Anda di halaman 1dari 10

Nama: Reka Ayu Adella

Kelas: Pendidikan Kimia A

NIM: 1907965

Pertemuan 4 dan 5

A. Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik


Konsep-konsep dasar yang berkenaan dengan perkembangan peserta didik adalah pertumbuhan,
kematangan, kedewasaan, perkembangan dan perkembangan yang normal. Dalam arti luas,
peserta didik adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat,
sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah (Sinolingan, 1997).

Konsep perkembangan adalah perubahan – perubahan yang dialami oleh individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaan ( maturity ) yang berlangsung secara sistematik, progresif
dan berkesinambungan, baik mengenai fisik, maupun psikis. Lefrancois berpendapat bahwa
konsep perkembangan mempunyai makna yang luas, mencakup segi – segi kuantitatif seta aspek
– aspek fisik – psikis seperti yang terkandung dalam istilah – istilah pertumbuhan, kematangan,
dan belajar atau pendidikan dan latihan.

B. Tahapan perkembangan :

1. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Bagi anak usia sekolah dasar, perkembangan, kematangan dan pertumbuhan dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang yaitu:

a. Perkembangan Intelektual

Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi atau melaksanakan tugas-tugas belajar
yang menuntut kemampuan intelektual kognitif seperti membaca menulis dan berhitung.

b. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi manusia dengan orang lain, anak usia sekolah dasar kemampuan
bahasanya semakin berkembang sehingga dengan perkataan itu anak menjadi matang.

c. Perkembangan sosial
Pada usia ini, anak sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat bekerja
dalam kelompok.

d. Perkembangan Emosi

Kemampuan anak dalam mengontrol emosi didapatkan melalui pelatihan dan peniruan, anak
selalu meniru orang tuanya dan gurunya, jadi kita sebagai guru haruslah menciptakan suasana
yang efektif untuk belajar.

e. Perkembangan Emosional

Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Paada usia sekolah
dasar anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan
sosialnya

f. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Pada masa ini, perkembangan penghayatan anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah


logika yang berpedoman pada indicator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.

• Penghayatan rohani semakin mendalam.

• Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan
periode sebelumnya.

g. Perkembangan Motorik

Seiring dengan perkembangan fisiknya yang semakin matang, maka perkembangan motoric anak
sudah terkoordinasi dengan baik. Sesuai dengan perkembangan fisik (motoric), maka di kelas-
kelas permulaan sangat tepat diajarkan:

• Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar

• Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olah raga

• Gerakan untuk meloncat, berlari, berenang dan sebagainya


• Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.

C. Aspek-aspek

#ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana
individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary Of Psychology karya
Drever, dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model
pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”. Salah satu
tokoh yang penting yang mengkaji dan meneliti perkembangan kognitif anak adalah Jean Piaget.
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980.

Tahapan perkembangan kognitif itu adalah:

1. Tahap Sensorimotor (0 – kurang lebih 2 tahun).

Pada tahap ini tingkah laku anak ditentukan oleh perasaan (senses) dan aktivitas motorik. Kesan
(impression) anak tentang dunia dibentuk oleh persepsi mengenai perasaannya dan oleh
manipulasi dari lingkungannya. Pembentukan konsep/ide pada tahapan ini terbatas kepada objek
yang bersifat permanen atau objek yang tampak dalam batas pengamatan anak. Perkembangan
skema verbal dan kognitif masih sangat sedikit dan tidak terkoordinaikan.

2. Tahap Operasi Awal/Preoperational (2 – 6 tahun).

Pada tahapan ini anak mulai menggambarkan kejadian-kejadian dan objekobjek melalui simbol-
simbol, termasuk simbol-simbol verbal bahasa. Artinya, mereka sudah mulai berpikir tentang
benda-benda dengan tidak terikat pada kehadiran benda konkrit. Anak sudah menghubungkan
tentang kejadian atau objek yang dihadapinya dengan skema yang sudah ada dalam ingatannya.
Tetapi anak relatif masih belum dapat menerima perbedaan persepsi dengan orang lain,
kemampuan yang berkembang pada saat ini masih bersifat egosentrik, sehingga cara-cara dan
pengetahuan yang ia miliki itulah yang dianggapnya benar, sepertinya tidak ada alternatif cara
dan pengetahuan benar yang lainnya. Anakanak pada tahapan ini juga sudah mulai memecahkan
jenis-jenis masalah, tetapi hanya mengenai masalah-masalah mengenai barang-barang yang
tampak/kelihatan.

3. Tahap Operasi Konkrit (7 – 11 tahun).

Pada tahap ini, skema kognitif anak berkembang, terutama berkenaan dengan keterampilan
berpikir dan memecahkan masalah. Perkembangan keterampilan berpikirnya yaitu berkenaan
dengan keterampilan menggolonggolongkan (mengklasifikasi) berdasarkan ciri dan fungsi
sesuatu; mengurutkan sesuatu misalnya dari yang terkecil ke yang terbesar; membandingkan
bendabenda; memahami konsep konservasi, yaitu kemampuan memahami bahwa sesuatu itu
tidak berubah walaupun misalnya sesuatu itu dipindahkan tempatnya, tali yang dilingkarkan
panjangnya tidak berubah walaupun ditarik menjadi memanjang, dsb., memahami identitas, yaitu
kemampuan mengenal bahwa suatu objek yang bersifat fisik akan mengambil ruang dan
memiliki volume tertentu, dan kemampuan membandingkan pendapat orang.

4. Tahap Operasi Formal (12 tahun ke atas).

Pada tahap ini anak memiliki kecakapan berpikir simbolik, tidak tergantung kepada keberadaan
objek secara fisik. Anak pada tahapan operasi formal mampu berpikir logis, matematis, dan
abstrak. Anak bahkan mungkin dapat memahami hal-hal yang secara teortis mungkin terjadi
sekalipun ia belum pernah melihat kejadiannya secara nyata

#ASPEK PERKEMBANGAN FISIK

Secara umum, fisik berarti bentuk (postur) atau perawakan. Jadi Pertumbuhan fisik adalah
pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak dalam kandungan hingga ia dewasa atau
mencapai tingkat kematangan pertumbuhannya.Pertumbuhan fisik sebelum lahir akan
dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang akan menyempurnakan struktur dan
fungsi dari dimensi fisik peserta didik.

# ASPEK PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK

Perkembangan motorik sangat berkaitan erat dengan perkembangan fisik anak. Motorik
merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara
susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik yang sempurna sangat
menopang dalam melaksanakan tugas perkembangan anak pada umumnya, terlebih lagi bagi
kalangan tertentu yang menggunakan kecerdasan motorik sebagai tumpuannya, seperti
olahragawan dan profesional. Psikomotorik dan motorik memiliki definisi yang berbeda. Secara
umum, motorik adalah gerak sedangkan psikomotorik adalah kemampuan gerak. Dalam
psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjukkan pada hal, keadaan, yang
melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya.
Motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan
stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.

# ASPEK PERKEMBANGAN MORAL

Moral dapat diartikan sebagai ajaran kesusilaan. Sedangkan penggunaan kata “moralitas” berarti hal-hal
yang berhubungan dengan kesusilaan (Piaget didalam Sinolungan, 1997).Tingkatan tertinggi dalam
perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani,
tanpa perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral ini
dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan
individu anak sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.

#ASPEK PERKEMBANGAN EMOSIONAL

Emosi adalah setiap keadaan pada diri seseorang dan berhubungan dengan kondisi afektifnya dengan
tingkatan yang lemah maupun yang kuat. Keadaan afektif yang dimaksud adalah perasaan-perasaan
tertentu yang dialami pada saat menghadapi suatu situasi tertentu, seperti rasa senang, bahagia, benci,
kangen, terkejut, tidak puas, tidak senang dan sebagainya (Yusuf Syamsu, 2006). Keadaan emosi pada
setiap anak berbeda, kadang ada anak yang dapat mengontrol sehingga emosinya tidak tercetus keluar
dengan perubahan atau tanda-tanda fisiknya. Kaitannya dengan mengontrol emosi, Ekman dan Friesen
(Hurlock, E.B, 1990) menyebutkan hal itu dengan istilah display rules, yang dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Masking, keadaan dimana seorang anak dapat menyembunyikan atau menutupi emosi yang
dialaminya. Emosi yang ada pada dirinya tidak tercetus melalui ekspresi fisiknya. Misalnya, rasa rindu
seorang anak yang ditinggal ibunya pergi beberapa hari, namun ia hanya diam saja dan berusaha tidak
cengeng meskipun emosi dalam dirinya sangat bertentangan.
2. Modulation, seorang anak tidak mampu meredam emosinya secara tuntas dengan gejala fisiknya,
tetapi hanya dapat menguranginya. Misalnya seorang anak terjatuh didepan banyak orang, maka ia akan
menangis namun tidak terlalu keras.

3. Simulation, seorang anak yang tidak mengalami emosi, tetapi ia seolah-olah mengalami emosi dengan
menampakkan gejala-gejala fisik. Misalnya, seorang anak bertingkah laku meronta-ronta, marah, atau
menendang-nendang hanya karena meniru apa yang dia lihat di televisi.

#ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Perkembangan aspek sosial diawali pada masa
kanak-kanak (usia 3-5 tahun). Anak senang bermain bersama teman sebayanya. Hubungan persebayaan
ini berjalan terus dan agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada
masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui
hubungan antar teman dalam berbagai bentuk permainan.

#ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA

Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan
(Semiawan;1989). Meski para ahli mengungkapkan bahwa bahasa itu kompleks, namun pada umumnya
perkembangan pada individu dengan kecepatan luar biasa pada awal masa kanak-kanak. Berangkat dari
hasil-hasil penelitian para ahli psikologi perkembangan, perkembangan bahasa adalah kemampuan
individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.

D. Tugas Perkembangan Peserta Didik

1. Masa Kanak-kanak (TK-SD)

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12
tahun. Anak-anak usia ini masih senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam
berkelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.Menurut
Havigurst, tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:
• Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.

Membina hidup sehat.

• Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.


• Belajar menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelamin.
• Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.

• Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.

• Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai.

• Mencapai kemandirian pribadi.


2. Masa Remaja (SMP)

Dilihat dari tahapan yang disetujui oleh para ahli, usia SMP memasuki tahap pubertas. Adapun
tugas perkembangannya sebagai berikut:

• Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.

• Mulai tumbuh atau timbul ciri-ciri seks sekunder.

• Kecenderungan sikap bimbang, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta
keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtua.

• Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

• Mulai mempertanyakan secara tidak yakin akan keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan
Tuhan.

• Reaksi dan ekpresi emosi masih labil.

• Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan
dunia sosial.

• Kecenderungan minat dan pilihan karir relatif sudah lebih jelas


• Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

• Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau
wanita

• Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.

• Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti


dan melanjutkan pelajaran.

• Mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan
ekonomi.

3. Masa Remaja Akhir (SMA/SMK)

• Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.

• Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya

• Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya

• Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif

• Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

• Mencapai kemandirian perilaku ekonomis

• Memiliki pilihan dan persiapan untuk suatu pekerjaan

• Memiliki persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga

• Memiliki keterampilan intelektual dan konsep yang diperlukan sebagai anggota masyarakat
yang baik

• Memiliki perilaku sosial yang bertanggungjawab

• Memiliki seperangkat nilai dan sistem etis sebagai pedoman berperilaku.

4. Masa Anak Usia Dewasa Awal (PT)


• Memiliki sikap dan perilaku beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.

• Memperoleh perangkat nilai sebagai pedoman berperilaku

• Menerima keadaan diri dan menggunakannya secara efektif

• Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita

• Memiliki keterampilan intelektual, emosional, dan perilaku ekonomis

• memiliki kemapuan memilih dan mempersiapkan pekerjaan

• Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga

• Memiliki kriteria calon pasangan hidup yang sesuai dengan keadaan dirinya

• Menemukan kelompok sosial yang bermakna

.E. Prinsip-prinsip Perkembangan Peserta Didik.

a.Prinsip Kesatuan Organisme

Prinsip ini berbunyi bahwa anak merupakan suatu kesatuan fisik dan psikis dan satu kesatuan
dari komponen tersebut.Antara fisik dan psikis satu sama lain saling mempengaruhi dalam artian
setiap komponen tidak berkembang sendiri-sendiri tetapi di pengaruhi juga oleh komponen yang
lain agar hasil belajar bisa maksimal.

b.Prinsip predistinasi

Predistinasi berarti nasib atau takdir,pada umumnya semua umat beragama mengakui bahwa
segala yang terjadi pada diri mereka tidak lepas dari takdir yang maha kuasa.Berdasarkan prinsip
ini berarti seberapa sempurnanya pembawaan,bakat dan sifat-sifat keturunan,serta betapapun
baiknya lingkungan dan sarana pendidikan anak,tidak akan berlangsung perkembangan yang
diharapkan jika tidak ada izin dari yang maha kuasa.

c.Prinsip Tempo Dan Irama Perkembangan


Setiap anak mempunyai laju kecepatan yang berbeda-beda,yakni ada yang cepat,sedang dan ada
pula yang lambat.Tempo perkembangan seorang anak dapat dipercepat tetapi tidak dapat
dipaksakan.Selain tempo,perkembangan juga berlangsung sesuai dengan ritmenya.Ada kalanya
laju perkembangan berjalan cepat tetapi pada waktu berikutnya sedikitpun tidak tampak
kemajuan.

Daftar Rujukan
• Amna Nurdiana (2012). Konsep dan tugas perkembangan peserta didik. Tersedia: https://id.scribd.com

• Nersius Sabebeget (2017). Tugas Perkembangan Peserta Didik. Tersedia: https://www.academia.edu

• Eka Marlina (2009). Prinsip Prinsip Perkembangan Peserta Didik. Tersedia: https://www.academia.edu

• Afid Burhanuddin (2016). Aspek Perkembangan Peserta Didik. Tersedia:


https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai