Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM RETRIBUSI PELABUHAN PADA DINAS

PERHUBUNGAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

OLEH:
RIZALDI, SE
NIP. 19740903 199803 1 007

DINAS PERHUBUNGAN
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
TAHUN 2022
A. PENDAHULUAN

1. Ruang Lingkup Dinas Perhubungan


Seiring dengan berkembangnya era globalisasi yang semakin maju, semakin
berkembang pula tingkat mobilitas masyarakat dalam kegiatan dan akitivitas
sosialnya. Karenanya diperlukan adanya fasilitas transportasi yang dapat menopang
kegiatan dan mobilitas masyarakat yang semakin berkembang tersebut. Kebutuhan
penyediaan sarana transportasi yang menunjang tersebut tidak dapat berdiri sendiri
melalui peran satu pihak saja. Diperlukan adanya peran serta antara Dinas
Perhubungan yang berperan sebagai manajemen transportasi, Dinas Pekerjaan
Umum sebagai bidang penyedia prasarana jalan, dan POLRI yang berperan sebagai
lembaga penegak hokum.
Dinas Perhubungan merupakan Dinas daerah yang menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang perhubungan. Tugas
pokok Dinas Perhubungan adalah untuk melaksanakan sebagian urusan Pemerintah
Daerah di bidang Perhubungan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.
Sementara fungsinya meliputi:
 Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan
 Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang perhubungan
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas operasional di bidang Perhubungan yang
meliputi lalu lintas dan parkir, angkutan dan terminal, sarana dan operasional
Transportasi itu sangat dituntut peranannya dalam pembangunan suatu
negara. Keberhasilan pembangunan yang telah dicapai di segala bidang, sektor
transportasi sangat menentukan peranan transportasi bukan hanya untuk
melancarkan arus barang dan mobilitas sumber-sumber ekonomi secara baik.
Melalui pembangunan jangka panjang peranan transportasi dapat memberi
pelayanan yang baik untuk kegiatan manusia. Sektor transportasi harus
dilaksanakan secara multidimensional, dimana harus memperhatikan tidak hanya
situasi dan kondisi transportasi itu sendiri tetapi juga harus dapat memperhatikan
lingkungan yang dipengaruhinya dan mempengaruhinya termasuk sarana dan
prasarana. Seiring perkembangan kota maka kebutuhan transportasi di perkotaan
meningkat pula, sehingga menyebabkan permasalahan transportasi menjadi sangat
kompleks sehingga diperlukan tindakan penanganan yang sesegera mungkin. Jurnal
Administrasi Permasalahan transportasi perkotaan tersebut antara lain berupa
penentuan jenis moda angkutan umum, pola jaringan, izin trayek angkutan,
kebijakan perparkiran dan perambuan lalu lintas.
Dalam UndangUndang Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, dijelaskan bahwa untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas serta memudahkan bagi pemakai jalan, maka jalan wajib
dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas. Di samping itu dalam tata laksana lalu
lintas upaya-upaya dalam menuntun, mengarahkan, memperingatkan, melarang dan
sebagainya atau lalu lintas yang ada dengan sedemikian rupa agar lalu lintas dapat
bergerak dengan aman, lancar dan nyaman di sepanjang jalur lalu lintas maka
dibutuhkan penggunaan rambu-rambu lalu lintas.
Salah satu Organisasi yang bergerak dalam mengatur lalu lintas dan
angkutan adalah dinas perhubungan. Dinas Perhubungan Kabupaten Tanjung
Jabung Timur dalam PERDA Kabuaten Tanjung Jabung No 18 Tahun 2003 Tentang
Organisasi Dinas Perhubungan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Dimana Tugas
Dari Dinas Perhubungan adalah
a. Perumusan kebijaksanaan teknis dibidang Perhubungan
b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum dibidang
Perhubungan
c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dan Cabang Dinas dalam
lingkup Dinas Perhubungan
d. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Dinas Perhubungan.
Selain itu juga mempunyai peranan penting dalam memberikan layanan
kawasan tertib lalu lintas sebagai dinas yang menangani bidang tranportasi dan
perhubungan. Dengan upaya-upaya dalam meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dinas perhubungan kabupaten Tanjung Jabung Timur meningkatkan
penjagaan pos-pos pantau untuk kawasan tertib lalu lintas yaitu ada 8 pos pantau.
Seperti yang di jelaskan di atas bahwa Dinas Perhubungan memiliki peran penting
dalam memberikan layanan kawasan tertib lalu lintas akan tetapi apakah sudah
sesuai harapan masyarakat pelayanan yang di berikan oleh Dinas Perhubungan
kabupaten tanjab timur.
Salah satunya dari ruas jalan kabupaten tanjung jabung timur yang cukup
luas sehingga dalam melayani perizinan untuk masyarakat yang ingin menggunakan
ruas jalan tersebut. Selain itu, ruas jalan juga di lengkapi dengan rambu lalu lintas
agar truk bermuatan tidak melintas di ruas jalan perkantoran. Dalam hal ini Dinas
Perhubungn Kabupaten tanjung jabung timur menyediakan personil untukdapat
mengkoordinasi ruas jalan yang dilewati truk yang bermuatan.

2. Sistem Retribusi
Retribusi Daerah disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Dalam Peraturan Bupati No 12 tahun 2019 tentang Pelimpahan Sebagian
Kewenangan Bupati Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kepada Kepala Perangkat Daerah Pengelola Pendapatan Asli Daerah, Dinas
Perhubungan Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki wewenang dalam Retribusi
Terminal, Retribusi Pelayanan Parkir di tepi Jalan Umum, Retribusi Pengujian
Kendaraan Bermotor, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Pelayanan
Kepelabuhan dan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
Dalam PERDA kabupaten Tanjung Jabung Timur No 10 Tahun 2012
Tentang Retribusi Daerah Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut
retribusi sebagai pembayaran atas penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum
dengan Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan
pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Subjek Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan dan
menikmati jasa pelayanan parkir di tepi jalan umum.
Selain itu dari Objek Retribusi dikecualikan Retribusi Pelayanan Parkir di
Tepi Jalan Umum adalah tempat parkir pada :
a. tempat ibadah
b. kantor pemerintah
c. sarana pendidikan formal
d. tempat rambu larangan parkir.
Sedangkan Wajib Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah
orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong retribusi.
3. Fungsi Dan Manfaat Retribusi
Fungsi pertama yang terdapat pada retribusi yaitu fungsi anggaran (fungsi
regulerend). Dalam arti, retribusi tidak memiliki fungsi mengatur (fungsi regulerend)
sebagaimana yang terdapat pada pajak. Hal ini berarti bahwa retribusi tidak dapat
digunakan untuk mengendalikan kehidupan masyarakat sebagaimana yang
dikehendaki oleh pemerintah (baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah).
Retribusi semata-mata untuk mengisi kas negara maupun daerah sebagai
penggantian yang telah dikeluarkan dalam upaya penyediaan sarana pelayanan
yang telah disediakan. Fungsi yang kedua hanya memiliki fungsi untuk mengisi kas
negara atau daerah karena retribusi hanya sebagai penggantian atas jasa yang
disediakan oleh negara atau daerah.
Retribusi daerah diharapkan menjadi salah satu sumber keuangan untuk
pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Hal tersebut
tak lain adalah guna meningkatkan dan mencapai pemerataan kesejahteraan
masyarakat. Dan pada hakikatnya, pemungutan retribusi daerah memiliki persamaan
pokok dalam hal tujuannya dengan pemungutan pajak, yaitu sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan rutin kas daerah atau negara yang merupakan tujuan
utama.
b. Menciptakan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat yang merupakan
tujuan tambahan.

4. Tujuan Retribusi Daerah


Tujuan Retribusi Daerah Tujuan retribusi daerah adalah sebagai salah satu
sumber pendapatan asli daerah, sebab pemerintahan di daerah dapat terselenggara
karena adanya dukungan berbagai faktor sumber daya yang mampu menggerakkan
jalannya roda organisasi pemerintahan dalam rangka pencapaian tujuan. Keuangan
merupakan faktor utama yang merupakan sumber daya finansial bagi pembiayaan
penyelenggaraan roda pemerintahan daerah. Ciri utama yang menunjukkan daerah
otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerahnya. Artinya,
daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali
sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri
yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya.
Retribusi sebagai potensi penerimaan daerah merupakan kekuatan yang ada di
suatu daerah untuk menghasilkan sejumlah penerimaan tertentu. Untuk melihat
potensi sumber penerimaan daerah dibutuhkan pengetahuan tentang perkembangan
beberapa variabel-variabel yang dapat dikendalikan (yaitu variabel-variabel
ekonomi), dan yang tidak dapat dikendalikan (yaitu variable-variabel ekonomi) yang
dapat mempengaruhi kekuatan sumber-sumber penerimaan daerah.
Beberapa cara untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui
peningkatan penerimaan semua sumber Pendapatan Asli Daerah agar mendekati
atau bahkan sama dengan penerimaan potensialnya. Selanjutnya dikatakan bahwa
secara umum ada dua cara untuk mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah sehingga maksimal yaitu dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Lebih
lanjut diuraikan bahwa salah satu wujud nyata dari kegiatan intensifikasi ini untuk
retribusi yaitu menghitung potensi seakurat mungkin, maka target penerimaan bisa
mendekati potensinya. Cara ekstensifikasi dilakukan dengan mengadakan
penggalian sumber-sumber objek retribusi atau pajak ataupun dengan menjaring
wajib pajak atau retribusi baru.
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah untuk mengukur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan “self
supporting” dalam bidang keuangan. Dengan kata lain faktor keuangan merupakan
faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan
otonominya. Secara realistis, praktek penyelenggaraan pemerintah daerah
menunjukkan tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.
Perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai
upaya pemberdayaan pemerintah daerah adalah:
a. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik
(public oriented). Hal ini tidak saja terlihat pada besarnya porsi pengalokasian
anggaran untuk kepentingan publik, tetapi juga terlihat pada besarnya
partisipasi masyarakat dan DPRD dalam tahap perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan keuangan daerah.
b. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan
anggaran daerah pada khususnya.
c. Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan
yang terkait dalam pengelolaan anggaran seperti DPRD, kepala daerah,
sekretaris daerah dan perangkat daerah lainnya.
d. Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan
pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value
for money, transparansi dan akuntabilitas.
e. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, kepala daerah dan pegawai
negeri sipil daerah baik rasio maupun dasar pertimbangannya.
f. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja dan
anggaran multi tahunan.
g. Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih professional.
Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran
akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja
anggaran, dan transparansi informasi anggaran kepada publik.
h. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran
asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan
profesionalisme aparat pemerintah daerah.
i. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan
informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen 34 pemerintah
daerah terhadap penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelaporan,
pengendalian dan mendapatkan informasi.
5. Macam-Macam Retribusi
Macam Macam Retribusi Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
Pasal 18 Ayat (2) tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Pasal 108 ayat 1 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Retribusi Daerah
dibagi atas tiga golongan, sebagaimana disebut di bawah ini:
a. Retribusi Jasa Umum
b. Retribusi Jasa Usaha
c. Retribusi Perizinan Tertentu

Definisi dan Pengertian dari ketiga golongan tersebut dijelaskan dalam


undang-undang yaitu sebagai berikut:
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah, untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek retribusi jasa
umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum sebagaimana yang
diatur dalam Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 110 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, adalah sebagai berikut:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
13)Retribusi Pelayanan Pendidikan
14)Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Objek retribusi jasa usaha adalah
pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip
komersial yang meliputi:
1. Pelayanan dengan menggunakan / memanfaatkan kekayaan daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
2. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha sebagaimana yang diatur dalam Undang


Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 127 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, adalah sebagai berikut:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7) Retribusi Rumah Potong Hewan
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10)Retribusi Penyeberangan di Air
11)Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

c. Retribusi Perizinan Tertentu


Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.28 Jenis-jenis retribusi perizinan
tertentu sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Pasal 141 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, adalah sebagai berikut:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan
Di dalam Pasal 149 Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, bahwa:
a) Jenis Retribusi Jasa Umum dan Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) dan Pasal 141, untuk Daerah provinsi
dan Daerah kabupaten/kota disesuaikan dengan kewenangan Daerah
masing-masing sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
b) Jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127, untuk
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten / kota disesuaikan dengan jasa /
pelayanan yang diberikan oleh Daerah masing-masing rincian jenis objek
dari setiap retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1), Pasal
127, dan Pasal 141 diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut diketahui bahwa untuk menentukan
macam macam rincian objek retribusi, baik berupa jenis Retribusi Umum,
Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu disesuaikan dengan
pelayanan / jasa masing-masing daerah Provinsi dan daerah Kabupaten /
kota dan diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan.

6. Kriteria Retribusi
Untuk jenis objek yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat juga di atur
dalam Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. Kriteria Retribusi Jasa Umum:
 Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi
Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu.
 Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
 Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan
yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani
kepentingan dan kemanfaatan umum.
 Jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang
membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat
yang tidak mampu.
 Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya
 Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.
 Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
b. Untuk Kriteria Retribusi Jasa Usaha:
 Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan
RetribusiJasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu.
 Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau
terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum
dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
c. Untuk Kriteria Retribusi Perizinan Tertentu:
 Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan
kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi.
 Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
umum.
 Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut
dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin
tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

Konsep Pemungutan Retribusi Pemungutan retribusi daerah tidak


dapat diborongkan, artinya seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak
dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun bukan berarti bahwa pemerintah
daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif
dalam proses pemungutan retribusi, pemerintah daerah dapat mengajak bekerja
sama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya
untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi tertentu
secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat
dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya
retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi, dan penagihan
retribusi. Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi
Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. Dokumen lain
yang dipersamakan antara lain, berupa karcis masuk, kupon dan kartu
langganan. Jika wajib retribusi tertentu tidak membayar retribusi tepat pada
waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar dua persen setiap bulan dari retribusi. terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan ditagih dengan mengguenakan Surat Tagihan Retribusi
Daerah (STRD). STRD merupakan surat untuk melakukan tagihan retribusi
dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda Tata cara
pelaksanaan pemungutan retribusi daerah ditetapkan oleh kepala daerah.

7. Retribusi Pelabuhan Kabupaten Tanjung Jabung Timur


Berdasarkan peraturan daerah nomor 54 tahun 2001 tentang
pungutan retribusi jasa fasilitas sungai, dermaga dan penyelenggaraan
keselamatan pelayaran kapal pedalaman dalam wilayah kabupaten tanjung
jabung timur pasal 1 ayat 6 Pungutan retribusi adalah Pungutan Uang yang
diterima dari pemakai jasa fasilitas sungai, dermaga dan penyelenggaraan
keselamatan pelayaran kapal pedalaman. Sedangkan pada pasal 2 ayat 1
Menunjuk LLASDP untuk melaksanakan pungutan uang retribusi atas
pemakaian jasa fasilitas sungai/dermaga dan penyelenggaran keselamatan/tata
tertib pelayaran kapal pedalaman, kemudian ayat 2 Hasil dari Pungutan uang
retribusi tersebut diatas disetorkan ke Kas daerah melalui Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Besarnya tarif pungutan uang retribusi jasa fasilitas sungai/dermaga dan
penyelenggaraan keselamatan tata tertib pelayaran kapal pedalaman ditetapkan
sebagai berikut :
A. Tarif pungutan jasa fasilitas sungai/dermaga :
I. Tarif dermaga/pelabuhan.
(1) Tarif Tambat.
a. Motor Boat dengan ukuran panjang
1 sampai 10 Meter ...........................................Rp 500,-/Hari
b. Motor Boat dengan ukuran panjang
10 Meter keatas .............................................Rp 700,-/Hari
c. Tongkang dengan ukurang panjang
1 sampai 10 Meter .........................................Rp 500,-/hari
d. Tongkang dengan panjang
10 Meter keatas...............................................Rp.1.000,-/Hari
e. Spead Boat Semua Ukuran ...........................Rp. 600,-/Hari
f. Motor Tempel semua ukuran ..........................Rp. 300,-/Hari
g. Khusus untuk kapal laut ukuran
10 Meter keatas ..............................................Rp.1.500,-/Hari
(2) Tarif Labuh.
a. Motor Boat semua Ukuran .............................Rp. 250,-/Hari
b. Tongkang semua ukuran ................................Rp. 300,-/Hari
c. Motor Tempel semua Ukuran .........................Rp. 200,-/Hari
(3) Tambat/Labuh untuk rakit .................................Rp. 150,-/Hari
(4) Bongkar Muat Barang .......................................Rp. 200,-/Hari
(5) Perahu Tambang ...............................................Rp. 100,-/Hari
(6) Kapal Laut .........................................................Rp. 500,-/Hari

II. Tarif Pas masuk Terminal.


(1) Orang ....................................................Rp. 200,-satukali masuk
(2) Gerobak Sorong ...................................Rp. 100,-satu kali masuk
(3) Mobil Gerobak Umum ..........................Rp. 500,-satu kali masuk
(4) Sepeda Motor .......................................Rp. 250,-satu kali masuk
(5) Kendaraan Sedan/Jip ...........................Rp. 600,-satu kali masuk

III. Tarif Penampungan Barang.


(1) Gudang tertutup ...................................Rp. 1000,-/Hari (5 X 5)
(2) Gudang terbuka/Lapangan.................... Rp. 750,-/Hari (5 X 5)

IV. Tarif Logpond .......................................Rp. 50,-/M3/Bulan


V. Tarif Loading point .................................Rp. 25,-/M3/Bulan

B. Tarif pungutan uang penyelenggaraan keselamatan/tata tertib pelayaran kapal


pedalaman.
1. Uang Rambu.
a. Untuk 1 (satu) kali singgah tiap –tiap M3
isi kotor ..............................................................Rp 250,-
b. Untuk berlangganan 6 (enan) bulan tiap – tiap M3
isi kotor .............................................................Rp 500,-
c. Untuk 1 (satu) kali singgah dan tidak
melakukan muatan ataupun menaikan/menurunkan penunpang
tiap – tiap M3 isi kotor ..........................................Rp. 200,-

2. Uang ukur/registrasi.
a. Pungutan pertama dipungut tiap M3 isi kotor :
(a) Ukuran sampai dengan 100 M3 .................... Rp 200,-
(b) Ukuran diatas 100 M3.................................... Rp. 250,-
(c) Minimum uang ukur (registrasi)..................... Rp 1000,-
b. Pengukuran ulang :
(a) Apabila tidak diberikan surat ukur (registrasi)
baru, tiap – tiap bulan M3.............................. Rp 200,-
(b) Minimum uang ukuran (registrasi)................. Rp 2500,-
c. Pemberian surat ukur (registrasi) karena ganti nama kapal atau
pemberian salinan surat ukur (registrasi) :
(a) Kapal ukuran sampai dengan 20 M3 isi kotor .Rp. 1500,-
(b) Kapal berukuran 20 M3 sampai 100 M3.......... Rp. 2500,-
(c) Kapal berukuran 100 M3 keatas...................... Rp. 3500,- (d) Biaya untuk
pemasangan tanda selain (nomor registrasi) :
- Motor Boat/Tugboat/Tongkang........................... Rp. 3500,-
- Motor Tempel/Speed Boat ................................. Rp. 2000,-
- Motor Ketek dll.................................................... Rp. 1000,-

B. PENUTUP
1. Kesimpulan
Retribusi Daerah disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
(Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Dalam PERDA kabupaten
Tanjung Jabung Timur No 10 Tahun 2012 Tentang Retribusi Daerah Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum dengan Objek Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum
yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan Subjek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan dan menikmati jasa pelayanan
parkir di tepi jalan umum.
Adapun fungsi dari retribusi daerah itu adalah untuk mengisi kas negara
maupun daerah sebagai penggantian yang telah dikeluarkan dalam upaya
penyediaan sarana pelayanan yang telah disediakan. Fungsi yang kedua hanya
memiliki fungsi untuk mengisi kas negara atau daerah karena retribusi hanya
sebagai penggantian atas jasa yang disediakan oleh negara atau daerah untuk
mencapai tujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui peningkatan
penerimaan semua sumber Pendapatan Asli Daerah agar mendekati atau bahkan
sama dengan penerimaan potensialnya.
Retribusi Sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 Ayat (2)
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 108
ayat 1 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Retribusi Daerah dibagi atas tiga
golongan yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan
Tertentu. Selain itu Pemungutan Retribusi telah diatur lengkap didalam PERDA
Kabupaten Tanjung Jabung Timur nomor 54 tahun 2001 tentang pungutan retribusi
jasa fasilitas sungai, dermaga dan penyelenggaraan keselamatan pelayaran kapal
pedalaman dalam wilayah kabupaten tanjung jabung timur.
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur No 10


Tahun 2012 Tentang Retribusi Daerah.

, Peraturan Daerah Nomor 54 Tahun 2001 Tentang Pungutan


Retribusi Jasa Fasilitas Sungai, Dermaga Dan Penyelenggaraan
Keselamatan Pelayaran Kapal Pedalaman Dalam Wilayah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.

, Peraturan Daerah Nomor 54 Tahun 2001 Tentang Pungutan


Retribusi Jasa Fasilitas Sungai, Dermaga Dan Penyelenggaraan
Keselamatan Pelayaran Kapal Pedalaman Dalam Wilayah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.

Gunawan, Hendra. (2019). Pelaksanaan Pungutan Retribusi Jasa Pelabuhan


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 2
Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan ( Studi Pada
Pelabuhan Di Pulau Kijang Kecamatan Reteh ) Skripsi Fakultas Syariah
Dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau.

Anda mungkin juga menyukai