Anda di halaman 1dari 6

1 PENDAHULUAN

1) Pendahuluan

Kondisi prasarana jalan yang buruk sangat menghambat perkembangan industri


angkutan barang di Indonesia serta membatasi kemampuan pemilik usaha
kecil untuk mencapai target pasar yang menguntungkan. Mutu jalan yang
buruk juga merupakan hambatan terhadap kegiatan perdagangan antar
wilayah serta menghambat upaya untuk melakukan integrasi antara wilayah-
wilayah terbelakang dengan pasar yang lebih besar. Buruknya prasarana jalan
selain disebabkan oleh rendahnya kualitas jalan juga disebabkan beban
muatan lebih dari angkutan barang.

Terjadinya beban muatan lebih angkutan barang merupakan komplikasi dari


berbagai macam masalah di antaranya: jaringan Iintas angkutan barang yang
tidak optimal, lokasi simpul UPPKB (Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan
Bermotor) yang tidak strategis, SDM (Sumber Daya Manusia) UPPKB yang tidak
kompeten dan lain-lain.

Berbagai permasalahan angkutan barang tidak dapat diselesaikan oleh satu


pihak manapun, bahkan oleh Pemerintah saja. Pemerintah memiliki peranan
kunci dalam pemecahan masalah angkutan barang, namun masyarakat,
pelaku bisnis, pengusaha transportasi dan pengguna jalan mampu memberikan
sumbangan berarti dalam pemecahan masalah angkutan barang.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah bahwa penetapan lokasi, pengoperasian, dan
penutupan alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada jalan
dilakukan oleh Pemerintah serta pengoperasian dan perawatan alat penimbangan
yang dipasang secara tetap dilakukan oleh Unit Pelaksana Penimbangan
Kendaraan Bermotor (UPPKB) yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat.

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan usaha pemindahan atau pergerakan sesuatu, biasanya
orang atau barang, dari suatu lokasi (lokasi asal) ke lokasi lain (lokasi tujuan) untuk
keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula. Tujuan dari
transportasi adalah untuk memberikan kemudahan dalam segala aktivitas
masyarakat. Kemudahan (aksesibilitas) ini dapat diartikan sebagai mudahnya
mencapai tempat tujuan itu meskipun jauh jaraknya.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur I-1
Salah satu permasalahan penyediaan infrastruktur transportasi jalan adalah
terjadinya kerusakan jalan yang mengakibatkan semakin menurunnya kualitas jalan
yang juga berdampak pada keselamatan pengguna jalan. Penurunan kualitas jalan
juga dapat menghambat pergerakan orang dan/atau barang yang secara global
akan berdampak pada penurunan konektivitas antara pusat pertumbuhan ekonomi
dan industri, serta perdagangan internasional dalam rangka mendukung kelancaran
arus perdagangan internasional.

Percepatan pembangunan transportasi untuk mendukung sistem logistik nasional


dan penguatan konektivitas nasional dapat dilakukan dengan adanya dukungan
penyediaan infrastruktur transportasi jalan guna meningkatkan mobilitas orang
dan/atau barang. Pergerakan arus barang di jalan perlu dilakukan pengawasan
terhadap muatan barang karena hal ini akan berpengaruh pada kualitas infrastruktur
jalan.

Pengawasan terhadap muatan angkutan barang merupakan langkah yang tepat


untuk menjaga kualitas fisik jalan. Muatan yang berlebih selain akan merusak kondisi
jalan, juga akan membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya. Tugas
Kementerian Perhubungan sebagai penyelenggara konektivitas wajib melakukan
pengawasan dan pengamanan jalan, sehingga perlu mengadakan alat
pengawasan dan penimbangan jalan berbentuk alat penimbangan yang dipasang
secara tetap pada Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB).

Untuk itu dalam rangka meningkatkan keselamatan dan kelancaran lalu lintas serta
menjaga kerusakan dini infrastruktur jalan akibat adanya angkutan barang yang
mengangkut melebihi beban yang ditetapkan, Pemerintah menerbitkan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM. 134 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan. Tujuan dari penimbangan kendaraan
bermotor ini adalah untuk melakukan pengawasan terhadap muatan barang di
jalan dan sebagai pelaksana pengawasan tersebut Pemerintah membentuk Unit
Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB). Selain melakukan
pengawasan dan penindakan angkutan barang, dengan berlakunya Progam
Indonesia bebas ODOL, kedepan UPPKB juga berfungsi sebagai tempat istirahat (rest
area) dan terminal barang serta tujuan UPPKB lebih fokus pada pendataan angkutan
barang. Dengan berfungsinya UPPKB sebagai rest area dan terminal barang
diharapkan mengurangi kelelahan pengemudi dan awak kendaraan angkutan
barang sehingga dapat meningkatkan keselamatan lalu lintas.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor :


KP.4499/AJ.005/DRJD/2019 tentang Penetapan Pengoperasian Unit Pelaksana
Penimbangan Kendaraan Bermotor di Seluruh Indonesia, sebanyak 80 UPPKB
dioperasikan sedangkan 54 UPPKB ditutup/direlokasi..

Untuk itu agar dalam pelaksanaan pengawasan angkutan barang dapat terlaksana
dengan baik, efektif, efisien, terarah dan mampu menjangkau seluruh jaringan jalan
yang ada, maka sebelum dilakukan pemasangan alat penimbangan yang dipasang

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur I-2
secara tetap, perlu dilakukan penyusunan studi kelayakan (feasibility study)
pembangunan UPPKB. Salah satu daerah yang perlu dilakukan studi kelayakan
adalahdi Provinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur.

1.2 Dasar Hukum


Beberapa dasar hukum yang digunakan pada kegiatan Penyusunan FS
Pembangunan UPPKB di Provinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur, yaitu:

1) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan


2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
4) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa,
Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas Jalan
6) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan
7) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
8) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
9) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan
10) Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan
11) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005 tentang Sistem
Transportasi Nasional;
12) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 75 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas.
13) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 96 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
14) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 134 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan
15) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan
16) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
17) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Barang dengan Kendaraan Bermotor di Jalan.
18) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam jaringan jalan primer
menurut fungsinya sebagai jalan arteri (JAP) dan jalan kolektor-1 (JKP-1)
19) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.736/AJ.108/DRJD/2017
Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor
di Jalan
20) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor
SK.3723/AJ.005/DRJD/2018 Tentang Road Map Revitalisasi Penyelenggaraan
Penimbangan Kendaraan Bermotor Tahun 2017-2024.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur I-3
21) Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor :
KP.4499/AJ.005/DRJD/2019 tentang Penetapan Pengoperasian Unit Pelaksana
Penimbangan Kendaraan Bermotor di Seluruh Indonesia
22) Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 16 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Maluku Tahun 2013-2033
23) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030.

1.3 Maksud, Tujuan dan Manfaat Kegiatan


Kegiatan Penyusunan FS Pembangunan UPPKB di Provinsi Maluku dan NTT ini
dilaksanakan dengan maksud untuk mengkaji kelayakan suatu lokasi untuk
dilaksanakan pembangunan UPPKB baru dan mengkaji kelayakan lokasi UPPKB yang
sudah ada yaitu dari aspek pembangunan wilayah, ekonomi dan finansial, teknis
pembangunan, operasional dan dampak lalu lintas, lingkungan, sosial, dan
kelembangaan.

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah antara lain yaitu:

1) Melakukan analisis kajian kelayakan pengembangan wilayah, ekonomi, finansial,


teknis pembangunan, operasional dan dampak lalu lintas, lingkungan,
kelembagaan dan sosial pada pembangunan UPPKB;
2) Mengidentifikasi alternatif rencana lokasi pembangunan UPPKB baru di Provinsi
Maluku dan Nusa Tenggara Timur;
3) Menganalisa bangkitan dan tarikan angkutan barang di ruas jalan;
4) Melakukan evaluasi kelayakan terhadap lokasi UPPKB yang sudah eksisting serta
memberikan rekomendasi untuk rencana pengembangan UPPKB yang sudah
ada (eksisting);
5) Merekomendasikan jadwal pembangunan UPPKB.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain kepada:

1) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, khususnya Direktorat Prasarana


Perhubungan Darat sebagai Pembina Teknis di bidang pembangunan Prasarana
Penimbangan Kendaraan Bermotor
2) Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB)
3) Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD)
4) Perusahaan dan pengemudi kendaraan angkutan barang serta pemilik barang
5) Seluruh masyarakat pengguna jalan.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur I-4
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan FS Pembangunan UPPKB di Provinsi Maluku dan
Nusa Tenggara Timur dibagi menjadi 2 bagian yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang
lingkup materi. Ruang lingkup wilayah yaitu berada di wilayah administrasi Provinsi
Maluku dan Nusa Tenggara Timur, khususnya ruas jalan nasional sesuai Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 290/KPTS/M/2015 tentang
Penetapan Ruas Jalan dalam jaringan jalan primer menurut fungsinya sebagai jalan
arteri (JAP) dan jalan kolektor-1 (JKP-1).

Ruang lingkup materi kegiatan FS Pembangunan UPPKB di Provinsi Maluku dan Nusa
Tenggara Timur adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan dan pengolahan data teknis (data primer dan sekunder);


2) Melakukan pengolahan data dan kajian terhadap :
a) Peraturan atau pedoman terkait dengan penyelenggaraan penimbangan
kendaraan bermotor;
b) Studi terdahulu yang terkait dengan studi ini;
c) Studi pustaka/literatur mengenai kegiatan penyusunan FS (studi dalam dan
luar negeri/benchmarking);
3) Mengidentifikasi titik lokasi pembangunan UPPKB baru dan menganalisa potensi
bangkitan dan tarikan angkutan barang di ruas jalan;
4) Menganalisa kesesuaian lokasi UPPKB baru dan lokasi UPPKB yang eksisting
dengan Tata Ruang Wilayah
5) Melakukan kajian kelayakan pembangunan UPPKB dengan konsep UPPKB
sebagai lokasi pendataan, pengawasan, penidakan angkutan barang serta
UPPKB sebagai rest area, terminal barang, dan area komersil yang meliputi :
a) Kelayakan pengembangan wilayah;
b) Kelayakan ekonomi dan finansial (indikasi besaran biaya pembangunan
UPPKB)
c) Kelayakan teknis pembangunan;
d) Kelayakan operasional dan dampak lalu lintas;
e) Kelayakan lingkungan;
f) Kelayakansosial dan kelembagaan.
6) Menyusun beberapa alternatif lokasi pembangunan UPPKB berdasarkan hasil
kajian dan masukan yang disepakati dalam rapat pembahasan laporan;
7) Merekomendasikan jadwal pembangunan UPPKB baru dan pola implementasi
pembangunan UPPKB
8) Menyusun konsep akhir kegiatan Penyusunan FS Pembangunan UPPKB sebagai
hasil kesepakatan dalam rapat pembahasan laporan.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur I-5
1.5 Waktu Pelaksanaan
Jangka waktu pelaksanaan diharapkan dapat terlaksana selama 4 (empat) bulan
terhitung sejak penandatanganan kontrak sesuai dengan sistem pelaporan yang
disampaikan, berikut merupakan time frame pelaksanaan kegiatan ;

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Bulan
No. Kegiatan
1 2 3 4

1. Persiapan

2. Laporan Pendahuluan

3. Survey Lapangan

4. Laporan Antara

5. Laporan Draft Akhir

6. Laporan Akhir

7. Serah terima pekerjaan

1.6 Sistematika Pelaporan


Sistematika penyusunan untuk laporan pendahuluan kegiatan Penyusunan Feasibility
Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur adalah:

1. Bab 1 Pendahuluan, bab ini memuat latar belakang studi, Dasar Hukum,maksud
dan tujuan serta manfaat studi, ruang lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan
serta sistematika pelaporan.
2. Bab 2 Kajian Literatur, Bab ini memuat dasar literatur dalam melakukan
Penyusunan Pedoman Teknis Angkutan Barang dan Jalan.
3. Bab 3 Metodologi Studi, bab ini memuat metode pengumpulan data sekunder
dan primer, metode pengolahan data sekunder dan primer serta metode analisis
yang akan digunakan.
4. Bab 4 Kondisi Wilayah Studi
5. Bab 5 Analisis Alternatif Lokasi Pembangunan, bab ini memuat mengenai
analisis terhadap lokasi yang berpotensi untuk dibanguna UPPKB
6. Bab 6 Analisa Kelayakan Pembangunan UPPKB, bab ini memuat mengenai
Analisa Kelayakan dengan adanya Pembangunan UPPKB
7. Bab 7 Penutup, bab ini memuat mengenai Kesimpulan Hasil Analisa Kelayakan
adanya Pembangunan UPPKB

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur I-6

Anda mungkin juga menyukai