalulintas, juga terhadap penerbangan luar negeri yang
melewati batas wilayah suatu Negara, diatur di dalam perjanjian antarnegara
(bilateral air agreement).

4. Aspek teknik
Hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan dan pengoperasian
transportasi menyangkut aspek teknis yang harus menjamin keselamatan dan
keamanan dalam penyelenggaraan angkutan.

5. Aspek ekonomi

8
Dapat ditinjau dari sudut ekonomi makro dan ekonomi mikro. Dari sudut
ekonomi makro transportasi merupakan salah satu prasarana penunjang
pembangunan nasional. Sedangkan dari sudut ekonomi mikro transportasi dapat
dilihat dari dua pihak, yaitu:

a. Pihak perusahaan transportasi (operator) Pengangkutan merupakan usaha


memproduksi jasa angkutan yang dijual kepada pemakai dengan
memperoleh keuntungan.
b. Pihak pemakai jasa angkutan (user) Pengangkutan sebagai salah satu mata
rantai dari arus bahan baku untuk produksi dan arus distribusi barang jadi
yang disalurkan ke pasar serta kebutuhan pertukaran barang di pasar.

2.1.4. Klasifikasi Jasa Angkutan


Pengangkutan diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terlihat hal-hal berikut: (a) ada muatan
yang diangkut, (b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya, (c) ada jalan yang
dilalui angkutan tersebut, dan (d) tersedianya terminal. Proses pengangkutan
dilakukan karena nilai barang akan lebih tinggi di tempat tujuan daripada tempat
asalnya, karena dikatakan pengangkutan memberikan nilai pada barang yang
diangkut. Nilai ini lebih besar daripada biaya-biaya yang dikeluarkan. Nilai yang
diberikan oleh pengangkutan adalah berupa nilai tempat (place utility) dan nilai
waktu (time utility). Kedua nilai ini diperoleh jika barang telah diangkut ke tempat
di mana nilainya lebih tinggi dan dapat dimanfaatkan tepat pada waktunya, yang
disebut jasa angkutan.

Jasa transportasi atau jasa angkutan diperlukan untuk membantu kegiatan


sektor-sektor lain (sektor pertanian, pertambangan, sektor perdagangan, sektor
kontruksi, sektor keuangan, sektor pemerintahan, sektor pertahanan dan sektor
lainnya). Karena permintaan jasa transportasi atau pengangkutan bertambah
disebabkan untuk melayani berbagai kegiatan ekonomi dan pembangunan yang
meningkat.

9
Dilihat dari segi produksi dan perdagangan, jasa angkutan merupakan
salah satu “faktor input”. Keperluan akan jasa angkutan tergantung pada kegiatan
yang terjadi di sektor produksi dan perdagangan. Begitu juga bagi sektor
ekonomi lain, jasa angkutan merupakan faktor input. Dalam hubungan inilah jasa
angkutan digunakan sebagai “derived demand”, karena keperluan jasa angkutan
mengikuti perkembangan kegiatan produksi dan ekonomi yang akan
memanfaatkannya Siregar, (1981). Adapun Kamaluddin, (2003) memaparkan
bahwa angkutan dapat diklasifikasikan menurut macam atau jenisnya, untuk
rincian klasifikasi yang dimaksud dapat dilihat tabel dibawah yang menjelaskan
tentang Klasifikasi dan Jenis Angkutan:

Klasifikasi dan jenis-jenis angkutan


Klasifikasi
Kategori Angkutan
Dari segi barang yang diangkut :
a Angkutan penumpang (passernger)
I b Angkutan barang (goods)
c Angkutan pos (mall)
Dari sudut geografis :
a Angkutan antar benua
b Angkutan antar pulau
II c Angkutan antar kota
d Angkutan antar daerah
e Angkutan didalam kota
Dari sudut teknis dan alat pengangkutannya :
a Angkutan jalan raya
b Angkutan rel
c Angkutan melalui air
III
d Angkutan pipa
e Angkutan laut
f Angkutan udara

2.1.5. Jasa Supir Truk


Menurut Kotler dan Keller, (2012). Jasa merupakan setiap aktifitas,
manfaat atau performance yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang
bersifat intangible dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun
dimana dalam produksinya dapat terikat maupun tidak dengan produk fisik.

10
Menurut Lovelock, (2007). Jasa merupakan layanan yang ditawarkan oleh salah
satu pihak ke pihak lain. Proses tersebut tidak terkait dengan produk fisik, jasa
tidak berwujud dan biasanya tidak menyebabkan kepemilikan dari salah satu
faktor produksi.

Secara garis besar, jenis-jenis jasa dapat dibedahkan dalam beberapa


macam antara lain :

1. Jasa perumahan, seperti jasa penyewaan tempat tinggal contoh: hotel,


apartemen, rumah kost dll.
2. Jasa usaha rumah tangga, seperti reparasi alat rumah tangga, air
minum, jasa perawatan rumah atau perkebunan.
3. Jasa komunikasi seperti telepon, computer dan telegram.
4. Jasa perawatan pribadi seperti pakaian dan perawatan pribadi.
5. Jasa rekreasi dan hiburan seperti tempat pariwisata dan hiburan
lainnya.
6. Jasa bisnis dan profesi lainnya seperti jasa hukum, konsultasi atau jasa
computer.
7. Jasa asuransi, bank dan finansial seperti asuransi pribadi, jasa kredit,
pinjaman atau pajak.
8. Jasa transportasi seperti pelayanan jasa angkutan barang, penumpang
atau penyewaan.

Seperti telah dijelaskan diatas mengenai pengertian jasa menurut para ahli
dan jenis-jenis jasa. Pada poin delapan dapat diketahui bahwa jasa supir truk
termasuk dalam jasa transportasi, dimana jasa yang ditawarkan dalam bentuk jasa
pengangkutan barang kepada masyarakat umum.

2.1.6. Konsep Pendapatan


Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah
satu konsep yang paling sering digunakan adalah melalui tingkat pendapatan.
Pendapatan menunjukan seluruh uang yang diterima seseorang atau rumah tangga
selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Dengan kata lain

11
pendapatan juga dapat diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterimah
pekerja/buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan
pekerjaannya pada suatu perusahaan, maka instansi diharapkan agar mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Maksud utama para pekerja bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah


untuk mendapatkan pendapatan yang cukup baginya dan keluarganya. Dengan
terpenuhi kebutuhan tersebut, maka akan tercapai kehidupan yang sejahtera.
Dapat dikatakan bahwa pendapatan itu berupa upah dan juga pendapatan dari
kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau
penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi (Ahmad Atilla,
2003).

Upah menurut Peraturan Pemerintah No 8 tahun 1981 pasal 1 adalah suatu


penerimaan sebagai imbalan dari pekerjaan kepada buruh untuk suatu pekerjaan
atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk
uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau perundang-undangan, dan
dibayarkan atas dasar perjanjian kerja antar perusahaan dan buruh, termasuk
tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun untuk keluarganya.

Definisi pendapatan adalah uang yang diterima oleh perorangan,


perusahaan dan organisasi-organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga,
komisi, ongkos, dan laba, bantuan, tunjangan pengangguran, pensiun, dan lain
sebagainya. Menurut Mankiw, (2002) pendapatan perorangan adalah jumlah
pendapatan yang diterima rumah tangga dan bisnis nonkorporat. Sedangkan
menurut Sukirno, (2004) pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis
pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu
kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu negara.

Pendapatan (income) adalah total penerimaan seseorang atau suatu rumah


tangga selama periode tertentu. Ada tiga sumber penerimaan rumah tangga yaitu:

12
1. Pendapatan dari Gaji atau upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi
tenaga kerja. Besar gaji atau upah sesorang secara teoritis sangat tergantung dari
produktivitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu :

a) Keahlian (skill) adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk


mampu menangani pekerjaan yang dipercayakan. Semakin tinggi jabatan
seseorang, maka keahlian yang dibutuhkan semakin tinggi, karena itu gaji
atau upahnya juga semakin tinggi.
b) Mutu modal manusia (human capital) adalah kapasitas pengetahuan,
keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang, baik karena bakat
bawaan maupun hasil pendidikan dan penelitian.
c) Kondisi kerja (working conditions) adalah lingkungan dimana seseorang
bekerja. Bila risiko kegagalan atau kecelakaan makin tinggi, walaupun
tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak jauh berbeda.

2. Pendapatan dari aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas
batas jasa penggunaannya. Ada dua kelompok aset produktif. Pertama, aset
keuangan seperti deposito yang menghasilkan pendapatan bunga, saham, yang
menghasilkan deviden dan keuntungan atas modal bila diperjualbelikan. Kedua,
aset bukan keuangan seperti rumah yang memberikan penghasilan sewa.

3. Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan yang


diterima bukan sebagai balas jasa input yang diberikan. Pembayaran yang
dilakukan oleh pemerintah misalnya pembayaran untuk jaminan sosial yang
diambil dari pajak yang tidak menyebabkan pertambahan dalam output.

Seperti telah dijelaskan pada sumber penerimaan rumah tangga diatas,


dapat disimpulkan bahwa pendapatan supir truk masuk dalam poin nomor dua
yaitu pendapatan dari aset produktif, dimana penghasilan yang diperoleh berasal
dari jasa mobil truk yang dipakai untuk mengangkut barang konsumen.

Menurut Soeharjo dan Patong, (1991). Pendapatan merupakan balas jasa


yang diterima dari kerjasama faktor-faktor produksi. Menurut Samuelson, (1992)
mengatakan bahwa pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima

13
oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Selanjutnya Samuelson
menambahkan bahwa pendapatan dibagi menjadi dua, pendapatan bersih
(keuntungan) dan pendapatan kotor (total penerimaan). Pendapatan bersih
merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan biaya produksi yang
dikeluarkan sedangkan pendapatan kotor merupakan seluruh hasil penjualan dari
produk yang dihasilkan yang disebut dengan penerimaan.

Pendapatan bersih yang diterima oleh supir truk merupakan selisih


penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama menjalankan mobil truk.
Menurut Samuelson, (1992). Pendapatan dapat dihitung dengan rumus yaitu :

Y=R–C

Dimana : Y = pendapatan supir truk (income)

R = penerimaan (revenue)

C = Biaya (cost)

Pengertian pendapatan (income) merupakan penghasilan bersih atau laba


bersih dari hasil usaha setelah dikurangi beban biaya, sedangkan penerimaan
(revenue) dapat diartikan pendapatan kotor atau laba kotor dari usaha yang belum
dikurangi beban biaya. Pendapatan yang maksimum dapat diperoleh apabila
jumlah penerimaan lebih besar dari jumlah biaya yang dikeluarkan. Pendapatan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan yang berupa uang.

2.1.7. Konsep Biaya


Menurut Supriyono, (2007). Biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan yang akan
dipakai sebagai pengurangan penghasilan. Perhitungan pendapatan adalah selisih
dari penerimaan dikurangi biaya operasional. Setiap usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau perusahaan tentunya memerlukan biaya operasional pada setiap
usaha sehingga usaha tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Seperti
biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar, biaya perawatan, dan biaya-biaya
lainnya. Hal tersebut tidak terkecuali pada usaha jasa angkutan truk. Dalam

14
pengoperasian mobil truk sangat banyak memerlukan biaya seperti bahan bakar,
perawatan mesin, perawatan bodi truk, risiko kecelakaan, dan risiko lainnya yang
bersifat rutin maupun yang berdampak pada kerugian. Oleh karena itu tentunya
para pemilik truk memiliki perjanjian dengan para supir dalam penanganan biaya
operasional. Perjanjian antara pemilik truk dan supir tentang biaya operasional
terdiri dari beberapa bentuk perjanjian, yaitu:

1. Biaya operasional angkutan material bangunan berupa bahan bakar (BBM)


ditanggung oleh pemiliki truk sesuai dengan jarak dan kebutuhan angkutan
per harinya.
2. Biaya perawatan mobil baik di bagian mesin maupun bodi truk ditanggung
oleh pemilik truk, dan perawatan tersebut biasanya dilakukan secara
berkala dan teratur.
3. Biaya operasional yang dibutuhkan pada saat tak diduga seperti bocor ban,
rusak rem, dan hal-hal lainnya yang terjadi tanpa diduga ditanggung oleh
pemilik truk.
4. Risiko kecelakaan yang bukan disebabkan karena kelalaian supir
ditanggung oleh pemilik truk.
5. Risiko kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian sopir, maka kerugian
tersebut ditanggung oleh supir Perjanjian tersebut dilakukan oleh pemilik
kendaraan truk dengan para supirnya sebagai upaya untuk memudahkan
para sopir dalam bekerja dan sesuai dengan perencanaan kerja.

2.1.8. Komponen Biaya transportasi


Komponen biaya transportasi dibedakan atas biaya tetap (fixed cost = FC)
dan biaya tidak tetap (variable cost = VC). Biaya tetap adalah biaya yang
besarnya satuan tidak berubah dengan adanya perubahan hasil keluaran suatu
operasi. Sedangkan Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan hasil keluaran.

1. Biaya Tetap.

15
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan harus dibayar
pengelola truk beroperasi atau tidak selama ia masih ingin mengoperasikan
kendaraannya. Secara umum komponen-komponen biaya tetap adalah sebagai
berikut:

1. Biaya Pembelian kendaraan yaitu modal yang dikeluarkan untuk


membeli kendaraan.
2. Biaya pengiriman kendaraan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
membayar ongkos pengiriman kendaraan dari suatu tempat ke tempat
tujuan.
3. Bunga uang jika kendaraan dibeli secara kredit.
4. Biaya sewa kendaraan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar
ongkos sewa kendaraan berdasarkan kesepatakan.

2. Biaya Variabel.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan
pengoperasian kendaraan yaitu:

1. Biaya bahan bakar yaitu berapa besar biaya pembelian minyak solar
yang telah dikeluarkan dalam sehari.
2. Biaya asuransi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar
iuran/premi asuransi yang dibayarkan setiap bulannya sebagai
kewajiban, besar biaya iuran yang harus dibayarkan dilihat
berdasarkan wilayah, nilai/harga kendaraan, jenis kendaraan, dan
tahun pembuatan/perakitan.
3. Pajak kendaraan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak,
besar kecilnya pembayaran pajak berdasarkan jenis kendaraan, isi
silinder dan jumlah kendaraan yang dimiliki individu.
4. Biaya perawatan dan perbaikan kendaraan yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk perawatan kendaraan seperti cuci kendaraan, ganti
oli, dan lain sebagainya, sedangkan biaya perbaikan yaitu biaya yang

16
dikeluarkan untuk membayar ongkos bengkel yang memperbaiki
kendaraan tersebut.
5. Biaya suku cadang yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli alat-
alat kendaraan baru yang akan dipasang pada bagian kerusakan
tersebut.

Seperti telah dijelaskan diatas berbagai macam biaya yang dikeluarkan


dari sumber penerimaan yang dipisahkan untuk biaya oprasional pada kendaraan
tersebut. Kesimpulannya dapat diketahui bahwa biaya-biaya tersebut merupakan
biaya-biaya yang dikeluarkan atau digunakan untuk kendaraan truk yang
dioperasikan.

2.1.9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Supir Truk


Pengertian pendapatan diatas dapat dinyatakan bahwa pendapatan adalah
selisih antara penerimaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Konsep
penerimaan menyiratkan bahwa jumlah hasil yang dikalikan dengan harga per
unit hasil tersebut, sementara itu dari konsep biaya menyiratkan jumlah input yang
digunakan dikalikan harga input apabila input tersebut biaya variabel serta input
tetap dalam penyusutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan dari usaha
supir truk yaitu :

A. Jenis Muatan
Didalam aktifitas mengangkut muatan, tentunya supir truk telah
mengangkut berbagai jenis muatan yang diperolehnya dalam sehari, muatan
tersebut biasanya dipesan oleh konsumen yang membutuhkan jasa supir truk
untuk mengangkut barang ataupun material bangunan sesuai dengan permintaan
atau orderan konsumen tersebut. Menjalani profesi sebagai supir truk dalam
pekerjaanya sehari-hari tentunya setiap supir truk telah mengangkut berbagai jenis
muatan. Setiap jenis muatan yang diangkut truk memiliki harga yang berbeda-
beda dalam pengangkutannya mulai dari bahan material bangunan dan barang
angkutan lainnya. Setiap material bangunan seperti pasir, batu, tanah timbunan,
dan lain sebagainya mempunyai harga berbeda-beda untuk setiap jenis

17
materialnya (Harga 1 Ret) Sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap
pendapatan supir truk. Harga material bangunan yang berbeda-beda dipengaruhi
oleh harga jual material tersebut dari para pengumpul atau para penambang
selanjutnya para penambang menjual hasil yang telah dikumpulkan mereka
kepada supir truk dan diangkut ke tempat tujuan konsumen, sedangkan mengenai
barang jadi seperti besi beton, batu bata/tela, seng, keramik, kayu dan lain
sebagainya, biasanya barang tersebut telah dipesan atau dibeli oleh konsumen
dengan mendatangi toko secara langsung maupun tidak lansung selanjutnya hanya
memerlukan jasa angkutan mobil truk untuk mengangkut barang yang telah
dibelinya ke tempat tujuan.

b. Frekuensi Muatan
Frekuensi muatan adalah jumlah muatan (ret) yang telah diperoleh supir
truk dalam bekerja selama satu hari, seminggu maupun sebulan. Jika muatan yang
diperolehnya sangat banyak tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan supir
truk, semakin banyak jumlah muatan yang diperoleh supir truk maka semakin
besar pula pendapatan yang diperolehnya. Pendapatan supir truk sangat terkait
dengan kondisi di luar (eksternal) yang tidak bisa dikontrol oleh supir truk itu
sendiri antara lain adalah jumlah muatan yang didapat para supir truk dalam
beroperasi setiap harinya. Bertambahnya jumlah muatan yang diperoleh supir truk
dalam sehari akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan supir truk tersebut.

c. Jarak Pengangkutan
Jarak pengangkutan turut mempengaruhi pendapatan supir truk, untuk
setiap pengangkutan memiliki harga yang berbeda-beda yang disebabkan oleh
jarak tempuh dekat dan jarak tempuh jauh yang mulai dari tempat asal barang
maupun material yang akan diangkut sampai pada tempat tujuannya. Semakin
jauh jarak angkutan yang akan ditempuh, maka semakin besar pula biaya tarif
angkutan yang dikeluarkan konsumen untuk membayar. Besarnya biaya tarif
angkutan yang akan dibayar konsumen kepada supir truk dipengaruhi oleh biaya
bahan bakar (solar) yang telah dikeluarkan. Proses pengangkutan merupakan
gerak dari tempat asal dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan di

18
mana angkutan itu diakhiri berdasarkan milliage basis, yaitu berdasarkan faktor
jarak yang dinyatakan dalam mil atau kilometer, dengan kata lain dihubungkan
atau disesuaikan dengan jarak yang harus ditempuh. Dalam hubungan ini, maka
tarif angkutan merupakan harga atas jasa-jasa yang dihasilkannya yaitu harga
(uang) yang harus dibayar oleh para pemakai jasa angkutan Kamaluddin, (2003).

d. Status Kepemikan Kendaraan


Status kepemilikan kendaraan truk sangat berpengaruh terhadap
pendapatan supir truk. Jika mobil truk yang sedang dikemudikan adalah milik
sendiri tentunya akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan
dengan supir setoran, sebab supir yang mengemudikan kendaraan truknya sendiri
tidak adanya sistem bagi hasil akan tetapi berbeda dengan status supir setoran
dimana semua pendapatan yang diperolehnya dari hasil angkutannya selama satu
hari, satu minggu maupun satu bulan yang selanjutnya melalui proses pembagian
hasil antara supir truk itu dengan pemilik kendaraan truk tersebut. Kendaraan truk
terbagi menjadi dua macam kepemilikan, yaitu mobil truk yang dimiliki sendiri
dan mobil truk yang dimiliki oleh orang lain. Dalam hal ini mobil truk yang
dimiliki oleh orang lain adalah seorang pengusaha yang menyewakan mobilnya
kemudian dikemudikan oleh orang lain. Ada pemilik mobil truk yang sekaligus
menjadi supir mobil truknya sendiri. Pemilik ini membeli dengan modalnya
sendiri sehingga tidak ada target pendapatan yang harus dicapai setiap hari namun
tetap mengejar pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu ada
juga pemilik mobil truk yang bertindak sebagai pemilik saja dengan menyerahkan
mobil truk kepada pekerja atau supir sesuai dengan kesepakatan.

19
2.2. Penelitian Terdahulu
Penyertaan peneliti terdahulu atau yang sejenis sangat berperan penting
dalam penelitian ini. Beberapa peneliti terdahulu yang mendasari penelitian ini
dapat dilihat pada tabel penelitian sebagai berikut :

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu


No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
dan Tahun Penelitian

1. Handoko Faktor Yang Analisis variabel bebas


(2005)
Mempengaruhi regresi linier (curahan jam kerja,
Pendapatan berganda harga
Tukang Ojek Di (OLS). sepeda motor, dan
Kecamatan lama
Sumbersari bekerja) dengan
Kabupaten variabel
Jember. terikat yaitu
pendapatan. Hal
ini ditunjukkan
dengan hasil
koefisien
determinasi (R2)
sebesar 0,814.
Angka ini
menunjukkan bahwa
variabel
bebas mampu
mempengaruhi
naik turunnya
pendapatan
sebesar 81,4%
sedangkan

20
sisanya 18,6%
dijelaskan
oleh variabel lain.
2. Dedi (2006) faktor-faktor Analisis bahwa perubahan
yang regresi variabel
mempengaruhi linear pendapatan (Y) yang
pendapatan supir berganda disebabkan oleh
angkutan kota di (OLS). pengaruh
Kabupaten variabel curahan jam
Jember. kerja,
lama pemakaian
kendaraan,
pengalaman kerja,
serta
waktu kerja adalah
sebesar
92,2% sedangkan
sisanya sebesar
7,8% dipengaruhi
oleh faktor-faktor
lain yang
tidak dianalisis
dalam model
penelitian ini.
3. Haris Noval Faktor–faktor Analisis bahwa perubahan
Effendi yang regresi variabel
(2007) mempengaruhi linier pendapatan (Y) yang
pendapatan sopir berganda disebabkan oleh
angkutan (OLS). pengaruh
pedesaan variabel curahan jam

21
terminal pakusari kerja,
kabupaten lama pemakaian
jember. kendaraan,
pengalaman kerja,
serta
waktu kerja adalah
sebesar
92,2% sedangkan
sisanya
sebesar 7,8%
dipengaruhi
oleh faktor-faktor
lain yang
tidak dianalisis
dalam model
penelitian ini.

4. Hendra Penelitian ini Analisis Hasil dari penelitian


Muliawan dan
ditulis dalam regresi ini adalah (1) Jam
Ketut Sutrisna
(2012) jurnal ilmiah linier kerja berpengaruh
dengan judul berganda positif dan
Analisis (OLS). signifikan terhadap
pendapatan sopir Pendapatan; (2)
angkutan kota Status kepemilikan
sebelum dan mobil mempunyai
sesudah pengaruh positif dan
pembangunan signifikan terhadap
terminal mengwi Pendapatan; (3)
kabupaten tegal. pengalaman kerja
mempunyai
pengaruh negatif

22
dan signifikan
terhadap
Pendapatan.
5. Dwi Siswanto Faktor - faktor Analisis Hasil dari penelitian
(2013)
yang regresi ini adalah (1) Jam
mempengaruhi linier kerja berpengaruh
pendapatan sopir berganda positif dan
angkutan (OLS). signifikan terhadap
pedesaan Pendapatan; (2)
terminal arjasa Lama pemakaian
kabupaten mobil mempunyai
jember. pengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap
Pendapatan; (3)
Pengalaman kerja
mempunyai
pengaruh negatif
dan signifikan
terhadap
Pendapatan.

23
2.3. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Jenis Muatan (X1)

Frekuensi Muatan
(X2)
Pendapatan Supir Truk
(Y)
Jarak Pengangkutan
(X3)

Status Kepemilikan
Kendaraan (X4)

Keterangan :

= Mempengaruhi

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang
masih kurang sempurna. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang
belum final dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya.
Selanjutnya hipotesis dapat diartikan juga sebagai dugaan pemecahan masalah
yang bersifat sementara yakni pemecahan yang mungkin benar dan yang mungkin
salah Nawawi, (2001).

24
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 : Variabel jenis muatan (X1), frekuensi muatan (X2), jarak pengangkutan


(X3) dan status kepemilikan truk (X4) tidak berpengaruh terhadap
pendapatan supir truk (Y).

Ha : Variabel jenis muatan (X1), frekuensi muatan (X2), jarak pengangkutan


(X3) dan status kepemilikan truk (X4) berpengaruh terhadap pendapatan
supir truk (Y).

25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Manokwari dan waktu
pelaksanaan selama 5 (lima) bulan, sampai pada pembuatan laporan skripsi.

3.2. Jenis penelitian dan Sumber Data


Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Menurut Punaji Setyosari, (2010). Menjelaskan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala
sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan
angka-angka maupun kata-kata. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Data primer yakni data yang langsung
diperoleh dari supir truk melalui teknik pengumpulan data seperti observasi,
wawancara yang dipandu dengan kuisioner yang berisi item
pertanyaan/pernyataan objek penelitian (variabel dependen dan variabel
independen) yang akan diisi oleh supir truk. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan literatur-literatur yang berkaitan
dengan penelitian ini.

3.3. Populasi dan Sampel Supir Truk


Menurut Sugiyono, (2015). Populasi dapat diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah
kendaraan truk di Kabupaten Manokwari. Sedangkan sampel Menurut Sugiyono,
(2015). Adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Oleh karena itu apabilah populasi besar dan peneliti tidak mungkin dapat
mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat mengambil
bagian sampel untuk diteliti yang tentunya mewakili populasi tertentu, misalnya

26
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
non probability sampling dimana pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel dengan teknik pengambilan sampel yaitu sampling purposive
Dikatakan purposive (sengaja) karena penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.

Bila jumlah populasi diketahui, maka perhitungan sampel dapat


menggunakan rumus Slovin.

N
n=
1 + Ne2

Keterangan :

n= jumlah sampel yang di perlukan

N= jumlah seluruh populasi

e= tingkat kesalahan sampel (sampling error), 10% (0,1)

1.243 1.243 1.243 92.5


n= = = =
1 + 1.243 (0,1)2 1 + 12,43 13,43 5

Perhitungan jumlah sampel dengan rumus diatas, maka jumlah sampel


adalah sebanyak 92,55 dibulatkan menjadi 93 supir truk. Dalam penelitian ini,
sampel yang digunakan sebesar 93 responden untuk dapat mewakili populasi
sebesar 1.243 kendaraan truk.

3.4. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
cara menentukan variabel lain dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi
operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang dapat membantu peneliti

27
lain yang ingin menggunakan variabel yang sama dan dapat ditentukan
kebenarannya oleh orang lain berdasarkan variabel yang digunakan.

3.4.1. Variabel Dependen


Menurut Sugiyono, (2015). Variabel dependen sering disebut sebagai
variabel ouput, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas). Dalam
penelitian ini varibel terikat (dependen) yang diteliti adalah (Y) pendapatan supir
truk. Pendapatan Supir Truk (Y) yang dimaksud adalah uang yang diterima oleh
perorangan, perusahaan dan organisasi-organisasi lain dalam bentuk upah, gaji,
sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba, bantuan, tunjangan pengangguran,
pensiun, dan lain sebagainya. Pendapatan supir truk diperoleh dari hasil usaha jasa
angkutan yang dibayar konsumen. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pendapatan supir truk.

3.4.2. Variabel Independen


Menurut Sugiyono, (2015). Variabel independen sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Dalam penelitian ini varibel bebas (independen) yang diteliti adalah (X1)
jenis muatan, (X2) frekuensi muatan, (X3) Jarak pengangkutan, (X4) status
kepemilikan kendaraan.

1. Jenis Muatan (X1)


Menjalani profesi sebagai supir truk dalam pekerjaanya sehari-hari,
tentunya setiap supir truk telah mengangkut berbagai jenis muatan. Setiap jenis
muatan yang diangkut truk memiliki harga yang berbeda-beda dalam
pengangkutannya mulai dari bahan material bangunan dan barang lainnya. Setiap
material bangunan seperti pasir, batu, tanah timbunan, dan kayu, memiliki nilai

28
harga berbeda-beda untuk harga per muatnya (Harga 1 Ret). Sehingga hal tersebut
akan berpengaruh terhadap pendapatan supir truk.

2. Frekuensi Muatan (X2)


Frekuensi muatan adalah jumlah muatan (ret) yang diperoleh supir truk
dalam bekerja selama satu hari, seminggu maupun sebulan, semakin banyak
jumlah muatan yang diperoleh supir truk tersebut maka semakin besar pula
pendapatan yang diperolehnya.

3. Jarak Pengangkutan (X3)


Setiap pengangkutan memiliki harga yang berbeda-beda yang disebabkan
oleh jarak tempuh dekat dan jarak tempuh jauh yang mulai dari tempat asal barang
maupun material yang akan diangkut sampai pada tempat tujuannya, semakin jauh
jarak yang ditempuh maka semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan untuk
membayar tarif angkutannya.

4. Status Kepemilikan Truk (X4)


Status kepemilikan kendaraan truk terbagi menjadi dua macam
kepemilikan, yaitu truk yang dimiliki sendiri dan truk yang dimiliki orang lain.

1. Sopir pemilik adalah seorang sopir yang membeli mobil truknya dengan
modalnya sendiri, kemudian dikemudikan oleh pemilik mobil truk
tersebut. Status kepemilikan kendaraan truk sangat berpengaruh
terhadap pendapatan supir truk. jika mobil truk yang dikemudikannya
adalah milik sendiri tentunya akan memperoleh pendapatan yang lebih
besar yang disebab oleh tidak adanya sistem bagi hasil. Sedangkan,
2. Sopir setoran adalah seorang sopir yang mengemudikan kendaraan
milik orang lain dengan sistem bagi hasil antara pemilik truk dengan
supir yang mengemudikan truk tersebut. Dalam hal ini tentunya
pendapatan yang diperoleh supir setoran tidak sama seperti supir
pemilik.

29
3.5. Analisis Tabulasi Silang
Menurut Eriyanto, (1999). Analisis tabulasi silang (crosstabulation)
merupakan analisis deskriptif dalam bentuk tabel yang digunakan untuk
mengetahui hubungan atau korelasi antar variabel satu dengan variabel lainnya.
Tabulasi silang ini menggabungkan distribusi frekuensi dari dua variabel atau
lebih sehingga dapat mencegah penarikan kesimpulan yang gegabah dalam
memperkirakan suatu hubungan antar variabel.

3.6. Analisis Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat


Analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu (X1)
jenis muatan, (X2) frekuensi muatan, (X3) jarak pengangkutan dan (X4) status
kepemilikan truk terhadap (Y) pendapatan supir truk yaitu menggunakan analisis
regresi linear berganda. Menurut Sugiyono, (2015). Analisis regresi linear
berganda adalah teknik statistik yang digunakan untuk meramal bagaimana
keadaan atau pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut
model persamaan regresi linear berganda dalam pengujian hipotesis penelitian ini;

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ e


Yang akan digunakan dalam rencana penelitian ini, dimana :
Y = Pendapatan supir truk
β0 = konstanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi
X1 = jenis muatan
X2 = Frekuensi muatan
X3 = Jarak pengangkutan
X4 = Status kepemilikan truk
e = standar error

3.7. Uji Asumsi Klasik


Menurut Ghozali, (2006). Menjelaskan uji asumsi klasik sebagai berikut:

3.7.1. Uji Normalitas


Menurut Ghozali, (2006). Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik (histogram) dan uji statistik (P-Plot SPSS).

30
Dasar analisis yaitu, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau garis histogram menunjukan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika data menyebar jauh dari
diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.

3.7.2. Uji Multikoneritas


Menurut Ghozali, (2006). Multikonearitas dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikonearitas adalah nilai (toleransi)
tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF >10, Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai
tolerance < 0,1 maka ada multikolinearitas dalam model regresi sedangkan jika
nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0,1 maka tidak ada multikolinearitas
dalam model regresi.

3.7.3. Uji Heteroskedastisitas


Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan (variance) varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain untuk melihat penyebaran data. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terdapat heteroskedasitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot
antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan data
tersebar secara acak diatas dan dibawah angka 0 (Nol) pada sumbu Y, maka
didentifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas Ghozali, (2006).

3.8. Uji Statistik


Dalam uji statistik terdapat beberapa pengujian yaitu uji t, uji f, dan uji
koefisien determinasi (R2).

31
3.8.1. Uji parsial (Uji t)
Menurut Ghozali, (2006). Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh atau variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen.

a. Jika t- hitung > t- tabel, atau nilai signifikan t < 0.05 maka H 0 ditolak dan
Ha diterima.
b. Jika t- hitung > t- tabel, atau nilai signifikan t > 0.05 maka H 0 diterima dan
Ha ditolak.

3.8.2. Uji simultan (Uji F)


Menurut Ghozali, (2006). Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat.

a. Jika F- hitung <F- tabel atau signifikan F-> 0.05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel X secara bersama-sama terhadap variabel Y.
b. Jika F- hitung >F- tabel atau signifikan F-< 0.05 maka H o ditolak dan Ha
diterima yang berarti pengaruh yang signifikan antara variabel X secara
bersama-sama terhadap variabel Y.

3.8.3. Koefisien Determinasi (R Square)


Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan sebuah model menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R 2 kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen
Ghozali, (2006).

32
BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Manokwari


4.1.1. Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Manokwari terletak diantara kepala burung
Pulau Papua pada posisi dibawah garis khatulistiwa antara 132º35’s - 134º45’
Bujur Timur dan 0º14’ - 3º25’ Lintang selatan, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Samudera Pasifik


 Sebelah Timur : Kabupaten Manokwari Selatan/Pegunungan Arfak
 Sebelah Selatan : Kabupaten Teluk Bintuni
 Sebelah Barat : Kabupaten Tambrauw

Sejak tahun 2013 Kabupaten Manokwari mengalami pemekaran menjadi


tiga (3) kabupaten yaitu Kabupaten Manokwari, Kabupaten Manokwari Selatan,
dan Kabupaten Pegunungan Arfak. Selain terjadi pemekaran, terdapat juga empat
(4) distrik yang sudah bergabung dengan Kabupaten Tambrauw. Oleh karena itu
di Tahun 2013 jumlah distrik awalnya dua puluh sembilan (29) berkurang menjadi
sembilan (9) distrik. Kabupaten Manokwari memiliki luas wilayah 4.650,32 Km²
dengan wilayah terluas yaitu Distrik Masni seluas 1.406,10 Km² dan wilayah
terkecil yaitu Distrik Manokwari Timur dengan luas 154,84 Km². Secara
administratif, Kabupaten Manokwari di bagi menjadi sembilan (9) distrik, seratus
enam puluh sembilan (169) kampung, dan tujuh (7) kelurahan, yang secara rinci
disajikan pada Tabel 4.1

33
Tabel 4.1
Luas Wilayah, Jumlah Kampung dan Kelurahan
Kabupaten Manokwari Menurut Distrik, Manokwari 2019
Persentase JumlahKelurahan/
No Distrik Luas (Km2)
(%) Kampung
1 Warmare 598,14 12 31
2 Prafi 388,00 8 16
3 Manokwari Barat 237,24 5 6/4
4 Manokwari Timur 154,84 3 1/6
5 Manokwari Utara 622,79 13 23
6 Manokwari Selatan 542,07 11 2/16
7 Tanah Rubu 481,19 10 24
8 Masni 1.406,10 30 33
9 Sidey 219,95 4 12
Jumlah 4.650,32 100 169
Sumber : BPS Kabupaten Manokwari, 2018.

4.1.2. Gambaran Singkat Transportasi


Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan. Sehingga dengan kegiatan tersebut maka terdapat
tiga hal yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedianya kendaraan sebagai alat
angkut, dan terdapat jalan yang dapat dilalui. Prasarana transportasi mempunyai
dua peran utama, yaitu: sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di
daerah perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang
yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut. Kabupaten
manokwari dalam perkembangan pembangunan daerah yang terus meningkat
seperti pembangunan jalan raya, jembatan, perumahan, kantor, gedung, dan
pembangunan lainnya dibutuhkan transportasi pengangkutan barang yang dapat
mendukung pembangunan daerah. Jenis transportasi yang mendominasi dalam
pengangkutan bahan bangunan adalah dengan menggunakan jasa angkutan Truk.
Untuk melihat perkembangan jumlah kendaraan truk di kabupaten Manokwari
pada tahun 2015 (per unit), dapat lihat dibawah ini :
Plat warna merah 95 Unit, plat warna kuning 1.243 Unit, plat warna hitam
752 Unit (Sumber : Samsat Manokwari, 2017). Untuk plat nomor merah, jenis ini
digunakan buat kendaraan bermotor dinas milik Pemerintah. Untuk plat nomor
warna kuning, jenis ini digunakan buat kendaraan bermotor umum. Untuk plat
nomor hitam, jenis ini digunakan buat kendaraan perseorangan/perusahaan

34
(pribadi). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan truk di
Kabupaten Manokwari pada tahun 2015 untuk kendaraan umum berplat nomor
warna kuning sebanyak 1.243 unit.

4.1.3 Gambaran Singkat Profesi Supir Truk


Profesi supir truk, dibagi menjadi beberapa jenis supir truk yaitu supir truk
umum dan supir truk perusahaan. Supir truk umum terbagi dua yaitu Supir truk
yang sekaligus mengendarai kendaraan sendiri (supir pemilik) dan Supir truk yang
mengendarai kendaraan milik orang lain (supir setoran). Seperti telah dijelaskan,
profesi Supir truk pemilik kendaraan yaitu supir yang sekaligus mengemudikan
kendaraan truknya sendiri sedangkan supir truk setoran ialah supir truk yang
mengemudikan kendaraan milik orang lain dengan sistem bagi hasil antara
pemilik dengan supir truk tersebut sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan supir
angkutan truk perusahaan adalah supir yang bekerja dan melayani pada
perusahaan yang memiliki status pekerja yang tetap. Angkutan truk umum
mempunyai kekhasan tersendiri yaitu melayani siapa saja yang memanggil akan
tetapi angkutan truk perusahaan tidak demikian mereka bekerja sesuai dengan
perintah yang diturunkan perusahaan kepada mereka.

35
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1. Identitas Responden


Bab ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
kepada 93 responden yaitu supir truk, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatan supir truk di Kabupaten Manokwari.
Responden ini terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir, usia, jenis muatan,
frekuensi muatan, jarak pengangkutan, status kepemilikan kendaraan serta
pendapatan perbulan. Berikut pembahasan mengenai hasil kuisioner terhadap 93
responden supir truk.

5.1.1. Karakteristik Responden


Data deskriptif responden diperoleh dari penelitian dengan menggunakan
kuesioner. Pengumpulan data mulai pada bulan desember 2018. Kuesioner
tersebut dibagikan sebanyak 93 responden atau jumlah sampel supir truk yang
diteliti pada Kabupaten Manokwari. Data sebaran kuisioner ini memberikan
beberapa informasi tentang keadaan responden yang dijadikan objek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa dari 93
responden penelitian, menunjukan bahwa 93 responden atau 100% berjenis
kelamin laki-laki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan responden
dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki. Karena dalam melakoni
perkerjaan sebagai supir truk yang membutuhkan fisik dan tenaga, maka laki-laki
lebih kuat dan cocok dalam menjalani pekerjaan sebagai supir truk, sehingga
dapat bekerja lebih baik dan akan memperoleh penghasilan bagi keluarganya.

5.1.2. Responden Menurut Pendidikan Terakhir


Pendidikan terakhir dalam penelitian ini yaitu pendidikan formal mulai
dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sebaran tingkat pendidikan dari
responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

36
Tabel 5.1 Presentase Responden
Menurut Pendidikan Terakhir, Manokwari 2019
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Presentase (%)
SD 48 51.6
SMP 34 36.6
SMA/SMK 11 11.8
Total 93 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 93 responden penelitian,


memperlihatkan bahwa 48 responden atau 51.6% memiliki pendidikan terakhir
pada jenjang SD, kemudian 34 responden atau 36.6% memiliki pendidikan
terakhir pada jenjang SMP, dan yang terakhir yaitu 11 responden atau 11.8%
memiliki pendidikan terakhir pada jenjang SMA/SMK. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar supir truk yang ada di Kabupaten Manokwari memiliki
pendidikan terakhir pada jenjang SD.

5.1.3. Responden Menurut Usia


Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 93 responden yang
merupakan supir truk di Kabupaten Manokwari. Maka secara garis besar usia
responden dikelompokkan menjadi empat (4) kelompok, untuk hasil analisis data
tentang responden menurut umur dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2 Presentase Responden Menurut Usia, Manokwari 2019


Usia Jumlah Responden Persentase (%)
20-25 tahun 6 6.4
26-35 tahun 32 34.4
36-45 tahun 48 51.6
>46 tahun 7 7.6
Total 93 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 93 responden penelitian,


memperlihatkan bahwa supir truk yang ada di Kabupaten Manokwari, memiliki
usia rata-rata yang paling banyak yaitu mulai dari 36-45 tahun yang berjumlah 48
responden atau 51.6%, kemudian diikuti oleh usia 26-35 tahun yang berjumlah 32

37
responden atau 34.4%, selanjutnya diikuti oleh usia >46 tahun yang berjumlah 7
responden atau 7.6%, dan yang terakhir adalah usia 20-25 tahun yang berjumlah 6
responden atau 6.4%. hal ini menunjukan bahwa sebagian besar supir truk yang
ada di Kabupaten Manokwari memiliki usia berkisar dari 36-45 tahun yang
berjumlah 48 responden atau 51.6%. dimana usia yang masih fit, berpengalaman
dan ketrampilan yang dimiliki serta mampu dalam mengendarai kendaraan.

5.2. Pendapatan Supir Truk Di Kabupaten Manokwari


Pendapatan sesuai dengan yang diuraikan pada Bab II didepan adalah
Jenis Muatan, Frekuensi Muatan, Jarak Pengangkutan dan Status Kepemilikan,
pendapatan supir truk dari hasil penelitian dapat dilihat pada pembahasan berikut :

5.2.1. Deskripsi Jenis Muatan, Frekuensi Muatan, Jarak Pengangkutan dan


Status Kepemilikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan supir truk dari hasil
penelitian dapat dilihat pada pembahasan berikut :

a. Jenis Muatan
Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 93 responden yang
merupakan supir truk di Kabupaten Manokwari. Jenis muatan yang dimaksud
untuk mengetahui keterangan profesi bagian mana pekerjaan supir yang dilakoni
dalam pekerjaannya sehari-hari sebagai supir truk, disini terdapat tiga jenis supir
truk yang berbeda-beda, pertama sebagai supir truk angkut material, kemudian
yang kedua sebagai supir truk angkut kayu dan selanjutnya yang terakhir sebagai
supir truk yang mengangkut material maupun kayu dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 5.3 Presentase Responden menurut Jenis Muatan, Manokwari 2019


Jenis Muatan (X1) Jumlah Responden Presentase (%)
Material 69 74.1
Kayu 9  9.7
material+Kayu 15  16.2
Total 93 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

38
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 93 responden penelitian,
memperlihatkan bahwa supir truk yang ada di Kabupaten Manokwari, untuk supir
truk angkut material sebanyak 69 responden atau 74.1%, kemudian untuk supir
truk angkut kayu sebanyak 9 responden atau 9.7% dan selanjutnya untuk supir
truk angkut material maupun kayu sebanyak 15 responden atau 16.2%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa posisi pekerjaan terbanyak pada supir truk yaitu sebagai
supir truk angkut material.

b. Frekuensi Muatan
Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 93 responden yang
merupakan supir truk di Kabupaten Manokwari. Frekuensi muatan yang dimaksud
adalah untuk mengetahui sebeberapa banyak jumlah muatan/ret yang diperoleh
dalam satu hari yang diurutkan dari satu ret sampai dengan lima ret, untuk melihat
hasil data jumlah muatan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 5.4 Presentase Responden


Menurut Frekuensi Muatan, Manokwari 2019
Frekuensi muatan/Jumlah muatan (X2) Jumlah Responden Presentase (%)
1 0 0
2 50 53.7
3 34 36.6
4 9 9.7
5 0 0
Total 93 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 93 responden penelitian,


memperlihatkan bahwa supir truk yang ada di Kabupaten Manokwari, untuk
frekuensi muatan/jumlah muatan yang bisa di peroleh dalam satu hari sebanyak 50
responden atau 53.7% untuk dua (2) ret dalam sehari, kemudian sebanyak 34
responden atau 36.6% untuk tiga (3) ret dalam sehari, selanjutnya sebanyak 9
responden atau 9.7% untuk empat (4) ret dalam sehari. Hal ini menunjukan
perbedaan frekuensi muatan/jumlah muatan yang diperoleh supir truk dalam satu
hari bekerja.

39
c. Jarak Pengangkutan
Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 93 responden yang
merupakan supir truk di Kabupaten Manokwari. Jarak pengangkutan yang
dimaksud adalah untuk mengetahui berapa jarak kilometer/Km yang akan dilalui
untuk mengantar angkutan sampai ke tempat tujuan yang dikelompokan menjadi
tiga (3) kelompok jarak, untuk melihat hasil data jarak angkutan responden dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.5 Presentase Responden


Menurut Jarak Pengangkutan, Manokwari 2019
Jarak Pengangkutan (X3) Jumlah Responden Presentase (%)
< 25 Km 42  45.2
< 35 Km 27  29
36 > Km 24  25.8
Total 93  100
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 93 responden penelitian,


memperlihatkan bahwa supir truk yang ada di Kabupaten Manokwari, untuk jarak
pengangkutan kurang dari dua puluh lima (25) kilometer berjumlah 42 responden
atau 45.2%, kemudian diikuti dengan jarak pengangkutan kurang dari tiga puluh
lima (35) kilometer berjumlah 27 responden 29%, selanjutnya diikuti dengan
jarak pengangkutan lebih dari tiga puluh enam (36) kilometer berjumlah 24
responden atau 25.8%. Hal ini menunjukan bahwa jarak pengangkutan yang
paling sering dilalui yaitu jarak kurang dari dua puluh lima kilometer atau di area
kota sekitarnya yang lebih sering dilalui supir truk.

d. Status Kepemilikan Kendaraan


Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 93 responden yang
merupakan supir truk di Kabupaten Manokwari. Status kepemilikan kendaraan
yang dimaksud adalah untuk mengetahui status kendaraan yang dikemudikannya
untuk mengangkut muatan dikelompokan menjadi dua (2) kelompok, untuk
melihat hasil data supir setoran dan supir pemilik kendaraan dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

40
Tabel 5.6 Presentase Responden
Menurut Status Kepemilikan Kendaraan Truk, Manokwari 2019
Status Kepemilikan Kendaraan (X4) Jumlah Responden Presentase (%)
Supir Setoran 75 80.7
Supir Pemilik kendaraan 18  19.3
Total 93 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 93 responden penelitian,


menunjukan bahwa supir truk yang ada di Kabupaten Manokwari, untuk status
supir setoran sebanyak 75 responden atau 80.7%, selanjutnya untuk status supir
pemilik kendaraan sebanyak 18 responden atau 19.3%. Hal ini menunjukan bahwa
jumlah supir setoran lebih banyak dari pada supir pemilik karena tidak semua
supir setoran bisa membeli kendaraan truk dengan waktu singkat, tetapi
membutuhkan proses seperti adanya simpanan ataupun modal yang cukup besar
untuk membeli kendaraan truk sendiri.

5.2.2. Deskripsi Biaya Yang Dikeluarkan Oleh Supir Truk


Dalam pengoperasian mobil truk sangat banyak memerlukan biaya seperti
bahan bakar, perawatan mesin, perawatan bodi truk, risiko kecelakaan, dan risiko
lainnya yang bersifat rutin maupun yang berdampak pada kerugian. Oleh karena
itu tentunya para pemilik truk memiliki perjanjian dengan para supir dalam
penanganan biaya operasional. Perjanjian antara pemilik truk dan supir tentang
biaya operasional terdiri dari beberapa bentuk perjanjian. Biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh supir truk dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.7 Biaya Operasional Kendaraan dan Tanggungan Supir Truk,


Manokwari 2019
Tanggungan
No Biaya Supir Pemilik
Supir Setoran
Kendaraan
1 Bahan Bakar √ √
2 Perawatan Mobil dan Pajak √ √
3 Ban √ √
4 Kecelakaan Bukan Kelalaian Supir √
5 Kecelakaan Kelalaian Supir √
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

41
Dari tabel 5.7 dapat diketahui biaya-biaya dan jumlah tanggungan supir
setoran sebanyak lima bagian, sedangkan jumlah tangggungan supir pemilik
kendaraan sebanyak tiga bagian. Hal ini menunjukan bahwa jumlah tanggungan
supir truk setoran lebih besar dibandingkan dengan supir pemilik kendaraan yang
lebih kecil. Jumlah tanggungan supir setoran sebanyak lima bagian yang artinya
biaya-biaya dan jumlah tanggungan berdasarkan aturan yang telah disepakati
antara pemilik kendaraan dengan supir yang mengemudikan kendaraannya
sedangkan jumlah tanggungan supir pemilik kendaraan sebanyak tiga bagian yang
artinya biaya-biaya dan jumlah tanggungan supir truk pemilik kendaraan yang
sekaligus mengemudikannya seorang diri tidak perlu menanggung biaya risiko
kecelakaan bukan kelalaian maupun biaya resiko kecelakaan kelalaian supir,
karena sebagai seorang supir pemilik kendaraan akan menanggung resiko
kecelakaan tersebut secara langsung.

5.2.3. Deskripsi Pendapatan Supir Truk


Pendapatan merupakan balas jasa yang diterima dari kerjasama faktor-
faktor produksi. Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima
oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Selanjutnya pendapatan
dibagi menjadi dua, pendapatan bersih (keuntungan) dan pendapatan kotor (total
penerimaan). Pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor
dengan biaya produksi yang dikeluarkan sedangkan pendapatan kotor merupakan
seluruh hasil penjualan dari produk yang dihasilkan yang disebut dengan
penerimaan. Pendapatan bersih yang diperoleh supir truk setoran dan supir truk
pemilik kendaraan, dimana semua pendapatan yang telah diperoleh dari hasil
angkutannya selama satu bulan bekerja yang selanjutnya melalui proses
pembagian hasil, untuk supir setoran sistem pembagian hasil yang akan dilakukan
antara supir truk itu dengan pemilik kendaraan truk tersebut. Sedangkan untuk
supir truk pemilik kendaraan yang sekaligus mengemudikan kendaraan truknya
sendiri memiliki perbedaan dalam pembagian hasil angkutannya. Cara pembagian
hasil Pendapatan supir truk selama satu bulan dari hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut :

42
Tabel 5.8 Proses Perhitungan
Pembagian Hasil Pendapatan Supir Truk, Manokwari 2019
Perhitungan Pembagian Jumlah Pendapatan Yang Diperoleh Selama Satu
Hasil Bulan
Penerimaan Satu Bulan : 5 = Pendapatan Bersih
Supir Setoran
Supir Setoran
Penerimaan Satu Bulan : 3 = Pendapatan Bersih
Supir Pemilik Kendaraan
Supir Pemilik Kendaraan
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel 5.8 dapat diketahui proses perhitungan pembagian hasil


pendapatan supir truk selama satu bulan bekerja yang selanjutnya ada perbedaan
dalam pembagian hasil pendapatan bersih antara supir setoran dengan supir
pemilik kendaraan, jumlah tanggungan supir setoran sebanyak lima bagian yang
artinya bahwa penerimaan yang diterimanya dalam satu bulan berkerja akan
dibagi lima bagian berdasarkan aturan yang telah disepakati antara pemilik
kendaraan dengan supir yang mengemudikan kendaraannya, sedangkan jumlah
tangggungan supir pemilik kendaraan sebanyak tiga bagian yang artinya bahwa
penerimaan yang diterimanya dalam satu bulan bekerja pemilik kendaraan yang
sekaligus mengemudikannya seorang diri tidak perlu menanggung biaya risiko
kecelakaan bukan kelalaian maupun biaya resiko kecelakaan kelalaian supir,
karena sebagai seorang supir pemilik kendaraan akan menanggung resiko
kecelakaan tersebut secara langsung. Berbeda dengan supir setoran permasalahan
kecelakaan akan ditanggung-jawab langsung oleh pemilik kendaraan tersebut
tanpa memotong hasil pendapatan bersih supir setoran. Pendapatan supir truk dari
hasil penelitian dapat dilihat pada pembahasan berikut :

Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 93 responden yang


merupakan supir truk di Kabupaten Manokwari. Pendapatan adalah jumlah uang
yang didapatkan oleh sopir truk setelah melakukan pekerjaannya. Pendapatan
tersebut diperoleh dari hasil angkutan barang yang dipesan atau diangkut
menggunakan jasa mereka. Dalam penelitian ini pendapatan yang diperoleh oleh
responden dinyatakan dalam satuan rupiah per bulan. Besarnya pendapatan yang
diterima oleh supir truk dalam satu bulan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

43
Tabel 5.9 Jumlah Pendapatan Bersih Yang Diterima
Oleh Supir Truk Selama Satu Bulan, Manokwari 2019
Pendapatan (Y) Jumlah Responden Presentase (%)
< Rp. 11.625.000 58 62.4
Rp. 12.000.000 - Rp. 20.625.000 28 30.1
Rp. 20.625.000 - Rp. 29.250.000 4 4.3
> Rp. 29.250.000 3 3.2
total 93  100
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa dari 93 responden penelitian,
menunjukan bahwa supir truk yang ada di Kabupaten Manokwari, untuk
pendapatan kurang dari Rp. 11.625.000 sebanyak 58 responden atau 62.4%, untuk
pendapatan Rp. 12.000.000-20.625.000 sebanyak 28 responden atau 30.1%, untuk
pendapatan Rp. 20.625.000-29.250.000 sebanyak 4 responden atau 4.3% dan
untuk pendapatan lebih dari Rp. 29.250.000 sebanyak 3 responden atau 3.2%.

Tabel 5.10 Pendapatan Bersih Supir Truk Selama Satu Bulan


Berdasarkan Pengelompokan, Manokwari 2019
No Kelompok Supir Terendah Rata-Rata Tertinggi
1 Supir Setoran Rp3.000.000 Rp9.850.000 Rp30.000.000
2 Supir Pemilik Rp10.000.000 Rp17.900.000 Rp37.500.000
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel 5.10 diatas dapat diketahui bahwa Pendapatan bersih supir truk
setoran selama satu bulan bervariasi dari terendah Rp. 3000.000 hingga tertinggi
Rp. 30.000.000 dan rata-rata Rp. 9.850.000 sedangkan untuk pendapatan bersih
supir truk pemilik kendaraan selama satu bulan bervariasi dari terendah Rp.
10.000.000 hingga tertinggi Rp. 37.500.000 dan rata-rata Rp. 17.900.000 Hasil
penelitian ini memperkaya informasi pendapatan supir yang masih ada, yaitu Dwi
Siswanto (2013), Pendapatan supir angkutan pedesaan terminal arjasa Kabupaten
Jember selama satu bulan bervariasi dari terendah Rp. 840.000 hingga tertinggi
Rp. 3.360.000 dan rata-rata Rp. 2.384.000 Selanjutnya untuk jam kerja yang
digunakan oleh supir truk per hari yaitu 10 jam sedangkan jam kerja yang
digunakan oleh supir angkutan pedesaan per hari yaitu 11 jam.

44
5.3. Pengaruh Faktor Jenis Muatan, Frekuensi Muatan, Jarak
Pengangkutan, dan Status Kepemilikan Kendaraan Terhadap Pendapatan
Untuk dapat melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan supir
truk dilakukan analisis tabulasi silang (crosstabulation) dapat dilihat pada
pembahasan berikut ;

5.3.1. Analisis Tabulasi Masing-Masing Faktor Terhadap Pendapatan


Analisis tabulasi silang (crosstabulation) merupakan analisis deskriptif
dalam bentuk tabel yang digunakan untuk mengetahui hubungan atau korelasi
antar variabel satu dengan variabel lainnya.

a. Jenis Muatan Terhadap Pendapatan


Untuk mengetahui hubungan antara jenis muatan terhadap pendapatan
supir truk dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;

Tabel 5.11 Distribusi Responden


Berdasarkan jenis muatan terhadap Pendapatan
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
Orang (%) Total
Jenis Muatan
Orang
(X1) 3.000.000- 11.625.000- 20.625.000- >
(%)
11.625.000 20.625.000 29.250.000 29.250.000
50 Orang 18 Orang 1 Orang 0 69
Material
72.5 26.1 1.4 0.0 (100)
0 3 Orang 3 Orang 3 Orang 9
Kayu
0.0 33.3 33.3 33.3 (100)
8 Orang 7 Orang 0 0 15
Material+Kayu
53.3 46.7 0.0 0.0 (100)
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Pendapatan supir truk yang mengangkut kayu relatif lebih baik


dibandingkan dengan material maupun material+kayu, hal ini digambarkan tidak
adanya supir truk yang mengangkut kayu berpendapatan dibawah Rp. 11.625.000
sementara itu supir truk material maupun supir truk material+kayu sebagian besar
berpendapatan pada kelompok rendah yaitu Rp. 11.625.000 sebesar 72.5% dan
53.3%, hal tersebut dapat dilihat dari adanya supir pengangkut kayu yang
mempunyai pendapatan lebih dari Rp. 29.250.000 sebesar 33.3%.

45
b. Frekuensi Muatan Terhadap Pendapatan
Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi muatan terhadap pendapatan
supir truk dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;

Tabel 5.12 Distribusi Responden


Berdasarkan frekuensi muatan terhadap Pendapatan
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
Orang (%) Total
Frekuensi
Orang
Muatan (X2) 3.000.000- 11.625.000- 20.625.000- >
(%)
11.625.000 20.625.000 29.250.000 29.250.000
32 Orang 17 Orang 1 Orang 0 50
2 Ret
64.0 34.0 2.0 0.0 (100)
21 Orang 8 Orang 3 Orang 2 Orang 34
3 Ret
61.8 23.5 8.8 5.9 (100)
5 Orang 3 0 1 Orang 9
4 Ret
55.6 33.3 0.0 11.1 (100)
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Pendapatan supir truk yang memperoleh jumlah muatan sebanyak tiga ret
dan empat ret relatif lebih baik dibandingkan dengan jumlah muatan sebanyak
dua ret, hal ini digambarkan tidak adanya supir truk yang memperoleh jumlah
muatan sebanyak dua ret berpendapatan lebih dari Rp. 29.250.000 sementara itu
supir truk yang memperoleh jumlah muatan sebanyak tiga ret maupun empat ret
mempunyai pendapatan lebih dari Rp. 29.250.000 sebesar 5.9% dan 11.1%.

c. Jarak Pengangkutan Terhadap Pendapatan


Untuk mengetahui hubungan antara jarak pengangkutan terhadap
pendapatan supir truk dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;

46
Tabel 5.13 Distribusi Responden
Berdasarkan jarak pengangkutan terhadap Pendapatan
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
Jarak Orang (%) Total
Pengangkutan Orang
3.000.000- 11.625.000- 20.625.000- >
(X3) (%)
11.625.000 20.625.000 29.250.000 29.250.000
34 Orang 8 Orang 0 0 42
< 25 Km
81.0 19.0 0.0 0.0 (100)
16 Orang 10 Orang 1 Orang 0 27
< 35 Km
59.3 37.0 3.7 0.0 (100)
8 Orang 10 Orang 3 Orang 3 Orang 24
> 36 Km
33.3 41.7 12.5 12.5 (100)
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Pendapatan supir truk yang jarak pengangkutan lebih dari tiga puluh enam
kilometer relatif lebih baik dibandingkan dengan jarak pengangkutan kurang dari
dua puluh lima kilometer maupun kurang dari tiga puluh lima kilometer, hal ini
digambarkan tidak adanya supir truk yang jarak pengangkutan kurang dari dua
puluh lima kilometer maupun kurang dari tiga puluh lima kilometer
berpendapatan lebih dari Rp. 29.250.000 sementara itu supir truk yang jarak
pengangkutan lebih dari tiga puluh enam kilometer mempunyai pendapatan lebih
dari Rp. 29.250.000 sebesar 12.5%.

d. Status Kepemilikan Kendaraan Terhadap Pendapatan


Untuk mengetahui hubungan antara status kepemilikan kendaraan truk
terhadap pendapatan supir truk dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;

Tabel 5.14 Distribusi Responden


Berdasarkan status kepemilikan kendaraan terhadap Pendapatan
Status Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
Orang (%) Total
Kepemilikan
Orang
Kendaraan 3.000.000- 11.625.000- 20.625.000- >
(%)
(X4) 11.625.000 20.625.000 29.250.000 29.250.000
Supir 56 Orang 16 2 Orang 1 Orang 75
Setoran 74.7 21.3 2.7 1.3 (100)
Supir 2 Orang 12 Orang 2 Orang 2 Orang 18
Pemilik 11.1 66.7 11.1 11.1 (100)
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

47
Pendapatan supir setoran relatif lebih baik dibandingkan dengan supir
pemilik kendaraan truk, hal ini digambarkan adanya supir setoran yang
berpendapatan lebih dari Rp. 29.250.000 sementara itu supir pemilik kendaraan
truk berpendapatan lebih dari Rp. 29.250.000 hal tersebut dapat dilihat dari supir
truk setoran maupun supir truk pemilik kendaraan memiliki jumlah pendapatan
yang lebih dari Rp. 29.250.000 sebesar 1.3% dan 11.1%, yang artinya bahwa supir
truk setoran mampu memperoleh jumlah pendapatan yang sama seperti jumlah
pendapatan yang diperoleh supir truk pemilik kendaraan truk.

5.3.2. Hasil Analisis Uji Faktor-Faktor Jenis Muatan, Frekuensi Muatan,


Jarak Pengangkutan Dan Status Kepemilikan Terhadap Pendapatan
Faktor-faktor yang dianalisis terhadap pendapatan seperti termuat dalam
Bab III didepan adalah jenis muatan, frekuensi muatan, jarak pengangkutan dan
status kepemilikan hubungan penyebab faktor-faktor tersebut terhadap pendapatan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.15 Hasil Regresi Linear Berganda


Coefficientsa

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) -23.090 10.517 -2.196 .031

jenis_muatan 5.548 1.071 .438 5.181 .000

Frekuensi_Muatan 10.916 2.687 .334 4.062 .000

jarak_pengangkutan 7.859 1.502 .417 5.233 .000

Status_kepemilikan 5.400 4.247 .098 1.271 .207


Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Dari tabel diatas apabila ditulis dalam bentuk persamaan regresi linear
berganda adalah sebagai berikut :

Y = -23.090 + 5.548(X1) + 10.916(X2) + 7.859(X3) + 5.400(X4) + e

48
Dimana :
Y = pendapatan
X1 = jenis muatan
X2 = frekuensi muatan
X3 = jarak pengangkutan
X4 = status kepemilikan kendaraan

Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh konstanta/intersep


dan variabel independen (bebas) yaitu (X1) jenis muatan, (X2) frekuensi muatan,
(X3) jarak pengangkutan, dan (X4) status kepemilikan kendaraan terhadap
variabel dependen (terikat) yaitu (Y) pendapatan supir truk di Kabupaten
Manokwari adalah sebagai berikut :

Persamaan regresi berganda diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta atau intersep sebesar -23.090 (bernilai negatif). Hal ini
menunjukan bahwa, jumlah pendapatan akan turun ketika variabel independen
(X1) jenis muatan, (X2) frekuensi muatan, (X3) jarak pengangkutan, dan (X4)
status kepemilikan kendaraan tetap.
2. Koefisien regresi variabel jenis muatan (X1) sebesar 5.548 dan mempunyai
nilai yang positif. Hal ini menunjukan bahwa jenis muatan berpengaruh positif
terhadap pendapatan supir truk secara signifikan. Yang artinya bahwa apabila
jenis muatan naik sebesar satu persen maka pendapatan supir truk akan
meningkat sebesar 5.548%.
3. Koefisien regresi variabel frekuensi muatan (X2) sebesar 10.916 dan
mempunyai nilai yang positif. Hal ini menunjukan bahwa frekuensi muatan
berpengaruh positif terhadap pendapatan supir truk secara signifikan. Yang
artinya bahwa apabila frekuensi muatan naik sebesar satu persen maka
pendapatan supir truk akan meningkat sebesar 10.916%.
4. Koefisien regresi variabel jarak pengangkutan (X3) sebesar 7.859 dan
mempunyai nilai yang positif. Hal ini menunjukan bahwa jarak pengangkutan
berpengaruh positif terhadap pendapatan supir truk secara signifikan. Yang
artinya bahwa apabila jarak pengangkutan naik sebesar satu persen maka
pendapatan supir truk akan meningkat sebesar 7.859%.

49
5. Koefisien regresi variabel status kepemilikan kendaraan (X4) sebesar 5.400
dan mempunyai nilai yang positif. Hal ini menunjukan bahwa status
kepemilikan kendaraan berpengaruh positif terhadap pendapatan supir truk
secara signifikan. Yang artinya bahwa apabila status kepemilikan kendaraan
naik sebesar satu persen maka pendapatan supir truk akan meningkat sebesar
5.400%

5.3.3. Hasil Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali, (2006). Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik (histogram) dan uji statistik (P-Plot SPSS).
Dasar analisis yaitu, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau garis histogram menunjukan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan jika data menyebar jauh
dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.

Gambar 5.1 Grafik Historgram Normalitas

Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

50
Gambar 5.2 Normal P-Plot Regression Standardzed Residual

Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Berdasarkan Gambar 5.1 dan 5.2 di atas terlihat bahwa grafik histogram
menunjukkan pola distribusi yang normal dan gambar P-Plot Regression
Standardzed Residual terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikonearitas
Menurut Ghozali, (2006). Multikonearitas dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikonearitas adalah nilai (toleransi)
tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF >10, Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai
tolerance < 0,1 maka ada multikolinearitas dalam model regresi sedangkan jika
nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0,1 maka tidak ada multikolinearitas
dalam model regresi.

51
Tabel 5.16 Uji Multikonearitas
collinearity statistics
Variabel Independen
tolerance VIF
Jenis muatan (X1) .831 1.204
Frekuensi muatan (X2) .877 1.140
Jarak pengangkutan (X3) .936 1.068
Status kepemilikan kendaraan (X4) .990 1.010
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Berdasarkan tabel 5.16 diatas dapat dilihat bahwa nilai tolerance untuk
setiap variabel independen tidak ada yang memiliki nilai tolerance < 0.10 dan
nilai VIF untuk setiap variabel tidak ada yang memiliki nilai > 10. Dari analisis
diatas dapat diketahui nilai tolerance dari variabel (X1) jenis muatan sebesar
0.831 (0.831 > 0.10), untuk nilai tolerance dari variabel (X2) frekuensi muatan
sebesar 0.877 (0.877 > 0.10), untuk nilai tolerance dari variabel (X3) jarak
pengangkutan sebesar 0.936 (0.936 > 0.10), dan untuk untuk nilai tolerance dari
variabel (X4) status kepemilikan kendaraan sebesar 0.990 (0.990 > 0.10).
Sedangkan untuk nilai VIF dari variabel (X1) jenis muatan sebesar 1.204 (1.204 <
10), untuk nilai VIF dari variabel (X2) frekuensi muatan sebesar 1.140 (1.140 <
10), untuk nilai VIF dari variabel (X3) jarak pengangkutan sebesar 1.068 (1.068 <
10), dan untuk nilai VIF dari variabel (X4) status kepemilikan kendaraan sebesar
1.010 (1.010 < 10). Yang artinya berdasarkan hasil pengujian multikonearitas
diatas dapat diketahui bahwa semua variabel independen memiliki nilai tolerance
lebih besar dari 0.10 dan untuk nilai VIF lebih kecil dari 10. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa variabel independen tidak ada multikolinearitas dalam
model regresi.

3. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan (variance) varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain untuk melihat penyebaran data. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak

52
terdapat heteroskedasitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot
antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan data
tersebar secara acak diatas dan dibawah angka 0 (Nol) pada sumbu Y, maka
didentifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas Ghozali, (2006).

Gambar 5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Berdasarkan Gambar 5.3 di atas terlihat bahwa titik-titik pada gambar


scatterplot menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbuh Y. maka di identifikasikan tidak terdapat
heteroskedastisitas. Yang artinya bahwa model regresi layak dipakai untuk
memprediksi jenis muatan, frekuensi muatan, jarak pengangkutan dan status
kepemilikan kendaraan.

5.3.4. Hasil Uji Statistik


1. Uji Parsial ( Uji t)
Menurut Ghozali, (2006). Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh atau variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen.

53
a. Jika t- hitung > t- tabel, atau nilai signifikan t < 0.05 maka H 0 ditolak dan
Ha diterima.
b. Jika t- hitung > t- tabel, atau nilai signifikan t > 0.05 maka H 0 diterima dan
Ha ditolak.

Tabel 5.17 Hasil Pengujian Secara Parsial


Variabel Independen t sig
Jenis muatan (X1) 5.181 .000
Frekuensi muatan (X2) 4.062 .000
Jarak pengangkutan (X3) 5.233 .000
Status kepemilikan kendaraan (X4) 1.271 .207
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

1. Variabel Jenis Muatan


Variabel Jenis Muatan (X1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 nilai
ini lebih kecil dari nilai alpha 0.05 (0.000 < 0.05). sehingga dapat
disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya variabel jenis muatan
(X1) mempunyai pengaruh terhadap variabel pendapatan supir truk (Y)
secara parsial.
2. Variabel Frekuensi Muatan
Variabel frekuensi muatan (X2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000
nilai ini lebih kecil dari nilai alpha 0.05 (0.000 < 0.05). sehingga dapat
disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya variabel frekuensi
muatan (X2) mempunyai pengaruh terhadap variabel pendapatan supir
truk (Y) secara parsial.
3. Variabel Jarak Pengangkutan
Variabel jarak pengangkutan (X3) memiliki nilai signifikansi sebesar
0.000 nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0.05 (0.000 < 0.05). sehingga
dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya variabel jarak
pengangkutan (X3) mempunyai pengaruh terhadap variabel pendapatan
supir truk (Y) secara parsial.
4. Variabel status kepemilikan kendaraan
Variabel status kepemilikan kendaraan (X4) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0.207 nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0.05 (0.207 > 0.05).

54
sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya
variabel status kepemilikan kendaraan (X4) tidak mempunyai pengaruh
terhadap variabel pendapatan supir truk (Y) secara parsial.

2. Uji Simultan (Uji f)


Menurut Ghozali, (2006). Uji statistik f pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat.
a. Jika F- hitung <F- tabel atau signifikan F-> 0.05 maka H o diterima dan Ha
ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel X secara bersama-sama terhadap variabel Y.
b. Jika F- hitung >F- tabel atau signifikan F-< 0.05 maka H o ditolak dan Ha
diterima yang berarti pengaruh yang signifikan antara variabel X secara
bersama-sama terhadap variabel Y.

Tabel 5.18 Hasil Pengujian Secara Simultan


ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20830.936 4 5207.734 20.089 .000b

Residual 22813.016 88 259.239

Total 43643.952 92

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Berdasarkan tabel 5.18 diatas menunjukan bahwa variabel jenis muatan


(X1), frekuensi muatan (X2), jarak pengangkutan (X3), dan status kepemilikan
kendaraan (X4) secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel
pendapatan supir truk (Y). hal ini ditujukan dengan nilai signifikansi sebesar
0.000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang
artinya variabel-variabel jenis muatan (X1), frekuensi muatan (X2), jarak
pengangkutan (X3), dan status kepemilikan kendaraan (X4) secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh terhadap variabel pendapatan supir truk (Y).

55
3. Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan sebuah model menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R 2 kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen
Ghozali, (2006).

Tabel 5.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square)


Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .691 a
.477 .454 16.10089

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1


b. Dependent Variable: Y
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Berdasarkan tabel 5.19 diatas menunjukan nilai R 2 sebesar 0.477. Hal ini
berarti 47.7% variabel pendapatan supir truk (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel independen yaitu jenis muatan (X1), frekuensi muatan (X2), jarak
pengangkutan (X3), dan status kepemilikan (X4), sedangkan sisanya sebesar
52.3% (100% - 47.7%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian.

5.4. Pembahasan
5.4.1. Pengaruh Jenis Muatan, Frekuensi Muatan, Jarak Pengangkutan Dan
Status Kepemilikan Kendaraan Secara Parsial Terhadap Pendapatan
1. Pengaruh Jenis Muatan Terhadap Pendapatan Supir Truk
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Jenis Muatan berpengaruh
signifikan Terhadap Pendapatan supir truk. Hal ini ditunjukan dengan nilai
signifikan sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka pengambilan
keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain jenis muatan
sangat berpengaruh terhadap pendapatan supir truk.

56
2. Pengaruh Frekuensi Muatan Terhadap Pendapatan Supir Truk
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa frekuensi muatan (jumlah muatan)
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan supir truk. Hal ini ditunjukan dengan
nilai signifikan sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka pengambilan
keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain semakin
banyak jumlah muatan yang diperoleh maka semakin besar pula pendapatan yang
diperoleh supir truk, sebaliknya semakin rendah jumlah muatan yang diperoleh
maka semakin rendah pula pendapatan yang diperoleh supir truk.

3. Pengaruh Jarak Pengangkutan Terhadap Pendapatan Supir Truk


Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jarak pengangkutan berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan supir truk. Hal ini ditunjukan dengan nilai
signifikan sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka pengambilan
keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain semakin jauh
jarak pengangkutan barang maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh
supir truk, sebaliknya semakin dekat jarak pengangkutan barang maka semakin
rendah pula pendapatan yang diperoleh supir truk.

4. Pengaruh Status Kepemilikan Kendaraan Truk Terhadap Pendapatan


Hasil penelitian ini menunjukan bahwa status kepemilikan kendaraan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan supir truk. Hal ini ditunjukan dengan
nilai signifikan sebesar 0.207 lebih besar dari nilai α (0,05), maka pengambilan
keputusannya adalah H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain status
kepemilikan kendaraan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pendapatan supir truk. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Hendra
Muliawan dkk (2012) yang menyatakan bahwa status kepemilikan kendaraan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan supir angkot.

5.4.2. Pengaruh Jenis Muatan, Frekuensi Muatan, Jarak Pengangkutan Dan


Status Kepemilikan Kendaraan Secara Simultan Terhadap Pendapatan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis muatan, frekuensi muatan,
jarak pengangkutan dan status kepemilikan kendaraan secara bersama-sama

57
(simultan) mempunyai pengaruh terhadap pendapatan supir truk. Hal ini dapat
ditunjukan dengan nilai signifikansi F sebesar 0.000 dengan taraf kesalahan 0.05
yang artinya nilai signifikansi F lebih kecil dari taraf kesalahan (0.000 < 0.05).
berdasarkan hasil tersebut maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa Jenis
Muatan, Frekuensi Muatan, Jarak Pengangkutan Dan Status Kepemilikan
Kendaraan Secara bersama-sama (Simultan) berpengaruh signifikan terhadap
Pendapatan supir truk. Hasil analisis regresi juga memperoleh nilai koefisien
determinasi (R2) yaitu 0.477 ini berarti 47.7% variabel pendapatan supir truk
dipengaruhi oleh jenis muatan, frekuensi muatan, jarak pengangkutan dan status
kepemilikan kendaraan, sisanya 52.3% (100% - 47.7%) dipengaruhi oleh variabel
lain diluar penelitian ini.

58
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab sebelumnya, yaitu
Bab V maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ;

1. Pendapatan bersih supir truk selama satu bulan di Kabupaten Manokwari


bervariasi dari terendah Rp. 3.000.000 hingga tertinggi Rp. 37.500.000
dan rata-rata Rp. 11.400.000
2. Faktor-faktor jenis muatan, frekuensi muatan, jarak pengangkutan, dan
status kepemilikan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan supir truk di Kabupaten Manokwari, Secara parsial
faktor-faktor jenis muatan, frekuensi muatan, jarak pengangkutan
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan supir truk di Kabupaten
Manokwari, sedangkan untuk status kepemilikan kendaraan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan supir truk di Kabupaten
Manokwari.

6.2. Saran

1. Bagi para supir truk


Jenis muatan, frekuensi muatan, dan jarak pengangkutan terbukti
memberikan pengaruh yang positif terhadap pendapatan supir truk. Status
kepemilikan kendaraan tidak berpengaruh terhadap pendapatan supir truk.
Ini berarti bahwa baik supir setoran maupun supir pemilik, hal ini tidak
berbeda dalam pendapatannya. hendaknya selalu meningkatkan atau
bahkan lebih giat lagi untuk bekerja sehingga memperoleh pendapatan
yang lebih besar.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar bisa mengembangkan penelitian ini dengan
menambah variabel lain seperti jam kerja, umur kendaraan, dan
pengalaman kerja yang mempengaruhi pendapatan supir truk di Kabupaten
Manokwari.

59
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Attila. 2003. “Analisis Sejumlah Faktor Yang Berpengaruh Terhadap


Tingkat Pendapatan Supir Bus Antar Provinsi” ( Studi Kasus : PT. antar
lintas Sumatra (ALS)).

Andiningsari, Pratiwi. 2009. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal


Pengemudi Terhadap Kelelahan Pada Para Pengemudi Travel X-Trans
Jakarta Trayek Jakarta-Bandung Tahun 2009, Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

BPS Kabupaten Manokwari. 2016. PDRB Kabupaten Manokwari Tahun 2016.

Eriyanto. 1999. Metode polling : memberdayakan suara rakyat.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipononegoro.

Kotler & Keller, K. L. (2012). Marketing Management. New Jersey : Person


Education, Inc.

Kamaludin, R. 2003. Ekonomi Transportasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Lovelock. 2007. Pemasaran Jasa. Erlangga : Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2002. Teory Ekonomi Makro, Edisi Keempat, Penerbit


Erlangga, Jakarta.

Nanawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogjakarta. Gajah Mada
University Press.

Nasution, M. N. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. PT Graha Indonesia. Jakarta.

Punanji, Setyosari. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan.


Jakarta Kencana.

Samsat Manokwari Tahun 2018 Jumlah Kendaraan Truk Di Kabupaten


Manokwari.

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung: CV.


Alfabeta

Putro, Suratno, nugroho. 2010. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Asli


Daerah Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah

60
(PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empiris Di Wilayah
Propinsi Jawa Tengah Dan DIY) Jaai Vol 08 No 2.

Supriyono. 2007. Akuntasi Manajemen : Konsep Dasar Akutansi Manajemen Dan


Proses Perencanan. Yogjakarta : BPFE UGM.

Siregar, M. 1981. Beberapa Masalah Ekonomi Dan Manajemen Pengangkutan.


Jakarta : FE UI.

Soeharjo, A & Patong, D. 1991. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Faperta IPB
Bogor.

Samuelson, Paul. A & Nordbaus W. D. 1992. Microekonomi, Edisi Keempat


Belas, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sukirno, Sandono. 2004. Pengantar Teori Mikroekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta :


PT. Raja Grafindo Persada

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Upah Pekerja.

Zahari, M. S. 2010. “Analisis Pendapatan Sopir Angkutan Kota Dikota Jambi”


Universitas Batanghari, Jambi

61
LAMPIRAN

62
Lampiran I

KUISIONER PENELITIAN

Melalui kesempatan ini saya mohon ketersediaan Bapak/Saudara


meluangkan waktunya untuk dapat mengisi kuisioner ini dengan baik dan benar.
Adapun tujuan dari pengisian kuisioner ini adalah sebagai pelengkap dalam
penyelesaian skripsi saya yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Supir Truk di Kabupaten Manokwari ”.

Jadi dalam pengumpulan data tersebut tidak ada maksud-maksud tertentu


atau sesuatu yang bersifat negatif atas jawaban Bapak/Saudara berikan nantinya,
tetapi ini hanya untuk kepentingan ilmiah semata. Bantuan yang Bapak/Saudara
berikan diharapkan kebijaksanaannya dalam penelitian ini. Atas bantuan dari
partisipannya saya ucapkan terima kasih.

1. Identitas Responden

Nama :
…………………………………………………………………………..

Pendidikan terakhir :
………………………………………………………………………….

Umur :
………………………………………………………………………….

63
2. Faktor Pembeda

1. Bagian manakah yang anda lakoni dalam kehidupan sehari-hari sebagai supir
truk ?

1. Sebagai supir Truk Muatan Pasir, Batu, Tanah Timbunan, Dan Angkutan

Bahan Bangunan Lainnya.

2. Sebagai supir Truk Muatan Kayu.

3. Sebagai supir Truk Muatan Pasir, Batu, Tanah Timbunan, Angkutan

Bahan Bangunan Dan Muatan Kayu.

2. Berapa jumlah muatan/Frekuensi Muatan yang anda peroleh dalam sehari


bekerja ?

………………………………………………………………………………………
…….

3. Berapa Jarak Pengangkutan barang/material yang anda lalui (Kilometer/Km)

………………………………………………………………………………………
…….

4. Kepemilikan Kendaraan truk

1. Orang lain (Supir Setoran)

2. Sendiri (supir pemilik)

3. Pendapatan

1. Berapa pendapatan kotor anda ?

Satu Hari : ……………………………..

Satu Bulan : …………………………….

64
Lampiran II identitas responden

Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh dapat di ketahui bahwa dari


93 responden penelitian, menunjukan bahwa 93 responden atau 100% berjenis
kelamin laki-laki.

Tabel Presentase Responden


Menurut Pendidikan Terakhir, Manokwari 2019
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Presentase (%)
SD 48 51.6
SMP 34 36.6
SMA/SMK 11 11.8
Total 93 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2019.

Tabel Presentase Responden Menurut Usia, Manokwari 2019


Usia Jumlah Responden Persentase (%)
20-25 tahun 6 6.4
26-35 tahun 32 34.4
36-45 tahun 48 51.6
>46 tahun 7 7.6
Total 93 100

Lampiran III deskripsi jenis muatan, frekuensi muatan, jarak pengangkutan


dan status kepemilikan kendaraan truk

Jenis Muatan (X1) Jumlah Responden Presentase (%)


Material 69 74.1
Kayu 9  9.7
material+Kayu 15  16.2
Total 93 100

Frekuensi muatan/Jumlah muatan (X2) Jumlah Responden Presentase (%)

65
1 0 0
2 50 53.7
3 34 36.6
4 9 9.7
5 0 0
Total 93 100

Jarak Pengangkutan (X3) Jumlah Responden Presentase (%)


< 25 Km 42  45.2
< 35 Km 27  29
36 > Km 24  25.8
Total 93  100

Status Kepemilikan Kendaraan (X4) Jumlah Responden Presentase (%)


Supir Setoran 75 80.7
Supir Pemilik kendaraan 18  19.3
Total 93 100

Tanggungan
No Biaya Supir Pemilik
Supir Setoran
Kendaraan
1 Bahan Bakar √ √
2 Perawatan Mobil dan Pajak √ √
3 Ban √ √
4 Kecelakaan Bukan Kelalaian Supir √
5 Kecelakaan Kelalaian Supir √

Perhitungan Pembagian Jumlah Pendapatan Yang Diperoleh Selama Satu


Hasil Bulan
Penerimaan Satu Bulan : 5 = Pendapatan Bersih
Supir Setoran
Supir Setoran
Penerimaan Satu Bulan : 3 = Pendapatan Bersih
Supir Pemilik Kendaraan
Supir Pemilik Kendaraan

Pendapatan (Y) Jumlah Responden Presentase (%)


< Rp. 11.625.000 58 62.4

66
Rp. 12.000.000 - Rp. 20.625.000 28 30.1
Rp. 20.625.000 - Rp. 29.250.000 4 4.3
> Rp. 29.250.000 3 3.2
total 93  100

No Kelompok Supir Terendah Rata-Rata Tertinggi


1 Supir Setoran Rp3.000.000 Rp9.850.000 Rp30.000.000
2 Supir Pemilik Rp10.000.000 Rp17.900.000 Rp37.500.000

Lampiran IV hasil analisis tabulasi silang masing-masing faktor terhadap


pendapatan

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan


Orang (%) Total
Jenis Muatan
Orang
(X1) 3.000.000- 11.625.000- 20.625.000- >
(%)
11.625.000 20.625.000 29.250.000 29.250.000
50 Orang 18 Orang 1 Orang 0 69
Material
72.5 26.1 1.4 0.0 (100)
0 3 Orang 3 Orang 3 Orang 9
Kayu
0.0 33.3 33.3 33.3 (100)
8 Orang 7 Orang 0 0 15
Material+Kayu
53.3 46.7 0.0 0.0 (100)

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan


Orang (%) Total
Frekuensi
Orang
Muatan (X2) 3.000.000- 11.625.000- 20.625.000- >
(%)
11.625.000 20.625.000 29.250.000 29.250.000
32 Orang 17 Orang 1 Orang 0 50
2 Ret
64.0 34.0 2.0 0.0 (100)
21 Orang 8 Orang 3 Orang 2 Orang 34
3 Ret
61.8 23.5 8.8 5.9 (100)
5 Orang 3 0 1 Orang 9
4 Ret
55.6 33.3 0.0 11.1 (100)

Jarak Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Total


Pengangkutan Orang (%) Orang
(X3) (%)

67
3.000.000- 11.625.000- 20.625.000- >
11.625.000 20.625.000 29.250.000 29.250.000
34 Orang 8 Orang 0 0 42
< 25 Km
81.0 19.0 0.0 0.0 (100)
16 Orang 10 Orang 1 Orang 0 27
< 35 Km
59.3 37.0 3.7 0.0 (100)
8 Orang 10 Orang 3 Orang 3 Orang 24
> 36 Km
33.3 41.7 12.5 12.5 (100)

Status Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan


Orang (%) Total
Kepemilikan
Orang
Kendaraan 3.000.000- 11.625.000- 20.625.000- >
(%)
(X4) 11.625.000 20.625.000 29.250.000 29.250.000
Supir 56 Orang 16 2 Orang 1 Orang 75
Setoran 74.7 21.3 2.7 1.3 (100)
Supir 2 Orang 12 Orang 2 Orang 2 Orang 18
Pemilik 11.1 66.7 11.1 11.1 (100)

Lampiran V hasil jawaban responden

Tabel Jawaban Responden


No X1 X2 X3 X4
res M < 25 < 35 > 36
M K Ret SS SP Pendapatan Y
pon +K Km Km Km
den 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 1 2
1 1 2 1 1 Rp8.000.000
2 1 2 1 1 Rp7.500.000
3 1 2 1 1 Rp6.500.000
4 1 2 1 1 Rp6.750.000
5 1 2 1 1 Rp7.500.000
6 1 3 1 1 Rp10.500.000
7 1 3 1 2 Rp17.500.000
8 1 3 1 2 Rp15.000.000
9 1 3 1 2 Rp15.000.000
10 1 3 1 1 Rp9.500.000
11 1 3 1 1 Rp10.750.000
12 1 2 1 2 Rp14.166.667
13 1 2 1 2 Rp12.500.000
14 1 3 1 1 Rp12.000.000
15 1 3 1 1 Rp11.000.000
16 1 2 1 2 Rp12.500.000

68
17 1 2 1 1 Rp8.500.000
18 2 2 1 2 Rp25.000.000
19 1 2 1 2 Rp11.666.667
20 1 2 1 2 Rp15.000.000
21 1 3 1 1 Rp9.000.000
22 2 3 1 2 Rp37.500.000
23 2 3 1 2 Rp37.500.000
24 1 3 1 1 Rp13.000.000
25 1 3 1 1 Rp11.500.000
26 3 2 1 1 Rp12.000.000
27 2 3 1 1 Rp22.500.000
28 2 2 1 1 Rp15.000.000
29 1 2 1 1 Rp8.500.000
30 1 2 1 1 Rp5.500.000
31 1 2 1 1 Rp7.500.000
32 1 3 1 1 Rp5.000.000
33 1 3 1 1 Rp5.000.000
34 1 2 1 1 Rp6.500.000
35 1 2 1 1 Rp6.500.000
36 1 2 1 1 Rp6.500.000
37 1 2 1 2 Rp13.300.000
38 1 3 1 1 Rp6.000.000
39 1 3 1 1 Rp6.000.000
40 1 3 1 1 Rp6.000.000
41 1 3 1 1 Rp7.250.000
42 1 2 1 1 Rp9.000.000
43 1 2 1 1 Rp7.000.000
44 1 2 1 1 Rp9.000.000
45 1 2 1 1 Rp8.000.000
46 1 2 1 1 Rp7.500.000
47 1 3 1 1 Rp7.500.000
48 1 3 1 1 Rp10.500.000
49 1 3 1 1 Rp10.500.000
50 1 3 1 1 Rp13.000.000
51 1 3 1 1 Rp12.000.000
52 2 3 1 1 Rp22.500.000
53 2 2 1 1 Rp15.000.000
54 2 2 1 1 Rp15.000.000
55 3 2 1 1 Rp12.000.000
56 3 2 1 1 Rp11.500.000
57 1 2 1 1 Rp8.000.000
58 1 3 1 1 Rp12.000.000

69
59 1 3 1 1 Rp9.750.000
60 1 3 1 1 Rp9.750.000
61 1 3 1 1 Rp6.000.000
62 1 4 1 1 Rp8.000.000
63 2 4 1 1 Rp30.000.000
64 3 2 1 1 Rp11.000.000
65 3 2 1 1 Rp11.500.000
66 3 2 1 1 Rp11.500.000
67 1 2 1 2 Rp13.300.000
68 1 2 1 1 Rp7.000.000
69 1 4 1 2 Rp20.000.000
70 1 4 1 2 Rp10.000.000
71 1 4 1 1 Rp12.000.000
72 3 2 1 1 Rp12.000.000
73 3 2 1 1 Rp11.500.000
74 3 2 1 1 Rp11.000.000
75 3 2 1 1 Rp11.000.000
76 3 2 1 1 Rp12.000.000
77 1 4 1 2 Rp10.000.000
78 1 4 1 1 Rp6.000.000
79 1 4 1 1 Rp8.000.000
80 1 2 1 1 Rp4.000.000
81 1 2 1 1 Rp3.000.000
82 1 2 1 1 Rp4.000.000
83 1 3 1 1 Rp6.000.000
84 3 2 1 1 Rp11.000.000
85 3 2 1 2 Rp20.000.000
86 3 2 1 1 Rp12.000.000
87 3 2 1 1 Rp12.000.000
88 1 2 1 1 Rp9.000.000
89 1 3 1 2 Rp22.500.000
90 1 3 1 1 Rp10.500.000
91 1 2 1 1 Rp7.000.000
92 1 4 1 1 Rp14.000.000
93 1 3 1 1 Rp10.500.000

Lampiran VI hasil analisis regresi linear berganda

Regresi Linear Berganda


Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

70
B Std. Error Beta

1 (Constant) -23.090 10.517 -2.196 .031

X1 5.548 1.071 .438 5.181 .000

X2 10.916 2.687 .334 4.062 .000

X3 7.859 1.502 .417 5.233 .000

X4 5.400 4.247 .098 1.271 .207

a. Dependent Variable: Y

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20830.936 4 5207.734 20.089 .000b

Residual 22813.016 88 259.239

Total 43643.952 92

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .691a .477 .454 16.10089

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1


b. Dependent Variable: Y

Uji Normalitas

71
Uji Multikonearitas

72
Coefficientsa

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

.831 1.204

.877 1.140

.936 1.068

.990 1.010

a. Dependent Variable: Y

Uji Heteroskedastisitas

73

Anda mungkin juga menyukai