Anda di halaman 1dari 47

74.

Penyusunan IPK berdasarkan K13 dan K13 yang revisi yang bermuatan 4C

IPK pada Kurikulum 2013 untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam
bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati sebagai
dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. IPK untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan
KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur.
Ketentuan Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator dirumuskan dariKD
2. Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapatdiukur
3. Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudahdipahami.
4. Tidak menggunakan kata yang bermaknaganda
5. Hanya mengandung satutindakan.
6. Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi & kebutuhan peserta didik, sekolah,
masyarakat danlingkungan/daerah.

75. Teori perkembangan intelektual peserta didik


Adapun tahap perkembangan intelektual pada anak pada umumnya teridiri atas empat
tahapan. Adapun tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Tahap Sensoris – Motoris
Tahap yang pertama adalah tahap sensoris – motoris. Pada umumnya tahap ini terjadi atau
dialamai oleh seorang anak pada usia 0 sampai denagn 2 tahun. Pada masa atau tahap ini
seorang anak berada pada suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan –
kecenderungan sensoris – motoris yang sangatjelas.
Segala perbuatan yang dilakukannya adalah merupakan perwujudan proses pematangan
spek sensoris- motoris tersebut, sedangkan sensoris – motoris itu sendiri adalah saraf –
saraf yang terdapat pada manusia. Adapun ciri – ciri tahap perkembangan sensoris –
motoris ini adalah sebagai berikut :

 Berlangsung pada anak usia 0 sampai dengan 2tahun


 Kemampuna berfikir ditunjukkan melalui perbuatan dangerakan
 Anak memiliki kemampuan yang sangat besar dalam hal memegang atau menyentuh
sesuatu

2. TahapPraoperasional
Tahap yang kedua adalah tahap praoperasional. Adapun tahap ini berlangsung pada usia 2
– 7 tahun. Tahap ini juga disebut dengan tahap intuisi, sebab pada tahap ini perkembangan
kognitifnya memperlihatkan kecendrungan yang ditandai oleh suasana intuitif.
Artinya, perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsur perasaan,
kecendrungan alamiah, sikap – sikap yang diperoleh dari orang – orang yang dianggapnya
penting, beserta lingkungan sekitarnya. Adapun ciri – ciri perkembangan tahap
praoperasional ini adalah sebagai berikut:

 Tahapan perkembangan intelektual pra operasional berlangsung pada usia 2 –7


tahun
 Kemampuan skema kognitif peserta didik pada tahapan perkembangan
praoperasional sangatterbatas
 Kesukaan seorang anak dalam meniru perilaku oranglain

3. Tahap OperasionalKonkret
Tahap yang ketiga adalah tahap operasional konkret. Adapun tahapan ini berlangsung
antara 7 – 11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret
dan sudah mulai berkembang rasa ingin taunya. Pada tahap ini, interaksinya dengan
lingkungan termasuk dengan orang tuanya semakin berkembangn dengan baik karena
egosentrisnya sudah semakinberkurang.
Pada tahap ini, seorang anak sudah bisa mengamati , menimbang, mengevaluasi, dan
menjelaskan pikiran – pikiran orang lain dalam cara – cara yang kurang egosentris dan
lebih objektif. Adapun ciri – ciri perkembangan tahap operasional konkret ini adalah
sebagai berikut :

 Tahapan yang terjadi pada usia 7 – 11 tahun.


 Pada dasarnya peserta didik yang berada pada tahap perkembangan intelektual

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 1


operasional konkret mulai mendapat mamhami aspek – aspek kumulatifmateri
 Peserta didik dengan tahapan intelektual operasional konkret ini sudah dapat berpikir
secara sistematis beragam benda dan peristiwa yang bersifatkonkret.

4. Tahap OperasionalFormal
Tahapan yang keempat adalah tahap operasional formal. Tahap ini dialami oleh anak yang
berusia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu
keseluruhan dalam pekerjaanya yang merupakan hasil dari berpikirlogis.
Selain itu, aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat
mendukung pe nyelesaian tugas – tugasnya. Sedangkan interaksinya sudah sangat luas,
menjangkau banyak teman, sebayanya dan bahkan berusaha untuk berinteraksi dengan
orang dewasa. Adapun kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam
interaks dengan orang tuanya. Adapun ciri – ciri perkembangan tahap operasional formal
ini adalah sebagai berikut :

 Anak yang berusia antara 11 tahun sampai 14tahun


 Seorang anak dengan tahapan perkembangan intelektual operasional formal
mempunyai kemampuan dalam mengkoordinasikan kemampuan kognitif dalam 2
bidang atau jenissekaligus.
 Adapun contoh dari mengkoordinasikan 2 jenis kognitif misalnya dalam membuat
kapasitas dan membuat rumusan hipotetik dan menggunakan psinsip – psinsip yang
bersifatabstrak.

Sebagai tambahan informasi saja nih sobat, adapun yang mempengaruhi perkembangan
intelektual pada anak antara lain adalah sebagai berikut :

 FaktorHereditas
Semenjak dalam kandungan seorang anak sudah memiliki sifat – sifat yang menentukan
daya kerja intelektualnya. Secara potensial seorang anak telah membawa kemampaun
berfikir secara normal, diatas normal dan dibawah normal.

 Faktor Lingkungan Keluarga


Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau atau orang tua adalah
memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai pengalaman.

 Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan
perkembangan anak termasuk perkembangan berfikir anak tersebut. Dalam hla ini, guru
atau pengajar memegang kendali dalam perkembangan intelektual anak.

76. Teori perkembangan moral pesertadidik


Perkembangan moral peserta didik, Teori Kohlberg telah menekankan bahwa
perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara
bertahap yaitu: Penalaran prakovensional, konvensional, dan pascakonvensional.

1) Tingkat Satu: PenalaranPrakonvesional


Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral,
penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.

Contoh dalam dunia pendidikan: Peserta didik mau belajar kalau mendapatkan hadiah
uang.

2) Tingkat Dua: PenalaranKonvensional


Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori
perkembangan moral Kohlberg. Seorang menaati standar-standar (internal) tertentu,
tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau
masyarakat.

Contoh: siswa di satu kesempatan mau belajar dengan tekun karena kesadaran sendiri
tetapi tidak mau menaati perintah orang tua yang mengharuskan belajar dari pukul 19.00
sampai dengan pukul 21.00

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 2


3) Tahap Tiga: PenalaranPascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan
pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki
pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.

Contoh : Anak dengan penuh kesadaran menaati tata tertib sekolah baik diawasi atau
tidak, ada sanksi atau tidak. Perkembangan moral peserta didik

1. PERKEMBANGAN EMOSI • Pengertian Emosi adalah perasaan atau afeksi yang timbul
ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap
penting olehnya. Emosi adalah suatu kegiatan atau pergolakanpikiran, persaan, nafsu,
77. Pola perkembangan emosi anak sebenarnya telah ada sejak ia lahir atau bayi. Menurut Hurlock
(Suyadi, 2009:105) gejala emosional pertama yang muncul adalah keterangsangan yang umum
terhadap stimulus atau rangsangan yang kuat. Reaksi emosional ini memang belum nampak jelas
sebagai reaksi emosi pada umunya, tetapi hanya memberi kesan sederhana berupa kesenangan
atau ketidaksenangan. Reaksi emosional yang tidak menyenangkan biasanya diekspresikan
dengan cara menangis, bersuara keras, atau mengubah posisi secara tiba-tiba dan lain
sebagainya. setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap (Daniel Goleman,1995). • Karakteristik
perkembangan emosi remaja secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode ―badai dan
tekanan‖, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan
sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak- kanak ia kurang mempersiapkan diri
untuk menghadapi keadaan-keadaanitu.

2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI Pola emosi masa remaja adalah sama dengan
pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih
saying, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu sedih, dan lain-lain. Perbedaannya
terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan
khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosimereka.

3. Berikut ini akan dibahas beberapa kondisi emosional. • Cinta/Kasih sayang Kapasitas
remaja pada emosi ini yaitu mencintai dan dicintai orang lain. Kemampuan untuk
menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya. Remaja juga
membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya seperti pada
tahun-tahun sebelumnya. • Gembira Rasa gembira akan berlangsung dengan baik jika ia
diterima sebagai seorang sahabat atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat
sambutan (diterima) oleh yang dicintai.

4. Kemarahan dan Permusuhan Rasa marah yaitu memainkan peranan yang menonjol dalam
perkembangan kepribadian. Rasa marah juga penting karena dapat mempertajam
tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. • Ketakutan dan Kecemasan
Setiap fase individu menalami perkembangan panjang yang mempengaruhi rasa
ketakutannya. Hampir semua remaja takut terhadap waktu. Ada juga yang takut hanya
pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa orang dapat mengalami rasa
takut sampai berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu. Remaja seperti halnya anak-
anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan-ketakutan yang
timbul dari persoalan-persoalankehidupan.

5. Seorang peserta didik selalu ingin mendominasi dalam suatu kelompok belajar. Dia tidak
memberi kesmpatan anggota lain untuk mengemukakan pendapat. Jika teman lain yang
memimpin dan mengendalikan jalannya diskusi, ia memisahkan diri dan cenderung belajar
sendiri.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 3


Peserta didik tersebut mengalami permasalahan dalam perkembangan

A. sosial-emosional
B. kognitif
C. moral
D. spritual
Jawab:A
78. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. ... Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yangpasif.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut oleh Gagedan Berlinertentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman[1]. Beberapa ilmuwan yang termasuk
pendiri dan penganut teori ini antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikandan pembelajaranyang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behavioristikdengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajarmerupakan akibat adanya interaksiantara stimulusdan respon (Slavin, 2000:143).
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru(stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon)
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 4


Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakinkuat.

Sebuah teori belajar secara filosofis tentang perspektif bahwa para peserta didik memproses
infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada
merupakan teori belajar...

a.Behaviorisme
b.Kognitifisme
c.Konstruktivisme
a. Afektifisme Kunci
jawaban.A
79. Teori belajar kognitif merupakan sebuah teori yang luas dan mencoba untuk menjelaskan
tentang proses berpikir dan berbagai proses mental. Selain itu, teori belajar kognitif juga
menjelaskan bagaimana berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh faktor faktor yang berasal
dari internal dan eksternal untuk menghasilkan pembelajaran secaraindividu.
Teori belajar kognitif merupakan sebuah teori yang luas dan mencoba untuk menjelaskan tentang
proses berpikir dan berbagai proses mental. Selain itu, teori belajar kognitif juga menjelaskan
bagaimana berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh faktor faktor yang berasal dari internal
dan eksternal untuk menghasilkan pembelajaran secaraindividu.
Pada saat proses kognitif bekerja secara normal, maka akuisisi dan penyimpanan pengetahuan
akan bekerja dengan baik dan semestinya. Namun, pada saat proses kognitif ini tidak efektif, maka
penundaan dalam proses belajar dan berbagai kesulitan dalam belajar akan dapat terlihat.
Proses yang terjadi menurut teori belajar kognitif adalah observasi, pengkategorian dan
pembentukan pendapat umum tentang lingkungan kita. Gangguan yang terjadi dalam proses
kognitif alami akan menyebabkan masalah dalam perilaku suatu individu dan hal yang menjadi
factor kunci dalam menangani masalah ini terletak pada bagaimana mengubah proses yang
terganggu tersebut.
Contohnya adalah bagaimana seseorang dengan gangguan perilaku makan sesungguhnya
mempercayai bahwa mereka memiliki berat badan yang berlebih. Beberapa dari mereka

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 5


merupakan hasil dari gangguan kognitif yang terjadi sebagai akibat dari persepsi terhadap berat
badan mereka sendiri yang terganggu.
Dua macam Teori Kognitif
Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana otak manusia, yang merupakan jaringan paling
hebat untuk memproses dan mengintepretasikan informasi yang digunakan oleh manusia pada
saat mempelajari berbagai hal. Secara umum, teori belajar kognitif dapat dibagi dalam 2 bagian
besar yang lebih spesifik, yaitu: Teori kognitif social dan Teori kognitif behavioral atau perilaku.
Pada saat kita mendengar kata belajar, maka yang biasanya kita maksud adalah ―melakukan
proses pemikiran dengan menggunakan otak‖. Konsep yang paling mendasar dari belajar ini
merupakan pandangan yang paling utama dari teori belajar kognitif. Teori ini sendiri telah banyak
digunakan untuk menjelaskan berbagai proses mental yang memberikan pengaruh dan
mempengaruhi berbagai faktor. Faktor faktor intrinsik dan ekstrinsik nantinya akan
mempengaruhi proses belajar dari suatuindividu.
Teori belajar kognitif menunjukkan bahwa dengan berbagai proses berbeda yang berhubungan,
proses belajar dapat dijelaskan dengan pertama melakukan analisa secara mendalam terhadap
bermacam proses mental yang terjadi. Selain itu, teori belajar kognitif juga menganjurkan bahwa
dengan proses kognitif yang efektif maka proses belajar akan menjadi lebih mudah dan informasi
baru akan dapat disimpan dalam ingatan untuk waktu yang sangat lama.

Seorang siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah yang mereka hadapi, lalu masalah
itu didiskusikan dalam kelompok untuk mendapatkan solusinya. Ilustasi ini
berkaitan dengan perkembangan …. A.kemampuankognitif
B.kemampuaninteraksional
C.kemampuanintegrasidiri
D. kemampuan komunikatif

KUNCI JAWABAN : A

80. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demipengalaman.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 6


pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan
dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum
seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudahada.


2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuanmereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaranterbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif
dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku
apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan
pengetahuanilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar
untuk menarik miknatpelajar.

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang
memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan
kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam
memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan
mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke tingkat pemahaman
yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata – kata
mereka sendiri.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah
aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa
yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya (Shymansky,1992).

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 7


Di dalam proses pembelajaran, para siswa dihadapkan dengan situasi di mana ia bebas untuk
mengumpulkan data, membuat dugaan (hipotesis), mencoba-coba (trial and error), mencari dan
menemukan keteraturan (pola), menggeneralisasi atau menyusun rumus beserta bentuk umum,
membuktikan benar tidaknya dugaannya itu. Hal ini merupakan penerapan teori belajar….
A.Sibernetik
B.Humannistik
C.Behaviorisme
D. Konstruktivisme KUNCI
JAWABAN ; D 81.-84
A. Konsep Teori belajarHumanistik
Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana seorang individu
diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali kemampuannya
sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar Humanistik memusatkan perhatian
kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan kepada kebebasan individu. Teori Humanistik
menekankan kognitif dan afektif memengaruhi proses. Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu
pengetahuan sedangkan afektif adalah aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam
membangun individu. Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme harus adanya
motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani pembelajaran dengan baik.
Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari diri sendiri, maupun dari guru sebagai
fasilitator.

B. Karakteristik Teori Humanistik (Suprayogi,2005)


- Mementingkan manusia sebagaipribadi.
- Mementingkan kebulatan pribadi.
- Mementingkan peranan kognitif danafektif.
- Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan selfconcept.
- Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiapindividu.
- Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah lakusendiri.
- Mengutamakan insight(pengetahuan/pemahaman).

C. Prinsip teoriHumanistik
1. Manusia memiliki kemampuan alami untukbelajar.
2. Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki relevansi dengan
keperluanmereka.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenaidirinya.
4. Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu
semakinkecil.
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperolehcara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswamelakukannya.
7. Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam prosesbelajar.
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yangmendalam.
9. Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawasdiri.
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai prosesbelajar.

D. Implementasi terhadapPembelajaran

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 8


Dalam teori Humanistik Guru bertindak sebagai Fasilitator, sehingga disini guru mempunyai
banyak tugas diantaranya :
1. memberi perhatian dan motivasi
2. membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan
juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifatumum
3. Memahami karakteristiksiswa
4. mengatur dan menyediakan sumber-sumber untukbelajar
5. Dapat menyesuaikan dirinya bersamasiswanya
6. Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersamasiswanya
7. Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahamisiswanya
8. Dalam penerapan teori belajar humanistik proses lebih diutamakan daripada hasil, dimana
proses dari penerapan teori belajar humanistik antara lain:
9. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
10. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur
danpositif.
11.Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
12. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.

E. Tokoh-tokoh teorihumanistik
1. AbrahamMaslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1)suatu usaha yang positif untukberkembang.
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembanganitu.
Berkaitan dengan pendapat tersebut Maslow mengemukakan adanya 5 tingkatan kunci
kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan
pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Karena sesungguhnya dalam teori
humanistik ini sangat diperlukannya motivasi. 5 tingkatan tersebut antara lain:

2. Carl SamRogers
CarlSamRogersmengemukakanKebutuhanindividuada4yaitu:(1)pemeliharaan,(2)
peningkatandiri,(3)penghargaanpositif(positiveregard)dan(4)Penghargaandiriyang
positif(positiveself-regard).
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya
ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
3. ArthurCombs
Arthur mengemukakan bahwa Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk
mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari
sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan humanistik mengenai
perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari
dalam)yangmembuatorangberbedadenganoranglain.untukmengertioranglain,yang

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 9


terpentng adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang
berpikir, merasa tentang dia atau dunianya

F. Kelebihan dan kekurangan TeoriHumanistik


Kelebihan :
- Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap
fenomenasosial.
- Siswa merasa senang, berinisiatif dalambelajar.
- Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiransiswa.
- Siswa mempunyai banyak pengalaman yangberarti.
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
- Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang danbergairah.
- Terjadinya perubahan polapikir.
- Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang
lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yangberlaku.
- Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-
baiknya.
Kekurangan :
- Bersifatindividual.
- Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
- Sulit diterapkan dalam konteks yang lebihpraktis.
- Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
- Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam prosesbelajar.
- Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam prosesbelajar.
- Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi
berkurang.
- Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itusendiri.

85. Dan 86. Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan dosen
dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja
kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya. Pembelajaran kreatif mengharuskan dosen
untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks kreatif
berfikir maupun dalam konteks kreatif melakukansesuatu.

Secara etimologi kata pembelajaran diderivasi dari kata ajar yang mempunyai arti
petunjuk yang diberikan kepada orang lain supaya diketahui atau diikuti. Sedang
pembelajaran sendiri mempunyai arti proses, cara, perbuatan mengajar. Sedangkan dalam
arti terminologi pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono, sebagaimana dikutip oleh
Syaiful Sagala adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pengajar secara terprogram
dalam desain konstruksional, untuk membuat peserta didik belajar aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.Sedangkan arti kreatif secara harfiah berarti memiliki daya
cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta. Kreatif
(creative) dalam arti istilah berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang
berbeda dengan sebelumnya. Berfikir kreatif mengandung proses mental, yang dipergunakan
juga dalam bentuk berfikir seperti pengalaman, pengingatan kembali danekspresi.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 10


Dengan kreativitas merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil yang bersifat:Baru:
inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.Berguna: lebih enak,
praktis, mempermudah, memperlancar, mengembangkan, mendidik memecahkan masalah,
mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik. Dapat dipahami Kreatif dalam berfikir
merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Berfikir kreatif selalu berawal dari
berfikir kritis yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau
memperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik. Era kini menuntut orang untuk selalu
belajar dan memikirkan cara-cara baru dalam menghadapi persoalan kehidupan. Persoalan
hidup yang ditemukan di lingkungan keluarga, masyarakat, atau bangsa semakin kompleks
dan menuntut kita berpikir kreatif dan divergent dalam menyelesaikannya. Dalam
merespons perkembangan kehidupan yang cepat (ilmu dan teknologi), Indonesia
memerlukan sumber daya manusia yang teknokrat kreatif. Kreativitas merupakan 'kekayaan
pribadi' yang diwujudkan dalam sikap atau karakter, seperti fleksibel, terbuka, keinginan
mencoba sesuatu, keteguhan, serta kemampuan menjabarkan gagasan dan kemampuan
mengenal diri sendiri secararealistis.

Dalam konteks pembelajaran kreatif dimaksudkan adalah cara pendidik mengajar


dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih caranya sendiri dalam
belajar dan bertanya. Dalam artian pendidik memberi kebebasan kepada peserta didik untuk
belajar secara mandiri dengan cara yang kreatif. Model pembelajaran kreatif adalah model
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber. Model pembelajaran
Kreatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu dosen dalam
proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar peserta didik yang diharapkan oleh pendidik
dapat meningkat. Kreatif adalah sebuah pemahaman, sensitivitas dan apresiasi. Sehingga
orang yang dikatakan kreatif adalah memiliki kemampuan kapasitas pemahaman,
sensitivitas dan apresiasi. Berfikir kreatif merupakan berfikir devergen thinking yang
memiliki ciri fleksibelitas, originilitas, fluency (keluwesan, keaslian dan kuantitasoutput.
Menurut Campbell (1986) menyatakan ada beberapa ciri orang kreatif antara lain:
Kelincahan mental (berfikir dari segala arah). Kemampuan untuk bermain dengan ide,
gagasan konsep, langkah-langkah, lambang-lambang, kata, angka, yang lebihkhususnya
berhubungan dengan ide-ide, gagasan dan sebagainya. Berfikir dari satu ide, gagasan
menyebar kesegala arah, yakni berfikir mencari jawaban dengan mencari jawaban yang
berbeda. Fleksibilitas dan konseptual. Kemampuan untuk secara spontan mengganti cara
pandang, pendekatan kerja yang tak jalan.Orientalis (berorientasi pada hal positif).
Kemampuan untuk mengeluarkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja, yang tidak lazim yang
jarang, bahkan mengejutkan. Lebih menyukai kompleksitas dari padasimplisitas.

Latar belakang yang merangsang. Kecakapan dalam banyak hal. Kreatif dapat dirancang
untuk memecahkan masalah, ekspresi kreatif, empati, hubungan sosial baik di sekolah
maupun lingkungan lain. Selain itu orang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang
bermain, intuitif. Kreatif tidak harus seorang seniman, ilmuwan, penemu. Semua orang
mempunyai kemampuan untuk menjadi pemikir-pemikir yang kreatif dan pemecah masalah.
Yang dibutuhkan adalah pikiran yang penuh rasa ingin tahu, kesanggupan untuk mengambil
resiko, dan dorongan untuk membuat segalanya. Selain itu orang kreatif menggunakan
pengetahuan yang kita semua miliki dengan membuat lompatan yang memungkinkan,
mereka memandang segala sesuatu dengan cara yang baru. Adapun tahap- tahap kreatifitas
menurut Munandar (1998) adalah sebagai berikut:
Persiapan, Meletakkan dasar, mempelajari latar, seluk beluk dan problematikanya
Konsentrasi, Inkubasi mengambil waktu, istirahat, waktu santai, melepaskan diri dari
kesibukan

Iluminasi, Tahap mendapatkan ide gagasan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 11


Verifikasi, Menghadapi memecahkan masalah-masalah praktis sehubungan dengan
perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja dan jawaban baru.

Para peserta didik dibimbing agar memiliki kemampuan kreatifitas, mampu berfikir
kritis dan mampu memecahkan masalah. Oleh karena itu, melalui proses belajar mengajar
diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Dosen perlu menyediakan kondisi belajar
yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas
kreatifitas yang dimiliki oleh para peserta didik.

Adapun prosedur mengembangkan kreatifitas sebagai berikut


Mengklasifikasikan jenis masalah yang akan disajikan kepada peserta didik.
Mengembangkan dan menggunakan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah.
Memberikan ganjaran/hadiah bagi yang berhasil dalam belajar kreatif.
Tak dapat dipungkiri, jika praktek pembelajaran di perguruan tinggi kita dewasa ini
masih cenderung bersifat memaksakan materi bahan ajar, bukan pada pencapaian dan
penguasaan kompetensi. Disamping itu metode pembelajaran yang ditetapkan juga
membosankan, dan juga dalam kegiatan pembelajaran, dosen masih dominan sebagai pusat
informasi, peserta didik hanya disuguhi ceramah tanpa memperhatikan peserta didik
tersebut faham atau tidak, hal ini dikarenakan mengejar target materi bahan ajar dan
perkuliahan selesai. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak bermakna bagi peserta
didik dan tidak ditetapkan pada kehidupan sehari-hari. Pentingnya pengembangan kreativitas
pembelajaran akan menghasilkan peserta didik kreatif yang umumnya memiliki kemampuan
lebih tinggi dan tangguh jika dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Kemampuan
berpikir kreatif sebagai komponen kreativitas akan menghasilkan pembelajaran efektif atau
lebih jauh mengembangkan daya nalar tinggi yang dapat digunakan untuk mengatasi
persoalan pembelajaran. Pengembangan potensi kreatif peserta didik akan menghasilkan
superior learning. Peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kreatif akan memiliki
motivasi intrinsik yang tinggi dalam belajar dan memiliki daya dorong kuat, percaya diri, dan
kemampuan berpikir tinggi. Juga pengembangan kemampuan berpikir divergent sebagai
elemen kreatif akan memperbaiki sikap seseorang dalam belajar dan meningkatkan motivasi
belajar atau cara yang ampuh mendorong seseorang belajar. Dengan kata lain, kreativitas
memberikan kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi kehidupan mendatang yang
tidak menentu. Berpikir kreatif merupakan unsur penting untuk mewujudkan pembelajaran
yang berhasil atau pendidikan bermutu dan keberhasilan dalam kehidupan. Dosen dan sistem
dan metode pembelajarankreatif.

Dosen dan sistem pembelajaran kreatif merupakan syarat untuk melahirkan kreatifitas
dalam pembelajaran. Dosen kreatif ialah seorang yang menguasai keilmuan dan memiliki
otonomi di kelas (pembelajaran). Dosen kreatif menetapkan tujuan, maksud, membangun
kemampuan dasar, mendorong pencapaian pengetahuan tertentu, menstimulasi
keingintahuan dan eksplorasi, membangun motivasi, mendorong percaya diri dan berani
mengambil risiko. Lalu, fokus pada penguasaan ilmu dan kompetisi, mendukung pandangan
positif, memberikan keseimbangan dan kesempatan memilih dan menemukan, serta
mengembangkan pengelolaan diri (kemampuan atau keterampilan metakognitif),
menyelenggarakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai teknik dan strategi untuk
menfasilitasi lahirnya tampilan kreatif, membangun lingkungan yang kondusif terhadap
tumbuhnya kreativitas, dan mendorong imajinasi dan fantasi. Dosen kreatif akan memberikan
inspirasi kreatif kepada peserta didik, fleksibel, luas pangaweruh dalam menyajikan materi
dan menemukan cara penyajikan kepada anak (peserta didik). Guru kreatif mampu
membangun hubungan menyenangkan dan dengan konsisten mengembangkan berpikir
divergent di kalangan peserta didiknya. Dosen kreatif juga bersikap kritis dalam relasi dengan
koleganya. Dosen kreatif suka mengembangkan kritik
terhadapdirinya,sikapdanperasaantidaksepakat(kritis)terhadapsistemyangberlaku.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 12


Dosen kreatif memberikan bimbingan dan mengarahkan peserta didik kepada tujuan. Dosen
kreatif memilik sensitivitas dan kesadaran terhadap situasi. Dosen kreatif melawan setiap
sikap dan tindakan yang menghina atau mengecilkan peserta didiknya. Dosen kreatif akan
muncul di suatu lingkungan termasuk lingkungan kampus manakala sistem dan metode
pendidikan kreatif tumbuh.

Sistem dan metode pembelajaran yang kreatif akan memberikan peluang atau
kebebasan kepada warga sivitas akademika kampus (dosen, peserta didik, staf)
mengekspresikan kreativitas mereka.

Sistem dan metode pembelajaran yang kreatif di terapkan di kampus akan melibatkan
berbagai pihak dalam dialog kreatif dan pembuatan keputusan kreatif. Sistem dan metode
pembelajaran yang kreatif akan menjadi sumber inspirasi, memberi akses, waktu, sumber,
dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk melakukan eksperimen dan berbeda
pandangan (konflik).

Kurikulum dan pembelajaran

Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan


menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun
tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif.

Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam


pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan
dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar dosen menciptakan
kegiatan belajar yang beragama sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta
didik dan tipe serta gaya belajar peserta didik.

Kurikulum dirancang berdasarkan tema dan atau tujuan dari program studi bidang
keilmuan. Unit pembelajaran terdiri dari kegiatan pembelajaran berseri yang dirancang
berdasarkan topik besaran yang melibatkan seluruh kelompok. Topik ini mengandung unit
area pembelajaran seperti menyiapkan atau memberikan topik dan framework perencanaan
kegiatan untuk peserta didik. Pesertta didik secara keseluruhan mencoba mengalami.
Pembelajaran yang didasarkan kepada prinsip atau pandangan (differentiated instruction/DI)
sebagai berikut:

Peserta didik memiliki perbedaan dalam beberapa hal, yaitu kesiapan belajar, minat,
gaya belajar, dan pengalaman. Perbedaan itu memengaruhi karakterisitik setiap peserta didik
dalam belajar, dan apa yang perlu dipelajari peserta didik. Tugas utama dosen dan ialah
memaksimalkan kemampuan setiap peserta didik. Differentiated instruction (DI) merupakan
usaha perbaikan untuk mencapai mutu tinggi kurikulum dan pembelajaran, peserta didik
terlibat dalam menetapkan tujuan. Kurikulum mempunyai hubungan dengan pengalaman dan
minat peserta didik. Oleh sebab itu, Differentiated instruction (DI) dimaksudkan untuk
memaksimalkan kegiatan belajar peserta didik dan membantu peserta didik mencapai suatu
kemajuan dalam kegiatan pendidikan danpembelajaran.

Wahana kreatif

Proses belajar semata tidak cukup untuk dapat membentuk dan


menumbuhkembangkan sikap dan motivasi kreatif peserta didik. Untuk itu, diperlukan
sarana yang secara sinambung memelihara dan mempertahankan sikap dan motivasi peserta
didik berproses kreatif secara ajek. Penciptaan wahana kreatif menjadi stimulan yang selalu
hadir dan menggugah peserta didik untuk berkreasi. Dosen memainkan peran sebagai
sponsor kreativitas, yaitu dosen melakukan kegiatan yang mendorong peserta didik terlibat
melalui pemberian apresiasi (penghargaan) terhadap suatu perilaku kreatif. Memberikan
kesempatan untuk mencapai prestasi, menfasilitasi tumbuhnya kemampuan berpikir
divergent dengan memberikan kesempatan peserta didik mengomunikasikan ide merekadan

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 13


mengakui atau menghargai gagasan kreatif atau kemampuan berpikir divergent. Dosen
memberikan kesempatan leluasa kepada peserta didik untuk 'mengeksplorasi' dengan
masalah, material, dan ide atau menyuntik fantasi sebagai sumber ide. Hal ini dapat dilakukan
melalui kegiatan--melakukan science fair untuk mengenalkan mesin-mesin yang akan
diproduksi atau dibutuhkan, mengorganisasi kegiatan belajar dengan tema-tema masa datang
dan fantasi, atau menyuruh peserta didik didik mendeskripsikan kejadian historis yang
bakalterjadi.

Suasana kreatif dan penghargaan : guna menciptakan wahana kreatif, di luar institusi
kampus diperlukan pula institusi lain yang merasa berkomitmen dan bertanggung jawab
membangun suasana pendidikan kreatif bagi peserta didik. Ajang lain yang tidak kalah
penting ialah perlakuan konsisten berupa penghargaan, pengakuan, pujian, akan karya kreatif
mereka. peserta didik yang secara konsisten mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang
proporsional akan hasil karyanya, utamanya yang bernilai kreatif, merasa mendapatkan
tempat akan prestasinya. Itu dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan konsep diri yang
positif. Selain itu, akan terbentuk sikap dan perilaku selalu ingin berkarya, sikap optimistis
dan antusias bahwa ia bisa berprestasi dan prestasi itu diapresiasi secara terbuka. Dengan
melihat beberapa kelemahan dari pembelajaran yang berlangsung sekarang ini, maka dengan
strategi atau model pembelejaran kreatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran akan
dapat menghasilkan peserta didik yang kreatif dan memiliki komptensi keilmuan yang
mumpuni. Selain itu dengan mengimplementasikan strategi atau model pembelajaran kreatif
pada pembelajaran maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna karena strategi atau
model pembelajaran kreatif adalah sebuah pembelajaran yang memberdayakan seluruh
aspek yang dimiliki peserta didik (afektif, psikomotorik, kognitif), dengan peserta didik pun
aktif dalampembelajaran.

Dengan diterapkannya pembelajaran kreatif maka tidak lagi menjadi pembelajaran yana
membosankan, melainkan menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan. Adapun
strategi atau model pembelajaran kreatif yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar antara lain:

Everyone Is A teacher Here (setiap murid sebagai pengajar). Strategi ini sangat tepat
untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini
memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai pengajar dari
kawan-kawannya. Dengan strategi ini peserta didik yang selama ini tidak aktif akan terlibat
dalam pembelajaran secara aktif.

Reading Aloud (strategi membaca keras). Strategi ini dapat membantu peserta didik
untuk berkonsentrasi, mengajukan pertanyaan dan menggugah diskusi. Reading alound
adalah sebuah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan cara dosen memberikan materi
bahan kajian kepada peserta didik. Setiap peserta didik mempelajari dan menganalisa materi
bahan kajian tersebut.

Snow bowling (bola salju). Strategi ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang
dihasilkan dari diskusi materi bahan kajian secara bertingkat. Dimulai dari kelompok kecil
kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan
memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah desepakati oleh peserta didik dari materi
bahan kajian secara berkelompok.

87.TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge) adalah sebuah framework


(kerangka kerja) dalam mendesain model pembelajaran baru dengan menggabungkan tiga
aspek utama yaitu teknologi, pedagogi dan konten/materi pengetahuan (ontologis). TPACK
akhirnya sebuah kerangka kerja untuk peneliti dan praktisi pendidikan, dalam upaya untuk
mengemas dan mengembangkanmodel

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 14


pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran melalui proses yang lebih baik.
Pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten/materi pengetahuan, seyogianya terkumpul
dalam diri seorang guru. Namun hemat penulis, sepertinya ada yang kurang lengkap dari
gagasan besar Mishra dan Koehler (2006) tentang TPACK, yaitu kepribadian yang santun
(goodpersonality) yang harus dimiliki seorang guru. Kenakalan peserta didik, pergaulan
bebas, hingga kasus kriminal yang dilakukan oleh peserta didik, sudah mirip deret hitung
yang setiap tahunnya mengalami "kemajuan" pesat. Oleh karenanya dipelukan kesadaran
kolektif guru dalam mencermati masalah serius ini. Dampak kemajuan teknologi informasi,
pengaruh lingkungan tempat tinggal atau latar belakang keluarga, diyakini sebagai yang
paling bertanggungjawab terhadap merosotnya moral dikalanganbelajar.
Implementasi kurikulum nasional (kurikulum 2013) yang telah banyak diterapkan oleh
satuan pendidikan, dari tingkat SD hingga SMA, memberikan amanat yang besar dalam
membentuk sikap dan karakter peserta didik untuk menjadi insan berakhlak mulia.
Pembentukan sikap tidak hanya tanggungjawab guru-guru agama ataupun guru budi
pekerti, nilai-nilai sikap yang terintegrasi pada semua mata pelajaran, akhirnya semua guru
memiliki tanggungjawab yang sama dalam menghasilkan outcome peserta didik yang
berakhlak mulia. Profesi guru akhirnya bukan profesi sembarangan, tidak sekedar bertugas
mentransfer pengetahuan atau mengkonstruksi pengetahuan, tetapi ada yang lebih berat
yakni menjadikan diri seorang guru sebagai "kiblat" dalam berakhlak mulia, dilingkungan
tempat tinggal dan terlebih lagi dilingkungan pendidikan (sekolah).
Tambahan berupa aspek kepribadian (personality) pada kerangka kerja TPACK
(technological, pedagogical, content knowledge) yang akhirnya menjadi TPACK-P
(personality), adalah usaha sistematis -- terpadu dalam melahirkan dan membentuk guru
masa depan yang penuh tantangan. Penguasaan teknologi, ketrampilan pedagogi, kompeten
dalam disiplin keilmuan, yang dibungkus dengan kepribadian yang baik (good personality),
adalah profil guru yang memberi secercah harapan dalam upaya transformasi peradaban
yang lebih baik
88. Karakter Guru Abad 21 adalah sebagai berikut:
 Kemampuan guru dalam posisi sebagai fasilitator, ini berarti harus mengubah cara
berpikir bahwa guru adalah pusat (teacher center) menjadi siswa adalah pusat (student
center) sebagaimana dituntut dalam kurikulum13.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 15


 Kedua, salah satu prasyarat paling penting agar guru mampu mentrasformasikan diri
dalam era pedagogi siber atau era digital, adalah tingginya minatbaca
 guru pada abad 21 harus memiliki kemampuan untukmenulis.
 guru abad 21 harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau
mencari pemecahan masalah-masalah belajar, sehingga meningkatkan kualitas
pembelajaran berbasisTIK
 karakteristik guru abad 21 di tengah pesatnya perkembangan era teknologi digital,
bagaimanapun harus mampu melakukan transformasikultural.
89.Pengembangan MateriAjar
Dalam proses pengembangan bahan ajar terdapat 7 faktor yang harus dipertimbangkan
dalam penyusunannya sehingga bahan ajar tersebut benar-benar menjadi bahan ajar yang
efektif dan efisien. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut
1. Kecermatan isi, berkenaan dengan validitas isi dan keselarasanisi
2. Ketepatan cakupan, berkenaan dengan keluasaan dan kedalaman materi, serta keutuhan
konsep yang dibahas berdasarkan bidangilmunya
3. Ketercernaan bahan ajar, berkenaan dengan kemudahan bahan ajar tersebut dipahami
dan dimengerti olehpengguna
4. Penggunaan bahasa, berkenaan dengan pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata,
penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yangbermakna
5. Perwajahan/pengemasan, berkenaan dengan penataan letek informasi dalam satu
halamancetak
6. Ilustrasi, berkenaan dengan variasi penyampaian pesan dalam bahan ajar agar lebih
menarik, memotrivasi, komunikatif dan membantu pemahaman terhadap isipesan
7. Kelengkapan, komponen, berkenaan dengan paket bahan ajar yang dapat berfungsi
sebagai komponen utama, komponen pelengkap dan komponenevaluasi.
Dalam mengembangkan bahan ajar yang baik ada lima langkah utama yang sebaiknya diikuti
yaitu: (1) Analisis, (2) Perancangan, (3) Pengembangan, (4) Evaluasi, (5) Revisi. Tahap
analisis merupakan tahap untuk mencari informasi mengenai perilaku dan karakteristik
awal. Tahap perancangan adalah tahap perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil
analisis, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan sumber, serta pemilihan
strategi pembelajaran. Tahap pengembangan merupakan tahap penulisan bahan ajar secara
utuh.Tulislah apa yang dapat ditulis. Tahap evaluasi merupakan tahap yang harus dilalui
untuk memperoleh masukan bagi penyempurnaan bahan yang telah dikembangkan. Ada 4
cara yang dapat dilakukan yaitu telaah oleh ahli materi, uji coba satu- satu, uji coba kelompok
kecil dan uji coba lapangan. Tahap revisi adalah tahap untuk melakukan perbaikan terhadap
bagian bahan ajar yang perlu diperbaiki berdasarkan komentar yang dilakukan saat ujicoba.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 16


90.Pendekatan Pembelajaran berdasarkan K13 dan Perkembangan Abad21
Pada kurikulum 2013 diharapkan dapat diimplementasikan pembelajaran abad 21. Hal ini
untuk menyikapi tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Adapun pembelajaran abad 21
mencerminkan empat hal.
a. Critical Thinking and ProblemSolving
b. Creativity andInnovation
c. Communication
d. Collaboration
1. Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan
multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk
mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun
ketika menyelesaikan masalah daripendidiknya.
Abad 21 adalah abad digital. Komunikasi dilakukan melewati batas wilayah negara dengan
menggunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Internet sangat membantu
manusia dalam berkomunikasi. Saat ini begitu banyak media sosial yang digunakan sebagai
sarana untuk berkomunikasi. Melalui smartphone yang dimilikinya, dalam hitungan detik,
manusia dapat dengan mudah terhubung ke seluruh dunia.
Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak. Komunikasi memerlukan
seni, harus tahu dengan siapa berkomunikasi, kapan waktu yang tepat untuk
berkomunikasi, dan bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi bisa dilakukan
baik secara lisan, tulisan, atau melalui simbol yang dipahami oleh pihak-pihak yang
berkomunikasi. Komunikasi dilakukan pada lingkungan yang beragam, mulai di rumah,
sekolah, dan masyarakat. Komunikasi bisa menjadi sarana untuk semakin merekatkan
hubungan antar manusia, tetapi sebaliknya bisa menjadi sumber masalah ketika terjadi
miskomunikasi atau komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan bahasa menjadi
sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berjalan dengan baik tidak lepas
dari adanya penguasaan bahasa yang baik antara komunikator dan komunikan. Kegiatan
pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa, baik komunikasi antara siswa dengan guru, maupun
komunikasi antarsesama siswa. Ketika siswa merespon penjelasan guru, bertanya,
menjawab pertanyaan, atau menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah merupakan
sebuahkomunikasi
2. Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama
berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab,
bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya,

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 17


menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi
dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan
dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain,
memaklumikerancuan.
Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih siswa untuk berkolaborasi dan
bekerjasama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan
mengendalikan ego serta emosi. Dengan demikian, melalui kolaborasi akan tercipta
kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian antaranggota.
Sukses bukan hanya dimaknai sebagai sukses individu, tetapi juga sukses bersama, karena
pada dasarnya manusia disamping sebagai seorang individu, juga makhluk sosial. Saat ini
banyak orang yang cerdas secara intelektual, tetapi kurang mampu bekerja dalam tim,
kurang mampu mengendalikan emosi, dan memiliki ego yang tinggi. Hal ini tentunya akan
menghambat jalan menuju kesuksesannya, karena menurut hasil penelitian Harvard
University, kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skill dan 80% soft skiil.
Kolaborasi merupakan gambaran seseorang yang memiliki soft skill yangmatang.
3. Critical Thinking and ProblemSolving
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal
dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara
sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga
memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikanmasalah.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui penerapan
pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian masalah, dan
pembelajaran berbasis projek.
Guru jangan risih atau merasa terganggu ketika ada siswa yang kritis, banyak bertanya,
dan sering mengeluarkan pendapat. Hal tersebut sebagai wujud rasa ingin tahunya yang
tinggi. Hal yang perlu dilakukan guru adalah memberikan kesempatan secara bebas dan
bertanggung bertanggung jawab kepada setiap siswa untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dan membuat refleksi bersama-
sama. Pertanyaan-pertanyaan pada level HOTS dan jawaban terbuka pun sebagai bentuk
mengakomodasi kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Creativity andInnovation
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Guru perlu membuka ruang kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Kembangkan budaya apresiasi terhadap sekecil apapun peran atau prestasi siswa. Hal ini

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 18


bertujuan untuk memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya. Tentu kita ingat
dengan Pak Tino Sidin, yang mengisi acara menggambar atau melukis di TVRI sekian tahun
silam. Beliau selalu berkata ―bagus‖ terhadap apapun kondisi hasil karya anak-anak
didiknya. Hal tersebut perlu dicontoh oleh guru-guru masa kini agar siswa merasa
dihargai.
Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing setiap siswa dalam belajar, karena
pada dasarnya setiap siswa adalah unik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Howard Gardner bahwa manusia memiliki kecerdasan majemuk. Ada delapan jenis
kecerdasan majemuk, yaitu; (1) kecerdasan matematika-logika, (2) kecerdasan bahasa, (3)
kecerdasan musikal, (4) kecerdasan kinestetis, (5) kecerdasan visual-spasial, (6)
kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal, dan (8) kecerdasan naturalis.
91.Strategi Pembelajaran berdasarkan K13 dan perkembangan Abad21

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan


kecakapan abad 21 kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2)
Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and Innovative.
Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson, kemampuan
yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1
(mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle Order Thinking Skills) yaitu C3
(mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS
(Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6(mengkreasi).

Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan
PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka
menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan
tantangan eksternal, yaituglobalisasi.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka guru sebagai ujung tombak pebelajaran harus
mampu merencanakan dan melaksanakan PBM yang berkualitas. Menurut Surya (2014:333)
proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu bentuk interaksi antara pihak pengajar
dan pelajar yang berlangsung dalam situasi pengajaran dan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam interaksi itu akan terjadi proses komunikasi timbal balik antara pihak-
pihak yang terkait yaitu antara guru dan selaku pengajar dan siswa selaku pelajar.

Perilaku belajar yang terjadi pada pada diri siswa timbul sebagai akibat perilaku mengajar
pada guru yang terkait melalui melalui suatu bentuk komunikasi. Jenis komunikasi yang
terjadi dalam proses belajar mengajar disebut sebagai komunikasi instruksional yag
didalamnya terkait komunikasi dua arah antara pengajar dan pelajar. Oleh karena itu,
komunikasijenis inidisebutsebagaikomunikasidialogis.Dengan komunikasi jenisini,

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 19


terjadilah perilaku mengajar dan perilaku belajar yang saling terkait satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuaninsruksional.

Untuk mewujudkan pembelajaran abad 21 dan HOTS, guru harus memiliki keterampilan
proses yang baik dalam pembelajaran. Keterampian proses dapat diartikan sebagai
keterampilan guru dalam menyajikan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman
belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran berpusat kepada siswa
(student center), dan merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah. Peran guru dalam
PBM bukan hanya sebagai sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator.

Menurut Azhar, keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola


(memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan
tersebut.

Sedangkan menurut Conny Semiawan, pendekatan keterampilan proses adalah


pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara
mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik
akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan
nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus.

Menurut Mulyasa, (2006:70-92) ada 8 (delapan) keterampilan yang harus dimiliki oleh guru
untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, antara lain (1)
keterampilan bertanya, (2) memberikan penguatan, (3mengadakan variasi, (4) menjelaskan,
(5) membuka dan menutup pelajaran, (6) membimbing diskusi kelompok kecil, (7) mengelola
kelas, dan (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.

92.Sumber Pembelajaran Konvensional dan Berbasis IT


A. Pembelajaran BerbasisTIK
a. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan belajar
yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar.
b. Sumber belajar yang diperuntukan dalam mempelajari, dan mengajarkan tentang TIK
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi sumber belajar dalam bentuk
lingkungan, manusia atau orang, bahan dan alat serta teknik. Namun demikian tidak
selamanya hal itu terlepas sendiri-sendiri, namun adakalanya dalam proses
pembelajaran semua bisa saja terintegarasi dan disampaikan dalam sebuah
pembelajaran sehingga menjadi satu kesatuan sumber belajarTIK.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 20


c. Yang termasuk Sumber Belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah
Digital Library (DL), komputer, dan media yang berbasis TIK, dan lainlain.
d. Pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran sesungguhnya dapat
berlangsung dari dalam keluarga, karena komputer untuk sebagaian orang pada
jaman sekarang sudah bagian kebutuhan dari suatukeluarga.
Pemanfaatan TIK dalam pendidikan di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang.
Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan sebagai upaya
melakukan penyebaran informasi kesatuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh
nusantara, merupakan wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan
teknologi dalam membantu proses pendidikan masyarakat. Kelemahan utama siaran radio
maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya interaksi imbal balik yang seketika. Siaran
bersifat searah, dari nara sumber belajar atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi
komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks,
grafis, gambar, suara, dan movie) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan
yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi.
Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih lebih bila materi
tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet
memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron
(delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkanterjadinya pembelajaran secara
sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada
di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan berdasar
teknologi Internet, memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke
jaringan komputer. Selain aplikasi puncak seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih
sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pendidikan

Di gerbang milenium ketiga, peradaban manusia telah maju begitu rupa. Banyak pencapaian
yang telah diraih, mulai dari yang sifatnya ―nilai-nilai‖(penghargaan atas kemanusiaan,
kebebasan, hak atas informasi, dan semacamnya) hingga ke penemuan berbagai artefak
kebudayaan.
Jauh sebelum penghujung milenium kedua tiba, revolusi teknologi informasi telah
merambah ke segenap pelosok bumi. Berbagai perangkat teknologi yang ditemukan telah
menghadirkan definisi baru tentang ruang dan waktu. Seiring dengan itu, berbagai proses
sosial yang berwujud transformasi terjadi di mana-mana. Istilah yang paling populer untuk
menjelaskan situasi ini adalah ―globalisasi‖. Secara sederhana, globalisasi dapat dipahami
sebagai sebuah proses sosial yang meruntuhkan batas-batas, sehingga dunia menjelma
sebagai sepetak kampung. Globalisasi bukan semata fenomena ekonomi, tetapi juga

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 21


menyangkut transformasi ruang dan waktu. Revolusi teknologi informasi dan massifnya
intensitas komunikasi tingkat global memungkinkan manusia sekarang ini untuk
melangsungkan model interaksi yang lambat laun berubah. Intensifikasi hubungan tingkat
dunia ini selanjutnya akan melahirkan pola-pola relasi baru dalam bidang ekonomi, sosial,
politik, komunikasi, pola perilaku sehari-hari, dan termasuk relasi antar-individu.
Meminjam cara penggambaran yang dibuat oleh Jean-Francois Lyotard, globalisasi dapat
digambarkan demikian: seorang pemuda kampung di pedalaman Madura sedang mengobrol
dengan saudaranya yang bekerja di sebuah hotel Amerika di Arab Saudi dengan
menggunakan telepon genggam produk Finlandia, simcard yang dimodali oleh perusahaan
Malaysia, dengan jasa piranti lunak buatan Australia. Dia sedang memesan jam tangan Swiss,
dan sedang dipertimbangkan apa akan dikirim dengan jasa pengiriman perusahaan Belanda
atau lewat tetangganya yang akan pulang ke kampunghalaman.
Riwayat globalisasi sebagai efek lebih jauh dari berbagai produk teknologi dan sains dapat
ditelusuri jauh ke belakang. Adalah filsuf Inggris Francis Bacon (1561-1626) yang mula-
mula meneguhkan metodologi ilmiah yang menjadi motor penggerak perkembangan sains,
yakni dengan memperkenalkan metode (penalaran) induktif. Dalam paham Bacon, arah
kerja filsafat dibalik: daripada mempersoalkan final causes (teleologi), filsafat sebaiknya
mulai menyibukkan diri dengan efficient causes (kausalitas). Dari sini, eksprimentasi dan
observasi kemudian didaulat sebagai ruh sains. Dan filsafat pun kemudian diberi basis
praktis untuk kehidupan sehari-hari, sehingga dari situlah muncul diktum: knowledge is
power (pengetahuan adalah kekuasaan).
Sains atau pengetahuan ilmiah bekerja dengan prinsip keterukuran. Cita-cita sains adalah
kehendak untuk memegang kendali kehidupan dengan lebih besar, atau, dalam bahasa
Giddens, untuk ―membentuk sejarah menurut tujuan kita sendiri‖. Dengan pencapaian
sains dan teknologi, dunia diharapkan dapat lebih stabil dan tertata. Akan tetapi,
kenyataannya, dunia yang hadir saat ini tak seperti yang diperkirakan oleh para pemikir itu.
Bukannya menjadi lebih terkendali, dunia saat ini tampaknya menjadi tak terkontrol,
menjadi dunia yang lari tunggang langgang (runaway world). Proses globalisasi membentuk
corak masyarakat yang penuh risiko. Capaian-capaian ilmu pengetahuan dan teknologi
manusia memang telah sanggup mengantarkan manusia pada status ontologis
keserbapastian (ontological security). Namun, di sisi lain, berkat iptek pula, manusia dewasa
ini terjebak dalam situasi keserbatakpastian, yang merupakan konsekuensi logis yang
inheren dari sistem relasi yang diciptakan manusia sendiri (manufactured uncertainties).
Relasi manusia dengan alam dan lingkungan, dengan dukungan teknologi industri yang
eksploitatif, ternyata melahirkan efek-efek destruktif seperti pemanasan bumi, perusakan
lapisan ozon, polusi, dan semacamnya. Risiko yang lahir dari pola-pola relasi itu tak syak lagi
akan menjadi ancaman bagi keberadaan hidup manusia itusendiri.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 22


Pembicaraan mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan
pembelajaran yang belakangan ini marak dilakukan dalam konteks uraian di atas seperti
dimaksudkan untuk mengarahkan produk teknologi agar dapat dimanfaatkan dengan baik
untuk kepentingan pengembangan pendidikan. Maksudnya, pembicaraan tentang
pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran sebenarnya berlangsung di atas
kesadaran bahwa bagaimanapun fungsi produk teknologi itu dapat saja ―lepas kendali‖ dan
justru bergerak di wilayah yang dipandang negatif.
B. Pembelajaran BerbasisKovensional
seorang guru dituntut untuk menguasa berbagai model-model pembelajaran, di mana
melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi
anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah
hasil belajar yang optimal atau maksimal. Namun, salah satu model pembelajaran yang
masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran
konvensional. Model ini sebenarnya sudah tidak layak lagi kita gunakan sepenuhnya dalam
suatu proses pengajaran, dan perlu diubah. Tapi untuk mengubah model pembelajaran ini
sangat susah bagi guru, karena guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan
menggunakan model pembelajaran lainnya.
Memang, model pembelajaran kovensional ini tidak serta merta kita tinggal, dan guru mesti
melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak-tidak pada awal proses
pembelajaran di lakukan. Atau awal pertama kita memberikan kepada anak didik sebelum
kita menggunakan model pembelajaran yang akan kita gunakan. Menurut Djamarah (1996)
metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut
juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.
Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi
dengan penjelasan, serta pembagian tugas danlatihan.
Selanjutnya menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional dan telah
lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar denganceramah. Sejak
duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau
ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya
memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian,
menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan
pengajaran berpusat padaguru.
Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensional
adalah metode ekspositori. Menurut Ruseffendi (1991) metode ekspositori ini sama dengan
cara mengajar yang biasa (tradisional) kita pakai- pada pengajaran matematika‖. Kegiatan

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 23


selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian memberi soal-
soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya.
Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat
apa yang disampaikan guru. Subiyanto (1988) menjelaskan bahwa, kelas dengan
pembelajaran secara biasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : pembelajaran secara
klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. Guru
biasanya mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan mengutamakan
metode ceramah dan kadang-kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi yang bersifat sumatif
dengan maksud untuk mengetahui perkembangan jarang dilakukan. Siswa harus mengikuti
cara belajar yang dipilih oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru,
dan kurang sekali mendapat kesempatan untuk menyatakanpendapat.
Banyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi
oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya. Disamping itu, menurutnya guru
jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep dan
jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang lebih tinggi seperti
kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep. Hal senada ditemukan oleh
Marpaung (2001) bahwa dalam pembelajaran matematika selama ini siswa hampir tidak
pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan
masalah.
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa diterapkan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran (Ridwan, 2008). Model pembelajaran
konvensional masih mengalami krisis paradigma. Krisis yang dimaksud adalah seharusnya
telah berlangsung model kontruktivisme di mana Pemerintah telah berusaha menciptakan
suatu model pembelajaran yang inovatif yang dituangkan dalam peraturan menteri nomor
41 tahun 2007, namun hal ini belum dijalankan sepenuhnya oleh guru. Penyelenggaraan
pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian
informasi), daripada modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance
(memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung) (Warpala,
2009). Dalam perkataan lain, guru lebih sering menggunakan strategi penyampaian
informasi secara langsung kepada siswa dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum
secara ketat. Menurut Rasana (2004), peran siswa dalam proses pembelajaran konvensional
adalah sebagai objek dari pendidikan bukan sebagai subjek pendidikan, sedangkan peran
guru adalah sebagai penguasa atau bersifat otoriter. Hubungan yang dibangun adalah
hubungan atasan dan bawahan. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran
dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yag ada dalam kurikulum.
Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan
kembali isi buku teks tersebut. Jadi, pembelajaran konvensional kurang menekankan pada

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 24


pemberian keterampilan proses. Adapun prinsip kelompok belajar dalam pembelajaran
konvensional adalah sebagai berikut (Trianto, 2007).

1. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah
satu anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ―mendompleng‖
keberhasilan―pemborong‖.
2. Kelompok belajar biasanya homogen.
3. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompk dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dengan caramasing-masing.
4. Keterampilan sosial sering tidak secara langsungdiajarkan.
5. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh gurupada
6. saat belajar kelompok sedangberlangsung.
7. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompokbelajar.
8. Penekanan sering hanya pada penyelesaiantugas.

Pengajaran dengan model ini dipandang efektif, dalam hal sebagai berikut (Sunartomb,
2009).

1. Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempatlain


2. Menyampaikan informasi dengancepat.
3. Membangkitkan minat akaninformasi.
4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya denganmendengarkan.

Namun demikian, pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan


sebagai berikut :

1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik denganmendengarkan.


2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang
dipelajari.
3. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yangkritis.
4. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat
pribadi.

Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pendahuluan pembelajaran, guru mengkonsentrasikan siswa pada materi yang


akan dipelajari dengan memberikan apersepsi. Peran siswa pada tahap ini adalah
mendengarkan penjelasanguru

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 25


2. Kegiatan inti pembelajaran, terdapat proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Proses
tersebut diterapkan guru dengan memberikan informasi kepada siswa. Peran siswa pada
tahap ini adalah menyimak informasi yang diberikan guru. Terkadang siswa membentuk
kelompok untuk melaksanakan praktikum dan mendiskusikan hasilpraktikum.
3. Kegiatan penutup pembelajaran, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran dan memberikan tes. Peran siswa pada tahap ini adalah menyimpulkan
hasil pembelajaran dan menjawab tes yang diberikan guru. Berdasarkan pemaparan di
atas maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran konvensional adalah model
pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas, namun masih terdapat kekeliruan dalam
pengimplementasiannya. Guru masih dominan dalam proses pembelajaran dan cenderung
memberikan pelayanan yang sama untuk semua siswa. Hal inilah yang menjadi landasan
dasar penghambat prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masingsiswa.

Perbandingan Pembelajaran berbasis TIK dengan Pembelajaran Berbasis


Konvensional

perbandingan kekuatan (strength) antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran


berbasis TIK:

Pembelajaran konvensional Pembelajaran berbasis TIK


–Murah – Bisa menvisualisasikan
peristiwa
yangberbahaya, sulit di praktekkan
– Mudah dilaksanakan – Fleksibel (tdk terbatas ruang dan waktu)
– Interaksi antara guru dan siswa lebih
cepat

perbandingan kelemahan (weaknesses) antara pembelajaran konvensional dengan


pembelajaran berbasisTIK:

Pembelajaran konvensional Pembelajaran berbasis TIK


Kurang bisa mengakomodasikecepatan Mahal dalam penyiapan infra struktur
belajar siswa

Koneksititas jaringan

93.Disajikan model pembelajaran, peserta mampu menentukan model-model


pembelajaranaktif
Model-Model Pembelajaran Aktif

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 26


a) Project BasedLearning
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpijak pada teori
belajar konstruktivistik.
b) Project OrientedLearning
Melibatkan pembelajar dalam suatu proyek misalnya proyek tersebut berupa sebuah
produk. Tujuan utamanya bukan hasil dari produk itu sendiri akan tetapi lebih
mengutamakan pada proses dan dampak dari pembelajaran tersebut
c) Problem Based Learning
Pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah, pembelajar lebih
didorong dalam kegiatan yang memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data, dan
analisis data
d) CooperativeLearning
Adapun Tipe-tipe Cooperative Learning antara lain sebagai berikut:
1) Jigsaw
2) NHT (Number HeadsTogether)
3) STAD (Student Teams AchievementDivisions)
4) TAI (Team Assisted Individualization atau Team AcceleratedInstruction)
5) Think-Pair-Share
6) Picture and Picture
7) Problem Posing
8) Problem Solving
9) Team GamesTournament(TGT)
10) Cooperative Integrated Reading andComposition(CIRC)
11) Learning Cycle(Daur Belajar)
12) CooperativeScript(CS)

94. Diuraikan ciri-ciri pembelajaran Holistik, peserta didik mampu menganalisis


pembelajaranHolistik
Ciri-Ciri Pembelajaran Holistik
Model pembelajaran holistik sangat menekankan pendekatan pendidikan yang sangat
manusiawi dan utuh. Model ini tidak sepihak atau tidak sepotong-sepotong. Pembelajaran
tidak didasarkan pada aspek otak saja, atau fisik saja, atau dari rohani saja, karena segala
aspek fisik maupun kejiwaan saling berkaitan dan melengkapi. Menurut Rubiyanto (2010:42-
43) terdapat sembilan ciri pembelajaran holistikyaitu:
a) Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala
potensinya. Mereka harus diajak untuk berhubungan dengan dirinya yang paling dalam
(innerself), sehingga memahami eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung sepenuhnya
kepadapencipta-Nya.
b) Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi jugaintuitif.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 27


c) Pembelajaran berkewajiban menumbuh-kembangkan potensi kecerdasan jamak (multiple
intelligences).
d) Pembelajaran berkewajiban menyadarkan siswa tentang keterkaitannya dengan
komunitasnya, sehingga mereka tak boleh mengabaikan tradisi, budaya, kerjasama,
hubungan manusiawi, serta pemenuhan kebutuhan yang tepatguna.
e) Pembelajaran berkewajiban mengajak siswa untuk menyadari hubungannya dengan bumi
dan "masyarakat" non manusia seperti hewan, tumbuhan, dan benda benda tak bernyawa
(air, udara, tanah) sehingga mereka emiliki kesadaranekologis
f) Kurikulum berkewajiban memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam
tingkatan trans-disipliner, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepadasiswa.
g) Pembelajaran berkewajiban menghantarkan siswa untuk menyeimbangkan antara belajar
individual dengan kelompok (kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara
pengetahuan dengan imajinasi, antara rasional dengan intuisi, antara kuantitatif dengan
kualitatif.
h) Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh, menemukan, dan memperluascakrawala.
i) Pembelajaran adalah sebuah proses kreatif danartistik.

95. Disajikan konsep pembelajaran kontekstual dan futuristik peserta didik mampu
membedakan pembelajaran kontekstual dan futuristik
Ringkasan Materi

Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Futuristik


 Pembelajaran kontekstual  Mereka menyukai ada kontrol. Para
merupakan pembelajaran yang siswa generasi abad ke-21 tidak
mengaitkan materi pembelajaran menyukai terikat oleh jadwal-
dengan konteks dunia nyata yang jadwal tradisional, dan juga tidak
dihadapi siswa sehari-hari. menyukai duduk di dalam kelas
 Sehingga siswa mampu membuat untuk belajar. Sebaliknya mereka
hubungan antara pengetahuan yang lebih menyukai untuk belajar
dimilikinya dengan penerapannya sendiri dengan menggunakan alat
dalam kehidupan sehari-hari dengan komunikasi yang bisa menjangkau
melibatkan komponen utama dunia yang tak terbatas. Dengan
pembelajaran yakni : caranya sendiri, mereka akan
konstruktivisme (constructivism), memperoleh informasi dari
menyelidiki(inquiry), pemodelan berbagai sumber di dunia. Dengan
(modeling), dan penilaian autentik demikian, mereka harus dikontrol
(authenticassessment). target pencapaian pengetahuannya,
 Pembelajaran kontekstual dikaitkan proses belajarnya dan hasil yang
dengan penerapannya dalam merekadapatkan.
kehidupan sehari-hari siswa di  Mereka juga menyukai banyak
lingkungan keluarga, masyarakat, pilihan. Untuk mata pelajaran
alam sekitar, dan dunia kerja, project, mereka akan menggunakan
sehingga pembelajaran menjadi teknologi untuk memperoleh banyak
bermakna bagisiswa informasi. Mereka harus diberi
 Dalam penerapannya kebebasan untuk memilih metode
pembelajaran kontekstual tidak dan teknik-tekniknya, untuk mereka
memerlukan biaya besar dan jalani dan pada akhirnya akan
media khusus karena mampu menyiapkan laporan,
memanfaatkan yang ada disekitar sebagaimana para siswa yang
 Dalam pembelajaran kontekstual tes melakukannya secaratradisional.
hanya merupakan sebagian dari  Mereka adalah orang-orang yang
teknik/ instrumen penelitian yang menyukai ikatan kelompok dan
disinergikan untuk menilai ikatan sosial, mereka membangun
kemampuan siswa yang group melalui media sosial mereka,
sebenarnya(autentik) kelompok mereka lintas bangsa,
 Beberapa model pembelajaran negara,budaya
yang merupakan
aplikasipembelajaran

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 28


kontekstual antara lain model dan bahkan agama. Mereka memiliki
pembelajaran langsung (direct jejaring internasional yang dinamis,
instruction), pembelajaran dan mereka manfaatkan
kooperatif (cooperative learning), pengelaman keilmuan yang jauh
dan pembelajaran berbasis lebih baik, daripada tutorial atau
masalah (problem based learning) mentoring dalam satu kelas di
sekolah tradisional.
 Mereka adalah orang-orang
terbuka, melalui tradisi jejaringnya
mereka belajar untuk menjadi
terbuka, tapi komunikasi mereka
tetapberjalan
dan tidak terganggu oleh perbedaan.

96. Disajikan RPP yang memanfaatkan teknologi dan media informasi abad 21, peserta
mampu menemukan pembelajaran berbasisTIK
Ringkasan Materi
Penggunaan teknologi dan media yang efektif menuntut agar para guru lebih terorganisir di
dalam menjalankan tugas pembelajarannya. Diawali memikirkan tujuan pembelajaran,
kemudian mengubah rutinitas kelas sehari-hari sesuai kebutuhan, dan akhirnya
mengevaluasi untuk menentukan dampak dari instruksi yang digunakan pada kemampuan
mental, perasaan, nilai, interpersonal skill, dan keterampilan motoric siswa. Terdapat Standar
Teknologi Pendidikan Nasional untuk Guru (National Educational Technology Standards for
Teacher/NETS-T) yang memberikan lima pedoman dasar untuk menjadi guru digital. Seperti
yang terlihat pada Tabel NETS-T di bawah ini menjelaskan praktik kelas, pengembangan
pelajaran, dan harapanprofessional

Standar Deskripsi

Memfasilitasi dan Guru menggunakan pengetahuan mereka tentang materi


Menginspirasi pelajaran, pengajaran dan pembelajaran, dan teknologi untuk
Pem- belajaran memfasilitasi pengalaman yang memajukan pembelajaran siswa,
dan Kreativitas kreativitas, dan inovasi baik di lingkungan tatap muka dan
Siswa. virtual.
Merancang Guru merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi
dan Mengembangkan pengalaman belajar otentik dan penilaian yang menggabungkan
Pengalaman dan alat dan sumber daya kontemporer untuk memaksimalkan
Penilaian Pembelaja- pembelajaran konten dalam kontak dan mengembangkan
ran Digital-Age. pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diidentifikasi dalam
NETS-S.
Model Kerja dan Guru menunjukkan pengetahuan, keterampilan,
Belajar Digital- dan proses kerja yang mewakili profesional inovatif dalam
Age. masyarakat global dan digital.

Mempromosikan Guru memahami masalah dan tanggung jawab sosial lokal


dan Model Digital dan global dalam budaya digital yang berkembang dan
Citizenship dan menunjukkan perilaku hukum dan etika dalam praktik
Tanggung Jawab profesional mereka.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 29


Terlibat dalam Guru secara terus-menerus meningkatkan praktik
Pertumbuhan profesional mereka, memodelkan pembelajaran seumur hidup,
Profesional dan memamerkan para pemimpin dalam komunitas sekolah
dan dan profesional mereka dengan mempromosikan dan
Kepemimpina mendemonstrasikan penggunaan alat-alat digital dan sumber
n. daya secaraefektif.

Standar Teknologi Pendidikan Nasional untuk Siswa (National Educational Technology Standards
for Students/NETS-S) terdapat enam keterampilan penting yang harus dimiliki dan ditanamkan
guru kepada siswa. Keterampilan ini penting diketahui guru untuk menyesuaikan kebutuhan
siswa dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti sekarang ini. Hal ini berguna
untuk kepentingan pengintegrasian ke dalam rencana pembelajaran yang akan disusunguru.

Standar Deskripsi

Kreativitas dan inovasi Siswa mendemonstrasikan perilaku berpikir kreatif,


membangun pengetahuan, dan mengembangkan produk dan
proses inovatif menggunakanteknologi.

Komunikasi Siswa menggunakan media digital dan lingkungan untuk


dan Kolaborasi berkomunikasi dan bekerja secara kolaboratif (termasuk
dari jarak jauh)untuk mendukung pembelajaran individu
dan berkontribusi pada pembelajaran yang lain.

Penelitian dan Siswa menggunakan media digital untuk mengumpulkan


kelancaran Informasi mengevaluasi, dan menggunakan informasi.

Berpikir Kritis, Siswa menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk


Pemecahan merencanakan dan melakukan penelitian, mengelola proyek,
Masalah, dan memecahkan masalah, dan membuat keputusan dengan
Pembuatan menggunakan media digital dan sumber daya yang tepat.
Keputusan
Kewarganegaraan Siswa memahami masalah-masalah manusia, klise, dan
Digital (Digital kemasyarakatan yang terkait dengan teknologi serta
Citizenship) mempraktekkanperilakunyasesuaidenganhukumdanetik
a.
Operasi Teknologi dan Siswa menunjukkan pemahaman yang kuat tentang konsep,
Konsep sistem, dan operasi teknologi.

101. Kecakapan Kompetensi Abad21

Buku bisa digantikan dengan teknologi, tetapi peran guru tidak bisa digantikan,
bahkan harus diperkuat. Pada era abad 21 sekarang ini, guru harus mampu memanfaatkan
teknologi digital untuk mendesain pembelajaran yang aktif kreatif dengan memperkuat
pedagogi siber pada diri guru. Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus
mampu memanfaatkan teknologi digital yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 30


yang memampukan siswa aktif dan berpikir kritis serta mampu menampilkan karakter
akhlak mulia sesuai tujuan nasional pendidikan..
Ciri kecakapan kompetensi guru abad 21 antara lain:
1) Guru sebagai fasilitator belajar pesertadidik
2) Guru harus mampu mentransformasikan diri dalam era digital dengan meningkatkan
minatbaca
3) Guru harus memiliki kemampuan untuk menulis
4) Guru harus kreatif daninovatif
5) Guru harus mampu melakukan transformasikultural
Karakteristik Siswa Abad 21
ada beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh generasi abad 21 mencakup nilai
dan perilaku seperti rasa keingintahuan tinggi, kepercayaan diri, dan keberanian.
Keterampilan dan kecakapan abad 21 mencakup tiga kategori utama,yaitu:
1. Keterampilan belajar dan inovasi: berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam
komunikasi dan kreativitas kolaboratif daninovatif.
2. Keahlian literasi digital: literasi media baru dan literasiICT.
3. Kecakapan hidup dan karir: memiliki kemamuan inisiatif yang fleksibel dan inisiatif
adaptif, dan kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan
kepemimpinan produktif dan akuntabel, sertabertanggungjawab.

102. Konsep PenilaianPembelajaran

Untuk mencapai tujuan pembelajaran abad 21, salah satu aspek yang penting yaitu
assessment atau penilaian. Penilaian dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, keduanya
menyatu (integrated). Kualitas pembelajaran yang baik dapat dilihat dari kualitas
penilaiannya, begitupun sebaliknya kualitas penilaian dapat menunjukkan bagaimana
kualitas pembelajarannya. Pendidik harus mampu merancang sistem penilaian yang
bersifat kontinu artinya penilaian dilakukan sejak peserta didik mulai melakukan kegiatan,
sedang, dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Penilaian bisa diberikan di antara
peserta didik sebagai feedback, oleh pendidik dengan rubrik yang telah disiapkan atau
berdasarkan kinerja serta produk yang merekahasilkan.
Secara garis besar, penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Penilaian yang bersifat formatif dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui sejauhmanakah suatu proses pembelajaran berlangsung sudah sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah direncanakan. Penilaian formatif dapat
dilakukan pada setiap tatap muka atau beberapa kali tatap muka pada penyampaian
materi pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Penilaian yang bersifat sumatif dilakukan
untukmengetahuisejauhmanakahpesertadidiktelahmenguasaimateriajardalam

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 31


periode waktu tertentu sehingga peserta didik dapat melanjutkan atau pindah ke unit
pembelajaran berikutnya.
Acuan Penilaian merujuk pada dua macam acuan yakni penilaian acuan norma
(norm reference test) dan penilaian acuan kriteria/patokan (criterion reference test).
Prinsip-Prinsip Penilaian dalam melaksanakan kegiatan pelaksanaan penilaian hasil
belajar peserta didik perlu diperhatikan kaidah-kaidah penilaian yang baik dan
tepatUntuk itu, penilaian hasil belajar harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut: obyektip, terpadu, sistematis, terbuka, akuntabel, menyeluruh dan
berkesinambungan, adil, valid, andal, dan manfaat. Penilaian yang digunakan pada
pembelajaran abad 21 hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penilaian efektif seperti
pada jenis penilaianberikut:
1. PenilaianAutentik
Penilaian autentik meminta siswa untuk menggunakan proses yang sesuai dengan isi
materi dan keterampilan yang sedang dipelajari dan digunakan siswa pada dunia
nyata. Penilaian autentik dapat diterapkan pada sebagian besar kinerja atau produk
yang dikembangkan siswa untuk didemonstrasikan. Bentuk penilaian autentik yang
paling sering digunakan adalah penilain autentik dengan menggunakan daftar ceklist,
skala sikap, daftar periksa peringkat produk, dan rubrik.
2. PenilaianPortofolio
Penilaian portofolio digunakan untuk menilai produk yang berwujud seperti prestasi
dalam hal analisis, sintaksis, dan evaluasi. Kunci utama dari penilaian portofolio adalah
permintaan untuk siswa merefleksi diri sendiri pada pembelajaran demonstrasi yang
sudah dilakukan pada produk portofolio. Untuk menggunakan penilaian portofolio,
kita harus menentukan apakah akan menggunakan portofolio tradisional atau
portofolio elektronik. Portofolio tradisional berwujud koleksi fisik dari hasil karya
siswa, sedangkan portofolio elektronik berisi pekerjaan menggunakan karyadigital.
3. PenilaianTradisional
Ketika guru membutuhkan informasi terkait pengetahuan dan keterampilan khusus
yang dimiliki siswa, maka penilaian tradisional digunakan untuk mendemonstrasikan
tingkat pengetahuan siswa tersebut. Penilaian tradisional meliputi soal pilihan ganda,
mengisi bagian yang kosong, isian singkat, benar salah, dan isian singkat. Penilaian
tradisional menggunakan standar tes yang sudah ditentukan sebelumnya untuk
mengetahui progres belajar siswa.

103. Konsep EvaluasiPembelajaran

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 32


Evaluasi merupakan kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program
yang di dalamnya ada unsur pembuatan keputusan. Evaluasi pada dasarnya merupakan
kegiatan pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis melalui suatu pengukuran, yang
selanjutnya data dianalisis dan hasil analisis data tersebut selanjutnya digunakan untuk
menentukan berbagai alternatif keputusan atau kebijakan yang relevan. Secara rinci tujuan
evaluasi program pembelajaran adalah sebagaiberikut:
1) Memutuskan seberapa jauh tujuan program berhasildicapai.
2) Menyimpulkan tepat tidaknya program yangdilaksanakan.
3) Mengetahui besarnya biaya yang digunakan untuk pelaksanaan program.
4) Mengetahui kekuatan dan kelemahan pelaksanaan program pembelajaran.
5) Mengindentifikasi pihak-pihak yang memperoleh manfaat, baik maksimum maupun
minimum.
6) Merumuskan kebijakan berkaitan dengan siapa yang harus terlibat pada program
berikutnya
Langkah-Langkah Evaluasi Untuk mendapatkan hasil yang benar dan tepat dalam
kegiatan evaluasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tujuan Evaluasi (mengapa
evaluasi dilakukan). 2) Desain Evaluasi (model evaluasi, evaluator, jadwal, instrumen, dan
biaya). 3) Instrumen Evaluasi (kualitas, uji coba). 4) Pengumpulan Data (sifat data,
ketersediaan data, responden, dan waktu). 5) Analisis/Interpretasi Data (proses data:
manual/ computer, pembaca/penafsir). 6) Tindak Lanjut (hasil untuk apa, obyektivitas hasil).
104. Penilaian Otentik

Penilaian otentik adalah merupakan salah satu bentuk penilaian hasil belajar
peserta didik yang didasarkan atas kemampuannya menerapkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki dalam kehidupan yang nyata di sekitarnya. Makna otentik adalah kondisi yang
sesungguhnya berkaitan dengan kemampuan peserta didik. Dalam kaitan ini, peserta didik
dilibatkan secara aktif dan realisitis dalam menilai kemampuan atau prestasi mereka sendiri.
Dengan demikian, pada penilaian otentik lebih ditekankan pada proses belajar yang
disesuaikan dengan situasi dan keadaan sebenarnya, baik itu di dalam kelas maupun di luar
kelas. Pada penilaian otentik, peserta didik diarahkan untuk melakukan sesuatu dan bukan
sekedar hanya mengetahui sesuatu, disesuaikan dengan kompetensi mata pelajaran yang
diajarkan. Di samping itu, pada penilaian otentik, penilaian hasil belajar peserta didik tidak
hanya difokuskan pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik.
Kelebihan penilaian otentik antara lain:

a) Peserta didik diminta untuk menunjukkan kemampuan melakukan tugas yang lebih
kompleks yang mewakili aplikasi yang lebih bermakna dalam dunianyata.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 33


b) Peserta didik diminta untuk menganalisis, mensintesis, dan menerapkan apa yang telah
merekapelajari.
c) Peserta didik untuk memilih dan mengonstruksi jawaban yang menunjukkan
kemampuannya.
d) Peserta didik diminta untuk membuktikan kemampuannya secara langsung melalui
aplikasi dan konstruksi pengetahuan yangdimilikinya.
Model penilaian yang dapat dikembangkan untuk kegiatan penilaian otentik
antaralain:
1) Penilaian Kinerja (performance assessment). Bentuk penilaian ini digunakan untuk
mengukur status kemampuan belajar peserta didik berdasarkan hasil kerja dari suatu
tugas. Pada penilaian kinerja peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan tugas
belajar tertentu dengan maksud agar peerta didik mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya. Instrumen yang dapat digunakan untuk merekam hasil
belajar pada penilaian kinerja ini antara lain: daftar cek (check list), catatan
anekdot/narasi, skala penilaian ( ratingscale).
2) Penilaian Proyek (project assessment)adalah bentuk penilaian yang diujudkan dalam
bentuk pemberian tugas kepada peserta didik secara berkelompok. Penilaian ini
difokuskan pada penilaian terhadap tugas belajar yang harus diselesaikan oleh peserta
didik dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dapat juga dikatakan sebagai
penilaian berbentuk penugasan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta
didik menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok. Dengan
menggunakan penilaian proyek pendidik dapat memperoleh informasi berkaitan dengan
kemampuan peserta didik dalam hal pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis informasi
atau data, sampai dengan pemaknaan ataupenyimpulan.
3) Penilaian Portofolio merupakan salah satu penilaian otentik yang dikenakan pada
sekumpulan karya peserta didik yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun
waktu tertentu. Karya-karya ini berkaitan dengan mata pelajaran dan disusun secara
sistematis dan terogansir . Proses penilaian portofolio dilakukan secara bersama antara
antara peserta didik dan guru.Hal ini dimaksudkan untuk menentukan fakta-fakta peserta
didik dan proses bagaimana fakta-fakta tersebut diperoleh sebagai salah satu bukti bahwa
peserta didik telah memiliki kompetensi dasar dan indikator hasil belajar sesuai dengan
yang telahditetapkan.
4) Jurnal belajar merupakan rekaman tertulis tentang apa yang dilakukan peserta didik
berkaitan dengan apa-apa yang telah dipelajari. Jurnal belajar ini dapat digunakan untuk
merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang
dipelajari. Misalnya, perasaan siswa terhadap suatu pelajaran, kesulitan yang dialami, atau
keberhasilan di dalam memecahkan masalah atau topik tertentu atau berbagai macam
catatandankomentaryangdibuatsiswa.Jurnalmerupakantulisanyangdibuatpeserta

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 34


didik untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah dipelajari atau diperoleh dalam
proses pembelajaran. Jadi, jurnal dapat juga diartikan sebagai catatan pribadi siswa
tentang materi yang disampaikan oleh guru di kelas maupun kondisi proses pembelajaran
di kelas.
5) Penilaian Tertulis mensuplai jawaban isian atau melengkapi, jawaban singkat atau
pendek dan uraian. Penilaian tertulis yang termasuk dalam model penilaian otentik adalah
penilaian yang berbentuk uraian atau esai yang menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi
dan sebagainya atas materi yang telah dipelajari.
Untuk dapat melaksanakan penilaian otentik secara tepat dan benar perlu
diperhatikan beberapa langkah seperti berikut:
a) Identifikasi dan Penentuan Standar yang akan dicapai.Tentukan kriteria
keberhasilan belajar yang harus dikuasai oleh peserta didik secara jelas danterukur.
b) Penentuan Tugas Otentik . Tentukan tugas-tugas belajar yang harus dikerjakan oleh
peserta didik dengan memperhatikan keterkaitan antara kompetensi belajar dan dunia
nyata.
c) Pembuatan Kriteria Tugas Otentik. Kriteria dalam penilaian otentik digunakan untuk
menilai seberapa baik peserta didik menyelesaikan tugas dan seberapa baik mereka
telah memenuhi standar. Kemampuan peserta didik pada suatu tugas ditentukan
dengan mencocokkan kinerja peserta didik terhadap seperangkat kriteria untuk
menentukan sejauh mana kinerja peserta didik memenuhi kriteria untuk tugas tersebut.
d) Pembuatan Rubrik. Rubrik digunakan sebagai patokan untuk menentukan tingkat
pencapaian peserta didik. Rubrik biasanya dibuat dengan berisi kriteria penting dan
tingkat capaian kriteria yang bertujuan untuk mengukur kinerja peserta didik. Kriteria
dirumuskan dengan kata-kata tertentu yang menunjukkan apa yang harus dicapai
peserta didik. Tingkat capaian kinerja ditunjukkan dalam bentuk angka-angka,
besarkecilnya angka tersebut bermakna tinggi rendahnya capaian hasil belajar peserta
didik.
e) Pengolahan Skor Penilaian Otentik. Hasil belajar peserta didik pada penilaian otentik
berujud sekor. Sekor ini merupakanjumlah jawaban benar peserta didik yang
merupakan hasil koreksi dari pendidik terhadap pekerjaan peserta didik. Nilai ini
menunjukkan bentuk kualitatif capaian hasil belajar peserta didik dalampembelajaran.

105. Konsep pendekatan saintifik dalampembelajaran

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 35


mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang ―ditemukan‖.
pendekatan saintifik/ ilmiah adalah suatu teknik pembelajaran yang menempatkan siswa
menjadi subjek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk
pengetahuan baru atau memadukan dengan pengetahuan sebelumnya. Pendekatan saintifik/
ilmiah terbukti lebih efektif dalam pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional.
Beberapa prinsip pendekatan Saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut
(Hosnan, 2014):
1. Pembelajaran berpusat padasiswa.
2. Pembelajaran membentuk students selfconcept.
3. Pembelajaran terhindar dariverbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikirsiswa.
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajarguru.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalamkomunikasi.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa
dalam strukturkognitifnya.
106. Ketrampilan menalar dalam pendekatansaintifik
Istilah ―menalar‖dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik
harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis
atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran
nonilmiah tidak selalu tidakbermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan
dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan
ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan
dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah
tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektifpsikologi,

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 36


asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari
kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika
terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan
melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen
Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses
pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga dikenal dengan teori
Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses
belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap, bukan secara tiba-
tiba.

Mengasosiasi | mengolah informasi adalah tahap ke empat dari serangkaian tahapan


pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan.
Mengasosiasi | mengolah informasi melatih siswa mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalammenyimpulkan.

Kegiatan mengasosiasi / menalar / mengolah informasi (associating)

1. mengolah informasi yang sudahdikumpulkan,


2. menganalisis data dalam bentuk membuatkategori,
3. mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka
menemukan
4. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkaninformasi.
5. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai
sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yangbertentangan
6. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola
dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditemukan.

107. Pendekatan TPACK dalampembelajaran


Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) dikenal didalam bidang penelitian
pendidikan sebagai kerangka teoritis untuk memahami pengetahuan yang dibutuhkan oleh
guru untuk mengintegrasikan tiga domain pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 37


(Mishra & Koehler, 2006). Pada perkembangannnya akronim TPCK diubah menjadi
TPACK untuk mempermudah mengingatnya dan untuk membentuk integrasi antara tiga
jenis pengetahuan yaitu teknologi, pedagogi, dan konten (Thomson dan Mishra, 2007-
2008). kerangka TPACK diadopsi dari konstruksi Schulman tentang PCK dengan
memasukkan pengetahuan teknologi yang ditempatkan bersama dengan pengetahuan
konten dan pedagogi.

TPACK adalah sebuah kerangka yang menggambarkan hubungan dan kompleksitas antara
tiga komponen dasar pengetahuan (teknologi,pedagogi, dan konten) (Koehler & Mishra,
2008; Mishra & Koehler, 2006). Pada irisan 3 tipe pengetahuan adalah pemahaman intuitif
pengajaran konten dengan metode pedagogi dan teknlogi yang sesuai. tujuh komponen
yang termasuk kedalam kerangka TPACK adalah:

 Technology knowlegde (TK): TK merupakan pengetahuan tentang berbagai teknologi dari


mulai teknologi rendah (low tech) seperti pensil dan kertas ke teknologi digital seperti
internet, videO, interactive whiteboard, dan programsoftware.
 Content knowlegde (CK): CK adalah pengetahuan tentang materi keilmiah yangakan
dibelajarkan atau diajarkan (Mishra & Koehler, 2006, p. 1026). Seorang guru harus
mengetahui tentang konten pengetahuan yang akan merekaajarkan.
 Pedagogical knowledge (PK): PK berhubungan dengan metode dan proses mengajar dan
termasuk pengetahuan dalam manajemen kelas, penilaian, pengembangan rencana
pembelajaran (RPP), dan belajarsiswa.
 Pedagogical content knowledge (PCK): PCK berhubungan dengan pengetahuan konten
yang berhubungan dengan proses mengajar (Shulman,1986). PCK berbeda dengan
berbagai jenis konten, karena PCK merupakan perpaduan antara konten dan pedagogi
dengan tujuan untuk mengembangkan praktek mengajar suatu konten yang lebihbaik.
 Technological content knowledge (TCK): TCK merupakan pengetahuan tentang bagaimana
teknologi bisa mencipkan representasi yang baru untuk konten yang spesifik. Dengan
menggunakan teknologi yang spesifik, guru bisa mengubah cara guru berlatih dan
memahami konsep di dalam kontenspesifik.
 Technological pedagogical knowledge (TPK): TPK merupakan pengetahuan tentang
bagaimana berbagai teknologi bisa digunakan dalam mengajar dan untuk memahami
bahwa penggunaan teknologi dapat merubah cara gurumengajar.
 Technological pedagogical content knowledge (TPACK): TPACK berhubungan dengan
pengetahuan yang dibutuhkan oleh guru untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam
pengajaran konten tertentu. Guru memiliki pemahaman intuitif mengenai interaksi
kompleks antara tiga komponen dasar pengetahuan (konten, pedagogi, teknologi) dengan
mengajarkan konten menggunakan metode pedagogik dan teknologi yangsesuai.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 38


TPACK adalah kerangka yang berguna untuk berpikir tentang pengetahuan apa yang harus
guru miliki untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran dan bagaimana mereka
dapat mengembangkan pengetahuan ini. Penggunaaan TPACK sebagai kerangka untuk
mengukur pengetahuan mengajar dapat berdampak pada tipe pelatihan dan pengembangan
pengalaman profesional yang dirancang untuk calon guru dan guru. Oleh karena itu, Hal itu
merupakan kebutuhan kontinu untuk memikirkan kembali praktik persiapan kami di bidang
pendidikan guru dan mengusulkan strategi baru yang lebih mempersiapkan guru untuk
mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran mereka.

108. Penilaian berorientasiHOTS


a. Batasanpenilaian
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan bentuk kualitatif kepada atribut
atau karakteristik seseorang, kelompok atau objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil
oengukuran. Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar.
Penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian yang bersifat formatif (dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran berlangsung
sudah sesuai dengan RPP) dan penilaian yang bersifat sumatif.(dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah menguasai materi ajar dalam periode waktu
tertentu, sehingga peserta didik dapat melanjutkan ke unit pembelajaran berikutnya)
b. Acuanpenilaian
Kegiatan penilaian dapat merujuk pada dua macam acuan yakni; penilaian acuan norma
dan penilaian acuan kriteria/patokan. Perbedaan utama antara dua acuan tersebut
adalah pada penafsiran skor dan hasil tes.
c. Prinsip-prinsippenilaian
1) Obyektif
2) Terpadu
3) Sistematis
4) Terbuka
5) Akuntabel
6) Menyeluruh danberkesinambungan
7) Adil
8) Valid
9) Andal,dan
10) Manfaat
d. Bentukpenilaian
Beberapa bentuk penilaian yang bisa digunakan anatara lain; tes kinerja (disebut juga tes
unjuk kerja), observasi, tes tertulis, tes lisan, penugasan, portofolio, wawancara, tes
inventori, jurnal, penilaian diri dan penilaian antarteman.
109. Soal berorientasiHOTS
a. Soal tesuraian
Tes bentuk uraia dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu soal uraian bebas dan soal
uraian terbatas (terstruktur). Tes bentuk uraian bebas memberi kebebasan kepada
peserta tes untuk memberikan jawaban selengkap mungkin. Pada tes bentuk uraian
terbatas, jawaban yang diberikan peserta tes dibatasi berdasarkan aspek-aspek khusus
dari mata pelajaran yangdiujikan

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 39


Menulis soal uraian berdasarkan indikator-indikaor yang ada pada kisi-kisi soal. Setiap
indikator soal dapat dituangkan menjadi satu atau lebih butir soal sesuai dengan
tuntutan indikator. Soal juga harus dilengkapi dengan pedomanpenskoran.
b. Soal tesobjektif
1) Bentuk soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus
dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telahdisediakan
2) Bentuk soal benar salah. Bentuk soal ini menuntut peserta didik untuk memilih dua
kemungkinanjawaban
3) Bentuk soal menjodohkan. Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok
pernyataan. Kelompok pertama dituslis pada lajur sebelah kiri, biasanya
merupakan pernyataan soal atau pernyataan stimulus. Kelompok kedua ditulis
sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban atau pernyataanrespon.
110. Analisis butirsoal
Butir-butir soal yang sudah ditulis harus ditelaah terlbih dahulu sebelum digunakan. Hal ini
perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana kualitas soal ditinjau dari subtansi materi,
konstruksi dan bahasa yang digunakan.
111. Pengolahan hasiltes
Data yang terkumpul dari penilaian dengan teknik tes akan berupa data kuantitatif. Data
tersebut merupakan data mentah yang harus diolah dan diperiksa oleh guru. Prosedur
pelaksanaan pengolahan hasil penilaian adalah sebagai berikut:
a. Melakukanpenskoran
b. Mengkonversikan skor mentah menjadi skor standar (menyesuaikannorma)
c. Mengkonvesikan skor standar kedalam nilai baik berupa huruf atauangka

No Indikator Esensial Materi


Soa
l
109 Disajikan data hasil tes, Penilaian kinerja sering disebut sebagai
mahasiswa dapat penilaian unjuk kerja (performance assessment).
mengkategorisasikan Bentuk penilaian ini digunakan untuk mengukur
jenis penilaian kinerja status kemampuan belajar peserta didik
berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas. Pada
penilaian kinerja peserta didik diminta untuk
mendemonstrasikan tugas belajar tertentu dengan
maksud agar peerta didik mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Instrumen yang dapat digunakan untuk merekam
hasil belajar pada penilaian kinerja ini antara lain:
daftar cek(check list),
catatan anekdot/narasi, skala penilaian ( rating scale
110 Disajikan materi tentang pendidik bertanggung jawab pula untuk
program remedial, memperbaiki prestasi peserta didik yang belum
mahasiswa dapat berhasil melalui program perbaikan/remediasi.
menganalisis program
pembelajaran remedial
111 Disajikan materi tentang Bagi peserta didik yang sudah mencapai batas
program pengayaan, maksimum, pendidik dapat memberi program
mahasiswa dapat pengayaan dengan tujuan mengembangkan
menganalisis program prestasinya. Hal yang tidak boleh dilupakan dalam
pembelajaran pengayaan pemanfaatan hasil penilaian peserta didik adalah
untukmenyusun
laporan hasil penilaian sebagai fungsí administrasi
112 Disajikan deskripsi tentang penelitian tindakan adalah suatu
konsep dasar PTK, bentukpeneli- tian refleksi diri yang dilakukan oleh
mahasiswa dapat para partisipan dalam situasi-situasi sosial
mengambil kesimpulan (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik
tentang konsep PTK yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan
diperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 40


praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal
pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan
dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan
penelitian tindakan ke dalam tiga areayaitu;
1. untuk memperbaikipraktik;
2. untuk pengembangan profesional dalam
artimeningkatkan pemahaman para praktisi
terhadap praktik yang dilaksana-kannya;
3. untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana
praktik tersebutdilaksanakan.

113. MasalahPTK

Tidak semua masalah pembelajaran dapat dikaji dan dipecahkan melalui PTK.Oleh karena
itu, untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu guru harus memiliki
perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran, berani dan jujur terhadap diri
sendiri dan tindakannya dalam pembelajaran; serta memahami kelemahan dari
pembelajaran yangdilakukannya
Masalah yang akan diangkat menjadi topic PTK sebaiknya dikembangkan secara
berkelanjutan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, selama kurun waktu satu
semester atau satu tahun pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa guru sebagai
peneliti harus senantiasa meninjau dan memperbaiki rumusan masalah PTK yang
dikembangkan secara berkelanjutan, demikian halnya dengan hipotesis tindakan dan
pelaksanaanya.
Lebih lanjut, masalah pembelajaran yang dapat dijadikan topic atau tema PTK, dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Metodepembelajaran.
2. Strategipembelajaran.
3. Perubahan sikap dan nilai yang dapat mendorong tumbuhnya sikap yang lebih positif
terhadap berbagai aspekkehidupan.
4. Pengembangan profesionalisme guru, misalnya meningkatkan keterampilan
mengajar, mendayagunakan sumber belajar, danlain-lain.
5. Modifikasi perilaku, pengenalan bertahap terhadap teknik modifikasi perilaku yang
dapat menunjang standar kompetensi dan kompetensidasar.
6. Manajemen, meningkatkan efisiensi aspek tertentu dari manajemen pembelajaran
dan pengelolaankelas.
7. Penilaian, melakukan penilaian hasil belajar yang adil dantransparan.

Apapun masalah penelitian yang dipilih hendaknya dapat diteliti, dapat diberi tindakan,
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan.
Terdapat beberapa kriteria yang perlu diperahatikan dalam identifikasi masalah PTK
sebagai berikut:
1. Masalah yang akan dijadikan topic PTK benar-benar muncul dalampembelajaran.
2. Penting dan bermanfaat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan mutu
pembelajaran.

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 41


3. Penting bagi guru sebagai peneliti dan sejalan dengan rencana pengembangan
sekolah.
4. Dapat dipecahkan dengan mempertimbangkan waktu, tenaga, dan biaya yangada.
5. Mengungkap berbagai aspek fundamental mengenai sebab dan akibat sehungga
pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal yang fundamentalpula.
6. Adanya alas an rasional, logis, dan sistematis yang mendasari perlunya penelitian
tersebutdilakukan.
7. Adanaya metode dan prosedur yang jelas untuk menemukan jawaban terhadap
masalahtersebut.
8. Masalah tersebut berada dalam jangakauan tugas guru yang dapat dihadapi secara
proporsional danprofessional.
9. Masalah tersebut riil dan problematika yang memerlukan pemecahan dengansegera.
10. Analisismasalah

114. solusi dalamPTK


Berdasarkan akar penyebab masalah yang paling mendominasi adalah dari guru. Dari
berbagai masalah yang salah satu sumbernya adalah guru, yaitu misalnya guru berinovasi
dalam mengembangkan pembelajarannya sehingga siswa kurang aktip. Maka solusi
pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif, misalnya tipe Numbered Heeds Togedher ( NHT )
dengan menggunakan mediagambar cerita bersambung.

115. Langkah-langkahPTK

a) mengidentifikasi dan merumuskanmasalah;


b) menganalisismasalah;
c) merumuskan hipotesistindakan;
d) membuat rencana tindakan danpemantauannya;
e) melaksanakan tindakan danmengamatinya;
f) mengolah dan menafsirkan data;dan
g) melaporkan.

116. Langkah-langkah penyusunan proposalPTK

Dalam membuat proposal PTK, biasanya guru /peneliti mengacu pada format dari
Depdiknas :
1. Judul penelitian
2. Bidangilmu
3. Pendahuluan
4. Perumusanmasalah
5. Cara pemecahanmasalah
6. Tinjauanpustaka
7. Tujuanpenelitian
8. Konstribusi hasilpenelitian

Ringkasan Materi UP 2019-Akidah5 - 42


9. Metodepenelitian
10. Jadwalpenelitian
11. Personaliapenelitian
12. Lampiran
13. Daptarpustaka
14. Riwayat hiduppeneliti
15. Pengalaman penelitian yang relevan
117. Teknikpengumpulan data yang tepatdalamPTK
Data penelitian tindakan dapat berbentuk catatan lapangan, catatan harian, transkrip
komentar peserta penelitian, rekaman audio, rekaman video, foto dan rekaman/catatan
lainnya. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian
tindakan, antara lain.
1. Catatan Anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang
dikatakan atau dilakukan perseorangan dalam kelas dalam suatu jangkawaktu.
2. Catatan Lapangan : Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup
kesan dan penafsiransubjektif.
3. Deskripsi Perilaku Ekologis : Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika
dibandingkan dengan teknik pertama diatas.
4. Analisis Dokumen : Gambaran tentang persoalan: sekolah atau bagian sekolah, kantor
atau bagian kantor, dapat di konstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen:
surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan, memo guru atau
pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang
dipamerkan, garis besar, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan,
kebijakan, dan/atauperaturan.
5. Catatan Harian : Catatan harian (diaries) adalah catatan pribadi tentang pengamatan,
perasaan, tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis danpenjelasan.
Penulisan catatan harian (diaries) harus selalau dengan menuliskan tanggal kejadian.
Demikian juga. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi,
penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Catatan harian dapat digunakan
untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut:
a. Merekam secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang,
dengan klasifikasi judul, misalnya Kapan? Di mana? Siapa? Yang mana?
Bagaimana?Mengapa?
b. Aide mémoire untuk merekam catatan pendek tentang penelitian yang sedang
dilakukan untuk refleksikemudian.
c. Memotret secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data
deskriptif lengkap yang akan digunakan untuk laporan lengkaptertulis.
d. Catatan introspektif dan evaluatif-diri di mana peneliti mencatat pengalaman,
pemikiran, dan perasaan pribadi dalam rangka memahamipenelitiannya.
6. Logs : Teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun
dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan
kelas, dansebagainya.
7. Kartu Cuplikan Butir : Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam
kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu untuk satukartu.
8. Portofolio : Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun
dengan tujuantertentu.
9. Angket : Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Prinsip
Penulisan Angket:
a. Isi dan TujuanPertanyaan
b. Bahasa yangdigunakan
c. Tipe dan BentukPertanyaan
d. Pertanyaan tidak mendua(double barreled),contohnya―Bagaimanapendapat
anda mengenai kualitas dan relevansi pendidikan saatini?‖
e. Pertanyaan tidak menggiring, maksudnya pertanyaan dalam angket tidak
menggiring/ mengarahkan ke jawaban yang baik atau yang buruksaja.
f. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalupanjang.
g. PrinsipPengukuran.
h. Penampilan FisikAngket.
Jenis-jenis Angket atau Kuesioner
i. Jenis angket berdasarkan cara responden menjawab, diantaranya:
j. Angket tidak berstruktur (terbuka) ialah angket yang disajikan dalam bentuk
sederhana sehingga responden dapat memberikan jawaban bebas sesuai dengan
kehendak dankeadaannya.
k. Angket berstruktur (tertutup) ialah jenis angket yang setelah rumusan
pertanyaannya disediakan pula alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh
responden. Angket berstruktur dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
1) Angket berstruktur dengan pertanyaan tertutup ialah angket yang telah
menyediakan alternatif jawaban yang harus dipilih responden tanpa kemungkinan
jawabanlain.
a. sangatbaik
b. baik
c. cukup
d. kurang
e. sangat kurang
2) Angket berstruktur dengan pertanyaanterbuka
Contoh : Pembelajaran yang bagaimanakah yang kalian sukai?
a. Pembelajaran yangmenyenangkan
b. Pembelajaran yanghumoris
c. Pembelajaran yangsantai
d. Pembelajaran yangkomunikatif
e. ………………………………….
3) Angketberstruktur
Jenis angket berdasarkan bentuknya, antara lain :
a. Angket pilihan ganda (sama dengan angkettertutup)
b. Angket isian, seperti angket tercheck list/ daftar cek, sehingga responden
tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yangsesuai.
10. Wawancara
a. Wawancaraterstruktur
b. Wawancara semiterstruktur
c. Wawancara formalberstruktur
11. Teknik Sosiometrik : Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-
individu disukai atau salingmenyukai.
12. Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi
Kedua teknik ini dapat menunjukpada:
a. Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan(individu
atau kelompok), memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat
b. Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar,
mengungkapkan diri, menyanggah,menyetujui.
c. Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi
isyarat, menulis, berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswalamban.
d.Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis,
menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan
bibir.
13. Rekamanpita
14. Rekamanvideo
15. Foto danslide
16. Penampilan subyek penelitian pada kegiatanpenilaian
Data adalah fakta yang mengandung sejumlah informasi, kumpulan fakta empirik
yang dikumpulkan oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau
menjawab pertanyaan penelitian.
118. PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA
A. PENGOLAHANDATA
Pengolahan data adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel
penelitian yang siap dianalisis.
Data yang diperoleh masih berupa data mentah (raw data)
Sebagai landasan empirik dalam menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis
penelitian.
Kegiatan apa yang dilakukan untuk menganalisis data :
1. Pengolahan dan penyajian data 2. Mendeskripsikan data 3. Menganalisis data 4.
Mengujihipotesis.
Meliputi apa saja dalam pengolahan data?
1. Pengeditandata
2. Tranformasi data(coding)
3. Tabulasidata
B. PENYAJIANDATA
Mengapa perlu menganalisis data kuantitatif?
Untuk mempermudah membaca dan menyajikan data yakni dengan menggunakan
teknik statistik.
Apa yang dimaksud dengan Penyajian Data Kuantitatif?
Teknik statistik yang dapat diterapkan untuk menyajikan dan mendeskripsikan data
kuantitatif.
119. Konsep dasar karyatulis ilmiah(KTI)
Karya ilmiah menggunakan bahasa keilmuan, yaitu ragam bahasa yang menggunakan
istilah-istilah keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami oleh pakar pada bidang
tertentu. Oleh karena itu penulis karya ilmiah hendaknya mengambil topic permasalahan
karya ilmiah nya sesuai bidang yang ditekuni agar hasil karya-karya ilmiahnya dapat
lebih terperinci dan mendalam.
Ciri-ciri bahasa keilmuan sebagai media karya ilmiah antara lain :
1. Reproduktif, artinya bahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan
makna yang sama olehpembaca.
2. Tidak ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisnya kurang menguasai
materi atau kurang mampu menyusun kalimat dengan subjek dan predikat yangjelas.
3. Tidak Emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Hal-hal yang
diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pada subjektifitaspenulisnya.
4. Penggunaan bahasa baku dalam ejaa, kata, kalimat dan paragraf. Penulis harus
menggunakan bahasa mengikuti kaidah tatabahasa agar tulisannya tidak mengandung
salah tafsir bagipembaca.
5. Penggunaan istilah keilmuan, artinya penulis karya ilmiah harus mempergunakan
istilah-istilah keilmuan bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap
ilmu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang yanglain.
6. Bersifat dekoratif, artinya penulis dalam karya ilmiah harus menggunakan istilah
atau kata yang hanaya memiliki satumakna.
7. Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis, alur
pemikiran yang lancer, dan kecermatanpenulisan.
8. Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraf dalam setiapbab.
9. Bersifat straightforward atau langsung ke sasaran. Tulisan ilmiha hendaknya tidak
berbelit-belit, tetapi langsung ke penjelasan atau paparan yang hendak disampaikan
kepadapembaca.
10. Penggunaaan alimat efektif, artinya kalimat itu padat berisi, tidak berkepanjangan
(bertele-tele), sehingga makna yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat
mencapai sasaran (Rahayu, 207 :50).
Syarat-syarat Ilmiah
1. Komunikatif, artinya uraian yang disampaikan dapat dipahamipembaca.
2. Kata dan kalimat yang disusun penulis hendaknya bersifat denotatif, sehingga
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagipembacanya.
3. Bernalar, artinya tulisan itu harus sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi
dan koherensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara
objektif, benar, dan dapatdipertanggungjawabkan.
4. Ekonomis, artinya kata atau kalimat yang ditulis hendaknya diseleksi sedemikian
rupa sehingga tersusun secara padatberisi.
5. Berdasarkan landasan teoritis yang kuat, artinya suatu hasil karya ilmiah bukan
subjektifitas penulisnya, tetapi harus berlandaskan teori-teori tertentu yang
dikuasai secara mendalam olehpenulis.
6. Tulisan harus relevan dengan ilmu tertentu, artinya tulisan harus ditulis oleh
seseorang yang menguasai suatu bidang ilmutertentu.
7. Memiliki sumber penopang mutakhir, artinya tulisan ilmiah harus menggunakan
landasan teori berupa teori mutakhir(terbaru).
8. Bertanggung jawab, artinya sumber data, buku acuan dan kutipan harus
bertanggung jawab dengan menyebutkan sumber tulisan dalam karya ilmiahnya
(Suparno dan M Yunus, 2007:20).

120. Ragam penulisanKTI


JUDUL ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN KATA
PENGANTAR DAFTAR IS
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penulisan BAB
II. LANDASAN TEORI
Kajian Teoretis Kerangka
Berpikir Metodologi
Penulisan
BAB III. PEMBAHASAN
Deskripsi Kasus
Analisis Kasus
BAB IV. KESIMPULAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai