SKRIPSI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................6
KAJIAN TEORI.......................................................................................................6
2.3.1. Modal...................................................................................................16
i
2.3.2. Jam Kerja.............................................................................................17
2.3.4. Pendapatan...........................................................................................20
2.6. Hipotesis......................................................................................................25
BAB III...................................................................................................................26
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................26
3.4.1. Populasi................................................................................................26
3.4.2. Sampel..................................................................................................27
3.6.7. Uji-F.....................................................................................................30
ii
3.6.8. Uji- t.....................................................................................................30
BAB IV..................................................................................................................33
GAMBARAN UMUM...........................................................................................33
5.1.9 Pendapatan............................................................................................42
iii
5.4.4 Hasil Pengujian Sumbangan Efektif.....................................................51
5.5 Pembahasan..................................................................................................52
BAB VI..................................................................................................................56
PENUTUP..............................................................................................................56
6.1 Kesimpulan..................................................................................................56
6.2 Saran.............................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................58
LAMPIRAN...........................................................................................................62
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengambil berbagai resiko yang mungkin muncul selama menjalankan bisnis.
Jadi kewirausahaan mempunyai peranan dalam sektor ekonomi dalam
hubungannya dengan wirausaha yang dapat dikelompokkan menjadi sektor
ekonomi formal dan sektor ekonomi informal, dimana sektor ekonomi informal
yang bisa diusahakan antara lain seperti pedagang kecil, angkutan, warung makan,
perbengkelan dan usaha-usaha lainnya yang tidak berbentuk perusahaan.
Kebijaksanaan di semua sektor ekonomi harus dirangkai dengan
peningkatan kewirausahaan sesuai dengan kondisi dan potensi yang tersedia. Dari
situasi tersebut seorang pelaku ekonomi harus mampu melihat keadaan tersebut
dan memanfaatkannya sebagai peluang usaha, misalnya usaha dagang yang
banyak memberikan inisiatif untuk mendatangkan hasil bagi dirinya sendiri.
Perdagangan adalah suatu kegiatan pembelian baik dalam partai besar maupun
partai kecil untuk dijual kembali guna untuk memperoleh nilai tambah atau
keuntungan dengan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memperoleh
dan memuaskan kebutuhannya (Djiwandono, 2006).
Tabel 1.1
Data Jenis UKM
Jenis UKM
No Nama Distrik Jumlah UKM Keterangan
Mikro Kecil Menengah
1 Manokwari Barat 1353 266 1619
2 Manokwari Timur 452 95 547
3 Manokwari Selatan 393 171 564
4 Manokwari Utara 380 231 - 611
5 Warmare 143 57 - 200
6 Tanah Rubuh 36 59 - 95
7 Sidey 26 50 - 76
8 Prafi 764 231 - 995
9 Masni 20 23 - 43
Jumlah 3567 1183 4655
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Dari tabel 1.1 diatas yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Distrik
Manokwari Barat, mereka melakukan pembaharuan dan perbaikan hidup dengan
jalan berjualan atau berwirausaha, dimana UKM (Usaha Kecil Menengah) di
2
Distrik Manokwari Barat mempunyai jenis UKM dibidang kecil sebanyak 266,
dimana jenis UKM dibidang kecil belum ada pencatatan secara lengkap mengenai
jenis apa saja usaha kecil tersebut. Penelitian ini ingin meneliti orang-orang yang
memilih berjualan bakso yang berskala kecil. Pemilihan usaha bakso dikarenakan
pedagang ini pada umumnya kebanyakan berasal dari Jawa dan sudah memiliki
pengalaman berjualan bakso di dearah asalnya, dan masyarakat juga sangat suka
bakso, jadi cocok untuk berdagang bakso apalagi pada malam hari dan musim
penghujan pastinya cuacanya dingin jadi masyarakat suka mengkonsumsi Bakso.
Ditinjau dari bidang ekonomi, dunia perdagangan khususnya berjualan memang
dapat dikatakan rumit dan susah, apalagi barang-barang yang dijualnya tidak laku
pasti lama-lama akan bangkrut. Namun demikian tidak semua pedagang yang ada
akan mudah menyerah dengan keadaan ini. Khususnya pedagang bakso tidak
mengalami hal seperti itu, dikarenakan bakso bukanlah barang jualan yang mudah
rusak apabila tidak habis terjual, dan pedagang dapat menyesuaikan jumlah
barang atau bakso yang dijual dengan memperkirakan minat para pembeli pada
hari-hari tertentu.
Berdagang bakso merupakan usaha yang cukup baik ditekuni, karena pada
saat ini dapat kita lihat semakin sempitnya lapangan kerja yang tersedia, dan lahan
pertanian pun sudah banyak yang alih fungsi menjadi permukiman penduduk.
Pedagang bakso ini telah bisa memberi inspirasi kepada semua elemen
masyarakat bahwa berdagang bakso dapat memberikan penghasilan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Dari seluruh pedagang bakso yang berada di Distrik Manokwari Barat, pada
umumnya berdagang atau berjualan bakso merupakan mata pencahariannya
pokok. Dikarenakan pedagang bakso ini merupakan pendatang yang berasal dari
Pulau Jawa, jadi berdagang bakso adalah pekerjaan yang di tekuninya setiap hari,
mereka menggantungkan hidupnya dengan berjualan bakso. Apalagi mereka tidak
mempunyai lahan untuk bertani, tinggalnya pun masih di rumah kontrakan kecil
atau perumahan yang biasa.
Pengusaha kecil akan selalu dihadapkan pada berbagai kendala
keterbatasan, khususnya keterbatasan skala usaha, manajemen usaha, modal,
3
teknologi, keterampilan berusaha dan pemasaran produk. Dilihat dari segi
penjualan barang, nampaknya para pedagang dituntut untuk menguasai jenis dan
harga barang, pemilihan tempat, waktu berjualan, mengantisipasi persaingan
(kebebasan berusaha), dan pelayanan kepada konsumen. Berdasarkan uraian di
atas, pedagang bakso dengan segala kesederhanaan dan keterbatasannya,
nampaknya memiliki potensi dan peranan yang tidak kecil terhadap pembangunan
daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini akan meneliti tentang faktor
yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha para pedagang dengan mengambil
judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan UMKM Sektor Pangan
(Suatu Kajian Kewirausahaan Pedagang Bakso di Kelurahan Wosi dan
Sanggeng, Distrik Manokwari Barat)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,
permasalahan yang membuat pedagang bakso yang harus bekerja demi menambah
pendapatan keluarga dan mencukupi kehidupannya tersebut perlu mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatannya, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar tingkat pendapatan usaha pedagang bakso di Kelurahan
Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat?
2. Bagaimana memberi gambaran bagi para wirausaha yang ingin buka usaha
pedagang bakso tentang fakor-faktor mempengaruhi pendapatan dari
penelitian usaha ini yaitu faktor modal, lama jam kerja, dan lama usaha
terhadap pendapatan pedagang bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng,
Distrik Manokwari Barat secara parsial dan simultan?
4
2. Untuk memberi gambaran bagi para wirausaha yang ingin buka usaha
pedagang bakso tentang fakor-faktor mempengaruhi pendapatan dari
penelitian usaha ini yaitu faktor modal, lama jam kerja, dan lama usaha
terhadap pendapatan pedagang bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng,
Distrik Manokwari Barat secara parsial dan simultan
5
BAB II
KAJIAN TEORI
6
3. Usaha menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari
Rp. 500 juta hingga paling banyak Rp. 100 milyar hasil penjualan tahunan di
atas Rp. 2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50 milyar.
7
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada
prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha
Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai aset
awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah
pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda
menurut negara. Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran
UMKM antar negara.
8
langsung maupun tak langsung terhadap usaha kecil atau usaha besar dengan
total kekayaan bersihnya sesuai yang sudah diatur dengan peraturan
perundang-undangan, usaha menengah sering dikategorikan sebagai bisnis
besar yang memenuhi kriteria:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta`rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
9
seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga kontribusinya terhadap
pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar
dibandingkan kontribusi dari usaha besar.
10
Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro menyiratkan adanya
kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal
ini menyebabkan berbagai masalah internal terutama yang berkaitan dengan
pendanaan yang tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas.
11
informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya
berfungsi sebagai tukang saja.
c. Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk
Industri Kecil.
d. Kendala permodalan usaha sebagian besar Industri Kecil memanfaatkan
modal sendiri dalam jumlah yang relatif kecil.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak pengembang
dam pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran
tidak adanya monitoring dan program yang tumpang tindih.
Dari kedua faktor tersebut munculah kesenjangan diantara faktor internal
dan eksternal, yaitu disisi perbankan, BUMN dan lembaga pendamping lainnya
sudah siap dengan pemberian kredit, tapi UMKM mana yang diberi, karena
berbagai ketentuan yang harus dipenuhi oleh UMKM. Disisi lain UMKM juga
mengalami kesulitan mencari dan menentukan lembaga mana yang dapat
membantu dengan keterbatasan yang mereka miliki dan kondisi ini ternyata masih
berlangsung meskipun berbagai usaha telah diupayakan untuk memudahkan bagi
para pelaku UMKM meperoleh kredit, dan ini telah berlangsung 20 tahun.
Pola yang ada sekarang adalah masing-masing lembaga/institusi yag
memiliki fungsi yang sama tidak berkoordinasi tapi berjalan sendiri-sendiri,
apakah itu perbankan, BUMN, departemen, LSM, perusahaan swasta. Disisi lain
dengan keterbatasannya UMKM menjadi penopang perekonomian menjadi roda
perekonomian menjadi kenyataan.
12
Pengertian wirausaha secara umum adalah seorang yang berani berusaha
secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi
kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun
operasi untuk menciptakan sebuah peluang usaha, pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai lebih tinggi, dengan segala resiko yang akan dihadapinya.
Dalam prosesnya, wirausahawan mengkombinasikan faktor-faktor produksi
seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya, serta
melakukan sebuah proses yang disebut creative destruction (pengerusakan yang
kreatif) untuk menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan
nilai yang lebih tinggi, sehingga inti dari ketrampilan wirausaha adalah kreativitas
(the core of entrepreneurial skill is creativity).
Maka dari itulah, wirausaha adalah pelaku utama dalam pembangunan
ekonomi yang fungsinya untuk melakukan inovasi atau kombinasi-kombinasi
yang baru untuk sebuah inovasi hingga melakukan perbaikan produksi lainnya.
Juga memiliki dorongan kekuatan dari dalam diri untuk memperoleh suatu tujuan,
serta suka bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan
dari orang lain.
13
2. Dapat menumbuhkan kesadaran kewirausahaan yang tangguh dan kuat
pada masyarakat.
3. Dapat mewujudkan kemampuan para wirausaha sehingga menghasilkan
kesejahteraan masyarakat.
4. Dapat membudayakan sikap pantang menyerah, semangat, berperilaku
baik dan kewirausahaan pada masyarakat.
14
maksud. Kegiatan dibidang usaha perdagangan ini merupakan kegiatan komersil
(jual-beli), mencari keuntungan dengan tetap menjaga eksistensi usahanya
masing-masing. Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan
kegiatan perniagaan atau perdagangan secara terus menerus dengan tujuan
mencari keuntungan.
2.2.5. Bisnis Kuliner Bakso
Bisnis Kuliner adalah bisnis yang tidak akan pernah mati, karena bersifat
cepat habis dan dibutuhkan orang banyak. Semua orang pasti membutuhkan
makan dan juga hampir rata-rata bisa membuat makanan, apalagi dengan
perkembangan saat ini dapat dengan mudah mendapatkan resep-resep dan
caracara dari media komunikasi. Hal tersebut merupakan pendukung untuk
memulai bisnis makanan walaupun tidak sedikit yang gagal, tetapi banyak juga
yang kemudian sukses. Apalagi jika konsep usahanya disesuaikan dengan
kemampuan permodalan dengan menjual beberapa produk saja dan ditangani
sendiri. Salah satunya adalah usaha bakso.
Bakso adalah makanan berupa bola daging dan berbahan utama daging, baik
sapi, ikan, udang, maupun cumi-cumi. Bentuknya yang menyerupai bola kecil,
sehingga orang barat menyebutnya dengan meat ball. Cita rasa yang khas dan
tekstur yang kenyal menyebabkan bakso banyak disukai, dari anak-anak hingga
orang dewasa. Bakso dalam perkembangannya menjadi populer diseluruh belahan
bumi, termasuk Indonesia, dan dipercaya bakso awalnya berasal dari Republik
Rakyat Cina (RRC) atau sekarang dikenal dengan Tiongkok. Sehingga kondisi ini
membuka peluang bisnis bakso yang menjanjikan bagi yang bergerak dalam
bisnis tersebut.
Bisnis bakso adalah usaha yang membutuhkan modal yang relatif kecil dan
tidakmemerlukan modal terlalu besar. Peralatan yang diperlukan sederhana,
proses pembuatan mudah, dan resiko kegagalan rendah. Hal tersebut
memungkinkan siapa saja bisa melakukannya, baik skala besar maupun industri
rumahan Yuliadini, (2000).
15
2.3. Hubungan Pengaruh Antar Variabel
16
Modal dalam penelitian ini yaitu modal awal yang di miliki untuk memulai
usaha bakso tersebut, dimana teori Adam Smith dalam Mark Skusen (2005)
dengan pengorbanan (modal) yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil
(keuntungan) yang sebesar-besarnya. Jika teori ini diterapkan oleh para pedagang
bakso, maka memang terjadi dengan modal yang sekecil-kecilnya atau terbatas
mereka akan berusaha mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
17
Income
B
U3
U2
C
U1
N
N 1 N2 N 3
18
Income
(Y)
1b
1a
L2 (Laidback )
L1 (Workaholic
Person )
Person
Hours of
Leasure
Gambar 2.2. Perbedaan Antara Bekerja dan Waktu Senggang
Sumber: Froyen (1990)
19
2. Substitution effect mengindikasikan perubahan keinginan menambah jam
kerja karena perubahan tingkat upah tetapi pendapatan konstan.
Jika substitution effect lebih dominan dari income effect, keinginan individu
untuk bekerja lebih lama saat tingkat upah meningkat. Sebaliknya, jika income
effect lebih besar dari substitution effect, kenaikan tingkat upah akan
menyebabkan keinginan untuk bekerja semakin sedikit (Mc Connel, Brue, dan
Macpherson (1999) dalam Putri, 2012). Kenaikan tingkat upah berarti
penambahan pendapatan. Dengan status ekonomi yang lebih tinggi, seseorang
akan cenderung untuk meningkatkan konsumsi dan menikmati waktu senggang
lebih banyak, yang mengurangi jam kerja (income effect). Di pihak lain
kenaikkan tingkat upah juga berarti waktu menjadi lebih mahal.
Jam kerja besar pengaruhnya terhadap pendapatan pedagang. Hasil
penelitian Jafar dan Tjiptoroso membuktikan adanya hubungan langsung antara
jam kerja dengan tingkat pendapatan. Setiap penambahan waktu operasi akan
makin membuka peluang bagi bertambahnya omzet penjualan. (Firdausa,2013).
2.3.4. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari
aktivitasnya, kebanyakan dari penjual produk dan kepada pelanggan. Bagi
20
investor pendapatan kurang penting dibandingkan keuntungan yang merupakan
jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran yang dapat digunakan
untuk memperoleh barang dan jasa pada suatu daerah. Pendapatan dapat diartikan
sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa, kegiatan yang dilakukan
diserahkan pada suatu waktu atau pendapatan juga dapat diperoleh dari harta
kekayaan menurut (Sihotang, 2004)..
Menurut Samuelson (1992) mengatakan bahwa pendapatan menunjukkan
jumlah seluruh uang yang diterima oleh setiap rumah tangga selama jangka waktu
tertentu. Selanjutnya Samuelson menambahkan bahwa pendapatan dibagi menjadi
dua, pendapatan bersih (keuntungan) dan pendapatan kotor (total penerimaan).
Pendapatan kotor merupakan seluruh hasil penjualan dari produk yang dihasilkan
yang disebut dengan penerimaan sedangkan pendapatan bersih merupakan selisih
antara pendapatan kotor dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah revenue atau
pendapatan kotor yang biasa juga disebut dengan omzet penjualan. Kata omzet
berarti jumlah, sedangkan penjualan berarti kegiatan menjual barang yang bertujuan
mencari laba atau pendapatan. Omzet penjualan berarti jumlah penghasilan atau laba
yang diperoleh dari hasil menjual barang atau jasa. Chaniago (2002) memberikan
pendapat tentang omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang
didapat dari hasil penjualan suatu barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu. Basu
Swastha (2005) memberikan pengertian omzet penjualan adalah akumulasi dari
kegiatan penjualan suatu produk barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan
selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau dalam satu proses akuntansi.
TR (Total Revenue) adalah total penerimaan dari perusahaan yang diperoleh
dari perusahaan yang diperoleh dari perkalian antara jumlah barang yang terjual
dengan harga yang rumusnya dapat ditulis sebagai berikut :
TR = P × Q
P = Harga (Price)
21
Definisi dan rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah
keseluruhan jumlah penjualan barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu, yang
dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh dan berdasarkan volume.
Sedangkan yang dimaksud omzet dalam penelitian ini adalah jumlah rata-rata uang
yang diperoleh pedagang dari hasil penjualan barang atau jasa pada setiap bulannya.
Jumlah rata-rata tersebut adalah rata-rata yang diperkirakan langsung oleh pedagang
bakso.
N Tujuan Alat
Nama, Tahun, dan Judul Hasil
o Penelitian Analisis
1 Na’im Arub, 2018 Untuk mengetahui Analisis Hasil penelitian
“Analisis Faktor-faktor yang Faktor apa saja regresi menunjukkan
mempengaruhi Pendapatan yang Linear bahwa secara
Usaha Pedagang Sektor mempengaruhi Berganda parsial variabel-
Informal (Studi kasus di pendapatan (OLS) variabel yang
Kampung Inggris Desa pedagang sektor signifikan
Tulungrejo, Kabupaten informal di mempengaruhi
Kediri” Kampung Inggris. variabel pendapatan
usaha pedagang
sektor informal di
Kampung Inggris
Desa Tulungrejo
22
(Y) pedagang sembako
di Pasar Besar
Malang.
3 Alfian, 2016 “ Pengaruh Untuk Mengetahui Alat Hasil uji
Modal Awal, Lama Usaha, pengaruh modal Analisis penyimpangan
dan Jam Kerja Terhadap awal,lama usaha Regresi asumsi klasik
Pendapatan Pedagang Kayu dan jam kerja Linear menunjukkan data
Glondong di Kelurahan terhadappendapatan Berganda terdistribusi secara
Karang Kebagusan pedagang kayu normal dan tidak
Kabupaten Jepara” glondong di diperoleh
Kelurahan Karang penyimpangan.
Kebagusan .
Kabupaten Jepara.
4 Maheswara,2016 “Analisis Untuk menganalisis Analisis Upah dan Modal
Faktor-Faktor Yang pengaruh upah, jam Deskriptif secara langsung
Mempengaruhi Pendapatan kerja, modal dan berpengaruh positif
UKM Sektor Perdagangan Di pendidikan dan signifikan
Kota terhadap terhadap jumlah
Denpasar” pendapatan melalui penjualan UKM
jumlah penjualan sektor perdagangan
pada Usaha Kecil
dan Menengah
(UKM) sektor
perdagangan di
Kota Denpasar
5 Rapunzel, 2017, Faktor- Untuk mengetahui Alat Hasil penelitian
Faktor Yang Mempengaruhi faktor-faktor yang Analisis menunjukkan
Tingkat Pendapatan Pada mempengaruhi Regresi bahwa variabel
Pemilik Warung Sembako di tingkat Linear modal usaha,jam
Kota Manado” pendapatan pada Berganda kerja, lama usaha,
pemilik warung pendidikan
sembako di Kota berpengaruh
Manado. signifikan terhadap
pendapatan
pedagang warung
sembako.
23
2.5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digunakan untuk menggambarkan hubungan pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen. Model kerangka hubungan
antar variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Modal (X1)
t1
t2 Pendapatan
Jam Kerja (X 2)
Usaha Bakso (Y)
t3
Lama Usaha (X 3)
Keterangan :
: garis regresi (pengaruh) X terhadap Y
: garis regresi ganda X1, X2, X3 terhadap Y
t1 : pengaruh X1 terhadap Y
t2 : pengaruh X2 terhadap Y
t3 : pengaruh X3 terhadap Y
F : pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y
24
maupun promosi. Pedagang yang memiliki pengalaman usaha yang lebih, dapat
mengetahui seluk beluk dalam berjualan. Dan hal ini akan berdampak dalam
meningkatnya pendapatan yang akan diterima pedagang.
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara terhadap masalah yang masih
bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis akan
ditolak jika salah, dan akan diterima jika benar. Penolakan dan penerimaan
hipotesis sangat bergantung pada hasil penyelidikan terhadap fakta yang sudah
dikumpulkan. Merumuskan hipotesis, uji hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (H1) :
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
3.4.2. Sampel
Sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau
keadaan tertentu yang akan diteliti, atau sampel dapat didefinisikan sebagai
anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga
diharapkan dapat mewakili populasi (Martono, 2010). Menurut Sugiyono (2016),
ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30-500.
Dengan melihat keterbatasan jumlah obyek penelitian, dan juga
pertimbangan waktu dan biaya, maka sampel dalam penelitian ini yaitu pedagang
usaha bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat
diantaranya pedagang bakso mangkal berjumlah 20 dan pedagang bakso keliling
berjumlah 10 maka ditambahkan berjumlah 30 orang, yang menjadi batas minimal
jumlah sampel yang layak.
27
1. Data jumlah Penerimaan rata-rata para pedagang bakso
2. Data modal awal
3. Data rata-rata jam kerja yang dipergunakan untuk berjualan
4. Data lama usaha
28
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝜖 , dimana:
Y = Pendapatan Bakso
𝛼 = Konstanta
Xı = Modal
X2 = Jam Kerja 𝛽1,2,3 = Koefisien Regresi
X3 = Lama Usaha € = Standar Eror
29
3.6.5. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hipotesis dan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (independen) dari
variabel-variabel yang meliputi: modal awal, jam kerja, lama usaha terhadap
variabel terikat (dependen) yaitu pendapatan pedagang bakso. Pengelolaan data
dilakukan dengan menggunakan software SPSS 25.
3.6.7. Uji-F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel terikat yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel terikat. Keseluruhan variabel bebas dikatakan memiliki pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat, apabila nilai signifikansi-F (probabilitas)
< α=5% (0,05).
3.6.8. Uji- t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2006). Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu
(parsial) variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
atau tidak. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
30
Ha : Variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
dependen.
b. Kriteria pengambilan keputusan
Maka dengan tingkat kepercayaan = 90% atau α = 0,10. Derajat kebebasan
(df) = n-k-1 = 30-3-1 = 26, serta pengujian dua sisi diperoleh dari nilai t 0,10
= 1,314. H0 diterima apabila t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel atau sig ≥ 10%.
Sedangkan H0 ditolak apabila t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel dan sig
< 10%.
Dimana :
SE = Sumbangan Efektif
R = Nilai koefisien korelasi
B = Beta 100 = Nilai konstan
Berikut merupakan tabel ringkasan perhitungan hasil sumbagan efektif
variabel X1, X2, dan X3.
Tabel 3.1
Tabel Perhitungan Sumbagan Efektif
Variabel R Beta Perhitungan SE
X1
X2
X3
31
3.7. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk memberikan penjelasan dan pengertian yang jelas atas variabel – variabel
yang digunakan dalam suatu penelitian.
Definisi operasional yang diberikan sebagai berikut :
1. Pendapatan (Y) adalah hasil yang diterima dari jumlah seluruh penerimaan
(omzet penjualan) selama satu bulan. Dimana satuan pendapatan usaha bakso
dinyatakan dengan satuan rupiah per bulan.
2. Modal (X1) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal awal yang
digunakan oleh pedagang usaha bakso untuk membuka usahanya yang
dihitung dengan satuan rupiah.
3. Jam Kerja (X2) adalah rata-rata lama waktu yang dihabiskan untuk menjual
bakso selama periode tertentu. Jam kerja dihitung dalam satuan jam setiap
harinya.
4. Lama Usaha (X3) adalah lamanya waktu yang dijalani oleh pedagang usaha
bakso dalam menjalankan usahanya, ditunjukkan dengan satuan tahun.
32
BAB IV
GAMBARAN UMUM
33
4.2 Kondisi Geografis Distrik Manokwari Barat
Luas Wilayah
Soribo
Tanah Merah Indah4%
1%
Wosi
Udopi 12%
Inggramui 14%
14% Sanggeng
10%
Manokwari Barat
18%
Amban
15%
34
Gambar. 4.3. Luas Wilayah Per Kampung/Kelurahan
Sumber: BPS Kabupaten Manokwari, 2020, diolah
Distrik Manokwari Barat terbagi atas enam kelurahan dan empat kampung.
Enam kelurahan tersebut yaitu: Kelurahan Wosi, Sanggeng, Manokwari Barat,
Padarni, Manokwari Timur, dan Amban. Sedangkan keempat kampung yaitu
Kampung Tanah Merah Indah, Soribo, Inggramui, dan Udopi. Secara
keseluruhan, kelurahan dengan wilayah terluas adalah Kelurahan Manokwari
Barat dengan luas 17,06 km2 atau 18,25% dari total wilayah Distrik Manokwari
Barat. Sebalikanya, Kampung Tanah Merah Indah adalah kampung terkecil di
Distrik Manokwari Barat dengan luas 1,19 Km2 atau hanya1,27% total luas
Distrik Manokwari Barat.
Jumlah Penduduk
28 836
30000
22 293
25000
20000
13 233
15000 10 944
8 262 Jumlah Penduduk
10000 6 746
35
keluarga dan untuk kelurahan yang penduduknya terendah adalah Soribo sebesar
48 kepala keluarga.
Tabel 4.1
Data UMKM Kabupaten Manokwari
Jenis UMKM
Sayur Jumlah
No Nama Distrik Ket.
Pinang BBM Pinang Makana Ternak Kios UMKM
n
7 Sidey 4 - 21 - 50 76 Aktif
8 Prafi 191 - 573 1 231 995 Aktif
9 Masni - - - - 43 43 Aktif
Jumlah 4.750 Aktif
Dari tabel 4.1 data jumlah UMKM di Kabupaten Manokwari yang aktif
jumlah UMKM sebanyak 4.750 dimana jenis UMKM yang terdiri dari usaha
pinang BBM, pinang, sayur makanan, ternak dan kios dan akan masih terus
bertambah. Jika dilihat dari jenis UMKM terbanyak adalah Distrik Manokwari
Barat dengan jumlah UMKM 1.619 usaha. Sementara Distrik Masni tergolong
memiliki jumlah UMKM yang terendah yaitu 43 usaha.
36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
61-70 tahun 1 3%
Total 30 100%
Dari tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah usaha pedagang bakso
yang berada di wilayah Wosi dan Sanggeng memiliki usia rata-rata 41 – 50 tahun
yang berjumlah 11 responden atau 37% selanjutnya diikuti oleh usia 51 -60 tahun
yang berjumlah 10 responden atau 33% selanjutnya diikuti oleh usia 30 – 40
tahun yang berjumlah 8 responden atau 27% dan yang terakhir usia 61-70 tahun
37
yang berjumlah 1 responden atau 3%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
pedagang bakso di Wilayah Wosi dan Sanggeng memiliki usia produksi yaitu 30 –
60 tahun.
5.1.2 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Karakteristik responden menurut jenis kelamin dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Sebaran Responden Di Wilayah Wosi dan Sanggeng Menurut Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase (%)
Laki-laki 28 93%
Perempuan 2 7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2021)
Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden laki-
laki lebih banyak yaitu 28 responden atau 93% dan responden perempuan yang
berjumlah 2 atau 7%.
38
5.1.4 Karakteristik Responden Menurut Tipe Pedagang
Karakterisik responden menurut tipe pedagang usaha bakso dilihat pada tabel
5.4
Tabel 5.4 Sebaran Responden Di Wilayah Wosi dan Sanggeng Menurut Tipe
Pedagang
Tipe Pedagang Jumlah Responden Presentase (%)
Keliling 10 33%
Mangkal 20 67%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2021)
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa jumlah tipe pedagang usaha bakso
yang paling banyak yaitu pedagang mangkal 20 responden atau 67% dan
pedagang keliling berjumlah 10 responden atau 33%. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian pedagang bakso di Wilayah Wosi dan Sanggeng banyak
membuka usaha tipe pedagang mangkal lebih banyak dari pada tipe pedagang
keliling.
39
yang tidak ada (0) sebesar 10 responden atau 33% yaitu seluruh pedagang usaha
bakso keliling.
5.1.6 Karakteristik Responden Menurut Modal
Karakteristik responden menurut modal usaha pedagang bakso dilihat pada
tabel 5.6
Tabel 5.6 Sebaran Responden Di Wilayah Wosi dan Sanggeng Menurut
Modal
Modal Jumlah Responden Presentase (%)
≤ 1.000.000 - -
1.000.000-3.000.000 10 33%
3.100.000-5.000.000 5 17%
5.100.000-7.000.000 12 40%
7.100.000-9.000.000 3 10%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2021)
Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa pedagang bakso yang
berada di Wilayah Wosi dan Sanggeng menggunakan modal awal dari Rp.
1.000.000 – Rp. 3.000.000 dimana modal awal tersebut digunakan pedagang
keliling dengan 10 responden atau 33%. Jumlah Pedagang bakso di Wilayah Wosi
dan Sanggeng yang paling banyak memiliki modal awal sebesar Rp. 5.100.000 –
Rp. 7.000.000 dimana modal awal tersebut digunakan pedagang bakso mangkal
dengan 12 responden atau 40% sebagian besar pedagang merasa keterbatasan
modal dalam memulai usahanya untuk menjual usaha bakso tersebut. Rata-rata
responden sedikit pedagang memulai usaha dengan modal meminjam dari
lembaga keuangan seperti bank, hal ini karena sulitnya birokrasi atau pengurusan
administrasi untuk mendapatkan pinjaman tersebut, selain itu sebagian juga modal
yang digunakan untuk memulai usaha bakso di Wilayah Wosi dan Sanggeng
menggunakan modal uang yang berasal dari tabungan pribadi para pedagang
usaha bakso atau modal sendiri.
40
5.1.7 Karakteristik Responden Menurut Jam Kerja
Karakteristik responden menurut jam kerja pada pendapatan usaha bakso
dapat dilihat pada tabel 5.7
Tabel 5.7 Sebaran Responden Menurut Jam Kerja
Jam Kerja Jumlah Responden Presentase (%)
6-7 Jam 9 30%
8-9 Jam 12 40%
10 Jam 9 30%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2021)
Dari tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden penelitian,
menunjukkan bahwa pedagang bakso di Wilayah Wosi dan Sanggeng memiliki
jumlah jam kerja diuraikan memenuhi yaitu aturan 40% . Biasanya mereka
penjualan dari siang hingga malam dan ada juga yang memulai berjualan dari sore
sampai malam yaitu pedagang keliling.
Jumlah jam kerja 9 respoden atau 30% dan 12 responden atau 40%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pedagang bakso yang memiliki 8 sampai 9 jam menjual
dagangannya lebih banyak 12 responden dibandingakn dengan responden yang
lain dan jika seseorang pedagang bakso menjalankan usahanya dengan
menggunakan jam kerja yang relatif lama maka akan berpengaruh terhadap
tingkat pendapatannya yang semakin baik.
5.1.8 Karakteristik Responden Menurut Lama Usaha
Karakteristik responden menurut lama usaha pada usaha pedagang bakso
dilihat pada tabel 5.8
Tabel 5.8 Sebaran Responden Menurut Lama Usaha
Lama Usaha Jumlah Responden Presentase (%)
5-7 Tahun 3 10%
8-10 Tahun 12 40%
11-13 Tahun 13 43%
14-16 Tahun 2 7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer yang Diolah (2021)
41
Berdasarkan tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa responden berdasarkan lama
usaha 5-7 tahun sebanyak 3 responden atau 10%, 8-10 tahun sebanyak 12
responden atau 40%, selanjutnya 11-13 tahun memiliki 13 responden lebih
banyak atau 43% dan 14-16 tahun paling sedikit 2 responden atau 7%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa jika seseorang pedagang usaha bakso menjalankan usaha
dengan jangka waktu yang cukup lama maka akan berpengaruh terhadap tingkat
pendapatannya, tetapi jika pedagang dengan jangka waktu usaha relatif sedikit
maka berdampak terhadap kurangnya pendapatannya.
5.1.9 Pendapatan
Pendapatan ini didapatkan dari pengolahan data hasil kuesioner (angket)
yang telah diisi oleh para pedagang bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng.
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah revenue atau pendapatan
kotor yang biasa juga disebut dengan omzet penjualan, dengan rumusnya dapat
ditulis sebagai berikut :
TR = P × Q
42
TR=Rp . 10.000 ×26 Porsi
TR=Rp . 260.000 per hari
Jika pendapatan pedagang bakso paling kecil yang diterima per hari Rp.
260.000 dikali dengan 30 hari besar rata-rata yang didapat per bulan yaitu Rp.
8.100.000,-
Dari hasil perhitungan diatas menyimpulkan bahwa pendapatan bakso yang
paling besar rata-rata dikisaran Rp.32.000.000 sampai Rp. 32.400.000 dan yang
paling kecil rata-rata dikisaran Rp. 8.000.000 sampai Rp. 8.100.000.
43
5.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas ragam, dalam
pengujian ini, menggunakan uji korelasi Rank Spearman, dimana jika korelasi
Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya
mempunyai nilai signifikan lebih besar dari α (5% / 0,05) maka tidak terdapat
Heteroskedastisitas, atau sebaliknya jika lebih kecil dari α (5% / 0,05) maka
terdapat Heteroskedastisitas.
N 30
N 30
N 30
Dari hasil tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa variabel yang di uji tidak
terdapat Heteroskedastisitas karena signifikansi hasil korelasi lebih besar dari α
(5% / 0,05). Sehingga bila data diperbesar tidak menyebabkan kesalahan semakin
besar pula.
5.2.3 Hasil Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin-Watson. Menurut
Santoso (2000) dalam Pasaribu (2008). Kriteria uji Durbin-Watson ialah:
• DW < -2 = ada autokorelasi positif -2
44
Tabel 5.11 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 2,159
Berdasarkan hasil pengolahan tabel 5.12. dapat dilihat bahwa nilai VIF <
10 dan tolerance > 0,10, maka tidak tejadi multikolinearitas dan nilai yang didapat
dari perhitungan adalah sesuai ketetapan nilai VIF dan tolerance, dan dari hasil
analisis diatas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel independen memiliki
45
nilai lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Maka disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas.
Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients t Sig.
1. Konstanta
Berdasarkan persamaan regresi diperoleh nilai konstanta sebesar -
2453653,959 yang menyatakan bahwa jika variabel independen (Variabel
46
Modal Awal, Jam Kerja, dan Lama Usaha) dianggap konstan maka nilai
variabel dependen (Pendapatan Bakso) adalah sebesar -2453653,959.
2. Modal (X1)
Berdasarkan persamaan regresi diperoleh nilai regresi variabel modal awal
sebesar 2,542 yang menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan
nilai pada variabel modal awal maka akan meningkatkan variabel
pendapatan usaha bakso sebesar 2,542.
3. Jam Kerja (X2)
Berdasarkan persamaan regresi diperoleh nilai regresi variabel jam kerja
sebesar 1173464,235 yang menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan nilai pada variabel jam kerja maka akan meningkatkan variabel
pendapatan usaha bakso sebesar 1173464,235.
4. Lama Usaha (X3)
Berdasarkan persamaan regresi diperoleh nilai regresi variabel lama usaha
sebesar, 206153,383 yang menyatakan bahwa setiap penambahan satu
satuan nilai pada variabel lama usaha maka akan meningkatkan variabel
pendapatan usaha bakso.
5.4 Uji Hipotesis
5.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (𝑅2) pada dasarnya mengukur seberapa jauh
kemampuan suatu model dalam menerangkan variable dependen (terikat).
Besarnya nilai koefisien determinasi (𝑅2) adalah 0 (nol) sampai 1 (satu). Semakin
mendekati 1 (satu) besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi
semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap variabel
dependen. Sebaliknya semakin mendekati nol besarnya koefisien determinasi
suatu persamaan regresi semakin kecil pula pengaruh semua variable independen
terhadap nilai variable dependen.
47
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,881 a
,870 ,750 3866474,182
a. Predictors: (Constant), Lama Usaha, Jam Kerja, Modal
b. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber : Data yang diolah SPSS (2021)
Dari hasil uji koefisien determinasi (𝑅2) pada tabel 5.14 menunjukkan nilai
R Square (𝑅2) sebesar 0,870. Nilai ini mempunyai arti bahwa independen secara
bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 87% dalam mempengaruhi
variabel dependen yaitu pendapatan. Hal ini berarti Semakin mendekati 1 (satu)
besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi semakin besar pula
pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.
Total 173203466666667 29
0,000
48
Berdasarkan tabel 5.15 diatas menunjukkan bahwa hasil uji simultan (uji
F) maka diperoleh nilai F hitung sebesar 29,953 > 2,96 F tabel dan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 atau 5%. Maka variabel Modal (X1), Jam Kerja (X2)
dan Lama Usaha (X3) secara bersama-sama (Simultan) berpengaruh secara
signifikan terhadap Pendapatan Bakso sebesar 0,000 < 0,05 atau 5%.
c. Hipotesis
H0 : Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : Variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel dependen.
d. Kriteria pengambilan keputusan
Maka dengan tingkat kepercayaan = 90% atau α = 0,10. Derajat
kebebasan (df) = n-k-1 = 30-3-1 = 26, serta pengujian dua sisi diperoleh
dari nilai t 0,10 = 1,314. H0 diterima apabila t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
atau sig ≥ 10%. Sedangkan H0 ditolak apabila t hitung < t tabel atau t
hitung > t tabel dan sig < 10%.
Model T Sig.
49
bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat sebagai
berikut:
a. Modal
1) Hipotesis
a. H0 : b1 = 0, yaitu tidak ada pengaruh dari variabel modal terhadap
variabel pendapatan usaha bakso.
b. H1 : b1 > 0, yaitu terdapat pengaruh positif dan signifikan dari
variabel modal terhadap variabel pendapatan usaha bakso.
2) Hasil pengujian
Hasil perhitungan uji statistik t diperoleh nilai t hitung = 6,197 >
1,314 = t tabel, dan sig = 0,000 < 0,10 jadi H0 ditolak. Ini berarti terdapat
pengaruh positif dan signifikan dari variabel modal terhadap variabel
pendapatan usaha bakso.
b. Jam Kerja
1) Hipotesis
a. H0 : b2 = 0, yaitu tidak ada pengaruh dari variabel jam kerja terhadap
variabel pendapatan usaha bakso.
b. H1 : b2 > 0, yaitu terdapat pengaruh positif dan signifikan dari
variabel modal terhadap variabel pendapatan usaha bakso.
2) Hasil pengujian
Hasil perhitungan uji statistik t diperoleh nilai t hitung = 1,927 >
1,314 = t tabel, dan sig = 0,065 < 0,10 jadi H0 ditolak. Ini berarti terdapat
pengaruh positif dan signifikan dari variabel jam kerja terhadap variabel
pendapatan usaha bakso.
c. Lama Usaha
1) Hipotesis
50
a. H0 : b3 = 0, yaitu tidak ada pengaruh dari variabel lama usaha
terhadap variabel pendapatan usaha bakso.
b. H1 : b3 > 0, yaitu terdapat pengaruh positif dan signifikan dari
variabel lama usaha terhadap variabel pendapatan usaha bakso.
2) Hasil Pengujian
Hasil perhitungan uji statistik t diperoleh nilai t hitung = 0,697 <
1,314 = t tabel dan sig = 0,492 > 0,10 jadi H0 diterima. Ini berarti tidak
ada pengaruh dari variabel lama usaha terhadap variabel pendapatan
usaha bakso.
𝑆𝐸 = 𝑅 𝑥 𝐵 𝑥 100 %
Dimana:
SE = Sumbangan Efektif
Berikut merupakan tabel perhitungan hasil sumbagan efektif variabel X1, X2,
dan X3.
Tabel 5.17 Hasil Sumbangan Efektif
51
X1 0,862 0,724 SE ( X 1 ) %=r xy ×100 % 62,2%
Dari data tabel 5.17 diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan diatas
dapat diketahui bahwa Sumbangan Efektif (SE) variabel Modal (X1) terhadap
Pendapatan Usaha Bakso (Y) adalah sebesar 62,2%. Sementara Sumbangan
Efektif (SE) variabel Jam Kerja (X2) terhadap Pedagang Usaha Bakso (Y)
Sebesar 14,1% dan Sumbangan Efektif (SE) variabel Lama Usaha (X3) terhadap
Pendapatan Usaha Bakso (Y) sebesar 10,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel X1 memiliki pengaruh lebih dominan terhadap variabel Y dari
pada variabel X2 dan X3. Untuk total SE adalah sebesar 87% atau sama dengan
koefisien determinasi (R Square) analisis regresi yakni 0,870 atau 87%.
5.5 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Wosi dan Sanggeng,
Distrik Manokwari Barat bahwa pengaruh Modal Usaha, Jam Kerja dan Lama
Usaha terhadap Pendapatan Usaha Bakso yang diuji menggunakan Excel 2013
dan SPSS versi 25 maka interprestasi hasil dijelaskan sebagai berikut :
a. Tingkat Pendapatan Usaha Pedagang Bakso di Kelurahan Wosi dan
Sanggeng, Distrik Manokwari Barat
Menurut Samuelson (1992) mengatakan bahwa pendapatan
menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh setiap rumah tangga
selama jangka waktu tertentu. Selanjutnya Samuelson menambahkan bahwa
pendapatan dibagi menjadi dua, pendapatan bersih (keuntungan) dan
pendapatan kotor (total penerimaan). Pendapatan kotor merupakan seluruh
hasil penjualan dari produk yang dihasilkan yang disebut dengan penerimaan
sedangkan pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor
dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini pendapatan yang dimaksud
52
dalam penelitian ini adalah revenue atau pendapatan kotor yang biasa juga
disebut dengan omzet penjualan.
Berikut adalah tabel rata-rata, minimal dan maksimal pendapatan kotor
atau omzet dari pedagang usaha bakso per 1 bulan di Kelurahan Wosi dan
Sanggeng, Distrik Manokwari Barat :
Tabel. 5.18
Pendapatan Per 1 Bulan Pedagang Usaha Bakso
Jam Kerja Lama Pendapatan
Modal (X1)
(X2) Usaha (X3) (Y)
Rata-rata Rp. 4.893.333 8 10 Rp. 21.586.667
Minimal Rp. 1.500.000 6 5 Rp. 8.000.000
Maksimal Rp. 8.500.000 10 16 Rp. 32.000.000
Sumber : Data yang diolah (2021)
Dari tabel 5.18 menunjukkan bahwa dari 30 responden pedagang usaha
bakso yang menjalankan usaha tersebut per bulan rata-rata yang didapat para
pedagang usaha bakso sebesar Rp. 21.586.667,- dan yang terendah per bulan
adalah Rp. 8.000.000,- sementara yang paling tinggi pendapatan per bulan
yang diperoleh pedagang usaha bakso yaitu sebesar Rp. 32.000.000,-
53
Pada kondisi pedagang di Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari
Barat memiliki modal yang bervariasi tergantung jenis usaha bakso mangkal
dan keliling.
54
didirikan maka akan mampu meningkatkan profesionalitas atau keterampilan
dalam berdagang. Sehingga mampu memenuhi keinginan konsumen yang
selanjutnya meningkatkan permintaan akan barang dan meningkatkan jumlah
pendapatan yang diterima. Lama usaha yang dijalani tidak mempengaruhi
kegiatan berdagang sehari-hari, kemungkinan hal tersebut untuk menjadi
pedagang tidak diperlukan pengalaman khusus dan ada juga beberapa
pedagang yang sekarang ini berdagang dikarenakan hanya tinggal
meneruskan usaha turun temurun dari orang tuanya. Sehingga bisa dikatakan
semua orang bisa berdagang dan sangat mudah untuk menjalani kegiatan
berdagang tersebut. Seberapa lama pun usaha yang ditekuni tidak akan terlalu
berpengaruh terhadap jumlah pendapatan yang diterima mereka.
e. Pengaruh Modal, Jam Kerja dan Lama Usaha Terhadap Pendapatan Usaha
Bakso
Dari hasil pengolahan data statistik menunjukkan nilai F hitung sebesar
29,953 > 2,96 F tabel dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 atau 5%. Maka
variabel Modal (X1), Jam Kerja (X2) dan Lama Usaha (X3) secara bersama-
sama(Simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Bakso
sebesar 0,000 < 0,05 atau 5%. Dengan demikian penelitian ini berhasil
membuktikan hipotesis Terdapat pengaruh signifikan antara variabel modal
(X1), jam kerja (X2) dan lama usaha (X3) terhadap pendapatan usaha bakso
(Y) di Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat.
55
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pedagang usaha bakso
di Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat, maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Pendapatan pedagang usaha bakso selama satu bulan di Kelurahan Wosi
dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat bervariasi dari terendah Rp.
8.000.000 hingga tertinggi Rp. 32.000.000, namun rata-rata terbanyak
berada di kisaran Rp. 21.000.000 hingaa Rp. 23.000.000 per bulan.
2. a. Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pendapatan
usaha bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari
Barat, dimana modal yang terbatas atau kecil bisa menghasilkan
pendapatan yang besar bagi para pengusaha yang ingin untuk
membuka usaha baru.
b. Jam Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pendapatan pedagang usaha bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng,
Distrik Manokwari Barat, dimana bagi pengusaha yang ingin
mendapatkan pendapatan besar harus banyak mempunyai waktu untuk
bekerja agar mendapatkan penghasilan yang besar.
c. Lama Usaha tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
pendapatan pedagang usaha bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng,
Manokwari Barat, dimana bagi pengusaha yang ingin membuka usaha
tidak perlu takut memulai usaha yang ingin dijalani karena lama usaha
tidak mempengaruhi pendapatan yang diterima.
56
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka
dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan modal usaha yang dimiliki oleh pedagang usaha bakso
di Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat hendaknya
tidak perlu takut untuk mengajukan pinjaman modal kepada Bank ataupun
ke Lembaga mikro lainnya. Sebab hal tersebut justru dapat membantu
perkembangan dan produktifitas usaha dagang yang dijalankan sehingga
menghasilkan output barang dagang dengan maksimal.
2. Berkaitan dengan jam kerja pedagang usaha bakso bisa dikatakan
tergolong tinggi, akan tetapi kurang berpengaruh terhadap pendapatan
yang diterima. Oleh sebab itu seharusnya bisa memanfaatkan waktu
operasional dengan maksimal dan bijak menyesuaikan kondisi yang ada
agar pendapatan yang akan diterima bisa bertambah.
3. Berkaitan dengan lama usaha pedagang usaha bakso di Kelurahan Wosi
dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat sebagian besar berdagang lebih
dari 6 tahun untuk lebih berinovasi lagi dalam mengelola usaha dagangnya
agar sesuai dengan tuntutan zaman. Sehingga nantinya bisa menarik
konsumen atau wisatawan lebih banyak lagi dan bisa mendorong
bertambahnya pendapatan yang diterima.
4. Instansi Pemerintah diharapkan membantu mendukung dan
mengembangkan potensi UMKM pada pedagang usaha bakso di
Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat. Bagi Dinas
PERINDAKOP Kabupaten Manokwari agar memperhatikan para
pedagang usaha bakso dengan melakukan pendataan agar semua pedagang
bisa dapat diketahui dengan mudah.
5. Bagi peneliti selanjutnya, dapat meneliti lebih lanjut dengan menggunakan
variabel tambahan selain variabel yang digunakan pada penelitian ini,
sehingga dapat diketahui variabel yang paling berpengaruh terhadap
pendapatan usaha bakso di Kelurahan Wosi dan Sanggeng, Distrik
Manokwari Barat.
57
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Adhiatma Arif (2015) Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha Dan Jam Kerja
Terhadap Pendapatan Pedagang Kayu Glondong Di
Kelurahan Karangkebagusan Kabupaten Jepara. Skripsi,Fakultas
Ekonomi & Bisnis. Universitas Dian Nuswantoro
Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Artianto. 2010. Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha dan Jam Kerja terhadap
Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Semarang : UNDIP
58
Fernando, 2006 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha
Kecil Di Sektor Perdagangan (Kasus Pada Tiga Pasar Di Kota Nabire),
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Satya Wiyata Mandala.
Firdausa, Rosetyadi Dan Fitrie. 2013. Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha Dan
Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kios Di Pasar Bintoro Demak.
Diponegoro Journal Of Economics. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013,
Halaman 1-6
Https://Pengayaan.Com/Pengertian-Usaha-Mikro-Menurut-Para-Ahli/
Http://Www.Spengetahuan.Com/2015/03/18-Pengertian-Kewirausahaan-
Menurut-Para-Ahli.Html
Https://Kelasips.Co.Id/Usaha-Mikro/
Lipsey, Richard G; Douglas D Purvis; Peter Otto Steiner, 1991, Economic. New
York : Harpercollins,
Marzuki (2005), Metodologi Riset Panduan Penelitian Bidang Bisnis Dan Sosial,
Edisi Kedua, Ekosiana, Yogyakarta.
59
Nawawi (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif. Cetakan Keempat. Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental
Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di Bei. Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis, Vol 2, No. 2, Juli 2008 (101-113)
Putri, Nadia Maharani, 2012, Analisis Penawaran Tenaga Kerja Wanita Menikah
Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kabupaten Brebes, Skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang
60
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Manajemen Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan ( Action
Research), Penelitian Evaluasi. Cetakan Kelima Bandung . Penerbit
Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Iii. Jakarta: Pt
Raja Grafindo Persada
Wicaksono. 2011. Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha, Dan Jam Kerja Terhadap
Pendapatan Pedagang Kios Di Pasar Bintoro Demak. Skripsi, Universitas
Diponegoro : Semarang
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1
KUISIONER PENELITIAN
Dengan Hormat,
Kami memohon kesediaan dari responden untuk mengisi daftar pertanyaan yang
diberikan kepada responden untuk mengisi daftar pertanyaan yang diberikan akan
sangat membantu penulis guna untuk penelitian penulis yaitu dalam penyusunan
skripsi. Terima kasih atas kesediaan responden dalam meluangkan waktu untuk
mengisi daftar pertanyaan ini.
A. Identitas Responden
Jenis Usaha : Bakso
Tipe pedagang : Mangkal/Keliling
Nama : …………………………………………..
Umur : ………………………………………….
Jenis kelamin : L/P
Pendidikan : SD/SMP/SMA/Sarjana
Jumlah karyawan : …………………………………………
B. Petunjuk Pengisian
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian berikan jawaban yang dianggap
paling sesuai dengan kondisi dan keadaan bapak/ibu
C. Kuisioner
Modal (X1)
1. Berapa jumlah modal awal yang anda keluarkan untuk menjalankan usaha
bakso ini?
Jawaban: ……………………………………………………………………...
63
3. Sudah berapa lama anda menjalankan usaha dagang bakso ini?
Jawaban: ……………………………………………………………….……...
64
Lampiran 2
65
Lampiran 3
Hasil Olahan SPSS Versi 25
X1 X2 X3 Y RES_1
1800000 8 5 13000000 459383,996
2300000 7 8 12000000 -1256664,5
2000000 7 11 12500000 -612493,08
3000000 7 10 14500000 -948444,8
1500000 7 6 8000000 -2810673,6
1800000 6 10 11500000 275545,552
2500000 7 12 10000000 -4589699
3000000 6 8 12000000 -1862673,8
2000000 7 11 12000000 -1112493,1
2000000 6 12 10000000 -2145182,2
6000000 10 8 28000000 1817153,98
7000000 8 13 27000000 -408789,56
6000000 10 11 28000000 1198693,83
4000000 8 12 25000000 5423679,11
5000000 9 9 22000000 -673430,07
6800000 10 12 23000000 -6041143,6
4000000 8 12 28000000 8423679,11
6000000 6 11 21000000 -1107449,2
6800000 10 8 26000000 -2216530,1
5000000 10 14 26000000 1122338,78
8500000 7 6 29000000 394590,708
8000000 10 8 29000000 -2267056,2
5000000 8 9 32000000 10500034,2
6500000 9 10 30000000 3307258,9
6500000 10 9 28000000 339948,047
8000000 10 11 29000000 -2885516,4
6800000 7 13 31000000 5273095,69
6000000 8 12 25000000 339468,916
7000000 7 16 21600000 -5253785,5
6000000 10 8 23500000 -2682846
66
Lampiran 4
Hasil Uji Normalitas
67
Lampiran 5
Hasil Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
68
Lampiran 6
69