Anda di halaman 1dari 68

1

PENGAWASAN DINAS PERHUBUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS


RETRIBUSI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana di Bidang Ilmu Pemerintahan

Diajukan Oleh :

DEVI AMELIA
NIM : 191030652015015

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NURDIN HAMZAH
2023
2

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

PENGAWASAN DINAS PERHUBUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS


RETRIBUSI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana di Bidang Ilmu Pemerintahan

Diajukan Oleh

DEVI AMELIA
NIM : 191030652015015

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Samduddin, S.Sos., M.IP Dida Helena, S.IP., M.Si

Mengetahui,
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Universitas Nurdin Hamzah

Dr. Pahrudin. HM, S.S., MA

ii
3

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul : “Pengawaswan Dinas Perhubungan Terhadap Efektifitas

Retribusi Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Adapun tujuan dari penulisan proposal skripsi ini adalah untuk memenuhi

beberapa persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nurdin Hamzah. Penulis menyadari

bahwa proposal skripsi ini belum sempurna masih banyak kekurangan dan

kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima

kasih kepada beberapa pihak yang telah memberikan bantuannya, baik yang

bersifat materil maupun spritual, yaitu kepada yang terhormat :

1. Bapak Revany Devy, S.H., M.Si Ketua Yayasan Pendidikan Nurdin Hamzah

Jambi.

2. Bapak Dr. Ir. H. Riswan. M. M.Si Rektor Universitas Nurdin Hamzah Jambi

beserta jajaran yang telah membantu memperlancar administrasi penulis

selama masa perkuliahan.

iii
4

3. Bapak Syafrial, S.H., M.Sc Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Nurdin Hamzah Jambi , sekaligus selaku pembimbing pertama

yang telah banyak memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan skripsi.

4. Dr. Pahrudin. HM., S.S., MA Ketua Program Ilmu Pemerintahan Universitas

Nurdin Hamzah Jambi beserta stap yang selalu memberikan bimbingan dan

petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Samsuddin, S.Sos., M.IP selaku Pembimbing pertama yang telah

banyak memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dida Helena, S.IP., M.Si selaku Pembimbing kedua yang telah banyak

memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Program Ilmu Pemerintahan Universitas

Nurdin Hamzah Jambi beserta stap yang selalu memberikan bimbingan da

nil;mu pengetahuan selama perkuliahan berlangsung

8. Karyawan dan karyawati Tata Usaha di Lingkungan Program Ilmu

Pemerintahan Universitas Nurdin Hamzah Jambi.

9. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan support dan semangat serta

kasih sayang, yang menjadi kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Semua pihak dan Teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

iv
5

Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat

dalam skripsi ini dan juga nama-nama yang belum disebutkan dan penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat Amin.

Jambi, Mei 2023

Penulis

DEVI AMELIA
NIM : 191030652015015

v
6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i


TANDA PERSETUJUAN SKRPSI ……………………………………………. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………..……… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. v

BAB I PE NDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ….…………………………………….… 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….….. 8
D. Sistimatika Penulisan …………………………………………….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Penelitian Terdahulu ……………………………………………... 12
B. Landasan Teoritis ………………………………………………… 14
C. Definisi Konsep …………………………………………….……. 39
D. Definisi Operasional ………………………………………….….. 40
E. Kerangka Berpikir ………………………………………………... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian ……………………………………………. 43
B. Lokasi Penelitian ……………………………………………….… 43
C. Fokus Penelitian …………………………………………….……. 44
D. Jenis dan Sumber Data ………………….….………………..…… 44
E. Informasi Penelitian ……………….……………………….…….. 45

vi
7

F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 46


G. Teknik Analisa Data ……………………………………………... 48
H. Teknik Keabsahan Data …………………………………………. 49
8
9

PENGAWASAN DINAS PERHUBUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS


RETRIBUSI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana di Bidang Ilmu Pemerintahan

Diajukan Oleh :

DEVI AMELIA
NIM : 191030652015015

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NURDIN HAMZAH
2023
10

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

PENGAWASAN DINAS PERHUBUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS


RETRIBUSI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana di Bidang Ilmu Pemerintahan

Diajukan Oleh

DEVI AMELIA
NIM : 191030652015015

Telah Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Samduddin, S.Sos., M.IP Dida Helena, S.IP., M.Si

Mengetahui,
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Universitas Nurdin Hamzah

Dr. Pahrudin. HM, S.S., MA

ii
11

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul : “Pengawaswan Dinas Perhubungan Terhadap Efektifitas

Retribusi Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Adapun tujuan dari penulisan proposal skripsi ini adalah untuk memenuhi

beberapa persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nurdin Hamzah. Penulis menyadari

bahwa proposal skripsi ini belum sempurna masih banyak kekurangan dan

kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima

kasih kepada beberapa pihak yang telah memberikan bantuannya, baik yang

bersifat materil maupun spritual, yaitu kepada yang terhormat :

11. Bapak Revany Devy, S.H., M.Si Ketua Yayasan Pendidikan Nurdin Hamzah

Jambi.

12. Bapak Dr. Ir. H. Riswan. M. M.Si Rektor Universitas Nurdin Hamzah Jambi

beserta jajaran yang telah membantu memperlancar administrasi penulis

selama masa perkuliahan.

iii
12

13. Bapak Syafrial, S.H., M.Sc Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Nurdin Hamzah Jambi , sekaligus selaku pembimbing pertama

yang telah banyak memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan skripsi.

14. Dr. Pahrudin. HM., S.S., MA Ketua Program Ilmu Pemerintahan Universitas

Nurdin Hamzah Jambi beserta stap yang selalu memberikan bimbingan dan

petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

15. Bapak Samsuddin, S.Sos., M.IP selaku Pembimbing pertama yang telah

banyak memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan skripsi ini.

16. Ibu Dida Helena, S.IP., M.Si selaku Pembimbing kedua yang telah banyak

memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan skripsi ini.

17. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Program Ilmu Pemerintahan Universitas

Nurdin Hamzah Jambi beserta stap yang selalu memberikan bimbingan da

nil;mu pengetahuan selama perkuliahan berlangsung

18. Karyawan dan karyawati Tata Usaha di Lingkungan Program Ilmu

Pemerintahan Universitas Nurdin Hamzah Jambi.

19. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan support dan semangat serta

kasih sayang, yang menjadi kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini.

20. Semua pihak dan Teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

iv
13

Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat

dalam skripsi ini dan juga nama-nama yang belum disebutkan dan penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat Amin.

Jambi, Mei 2023

Penulis

DEVI AMELIA
NIM : 191030652015015

v
14

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i


TANDA PERSETUJUAN SKRPSI ……………………………………………. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………..……… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. v

BAB I PE NDAHULUAN

E. Latar Belakang Masalah ….…………………………………….… 1


F. Rumusan Masalah ………………………………………………... 8
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….….. 8
H. Sistimatika Penulisan …………………………………………….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


F. Penelitian Terdahulu ……………………………………………... 12
G. Landasan Teoritis ………………………………………………… 14
H. Definisi Konsep …………………………………………….……. 39
I. Definisi Operasional ………………………………………….….. 40
J. Kerangka Berpikir ………………………………………………... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


I. Pendekatan Penelitian ……………………………………………. 43
J. Lokasi Penelitian ……………………………………………….… 43
K. Fokus Penelitian …………………………………………….……. 44
L. Jenis dan Sumber Data ………………….….………………..…… 44
M. Informasi Penelitian ……………….……………………….…….. 45

vi
15

N. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 46


O. Teknik Analisa Data ……………………………………………... 48
P. Teknik Keabsahan Data …………………………………………. 49

vii
16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan

dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah.

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari masyarakat daerah yang

bersangkutan. Sehubungan dengan itu kebijakan pemerintah daerah tidak dapat

dipungkiri lagi harus menitikberatkan pada peningkatan kualitas pelayanan kepada

masyarakat melalui manajemen keuangan daerah yang bertujuan selain ingin

meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan daerah, juga ditunjukkan bagi

peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Tujuan pelayanan tersebut dapat diwujudkan melalui suatu sistem

manajemen dengan keterbukaan yang positif, efisiensi dan proaktif dalam setiap

tindakan. Berkaitan dengan manajemen keuangan daerah tentunya tidak dapat

dipisahkan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) yang pada hakekatnya merupakan salah satu alat instrumen yang dipakai

sebagai tolok ukur dalam meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan

masyarakat di daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah bersama DPRD harus

berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat

mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sehingga terpenuhi tuntutan terciptanya

anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan public (Midjaja, 2009 : 147).

1
17

Dalam rangka mendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal dan

peningkatan kemandirian fiskal daerah, telah ditetapkan UU No. 28 tahun 2009

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah untuk meningkatkan local taxing

power melalui penguatan basis perpajakan daerah dan peningkatan kepatuhan

(compliance) wajib pajak. Fleksibilitas penerapan jenis dan tarif PDRD di

daerah, diharapkan dapat mendorong pendapatan PDRD menjadi lebih optimal

dalam meningkatkan kapasitas fiskal daerah untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam arti yang

lebih luas (Mardiasmo, 2012 : 102).

Konsekuensi dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah dituntut

untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) guna membiayai urusan rumah

tangganya sendiri. Peningkatan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik sehingga dapat menciptakan tata pemerintahan yang lebih baik

(good governance). Oleh karena itu, perlu dilakukan usahausaha untuk

meningkatkan penerimaan dari sumber–sumber penerimaan daerah, salah satunya

dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk mengoptimalkan

Pendapatan Asli Daerah beberapa pos pendapatan asli daerah harus ditingkatkan

antara lain pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah

penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri

yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan

yang berlaku. Komponen pendapatan asli daerah yang mempunyai peranan

penting terhadap penerimaan adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Pemerintah

daerah hendaknya mempunyai pengetahuan dan dapat mengidentifikasi tentang


18

sumber-sumber pendapatan asli daerah yang potensial terutama dari pajak daerah

dan retribusi daerah. Apabila tidak memperhatikan dan mengelola pajak daerah

yang potensial maka pengelolaan tidak akan efektif, efisien dan ekonomis. Pada

akhirnya akan merugikan masyarakat dan pemerintah daerah sebagai pemungut,

karena pajak daerah dan retribusi daerah tidak mengenai sasaran dan realisasi

terhadap penerimaan daerah yang optimal (Handoko, 2013).

retribusi bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan

(budgetary function) yang utama dan juga sebagai alat pengatur (regulatory

function). Pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah digunakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Melihat dari fenomena tersebut

dapat diketahui pentingnya pajak dan retribusi bagi suatu daerah, terutama dalam

menyokong pembangunan daerah itu sendiri dan merupakan pemasukan dana yang

sangat potensial karena besarnya penerimaan pajak dan retribusi akan meningkat

seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian dan stabilitas politik.

Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah, pajak daerah

merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada

daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Jenis pendapatan

pajak untuk provinsi meliputi objek pendapatan berikut; (1) Pajak kendaraan

bermotor, (2) Bea balik nama kendaraan bermotor, (3) Pajak bahan bakar

kendaraan bermotor, (4) Pajak rokok, (5) Pajak air permukaan. Selanjutnya, jenis

pajak Kabupaten/Kota tersusun atas; (1) Pajak hotel, (2) Pajak restoran, (3) Pajak

hiburan, (4) Pajak reklame, (5) Pajak penerangan jalan, (6) Pajak pengambilan
19

bahan galian golongan C, (7) Pajak parkir, (8) Pajak air tanah, (9) Pajak sarang

burung walet, (10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, (11) Bea

perolehan hak atas tanah dan bangunan (Putriani, 2016 : 6).

Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah salah satu kabupaten yang

memiliki sumber daya alam yang cukup besar, sudah seharusnya

mengoptimalkaan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kemampuan menggali sumber penerimaan

pajak daerah dan retribusi daerah tersebut harus diikuti dengan kemampuan

penetapan target sesuai dengan potensi sebenarnya serta kemampuan menekan

biaya yang dikeluarkan dalam pemungutannya. Kemampuan tersebut akan

menambah penerimaan dan menciptakan tingkat efisiensi dan efektivitas yang

lebih baik. Oleh karena itu dalam pengelolaan retribusi diperlukan adanya

pengawasan, untuk pelaksanaan pengawasan ini khusus untuk retribusi di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah Dinas Perhubungan, karena perolehan

retribusi ini akan sangat mempengaruhi pendapatan dan peningkatan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tanjung Jabung Tibur.

Sebagai pembanding dengan penelitian sebelumnya bahwa, penelitian

tentang Efisiensi dan efektivitas pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah ini

sudah pernah dilakukan oleh Julastiana dan Suartana (2017 : 78) dan Enggar,

Rahayu dan Wahyudi (2018 : 90) mereka meneliti di tempat yang berbeda yaitu di

Jambi. Mereka baru meneliti tentang efisiensi dan efektivitas pajak daerah dan

retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Akan tetapi, ada keterbatasan

dalam penelitian tersebut, yaitu dalam penelitian tersebut hanya melakukan


20

perhitungan efektivitas pajak daerah dan retribusi daerah secara global tidak

dihitung dengan lebih rinci.

Maka dari itu penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk

menyempurnakan penelitian sebelumnya, yaitu dengan melakukan perhitungan

efektivitas retribusi daerah dan retribusi daerah secara lebih rinci. Adapun

perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada objek penelitian,

dimana penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk

berkreasi selain untuk meningkatkan perekonomian daerah juga menggali/

meningkatkan pendapatan daerah guna membiayai kegiatan pemerintah daerah

dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintah kepada masyarakat dan tugas

pembangunan. Kenyataan yang ada, biaya yang dibutuhkan cenderung meningkat

sedangkan pemerintah daerah dihadapkan pada adanya keterbatasan

sumbersumber pendapatan daerah yang potensial, sehingga sulit untuk melakukan

perluasan objek-objek baru, atau apabila dilakukan penggalian pendapatan daerah

yang kurang potensial maka prinsip pungutan daerah akan terabaikan (Hestu,

2015).

Pembangunan Ekonomi Indonesia terus dilakukan meliputi segala aspek

kehidupan. Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, adil

dan makmur dalam upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Pembangunan ekonomi perlu di tingkatkan melalui perbaikan pendapatan serta

peningkatan daya beli masyarakat. Pembangunan Ekonomi merupakan perbaikan

taraf hidup seluruh masyarakat dimana jika Pembangunan berhasil dilaksanakan.

Perbaikan tersebut mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti


21

pentingnya pembangunan dan bersedia berperan aktif dalam prosesnya. Jika

daerah telah memiliki sumber pendapatan yang mampu memenuhi dan mencukupi

kebutuhan pemerintah daerah, maka pemerintah pusat tidak lagi memiliki beban

berat dalam tujuannya turut serta membangun pembangunan daerah. Peran serta

pemerintah pusat dalam hal pembangunan daerah bisa berupa pemberian bantuan

daerah untuk pendidikan, keluarga miskin atau untuk apresiasi sejenis tunjangan

bagi tenaga pemerintah daerah (Mardiasmo, 2010).

Guna Untuk memperoleh gambaran perolehan retribusi di Kabupaten

Tanjung Jabung Timur, maka dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut m:

Tabel. 1
Pendapatan Retribusi Antara Target dan Realisasi Di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur Selama 5 Tahun 2018 – 2022

Tahun Target Realisasi Perkembangan


2018 Rp. 650.000.000 Rp. 567.567.500 22,90 %
2019 Rp. 700.000.000 Rp. 687.750.750 20,35 %
2020 Rp. 750.000.000 Rp. 721.590.450 20,78 %
2021 Rp. 800.000.000 Rp. 756.503.350 21,14 %
2022 Rp. 850.000.000 Rp. 786.120.000 21,62 %
(Sumber data : DISPENDA Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2023)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat ditegaskan terhadap perkembangan

pendapatan Daerah melalui bidang retribusi daerah, dimana selama 5 (lima) tahun

terakhir perkembangan retribusi terus meningkat. Artinya dalam realisasinya

pendapatan PAD dari sumb er retribusi terus meningkat. Dari tahun 2018 – 2022

terus mengalami peningkatan.

Pencapaian pelayanan, pelaksanaan pembangunan efektif dan efesien, daerah

harus secara kreatif mampu menciptakan dan mendorong meningkatakan sumber


22

pendapatan asli daerah yang potensial adalah jasa perparkiran, menjadi salah satu

pendapatan asli daerah. Pengawasan, pengelolaan menetapkan, siapa yang

melakukan, bagaimana Standar Operasional Prosedur untuk melakukan kontrol,

berapa besar anggaran, peralatan yang diperlukan dan jadwal pelaksanaan

pengawasan.

Pengawasan pengelolaan retribusi parkir oleh dinas perhubungan pada objek

Retribusi Parkir ditepi jalan umum, belum optimal, di karena masih terdapat

masalah dalam Pengelolaan kegiatan Retribusi Parkir ditepi jalan umum dan

kebocoran hasil Retribusi sehingga target Pendapatan setiap tahun tidak tercapai,

dan masih terdapat pembukaan lahan parkir yang tidak mau bekerja sama dengan

pihak ketiga. Pengawasan akan mendukung dalam meminimalisir Penyimpangan

dari tujuan Kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan Pengelolaan

Retribusi Perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan dikelola dengan baik

sehingga berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Pengawasan yang di

lakukan belum optimal dikarenakan Jumlah pengawas yang masih kurang

maksimal, karena antara target dan realisasinya tidak tercapau, walaupun dalam

kenyataan realisainya meningkat, untuk itu belum adanya petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis pengawasan (Raharjo Adisasmita, 2014 : 110).

Hambatan paling pertama adalah jumlah personil kami yang hanya

berjumlah masih kurang dalam menangani dan mengelola dibeberapa terminal

dengan luas dan bisa dibilang masih banyak permasalahan yang sering terjadi.

Contohnya seperti tindak kriminal, perkelahian antar masyarakat dan kenakalan

remaja. Dalam mengatasi masalah tindak criminal kami bekerjasama dengan Pihak

yang berwajib yaitu dari pihak Kepolisian maupun pihak Koramil yang berada di
23

kecamatan Muara jawa, dan yang kedua masalah anggaran atau anggaran

operasional untuk Dinas Perhubungan kecamatan sampai sekarang masih kurang

bahkan tidak ada sama sekali, biaya operasional kami sering mencari sendiri yaitu

dari para penjual pedagang kaki lima yang berjualan did lam kawasan beberapa

terminal dan kurangnya fasilitas sarana dan prasarana kami yang ada di kantor

dalam menunjang kegiatan pengelolaan kawasan terminal. Adapun hambatan yang

lain seperti kurangnya fasilitas di kantor Dinas Perhubungan seperti unit Komputer

yang utama, sehingga kami sangat kesulitan juga dalam membantu melengkapi

berkas atau dokumen dalam setiap pengajuan proposal ke kabupaten. Yang ketiga,

masalah anggaran, seperti anggaran operasional yang sampai sekarang masih

kosong, jadi banyak sekali hambatanhambatan yang kami hadapi untuk saat ini.

Sehibngga diperlukan upaya dan solusi yang perlu dilakukan.

Kemudian ada perbedaan perhitungan efektivitas retribusi daerah dimana

pada penelitian ini dijelaskan lebih rinci per golongan retribusi daerah. Selanjutnya

ada penambahan uji analisis pada penelitian ini yaitu analisis uji beda t-test. Pajak

daerah dan retribusi daerah merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena

pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

yang penting guna membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah

untuk menetapkan Otonomi Daerah. Oleh karena itu, perlu dianalisis efektivitas

dan efisiensi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di Kabupaten Tanjung

Jabung Timur, kemudian dapat mempengaruhi dalam kontribusinya terhadap PAD

Kabupaten Tanjung Jabung Timur itu sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah

yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat kedalam
24

penelitian yang berjudul “Pengawasan Dinas Perhubungan Terhadap Efektifitas

Retribusi Kabupaten Tanjung Jabung Timur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis

mengajukan perumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah tingkat pencapaian pungutan retribusi daerah di Kabupaten Tanjung

Jabung Timur sudah efisien?

2. Bagaimana kontribusi retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

3. Apa kendala-kendala dalam pengawasan pencapaian retribusidaerah di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitan

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tingkat pencapaian pungutan retribusi daerah di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur sudah efisien.

b. Untuk mengetahui kontribusi retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pengawasan pencapaian

retribusidaerah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.


25

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi penulisn dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan dapat membantu penerapan teori perhitungan rasio keuangan

pada sektor publik serta perpajakan dalam sektor publik pada khususnya.

b. Bagi pemerintah dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan dalam

meningkatkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah pada

Pendapatan Asli Daerah dan juga dapat memberikan informasi kepada

pemerintah daerah tentang pentingnya efisiensi, efektivitas, dan kontribusi

dalam pungutan pajak dan retribusi.

c. Bagi peneliti dapat membantu menambah pengetahuan dalam bidang

perhitungan rasio keuangan pada sektor publik dan dapat melatih dalam

menerapkan teori mengenai perpajakan yang telah diperoleh selama kuliah.

d. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi tentang pajak daerah dan

retribusi daerah di Kota Surakarta.

e. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan perbandingan bagi peneliti-

peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penyusunan, maka penulisan skripsi ini penulis

susun secara sistimatis sebagai berikut :


26

Bab. I Merupakan Pendahuluan dengan sub-bahasan Latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistimatika

penulisan.

Bab. II berupa tinjauan pustaka dengan sub-bahasan, penelitian terdahulu,

kerangka pustaka, definisi konsep, Definisi operasional dan Kerangka berfikir.

Bab. III Metodologi Penelitian dengan sub bahasan, pendekatan penelitian,

lokasi penelitian, fokus penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data. ,

pengumpulan data dan teknin analisa data.

Bab. IV Gambaran umum dan pembahasan masalah dengan sub bahasan

tingkat pencapaian pungutan retribusi daerah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

sudah efisien, kontribusi retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur, kendala-kendala dalam pengawasan

pencapaian retribusidaerah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Bab. V merupakan akhir dari pembahasan yang disebut dengan penutup

dengan sub-bahasan kesimpulan dan saran.


27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan

Kajian atau tinjauan pustaka ini dilakukan untuk melihat atau meninjau

sampai sejauh mana masalah yang penulis teliti saat ini pernah ditulis orang lain

secara substansial, walaupun judulnya tidak sama. Kemudia materi apa yang

ditulis, akan dilihat apakah ada persamaan atau perbedaan dari yang ditulis.

Terakhir dengan kajian pustaka ini, penulis dapat menghindari penulisan yang

sama, sehingga posisi penulis menjadi jelas. Kajian yang penulis teliti adalah

pelaksanaan pengawaswan Dinas Perhubungan terhadap efektifitas retribusi di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur, mengingat retribusi sebagai salah satgu

pendapatan PAD, maka pelaksanaan pengawasannya benar-benar akan lebih

efektif.

Untuk lebih jelasnya berdasarkan hasil penelitian terdahulu (relevan) dapat

diketahui berdasarkan tabel sebagai berikut :

Tabel. 1
Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Fokus Penelitian

1 Annisa Retribusi Daerah Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,


Rahmadahni Terhadap Pendapatan retribusi daerah Pemerintah Kabupaten
(2018) Asli Daerah Kabupaten Batu Bara memiliki nilai t (hitung)
Batu Bara (Studi Kasus sebesar 41,751 > t (tabel) sebesar 2,0345
Badan Pengelola Pajak dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 berarti
dan Retribusi Daerah bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Kab. Baru Bara) Artinya nilai retribusi daerah lebih
rendah dari tingkat signifikan sebesar
0,05 maka retribusi daerah berpengaruh
pada pendapatan asli daerah.
12
28

2 Eka Putriani Retribusi Daerah Berdasarkan hasil pengolahan data


(2019) Terhadap Pendapatan menggunakan aplikasi SPSS, Dari hasil
Asli Dearah (PAD) pengujian hipotesis diatas maka dapat
Kabupaten Bulukumba disimpulkan bahwa hipotesis yang
dimunculkan dalam penelitian ini
terbukti dimana secara Simultan :
variable retribusi daerah berpengaruh
tidak signifikan terhadap Pendpatan Asli
Daerah. Hal tersebut berarti Retribusi
daerah tidak signifikan tapi berpengaruh
Positif terhadap Pendatan Asli Daerah.
Maka sewajarnya jika terjadi
peningkatan pada pendapatan retribusi
daerah maka secara langsung akan
mempengaruhi total PAD kabupaten
Bulukumba pada tahun berjalan.
Pengaruh positif yang ditunjukan dari
nilai Beta tersebut searah dengan arah
yang diajukan pada hipotesis bahwa
retribusi daerah berpengaruh positif
terhadap pendapatan asli daerah.

3 Sirajuddin Penerimaan Retribusi Hasil penelitian yang di dapat penulis


(2020) Daerah Terhadap ialah pajak daerah berpengaruh positif
Peningkatan Pendapatan terhadap pendapatan asli daerah, retribusi
Asli Daerah (PAD). daerah tidak berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah Kabupaten
Soppeng. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 di dalam Pasal 285
menyatakan bahwa pendapatan daerah
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Pendapatan Transfer dan
Pendapatan Daerah lainnya yang sah.
PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah, dan Pendapatan Asli daerah
lainnya Yang sah.

4 Rahmi Dewi Kontribusi Retribusi Hasil penelitian menunjukan bahwa


Putri Daerah Terhadap pajak daerah dan retribusi daerah secara
(2021) Pendapatan Asli Daerah simultan berpengaruh signifikan terhadap
(PAD) Kota pendapatan asli daerah (PAD) Kota
Sawahluntau. Sawahlunto sebesar 88,5%. Secara
parsial hanya pajak daerah yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) Kota
Sawahlunto. Sedangkan hasil pengujian
parsial dari retribusi daerah
menunjukkan tidak ada pengaruh
signifikan terhadap pendapatan asli
daerah (PAD) Kota Sawahlunto.

5 Windi Yuniarni Efektifitas Penerimaan Hasil dari penelitian adalah: (1) Tingkat
(2022) Retribusi Daerah dan efektivitas untuk retribusi daerah selama
29

Kontribusinya Terhadap tahun 2015-2019 masuk dalam kategori


Penerimaan Pendapatan cukup efektif. (2) Kontribusi retribusi
Asli Daerah di DKI daerah terhadap peningkatan pendapatan
Jakarta Periode 2017 – asli daerah DKI Jakarta dari tahun 2017-
2021). 2021 berkontribusi sangat kurang dan
rasio kontribusinya cenderung turun
setiap tahunnya.

Berdasarkan penelitian relevan bahwa memberikan hasil yang berkenaan

dengan adanya pengaruh pendapatan retribusi sangat mempengaruhi pendapatan

dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sementara yang penulis teliti

adalah dengan adanya pengawasan dari pihak Dinas Perhubungan akan lebih

efektif dalam meningkatkan retribusi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengawasan

a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan manajemen dapat tercapai. Ini berkenaan dengan cara-

cara membuat kegiatankegiatan sesuai yang direncanakan. Pengertian ini

menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan

pengawasan.

1) Pegawasan adalah merupakan manajemen fungsional yang harus

dilaksanakan oleh setiap pimpinan semua unit/satuan kerja terhadap

pelaksanaan pekerjaan atau pegawai yang melaksanakan sesuai dengan

tugas pokoknya masing-masing. Dengan demikian, pengawasan oleh

pimpinan khusunya yang berupa pengawasan melekat (built in control),

merupakan kegiatan manajerial yang dilakukan dengan maksud agar tidak

terjadi penyimpangan dalam melaksanakan pekerjaan. Suatu


30

penyimpangan atau kesalahan terjadi atau tidak selama dalam

pelaksanaan pekerjaan tergantung pada tingkat kemampuan dan

keterampilan pegawai. Para pegawai yang selalu mendapat pengarahan

atau bimbingan dari atasan, cenderung melakukan kesalahan atau

penyimpangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan pegawai yang

tidak memperoleh bimbingan.

2) Pengertian pengawasan cukup beragam, di bawah ini adalah contoh

keberagaman pengertian tersebut : Menurut Sondang P. Siagian

pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang

dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

3) Robert J. Mockler berpendapat bahwa pengawasan manajemen adalah

suatu usaha sitematik untuk menetapkan standart pelaksanaan dengan

tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi, umpan balik,

membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan

sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanganpenyimpangan

serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin

bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara efektif

dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan (Handoko. 2014 :

120).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa pengawasan

adalah proses untuk menjaga agar kegiatan terarah menuju pencapaian

tujuan seperti yang direncanakan dan bila ditemukan penyimpangan-

penyimpangan diambil tindakan koreksi.


31

b. Bentuk-bentuk Pengawasan

Ada beberapa bentuk pengawasan di antaranya adalah :

1) Pengawasan dari dalam organisasi (Internal Control) Pengawasan dari

dalam, berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit pengawasan

yang dibentuk dalam organiasasi itu sendiri. Aparat/ unit pengawasan ini

bertindak atas nama pimpinan organisasi. Aparat/ unit pengawasan ini

bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh

organisasi. Data kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan.

Hasil pengawasan ini dapat pula digunakan dalam nilai kebijaksanaan

pimpinan. Untuk itu kadang-kadang pimpinan perlu meninjau kembali

kebijaksanaan/keputusan-keputusan yang telah dikeluarkan. Sebaliknya

pimpinan dapat pula melakukan tindakan-tindakan perbaikan terhadap

pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya internal control.

2) Pengawasan dari luar organisasi (external control) Pengawasan eksternal

(external control) berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat/unit

pengawasan dari luar organisasi itu. Aparat/unit pengawasan dari luar

organisasi itu adalah pengawasan yang bertindak atas nama atasan

pimpinan organisasi itu, atau bertindak atas nama pimpinan organisasi itu

karena permintaannya, misalnya pengawasan yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara. Terhadap suatu

departemen, aparat pengawasan ini bertindak atas nama pemerintah/

presiden melalui menteri keuangan (Daft, 2016 : 6).

.
32

Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan, ialah pemeriksaan/pengawasan yang bertindak atas nama

negara Republik Indonesia. Di samping aparat pengawasan yang

dilakukan atas nama atasan dari pimpinan organisasi tersebut, dapat pula

pimpinan organisasi minta bantuan pihak luar organisasinya. Permintaan

bantuan pemeriksaan/ pengawasan dari pihak luar organisasi, misalnya

perusahaan konsultan, akuntan swasta, dan sebagainya. Permintaan

bantuan pemeriksaan/pengawasan dari pihak luar ini biasanya dilakukan

pada suatu perusahaan dengan maksud-maksud tertentu, misalnya untuk

mengetahui efisiensi kerjanya, untuk mengetahui jumlah keuntungan,

untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar, dan sebagainya.

c. Metode Pengawasan

Menurut pendapat Yohannes Yahya (2013 : 172), bahwa ada

beberapa metode pengawasan antara lain adalah :

1) Pengawasan Langsung

Pengawasan Langsung adalah apabila aparat pengawasan/pimpinan

organisasi melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan

pekerjaan, baik dengan sistem inspektif, verifikatif, maupun dengan

sistem investigatif. Metode ini dimasudkan agar segera dapat dilakukan

tindakan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Sedangkan sistem pengawasan langsung oleh atasannya disebut built in

control.
33

2) Pengawasan Tidak langsung

Pengawasan Tidak Langsung adalah apabila aparat

pengawasan/pimpinan organisasi melakukan pemeriksaan pelaksanaan

pekerjaan hanya melalui laporan-laporan yang masuk kepadanya.

Laporan-laporan tersebut dapat berupa uraian kata-kata deretan angka-

angka atau statistik yang berisi gambaran atas hasil kemajuan yang telah

tercapai sesuai dengan pengeluaran biaya/ anggaran yang telah

direncanakan. Kelemahan dari pengawasan tidak langsung ini tidak dapat

segera mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaannya, sehingga

dapat menimbulkan kerugian yang lebih banyak.

3) Pengawasan Formal

Pengawasan Formal adalah pengawasan yang secara formal

dilakukan oleh unit/ aparat pengawasan yang bertindak atas nama

pimpinan organisasinya atau atasan dari pimpinan organisasi itu. Dalam

pengawasan ini biasaya telah ditentukan prosedur, hubungan, dan tata

kerjanya.

4) Pengawasan Informal

Pegawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran

formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini

biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan melalui kunjungan

yang tidak resmi (pribadi), atau secara incognito. Hal ini dimaksudkan

untuk menghindarkan kekakuan dalam hubungan antara atasan dan

bawahan. Dengan cara demikian pimpinan menghendaki keterbukaan

dalam memperoleh informasi dan sekaligus usul/saran perbaikan dan


34

penyempurnaannya dari bawahannya. Untuk masalah-masalah yang

dihadapi oleh bawahannya yang tidak mungkin dipecahkan sendiri, maka

pimpinan dapat memberikan jalan keluar pemecahannya. Sebaliknya

bawahan juga merasa bangga karena diberi kesempatan mengemukakan

pendapatnya secara langsung terhadap pimpinannya. Jelasnya bahwa

pengawasan informal mendekatkan hubungan pribadi yang bersifat

informal. Hal ini sangat menguntungkan terhadap pelaksanaan tugas-

tugas pekerjaan.

5) Pengawasan Administratif

Pengawasan Administratif adalah pengawasan yang meliputi bidang

keuangan, kepegawaian, dan material. Pengawasan keuangan menyangkut

tentang pos pos anggaran (rencana anggaran), pelaksanaan anggaran yang

meliputi kepengurusan administratif dan pengurusan bendaharawan. Hal

ini menyangkut prosedur penerimaan dan prosedur pengeluaran uang.

Pengawasan kepegawaian menyangkut hal hal yang berhubungan dengan

administratsi kepegawaian serta menyangkut terhadap hak- hak mereka

yang harus dipenuhi (gaji, kenaikan pangkat, dan fasilitasfasilitas lain).

Pengawasan material adalah untuk mengetahui apakah barangbarang yang

disediakan (dibeli) sesuai dengan rencana pengadaannya.

2. Efektifitas

a. Pengertian Efektifitas
35

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna

atau menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif

adalah sesuatu yang ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) sejak

dimulai berlakunya suatu Undang-Undang atau peraturan.

Menurut Beni (2016: 69).

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga

dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan

prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat

keberhasilan suatu operasi pada sektor public sehingga suatu kegiatan

dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap

kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran

yang telah ditentukan.

Menurut Mardiasmo (2017: 134) Efektivitas adalah ukuran berhasil

tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila

suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan

dengan efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan

dampak (outcome) dari keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan

program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap

pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif

proses kerja suatu unit organisasi.

Efektifitas umumnya di pandang sebagai tingkat pencapaian tujuan

operatif dan operasional. Pada dasarnya efektifitas adalah tingkat pencapaian


36

tugas sasaran organisasi yang di tetapkan. Efektifitas adalah seberapa baik

pekerjaan yang di lakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran

sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat di artikan, apabila suatu pekerjaan

dapat dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif

tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang lainnya. Sedangkan efektifitas

pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah sejauh mana kegiatan

pemerintah daerah dapat melaksanakan, mewujudkan, dan meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, pengambilan keputusan partisipasi

masyarakat. Pelaksanaan pembangunan dan juga penyelesaian berbagai

permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Sondang P. Siagian (2001:24) yang berpendapat efektifitas adalah

pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang

secara sadar di tetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang

atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan

dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan

semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya.

Apabila seseorang berbicara tentang efektifitas sebagai orientasi kerja

berarti yang menjadi sorotan perhatian adalah tercapainya berbagai sasaran

yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-

sumber tertentu yang sudah digunakan harus ditentukan sebelumnya dan

dengan memanfaatkan sumber-sumber itulah maka hasil-hasil tertentu harus

dicapai dalam waktu yang telah di tetapkan pula (S.P Siagian 2005:171).

Organisasi senantiasa melibatkan beberapa orang dan mereka saling

berinteraksi secara insentif. Interaksi tersebut dapat disusun atau


37

digambarkan dalam sebuah struktur untuk membantu mencapai tujuan

bersama. Namu demikian, setiap orang dalam organisasi mempunyai tujuan

perorangan. Dengan keikutsertaannya dalam organisasi, ia mengharapkan

agar organisasi tersebut akan membantu dia mencapai tujuannya di samping

tujuan kelompok. Keberhasilan organisasi pada umumnya di ukur dengan

konsep efektivitas, apa yang dimaksud efektivitas, terdapat perbedaan

pendapat diantara yang menggunakannya, baik dikalangan akademisi

maupun dikalangan para praktisi.

Dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan kerja dapat mencapai

prestasi, yang terlibat tidak hanya sekedar sekumpulan orang saja, melainkan

juga melibatkan perlengkapan, termasuk mesin-mesin, metode kerja, waktu,

material, yang umumnya disebut sebagai sumber. Setiap organisasi

menginginkan agar pelaksanaan kerja dan penggunaan sumber tersebut

benar-benar dapat berdaya guna. Dengan demikian, perlu adanya

pengaturan, pengarahan, dan pendayagunaan. Usaha mengatur dan

mengarahkan sumber daya ini, baik manusia maupun peralatannya disebut

manajemen.

b. Pengukuran Efektifitas

Ukuran efektivitas adalah suatu program kegiatan bukanlah suatu hal

yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut

pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta

menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka

seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti

kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga
38

dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan

dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil

pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan

tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan

tidak efektif.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau

tidak menurut Zamani dalam bukunya Manajemen 2018 : 132) diantaranya

adalah :

1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya

karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan

tujuan organisasi dapat tercapai.

2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi

adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam

mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak

tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan

tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah di tetapkan artinya

kebijakan harus mampu menjembatani tujuantujuan dengan usaha-usaha

pelaksanaan kegiatan operasional.

4) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang

apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila


39

tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan

bekerja.

6) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana

dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu

program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka

organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan

pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

8) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat

sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

c. Pendekatan Efektifitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap

efektivitas menurut pendapat Pratama (2012 : 90 – 91) yaitu :

1) Pendekatan sasaran (Goal Approach) Pendekatan ini mencoba mengukur

sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak

dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan

identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan

organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang penting

diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah

sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan

sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang


40

ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output

yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat

output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba

mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan

sasaran yang hendak dicapai. Efektivitas juga selalu memperhatikan

faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu, dalam efektivitas selalu

terkandung unsur waktu pelaksanaan dan tujuan tercapainya dengan

waktu yang tepat maka program tersebut akan lebih efektif. Contoh dari

pendekatan sasaran yaitu apabila suatu pekerjaan mempunyai target

menjual habis barangnya dalam waktu satu minggu, dan barang tersebut

terjual habis dalam waktu satu minggu, maka pekerjaan tersebut dapat di

katakan efektif.

2) Pendekatan Sumber (System Resource Approach) Pendekatan sumber

mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam

mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu

lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga

memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan

ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga

terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang

merata dalam lingkungannya, dimana dari lingkungan diperoleh sumber-

sumber yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan

bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam kegiatan usaha organisasi

dilihat dari seberapa jauh hubungan antara anggota binaan program usaha
41

dengan lingkungan sekitarnya, yang berusaha menjadi sumber dalam

mencapai tujuan.

3) Pendekatan Proses (Internal Process Approach) Pendekatan proses

menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga

internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan

lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara

terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan

memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap

sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat

efisiensi serta kesehatan lembaga.

d. Retribusi

1) Pengertian Retribusi

Retribusi merupakan sumber penerimaan yang sudah umum bagi

semua bentuk pemerintah daerah. Retribusi tersebut mungkin juga

merupakan sumber utama dari pendapatan badan pembangunan daerah1 .

Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan

kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditunjukkan semata-

mata untuk mendapatkan suatu prestasi dari Pemerintah (Putriani, 2016 :

32).

Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran

kepada Negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa

Negara, atau merupakan iuran kepada Pemerintah yang dapat dipaksakan

dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat
42

ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari

Pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu (Adisasmita, 2014 : 23).

Retribusi dalam pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang selanjutnya disebut

retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadai atau badan.

Retribusi di dalam pasal 24A UUD 1945 merupakan dari bagian

dari “pungutan yang bersifat memaksa” yang dibutuhkan oleh negara

karena itu diatur dengan Undang-Undang5 . Sedangkan retribusi menurut

para ahli salah satunya yaitu menurut Munawir bahwa retibusi ialah iuran

kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan dapat jasa balik secara

langsung dapat ditunjuk6 . Dari pendapat diatas terlihat bahwa

karakteristik retribusi adalah :

a) Retribusi dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b) Pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu.

c) Adanya prestasi langsung dari negara kepada individu pembayar

retribusiberupa jasa.

d) Uang hasil retribusi digunakan bagi pelayanan umum berkait dengan

retribusi yang bersangkutan.

e) Pelaksanaannya dapat dipaksakan, biasanya bersifat ekonomis.

Retribusi dapat dilakukan penggolongan berdasarkan negara dalam

membiayai pemerintahan dan pembangunan di masa kini dan mendatang.

Retribusi merupakan sumber pendapatan negara maupun daerah,


43

penggolongannya perlu dilakukan berdasarkan sifat-sifat maupun ciri-ciri

yang dimilikinya.

e. Dasar Hukum Retribusi

Dasar hukum retribusi adalah Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Sebagaimana yang dijelaskan dibawah ini :

1) Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

2) Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan

yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

3) Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

4) Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan

menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula

disediakan oleh sektor swasta.

5) Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam

rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber

daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna


44

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Serta

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah :

a) Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. \

b) Golongan retribusi adalah pengelompokan retribusi yang meliputi

retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan

tertentu (Mardiasmo, 2012 : 102).

f. Macam-macam Retribusi

Macam-macam Retribusi Objek retribusi daerah adalah berbagai jenis

jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang

diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya

jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosisal-ekonomi layak

dijadikan sebagai objek retribusi1. Dalam objek tersebut retribusi dibagi atas

tiga macam golongan yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan

retribusi perizinan tertentu .

1) Retribusi jasa umum Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang

disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

pribadi atau badan. Beberapa kriteria retribusi jasa umum antara lain

sebagai berikut :

a) Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi

jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu.


45

b) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

c) Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau

badan yang diharuskan membayar retribusi, di sampinguntuk melayani

kepentingan dan kemanfaatan umum.

d) Jasa tersebut layak dikenakan retribusi.

e) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai

penyelenggaraannya.

f) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial (Furwanto, 2013 :

123).

Jenis-jenis retribusi jasa umum diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 66 Tahun 2001 Pasal 2 ayat 215. Beberapa jenis-jenis dari

retribusi jasa umum :

1) Retribusi pelayanan kesehatan.

2) Retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan.

3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta

catatan sipil.

4. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat.

5. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum.

6. Retribusi pelayanan pasar.

7. Retribusi pengujian kendaraan bermotor.

8. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran.

9. Retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus.


46

10. Retribusi pengelolaan limbah cair.

11. Retribusi penggantian biaya cetak peta.

12. Retribusi pelayanan tera/tera ulang.

13. Retribusi pelayanan pendidikan. 14. Retribusi pengendalian menara

telekomunikasi.

2) Retribusi jasa usaha

Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh

pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada

dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta16. Pelayanan yang

disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial

meliputi pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan

daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan pelayanan oleh

pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh

pihak swasta. Objek retribusi jasa usaha sesuai Pasal 126 UU PDRD

adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan

menganut prinsip komersial yang meliputi :

a) Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah

yang belum dimanfaatkan secara optimal

b) Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara

memadai oleh pihak swasta .

Jenis-jenis retribusi jasa umum diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 66 Tahun 2001 Pasal 3 ayat 219. Beberapa jenisjenis dari retribusi

jasa usaha :
47

a) Retribusi pemakaian kekayaan daerah.

b) Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan.

c) Retribusi terminal.

d) Retribusi tempat khusus parkir.

e) Retribusi tempat penitipan anak.

f) Retribusi tempat penginapan atau pesanggrahan atau vila.

g) Retribusi penyedotan kakus.

h) Retribusi rumah potong hewan.

i. Retribusi tempat pendaratan kapal.

j) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga.

k) Retribusi penyebrangan di atas air.

l) Retribusi pengolahan limbah cair.

m) Retribusi penjualan produksi usaha daerah (Lakoy, 2016 L 76).

Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

Subjek retribusi jasa umum dapat ditetapkan menjadi wajib retribusi jasa

umum.

3) Retribusi perizinan tertentu

Fungsi perizinan dimaksudkan untuk mengadakan pembinaan,

pengaturan, pengendalian dan pengawasan, maka pada dasarnya

pemberian izin oleh Pemerintah Daerah tidak harus dipungut retribusi.

Akan tetapi untuk melaksanakan fungsi tersebut Pemerintah Daerah

mungkin masih mengalami kekurangan biaya yang tidak selalu dapat


48

cukupi dari sumber-sumber pemerintahan daerah, sehingga terhadap

perizinan tertentu masih perlu dipungut retribusi.

Berdasarkan Pasal 140 ayat 1 UU PDRD, dijelaskan yang dimaksud

objek perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh

Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan

untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

lingkungan.

Dalam menetapkan jenis retribusi kedalam golongan retribusi

perizinan tertentu digunakan kriteria sebagai berikut :

1) Perizinan tersebut termasuk urusan pemerintahan yang diserahkan

kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi.

2) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi

kepentingan umum.

3) Perizinan tidak bertentangan atau tumpang tindih dengan perizinan

yang diselenggarakan oleh tingkat pemerintahan yang lebih tinggi.

Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan

perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai sebagian atau

seluruhnya dari retribusi perizinan (Santosa, 2020 : 132).

Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Pasal 4 ayat 225. Beberapa jenisjenis

dari retribusi perizinan tertentu :

1) Retribusi izin mendirikan bangunan.


49

2) Retribusi izin tempat penjualan minuman berakohol.

3) Retribusi izin gangguan.

4) Retribusi izin trayek.

5) Retribusi izin usaha perikanan.

Subjek dari retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau

badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah, sedangkan

yang menjadi wajib retribusinya adalah orang pribadi atau badan yang

menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungutan retribusi

perizinan tertentu.

Penggolongan retribusi tersebut di atas tidak bersifat final karena

daerah masih diberikan wewenang untuk menentukan retribusi,

sepanjang diatur dalam peraturan daerah. Kewenangan daerah untuk

menambah retribusi dilakukan dengan kewenangan otonominya dan

memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Sekalipun masih berwenang

memungut retribusi, daerah tidak boleh melanggar kriteria yang telah

ditentukan ((Santosa, 2020 : 135).

Jadi dari penjelasan-penjelasan diatas penulis menyimpulkan

bahwasannya dalam menggali potensi pendapatan daerah pemerintah

menetapkan jenis-jenis retribusi seperti retribusi jasa umum, retribusi

jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu yang sesuai dengan peraturan

yang telah ditetapkan. Namun dalam penelitian ini penulis akan

memfokuskan kajian tentang retribusi jasa usaha pada pokok

pembahasan retribusi pada pelayanan wisata, wisata yang dikelola oleh


50

pemerintah Kabupaten Lahat khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten

Laha

g. Fungsi Retribusi

Fungsi pertama yang terdapat pada retribusi yaitu fungsi anggaran

(fungsi regulerend). Dalam arti, retribusi tidak memiliki fungsi mengatur

(fungsi regulerend) sebagaimana yang terdapat pada pajak. Hal ini berarti

bahwa retribusi tidak dapat digunakan untuk mengendalikan kehidupan

masyarakat sebagaimana yang dikehendaki oleh pemerintah (baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah). Retribusi semata-mata untuk

mengisi kas negara maupun daerah sebagai penggantian yang telah

dikeluarkan dalam upaya penyediaan sarana pelayanan yang telah

disediakan. Fungsi yang kedua hanya memiliki fungsi untuk mengisi kas

negara atau daerah karena retribusi hanya sebagai penggantian atas jasa yang

disediakan oleh negara atau daerah (Adisasmita, 2014 : 115).

h. Manfaat Retribusi

Manfaat Retribusi daerah diharapkan menjadi salah satu sumber

keuangan untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

daerah. Hal tersebut tak lain adalah guna meningkatkan dan mencapai

pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dan pada hakikatnya, pemungutan

retribusi daerah memiliki persamaan pokok dalam hal tujuannya dengan

pemungutan pajak, yaitu sebagai berikut : a. Memenuhi kebutuhan rutin kas

daerah atau negara yang merupakan tujuan utama. b. Menciptakan dan

pemerataan kesejahteraan masyarakat yang merupakan tujuan tambahan.


51

i. Wajib Retribusi

Wajib retribusi merupakn salah satu kewajiban yang perlu dilakukan

oleh para supir taxi, tetapi dari apa yang terjadi ada sebagian supir taxi yang

tidak mematuhi akan adanya wajib retribusi, hal ini dikarenakan mereka

tidak membayar wajib retribusi dengan beralasan jumlah pemasukkan yang

didapat belum tercukupi. Sedangkan dari pihak dinas perhubungan sudah

memberi ketetapan dalam pemberian wajib retribusi tersebut. Dinas

perhubungan tidak memberikan solusi yang bagaimana mengatasi masalah

tersebut.

Wajib Retribusi memang harus dibayar karena retribusi itu bukan

pungutan liar kami mempunyai landasan dan ketentuan yang berlaku sesuai

dengan undangundang yang berlaku, ketentuan wajib retribusi ini diwajibkan

kepada para supir pengendara angkutan umum di setiap satu kali perjalanan

baik tujuan ke Samarinda maupun tujuan ke Balikpapan. Namun dalam

kegiatan iuran retribusi ini masih ada saja dari beberapa pengendara

angkutan yang lalai/tidak mau membayar retribusi tersebut, padahal retribusi

tersebut merupakan salah satu PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten

yang bertujuan untuk pembangunan insfrastruktur yang ada di wilayah

Kabupaten agar lebih baik kedepan nya. Bagi Para sopir yang lalai dalam

Wajib Retribusi Hanya kami berikan Teguran Lisan saja. Namun apabila

sudah terlalu sering melakukan kelalaian, kami langsung memberikan sanksi

atau surat keputusan kepada para pengendara angkutan yang lalai.

Pengertian Pemungutan Menurut Anwar (2015) pemungutan adalah

suatu cara pengambilan, penarikan, pengutipan, sesuatu dimana dapat berupa


52

bea, pajak, ataupun iuran. Adapun pemungutan yang dilakukan dapat

dikarenakan sebagai balas jasa. Disamping itu pula menurut Prasatya (2015)

pemungutan merupakan suatu proses peralihan kekayaan dari sektor swasta

ke sektor publik berdasarkan undangundang untuk membiayai pengeluaran

Negara, baik pengeluaran rutin ataupun untuk pembangunan. Sifat Retribusi

Dalam pelaksanaanya, Retribusi memiliki 2 sifat yaitu :

1) Retribusi yang bersifat umum, bersifat umum berarti berlaku secara

umum, maksudnya pungutan retribusi memiliki sifat berlaku umum bagi

siapa pun yang ingin menikmati dan memperoleh manfaat dari jasa yang

disediakan oleh pemerintah daerah. Contoh retribusi dengan sifat umum;

Pedagang yang ingin melakukan kegiatan perdagangan di dalam pasar

dikenakan pungutan retribusi meski misal ia hanya berjualan untuk 1 hari

saja.

2) Retribusi yang bersifat khusus atau memiliki tujuan. Sifat Pungutan

retribusi ini bertjuan untuk mendapatkan manfaat tertentu dari jasa yang

disediakan oleh pemerintah daerah. Contohnya: Retrribusi yang

dibayarkan seseorang untuk memperoleh akta kelahiran. Peran Peran

adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang

dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.

Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam

harapan, yaitu : pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap

pemegang peran atau kewajibankewajiban dari pemegang peran, dan

kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap

masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya


53

dalam menjalankan peranannya atau kewajibankewajibannya (Suyanto,

2014). Peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh

banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki

status atau kedudukan tertentu.

Berdasarkan hal-hal diatas dapat diartikan bahwa apabila

dihubungkan dengan dinas perhubungan, peran tidak berarti sebagai hak

dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan wewenang dinas

perhubungan. Dalam peran ada 3 hal yang mencakup didalamnya:

1) Norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat.

2) Suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi.

3) Sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial

masyarakat.

Pengertian Pengelolaan Pengertian pengelolaandi dalam Kamus

Lengkap Bahasa Indonesiakarya Aditya Bagus Pratama disebutkan bahwa,

pengelolaan berarti proses yang memberikan pengawasan pada semua hal

yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan;

proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggrakkan tenaga orang lain.

Mmanajemen adalah pencapaian tujuan organisasi dengan cara efektif dan

efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian sumber daya organisasi. Pengelolaan merupakan proses yang

membantu merumuskan kebijakan dan tujuan memberikan pengawasan pada

semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan.


54

Pengelolaan bisa diartikan management yaitu suatu proses kegiatan yang

dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan-penggunaan sumber

daya sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang

telah ditentukan.

Definisi lain pun disampaikan oleh Handoko (2014) bahwa

“pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan suatu kebijakan

dan tujuan organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada suatu

yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan”. Jadi, pengelolaan

adalah suatu kegiatan yang dilakukan organisasi dalam rangka penertiban,

pemeliharaan, pengaturan seara sistematika sumber-sumber yang ada dalam

organisasi. Pengelolan merupakan tindakan pengusakan pengorganisasian

sumber-sumber yang ada dalam organisasi dengan tujuan agar sumber-

sumber pengelolaan senatiasa berhubungan dengan seluruh elemen yang

terdapat dalam suatu organisasi, seperti pengelolan berkaitan dengan

personal, administrasi, ketatausahaan, peralatan ataupun prasarana yang ada

didalam organisasi. Berdasarkan defenisi pengelolaan diatas secara garis

besar tahap-tahap dalam melakukan pengelolaan meliputi melakukan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Perencanaan merupakan proses dasar dari suatu kegiatan pengelolaan

dan merupakan syarat mutlak dalam suatu kegiatan pengelolaan, kemudian

pengorganisasian berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan yang telah

ditetapkan. Sementara itu pengarahan diperlukan agar menghasilkan sesuatu

yang diharapkan dan pengawasan yang dekat. Dengan evaluasi, dapat


55

menjadi proses monitoring aktifitas untuk menentukan apakah individu atau

kelompok memperoleh dan mempergunakan sumber-sumbernya secara

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Mengingat pentingnya dan

manfaat retribusi, maka keberadaan retribusi benar-benar di kelola dan

diawasi dengan baik dan lebih efektifr kedepannya.

A. Definisi Konsep

1. Pengawasan adalah proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

2. Efektifitas adalah berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada

sektor public sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut

mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan

masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditentukan.

3. Retribusi adalah pembayaran-pembayaran kepada Negara yang dilakukan oleh

mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara, atau merupakan iuran kepada

Pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat

ditunjuk.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional bisa dikatakan sebagai cara spesifik di mana variabel

penelitian yang dibuat dapat diukur dalam studi tertentu. Oleh karena itulah

definisi operasional dianggap sebagai serangkaian pernyataan yang berisi

keterangan terkait definisi cara ukur. Untuk mendapatkan pemahaman yang sama
56

tentang beberapa istilah yang berkenaan dengan penelitian ini, maka dikemukakan

pengertian dari istilah tersebut, sebagai berikut :

1. Pengawasan yang dilakukan Dinas Perhubungan

Pengawasan adalah fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam

suatu organisasi dimana peran dari personal yang sudah memiliki tugas,

wewenang, dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan agar berjalan

sesuai dengan tujuan, visi, dan misi perusahaan/organisasi. Pengendalian adalah

proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.

2. Efektifitas Peklaksanaan

Efektifitas, berarti berawal dari kata efektif. Efektifitas adalah cara,

langkah dan metode yang paling tepat dalam rangka proses pencapaian tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan

membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang

telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang

dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran

yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

3. Realisasi Retribusi

Pada hakikatnya, pemungutan retribusi daerah memiliki persamaan pokok

dalam hal tujuannya dengan pemungutan pajak, yaitu untuk Memenuhi

kebutuhan rutin kas daerah atau negara yang merupakan tujuan utama dan

untuk menciptakan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat yang merupakan

tujuan tambahan.
57

E. Kerangka Berfikir

Sengketa pertanahan merupakan isu yang selalu muncul dan selalu aktual

dari masa ke masa, sering dengan bertambahnya penduduk, perkembangan

pembangunan, dan semkain meluarnya akses berbagai pihak untuk memperoleh

tanah sebagai modal dasar dalam berbagai kepentingan. Munculnya berbagai

masalah tanah menunjukan bahwa penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah

di Negara kita belum tertib dan terarah. Penelitian ini menfokuskan pada Peranan

pemerintah desa dalam penyelesaian sengketa hak milik atas tanah di Desa

Tanjung Sari Kecamatan Bahar Selatan Kab Muaro Jambi.

Untuki itu melalui kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Gambar. 1
Kerangka Berfikir

PENGAWASAN

1. Pentuk-bentuk Pengawasan
2. Metode Pengawasan
3. Strategi Pengawasan
4. Tujuan Pengawasan

EFEKTIFITAS REALISASI RETRIBUSI

1. Pengukuran Efektifitas 1. Dasar hukum retribusi


2. Pendekatan Efektifitas 2. Macam-macam retribusi
3. Pendekatan sasaran 3. Fungsi Retribusi
4. Pendekatan Proses 4. Manfaat Retribusi
58

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Menurut Sugiyono (2010) penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang mengeksplorasi dan memahami makna di sejumlah individu atau

sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial. Penelitian kualitatif secara

umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah,

tingkah laku, konsep atau fenomena, masalah sosial, dan lain-lain.

Pendekatan kualitatif adalah dimana metode ini dapat menemukan dan

memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan

suatu yang sulit untuk dipahami, yaitu permasalahan tentang (1) pencapaian

pungutan retribusi daerah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sudah efisien, (2)

retribusi daerah berpengaruh terhadap berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah

di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, (3) kendala-kendala dalam pengawasan

pencapaian retribusidaerah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, yaitu dengan cara menggambarkan terhadap permasalahan yang

berkenaan dengan permasalahan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perhubuhngan terhadap efektifitas retribusi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

43
59

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dengan

permasalahan permasalahan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perhubuhngan terhadap efektifitas retribusi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian dan penulisan skripsi iini

adalah :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau

petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data

primer dalam penelitian ini adalah melalui data observasi dan wawancara

langsung kepada para responden.

b. Data Skunder

Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data

yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini,

dokumentasi merupakan sumber data sekunder, dan juga sumber dari

kepustakaan, arsip-arsip dan dokumen-dokumen antara pihak Dinas

Perhubungan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Sumber Data

Sumber data berlanjut memahami mengenai sumber data, menurut

Sugiono (2010:125) bahwa, sumber data adalah subjek di mana data bisa
60

diperoleh. Terdapat dua macam sumber data, yakni sumber data primer dan

sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh langsung oleh peneliti.

Sedangkan sumber data sekunder ialah sumber data yang tidak diperoleh

langsung, biasanya sumber data ini didapat dari pihak lain yang terpercaya

diantaranya adalah Diansas Pasar, Dinas Perhubungan Kabupaten Tanjung

Jabung Timur dan petugas retribusi.

E. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek. Dalam

penelitian ini, pengambilan subyek dilakukan teknik purposive sampling. Menurut

Suharsimi Arikunto (2010:117), teknik “Purposive Sampling” merupakan teknik

dimana peneliti memilih calon subyek berdasarkan siapa yang dapat memberikan

informasi yang diinginkan dan bersedia untuk berbagi informasi tersebut. Teknik

Purposive Sampling ini berguna apabila peneliti ingin membuat suatu gagasan

mengenai kenyataan, menggambarkan suatu fenomena, atau mengembangkan

sesuatu informasi. Pada penelitian ini, karakteristik subyek yang digunakan

memiliki karakteristik sebagai berikut :

Adapun jumlah informasi yang diteliti dalam penelitian berdasarkan tabel

sebagai berikut :
61

Tabel. 2
Jumlah Informasi Penelitian
No Informan Jabatan Jumlah
1 Dishub Tanjab Timur Kepala Dishub Tanjab Timur 1 orang
2 Dinas Pengelola Retribusi Kasi Pemungutan Retribusi 1 orang
3 Dinas Pendapatan Tanjab Kasi Pendapatan Dispenda 1 orang
Timur
4 Perwakilan Masyarakat Pengguna Jasa Jalan dan 2 orang
Parkir
Jumlah 5 orang

Berdasarkan tabel di atas, maka jumlah informasi yang diteliti yaitu

dengan jumlah 5 orang responden dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis sumber data yang diperoleh secara lisan

dan tertulis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dengan alasan untuk

memperoleh data yang valid mengenai factor-faktor terjadinya konflik

pertanahan. Penelitian melakukan wawancara terhadap informan dalam

penelitian ini yang meliputi para komponen yang terlibat termasuk dari pihak

Dinas Perhubungan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur

dimana proses wawancara yang dilakukan dengan menggunakan

pengembangan dilaporan, namun peneliti tetap berpedoman pada petunjuk atau

panduan wawancara, dikembangkan ketika terjun kelapangan dengan


62

menyesuaikan kondisi nyatanya, berupa daftar atau lembar pertanyaan yang

berkenaan dengan masalah pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perhubuhngan terhadap efektifitas retribusi di Kabupaten Tanjung Jabung

Timur dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan umum dan tujuan khusus penelitian

2. Menentukan variabel-variabel/Tema/aspek yang akan diteliti

3. Tuliskan sub variable/Subtema/indicator indikatir yang sepesifik

4. Menyusun kisi-kisi instrument minimal dari konponen variable/sub variable

5. Membuat butir-butir pertanyaan berdasarkan indicator

6. Memeinta bantuan rekan profesi atau yang diapndang ahli

7. Melakukan revisi (jika perlu).

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data

yang dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yaitu setiap bahan

tertulis baik bersifat internal maupun eksternal. Bahan tertulis yang bersifat

internal berupa surat-surat pengumuman, instruksi aturan suatu lembaga, surat

keputusan. Sedangkan bahan tertulis yang bersifat eksternal berupa majalah,

koran, internet, laporan, dan berita-berita tertulis atau siaran media massa yang

berkaitan dengan penelitian ini. Metode ini digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data-data yang bersifat dokumenter seperti dokumen- dokumen

yang ada di lembaga tersebut. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian

ini adalah :
63

a. Jumlah pendapatan retribusi

b. Kontrubusi retribusi kepada PAD

c. Perkembangan retribusi dalam 5 (lima) tahun terakhir

G. Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah datanya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain (Dharma, 2008: 160). Muara dari kegiatan

analisis data kualitatif terletak pada pelukisan atau penuturan tentang apa yang

berhasil kita mengerti berkenaan dengan sesuatu masalah yang diteliti.

Reduksi Data (Data Reduction) Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis

dalam bentuk laporan atau uraian yang terinci, kemudian disederhanakan dan

difokuskan pada hal yang penting dan dilakukan kategorisasi yang sesuai dengan

fokus penelitian. Di lapangan data yang didapat sangat banyak, sehingga perlu

diteliti dan dirincikan sesuai dengan fokus penelitian yaitu tentang sistem

penyelenggaraan calon jamaah haji lanjut usia, dan pelaksanaan batas toleransi

terhadap calon jamaah haji lanjut usia oleh Kementerian Agama Kota Jambi.

Penyajian Data (Data Display) Penyajian data adalah sekumpulan informasi

tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Informasi ini termasuk didalamnya matrik, skema, table

dan jaringan kerja yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan calon jamaah

haji lanjut usia, dan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubuhngan
64

terhadap efektifitas retribusi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Penarikan

Kesimpulan atau Verifikasi (Sugiyono, 2009:110) bahwa penarikan kesmpulan

menyangkut intrepretasi peneliti, yaitu penggambaran makna dari data yang

ditampilkan. Peneliti berupaya mencari makna dari data yang telah dihasilkan

dalam penelitian, serta menganalisis data dan kemudian membuat kesimpulan.

Sebelum menarik kesimpulan, peneliti harus mencari pola, hubungan persamaan

dan sebagainya antar detail untuk dipelajari kemudian, guna menjawab pertanyaan

yang berkenaan dengan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perhubuhngan

terhadap efektifitas retribusi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

H. Teknik Keabsahan Data

Teknik tringulasi data melalui keabsahan data diperlukan untuk memperoleh

tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran dari hasil

penelitian. Keabsahan data ini lebih bersifat sejalan dengan proses penelitian

berlangsung. Untuk menjaga keabsahan data harus memiliki empat kriteria yaitu:

kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan objektifitas (Arikunto, 2010 : 62).

Selanjutnya teknik triangulasi merupakan salah satu pendekatan yang

dilakukan peneliti untuk menggali dan melakukan teknik pengolahan data

kualitatif. Teknik triangulasi bisa diibaratkan sebagai teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian. Dalam teknik pengolahan data kualitatif, instrumen terpenting adalah

dari peneliti itu sendiri. Melalui hal tersebut, maka kualitas penelitian kualitatif

sangat bergantung dari seorang penelitinya.


65

Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau

naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan.

Kemudian Lexy Moelong (2010:176), menegaskan bahwa ada beberapa

poembagian triangulasi tersebut diantaranya adalah :

a. Triangulasi Data

Data yang akan diolah dan dibahas dalam penelitian ini adalah

membandingkan data hasil pengamatan lapangan dengan data hasil

wawancara, selanjutnya membandingkan data hasil wawancara dengan

data dokumentasi yang lainnya.

b. Triangulasi Sumber

Sumber data yang dianalisa dalam penelitian ini adalah, data yang

bersumber dari beberapa informasi yang dapat dipertanggung jawabkan,

yaitu bersumber dari responden dari pihak pemerintah dan instansi terkait

lainnya.

c. Triangulasi Metode

Terdapat dua strategi pertama pengcekan derajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

yang sama.

d. Triangulasi Teori

Mencari dan mempelajari teori-teori yang diperlukan untuk

mendukung dan menginterprestasikan data. Dengan teknik ini peneliti

akan membandingkan data hasil temuan dengan teori-teori yang

digunakan dalam kerangka teori relevan lainnya.


66

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahajo, Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah, Yogyakrta :


Penerbit Graha Ilmu, 2014.

Anwar Prabu Mangkunegara. (2015). Sumber Daya Manusia Perusahaan,


Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya.

Beni, Muhammad. (2016), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Penerbit


Rineka Cipta.

Cipto Handoyo. (2015). Otonomi Daerah Di Indonesia. Jakarta : Penerbit PT.


Gramedia

Dharma, Winardi. (2008). Pengelolaan dan Pelaksanaan Manajemen, Jakarta : Pt


Gramedia.

Daft, Richard L. (2016). Pengantar Ilmu Manajemen, Edisi VI. Jakarta : Salemba
Empat

Eka Putriani, Eka. (2016). Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Bulukamba. (Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam) Makasar : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Furwanto, Frenky. (2013). Pengaruh Penerimaan Pajak Parkir Dan Retribusi


ParkirTerhadap Pendapatan Asli Daerah. Skripsi S1. Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Ilmu sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.

Handoko. (2014). Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia, Edisi. Kedua.


Jakarta : Bumi Aksara, Hestu.

Haw. Midjaja. (2009). Otonomi Dearah dan Daerah Otonomi, Jakarta : Penerbit
Rajawali Pers.

Lakoy, (2016). Kontribusi Dan Pengaruh Penerimaan Retribusi Daerah Terhadap


Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Minahasa Selatan Jurusan
Ekonomi Pembangunan, Manado : Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Sam Ratulangi, Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi
Volume 16 No. 01 Tahun 2016.

Mardiasmo. (2010). Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbite Cv Andi


Offset.
67

Mardiasmo (2017). Pengelolaan Retribusi dan Pajak, Jakarta : Penerbit Bina


Akisara.

Maringan Masry Simbolon, (2004). Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen


Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.

Mardiasmo, (2012). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta :


Penerbit Andi.

Midjaja, Haw. (2009). Otonomi Dearah dan Daerah Otonomi. Jakarta : Penerbit
Rajawali Pers.

Moeleong, Lexi, (2010), Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Penerbit Bina


Aksara Cetakan yang Ke-II.

M. Kadarisman, (2006). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia


Jakarta : Penerbit Rajawali.

Prakoso, K.B. (2015). Pajak Dan Retribusi Daerah. Yogyakarta : Penerbit UII
Pres.

Pratama. (2012). Pengaruh Kompensasi Lingkungan Kerja Dan Beban Kerja


Terhadap Loyalitas Karyawan Melalui Kepuasan Kerja (Studi Kasus Pada
Karyawan), Jakarta : PT. Kawasan Berikat Nusantara Persero.

Peraturan Daerah (2010). Tentang Retribusi Daerah Bab 1 Ketentuan Umum Pasal
1 Tahun 2010 Kabupaten Batu Bara.

Sholeh, Chabib dan Heru Rochman. (2016), Pengelolaan Keuangan Dan Aset
Daerah, Sebuah Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintah
Yang Baik, Bandung : Fokusmedia.

Santosa, I Kadek Arta Wijaya dan Gede Mertha Sudiartha, (2020) Pengaruh
Retribusi Daerah dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di
Kabupaten Badung 2008-2018 Manajemen Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tabanan , E-Jurnal Manajemen: Vol 9 No 3 (2020)

Suyanto. (2014). Konsep Peran Menurut Beberapa Ahli. Http://Carapedia.Com/


Pengertian Definisi Peran Info.

Sugiyono, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif & RAD, Jakarta : Penerbit Bina
Aksara, 2010

Sondang P. Siagian. (2001). Manajemen Personalia, Jakarta : Penerbit PT.


Kawasan Berikat Nusantara Persero.
68

Sondole dkk, Erlis Milta Rin. (2015). Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan
Pengawasan terhadap Kinerja Karyawan. Jakarta : PT. Pertamina
(Persero) Unit Pemasaran VII Pertamina BBM Bitung, Jurnal EMBA,
Volume. 3.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah.


Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 24 Tahun 1999,
Tentang Retribusi Terminal.

Warpani, Suwardjoko. (2012). Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung :


Penerbit Itb. Dokumen-Dokumen:

Yohannes Yahya, (2013). Pengantar Manajemen, Yogyakarta : Penerbit Graha


Ilmu.

Zamani. (2017), Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta : Penerbit, Pustaka Karya


Cetakan Ke-II.

Anda mungkin juga menyukai