Anda di halaman 1dari 47

PEMILIHAN

ALTERNATIF-ALTERNATIF EKONOMI
Berbagai kriteria kualitatif maupun kuantitatif harus
diperhitungkan bila akan melakukan pemilihan alternatif yang
berkaitan dengan Investasi. Diperlukan pertimbangan moneter
terhadap investasi yang akan dievaluasi. Adapun pengambilan
keputusan sebaiknya didasarkan pada 7 langkah sistematis,
yaitu :
1. Mendefinisikan alternatif yang akan dianalisa
2. Menentukan horizon perencanaan (periode studi)
3. Melakukan estimasi aliran kas
4. Menentukan MARR yang akan digunakan
5. Membandingkan alternatif yang akan dipilih
6. Melakukan analisa tambahan (suplementer)
7. Memilih alternatif yang terbaik
Mendefinisikan Alternatif Investasi
Phase paling awal dari kegiatan ini adalah menentukan
alternatif-alternatif investasi yang layak
dipertimbangkan. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan
sangat teknis yg hanya diketahui oleh ahli yang
memahami permasalahan teknis investasi. Ada 3 jenis
alternatif yaitu:

 Alternatif Independen : Apabila pemilihan atau penolakan


suatu alternatif tidak akan mempengaruhi diterima atau
ditolaknya alternatif lain.
 Alternatif mutually exclusive : Apabila pemilihan suatu
alternatif mengakibatkan penolakan alternatif lainnya.
 Alternatif contingen/conditional : Apabila pemilihan suatu
alternatif tergantung pada satu atau lebih alternatif lain yang
menjadi prasyarat.
Menentukan horizon perencanaan
 Horizon perencanaan adalah suatu periode atau waktu yang
digunakan untuk membandingkan alternatif-alternatif atau
dimana analisa-analisa ekonomi teknik akan dilakukan.
 Umur teknis (working life) adalah umur aktual dimana suatu
aset/alat/investasi masih dapat dioperasikan dengan baik.
 Umur depresiasi adalah umur dimana suatu alat/aset boleh
didepresiasikan.

Terdapat 3 permasalahan yang dihadapi dlm menentukan horizon


perencanaan dari alternatif yang dibandingkan, yaitu :
1. Memiliki umur teknis yang sama
2. Memiliki umur teknis yang berbeda
3. Memiliki umur yang abadi (perpetual life)
Apabila alternatif-alternatif memiliki umur teknis yang tidak sama,
maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menentukan
horizon perencanaan.

 Menggunakan kelipatan persekutuan terkecil (KPK).

Contoh: alternatif A, B dan C memiliki umur 2,3 dan 4


tahun maka horison perenc. Adalah 12 tahun. Metode
KPK tidak cocok bila :
a. Inflasi terjadi secara cepat/teknologi berkembang
dengan cepat.
b. KPK dari alternatif cukup besar.

 Menggunakan ukuran deret seragam dari aliran kas


setiap alternatif.

Dengan cara ini kita tidak perlu menyamakan horizon


perencanaan bagi semua alternatif bila memiliki umur
yang tidak sama.
 Menggunakan umur altetnatif yang lebih pendek.

Dengan menganggap sisa nilai dari alternatif yang lebih


panjang pada akhir periode perencanaan sebagai nilai
sisa.
F S

5 5 7
P P

 Menggunakan umur aletrnatif yang lebih panjang.


Merupakan kebalikan dari metode diatas.

 Menetapkan periode yang umum dipakai antara 5 – 10


tahun.
Contoh :

Sebuah bangunan yang sudah tua akan dicat ulang. Ada


2 alternatif yang dapat dipilih untuk mengecat
bangunan tersebut. Pertama menggunakan cat minyak
dgn harga Rp 52.000/galon & kedua cat latex dgn
harga Rp 24.000/galon. Tiap galon cat minyak/latex
dapat mengecat 60 m2, biaya tenaga kerja Rp
32.000/jam dengan produktivitas 20 m2/jam. Cat
minyak tahan 8 tahun sedangkan cat latex 5 tahun.
Setelah 8 dan 5 tahun, bila pengecatan ulang dilakukan
dengan cat yang sama, diasumsikan ongkosnya juga
sama. Alternatif manakah yang akan dipilih ?

a. Gunakan horizon perencanaan KPK

b. Gunakan deret seragam


Solusi :
a. Nilai KPK untuk kedua alternatif adalah 5x8 = 40
tahun. Kriteria yg digunakan adalah Nilai awal (P).

0 8 16 24 32 40 0 5 10 15 20 25 30 35 40

A A

Cat Minyak Cat Latex

A=[52.000/60+32.000/20] A = (24.000/60+32.000/20]
= Rp. 2.467/m2 = Rp. 2.000/m2
Nilai Sekarang (P) dari kedua alternatif adalah :
Untuk cat minyak ;

P = A + A(P/F,8%,8) + A(P/F, 8%, 16) + A(P/F, 8%, 24)


+ A(P/F, 8%,32)

= Rp.2.467 + Rp.2.467(0,5403) + Rp.2.467(0,2919) +


Rp.2.467(0,1577) + Rp. 2.467(0,0852)

= Rp. 5.119/m2

Perhitungan bunga dapat juga dipakai :

ieff = (1+i)n-1 =(1+8%)8-1 = 85,1%

P = A[1+(P/A, 85,1%, 4)
= Rp. 2.467 (1 + 1,0750) = Rp.5.119/m2
Untuk cat latex ;

P = A + A (P/F,8%,5) + A (P/F,8%,10) +A (P/F, 8%, 15)


+ A(P/F,8%, 20) + A (P/F, 8%, 25) + A(P/A,8%,30)
+ A (P/A,8%,35)

= Rp.2.000 + Rp.2.000(0,6806) + Rp.2.000(0,4632) +


Rp.2.000(0,3152) + Rp. 2.000(0,2145) +
Rp.2.000(0,1460) + Rp.2.000(0,0994) +
Rp.2.000(0,0676)

= Rp. 5.973/m2

Atau : ieff = (1+i)n-1 =(1+8%)5-1 = 46,9%


P = A[1+(P/A, 46,9%, 7)
= Rp. 2.000 (1 + 1,9878) = Rp.5.976/m2

Cat minyak merupakan alternatif yang dipilih karena nilai


awalnya (P) lebih kecil
b.Dengan deret seragam diperoleh A untuk masing-
masing alternatif

Untuk cat minyak : Untuk cat latex :

A = P(A/P,i%,N) A = P(A/P,i%,N)
= Rp 2.467 (A/P,8%,8) = Rp 2.000(A/P,8%,5)
= Rp 2.467 (0,1740) = Rp 2.000(0,2505)
= Rp 426/m2 = Rp. 501/m2

Berdasarkan perbandingan deret seragam yang


dipilih adalah alternatif menggunakan cat minyak
karena lebih murah.
Mengestimasikan Aliran Kas

Estimasi aliran kas harus senantiasa dibuat dengan


pertimbangan prediksi kondisi masa mendatang.

Contoh :
Suatu horizon perencanaan 5 tahun dipilih untuk
meng-evaluasi 3 alternatif investasi A, B dan C. Estimasi
aliran kas berdasarkan proposal ditunjukkan pada tabel 1.
Anggaran yang tersedia hanya sebesar Rp.50juta.
Alternatif B tergantung (contigen) pada alternatif A.
Sedangkan A dan C bersifat mutually exclusive.
Estimasikanlah aliran kas untuk alternatif nominasinya !.
Tabel 1 : Estimasi Aliran Kas

Tahun Aliran Kas Netto (dalam Rp)


A B C
0 -20 juta -30 juta -50 juta
1 -4 juta 4 juta -5 juta
2 2 juta 6 juta 10 juta
3 8 juta 8 juta 25 juta
4 14 juta 10 juta 40 juta
5 25 juta 20 juta 10 juta
Tabel 2
Memilih Alternatif Nominasi
Alternatif Proposal Investasi (dlm
Rp)
XA XB XC
0 0 0 0 0
1 0 0 1 50 juta
2 0 1 0 30 juta
3 0 1 1 80 juta
4 1 0 0 20 juta
5 1 0 1 70 juta
6 1 1 0 50 juta
7 1 1 1 100 juta

Dari Tabel, alternatif nominasi adalah : 1, 4 dan 6


Tabel 3
Estimasi Aliran Kas Untuk Alternatif Nominasi
(dlm Rp)
Tahun Aliran Kas Netto

A0 A1 A4 A6

0 0 -50 juta -20 juta -50 juta

1 0 -5 juta -4 juta 0 juta

2 0 10 juta 2 juta 8 juta

3 0 25 juta 8 juta 16 juta

4 0 40 juta 14 juta 24 juta

5 0 10 juta 25 juta 45 juta


Menetapkan MARR
(Minimum Attractive Rate of Return)

MARR adalah nilai minimum tingkat pengembalian/bunga yg


bisa diterima investor. Sehingga MARR > Cost of Capital. Nilai
MARR bisa berbeda bagi tiap-tiap jenis industri.

Beberapa cara dalam menentukan MARR sbb :

a) Menambahkan suatu persentase tetap pada ongkos


modal (cost of capital)
b) Nilai rata-rata tingkat pengembalian (ROR) lima tahun
yang lalu dapat digunakan sebagai MARR tahun ini.
c) Gunakan MARR berbeda untuk horizon perencanaan
yang berbeda dari investasi awal.
d) Gunakan MARR berbeda untuk perkembangan yang
berbeda dari investasi awal.
e) Gunakan rata-rata tingkat pengembalian modal
pemilik saham untuk industri yang sama.
MARR dipengaruhi oleh : ketersediaan modal, ketersediaan
kesempatan investasi, kondisi bisnis, tingkat inflasi, ongkos modal
(cost of capital), peraturan pajak, peraturan pemerintah, dll.

MARR( Setelah  pajak )


MARR( Sebelum  Pajak ) 
(1  t )

Dimana : t = tingkat pajak pendapatan kombinasi (baik yang dikenakan


oleh pemerintah pusat maupun daerah)

Contoh :

MARR setelah pajak dari suatu proyek investasi adalah


18% dan tingkat pendapatan pajak kombinasi adalah 45%.
Tentukanlah MARR sebelum pajak !

Solusi :
0,18
MARR( Sebelum  Pajak )   0,3273  32,73%
(1  0,45)
Cost of Capital
ic  rd .id  (1  rd ).ie
dimana;
ic = cost of capital
rd = ratio antara hutang dengan modal keseluruhan
1-rd = ratio modal sendiri dengan modal keseluruhan
id = tingkat pengembalian (ROR) dari modal pinjaman
ie = tingkat pengembalian yang diperlukan dari modal sendiri

Contoh :
Modal perusahaan 40% diperoleh dari pinjaman bank dengan bunga
17%/thn. Selebihnya adalah modal sendiri yang diharapkan memberikan
tingkat pengembalian (ROR) sebesar 13%. Tentukanlah cost of capitalnya !

Solusi :
Diketahui : rd = 40%, id = 17%, ie = 13%

ic = (0.40)(0.17) + (1 - 0.40)(0.13)
= 0.146 = 14.6%
Membandingkan
Alternatif-alternatif Investasi

Kegiatan pada tahap ini adalah membandingkan


alternatif-alternatif dengan metode/teknik yang sesuai.
Ada beberapa teknik yg dipergunakan dalam
membandingkan alternatif antara lain:

1. Analisa Nilai Sekarang (Present Worth)


2. Analisa Deret Seragam (Annual Worth)
3. Analisa Nilai Mendatang (Future Worth)
4. Analisa Tingkat Pengembalian (Rate of Return)
5. Analisa Manfaat/Ongkos (B/C Ratio)
6. Analisa Periode Pengembalian (Payback Period)
Metode Nilai Sekarang (Present Worth)
Pada metode ini semua aliran kas dikonversikan
menjadi Nilai Sekarang (P) dan dijumlahkan sehingga P
yg diperoleh mencerminkan nilai netto keseluruhan
aliran kas yg terjadi selama horizon perencanaan.
Tingkat bunga yg dipakai untuk konversi adalah MARR.

atau

Dimana;
P(i) = Nilai sekarang dengan tingkat bunga i%
At = Aliran kas pada akhir periode t
I = MARR
N = Horizon perencanaan (waktu/periode)
Contoh :

Suatu alat baru hasil penemuan seorang insinyur


mampu membuat alat dengan effisiensi 20%
lebih tinggi dari alat semula. Alat tsb ditawar
oleh sebuah perusahaan dgn 2 alternatif
pembayaran, yaitu dibayar total sekarang
seharga Rp. 50 juta atau dibayar setiap tahun
sebesar Rp. 10 juta selama 7 tahun dan dibayar
Rp 3 juta untuk 8 tahun berikutnya. Cara
pembayaran mana yang akan dipilih oleh
insinyur tsb bila tingkat bunga adalah 15%?
Solusi :
1. Alternatif pertama dengan P1 = 50 jt
2. Alternatif kedua dengan P2 sebagai berikut :

A1=Rp10jt
A2= Rp 3juta
0 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15

P2 = Rp 10jt (P/A,15%,7) + Rp 3jt (P/A, 15%,8)(P/F,15%,7)

= Rp 10jt (4.1604) + Rp 3jt (4.4873)(0.3759)

= Rp 46.664.328
atau
P2 = Rp 3jt (P/A,15%,15) + Rp 7jt (P/A, 15%,7)
= Rp 3jt (5.8474) + Rp 7jt(4.1604)

= Rp 46.665.000

atau
P2 = Rp 10jt (P/A,15%,7) + Rp 3jt [(P/A,15%,15)-(P/A,15%,7)]
= Rp 10jt (4.1604) + Rp 3jt [(5.8474) - (4.1604)]
= Rp 10jt (4.1604) + Rp 3jt (1.6870)

= Rp 46.665.000

Yang dipilih adalah alternatif kedua karena nilai


P1 > P2
Metode Nilai Sekarang untuk Proyek Abadi

Metode Nilai Sekarang (Present


Worth) juga digunakan untuk
proyek-proyek abadi (perpetual)
yang disebut “Capitalized Worth
(CW)”. Proyek yang bisa digolongkan
memiliki umur abadi diantaranya
adalah : dam, jalan raya, terusan dan
proyek-proyek untuk pelayanan
umum.
Pada metode ini aliran kas dinyatakan dalam deret
seragam (A) pertahun kemudian dikonversikan kepada
nilai sekarang.

CW  A.( P / A, i %, ~)
1
dimana
lim ( P / A, i %, N ) 
n ~ i
Sehingga : CW = A/i

Apabila deret seragam (A) ini hanya terdiri dari ongkos-


ongkos, maka disebut “Capitalized Cost (CC)”

CC = P + A/i
dimana: P = ongkos awal,
A = deret seragam
Contoh :
1. Bila orangmenabung Rp. 10 juta sekarang
dengan bunga 12%/thn. Berapa yg ia bisa tarik
setiap tahunnya untuk waktu yang tidak
berhingga.
Solusi:
A

P=CW=10 jt

A = P.i
= Rp.10 jt . (0.12) = Rp 1.2 juta.
2. Sebuah yayasan akan menghibahkan gedung
disertai dng biaya perawatan. Uang sumbangan
disimpan di bank dng bunga 12%/thn. Biaya
perawatn Rp 2 jt/thn & tiap 10 tahun harus dicat
kembali dng biaya Rp 15 jt. Bila uang yang
ditabung adalah Rp 100 jt, maka berapa biaya
maksimum untuk pembangunan agar sisanya bisa
digunakan untuk perawatan.
Investasi awal adalah CC = P + A/i  P = CC – A/i

2 jt 15 jt 2 jt
CC=100 juta ; i = 12%

0 10
CC
A =Rp 2 jt + Rp 15 jt (A/F, 12%,10) =Rp 2,8547 juta

P = Rp 100 jt – (Rp 2,8547 jt/0.12) = Rp 76,21 juta


3. Sebuah yayasan ingin membangun gedung
perpustakaan yang kemudian akan
dihibahkan.Penghibahan gedung disertai
dgn biaya perawatan dan perbaikan untuk
jangka waktu tak terhingga. Uang
sumbangan disimpan di bank dgn bunga
12%/thn. Biaya perawatan diperkirakan
sebesar Rp 2 jt/thn & tiap 10 tahun harus
dicat kembali dgn perkiraan biaya Rp 15 jt.
Bila uang yang disimpan di bank untuk
pembangunan gedung, perawatan &
perbaikan sebesar Rp 200juta, maka
berapa biaya maksimum untuk
pembangunan gedung agar sisanya bisa
digunakan untuk perawatan dan perbaikan
selama-lamanya ?
Solusi :
Diketahui :
CC = Rp 200juta , i = 12%, A =Rp 2jt, F = 15jt

A = A + F (A/F, 12%, 10)


= Rp 2jt + Rp 15jt(0,0570)
= Rp 2.855.000

CC = P + A/i  P = CC – A/i
= Rp 200jt – (Rp 2.855.000/0,12)
= Rp 176.208.333

Biaya pembangunan gedung (P = Nilai awal) sebesar


Rp 176.208.333
Metode Deret Seragam
Pada metode ini semua aliran kas yang terjadi selama
horizon perencanaan dikonversikan ke dalam deret
seragam (A) dengan tingkat bunga sebesar MARR.
Biasanya lebih mudah bila perhitungan dilakukan dari
Nilai Sekarang (P).

Rumus 

Atau :
Bila alternatif-alternatif adalah mutually exclusive, maka
pilihannya adalah yang memiliki deret seragam (A)
terbesar. Bila kas hanya berupa ongkos maka dipilih
ongkos seragam (A) terkecil. Bila alternatif adalah
independen maka setiap hasil deret seragam (A)>0 dapat
diterima karena > MARR. Alternatif untuk tidak
mengerjakan sesuatu (Do Nothing) memiliki nilai A=0

Contoh :
PT. XYZ adalah perusahaan yang menyewakan gudang untuk
melayani kebutuhan suatu kawasan industri di Surabaya.
Penghasilan yang diperoleh pertahun Rp.500jt dengan biaya
perawatan, asuransi dan pajak sebesar Rp.130 juta/tahun. Nilai
sisa ditetapkan Rp 100 juta pada akhir tahun ke 30. Ada
sebuah perusahaan yang ingin membeli gudang ini dengan
harga Rp 4 milyar. Untuk mengevaluasi penawaran tersebut PT.
XYZ menggunakan MARR = 10%. Keputusan apakah yang
sebaiknya diambil PT. XYZ ?
Solusi :
Alternatif 1 : menjual gudang dgn harga Rp 4 milyar,
menghasilkan deret seragam sbb :
A1
0 1 2 3 4 29 30

P
A1 = P(A/P, 10%, 30)
= Rp 4 Milyar (0,1061)
= Rp 424.400.000
Alternatif 2 : untuk tidak menjual gudang akan
menghasilkan deret seragam sbb :

A2 = Rp 500 jt – Rp 130 jt + 100 jt (A/F,10%,30)


= Rp 370 jt + Rp 100 jt (0.0061)
= Rp 370.610.000

karena memberikan deret seragam


terbesar.
Metode Nilai Mendatang
Pada metode ini semua aliran kas dikonversi ke suatu nilai pada
masa mendatang (Future Worth) dengan tingkat bunga sebesar
MARR. Nilai mendatang ini bisa diperoleh dengan berbagai cara
antara lain:
Dengan mengkonversi langsung semua aliran kas ke nilai F

Dimana;
F(i) = Nilai mendatang dari semua
aliran kas selama N dengan
MARR=i%
At = Aliran kas yg terjadi pada pe-
riode ke –t

Atau ;
Dengan mengkonversikan lewat nilai sekarang (P) dari
semua aliran kas selama periode N

Dengan mengkonversikan lewat nilai seragam seluruh aliran


kas selama periode N

Bila alternatif2 yang dibandingkan bersifat mutually


exclusive maka dipilih yang memberikan nilai F(i) netto
yang terbesar. Untuk alternatif independen maka
alternatif yg memberikan nilai > 0 layak untuk dipilih.
Untuk alternatif Do Nothing memiliki nilai F = 0.
Secara umum metode Nilai Sekarang
(P) dan Nilai Seragam (A) lebih disukai
dalam membandingkan alternatif2.
Tetapi ada beberapa kondisi dimana
analisa Nilai Mendatang (F)
dipergunakan, seperti misalnya bila
investor ingin membandingkan
alternatif untuk menjual atau
melikuidasi suatu aset di masa
mendatang.
Pengembalian Modal (Capital Recovery)
Capital Recovery Cost (CR) dari suatu investasi adalah deret
seragam (A) dari modal yang tertanam dalam suatu investasi
selama umur investasi. Nilai CR bisa digunakan untuk melihat
apakah suatu investasi memberikan pendapatan yang cukup
untuk menutup modal yang dikeluarkan. Nilai sisa dalam
perhitungan CR dianggap sebagai pendapatan sehingga rumusnya
adalah:

Dimana;
CR(i) = ongkos capital recovery pada MARR sebesar i%
P = modal yang ditanamkan pada investasi awal
F = estimasi nilai sisa pada tahun ke N
i = MARR
N = horison perencanaan yg ditetapkan
Contoh ;

Sebuah perusahaan rekanan PLN memenangkan tender


pemasangan kabel listrik disebuah pulau. Ada 2 alternatif yang
bisa ditempuh dalam melaksanakan proyek. Pertama adalah
memasang kabel bawah laut yang memakan biaya pemasangan
Rp 10 juta/km dengan biaya perawatan sebesar Rp 0,35 juta/km
per tahun. Nilai sisa diperkirakan Rp 1 juta/km pada akhir tahun
ke 20.

Alternatif kedua adalah memasang kabel diatas laut dengan biaya


pemasangan Rp 7 juta/km dan biaya perawatan Rp 0,40 juta/km
per tahun. Nilai sisa diperkirakan Rp 1,2 juta/km di akhir tahun ke
20.

Bilamana perusahaan memilih alternatif pertama, panjang kabel


yang harus dipasang adalah 10 km sedangkan alternatif kedua
adalah 16 km. Tentukan alternatif mana yang dipilih bila MARR =
10%.
Solusi ;
Alternatif I :

Ongkos awal dari alternatif ini adalah


P= Rp 10 jt/km x 10 km= Rp 100 juta.
Nilai sisanya adalah F= Rp 1 jt x 10 km = Rp 10 juta.

CR = Rp 100 jt (A/P,10%,20) - Rp 10 jt (A/F,10%,20)


= Rp 100jt (0,1175)-Rp 10jt (0.0175)=Rp 11,5714 jt.
Ongkos perawatan adalah Rp 0,35 jt/km x 10 km = Rp 3,5 juta

Nilai deret seragam keseluruhan alternatif I adalah:


A1 = Rp 11,5714 juta + Rp 3,5 juta = Rp 15,0714 juta
Alternatif II:

Ongkos awal
(P) = Rp 7 juta/km x 16 km = Rp 112 juta
Nilai sisa (F) = Rp 1,2 jt/km x 16 km = Rp 19,2 jt
CR = Rp 112 jt (A/P, 10%,20) – Rp 19,2 jt (A/F,10%,20)
CR = Rp 112 jt (0,1175) – Rp 19,2 (0,0175) = Rp 12,8203 jt
Perawatan alternatif ke II : Rp 0,40 jt/km x 16 km = Rp 6,4 jt
Nilai deret seragam aliran kas alternatif II adalah
A2 = Rp 12,8203 jt + Rp 6,4 jt = Rp 19,2203 juta

Jadi yang dipilih adalah alternatif pertama karena memberikan


ongkos-ongkos per tahun yang lebih kecil sehingga lebih
efisien.
Analisa Periode Pengembalian (Payback Periode)
Periode pengembalian (Payback Periode) adalah jumlah
periode (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan
ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian
tertentu. Perhitungannya dilakukan berdasarkan aliran
kas baik tahunan maupun nilai sisa. Untuk mendapatkan
periode pengembalian pada suatu tingkat pengembalian
(rate of return) tertentu digunakan model formula sbb:

Dimana At adalah aliran kas


pada periode t dan N’ adalah
periode pengembalian yang
dihitung.
Apabila At sama pada seluruh waktu horison
perencanaan (deret seragam) maka persamaan diatas
dapat dinyatakan dengan faktor P/A sbb:

Apabila suatu alternatif memiliki masa pakai ekonomis >


periode pengembalian (N’) maka alternatif tsb layak
diterima. Sebaliknya bila N’ > nilai estimasi masa pakai
alat atau umur investasi, maka alat atau investasi tsb
tidak layak diterima karena tdk akan cukup waktu untuk
mengembalikan modal yg dipakai sbg biaya awal dari
investasi tsb.
Dalam prakteknya pengusaha sering
menghitung N’ dengan mengabaikan nilai
uang dari waktu, atau mengasumsikan i =
0%, sehingga rumus menjadi:
Apabila aliran kas Dimana At adalah
berupa deret seragam deret seragam
maka N’ bisa ditulis aliran kas.
sbb:
Dengan asumsi i = 0% maka asumsi ini memiliki 2 kelemahan.
1. Mengabaikan konsep nilai uang dari waktu
2. Semua aliran kas yang terjadi setelah N’ diabaikan

Namun demikian metode ini sering digunakan karena


kesederhanaan perhitungannya. Untuk menghindari kesalahan
diatas maka sebaiknya digunakan metode Nilai Sekarang (P) atau
Deret Seragam (A) dan metode Payback Periode dijadikan alat
bantu analisis.
Contoh :
Misalkan ada 2 jenis mesin cuci yang sedang
dipertimbangkan oleh perusahaan jasa pencucian untuk
dibeli. Kedua mesin tsb memiliki aliran kas sbb:

Akhir Tahun Alternatif


Gunakan metode Payback
A B Periode untuk menentu-
0 -6 juta -8 juta kan:
1 2 juta 2 juta a. Apakah kedua alternatif
2 3 juta 2 juta bisa diterima dgn i = 0%?
3 1 juta 2 juta
b. Pilih alternatif terbaik
4 0 juta 2 juta menurut kriteria payback
5 0 juta 2 juta periode yg terpendek?
Solusi ;
a). Menggunakan persamaan payback periode i = 0% maka,
Alternatif A adalah;
3
0  6   At
t 1

0 = -6 + (2+3+1)  Jadi NA = 3
Artinya diperlukan 3 tahun agar pendapatan = investasi awal.

0 = -8 + (2+2+2+2)
Alternatif B
adalah sbb; Jadi NB = 4.

b). Alternatif A memiliki periode pengembalian yang lebih pendek


sehingga dianggap lebih baik menurut kriteria metode ini.
Contoh ;

Sebuah mesin perakit bisa dibeli dengan harga


Rp 18 juta dengan nilai sisa Rp 3 juta.
Diestimasikan mesin ini akan menyumbang
penghasilan Rp 3 juta/thn. Bila perusahaan
memperkirakan umur ekonomi 10 tahun,
apakah sebaiknya perusahaan membeli mesin
tsb? Gunakan metode Payback Periode:

a. Dengan tingkat pengembalian i = 0%


b. Menggunakan tingkat pengembalian i = 15%
Solusi ;
a. Apabila diasumsikan tingkat pengembalian i = 0 maka,

0 = -18 jt + N’ (3 jt) + 3 jt
N’= 5 tahun
Karena N’< umur ekonomis maka mesin tsb layak dibeli.

b. Apabila menggunakan i=15% maka dipakai rumus;

Nilai sisa Rp 3 juta diasumsikan tetap berlaku dengan


tidak tergantung berapa lama usia mesin.
Persamaan diatas bisa dimodifikasi;

0 = -18 jt + Rp 3 jt (P/A,15%,N’) + Rp 3 jt (P/F,15%,N’)

N’ diperoleh dengan dengan coba-coba :


N’= 15 thn  0 = Rp –89,10 ribu.
N’= 16 thn  0 = Rp 183,30 ribu.

Dengan interpolasi maka didapat N’ = 15,3 tahun.

Karena N’ > estimasi umur ekonomis maka mesin


tsb diputuskan untuk tidak dibeli.

Dari contoh tsb diatas terlihat jelas bahwa metode


Payback Periode yg tdk memperhitungkan faktor bunga
seringkali akan memberikan keputusan yang salah.

Anda mungkin juga menyukai