Anda di halaman 1dari 93

4 Kondisi Wilayah Studi

Kegiatan penyusunan Feasibility Study Pembangunan UPPKB memiliki wilayah studi di


Provinsi Maluku dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berikut ini merupakan kondisi
karakteristik di kedua provinsi tersebut sebagai dasar dalam mempertimbangkan
rencana pengembangan dan pembangunan UPPKB di Provinsi Maluku dan Provinsi
Nusa Tenggara Timur.

PROVINSI MALUKU
4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Maluku
Provinsi Maluku merupakan salah satu provinsi yang terletak di Wilayah Indonesia
Timur (WIT) dengan Kota Ambon sebagai ibukotanya. Berdasarkan geografis, Provinsi
Maluku terletak pada 2° 30’ - 9° LS dan 124° - 136° BT. Batas-batas wilayah yang
mengelilingi wilayah Provinsi Maluku adalah :
• Sebelah Utara : Laut Seram
• Sebelah Selatan : Laut Indonesia dan Laut Arafuru
• Sebelah Timur : Pulau Irian
• Sebelah Barat : Pulau Sulawesi

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-56
Gambar 4.1 Peta Administrasi Provinsi Maluku

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-57
Dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Maluku yang memiliki luas daratan mulai dari yang
terbesar sampai dengan terkecil yaitu Kabupaten Maluku Barat Daya dengan luas
72.426,58 km2, Kepulauan Tanimbar 52.995,19 km2, Kota Ambon 35.944,62 km2,
Kabupaten Maluku Tengah 11.595,57 km2, Kabupaten Buru 7.595,58 km2, Kabupaten
Seram Bagian Barat 6.948,40 km2, Kepulauann Aru 6.426,77 km2, Kabupaten Seram
Bagian Timur 5.779,12 km2, Kabupaten Buru Selatan 5.060 km2, Kabupaten Maluku
Tenggara 4.212,34 km2, Kota Tual 254,39 km2

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Maluku

LUAS WILAYAH JUMLAH


NO KABUPATEN/KOTA
(KM2) KECAMATAN
1 Kepulauan Tanimbar 52.995,19 10
2 Maluku Tenggara 4.212,34 11
3 Maluku Tengah 11.595,57 18
4 Buru 7.595,58 10
5 Kepualauan Aru 6.426,77 10
6 Seram Bagian Barat 6.948,40 11
7 Seram Bagian Timur 5.779,12 15
8 Maluku Barat Daya 72.426,58 17
9 Buru Selatan 5.060,00 6
10 Ambon 35.944,62 5
11 Tual 254,39 5
Sumber : Provinsi Maluku Dalam Angka 2019

Provinsi Maluku memiliki dua wilayah pengembangan strategis (WPS) yaitu WPS
30 (WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Ambon-Masohi) yang memeliputi 3 (tiga)
Kabipaten dan 1 (satu) Kota, yaitu Kabupaten Seram Barat, Kabupaten Maluku
Tengah, Kabupaten Seram Timur, dan Kota Ambon serta WPS 35 (WPS
Pertumbuhan baru pulau-pulau kecil terluar). Adapun yang termasuk dalam
kategori pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Maluku berdasarkan Keppres nomor
6 Tahun 2016 adalah sebagai berikut :

1. Pulau Arakula; 11. Pulau Asutubun;


2. Pulau Karerei; 12. Pulau Selaru;
3. Pulau Penambulai; 13. Pulau Batarkusu;
4. Pulau Kultubai Utara; 14. Pulau Marsela;
5. Pulau Kultubai Selatan; 15. Pulau Merimarang;
6. Pulau Karang; 16. Pulau Letti;

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-58
7. Pulau Enu; 17. Pulau Kisar;
8. Pulau Batugoyang; 18. Pulau Wetar;
9. Nuhuyut; 19. Pulau Lirang.
10. Pulau Larat;

4.1.2. Kondisi Geografis


a. Topografi
Kondisi Topografi Provinsi Maluku meliputi dataran rendah, berbukit
dan gunung. Wilayah kabupaten/kota dengan topografi dataran
rendah yaitu Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara, Maluku
Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru dan Buru
Selatan. Daratan Provinsi Maluku tidak terlepas dari gugusan
gunung dan danau yang terdapat hampir di seluruh
kabupaten/kota yang berjumlah 4 (empat) gunung dan 11
(sebelas) danau. Adapun gunung yang tertinggi yaitu Gunung
Binaya dengan ketinggian 3.055 m, terletak di Pulau Seram,
Kabupaten Maluku Tengah. Pada tabe dapat dilihat rincian luas
wilayah dataran masing-masing kabupaten.

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi


Maluku
DATARAN LOKASI
NO KABUPATEN/KOTA LUAS (Ha)
RENDAH
1 Kepulauan Tanimbar 1.100 Pulau
Tanimbar Tanimbar

2 Kepulauan Aru Dataran Aru 1.200 Kepulauan


Aru

3 Seram Bagian TImur Masiwang 5.000 Pulau Seram

4 Maluku Tengah Seran Selatan 4.000 Pulau Seram


Pasahari 40.000 Pulau Seram

5 Seram Bagian Barat Dataran Kawa 10.000 Pulau Seram


Eti 600 Pulau Seram
Kairatu 1.300 Pulau Seram

6 Buru dan Buru Waeapo 14.000 Pulau Buru


Selatan Wai Kaiting 1.500 Pulau Buru
Wai Kumu 1.250 Pulau Buru
Wai Mala 1.250 Pulau Buru
Rana 1.250 Pulau Buru
Samalagi 1.000 Pulau Buru
Wai Lo 500 Pulau Buru
Jumlah 83.950 -

Sumber : Provinsi Maluku Dalam Angka 2019

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-59
b. Geologi
1) Formasi Geologi Pulau Seram
Pulau Seram termasuk ke dalam mandala Kepulauan Maluku.
Bentuk fisiografi daerah ini merupakan perbukitan
bergelombang kuat yang terbentuk oleh aktivitas tektonik yang
terjadi di daerah ini. Gaya tektonik tersebut dengan arah utama
hamper utara-selatan mengakibatkan terjadinya proses
pengangkatan yang membentuk perbukitan yang memanjang
timur-barat, perlipatan yang diiringi dengan proses
pembentukan sesar naik dan sesar geser. Perbukitan yang
berada di bagian tengah pulau yang diapit oleh daerah
pedataran di bagian utara dan selatan. Puncak tertinggi adalah
Gunung Bunaya dengan ketinggian ± 3.027 meter diatas
permukaan laut (mdpl). Sungai-sungai yang mengalir dari
bagian tengah kearah selatan di antaranya Sungai Kawa,
Sungai Nusulahu, Sungai Salame, Sungai Nua, Sungai Jage,
Sungai Walalia, Sungai Wolu, Sungai Fuwa, Sungai Kaba, dan
Sungai Taluarang. Selain itu terdapat Sungai Mual, Sungai Isal,
Sungai Sariputih, Sungai Samal, dan Sungai Kobi mengalir dari
bagian tengah ke arah utara. Pulau ini dibatasi oleh Laut Seram
di bagian utara dan Laut Banda di bagian selatan

Gambar 4.2 Peta Geologi Pulau Seram


Wilayah Pulau Seram dan Pulau Ambon merupakan bagian dari
Busur Banda. Berdasarkan data stratigrafi kedua pula tersebut
menunjukkan perkembangan tektonik dari Paleozoik sampai
Miosen. Perkembangan tektonik pada kedua pulau sangat erat
dengan perkembangan tektonik tepi benua Australia. Interaksi

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-60
konvergen antara lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik
pada Miosen Akhir yang diikuti oleh rotasi Kepala Burung
berlawanan arah jarum jam pada Mio-Pliosen telah
menyebabkan perkembangan tektonikkedua kawasan itu
berbeda, sehingga unit litologi dari Pulau Seram dan Ambon
dapat dibedakan menjadi Seri Australia dan Seri Seram. Batuan
sedimen tertua di Pulau Seram adalah Formasi Kanikeh yang
diendapkan di neritikluar, berupa batupasir dan mudstones dan
secara tidak selaras terdapat di atas batuan bekudan batuan
metamorfik (basement). Umur dari Formasi Kanikeh adalah Trias
Tengah – Trias Akhir. Di atas Formasi Kanikeh secara graDASi
terdapat Formasi Saman-Saman yang berupa batu gamping.
Kemudian secara menjari di atas Formasi Saman-Saman
terdapat Formasi Manusela yang berupa batu gamping dan
diendapkan pada lingkungan neritik – batial.Kompleks Salas
diendapkan di outer shelf –bathyal, yang terdiri dari
batulempung, mudstones, dan mengandung klastik, bongkah,
dan blok dari batuan sebelum mengalami pengangkatan. Selain
Kompleks Salas, erosi dari pengangkatan batuan di Pulau Seram
ini juga menyebabkan diendapkannya Formasi Wahai yang
berupa endapan klastik di outer shelf – bathyal pada Pliosen –
Awal Pleistosen. Di atas Formasi Wahai, terdapat Formasi Fufa
yang merupakan endapan laut dangkal (zona neritik) dari erosi
ketika proses pengangkatan masih berlangsung pada Awal
Pleistosen. Formasi Wahai terdiri dari mudstones, batu lempung,
batu pasir, batu lanau, konglomerat, dan batu gamping.

2) Formasi Geologi Pulau Buru


Pulau Buru yang terdiri dari Kabupaten Buru dan Buru Selatan
merupakan salah satu kawasan di luar busur banda (jalur
gunung api) dengan formasi geologi bervariasi antara batuan
sedimen dan metamorfik. Dalam Peta sketsa geologi Pulau Buru
dan Pulau Seram, ditemukan 3 (tiga) material utama penyusun
Pulau Buru. Ketiga formasi dimaksud berada pada bagian
selatan, utara dan formasi deposisi di bagian timur laut, yang
masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Batuan Sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai
pada tempattempat dengan permukaan air yang dangkal;
b) Batuan Metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang
meliputi filit, batu sabak, sekis, arkose serta greywacke meta yang
dominan berada pada bagian utara Pulau Buru;
c) Endapan Batuan sedimen berumur neogen bagian atas ditemukan
pada bagian timur laut sekitar Kawasan Waeapo tersusun dari

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-61
endapan Aluvium dan Kolovium berupa bongkahan, kerikil, lanau,
konglomerat, lumpur dan gambut. Sedangkan di sepanjang pantai
utara terdapat jalur endapan pantai dan aluvio-kolovium yang
diselingi dengan terumbu karang angkatan (uplifed coral reef).
Keberadaan sesar pada masing-masing pulau akan berpengaruh
terhadap potensi gerakan tanah dan longsor.

Gambar 4.3 Peta Geologi Pulau Buru

c. Hidroklimatologi
Daerah Maluku mengenal 2 musim yakni : musim barat atau utara
dan tenggara atau timur yang di selingi oleh dua macam
pancaroba yang merupakan transisi kedua musim tersebut. Musim
barat di Maluku berlangsung dari bulan Desember sampai bulan
Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim
tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6 bulan berawal dari
bulan Mei dan berakhir pada bulan Oktober. Masa transisi ke musim
barat adalah pada bulan November. Keadaan musim tidak
homogen dalam arti setiap musim berlaku di daerah ini memberikan
pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautannya.
Temperatur rata-rata 26,2 C (di Maluku Tenggara terutama pada
musim hujan).
Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim di Maluku tergolong type Alpa,
dan hanya sebagian kecil yang tergolong type Ae, seperti daerah
daerah Obi, Tual dan Dobo.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-62
Berdasarkan klasifikasi Schmid Fergusen, iklim di Maluku tergolong
type A dan B dan hanya sebagian kecil saja tergolong type C seperti
Daerah Tual ( Maluku Tenggara ). Keadaan curah hujan di Maluku
dapat dibagi 4 katagori :
1) Curah Hujan di Maluku 1.000 mm/ thn. Terjadi di pulau Wetar dan
sekitarnya;
2) Curah hujan antara 1.000 - 2.000 mm/ thn, terjadi di pulau babar,
Tanibar, Aru dan sebagian pulau Buru, kepulauan Sula, Bacan
dan sekitar Tobelo;
3) Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm/ thn. Terjadi di pulau
Seram, Gorom, Obi, Morotai dan Kei Kecil;
4) Curah hujan lebih dari 3.000 mm/ thn terdapat dipulau Lease,
pulau Kei kecil, P.Ambon dan Kao.
Curah hujan tertinggi terdapat di gunung Darlisa (di pulau Seram
bagian barat ) sebesar 3.384 mm / tahun. Curah hujan terendah
terdapat di Tiwakr (pulau Wetar) sebesar 991 mm / tahun.

4.1.3. Kondisi Demografi


Sesuai hasil proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik 2010 – 2020, tahun 2015
berjumlah 1.686.469 jiwa, tahun 2016 berjumlah 1.715.548 jiwa, tahun 2017
penduduk Maluku berjumlah 1.744.654 jiwa, dan pada tahun 2018 penduduk
Maluku berjumlah 1.749.529 jiwa. Kota Ambon merupakan daerah yang memiliki
jumlah penduduk terbesar yaitu sebanyak 443.055 jiwa atau 25,32 peren dari
total penduduk Maluku tahun 2018, jumlah penduduk kedua terbesar berada di
Kabupaten Maluku Tengah berjumlah 373.821 jiwa atau 21,37 persen, kemudian
Kabupaten Seram Bagian Barat sebanyak 171.846 jiwa atau 9,82 persen dan
kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu Kabupaten Buru
Selatan 61.304 jiwa atau hanya 3,50 persen dari total penduduk Maluku.

Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Maluku periode 2010-2018 adalah 1,66


persen mengalami penurunan jika dibandingkan periode tahun 2009-2010
sebesar 2,78 persen. Pada tahun 2018 kepadatan penduduk per kilometer
persegi yaitu sebanyak 32 orang.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-63
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Provinsi Maluku Menurut Kabupaten / Kota
Tahun 2015 - 2018

Gambar 4.4 Hasil Proyeksi Penduduk Provinsi Maluku Tahun 2014-2018

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-64
4.1.4. Potensi Pengembangan Wilayah
a. Tanaman Pangan
Luas panen padi di Provinsi Maluku tahun 2018 mencapai 23,317 Ha,
dengan produksi padi sebesar 90.892 Ton. Diprovinsi Maluku tahun
2018 ada 6 kabupaten/kota yang memproduksi Padi yaitu
Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku Tengah, Buru, Seram
Bagian Barat, Seram Bagian Timur dan Maluku Barat Daya.
Kabupaten penghasil padi terbesar di Maluku tahun 2018 yaitu
Kabupaten Buru dengan produksi padi 54.427 ton diikuti dengan
Kabupaten Maluku Tengah dengan produksi padi 27.628 ton,
sedangkan 2 kabupaten yang menghasilkan padi terendah yaitu
Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya, masing-
masing 191 ton dan 4 ton.

Tabel 4.4 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Menurut


Kabupaten / Kota di Provinsi Maluku Tahun 2018

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-65
Tabel 4.5 Produksi Padi dan Beras Menurut Kabupaten / Kota di
Provinsi Maluku Tahun 2018

b. Hortikultura
Banyaknya pohon alpukat di Provinsi Maluku tahun 2018 yang
dipanen mencapai 8.479 pohon, dengan produksi alpukat sebesar
946 ton dan rata-rata 1 pohon menghasilkan 111,57 kg/pohon,
banyaknya pohon jeruk siam/leprok yang dipanen mencapai 72.149
pohon dan menghasilkan 135,02 kg/pohon, pohon jeruk besar yang
dipanen 2.192 pohon dengan produksi sebesar 476 ton dan rata-
rata 1 pohon menghasilkan 217,15 kg/pohon, banyaknya pohon
duku/langsat yang dipanen mencapai 79.670 pohon, dengan
produksi sebesar 5.179 ton dan rata-rata 1 pohon menghasilkan
65,01 kg/pohon, untuk produksi mangga sebanyak 8.280 ton,
produksi durian mencapai 9.303 ton, pepaya yang dipanen
sebanyak 8.274 produksi salak 895 ton, produksi nanas 463 ton,
produksi pisang 35.196 ton, produksi jambu biji 566 ton, produksi
jambu air 386 ton.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-66
Tabel 4.6 Produksi Buah-buahan di Provinsi Maluku Tahun 2018 (Ton)

c. Perkebunan
Produksi kelapa tahun 2018 meningkat dibandingkan produksi tahun
2017, dimana tahun 2018 produksi kelapa mencapai 102.624 ton
sedangkan tahun 2017 sebanyak 103.067,6 ton dari luas areal tanam
113.393 ha, luas areal tanaman yang menghasilkan juga naik
menjadi 88.654 ha, sedangkan tanaman rusak mengalami
penurunan menjadi 4.754 ha. Luas areal tanaman cengkeh 44.164
ha terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2017 yang seluas
43.842,9 ha dengan jumlah produksi dari 21.164,8 ton pada tahun
2017 menjadi 21.236 ton pada tahun 2018 yang terdiri dari tanaman
muda 7.685 ha, tanaman menghasilkan 33.067 ha dan tanaman
rusak 3.412 ha. Tanaman pala yang merupakan salah satu tanaman
unggulan Maluku selain cengkeh, tahun 2018 luas areal tanaman
pala seluas 32.456 ha meningkat dibandingkan tahun 2017 yang
seluas 31.624,1 ha dan tanaman muda seluas 12.669 ha juga
meningkat dibandingkan tahun 2017 yang seluas 12.223 ha,

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-67
tanaman menghasilkan seluas 18.228 ha dan tanaman rusak seluas
17.653 ha, dengan berkurangnya tanaman rusak sehingga
berdampak terhadap naiknya jumlah produksi pala yang mencapai
5.325 ton. Selanjutnya tanaman Kakao luas areal tanaman muda,
tanaman menghasilkan dan tanaman rusak masing-masing 5.962
ha, 15.773 ha dan 3.170 ha, tetapi produksi kakao tahun 2018 yang
sebesar 9.681 ton menurun 0,1 ton dibandingkan tahun sebelumnya
yang berjumlah 9.681,1 ton. Untuk produksi kopi mencapai 409 ton,
jambu mete sebanyak 1.147 ton, kelapa sawit sebanyak 1.886 ton,
tanaman pinang sebanyak 1 ton, tanaman kapuk sebanyak 2 ton,
tanaman sagu sebanyak 8.062 ton, kenari sebanyak 1 ton, tanaman
kemiri sebanyak 1 ton, tetapi tanaman aren tidak ada produksi.

d. Peternakan
Populasi sapi tahun 2018 sebanyaj 100.087 ekor, masih sama
dibandingkan dengan tahun 2017, Kabupaten Maluku Tengah
memiliki populasi sapi terbesar diantara kabupaten /kota lainnya
sebanyak 30.580 ekor, populasi kerbau juga masih sama untuk tahun
2018 sebanyak 16.066 ekor jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dan Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan
daerah yang memiliki populasi kerbau terbesar yaitu sebanyak
11.541 ekor, selanjutnya populasi kambing pada tahun 2018
berjumlah 107.033 ekor dan Kabupaten Maluku Barat Daya yang
memiliki populasi kambing terbesar yaitu 43.185 ekor pada tahun
2018, kemudian populasi domba yang hanya terdapat di
Kabupaten Maluku Barat Daya mencapai 12.213 ekor, populasi babi
berjumlah 79.904 ekor, dan Kabupaten Maluku Barat Daya juga
yang memiliki populasi babi terbesar yaitu 46.103 ekor. Selanjutnya
populasi kuda berjumlah 1.009 ekor menurun dari tahun sebelumnya
yang berjumlah 1,016 ekor dan masih Kabupaten Maluku Barat
Daya yang memiliki populasi babi terbesar yaitu 854 ekor,
sedangkan populasi unggas antara lain itik berjumlah 467.976 ekor
meningkat dibandingkan tahun 2017 yang berjumlah 467.743 ekor,
ayam petelur berjumlah 29.799 ekor di tahun 2018, ayam pedaging
berjumlah 74.610 ekor serta ayam buras sebanyak 2.203.770 ekor.
Produksi telur ayam buras tahun 2018 sebanyak 40.389.917 butir naik
dibandingkan tahun 2017 yang berjumlah 35.673.527 butir, sebagai
produsen telur terbesar yaitu Kabupaten Buru mencapai 22.802.587
butir menurun dibandingkan tahun 2017 yang berjumlah 22.877.341
butir, jumlah produksi telur ayam petelur mengalami penurunan
dimana tahun 2017 berjumlah 3.590.184 butir menjadi 2.946.941 butir
pada tahun 2018 dan Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan
daerah penghasil telur ayam petelur terbesar mencapai 1.204.800

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-68
butir dan produksi telur itik mencapai 31.151.199 butir turun
dibandingkan tahun 2017 yang berjumlah 33.811.168 butir, daerah
penghasil telur itik terbesar adalah Kabupaten Buru mencapai
30.986.601 butir, jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2017 yang
berjumlah 31.239.601 butir. Produksi daging sapi tahun 2018
mencapai 2.213 ton, meningkat dibandingkan produksi tahun 2017
yang berjumlah 2.186 ton, produksi daging kerbau sebanyak 47 ton
menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 217 ton,
produksi daging domba mencapai 39 ton meningkat dibandingkan
tahun 2017 yang berjumlah 36 ton, produksi daging babi mencapai
545 ton menurun dibandingkan tahun 2017 yang sebanyak 481 ton
dan pada tahun 2018 produksi daging kuda sebanyak 1.2 ton,
produksi daging itik sebanyak 288 ton, produksi daging ayam petelur
sebanyak 18 ton, produksi daging ayam pedaging sebanyak 204 ton
dan produksi daging ayam buras sebanyak 288 ton.

Tabel 4.7 Populasi Ternak Menurut Kabupaten /Kota dan Jenis


Ternak di Provinsi Maluku Tahun 2014 – 2018

Sumber : Provinsi Maluku Dalam Angka 2019

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-69
Tabel 4.8 Populasi Ternak Menurut Kabupaten /Kota dan Jenis
Ternak di Provinsi Maluku Tahun 2014 – 2018 (Lanjutan)

Sumber : Provinsi Maluku Dalam Angka 2019

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-70
Tabel 4.9 Populasi Ternak Menurut Kabupaten /Kota dan Jenis
Ternak di Provinsi Maluku Tahun 2014 – 2018 (Lanjutan)

Sumber : Provinsi Maluku Dalam Angka 2019

e. Perikanan
Jumlah produksi perikanan hasil budidaya tambak pada tahun 2018
sebanya 924,83 ton dengan nilai 56.324.302.000 rupiah, produksi hasil
budi daya kolam sebanyak 183,47 ton dengan nilai 5.344.972.000
rupiah dan hasil budidaya laut sebanyak 668.891,71 ton dengan nilai
3.083.094.731 rupiah Produksi perikanan di Provinsi Maluku tahun
2018 berjumlah 500.639,50 ton dengan niali produksi
9.875.632.308.000 rupiah. Jumlah produksi tertinggi menurut jenis ikan
adalah jenis ikan lain-lain dengan jumlah produksi 384.905,5 ton
senilai 6.958.272.164 rupiah, selanjutnya ikan tuna merupakan nilai
produksi tertinggi yang berjumlah 1.385.794.104 rupiah
(tabel 5.6.11). Total volume dan nilai ekspor ikan di Provinsi Maluku
tahun 2018 adalah 1.711,42 ton dan 10.484.903,68 juta rupiah. Bila
dilihat menurut jenis ikan baik volume dan nilai ekspor masih tetap
didominasi olleh ikan tuna yaitu sebanyak 1.479,26 ton dengan nilai
ekspor mencapai US $ 9.604.649,84 juta rupiah.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-71
Tabel 4.10 Produksi dan Nilai Produksi Hasil Budidaya Tambak,
Kolam dan Laut Menurut Jenis Ikan Tahun 2016 - 2018

Sumber : Provinsi Maluku Dalam Angka 2019

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-72
Tabel 4.11 Produksi dan Nilai Produksi Hasil Budidaya Tambak,
Kolam dan Laut Menurut Jenis Ikan Tahun 2016 - 2018 (Lanjutan)

Sumber : Provinsi Maluku Dalam Angka 2019

f. Kehutanan
Luas kawasan hutan menurut jenis hutan di Provinsi Maluku tahun
2018 terdiri atas hutan konservasi sebesar 429.538 ha, hutan lindung
627.256 ha, hutan produksi terbatas 894.258 ha, hutan produksi tetap
643.699 ha, hutan produksi konversi 1.324.866 ha, secara keseluruhan
luas kawasan hutan di Maluku mencapai 3.919.617 ha. Perusahaan
yang memiliki izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu – hutan
alam/hutan tanaman pada tahun 2018 berjumlah 14 perusahaan
dengan total luas menjadi 758.890 ha. Dari 14 perusahaan yang ada
saat ini belum seluruhnya aktif (ada yang belum produksi). Pada
tahun 2018 tidak ada produksi playwood (kayu olahan), tahun 2018
produksi sawn timber mencapai 7.270,6231 M³ naik dibandingkan
tahun 2017 yang sebanyak 2.130,8883 M³, selanjutnya produksi
veneer meningkat dari 3.340,1700 M³ menjadi 4.288,6956 M³. Produksi
kayu bulat juga mengalami peningkatan dari 285.220,11 M³ menjadi
402.812,34 M³.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-73
Sumber : Provinsi Maluku Dalam Angka 2019
Gambar 4.5 Luas Kawasan Hutan Menurut Jenisnya di Provinsi
Maluku Tahun 2018 (Ha)

g. Industri
Jumlah perusahaan pada industri besar dan sedang di Provinsi
Maluku pada tahun 2018 berjumlah 30 perusahaan dengan jumlah
tenaga kerja sebanyak 2.481 pekerja. Jumlah perusahaan industri
bear dan sedang terbanyak berada di Kota Ambon yaitu 22
perusahaan dengann 661 pekerja, diikuti Kabupaten Kepulauan Aru
memiliki 8 perusahaan dengan 572 pekerja. Jumlah perusahaan
pada industri mikro dan kecil di Provinsi Maluku pada tahun 2018
berjumlah 41.867 perusahaan dengan jumlah tanaga kerja
sebanyak 67.798 pekerja. Jumlah Perusahaan industri mikro dan kecil
terbanyak berada di Kabupaten Seram Bagian Barat yaitu 9.467
perusahaan dengan 15.035 pekerja, diikuti Kabupaten Maluku
Tengah memiliki 7.320 perusahaan dengan 11.151 pekerja.

Gambar 4.6 Jumlah Perusahaan Industri Besar, Sedang Menurut


Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2018

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-74
Tabel 4.12 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Klasifikasi
Industri pada Industri Besar dan Sedang di Provinsi Maluku Tahun
2018

h. Pertambangan
Usaha pertambangan yang dirinci menurut izin usaha
pertambangan terdiri dari eksplorasi dan operasi produksi, pada
tahun 2018 berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku izin ekplorasi mencapai
31 izin mengalami peningkatan dibandingkan thun 2017 yang
berjumlah 58 izin, tetapi jika dilihat jumlah izin operasi produksi
mengalami penurunan menjadi 37 izin dari tahun sebelumnya yang
berjumlah 11 izin, sehingga secara keseluruhan izin eksplorasi dan izin
operasi produksi mengalami penurunan dari 69 izin pada tahun 2017
menjadi 68 izin pada tahun 2018.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-75
Gambar 4.7 Jumlah Izin Usaha Pertambangan di Provinsi Maluku
Tahun 2014 - 2018

Tabel 4.13 Usaha Pertambangan Menurut Kegiatan Izin Usaha


Pertambangan di Provinsi Maluku Tahun 2014-2018

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-76
i. Perdagangan
Perkembangan ekspor di Provinsi Maluku tahun 2018, Bulan Januari
melalui Bandara Pattimura/Laha Ambon volumenya mencapai 11,2
kg dengan nilai ekspor sebesar US$ 133.488, Pelabuhan Dobo
mencapai 20.013 kg dengan nilai ekspor sebesar US$ 180.117 dan
Pelabuhan Lirang Kabupaten Maluku Barat Daya volume ekspor
sebesar 1.350 kg dengan nilai ekpor sebesar US$ 2.025, pada Bulan
Februari voume ekspor melalui Pelabuhan Yos Sudarso Ambon
mencapai 12.083 kg dengan nilai US$ 58.995,9, Bandara
Pattimura/Laha volume ekspor sebesar US$ 307,84 dan Pelabuhan
Lirang volume ekspor mencapai 1.800 kg dengan volume ekspor
sebesar US$ 2.664

Gambar 4.8 Volume Ekspor dan Volume Impor di Provinsi Maluku


Tahun 2018 (kg)

Gambar 4.9 Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan di Provinsi Maluku


Tahun 2018 (US $)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-77
4.1.5. Kondisi Transportasi Darat di Provinsi Maluku
Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
248/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam Jaringan Primer menurut
Fungsinya sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor-1 (JKP-1) tangggal 23 April 2015
disebutkan bahwa total panjang jalan nasional di Provinsi Maluku mencapai 1.771,67 km
dengan rincian jalan sebagai berikut : Jalan yang diaspal mencapai 1.652,01 km,
mengalami peningkatan panjang jalan dari tahun sebelumnya yang panjangnya
1.489,3 km, tanah berkurang dari 120,1 km menjadi 119,6 km, permukaan jalan kerikil 0,00
dan lainnyadari 162,2 km pada tahun 2018 menjadi 0,00 km. Jika dilihat kondisi jalan
nasional antara lain kondisi baik mengalami penurunan dari 1.321,3 km pada tahun 2017
menjadi 836,81 km pada tahun 2018, kondisi ini diakibatkan oleh penambahan kondisi
sedang yang emncapai 722,01 km dari tahun 2017 yang sepanjang 182,3 km, kondisi
rusak ringan mencapai 103,41 km mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2017 yang
panjangnya 15,8 km dan kondisi rusak berat mencapai 109,70 km juga mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2017 yang panjangnya 252,3 km.

Tabel 4.14 Panjang Jalan Nasional dan Provinsi di Provinsi Maluku


Tahun 2017-2018 (km)

Pada Provinsi Maluku tercatat semua kabupaten / kota dilintasi jalan nasional. Dari 11
kabupaten/kota tersebut jalan nasional yang terpanjang berada di wilayah Kabupaten
Maluku tengah yaitu mencapai 584,348 km, disusul Kabupaten Seram Bagian Barat
mencapai 268,187 km. Sedangkan Kota Ambon sendiri yang merupakan ibukota Provinsi

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-78
Maluku dilintasi jalan nasional sepanjang 41,319 km dan yang terkecil adalah Kota Tual
dengan panjang jalan nasional sepanjang 18,660 km

Tabel 4.15 Panjang Jalan Nasional dan Provinsi Menurut Kabupaten/Kota


di Provinsi Maluku Tahun 2017-2018 (km)

Berdasarkan ketentuan maka lokasi pembangunan UPPKB adalah pada ruas jalan
nasional dan strategis. Selain itu terdapat pertimbangan lain yaitu rencana lokasi
pembangunan UPPKB adalah pada jalan nasional luar kota, bukan jalan nasional
perkotaan. Hal ini dikarenakan sebagian besar angkutan barang khususnya yang masuk
kategori kendaraan berat tidak melalui jalan nasional perkotaan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 248 /
KPTS / M / 2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut
Fungsinya Sebagai Jalan Arteri (JAP) dan Jalan Kolektor -1 (JKP-1)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-79
Tabel 4.16 Panjang Jalan Nasional dan Provinsi Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Maluku Tahun 2017-2018 (km)

Nomor Panjang
No Nama Ruas
ruas ruas (km)

1 1 11 K Jln. Pelabuhan (ambon) 0,23

2 1 12 K Jln. Yos sudarso (ambon) 0,47

3 1 13 K Jln. Pala (ambon) 0,04

4 1 14 K Jln. Pantai mardika (ambon) 0,81

5 1 15 K Jln. Pantai batu merah (ambon) 0,50

6 1 16 K Jln. Sultan hasanuddin (ambon) 2,36

7 1 17 K Jln. Jend. Sudirman (ambon) 2,80

8 1 18 K Jln. Rijali (ambon) 1,32

9 1 19 K Jln. A. Yani (ambon) 0,54

10 1 1a K Jln. Diponegoro (ambon) 0,61

11 1 1b K Jln. Am. Sangaji (ambon) 0,27

12 2 11 K Jln. Kapten p. Tendean (galala - passo) (ambon) 3,50

13 2 12 K Jln. Wolter monginsidi (galala - passo) (ambon) 4,42

14 3 Jln. Laksdya leo wattimena (passo - durian patah) 5,78


(ambon)

15 4 11 K Jln. J. Syaranamual (durian patah - laha) (ambon) 3,66

16 4 12 K Jln. M. Putuhena (durian patah - laha) (ambon) 13,99

17 5 Passo - tulehu 13,24

18 6 Tulehu - liang 12,45

19 7 Amahai - masohi 7,08

20 8 Masohi - makariki 6,06

21 9 Makariki - sp. Waipia 21,90

22 10 Sp. Waipia - saleman 47,17

23 11 Saleman - besi (km. 50) 51,18

24 12 Besi (km. 50) - wahai 53,31

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-80
Nomor Panjang
No Nama Ruas
ruas ruas (km)

25 13 Wahai - pasahari 22,06

26 14 Pasahari - kobisonta 43,61

27 15 Kobisonta - banggoi 46,68

28 16 Banggoi - bula 47,00

29 17 Piru - waisala 53,16

30 18 Taniwel - saleman 98,82

31 19 Taniwel - sp. Pelita jaya 61,05

32 20 Sp. Pelita jaya - piru 15,68

33 21 Piru - sp. Eti 7,15

34 22 Sp. Eti - kairatu 39,62

35 23 Kairatu - waiselan 7,45

36 23 11 K Akses pel. Asdp waipirit 0,61

37 24 Waiselan - latu 42,55

38 25 Latu - liang 40,92

39 26 Liang - sp. Waipia 24,87

40 27 Amahai - tamilouw 35,00

41 28 Tamilow - h a y a 42,00

42 29 Haya - tehoru 13,44

43 30 Tehoru - laimu 45,50

44 31 Laimu - werinama 40,50

45 32 Teluk bara - air buaya 30,00

46 33 Air buaya - samalagi 47,99

47 34 Samalagi - tugu namlea 50,97

48 34 11 K Jln. Dermaga (namlea) 1,72

49 35 Sp. Namlea - marloso 18,47

50 35 11 K Akses pel. Asdp namlea 0,22

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-81
Nomor Panjang
No Nama Ruas
ruas ruas (km)

51 36 Marloso - mako 19,32

52 37 Mako - modanmohe 44,75

53 38 Modanmohe - namrole 46,00

54 39 Siwahan - arma 45,00

55 40 Arma - aruidas 51,00

56 41 Aruidas - sp. Ilngei 46,69

57 41 11 K Jln. Prof. Boediono (saumlaki) 7,06

58 41 12 K Jln. Ir. Soekarno (saumlaki) 4,15

59 41 13 K Jln. Mgr. Albertus soegiyapranata (saumlaki) 0,68

60 41 14 K Jln. Dr. Latumeten (saumlaki) 0,62

61 41 15 K Jln. Yos sudarso (saumlaki) 0,54

62 41 16 K Jln. Mathilda batlayeri (saumlaki) 0,26

63 43 11 K Jln. Pelabuhan (kota tual) 0,26

64 43 12 K Jln. Pattimura (tual - langgur) (kota tual) 0,73

65 43 13 K Jln. Trikora (tual - langgur) (kota tual) 0,47

66 43 14 K Jln. Jend. Sudirman (tual - langgur) (kota tual) 2,67

48 34 11 K Jln. Dermaga (namlea) 1,72

49 35 Sp. Namlea - marloso 18,47

50 35 11 K Akses pel. Asdp namlea 0,22

51 36 Marloso - mako 19,32

52 37 Mako - modanmohe 44,75

53 38 Modanmohe - namrole 46,00

54 39 Siwahan - arma 45,00

55 40 Arma - aruidas 51,00

56 41 Aruidas - sp. Ilngei 46,69

57 41 11 K Jln. Prof. Boediono (saumlaki) 7,06

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-82
Nomor Panjang
No Nama Ruas
ruas ruas (km)

58 41 12 K Jln. Ir. Soekarno (saumlaki) 4,15

59 41 13 K Jln. Mgr. Albertus soegiyapranata (saumlaki) 0,68

60 41 14 K Jln. Dr. Latumeten (saumlaki) 0,62

61 41 15 K Jln. Yos sudarso (saumlaki) 0,54

62 41 16 K Jln. Mathilda batlayeri (saumlaki) 0,26

63 43 11 K Jln. Pelabuhan (kota tual) 0,26

64 43 12 K Jln. Pattimura (tual - langgur) (kota tual) 0,73

65 43 13 K Jln. Trikora (tual - langgur) (kota tual) 0,47

67 44 Langgur - ibra 14,45

68 45 Tual - ngadi - tamedan 17,20

69 46 Ilwaki - lurang 50,00

70 47 Ibra - danar 32,51

71 48 Dobo (bbm) - dermaga *)3,20

72 49 Popjetur - batu goyang *)25,00

73 50 Larat - lamdesar timur *)48,00

74 51 Adaut - kandar *)22,00

75 52 Tepa - masbuar - letwurung *)45,00

76 53 Lingkar p. Marsela *)34,00

77 54 Tiakur - weet *)27,95

78 55 Laitutun - tutukei *)8,16

79 56 Tutukei - nuwewang *)7,47

80 57 Pelabuhan - wonreli - lapter *)17,50

81 58 Manoha - pelabuhan *)8,30

67 44 Langgur - ibra 14,45

68 45 Tual - ngadi - tamedan 17,20

69 46 Ilwaki - lurang 50,00

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-83
Nomor Panjang
No Nama Ruas
ruas ruas (km)

70 47 Ibra - danar 32,51

71 48 Dobo (bbm) - dermaga *)13,20

72 49 Popjetur - batu goyang *)25,00

73 50 Larat - lamdesar timur *)48,00

74 51 Adaut - kandar *)22,00

75 52 Tepa - masbuar - letwurung *)45,00

76 53 Lingkar p. Marsela *)34,00

77 54 Tiakur - weet *)27,95

78 55 Laitutun - tutukei *)8,16

79 56 Tutukei - nuwewang *)7,47

80 57 Pelabuhan - wonreli - lapter *)17,50

81 58 Manoha - pelabuhan *)8,30

Total 1.771,67

Sumber : Kepmen PUPR Nomor 248/KPTS/M/2015

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-84
Gambar 4.10 Peta Jaringan Jalan Nasional Provinsi Maluku 1

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-85
Gambar 4.11 Peta Jaringan Jalan Nasional Provinsi Maluku 2

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-86
Gambar 4.12 Peta Jaringan Jalan Nasional Provinsi Maluku 3

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-87
4.1.6. Kondisi Transportasi Laut di Provinsi Maluku
a. Pelabuhan Laut;
Transportasi merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang kegiatan
ekonomi (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi
perkembangan ekonomi. Kegiatan ekonomi dan transportasi memiliki keterkaitan
yang sangat erat dan keduanya dapat saling mempengaruhi. Angkutan laut
merupakan moda transportasi yang diperlukan untuk melayani wilayah
kepulauan. Bagi pengembangan Maluku yang merupakan wilayah kepulauan
yang terdiri atas lebih dari seribu pulau besar dan kecil, maka transportasi laut
memegang peranan yang sangat penting. Wilayah Maluku yang terdiri dari pulau-
pulau membutuhkan angkutan laut maupun angkutan penyeberangan untuk
pergerakan orang maupun barang. Pelayanan kapal penumpang untuk
menunjang kepentingan angkutan penumpang dimasa yang akan datang harus
ditingkatkan mengingat perkembangan perpindahan barang dan orang di
daerah kepulauan Maluku. Pada tahun 2018 jumlah Kapal PELNI Berdasarkan data
yang bersumber dari PT. PELNI Terdapat sepuluh unit kapal penumpang milik PT.
PELNI yang berlayar melintasi wilayah Maluku pada tahun 2018 baik yang melayani
penumpang maupun bongkar dan muat barang, kapal yang terbanyak melayani
penumpang masih sama seperti tahun sebelumnya yaitu KM. NGGAPULU dengan
jumlah penumpang turun sebanyak 62.463 orang dan penumpang naik sebanyak
60.061 orang, selanjutnya KM. PANGRANGO melayani penumpang turun
sebanyak 43.891 orang dan penumpang naik sebanyak 47.195 orang. Sedangkan
untuk kapal yang melayani bongkar barang dan muat terbesar adalah KM.
DOBONSOLO sebanyak 2.454 ton/m3 untuk bongkar dan 2.028 ton/m3 untuk muat.

Gambar 4.13 Kondisi Pelabuhan Laut di Provinsi Maluku (Pelabuhan Yos Sudarso)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-88
b. Pelabuhan Penyeberangan
Secara administratif Provinsi Maluku terbagi atas 11 (sebelas) kabupaten/ kota, 118
kecamatan dan 1135 desa/ kelurahan. Pergerakan orang dan barang di Provinsi
Maluku menggunakan beberapa moda, seperti darat dan laut, tetapi yang lebih
dominan adalah transportasi laut karena provinsi Maluku merupakan gugusan
pulau. Saat ini, Provinsi Maluku memiliki 55 pelabuhan yang tersebar di 9
kabupaten dan 2 kota. Provinsi Maluku sebagai provinsi yang memiliki karakteristik
geografis wilayah kepulauan yakni terdiri dari ratusan pulau dengan berbagai
macam potensi yang terdapat didalamnya, maka di Provinsi Maluku terdapat dua
jenis sistem transportasi yang berperan penting, yaitu sistem transportasi antar
wilayah dalam provinsi (inter-provinsi) dan sistem transportasi antar provinsi (intra-
provinsi). Sistem intra-provinsi yaitu merupakan sistem transportasi yang
menghubungkan antara Provinsi Maluku dengan provinsi-provinsi lainnya di
Indonesia, baik di Bagian Timur, Tengah dan Barat. Dengan karakteristiknya yang
khas, Provinsi Maluku yang merupakan salah satu provinsi kepulauan di Indonesia,
maka menjadikan sistem transportasi laut dan udara sebagai dua sistem
transportasi yang sangat penting. Laut bagi Provinsi Maluku berfungsi bukan hanya
sebagai sumber kekayaan alam hayati dan nabati, tetapi juga berperan sebagai
prasarana lalu lintas barang dan jasa, baik nasional maupun internasional,
sekaligus sebagai penghubung dan pemersatu pulau-pulau yang ada
didalamnya. Wilayah di Provinsi Maluku merupakan pulau-pulau, sehingga
transportasi laut dan transportasi penyeberangan sangat berperan dalam
melayani pergerakan orang dan barang. Kapal yang melayani pergerakan
penumpang dan barang terdiri dari kapal pelni, kapal penyeberangan dan kapal
perintis. Kapal yang melayani pergerakan penumpang dan barang terdiri dari
kapal pelni, kapal penyeberangan dan kapal perintis. PT. Pelni melayani wilayah
Maluku dengan 9 (sembilan) unit kapal pelni yang melayani wilayah Maluku, yakni
KM Gunung Dempo, KM Nggapulu, KM Sangiang, KM Kelimutu, KM Pangrango, KM
Sinabung, KM Tidar, KM Tatamailau dan KM Sirimau. Trayek/ lintas penyeberangan
yang ada di Provinsi Maluku terdiri dari lintas komersial dan lintas perintis. Lintasan
komersial penyeberangan terdiri dari 3 lintas, yakni Poka-Galala, HunimuaWaipirit
dan Galala-Namlea. Penyeberangan perintis berfungsi untuk melayani angkutan
pada lintas penyeberangan yang ditunjuk untuk pelayanan daerah terpencil dan/
atau daerah belum berkembang dengan daerah terpencil dan/ atau belum
berkembang atau yang menghubungkan daerah terpencil/ belum berkembang
dengan daerah yang telah berkembang. Lintas penyeberangan perintis terdiri dari
44 lintasan.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-89
Tabel 4.17 Lintasan Penyeberangan di Provinsi Maluku
No Lintasan Komersil Jarak (Mil) Nama Kapal

1 Poka - Galala 0,6 KMP. Gabus


KMP. Teluk Ambon
KMP. Tangiri Danau Rana

2 Hunimua - Waipirit 11,5 KMP. Terubuk


KMP. Berkala Prima
KMP. Tj. Koako

3 Galala - Namlea KMP. Temi


KMP. Inelika

No Lintasan Perintis Jarak (Mil) Nama Kapal

1 Tulehu (Hurnala) - Haruku 6 KMP. Layur


(Pelauw)
2 Haruku (Pelauw) - 11 KMP. Layur
Saparua (Umeputi)
3 Saparua (Umeputi) - 5 KMP. Layur
Wailey
4 Tulehu (Hurnala) - 17 KMP Samandar
Saparua (Umeputi)
5 Saparua (Umeputi) - 19 KMP Samandar
Ameth
6 Ameth (Nusa Laut) - 23 KMP Samandar
Amahai
7 Galala - Ambalau 70 KMP Tanjung Kabat

8 Ambalau - Wamsisi 15 KMP Tanjung Kabat

9 Wamsisi - Namrole 16 KMP Tanjung Kabat

10 Namrole - Leksula 15 KMP Tanjung Kabat

11 Tual - Dobo 109 KMP. Lobster

12 Tual - Larat 136 KMP. Lobster

13 Kur - Kaimer 12 KMP. Tanjung Madlaha

14 Kur - Kesui 57 KMP. Lobster

15 Dobo - Benjina 40 KMP. Lobster

16 Benjina - Tabarfane 30 KMP. Lobster

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-90
No Lintasan Komersil Jarak (Mil) Nama Kapal

17 Dobo - Jerol 60 KMP. Lobster

18 Tual - Larat 136 KMP. Kormomolin

19 Tual - Toyando 38 KMP. Kormomolin

20 Toyando - Kur 43 KMP. Kormomolin

21 Saumlaki - Tepa 118 KMP. Egron

22 Saumlaki -Adaut 16

23 adaut - Letwurung 92

24 Saumlaki - Seira 47

25 Seira - Wunlah 41

26 Wunlah - Larat 50

27 Larat - Yaru 16

28 Yaru - Momar 41

29 Ambon - Air Nanang 170 KMP. Bobot Masiwang

30 Air Nanang - Geser 80

31 Geser - Gorom 38

32 Gorom - Kesu 43

33 Langgur - Elat 17 KMP. Tanjung Madlahar

34 Langgur - Holla 57

35 Langgur - Weduar 42

36 Teluk Gurita (NTT) - Ilwaki 170 KMP. Pulau Sab

37 Ilwaki - Kisa 15 KMP. Marsela

38 Tepa -Lakor 75

39 Lakor - Moa 10

40 Moa - Leti 12

41 Leti - Kisar 78

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-91
No Lintasan Komersil Jarak (Mil) Nama Kapal

42 Wahai - Waigama 81 KMP. Tatihu

43 Dobo - Pomako (Timika) 136 KMP. Sardinela

44 Namlea - Sanana 120 KMP. Badaleon

Sumber : Dishub Provinsi Maluku

Berikut beberapa lokasi pelabuhan penyeberangan di Provinsi Maluku :

Gambar 4.14 Lokasi Pelabuhan Penyeberangan di Provinsi Maluku

4.1.7. Rencana Tata Ruang Provinsi Maluku


a. Rencana Struktur Ruang
1) Jaringan Transportasi Darat
a) Jalan Nasional yang berfungsi sebagai jalan arteri primer terdiri
atas :
• Ruas Jalan dalam kota Ambon ( Jalan Pelabuhan, Yos
Sudarso, Pala, Pantai Mardika, Pantai Batu Merah, Sultan
Hasanudin, Jend. Sudirman, Rijali, A. Yani, Diponegoro, AM.
Sangadji) di Pulau Ambon;
• Ruas Jalan Galala – Passo, Passo – Durian Patah, Durian Patah
– Laha di Pulau Ambon;
• Ruas Jalan Passo – Tulehu, Tulehu – Liang di Pulau Ambon;
• Ruas Jalan Amahai-Masohi, Masohi-Makariki/Sp. Waipia,
MakarikiSp. Waipia-Waipia, Waipia-Saleman, Saleman Besi Km.
50, Besi Km. 50-Wahai, Wahai-Pasahari, Pasahari Kobisonta,
Kobisonta-Banggoi, Banggoi-Bula;

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-92
• Ruas Jalan Kairatu – Waiselan, Waiselan – Latu Km.45), Latu
(Km. 45) – Liang, Liang – Makariki/Sp. Waipia;
• Ruas Jalan Amahai – Tamilow, Tamilow – Haya;
• Ruas Jalan Teluk Bara-Air Buaya, Air Buaya-Samalagi, Samalagi
Namlea, Namlea-Marloso, Marloso-Mako, Mako-Modanmohe,
Modanmohe-Namrole;
• Ruas Jalan Siwahan-Arma, Arma-Aruidas, Aruidas-Saumlaki;
• Ruas Jalan Tual – Langgur, Langgur – Ibra,
• Ruas Jalan Ilwaki-Lurang;
• Ruas Jalan Haya-Tehoru, Tehoru-Laimu, dan Laimu-Werinama
di Pulau Seram;
• Ruas Jalan Taniwel-Sp. Pelita Jaya, Sp.Pelita Jaya-Piru, Piru-Eti,
Eti-Kairatu;
• Ruas Jalan Ibra–Danar;
• Ruas Jalan Bula-Dawang, Dawang-Waru;
• Ruas Jalan Hassanudin di Kota Ambon;
• Ruas Jalan Taniwel-Saleman di Pulau Seram;
• Ruas Jalan Waisala-Piru, Pelabuhan Fery-Sp. Kairatu di Pulau
Seram (Seram Barat);
• Ruas Jalan Werinama-Air Nanang, Waru–Air Nanang di Pulau
Seram (Seram Timur);
• Ruas Jalan Namrole-Leksula, Leksula-Kepala Madan, Kepala
Madan – Teluk Bara dan Labuang-Bandara di Pulau Buru (Buru
Selatan);
• Ruas Jalan Danar-Uf di Pulau Kei Kecil;
• Ruas Jalan Dumatubun di Pulau Kei Kecil;
• Ruas Jalan Sp. Wearlilir-Bandar Udara Ibra;
• Ruas Jalan Elat – Fako – Hollath – Ohoiraut;
• Ruas Jalan JL. Dr. J. Leimena (Tual);
• Ruas Jalan Larat – Lamdesar;
• Ruas Jln. Ir. Soekarno (Kota Saumlaki Pulau Yamdena);
• Ruas Jalan Tepa – Letwurung
• Ruas Jalan Lintas Pulau Moa (Ruas Jalan Kaiwatu-Sp. Tugu, Sp.
Tugu-Weet, Sp. Tugu-Tiakur, Weet-Tounwawan,
TounwawanSp.Poliu, Sp. Poliu-Pilam);
• Ruas Jalan Sional-Sionidal, Sional-Ngaibor Lama di Kep. Aru;
• Ruas Jalan Dobo (BBM) – Lapter;
• Ruas Jalan Marlasi-Kobamar, Kobamar-Wokam, Wokam-
Jabulenga, Jabulenga-Tungwatu, Tungwatu-Nafar, Nafar-
Jirlay, Jirlay-Benjina, Benjina-Algadang, Algadang Irloy, Irloy-
Lorang, Lorang-Fatlabata, Fatlabata-Gomar, Gomar-Jelia,
Jelia-Popjeptur, Popjeptur-Batu Goyang (Trans Aru) di
Kepulauan Aru.
b) Jalan Nasional yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer terdiri
atas :
Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-93
• Ruas Jalan Dr. Sitanala;
• Ruas Jalan Sultan Babullah (Ambon);
• Ruas Jalan Masjid Raya (Ambon).
c) Jalan Strategis Nasional terdiri dari :
• Ruas Jalan Tual-Ngadi;
• Ruas Jalan Ambon – Latuhalat;
• Ruas Jalan Haruku-Pelauw, Pelauw-Hulaliu, Hulaliu-Aboru,
HarukuOma-Wasu, Wasu-Aboru (Lingkar Pulau Haruku);
• Ruas Jalan Lingkar Pulau Banda Besar;
• Ruas Jalan Piru-Loki;
• Ruas Jalan Taniwel-Buria-Riring;
• Ruas Jalan Banggoi-Werinama;
• Ruas Jalan Lingkar Pulau Gorom;
• Ruas Jalan Lingkar pulau Kesui;
• Ruas Jalan Mako-Kayeli, Kayeli-Ilath;
• Ruas Jalan Sp. Oki-Wamsisi, Wamsisi-Waitawa dan
WaetawaTanjung Timbang (Ilath);
• Ruas Jalan Keliling Pulau Ambalauw;
• Ruas Jalan Uf-Tetoat;
• Ruas Jalan Langgur-Debut-Ewu;
• Ruas Jalan Kolser-Namar-Lairngangas;
• Ruas Jalan Ilngei-Batu Putih;
• Ruas Jalan Lingkar Selaru (Ruas Jalan Adaut-Kandar,
KandarLingat, Lingat Namtabung, Lingat-Fursui, Sp. Lingat-
Werain, FursuiEliasa;
• Ruas Jalan Sp. Siwahan-Awear Baru, Abad-Awear Baru, Sp.
Poros Baru-Bomaki, Bomaki-Lermatang, Lermatang-Latdalam);
• Ruas Jalan Lingkar Pulau Marsela;
• Ruas Jalan Lingkar Pulau Sermata;
• Ruas Jalan Wonreli-Lapter;
• Ruas Jalan Wermatang-Batu Putih;
• Ruas Jalan Marantutul-Batu Putih;
• Ruas Jalan Lingkar Pulau Nusalaut;
• Ruas Jalan menuju pintu keluar baik pelabuhan udara dan
pelabuhan laut.
d) Jalan Provinsi yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer 2 terdiri
atas :
• Ruas Jalan Pattimura;
• Ruas Jalan Sirimau (Ambon);
• Ruas Jalan Sirimau - Soya (Ambon);
• Ruas Jalan Ambon – Soya;
• Ruas Jalan Kristina (Ambon);
• Ruas Jalan Pitu Ina (Ambon);
• Ruas Jalan Pitu Ina - Air Besar (Ambon);
• Ruas Jalan Cut Nyak Dhien;
Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-94
• Ruas Jalan Kartini;
• Ruas Jalan Ina Tuni;
• Ruas Jalan Pemuda;
• Ruas Jalan Dewi Sartika;
• Ruas Jalan Ambon - Air Besar;
• Ruas Jalan Durian Patah – Hitu;
• Ruas Jalan Hitu – Kaitetu;
• Ruas Jalan Hitu - Mamala – Morela;
• Ruas Jalan Kaitetu - Negeri Lima;
• Ruas Jalan Negeri Lima – Asilulu;
• Ruas Jalan Wakasihu – Asilulu;
• Ruas Jalan Laha – Wakasihu;
• Ruas Jalan Passo – Hutumuri;
• Ruas Jalan Morela – Liang;
• Ruas Jalan Saparua – Itawaka;
• Ruas Jalan Saparua – Haria;
• Ruas Jalan Saparua – Kulur;
• Ruas Jalan Simp. Kairatu – Hunitetu;
• Ruas Jalan Piru – Loki;
• Ruas Jalan Danar – Tetoat;
• Ruas Jalan KS. Tubun (Tual);
• Ruas Jalan Sirsaumas (Tual);
• Ruas Jalan Tual – Ngadi;
• Ruas Jalan Ngadi – Tamedan;
• Ruas Jalan Trikora (Tual);
• Ruas Jalan D. Wattimena (Tual);
• Ruas Jalan Terminal (Tual);
• Ruas Jalan Telafar (Langgur);
• Ruas Jalan Sp. Mako – Tifu;
• Ruas Jalan Mako – Kayeli;
• Ruas Jalan Kayeli – Ilath;
• Ruas Jalan Pelauw – Hulaliuw;
• Ruas Jalan Pelauw – Haruku;
• Ruas Jalan Hulaliu – Aboru;
• Ruas Jalan Ilngei - Batu Putih;
• Ruas Jalan Kaiwatu - Moain – Tuinweru;
• Ruas Jalan Pelabuhan Dobo-Lapter;
• Ruas Jalan Loki – Iha;
• Ruas Jalan Seira – Ngurangar;
• Ruas Jalan Fako – Bombai – Aad;
• Ruas Jalan menuju pintu keluar baik pelabuhan udara dan
pelabuhan laut.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-95
2) Jembatan Timbang
Jembatan timbang eksisting yaitu Jembatan Timbang Passo, Jalan
Sisingamangaraja, Desa Passo, Kota Ambon;
3) Jaringan Transportasi Laut
4) Jaringan Transportasi Udara

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-96
b. Rencana Program

WAKTU PELAKSANAAN
INSTANSI I II III IV
SUMBER
PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG LOKASI KEGIATAN 2019 2025 2031
PENDANAAN
JAWAB 2013 2014 2015 2016 2017 2018 - - -
2024 2030 2033
Perwujudan A. Perwujudan Sistem
Sistem Jaringan Jalan
Transportasi 1. Pembangunan fasilitas
pendukung Pemda Prov,
pengembangan angkutan APBD Kab/Kota & Kota Ambon
umum massal berbasis swasta
jalan/BRT
2. Pengembangan dan
optimasi terminal
Kemenhub,
a. Tipe B APBN, APBD Ambon, Masohi, Bula
Pemda, Swasta
Saumlaki, Ilwaki, Dobo,
b. Tipe C APBD Pemda, Swasta Werinama, Kairatu,
Tual, Namlea, Wahai
B. Perwujudan Sistem
Jaringan Penyeberangan
Pada Gugus Pulau yang
Tersedia
1. Pelabuhan Namlea (P. Buru), Galala
Penyeberangan antar (P.Ambon)
kabupaten dalam
mendukung Trans Namlea (P. Buru),
Maluku Waisala (SBB)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-97
WAKTU PELAKSANAAN
INSTANSI I II III IV
SUMBER
PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG LOKASI KEGIATAN 2019 2025 2031
PENDANAAN
JAWAB 2013 2014 2015 2016 2017 2018 - - -
2024 2030 2033
P. Seram - P.Geser -
Lintasan Segitiga P.Kei, Airnanang (Pantai
Penyeberangan Timur SBT) - Geser
(P.Geser)
Kep. Kei - Kep. Aru -
P.Yamdena

P.Yamdena - P.Wetar

Poka - Galala (Ambon),


Tulehu - Haruku -
Wailey (Mauluku
Tengah), Hunimua -
2. Pelabuhan Nalahiya - Amahai
penyeberangan dalam (aluku Tengah), Saparua
kabupaten - Nalahia, Ambalau -
Wamsisi, Wamsisi -
Namrole, Namrole -
Leksula, Ambalau -
Galala
Perwujudan
Pengembangan C. Perwujudan Tatanan
Kepelabuhanan

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-98
WAKTU PELAKSANAAN
INSTANSI I II III IV
SUMBER
PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG LOKASI KEGIATAN 2019 2025 2031
PENDANAAN
JAWAB 2013 2014 2015 2016 2017 2018 - - -
2024 2030 2033
Kawasan Adeaut, Kroing,
Budidaya Serwatu, Bula, Tior,
Kaimer, Toyando, Molu,
Dawera, Lelang, Lakor,
Upisera, Arwala,
P.Kelapa, Lewa, Lerokis,
1. Unit Pelayanan
Benjina, BT.Goyang,
Pelabuhan Kelas III
Tutukembong, Ulima,
Werinama, Kobisonta,
Marsela, Serua, Nila,
Teon, Bebar, Wulur,
Kataloka, Fogi dan
Kairatu
D. Perwujudan Tatanan
Bandar Udara
Namniwel (Kab. Pulau
1. Pembangunan
Buru), Pulau Moa
Lapangan Terbang Baru
(MBD)
2. Pembangunan
Bula (SBT)
Lapangan Terbang
3. Rencana
Tepa (MBD)
Pembangunan Lapangan
Terbang Wetar (MBD)
4. Rencana
Pembangunan Lapangan Bula (SBT)
Terbang Khusus

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-99
WAKTU PELAKSANAAN
INSTANSI I II III IV
SUMBER
PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG LOKASI KEGIATAN 2019 2025 2031
PENDANAAN
JAWAB 2013 2014 2015 2016 2017 2018 - - -
2024 2030 2033
Banda (Maluku Tengah),
Amahai (Maluku
5. Perpanjangan Run
Tengah, Wahai (Maluku
Way Lapangan Terbang
Tengah)
Larat (MTB)
E. Rehabilitasi dan
Distan
Pengembangan Kawasan APBN / APBD
Provinsi, Buru, Seram, Ambon,
Andalan untuk Sektor Prov Dan
Distan Banda, Kei, Aru,
Industri Pengolahan APBD Kab,
Kab/Kota, Saumlaki, Wetar
(Hasil Pertanian dan Swasta
Kementan
Perkebunan)
Sumber : Peraturan Daerah RTRW Prov. Maluku 2013 - 2033

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur IV-100
4.1.8. Jumlah Penduduk
Penduduk di Provinsi Maluku bertempat tinggal di dataran yang ketinggiannya
dibawah 100 mdp l atau pada dataran rendah. Sedangkan pada dataran
menengah sekitar 100 – 500 mdp l dan dataran tinggi sekitar diatas 500 mdp l
digunakan oleh penduduk di Maluku sebagai aktivitas atau kegiatan pertanian,
perkebunan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kehutanan. Kondisi
lahan secara makro di wilayah Maluku berbukit (hilly), bergunung(mountaineous) dan
sedikit dataran (plain). Sekitar 0 – 3 persen berupa datar,4 – 8 persen berombak, 8 –
15 persen bergelombang, 15 – 50 persen curam bahkan sangat curam.

Berdasarkan data registrasi kependudukan, jumlah penduduk Provinsi Maluku


sampai Tahun 2017 berjumlah 2.420.433 jiwa. Kepadatan rata-rata penduduk sekitar
26 jiwa/km2, sedangkan persebarannya tidak merata karena adanya konsentrasi
penduduk pada wilayah-wilayah tertentu terutama pada wilayah pusat kota dan
terkonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu saja. Jumlah rata-rata penduduk per
rumah tangga di Provinsi Maluku sekitar 5 – 6 jiwa/keluarga dan laju pertumbuhan
penduduk dari Tahun 2010 – 2017 sebesar 2.57 persen.

4.1.9. Arah Pengembangan Berdasarkan RTRW Provinsi


Tujuan penataan ruang Provinsi Maluku ialah “Terwujudnya Ruang Wilayah Provinsi
Maluku sebagai Provinsi Kepulauan yang Aman, Nyaman, Produktif dan
Berkelanjutan Berbasi Pada kelautan, Perikanan, Pariwisata, Pertambangan dan
Perkebunan untuk peningkatkan perekonomian wilayah melalui pengembangan
sistem keterkaitan kepentingan nasional berbasis mitigasi bencana”.
Kebijakan pengembangan struktur ruang yang dirumuskan untuk meralisasikan
tujuan penataan ruang tersebut antara lain:
1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhirarki;
2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan;

Kebijakan tersebut dirinci dengan perumusan strategi untuk langkah


pencapaiannya. Berikut ini merupakan strategi untuk penataan ruang Provinsi
Maluku:
1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhirarki, terdiri atas:
a. Mengembangkan keterkaitan antar kota dalam kawasan antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan;
b. Mengembangkan ibukota kabupaten sebagai pusat wilayah
belakangnya;
c. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat-pusat pertumbuhan; dan
d. Mengembangkan kota-kota dan desa-desa pelabuhan di masing-
masing gugus pulau sebagai pusat startegis pengembangan.
2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan, terdiri atas:

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-103
a. Meningkatkan kualitas dan jangkauan jaringan prasarana dan
keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara yang merata di
setiap Gugus Pulau;
b. Pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan untuk
mendukung kawasan-kawasan yang sulit dijangkau oleh prasarana
Perhubungan/ transportasi, terisolir, dan rawan bencana alam, serta
kawasan-kawasan yang akan menjadi pusat-pusat pengembangan
wilayah industri dan wilayah pariwisata.
c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan
dan tak terbarukan secara merata di setiap Gugus Pulau, teristimewa untuk
mendukung pengembangan kawasan- kawasan yang potensial bagi
pengembangan perindustrian dan pertambangan;
d. Meningkatkan kualitas air baku, jaringan dan jangkauan prasarana sumber
daya air serta penyediaan air bersih dan destilasi air laut bagi daerah-
daerah yang tidak memiliki wilayah sungai; dan
e. Meningkatkan jaringan distribusi minyak dan gas secara merata di setiap
Gugus Pulau.

Menurut data Kementerian Perindustrian, jumlah perusahaan industri Besar dan


Sedang di Provinsi Maluku sebanyak 30 perusahaan. Berikut ini merupakan sebaran
berdasarkan tabel dan peta.

Tabel 4.16 Sebaran Perusahaan Industri


Kecamatan Jumlah

Maluku Tengah 6

Buru 3

Kepulauan Aru 8

Seram Bagian Barat 1

Ambon 12

Jumlah 30

Sumber: Maluku Dalam Angka, 2019

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-104
4.2 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
4.2.1 Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur
NTT terkenal dengan sebutan Flobamorata, yang merupakan kumpulan lima pulau
besar di NTT (Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata). Luas wilayah daratan NTT
adalah seluas 47.931,54 km dengan pulau Timor sebagai pulau terluas (14.732,35 km)
Wilayah administrasi di NTT tahun 2018 terbagi atas 21 kabupaten dan 1 kota. Wilayah
terluas adalah Kabupaten Sumba Timur dengan luas 7.005,00 km (14,61%) dan
Kabupaten Kupang dengan luas 5.525,83 km (11,53%). Wilayah terkecil adalah Kota
Kupang dengan luas 180,27 km (0,38%).
Karena merupakan provinsi kepulauan, akses menuju ibu kota provinsi NTT, Kupang,
ditempuh dengan beberapa sarana. Jalur darat/transportasi darat digunakan untuk
Kabupaten/Kota yang berada di pulau Timor (Kabupaten Kupang, Timor Tengah
Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, dan Kota Kupang). Untuk kabupaten lain
dapat menggunakan jalur laut dan/atau udara.
Berdasarkan letak geografisnya, Kepulauan NTT berada diantara Benua Asia dan
Benua Australia, serta diantara Samudera Indonesia dan Laut Flores yang memiliki
batas-batas sebagai berikut
o Sebelah Utara : Laut Fores
o Sebelah Barat : Provinsi Nusa Tenggara Barat
o Sebelah Selatan : Samudera Hindia
o Sebelah Timur : Negara Timor Leste

Provinsi NTT terdiri dari 21 kabupaten dan 1 Kota yang terletak ditujuh pulau besar,
yaitu:
Pulau Sumba : Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Barat Daya, dan Sumba
Tengah.
Pulau Timor : Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka,
dan Kota Kupang.
Pulau Flores : Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Nagekeo, Manggarai,
Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.
Pulau Alor : Alor
Pulau Lembata : Lembata
Pulau Rote : Rote Ndao
Pulau Sabu : Sabu Rajua

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-105
Gambar 4. 15 Peta Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-106
Arus pergerakan barang di Provinsi NTT menggambarkan kenaikan yang cukup
besar. Pergerakan ini dilakukan dengan kapal kontener, kapal perintis laut, dan
angkutan pelra. Arus pergerakan barang ke luar/ dari wilayah NTT, lebih banyak ke
Pulau. Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan NTB/Bali. Barang masuk didominasi dari Pulau
Jawa, terutama dari Surabaya, dan Sulawesi terutama dari Makassar.
Terjadi ketidakseimbangan antara barang bongkar dengan barang masuk. Arus
barang masuk/ bongkar jauh lebih banyak dibandingkan barang keluar/ muat.
Selama 3 tahun terakhir barang bongkar 65% dan muat 35% dari total kegiatan
bongkar muat sebanyak 4.97 juta ton.
Tabel 4. 18 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Klasifikasi Industri Besar
dan Sedang
Klasifikasi Industri Perusahaan Tenaga
kerja

Industri Makanan 17 828

Industri Minuman 6 317

Industri Tekstil 1 27

Industri Barang Galian 2 362


bukan logam

Industri Furniture 4 356

Jumlah 30 1890

Sumber: BPS, Nusa Tenggara Timur Dalam Angka, 2019

Tabel 4. 19 Banyaknya Perjalanan Kendaraan Barang dan Barang Melalui


Pelabuhan di NTT
Jenis Kendaraan Barang Jumlah
Lintasan Kendaraan Barang
No Gol Gol Gol Gol Gol Gol
Penyeberangan Barang (ton)
IV V VI VII VIII IX
(unit)
1 Kupang - Aimere 72 98 23 20 0 6 219 177
2 Aimere - Kupang 162 101 16 30 1 3 313 79
3 Kupang - Kalabahi 158 514 14 2 1 1 690 1456
4 Kalabahi - Kupang 54 460 12 0 1 0 527 158
5 Kupang - Larantuka 159 974 87 20 1 6 1247 664
6 Larantuka - Kupang 194 1089 78 30 8 10 1409 833
7 Kupang- Rote 1084 3980 1068 23 5 11 6171 126
8 Rote - Kupang 908 4053 1015 23 1 5 6005 19

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-107
Jenis Kendaraan Barang Jumlah
Lintasan Kendaraan Barang
No Gol Gol Gol Gol Gol Gol
Penyeberangan Barang (ton)
IV V VI VII VIII IX
(unit)
9 Kupang - Sabu 96 750 30 13 2 7 898 769
10 Sabu - Kupang 65 621 41 16 0 13 756 0
11 Kupang - Waingapu 88 252 38 2 0 1 381 586
12 Waingapu - Kupang 35 222 36 4 1 0 298 194
13 Kupang - Hansisi 1705 1258 135 35 0 10 3143 4
14 Hansisi - Kupang 1402 1209 146 23 6 10 2796 0
15 Adonara - Lewoleba 2 5 1 0 1 0 9 0
16 Lewoleba - Adonara 6 19 0 0 0 0 25 0
17 Larantuka - Adonara 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Adonara - Larantuka 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Kupang - Adonara 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Adonara - Kupang 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Kupang - Ende 27 21 6 3 0 0 57 293
22 Ende - Kupang 12 0 2 0 0 0 14 4
23 Kupang - Lewoleba 82 166 3 5 2 4 262 1743
24 Lewoleba - Kupang 31 111 6 3 1 6 158 78
Jumlah 25378 7183
Sumber: BPS, Nusa Tenggara Timur Dalam Angka, 2019

Adapun jumlah angkutan barang yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai
berikut:

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-108
Tabel 4. 20 Volume Bongkar Muat pada Setiap Pelabuhan Laut di Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Barang Peti Kemas
No Kab/Kota Pelabuhan Laut Bongkar Muat Bongkar Muat
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
1 Sumba Timur Waingapu 159.437 5.667 3.947 7.142
2 Kupang Bolok Kupang 29.770 126.791 - -
Timor Tengah
3 Wini 86.707 61.164 - -
Utara
4 Belu Atapupu 509.563 47.207 - -
5 Alor Kalabahi 44.475.626 5.554.646 - -
6 Lembata Lewoleba 2.949.896 178.320 490 324
Larantuka 82.640 26.653 2.183 662
7 Flores Timur Mananga 2.593 224 70 36
Waiwerang - Terong 16.902 3.763 372 230
Maumere (Lorensay) 38.736 1.650 10.301 10.202
8 Sikka
Wuring 31.501 14.361 - -
9 Ende Ende Ippi 241.971 117.392 - -
10 Ngada Aimere 8.649 4.278 - -
11 Manggarai Kendidi Reo 209.719 22.001 1.104 1.041
Baa / Rote 2.503.613 165.718 - -
12 Rote Ndao
Pante Baru 80.505 48.131 - -
Komodo - Rinca - - - -
13 Manggarai Barat
Labuhan Bajo 106.541 980 69.778 5.409
Sumba Barat
14 Waikelo 227.409 21.145
Daya
Marapokot 39.149 947 3.862 1.107
15 Nagekeo
Maumbawa - - - -
16 Manggarai Timur Mborong 15 8 - -
17 Sabu Raijua Sabu Seba - Raijua 45.427 188.587 - -
18 Kupang Tenau Kupang 70.042 29.819 52.979 46.715
Sumber: BPS, Nusa Tenggara Timur Dalam Angka, 2019

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-109
4.2.2 Kondisi Geografis
1. Iklim
Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal 2 musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Pada bulan Juni – September arus angin berasal dari Australia dan tidak
banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau.
Sebaliknya pada bulan Desember – Maret arus angin banyak mengandung
banyak uap air yang dari Asia Samudra Pasifik sehingga terjadi musim hujan.
Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November.
Walaupun demikian Provinsi Nusa Tenggara Timur dekat dengan Australia, arus
angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudra Pasifik
sampai di wilayah NTT kandungan uap air sudah berkurang yang
menyebebkan volume hujan lebih sedikit di banding dekat dengan Asia. Hal
ini menjadikan NTT sebagai wilayah yang tergolong kering di mana hanya 4
bulan (Januari – Maret, dan Desembar) yang keadaan relative basah dan 8
bulan sisanya relative kering.
Wilayah di NTT memiliki suhu yang bervariasi. Dari 10 stasiun meteorologi
danklimatologi di NTT, tercatat rata-rata suhutertinggi pada tahun 2018 adalah
32,50 Co dan terendah adalah 15,40 Co. Secara umum daerah NTT tergolong
panas dengan rata-rata suhu antara 27-28 Co, dengan curah hujan rata-rata
adalah 1.164 mm/tahun.

2. Topografis
Sebagain besar wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada rentang
ketinggian 100 s/d 500 meter di atas permukaan laut dengan luas ± 2.309.747
Ha, sedangkan sebagian kecil atau 3,65% wilayah Provinsi Nusa tenggara Timur
berada pada ketinggian ± 1.000 m di atas permukaan laut. Lahan dengan
Kemiringan ± 15 s/d 40% mencapai 38,07% dan lahan dengan kemiringan >40
% mencapai 35,46%.
Keadaan topografis Nusa Tenggara Timur berbukit-bukit dengan daratan
tersebar secara sporadic pada gugusan yang sempit. Pada semua pulau
dominan permukaannya berbukit dan bergunung-gunung, diapit daratan
tinggi atau perbukitan. Lahan dengan kemirigan 15º s/d 40º mencapai luasan
38,07%. Kondisis geomorfologis yang demikian menyebabkan pertanan pada
daratan sangat terbatas baik pertanian basah maupun lahan kering.
Pertanian lahan kering banyak dilkukan pada daerah-daerah dengan
kemiringan yang curam sehingga produktivitas menjadi rendah. Memilki
sebanyak 40 sungai dengan panjang berkisar antara ± 25s/d 118 km. Di
daratan Flores dan daratan Alor terdapat 11 gunung berapi dengan
ketinggian berkisar antara ± 637 s/d 2.149 m di atas permukaan laut, yang sejak
tahun 1881 sampai dengan Tahun 2004 tercatat semua gunung berapi yang
ada pernah mengalami letusan.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-110
3. Geologis
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, termasuk dalam kawasan circum-
pasifik. Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau-pulau sekitar
terbentuk secara vuklkanik dan sering terjadi patahan. Sedangakan pulau
Sumba, Sabu, Semau, Timor, dan pulau sekitranya terbentuk dari dasar laut
yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi ini maka jalur pulau-pulau
yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan daerah denagn kondisi
tanah yang subur namun labil dan berpotensi untuk terjadi bencana alam.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat berbagai deposit tambang, baik
maupun sumber-sumber energy lainnya seperti: Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn),
Emas (AU), Flourspor (Fs), Barit (Ba), Belerang (S), Posfat (Po), Zeolit (Z), Batu
Pertama (Gs), Pasir Kwarsa (Ps), Pasir (Ps), Gipsun (Ch), Batu Marmer (Mr), Batu
Gamping, Granit (Gr), Andesit (An), Balsitis, Pasir Batu (Pa), batu apung (Pu),
Tanah Diatomea (Td) Lempung/Clay (Td).

4. Demografi
Penduduk Provinsi NTT berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 adalah
sebanyak 5.371.519 jiwa yang terdiri atas 2.660.613 laki-laki dan 2.710.906
perempuan. Rasio jenis kelamin tahun 2018 adalah 98 yang berarti dari 100
perempuan hanya terdapat 98 laki-laki. Laju pertumbuhan penduduk tahun
2018 adalah 1,67 persen.

Gambar 4. 16 Diagram Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota Provinsi Nusa Tenggara


Timur

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-111
4.2.3 Potensi Pengembangan Wilayah
1. Pertanian
Pada Tahun 2018 Penduduk Provinsi NTT sebagian besar bekerja pada sektor
pertanian. Dari seluruh penduduk yang bekerja, 54,73 persen bekerja pada
sektor pertanian. Dari sisi ekonomi, sektor pertanian memberi kontribusi 28,40
persen terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi NTT tahun 2018. Luas
panen padi di NTT tahun 2018 adalah 200.877 hektar. NTT sebagai provinsi yang
beriklim kering memiliki potensi lahan pertanian bukan sawah yang cukup
menjanjikan yaitu sekitar 3,6 juta hektar. Lahan tersebut sebagian besar
diusahakan untuk menanam tanaman palawija seperti jagung dan
umbiumbian.

2. Hortikultura
Komoditas sayuran pada tahun 2018 yang paling banyak diproduksi adalah
Petsai dengan total produksi sebanyak 101.878 kuintal dengan luas panen
1.970 hektar. Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah kabupaten dengan
nilai produksi untuk Petsai terbesar di NTT (38.310 kuintal). Buah-buahan yang
paling banyak di produksi adalah buah Pisang, sebanyak 1.051.292 kuintal
pada tahun 2018. Kabupaten Sumba Barat dan Sikka, adalah kabupaten
dengan produksi pisang lebih dari 150.000 kuintal di tahun 2018.

3. Perkebunan
Komoditas perkebunan pada tahun 2018 dengan luas tanam terbesar
berturut-turut adalah kelapa, kopi dan kakao. Produksi kelapa pada tahun
2018 adalah sebanyak 69.597 ton, kopi sebanyak 20.457 ton dan kakao
sebanyak 19.806 ton.

4. Peternakan
Populasi ternak yang paling banyak di Provinsi NTT adalah babi dengan jumlah
2.141.246 ekor pada tahun 2018. Selain babi, sapi juga merupakan ternak
unggulan dari NTT dengan populasi mencapai 1.027.256 pada tahun 2018.

5. Perikanan
Produksi perikanan tangkap di laut pada tahun 2018 mencapai 72 ribu ton
dengan nilai produksi sebesar 1,8 triliun rupiah. NTT merupakan penghasil
produksi rumput laut terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi Sulawesi
Selatan. Produksi rumput laut ini memberi nilai tambah sebesar 2,9 triliun rupiah.

6. Kehutanan
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tentang
Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Serta Tata Guna Hutan Kesepakatan
(TGHK) tahun 2016, luas kawasan hutan di NTT sebesar 1,7 juta hektar. Ada
sekitar 900 ribu hektar lahan yang berstatus kritis dan 17 ribu hektar yang
berstatus sangat kritis.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-112
7. Industri
Menurut Survei Industri Besar dan Sedang 2018, ada 17 perusahaan yang
bergerak pada sektor industri makanan dengan jumlah pekerja 828 dan pada
sektor industri minuman ada 6 perusahaan dengan 317 pekerja. Jika dilihat
berdasarkan wilayahnya, ada 12 perusahaan di Kota Kupang dengan 690
pekerja, dengan nilai produksi Rp.255.342.357,- terbesar di NTT.

8. Pertambangan
Pertambangan adalah suatu kegiatan pegambilan endapan bahan galian
berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, di bawah permukaan
bumi dan di bawah permukaan air. Sebanyak 71% usaha pertambangan
berlokasi di Pulai Timor. 29% sisanya tersebar di pulau-pulau lain. Usaha
pertambangan di NTT per-2018 terdapat 342 usaha dengan lokasi terbanyak
di Kab. Timor Tengah Selatan, 85 usaha dan tersedikit di Kab. Sumba Tengah,
1 usaha. Berdasarkan ijin yang ada, terdapat 105 usaha dengan ijin eksplorasi
dan 237 usaha ijin produksi.

9. Perdagangan
Neraca perdagangan luar negeri Provinsi NTT tahun 2018 mengalami defisit
sebesar US $ 139 miliar. Nilai ekspor mencapai US $ 17,8 juta, menurun
dibanding tahun 2017. Komoditas ekspor dengan nilai terbesar adalah HS 27
Bahan Bakar Mineral, Belerang, Kapur. Timor Leste dan Singapura merupakan
negara tujuan ekspor pada tahun 2018.

NIlai impor NTT tahun 2018 sebesar US $ 157,09 juta, naik dua kali lipat dari nilai
import tahun 2017. Komoditas impor terbesar adalah HS 27 Bahan Bakar
Mineral dengan nilai US $ 61,67 juta. Malaysia adalah negara asal komoditas
dengan nilai terbesar yaitu US $ 60 juta.

Gambar 4.17 Ekspor dan Impor Negeri Provinsi Nusa Tenggara Timur (juta US
Dollar),1994-2018

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-113
4.2.4 Kondisi Transportasi Darat di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Berdasarkan lampiran Pergub No.8 tahun 2014 tentang Tata Ruang Wilayah.
Di Provinsi NTT memiliki panjang jalan Nasional: 1.407 Km dengan kondisi 90%
mantap, Jalan Strategis Nasional: 1.104 Km, dengan kondisi 40% mantap dan
Jalan Provinsi: 1.314 Km dengan kondisi 40% mantap serta Jalan
Kabupaten/Kota ± 13.000 Km. Jumlah ruas jalan Nasional dan Provinsi di NTT
adalah 228 ruas jalan. Dari kondisi yang ada masih menunjukkan bahwa akses
menuju perdesaan masih relatif rendah oleh karena kwalitas dan kwantitas
prasarana jalan.
Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini memiliki 20 (dua puluh) Pelabuhan
Penyeberangan yaitu ada 14 (empat belas) pelabuhan yang sudah dibangun
yaitu Pelabuhan Bolok (I dan II)-Kupang, Kalabahi-Alor, Waingapu-Sumba
Timur, Aimere-Ngada, Labuan Bajo-Manggarai Barat, Marapokot-Nagekeo,
Waikelo-Sumba Barat Daya, Nangakeo (Ende), Teluk Gurita (Belu), Waibalun-
Flotim, Sabu Seba-Sabu Raijua, Waijarang-Lembata, dan Pantai Baru-Rote
Ndao; serta Pelabuhan Hansisi-Kupang (menunggu serah terima untuk
dioperasikan). Pelabuhan yang sementara dibangun/dikembangkan yaitu
Pelabuhan Baranusa (Alor), Waiwerang (Flores Timur), Solor (Flores Timur), Ndao
(Rote Ndao), Sabu Seba (Sabu Raijua) dan Kewapante (Sikka), Pemana
(Sikka).
Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini sudah memiliki 73 pelabuhan laut yang
terdiri atas : 1 Pelabuhan Utama (Pelabuhan Tenau), 9 Pelabuhan Pengumpul
(Pelabuhan Laut Ippi, Larantuka, Labuan Bajo, Balauring, Lorens Say-Maumere,
Maritaing, Waingapu, Waiwadan dan Wini) dan 63 Pelabuhan Pengumpan
(Pelabuhan Laut Baranusa, Kalabahi, Atapupu, Ende, Paitoko, Lembata, Reo,
Komodo, Marapokot, Seba, Wuring, Waikelo, dan Mamboro, Dulionong, Kabir,
Kolana, Moru, Maurole, Pulau Ende, Lamakera, Menanga, Terong, Waiwerang,
Tabilota, Nunbaun Sabu, Batubao, Naikliu, Lewoleba, Wulandoni, Pulau Mules,
Robek, Bari, Rinca, Nangalili, Mborong, Nanga Baras, Waiwole, Pota, Riung,
Aimere, Maumbawa, Waebela, Ba’a, Batutua, Ndao, Oelaba, Papela, Biu,
Raijua, Hepang, Paga, Palue, Pemana, Sukun, Binanatu, Rua, Pero, Baing,
Gonggi, Pelra Waingapu, Pulau Salura, Boking dan Kolbano).
Berdasarkan ketentuan maka lokasi pembangunan UPPKB adalah pada ruas
jalan nasional dan strategis. Selain itu terdapat pertimbangan lain yaitu
rencana lokasi pembangunan UPPKB adalah pada jalan nasional luar kota,
bukan jalan nasional perkotaan. Hal ini dikarenakan sebagian besar angkutan
barang khususnya yang masuk kategori kendaraan berat tidak melalui jalan
nasional perkotaan. Berdasarkan SK PUPERA Nomor 290 Tahun 2015, berikut
daftar dan peta ruas jalan nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-114
Tabel 4. 21 Daftar Ruas Jalan Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur
PANJANG
NOMOR JAP JKP-1
NO. NAMA RUAS RUAS
RUAS ( KM ) ( KM )
( KM )
LABUHAN BAJO -
1 001 62,16 62,16
MALWATAR
JLN. WAETAMA (LABUHAN
2 001 11 K 1,60 1,60
BAJO)
JLN. VAN BEKKUM (LABUHAN
3 001 12 K 0,81 0,81
BAJO)
JLN. YOHANIS SAHADUN
4 001 13 K 1,10 1,10
(LABUHAN BAJO)
MALWATAR - BTS. KOTA
5 002 61,15 61,15
RUTENG
6 002 11 K JLN. KOMODO (RUTENG) 3,75 3,75
7 003 BTS. KOTA RUTENG - KM. 210 46,25 46,25
8 003 11 K JLN. A. YANI (RUTENG) 1,20 1,20
9 003 12 K JLN. RANAKA (RUTENG) 0,61 0,61
KM. 210 - BATAS KAB.
10 004 46,32 46,32
MANGGARAI
BATAS KAB. MANGGARAI -
11 005 40,82 40,82
SP. BAJAWA
BTS. KOTA BAJAWA -
12 006 15,51 15,51
MALANUZA
JLN. GATOT SUBROTO
13 006 11 K 2,15 2,15
(BAJAWA)
JLN. AHMAD YANI
14 006 12 K 0,46 0,46
(BAJAWA)
JLN. SOEKARNO - HATTA
15 006 13 K 0,80 0,80
(BAJAWA)
16 007 MALANUZA - GAKO 18,05 18,05
17 008 GAKO - AEGELA 32,66 32,66
18 009 AEGELA - BTS. KOTA ENDE 53,56 53,56
19 009 11 K JLN. ARAH BAJAWA (ENDE) 1,00 1,00
20 009 12 K JLN. PERWIRA (ENDE) 0,12 0,12
21 009 13 K JLN. SOEKARNO (ENDE) 0,40 0,40
22 009 14 K JLN. KATEDRAL (ENDE) 0,73 0,73

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-115
PANJANG
NOMOR JAP JKP-1
NO. NAMA RUAS RUAS
RUAS ( KM ) ( KM )
( KM )
23 010 BTS. KOTA ENDE - DETUSOKO 27,64 27,64
24 010 11 K JLN. A. YANI (ENDE) 1,42 1,42
JLN. GATOT SUBROTO
25 010 12 K 2,74 2,74
(ENDE)
26 010 13 K JLN. KESEHATAN (ENDE) 0,56 0,56
27 011 DETUSOKO - WOLOGAI 9,07 9,07
28 012 WOLOGAI - JUNCTION 9,19 9,19
29 013 JUNCTION - WOLOWARU 13,48 13,48
30 014 WOLOWARU - LIANUNU 13,97 13,97
31 015 LIANUNU - HEPANG 47,69 47,69
32 016 HEPANG - NITA 6,97 6,97
33 017 NITA - WOLOARA 5,04 5,04
WOLOARA - BTS. KOTA
34 018 3,91 3,91
MAUMERE
JLN. GAJAH MADA
35 018 11 K 1,27 1,27
(MAUMERE)
JLN. NONGMEAK
36 018 12 K 0,69 0,69
(MAUMERE)
JLN. SUGIYO PRANOTO
37 018 13 K 0,44 0,44
(MAUMERE)
BTS. KOTA MAUMERE -
38 019 5,00 5,00
WAEPARE
39 019 11 K JLN. A. YANI (MAUMERE) 1,86 1,86
40 019 12 K JLN. SUDIRMAN (MAUMERE) 1,99 1,99
41 020 WAEPARE 26,69 26,69
42 021 KM 180 - WAERUNU 36,11 36,11
WAERUNU - BTS. KOTA
43 022 64,05 64,05
LARANTUKA
JLN. BASUKI RAHMAT
44 022 11 K 4,45 4,45
(LARANTUKA)
JLN. HERMAN FERNANDES
45 022 12 K 1,18 1,18
(LARANTUKA)
JLN. YOAKIM BL. DEROSARI
46 022 13 K 1,98 1,98
(LARANTUKA)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-116
PANJANG
NOMOR JAP JKP-1
NO. NAMA RUAS RUAS
RUAS ( KM ) ( KM )
( KM )
JLN. RENHA ROSARI
47 022 14 K 1,94 1,94
(LARANTUKA)
JLN. YOS SUDARSO
48 022 15 K 0,94 0,94
(LARANTUKA)
49 023 BOLOK - TENAU 4,33 4,33
50 024 11 K JLN. KE TENAU (KUPANG) 5,26 5,26
51 024 13 K JLN. PAHLAWAN (KUPANG) 2,82 2,82
52 024 14 K JLN. SUKARNO (KUPANG) 0,77 0,77
53 024 15 K JLN. A. YANI (KUPANG) 1,10 1,10
JLN. URIP SUMOHARJO
54 024 16 K 0,30 0,30
(KUPANG)
55 025 13 K JLN. TIMOR TIMUR (KUPANG) 6,71 6,71
SIMPANG OESAPA -
56 026 11 K 3,85 3,85
LAP.TERBANG ELTARI
57 026 12 K JLN. RAYA ELTARI (KUPANG) 8,10 8,10
58 026 13 K JLN. MOH. HATTA (KUPANG) 0,45 0,45
59 026 14 K JLN. SOEDIRMAN (KUPANG) 1,75 1,75
JLN. JLN. SOEHARTO
60 026 15 K 1,50 1,50
(KUPANG)
61 026 16 K JLN. A. NISNONI (KUPANG) 6,60 6,60
62 027 OESAPA - OESAO 16,33 16,33
63 027 11 K OESAPA - OESAO 3,49 3,49
64 028 OESAO - BOKONG 41,98 41,98
65 029 BOKONG - BATUPUTIH 7,02 7,02
66 030 BATUPUTIH - BTS. KOTA SOE 28,09 28,09
67 030 11 K JLN. GAJAH MADA (SOE) 4,31 4,31
68 030 12 K JLN. SUDIRMAN (SOE) 0,20 0,20
69 031 BTS. KOTA SOE - NIKINIKI 20,40 20,40
70 031 11 K JLN. DIPONEGORO (SOE) 1,03 1,03
71 031 12 K JLN. A. YANI (SOE) 5,36 5,36
72 032 NIKINIKI - NOELMUTI 44,22 44,22
NOELMUTI - BTS. KOTA
73 033 6,11 6,11
KEFAMENANU

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-117
PANJANG
NOMOR JAP JKP-1
NO. NAMA RUAS RUAS
RUAS ( KM ) ( KM )
( KM )
JLN. PATTI MURA
74 033 11 K 0,98 0,98
(KEFAMENANU)
75 033 12 K JLN. KARTINI (KEFAMENANU) 1,58 1,58
76 033 13 K JLN. ELTARI (KEFAMENANU) 7,51 7,51
BTS. KOTA KEFAMENANU -
77 034 12,70 12,70
MAUBESI
78 034 11 K JLN. A. YANI (KEFAMENANU) 4,39 4,39
MAUBESI - NESAM
79 035 13,96 13,96
(KIUPUKAN)
NESAM (KIUPUKAN) -
80 036 32,88 32,88
HALILULIK
HALILULIK - BTS. KOTA
81 037 16,22 16,22
ATAMBUA
82 037 11 K JLN. SUPRAPTO (ATAMBUA) 1,42 1,42
83 037 12 K JLN. SUPOMO (ATAMBUA) 1,03 1,03
84 037 13 K JLN. M. YAMIN (ATAMBUA) 1,18 1,18
85 037 15 K JLN. SOEKARNO (ATAMBUA) 1,34 1,34
BTS. KOTA ATAMBUA -
86 038 30,46 30,46
MOTOAIN
JLN. MARTADINATA
87 038 11 K 0,95 0,95
(ATAMBUA)
JLN. YOS SUDARSO
88 038 12 K 2,38 2,38
(ATAMBUA)
JLN. KI HAJAR DEWANTORO
89 038 13 K 1,20 1,20
(ATAMBUA)
90 038 14 K JLN. SUTOMO (ATAMBUA) 0,15 0,15
BTS. KOTA KEFAMENANU -
91 039 19,31 19,31
OLEFAUB
92 040 WAIKELO - WAITABULA 5,04 5,04
WAITABULA - BTS. KOTA
93 041 32,29 32,29
WAIKABUBAK
JLN. SUDIRMAN
94 041 11 K 5,55 5,55
(WAIKABUBAK)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-118
PANJANG
NOMOR JAP JKP-1
NO. NAMA RUAS RUAS
RUAS ( KM ) ( KM )
( KM )
BTS. KOTA WAIKABUBAK -
95 042 61,44 61,44
BATAS KAB. SUMBA TIMUR
JLN. SUDIRMAN
96 042 11 K 4,25 4,25
(WAIKABUBAK)
BATAS KAB. SUMBA TIMUR -
97 043 32,82 32,82
KM. 35.00
KM. 35,00 - BTS. KOTA
98 044 28,38 28,38
WAINGAPU
99 044 11 K JLN. SUPRAPTO (WAINGAPU) 0,84 0,84
JLN. PANJAITAN
100 044 12 K 0,53 0,53
(WAINGAPU)
JLN. MT. HARYONO
101 044 13 K 0,71 0,71
(WAINGAPU)
102 044 14 K JLN. A. YANI (WAINGAPU) 1,19 1,19
JLN. DIPONEGORO
103 044 15 K 0,92 0,92
(WAINGAPU)
JLN. GAJAH MADA
104 044 16 K 0,61 0,61
(WAINGAPU)
JLN. ADAM MALIK
105 044 17 K 2,66 2,66
(WAINGAPU)
JLN. MATAWI AMAHUL
106 044 18 K 2,16 2,16
(WAINGAPU)
JLN. NANSA MESI
107 044 19 K 0,70 0,70
(WAINGAPU)
108 045 WAINGAPU - MELOLO 57,85 57,85
JLN. GATOT SUBROTOA
109 045 11 K 1,82 1,82
(WAINGAPU)
JLN. PATTIMURA
110 045 12 K 0,72 0,72
(WAINGAPU)
111 045 13 K JLN. ANGKASA (WAINGAPU) 0,78 0,78
JLN. CENDANA
112 045 14 K 2,31 2,31
(WAINGAPU)
113 046 MELOLO - BAING 56,70 56,70

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-119
PANJANG
NOMOR JAP JKP-1
NO. NAMA RUAS RUAS
RUAS ( KM ) ( KM )
( KM )
BTS. KOTA KALABAHI -
114 047 40,65 40,65
TARAMANA
115 047 11 K JLN. KARTINI (KELABAHI) 0,27 0,27
JLN. DEWI SARTIKA
116 047 12 K 0,94 0,94
(KALABAHI)
117 047 13 K JLN. SUDIRMAN (KALABAHI) 1,35 1,35
JLN. PANGLIMA POLIM
118 047 14 K 0,63 0,63
(KALABAHI)
JLN. GATOT SUBROTO
119 047 15 K 0,42 0,42
(KALABAHI)
JLN. SAMRATULANGI
120 047 16 K 0,75 0,75
(KALABAHI)
121 047 17 K JLN. PATTIMURA (KALABAHI) 1,13 1,13
TARAMANA - LANTOKA -
122 048 57,67 57,67
MARITAING
JUNCTION - LAPANGAN
123 049 8,42 8,42
TERBANG MALI
JLN. LINGKAR LUAR KOTA
124 050 22,00 22,00
KUPANG
BTS. KOTA RUTENG - REO -
125 057 63,41 63,41
KEDINDI
JLN. MUTANG RUA
126 057 11 K 0,66 0,66
(RUTENG)
127 057 12 K JLN. WAE CEES (RUTENG) 1,41 1,41
128 057 13 K JLN. SATOR TACIK (RUTENG) 1,38 1,38
129 058 PAPELA - PANTEBARU 25,95 25,95
130 059 PANTEBARU - BAA 30,75 30,75
131 060 BOLOW - SEBA 25,15 25,15
132 061 SEBA - MESARA 20,12 20,12
133 062 JUNCTION - KELIMUTU 13,40 13,40
134 063 AEGELA - DANGA (MBAY) 29,46 29,46
DANGA (MBAY) - NILA -
135 064 12,00 12,00
MARAPOKOT
136 065 WAILEBE - SP. SAGU 38,36 38,36

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-120
PANJANG
NOMOR JAP JKP-1
NO. NAMA RUAS RUAS
RUAS ( KM ) ( KM )
( KM )
SP. SAGU - SP. WITIHAMA -
137 066 13,70 13,70
PELABUHAN DERI (ASDP)
138 067 WAEJARANG - BALAURING 61,45 61,45
139 068 BARANUSA - KABIR 33,10 33,10
TOTAL 1857,9 1052,33 805,58
Sumber: SK PUPERA Nomor 290/KPTS/M/2015

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-121
Gambar 4. 18 Peta Ruas Jalan Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pulau Sumba dan Pulau Flores)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-122
Gambar 4. 19 Peta Ruas Jalan Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Pulau Timor)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-123
4.2.5 Kondisi Transportasi Laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur
A. Pelabuhan Laut
NTT merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 1.192 pulau, 432 pulau
diantaranya sudah mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum
mempunyai nama. 42 pulau dihuni dan 1.150 pulau tidak dihuni, Diantara 432
pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar: Flores, Sumba, Timor dan
Alor (FLOBAMORA) dan pulau-pulau kecil antara lain: Adonara, Babi, Lomblen,
Pamana Besar, Panga Batang, Parmahan, Rusah, Samhila, Solor (masuk
wilayah Kabupaten Flotim/ Lembata), Pulau Batang, Kisu, Lapang, Pura, Rusa,
Trweng (Kabupaten Alor), Pulau Dana, Doo, Landu Manifon, Manuk, Pamana,
Raijna, Rote, Sarvu, Semau (Kabupaten Kupang/ Rote Ndao), Pulau Loren,
Komodo, Rinca, Sebabi, Sebayur Kecil, Sebayur Besar Serayu Besar (Wilayah
Kabupaten Manggarai), Pulau Untelue (Kabupaten Ngada), Pulau Halura
(Kabupaten Sumba Timur, dll.) Pembangunan pelabuhan laut ini sangat
dibutuhkan masyarakat, terlihat dengan tingginya arus penumpang yang ada
dipelabuhan begitupun bongkar muat barang yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun, sehingga Pemerintah daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur
untuk menjawab tuntutan masyarakat diharuskan membangun sejumlah
pelabuhan di daerah-daerah yang memiliki demand tinggi dan
membutuhkan supply untuk mobilisasi masyarakat melalui moda laut.
Keberadaan prasarana dan sarana transportasi laut yang handal telah
manjadi harapan dan kebutuhan mendesak dalam rangka mendukung
pengembangan wilayah Nusa Tenggara Timur, mengingat potensi daerah ini
yang besar dengan keunggulan kompetitif pada sektor-sektor perkebunan
(kakao, cengkeh, jambu mete), perikanan laut ( tuna dan cakalang),
tanaman pangan (padi, dan jagung), pertambangan (Nikel, aspal, gamping,
kwarsa dan marmer) selain itu, terdapat potensi lain pada wilayah Nusa
Tenggara Timur yang memiliki keunggulan komparatif yang juga membutukan
dukungan prasarana dan sarana transportasi laut yang handal , Potensi
tersebut adalah ecu-cultural tourism didasarkan atas keunikan budaya lokal
dan keanekaragam.
Dengan meningkatnya pengguna jasa angkutan laut di Nusa Tenggara Timur,
maka pelayanan dan jaringan prasarana pelabuhan, perlu ditingkatkan dan
perlu adanya pengembangan di beberapa sektor. Hal ini dapat menjaga
aksesibilitas masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, maka Pemerintah telah melakukan perhatian khusus kepada
beberapa jaringan transportasi laut seperti pelabuhan-pelabuhan berikut :
Pelabuhan Tenau, Pelabuhan Maumere (Kab. Sikka), Pelabuhan Ippi (Ende),
dan Pelabuhan Labuanbajo.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-124
Pelabuhan Tenau Pelabuhan Maumere

Pelabuhan Ippi Pelabuhan Labuanbajo

Gambar 4. 20 Kondisi Pelabuhan Laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur

B. Pelabuhan Penyeberangan
Kondisi geografis Nusa Tenggara Timur Daratannya yang selalu dipisahkan oleh
laut, sehingga untuk menghubungkan daratan yang satu dengan daratan
yang lain harus menggunakan penyeberangan fery yaitu untuk memindahkan
orang dan barang dari daerah yang satu ke daerah yang lain yang dipisahkan
oleh laut/sungai. Pelabuhan Penyeberangan yang ada di Nusa Tenggara
Timur berada di 21 titik dalam Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Kapal Penyeberangan merupakan transportasi laut yang digunakan
masyarakat untuk melintas antar pulau dalam provinsi ataupun lintas antar
provinsi. Di Nusa Tenggara Timur, kapal penyeberangan sangatlah berperan
penting demi kelancaran arus orang dan barang, Melayani Angkutan
penumpang antar pulau, baik antar kabupaten maupun antar provinsi,kondisi
kapal penyeberangan di provinsi Nusa Tenggara Timur cukup baik. Jaringan
Pelayanan Transportasi Penyeberangan dalam Wilayah Nusa Tenggara Timur
yaitu;
1. Bolok (I dan II)-Kupang
2. Kalabahi-Alor
3. Waingapu-Sumba Timur
4. Aimere-Ngada
5. Labuan Bajo-Manggarai Barat
6. Marapokot-Nagekeo
7. Waikelo-Sumba Barat Daya
8. Nangakeo (Ende)
9. Teluk Gurita (Belu)
10. Waibalun-Flotim

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-125
11. Sabu Seba-Sabu Raijua
12. Waijarang-Lembata
13. Pantai Baru-Rote, serta;
14. Pelabuhan Hansisi-Kupang (menunggu serah terima untuk dioperasikan)

Pelabuhan yang sementara dibangun/dikembangkan yaitu


1. Pelabuhan Baranusa (Alor)
2. Waiwerang (Flores Timur)
3. Solor (Flores Timur)
4. Ndao (Rote Ndao)
5. Sabu Seba (Sabu Raijua)
6. Kewapante (Sikka)
7. Pemana (Sikka).

Gambar 4. 21 Peta Alur Penyeberangan Antar Wilayah di Provinsi Sulawesi Tenggara

Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal
di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku
petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran
digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh karena itu
harus melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus yang tidak
terlalu kuat. Berikut beberapa gambaran kondisi pelabuhan Penyeberangan Ferry di
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-126
1. Pelabuhan Penyeberangan Labuan Bajo
FASILITAS DARAT

Loket penjualan tiket yang masih Calon penumpang membeli tiket di loket
menggunakan kantor asdp labuan bajo penjualan tiket yang masih menggunakan
kantor asdp labuan bajo

Lampu penerangan di area pelabuhan Area pelabuhan penyeberangan yang


penyeberangan yang rusak masih dalam proses pekerjaan
pembangunan

Area pelabuhan penyeberangan yang Bangunan gedung yang sementara dalam


masih dalam proses pekerjaan proses pengerjaan di lokasi pelabuhan
pembangunan penyeberangan

Gambar 4. 22 Visualisasi Fasilitas Darat Pelabuhan Penyeberangan Labuan Bajo

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-127
KONDISI EKSISTING PELABUAN LABUAN BAJO

Gambar 4. 23 Kondisi Eksisting Pelabuhan Penyeberangan Labuan Bajo

PROGRESS PENGEMBANGAN PELABUAN LABUAN

Keterangan :
A = Pelabuhan Ferry Baru ( Dlm Proses)
B = Area Komersial (Selesai)
C = Area Hotel (Tahap I Selesai, Tahap II Dlm
Proses)
F D = Area Beach Pool (Dlm Proses)
E = Dermaga Marina (Dlm Proses)
E Baru (Dlm Proses Finishing)
F = Dermaga Ferry

A
C D
B

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-128
3D VISUAL & DAT A BANGUNAN

KOMERSIL HOTEL

Gambar 4. 24 Data Bangunan Pelabuhan Penyeberangan Labuan Bajo

FASILITAS LAUT

Causeway Trestle Catwalk

Breasting Dolphin Mooring Dolphin Movaible Bridge (MB)

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-129
Bolder/Bolar Fender Frontal Frame

Ruang Kontrol MB

Gambar 4. 25 Visualisasi Fasilitas Laut Pelabuhan Penyeberangan Labuan Bajo

2. Pelabuhan Penyeberangan Kewapante


FASILITAS DARAT

Lapangan Parkir Lampu Penerangan di Area


Gedung Operasional Kantor
Pelabuhan

Pos Penjagaan Fiber Air Bersih Bak Penampungan Air


Bersih

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-130
Genset Untuk Operasional Pintu Gerbang Pelabuhan Rumah Dinas/Mess
Kantor

Toilet
Rumah Genset Pelabuhan Ruang Tunggu

Gambar 4. 26 Visualisasi Fasilitas Darat Pelabuhan Penyeberangan Kawepante

FASILITAS LAUT

Frontal Frame
Bolder/Bolar Fender

Ruang Kontrol MB Movaible Bridge (MB) Genset Untuk MB

Gambar 4. 27 Visualisasi Fasilitas Laut Pelabuhan Penyeberangan Kawepante

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-131
3. Pelabuhan Penyeberangan Pemana
FASILITAS DARAT

Gedung Operasional Lapangan Parkir Lampu Penerangan


Kantor

Pos Penjagaan Fiber Air Bersih Rumah Dinas / Mes 1

Rumah Genset Pintu Gerbang Rumah Dinas/Mes 2


Pelabuhan

Ruang Kantor Ruang Tunggu Toilet

Gambar 4. 28 Visualisasi Fasilitas Darat Pelabuhan Penyeberangan Pemana

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-132
FASILITAS LAUT

Trestle Breasting dolphin Catwalk

Bolder/Bolar Fender Frontal Frame

Genset Untuk MB Movaible Bridge (MB) Rumah MB

Gambar 4. 29 Visualisasi Fasilitas Laut Pelabuhan Penyeberangan Pemana

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-133
4. Pelabuhan Penyeberangan Nangakeo
FASILITAS DARAT

Gedung Operasional Kantor Lapangan Parkir Lampu Penerangan di Area


Pelabuhan

Rumah Dinas / Mess WC / Toilet Pintu Gerbang Pelabuhan

Akses Menuju Pelabuhan Ruang Tunggu


Penyeberangan

Gambar 4. 30 Visualisasi Fasilitas Darat Pelabuhan Penyeberangan Nangakeo

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-134
FASILITAS LAUT

Catwalk Trestle Mooring Dolphin

Breasting Dolphin Frontal Frame Movable Bridge (MB)

Bolder/Bolar SBNP Darat Ruang Kontrol MB

Genset di Ruang Kontrol MB Talut/Turap

Gambar 4. 31 Visualisasi Fasilitas Laut Pelabuhan Penyeberangan Pemana

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-135
4.2.6 Rencana Tata Ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur
1. Rencana Struktur Ruang
A. Jaringan Transportasi Darat
1. Jaringan jalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas:
a) jaringan jalan strategis nasional rencana, meliputi:
1) ruas jalan yang menghubungkan Wailebe - Waiwadan – Kolilanang -
Sagu - Waiwuring di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur;
2) ruas jalan yang menghubungkan Lewoleba - Balauring di Pulau
Lembafa;
3) ruas jalan yang menghubungkan Baranusa - Kabir di Pulau Pantar,
Kabupaten Alor;
4) ruas jalan yang menghubungkan Batuputih - Panite - Kalbano – Oinlasi
- Boking - Wanibesak - Besikama - Webua - Motamasin - Batas Timor
Leste di Pulau Timor;
5) ruas jalan yang menghubungkan titik tengah ruas jalan Bolok – Tenau
dengan Sp. Lap. Terbang di Kabupaten Kupang;
6) ruas jalan yang menghubungkan Mesara - Seba - Bollow di Pulau Sabu;
7) ruas jalan yang menghubungkan Batutua - Baa - Pantebaru – Papela -
Eakun di Pulau Rote;
8) ruas jalan yang menghubungkan Nggorang - Kondo - Hita - Kendidi dan
ruas jalan yang menghubungkan Reo - Pota - Waikelambu – Riung -
Mboras - Danga - Nila - Aeramo - Kaburea - Nabe - Ronokolo – Maurole
- Kotabaru - Koro - Magepanda - Maumere di Pulau Flores; dan
9) ruas jalan yang menghubungkan Waingapu - Melolo - Ngalu - Baing di
Pulau Sumba.
b) jaringan jalan arteri primer, dengan status jalan nasional, meliputi:
1) Jalan Lintas Pulau Flores meliputi ruas jalan :
• Labuan Bajo - Malwatar;
• Malwatar - Bts Kota Ruteng;
• Jln Komodo (Kota Ruteng);
• Batas Kota Ruteng - Km 210;
• Jln A. Yani (Kota Ruteng);
• Jln Ranaka (Kota Ruteng);
• Km 210 - Batas Kab. Manggarai;
• Batas Kab. Manggarai - Sp. Bajawa;
• Batas Kota Bajawa - Malanuza;
• Jin Gatot Subroto (Bajawa);
• Jln A.Yani (Bajawa);
• Jln Soekarno-Hatta (Bajawa);
• Malanuza - Gako;
• Gako - Aegela;
• Aegela - Batas Kota Ende;
• Jln Arah Bajawa (Ende);
• Jln Perwira (Ende);

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-136
• Jln Soekarno (Ende);
• Jln Katedral (Ende);
• Batas Kota Ende - Detusoko;
• Jln A. Yani (Ende);
• Jln Gatot Subroto (Ende);
• Detusoko - Wologai;
• Wologoi - Junction;
• Junction - Wolowaru;
• Wolowaru - Lianunu;
• Lianunu - Hepang;
• Hepang - Nita;
• Nita - Woloara;
• Woloara - Batas Kota Maumere;
• Jln Gajahmada (Maumere);
• Jln Nongmeak (Maumere);
• Jln Sugiyo Pranoto (Maumere);
• Jln Kontercius (Maumere);
• Batas Kota Maumere - Waepare;
• Jln A. Yani (Maumere);
• Waepare-Km 180;
• Km 180-Waerunu;
• Waenuru - Batas Kota Larantuka;
• Jln Basuki Rahmat (Larantuka);
• Jln Herman Fernandes (Larantuka);
• Jln Yoakim Bl. Derosari (Larantuka);
• Jln Renha Rosari (Larantuka);
• Jln Yos Sudarso (Larantuka);
2) Jalan Lintas Pulau Timor meliputi ruas jalan;
• Bolok - Tenau;
• Jln Ke Tenau (Kupang);
• Jln Tua Bata (Kupang);
• Jln Pahlawan (Kupang);
• Jln Soekarno (Kupang);
• Jln A.Yani (Kupang);
• Jln Siliwangi (Kupang);
• Jln Sumba - Sumatera (Kupang);
• Jln Timor - Timur (Kupang);
• Simpang Oesapa - Lap.Terbang Eltari;
• Jln Raya Eltari;
• Oesapa - Oesao;
• Oesao - Bokong;
• Bokong - Batuputih;
• Batuputih - Batas Kota Soe;
• Jln Gajahmada (Soe);
• Jln Sudirman (Soe);

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-137
• Batas Kota Soe - Niki-niki;
• Jln Diponegoro (Soe);
• Jln A. Yani (Soe);
• Niki-niki - Noelmuti;
• Noelmuti - Batas Kota Kefamenanu;
• Jln Pattimura (Kefamenanu);
• Jln Kartini (Kefamenanu);
• Jln Eltari (Kefamenanu);
• Jln Basuki Rahmat (Kefamenanu);
• Batas Kota Kefamenanu – Maubesi;
• Jln A. Yani (Kefamenanu);
• Maubesi - Nesam (Kiupukan);
• Nesam (Kiupukan) - Halilulik;
• Halilulik - Bts Kota Atambua;
• Jln Suprapto (Atambua);
• Jln Supomo (Atambua);
• Jln M.Yamin (Atambua);
• Jln Basuki Rahmat (Atambua);
• Batas Kota Atambua - Motaain;
• Jln Martadinata (Atambua);
• JI.Yos Sudarso (Atambua).
c) Jaringan jalan kolektor primer K1, dengan status jalan nasional, meliputi:
1) Jalan Lintas Pulau Flores pada ruas jalan:
• batas Kota Ruteng - Reo - Kendidi;
• Jln Mutang Rua (Ruteng);
• Jln Wae Cees (Ruteng);
• Jln Satar Tacik (Ruteng).
2) Jalan Lintas Pulau Timor pada ruas jalan:
• ruas jalan Batas Kota Kefamenanu - Oelfaub;
• Jl. Diponegoro (Kefamananu);
• Jl. Sukarno (Kefamenanu);
• Jl. Ketumbar (Kefamenanu).
3) Jalan Lintas Pulau Sumba meliputi ruas jalan:
• Waikelo - Waitabula/Tambolaka;
• Waitabula/Tambolaka - Batas Kota Waikabubak;
• Jln Sudirman (Waikabubak);
• Batas Kota Waikabubak - Batas Kabupaten Sumba Timur;
• Batas Kabupaten Sumba Timur - Km 35;
• Km 35 - Batas Kota Waingapu;
• Jln Suprapto (Waingapu);
• Jln Panjaitan (Waingapu);
• Jln MT.Haryono (Waingapu);
• Jln A. Yani (Waingapu);
• Jln Diponegoro (Waingapu);
• Jln Gajahmada (Waingapu);

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-138
• Jln Adam Malik (Waingapu);
• Jln Matawai Amahu (Waingapu);
• Jln Nanga Mesi (Waingapu);
4) Jalan Lintas Pulau Alor meliputi ruas jalan :
• Batas Kota Kalabahi - Taramana;
• Jln Kartini (Kalabahi);
• Jln Dewi Sartika (Kalabahi);
• Jln Sudirman (Kalabahi);
• Jln Panglima Polim (Kalabahi);
• Jln Gatot Subroto (Kalabahi);
• Jln Samratulangi (Kalabahi);
• Jln Pattimura (Kalabahi);
• Taramana - Lantoka - Maritaing;
• Junction - Lapangan Terbang Mali.
d) Jaringan jalan kolektor primer, dengan status jalan Provinsi, meliputi ruas
jalan :
1) jaringan jalan yang ada di Pulau Timor, meliputi ruas jalan :
• Oelmasi - Amarasi;
• Oelmasi - Sulamu - Amfoang Utara - Oepoli;
• Takari - Amfoang Utara;
• Oepoli - Eban - Kefamenanu;
• Batu Putih - Amanuban Selatan;
• Amanuban Tengah - Boking;
• Amanatun Selatan - Amanatun Utara;
• Soe - Mollo Utara;
• Kefamenanu - Napan;
• Kefamenanu - Wini - Biboki Anleu - Atapupu;
• Atambua - Lamaknen - Haekesak; dan
• Malaka Tengah - Boking - Kolbano - Amanuban Selatan - Amarasi
- Kupang Barat (Selatan Timor).
2) jaringan jalan yang ada di Pulau Sumba, meliputi ruas jalan :
• Waitabula (Tambolaka) - Kodi Utara - Kodi – Lamboya -
Wanokaka - Waikabubak - Loli - Mamboro;
• Waingapu - Umalulu - Rindi - Wula Waijelu - Ngadu Ngala - Karera
- Tabundung - Katala Hamu Lingu;
• Waingapu - Kambaera - Matawai La Pawu - Paberiwai.
3) jaringan jalan yang ada di Pulau Flores, meliputi ruas jalan :
• Maumere - Magepanda - Maurole - Wewaria - Aesesa - Riung –
Sambi - Rampas - Reok - Labuan Bajo (Flores Utara);
• Ende - Wewaria;
• Aesesa - Boawae - Mauponggo – Golewa;
• Bajawa - Wolomese - Riung;
• Satar Mese - Langke Rembong - Cibal - Reok; dan
• Nangalili - Lembor.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-139
4) jaringan jalan yang ada di Pulau Rote, yaitu ruas jalan Batutua - Ba'a -
Papela;
5) jaringan jalan yang ada di Pulau Alor, yaitu ruas jalan Kalabahi - Alor
Barat Daya;
6) jaringan jalan yang ada di Pulau Lembata meliputi ruas jalan :
• Nubatukan - Buyasuri; dan
• Nubatukan - Atadei.
7) jaringan jalan yang ada di Pulau Sabu, yaitu ruas jalan Sabu Timur –
Sabu Barat - Hawu Mehara.
e) jaringan jalan perbatasan meliputi ruas jalan :
1) Wini - Maubesi - Sakato - Wini - Atapupu;
2) Mota'ain-Atapupu-Atambua;
3) Napan - Kefamenanu;
4) Motamasin - Halilulik;
5) Haekesak - Atambua;
6) Ba'a-Papela;
7) Kalabahi - Taramana- Maritaing;
8) Seba - Bollow; dan
9) Haumeni Ana - Soe.

2. Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor di Provinsi NTT atau


jembatan timbang terdiri atas:
a. Jembatan timbang eksisting yaitu UPPKB Watu Alo di Kabupaten Ruteng,
UPPKB Nun Baun Sabu di Kota Kupang dan UPPKB Oesapa di Kota Kupang
(Non-Aktif); dan
b. Rencana pembangunan UPPKB terdapat di, Kabupaten Kupang, Kota
Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Sumba Timur,
Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Manggarai Barat.

B. Jaringan Transportasi Laut


1. Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas:
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
Tatanan kepelabuhanan terdiri atas :
a. pelabuhan utama;
b. pelabuhan pengumpul;
c. pelabuhan pengumpan; dan
d. terminal khusus.
2. Pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Nusa Lontar-Tenau yang berfungsi
sebagai jaringan transportasi laut internasional untuk pelayanan kapal
penumpang, pariwisata, ekspor, dan angkutan peti kemas ekspor-impor
barang kerajinan, seni dan pelayanan sembilan bahan pokok.
3. Pelabuhan pengumpul terdiri atas :
a. Pelabuhan Waingapu di Kabupaten Sumba Timur;
b. Pelabuhan Maumere di Kabupaten Sikka;

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-140
c. Pelabuhan Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara;
d. Pelabuhan Ippi di Kabupaten Ende;
e. Pelabuhan Larantuka di Kabupaten Flores Timur;
f. Pelabuhan Waiwadan di Kabupaten Flores Timur;
g. Pelabuhan Atapupu di Kabupaten Belu;
h. Pelabuhan Maritaing di Kabupaten Alor; dan
i. Pelabuhan Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat.
4. Pelabuhan pengumpan terdiri atas :
a. Pelabuhan Balauring di Kabupaten Lembata;
b. Pelabuhan Wuring di Kabupaten Sikka;
c. Pelabuhan Wairiang di Kabupaten Lembata;
d. Pelabuhan Baranusa di Kabupaten Alor;
e. Pelabuhan Paitoko di Kabupaten Alor;
f. Pelabuhan Kalabahi di Kabupaten Alor;
g. Pelabuhan Komodo di Kabupaten Manggarai Barat;
h. Pelabuhan Maropokot di Kabupaten Nagekeo;
i. Pelabuhan Reo di Kabupaten Manggarai;
j. Pelabuhan Seba di Kabupaten Sabu Raijua;
k. Pelabuhan Waikelo di Kabupaten Sumba Barat Daya;
l. Pelabuhan Aimere di Kabupaten Ngada;
m. Pelabuhan Biu di Kabupaten Sabu Raijua;
n. Pelabuhan Baa di Kabupaten Rote Ndao;
o. Pelabuhan Batutua di Kabupaten Rote Ndao;
p. Pelabuhan Boking di Kabupaten Kupang;
q. Pelabuhan Kolana di Kabupaten Alor;
r. Pelabuhan Kabir di Kabupaten Alor;
s. Pelabuhan Lewoleba di Kabupaten Lembata;
t. Pelabuhan Mborong di Kabupaten Manggarai Timur;
u. Pelabuhan Maurole di Kabupaten Ende;
v. Pelabuhan Mbaing di Kabupaten Sumba Timur;
w. Pelabuhan Nangalili di Kabupaten Labuan Bajo;
x. Pelabuhan Ndao di Kabupaten Rote Ndao;
y. Pelabuhan Oelaba di Kabupaten Rote Ndao;
z. Pelabuhan Papela di Kabupaten Rote Ndao;
aa. Pelabuhan Robek di Kabupaten Manggarai Timur;
bb. Pelabuhan Rua di Kabupaten Sumba Barat;
cc. Pelabuhan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua;
dd. Pelabuhan Waiwerang di Kabupaten Flores Timur; dan
ee. Pelabuhan Naikliu di Kabupaten Kupang.
5. Terminal khusus terdiri atas :
a. Pelabuhan Pertamina dan Pelabuhan El Nusa di Kabupaten Kupang
yang merupakan pelabuhan khusus minyak/energi yang berfungsi
sebagai pelabuhan distribusi/transit bahan bakar;
b. Pelabuhan rakyat yang tersebar di seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur
yang berfungsi sebagai pelabuhan khusus perikanan;

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-141
c. Pelabuhan terpadu di Kabupaten Sumba Tengah yang direncanakan
dibangun dalam rangka pengembangan ekonomi dengan fungsinya:
nelayan, wisata dan pelabuhan umum; dan
d. Pelabuhan Ecoport di Kota Kupang yang direncanakan dibangun
dalam rangka pengembangan pelabuhan berwawasan lingkungan,
dengan fungsi pariwisata, umum dan pendaratan ikan yang
berwawasan lingkungan.
Alur pelayaran terdiri atas :
a. Alur pelayaran internasional meliputi jalur:
1. Kupang - Timor Leste;
2. Atapupu - Timor Leste; dan
3. Kalabahi - Timor Leste;
b. Alur pelayaran nasional meliputi jalur:
1. Kupang - Lewoleba - Maumere - Makasar - Pare Pare - Nunukan -
Tarakan;
2. Larantuka - Makasar - Batu Licin - Semarang - Tanjung Priuk - Tanjung
Pinang;
3. Ende - Waingapu - Benoa - Surabaya - Dumai - Surabaya; dan
c. Alur pelayaran regional meliputi jalur:
1. Kupang - Ndao - Sabu - Raijua - Ende - Pulau Ende - Maumbawa -
Mborong - Waingapu - Waikelo - Labuan Bajo;
2. Kupang - Naikliu - Wini - Kalabahi - Maritaing - Lirang - Kisar - Leti;
3. Kupang - Mananga - Lewoleba - Balauring - Baranusa - Kalabahi -
Atapupu;
4. Kupang - Mananga - Maumere - Marapokot - Reo - Labuan Bajo -
Bima;
5. Kupang - Sabu Raijua - Raijua - Sabu Raijua - Kupang; dan
6. Kupang - Mananga - Maumere - Sukun - Palue - Maurole -
Marapokot - Reo -Labuan Bajo - Bima.

2. Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang wilayah provinsi terdiri atas:

1. Kawasan lindung;
Kawasan lindung, terdiri atas:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam dan pelestarian alam;
d. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
e. kawasan rawan bencana alam;
f. kawasan lindung geologi; dan
g. kawasan lindung lainnya.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-142
2. Kawasan budidaya.
Kawasan budidaya wilayah provinsi, terdiri atas:
1) kawasan peruntukan hutan produksi;
2) kawasan hutan rakyat;
3) kawasan peruntukan pertanian;
4) kawasan peruntukan perikanan;
5) kawasan peruntukan pertambangan;
6) kawasan peruntukan industri;
7) kawasan peruntukan pariwisata;
8) kawasan peruntukan permukiman; dan
9) kawasan peruntukan lainnya.

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-143
3. Rencana Program
Berikut rencana pengembangan wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terkait dan akan digunakan sebagai
acuan di dalam penentuan lokasi pembangunan UPPKB.

Tabel 4. 22 Program Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur
TAHAP PENGEMBANGAN
PENANGGUNG INSTANSI
NO. PROGRAM / KEGIATAN SATUAN JUMLAH 2020- 2026-
2014 2015 2016 2017 2018 2019 JAWAB TERKAIT
2025 2034

A Trayek Angkutan Jalan

Ditjen Dishub
Pengembangan Trayek Perhubungan
1 Kupang – Dili dan trayek 2 Swasta
Darat
Kefamenanu – Oekusi Pemda BUMN

B Trayek Angkutan Laut

Pengembangan Timor Ditjen Pelni


1 lintasan 2 Perhubungan
Leste dan Australia Swasta
Laut
Pengembangan Ditjen Pelni
lintasan pelayaran ke Perhubungan
Swasta
2 outlet wilayah di Jawa, lintasan 5 Laut
Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Papua

Sumber: Peraturan Gubernuri Nusa Tenggara Timur tentang Tatrawil NTT 2014-2034

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-144
Tabel 4. 23 Program Pengembangan Jaringan Prasarana Transportasi Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur
TAHAP PENGEMBANGAN
PROGRAM / PENANGGUNG INSTANSI
NO. SATUAN JUMLAH 2020- 2026-
KEGIATAN 2014 2015 2016 2017 2018 2019 JAWAB TERKAIT
2025 2034

A Prasarana
Antarmoda

Pengambangan Ditjen Pelindo,


layanan antar moda Perhubungan Pemda
1 di Pelabuhan Tenau, Darat
Unit 4
Waingapu, Ende an
Labuan Bajo

B Jaringan Jalan dan


Terminal

Pengembangan Ditjen Dishub,


1 Terminal Tipe A Perhubungan Pemda
Unit 1
Kupang Darat

Optimalisasi Terminal Ditjen Dishub,


2
Tipe A Motoain Unit 1 Perhubungan Pemda
Darat
Peningkatan
3 Terminal Nggorang
Labuan Bajo menjadi
Tipe A

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-145
TAHAP PENGEMBANGAN
PROGRAM / PENANGGUNG INSTANSI
NO. SATUAN JUMLAH 2020- 2026-
KEGIATAN 2014 2015 2016 2017 2018 2019 JAWAB TERKAIT
2025 2034

Pengembangan Ditjen Dishub,


4 Outlet perbatasan Perhubungan Pemda
dengan Negara Unit 1 Darat
Timor Leste

Pembangunan jalur Ditjen Dishub,


5 jalan disekeliling Perhubungan Pemda
Unit 1
kawasan perbatasan Darat

C Alur pelayaran dan


Pelabuhan Laut

Optimalisasi Ditjen Pelni,


1 pengembangan Perhubungan ASDP,
jalur pelayaran Rute 12 Laut Swasta
perintis

Optimalisasi jalur Ditjen Pelni,


pelayaran dari dan Perhubungan ASDP,
2 menuju foreland Laut Swasta
Rute 4
wilayah di berbagai
pulau besar

Sumber: Peraturan Gubernuri Nusa Tenggara Timur tentang Tatrawil NTT 2014-2034

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-146
Tabel 4. 24 Program Pengembangan Jaringan Prasarana Transportasi Wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Transportasi Antar Moda


TAHAP PENGEMBANGAN
PENANGGUNG INSTANSI
NO. PROGRAM / KEGIATAN SATUAN JUMLAH 2020- 2026-
2014 2015 2016 2017 2018 2019 JAWAB TERKAIT
2025 2034

Pengembangan layanan
antar moda di Pelabuhan
Tenau, Waingapu, Ende, PT.
1 Labuan Bajo dan Komodo unit 4 Pemda Damri
sebagai pendukung
Pemda
sebagai pendukung
kegiatan ekonomi dan
periwisata

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-147
2. Transportasi Jalan
TAHAP PENGEMBANGAN
PENANGGUNG INSTANSI
NO. PROGRAM / KEGIATAN SATUAN JUMLAH 2020- 2026-
2014 2015 2016 2017 2018 2019 JAWAB TERKAIT
2025 2034

Pengembangan jalur Pemda Dishub


akses angkutan umum Dinas PU
pada simpul – simpul
1 transportasi terutama unit 3
yang berkaitan dengan
Bandara dan Pelabuhan
Laut dan Penyeberangan

Pengembangan jalur Pemda Dishub


2 akses angkutan umum Dinas PU
rute 5
pada simpul – simpul
kawasan perkotaan

Adanya standar Pemda Dishub


3 pelayanan minimal
-- --
angkutan umum untuk
AKDP

Peningkatan pelyanan Pemda Dishub


sistim tiket terusan, tiket
4 langganan dan integrasi unit --
tiket angkutan umum di
terminal dan Bandara

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-148
TAHAP PENGEMBANGAN
PENANGGUNG INSTANSI
NO. PROGRAM / KEGIATAN SATUAN JUMLAH 2020- 2026-
2014 2015 2016 2017 2018 2019 JAWAB TERKAIT
2025 2034

Penyusunan rencana Pemda Dishub


5 jaringan trayek secara -- --
menyeluruh

Menerapkan buy the Pemda Dishub


6 service untuk angkutan -- --
umum perkotaan

Memperkenalkan tiket Pemda Dishub


7 terusan, tiket langganan
-- --
dan integrasi tiket
angkutan umum

Pengembangan trayek Pemda Dishub


8 trans Timor, Trans Sumba,
trayek 3
dan Trans Flores dan buy
the service.

Integrasi angkutan Pemda Dishub


9 perdesaan / feeder
-- --
dengan angkutan
perkotaan

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-149
3. Transportasi Penyeberangan
TAHAP PENGEMBANGAN
PROGRAM / PENANGGUNG INSTANSI
NO. SATUAN JUMLAH 2020- 2026-
KEGIATAN 2014 2015 2016 2017 2018 2019 JAWAB TERKAIT
2025 2034

Peningkatan fasilitas Ditjen Hubdat ASDP


1 dermaga pada
Unit 16 Dishub
pelabuhan
penyeberangan

Optimalisasi sarana Ditjen Hubdat ASDP


2 Unit 16
kepelabuhan Dishub

Penambahan Ditjen Hubdat ASDP


lintasan angkutan
3 penyeberangan unit 12 Dishub
antar pulau yang
membentuk sabuk

Laporan Akhir Penyusunan Feasibility Study (FS) Pembangunan UPPKB Maluku dan Nusa Tenggara Timur VI-150

Anda mungkin juga menyukai