Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Manajemen adalah suatu keniscayaan untuk mencapai tujuan


manusia dalam organisasi dengan mudah. Manajemen dibutuhkan
untuk mengelola banyak sumberdaya organisasi, seperti metode, SDM,
waktu, sarana, prasarana, dan lain-lain. Manajemen juga berarti
berbagai cara yang lebih efektif dan efisien untuk melaksanakan suatu
pekerjaan. Manajemen sudah memungkinkan kita guna mengurangi
berbagai hambatan untuk mencapai suatu tujuan.
Manajemen memberikan imajinasi dan prediksi dan agar kita bisa
mengantisipasi dinamika berbagai perubahan lingkungan yang berjalan
serba cepat. Untuk mendapatkan dan mempermudah kepastian
terhadap pencapain tujuan ini, maka para ilmuwan berupaya
menemukan teori, sistem, metode untuk pencapain tujuan tersebut,
sehingga dari sini memunculkan ilmu manajemen. Selanjutnya
manajemen memiliki cabang-cabang pembahasannya, salah satunya
adalah manajemen pendidikan.

A. Definisi Manajemen Pendidikan


Manajemen Pendidikan dapat didefinisikan dari berbagai
sudut pandang, yaitu:
Pertama, Manajemen sering diartikan dalam definisi yang
sempit, yakni aktivitas ketatausahaan atau administrasi yang pada
intinya merupakan aktivitas rutin pencatatan, pendokumentasian,
kegiatan surat menyurat dan pelaporan kegiatan. Pengertian
tersebut tidak dapat disalahkan karena memang unsur-unsur yang

1
ada di dalam administrasi merupakan bagian dari manajemen
pendidikan. Namun pengertian tersebut belum mencerminkan
pengertian manajemen secara keseluruhan.
Kedua, manajemen pendidikan bisa diartikan dari sudut
pandang sistem pendidikan. Sistem merupakan setiap komponen
yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya serta saling
mempengaruhi. Komponen tersebut dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok besar, yaitu input, transformasi dan output. Sebagai
ilustrasi bisa dilihat pada gambar di bawah ini:

Tujuan, Proses Belajar Mengajar, Guru, Kurikulum,


Sarana Prasarana, Unit-unit Penunjang Pendidikan,
Ketatausahaan
Kepegawaian, Kepala Sekolah, Teknologi,
Penelitian, Pengawasan Mutu, Biaya

Transformasi

Input/ Output/
Calon Siswa Lulusan

Gambar 1.1
Manajemen Sebagai Sistem
Calon siswa sebagai bahan mentah diharapkan menjadi bahan
jadi setelah melalui proses transformasi. Upaya tersebut tidak dapat
dicapai jika komponen-komponen yang ada di dalamnya tidak saling
mendukung sebagai suatu sistem pendidikan.
Ketiga, manajemen pendidikan diartikan sebagai proses dengan
tahapan-tahapan tertentu. Definisi dari sisi proses ini yang paling
banyak dianut. Banyak ahli mengartikan manajemen dengan sejumlah
definisi, yaitu”proses tertentu yang dilaksanakan untuk pencapaian
tujuan organisasi yang telah ditentukan melalui penggunaan manusia
dan berbagai sumber daya lainnya”. Pengertian ini menguaraikan
bahwa di dalam manajemen terdapat unsur tujuan, unsur manusia dan

2
unsur sejumlah sumber non manusia. Faktor tersebut yang dikelola
secara efektif dan efisien bagi pencapaian tujuan.
Keempat, manajemen pendidikan adalah ilmu dan seni. Ilmu dan
seni bagi pencapaian suatu tujuan melalui aktivitas orang lain. Hal
tersebut bermakna manajemen pendidikan hanya dapat dilakukan jika
pada pencapaian tujuan ini tidak hanya dilaksanakan oleh seseorang
saja, namun juga dilaksanakan oleh lebih dari seorang. Oleh karena
itulah maka semakin banyak kita melibatkan orang dalam pencapaian
tujuan, maka akan semakin besarlah peranan manajemen di sini.
Misalnya seseorang mempunyai 5 siswa untuk dididik mungkin dapat
dilakukan sendiri, tetapi jika siswanya berjumlah ratusan maka hal ini
akan sulit dilakukan sendiri, sehingga untuk mendidiknya diperlukan
bantuan orang lain. Disinilah aspek manajemen ternyata menonjolkan
aspek teknis.
Dalam kontek ini, Engkoswara (Permadi, 2007:5) mendefinisikan
manajemen pendidikan pada pengertian yang luas merupakan suatu
ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengelola sumber daya bagi
pencapain tujuan yang sudah ditentukan secara produktif dan
bagaimana membuat kondisi yang baik bagi orang yang ikut serta
untuk mencapai tujuan yang disetujui bersama.
Dari pengertian tersebut, dapat penulis kemukakan bahwa
penataan mengandung makna mengatur, memimpin, mengelola
sumber daya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan pembinaan pendidikan. Sumber daya terdiri atas sumber daya
manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan),
sumber belajar dan kurikulum, serta fasilitas. Tujuan pendidikan yang
produktif berupa prestasi yang efektif dan suasana atau proses yang
efisien, sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang
produktif dapat dilihat dari sudut administratif psikologis dan
ekonomis. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Thomas (Mulyasa,
2002:83) bahwa pendidikan yang produktif memiliki tiga fungsi yaitu:
(1) the administrator's productions function, (2) the psychological production
function, and (3) the economist's productions function.
Kelima, Manajemen pendidikan diartikan sebagai pengendalian
kegiatan pendidikan. Lebih lanjut Nawawi (1981) menjelaskan sebagai

3
berikut:
Kegiatan manajemen pendidikan itu merupakan suatu usaha
pengendalian rangkaian kegiatan pendidikan yang terarah pada
pencapaian kegiatan pendidikan yang hendak dicapai oleh kelompok
kerja sama yang menyelenggarakan usaha pendidikan itu. Dengan
demikian, kegiatan manajemen pendidikan bukanlah kegiatan
kependidikan, akan tetapi adalah kegiatan pengendalian rangkaian
kegiatan kependidikan agar berlangsung secara efektif dalam mencapai
tujuannya.

Berpijak dari definisi di atas, menurut pendapat penulis pada


hakekatnya proses manajemen pendidikan mengarah kepada upaya
untuk mencapai tujuan, yang memerlukan berbagai keterlibatan,
suasana pendukung dan pendekatan sistem sesuai dengan karakteristik
organisasi yang mempunyai visi, misi, fungsi, tujuan dan strategi
pencapaiannya. Manajemen pendidikan merupakan bagian dari ilmu
manajemen yang mempelajari penataan sumber daya manusia,
kurikulum, sumber belajar dan dana, serta upaya nencapai tujuan
lembaga secara dinamis.
Apabila penerapan manajemen pendidikan dirumuskan dalam
pola-pola praktis yang kaku oleh pemegang kebijakan, akan
mengakumulasikan kerawanan masalah. Seperti proses pembelajaran
yang kurang memadai, pengembangan sumber daya manusia (SDM)
yang tidak profesional dan lain sebagainya. Membiarkan pola seperti
ini berkembang (tanpa ada solusi alternatif menuju perkembangan
pesantren, madrasah dan sekolah ke depan) pada saatnya akan
mengancam eksistensi pendidikan itu sendiri. Hal terpenting dari
semua ini dalam melaksanakan pengelolaan manajemen pendidikan
terutama pada perannya yang seluruh potensi yang dimiliki
stakeholder dan kemudian secara bersama menyusun program dan
rencana pengembangan lembaga pendidikan secara bertahap serta
meneguhkan kembali komitmen stakeholder kepada pentingnya
pendidikan dalam rangka mempersiapkan subyek didik yang cerdas,
bermoral dan memiliki keterampilan, sehingga dapat memberikan
kontribusi pemikiran perkembangan zaman.

4
B. Proses Manajemen Pendidikan
Proses manajemen melibatkan fungsi-fungsi pokok yaitu
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Penggerakan/Kepemimpinan (Actuating/Leading), Pengkoordinasian
(coordinating), Pembiayaan (Budgeting), Pengawasan (Controlling),
Penilaian (Evaluating). Maka manajemen diartikan sebagai proses
merencanakan, mengorganisir, mengkoordinasi, memimpin,
membiayai, mengawasi dan menilai upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan effisien.
Proses manajemen pendidikan tersebut secara lebih jelas
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses pertama dalam
menjalankan manajemen pendidikan. Sebuah rencana harus
disusun berdasarkan landasan yang kuat dan penglihatan yang
tajam, jauh dan luas jauh ke masa depan. Karena rencana ini
selanjutnya akan menjadi pola pengorganisasian dan pelaksanaan
serta proses manajemen lainnya. Oleh karena itu penyusunannya
harus berdasarkan pemikiran yang matang. Mereka yang terlibat
dalam penyusunan rencana haruslah orang yang mempunyai
wawasan, tanggap dan terbuka terhadap pendapat orang lain dan
peka terhadap perkembangan zaman.

Bagaimana rencana
membangun ssarana
sekolah kita?

Landasan yang kuat sebagai pijakan perencanaan adalah


sebagai hasil penelaahan fakta yang seksama, hasil opini yang
luas dan hasil penelitian motivasi yang mendalam. Hal ini

5
penting, sebab manusia adalah faktor sentral dalam manajemen
yang menjadi subyek sekaligus obyek.
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan dan
pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat
menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan
dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Perencanaan juga sebagai proses penyusunan berbagai keputusan
pada masa yang akan datang dan merupakan awal dari proses
yang rasional yang diharapkan dapat mengatasi berbagai
permasalahan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan proses pengaturan faktor-
faktor yang nantinya akan dilibatkan dalam pelaksanaan suatu
rencana. Pengaturan tersebut berupa pengelompokan sumber
daya lembaga pendidikan berdasarkan spesifikasi, fungsi,
kemampuan, pekerjaan yang dilaksanakan dan lain-lain, sehingga
masing-masing kelompok tadi dapat menjalankan peran dalam
manajemen dengan sebaik-baiknya. Menurut Davis dan Filley
dalam Winardi (1979:21) bahwa pengorganisasian harus
didasarkan kepada pekerjaan bukan kepada orangnya. Suatu
organisasi disusun dikarenakan pekerjaan yang akan
dilaksanakan, bukan karena pribadi orang atau kelompok orang.
Pengorganisasian ini penting dilakukan karena integrasi,
koordinasai dan sinkronisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran
manajemen banyak ditentukan oleh pengorganisasian. Pembagian
tugas pun bisa dilakukan dengan baik jika proses
pengorganisasian dapat berjalan dengan baik pula.
3. Pengkoordinasiaan (Coordinating)
Koordinasi didefinisikan sebagai proses penyatuan
kelompok-kelompok dari hasil pengorganisasi, tujuan-tujuan
lembaga dan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Koordinasi dibutuhkan sekali, sebab
tanpa ini lembaga pendidikan tidak mempunyai pegangan mana
yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan lembaga

6
pendidikan itu sendiri.
Agar koordinasi dapat berjalan dengan baik, maka
koordinasi harus dilakukan sebagai berikut:
a. Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian
guna menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang
merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian, ingat
bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang
yang punya kebutuhan dan keinginan berbeda.
b. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan
menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan memberi.
c. Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan
yang saling menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan
dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan
sebelumnya.
d. Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi
instansional, dengan wujud saling memberikan informasi yang
relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas
yang satu dengan tugas yang lain.
Lebih lanjut Handoko (2003:196) juga menyebutkan bahwa
derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan
yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor
lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan.
Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi
yang menetapkan tujuan yang tinggi.
4. Kepemimpinan/Pengerakan (Leading/Actuating)
Fungsi tugas ini adalah menggerakkan dan memimpin
seluruh manusia yang bekerja dalam organisasi seperti sekolah
agar masing-masing bekerja sesuai yang telah ditugaskan dengan
semangat dan kemampuan maksimal. Menurut Soepandi, yaitu
upaya menggerakan atau mengarahkan man power (tenaga kerja)
serta mendayagunakan fasilitas yang ada dengan semaksimal
mungkin (Soepandi, 1988:114). Ini merupakan tantangan yang
sangat besar bagi fungsi manajemen karena menyangkut
manusia, yang mempunyai keyakinan, harapan, sifat, tingkat
laku, emosi, kepuasan, pengembangan, dan akal budi serta

7
menyangkut hubungan antar pribadi. Oleh karena itu, banyak
yang mengatakan bahwa fungsi penggerakan adalah fungsi yang
paling penting serta paling sulit dalam keseluruhan fungsi
manajemen dan fungsi ini sangat penting dan menentukan dalam
upaya pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
5. Pembiayaan (Budgeting)
Pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
/keuangan yang dilakukan oleh organisasi agar semua proses
manajemen didalamnya dapat berjalan dengan baik. Masalah
pembiayaan merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan kehidupan suatu organisasi seperti halnya lembaga-
lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga lain.
Setiap organisasi memerlukan anggaran untuk menunjang
kegiatannya. Proses pembiayaan meliputi (a) pengurusan yang
menyangkut kewenangan menentukan kebijakan menerima atau
mengeluarkan uang (pengurusan tata usaha), (b) pengurusan
yang menyangkut tindak lanjut dari urusan pertama yakni
menerima, menyimpan, dan mengeluarkan uang (pengurusan
bendaharawan).
6. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses dimana para manajer
memastikan bahwa sumber daya diperoleh dan digunakan secara
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi (Anthony
dan Vancil, 1970:17) dengan mengumpulkan, menganalisa
informasi serta memanfaatkannya untuk mengendalikan
organisasi, dan terjadi pada input, proses, dan output. Dari
definisi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pengawasan
adalah pengamatan dan pengukuran, apakah pelaksanaan dan
hasil kerja sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Kalau
tidak, apa kendalanya dan bagaimana menghilangkan kendala
agar hasil kerja dapat sesuai dengan yang diharapkan. Fungsi
pengawasan tidak harus dilakukan hanya setiap akhir tahun
anggaran, tetapi justru harus secara berkala dalam waktu yang
lebih pendek, misalnya setiap bulan, sehingga perbaikan yang
perlu dilakukan tidak terlambat dilaksanakan.

8
7. Penilaian (Evaluating)
Proses penilaian adalah proses terakhir dari proses
manajemen. Artinya penilaian dilakukan terhadap hasil akhir
yang telah tercapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam perencanaan. Jika ternyata dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, maka segalanya akan dijadikan pola dan
pedoman untuk kegiatan berikutnya. Apabila ternyata tidak
sesuai dengan yang direncanakan, faktor-faktor apa yang menjadi
penyebabnya? Faktor-faktor penghambat ini sangat penting
untuk diketahui, karena jangan sampai dalam kegiatan-kegiatan
berikutnya terbentur pada hambatan yang sama.
Jika dalam proses manajemen terjadi kesalahan yang sama.
Ini artinya manajemen tersebut tidak baik. Untuk mencegah hal
tersebut terjadi, maka evaluasi penting untuk dilakukan. Jika
setiap proses untuk mencapai tujuan tertentu sudah selesai
dilaksanakan, perlu suatu laporan penilaian. Apakah laporan
tersebut mengandung penilaian positif atau negatif, tidak menjadi
persoalan, yang penting adalah laporan penilaian harus ada.
Dengan demikian, maka dinamika manajemen dalam suatu
organisasi seperti sekolah akan selalu berlangsung secara spiral
atau bergerak maju dan sustainable.
Dengan demikian jelas bahwa proses manajemen tidak
bergerak secara linear dari pangkal ke ujung secara mendatar,
melainkan bergerak secara melingkar maju secara terus menerus.
Jika sudah selesai dengan tindakan satu proses seperti perencanaan,
maka proses tersebut tidak berhenti di situ saja, tetapi terus kepada
proses berikutnya secara berkesinambungan dalam rangka mencapai
tujuan dari organisasi.
Pencapai tujuan organisasi yang dicapai melalui proses
manajemen bersifat terbuka dan probabilistik. Hal ini mengingat
manajemen adalah sistem yang terbuka dan probabilistik pula.
Dalam gerak majunya dihadapkan kepada terlalu banyak faktor
yang mempengaruhinya, baik yang datangnya dari lingkungan
intern, maupun dari lingkungan ekstern. Oleh karena itu ia
merupakan sistem probabilistik; hasil yang akan dicapai tidak

9
mungkin ditentukan dengan pasti. Terkait dengan itu, pengaruh
faktor manusia dengan jiwanya yang teramat kompleks terhadap
proses manajemen harus menjadi bahan studi tersendiri.

C. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan


Adapun ruang lingkup menajemen pendidikan ini secara lebih
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Manajemen kurikulum, manajemen ketenagaan pendidikan
(kepegawaian), meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan penerimaan
pegawai baru, mutasi, surat keputusan, surat tugas, berkas-berkas
tenaga kependidikan, daftar umum kepegawaian, upaya
peningkatan SDM serta kinerja pegawai, dan sebagainya.
2. Manajemen peserta didik, meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
kegiatan penggalangan penerimaan siswa baru, pelaksanaan tes
penerimaan siswa baru, penempatan dan pembagian kelas,
kegiatan-kegiatan kesiswaan, motivasi dan upaya peningkatan
kualitas lulusan dan sebagainya.
3. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan, meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi kegiatan pengadaan barang pembagian dan penggunaan
barang (inventaris), perbaikan barang, dan tukar tambah maupun
penghapusan barang.
4. Manajemen keuangan/pembiayaan pendidikan, meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi kegiatan masuk dan keluarnya dana, usaha-usaha
menggali sumber pendanaan sekolah seperti kegiatan koperasi
serta penggunaan dana secara efisien.
5. Manajemen/administrasi perkantoran, meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
kegiatan kantor agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada
semua orang yang membutuhkan serta berhubungan dengan
kegiatan lembaga.

10
6. Manajemen unit-unit penunjang pendidikan, meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan ddan
evaluasi kegiatan unit-unit penunjang, misalnya bimbingan dan
penyuluhan (BP), perpustakaan, UKS, pramuka, olahraga,
kesenian, dan sebagainya.
7. Manejemen layanan khusus pendidikan, meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
kegiatan pelayanan khusus, misalnya menu makanan/konsumsi,
layanan antar jemput, bimbingan khusus di rumah, dan
sebagainya.
8. Manajemen tata lingkungan dan keamanan sekolah meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi tata ruang pertamanan sekolah, kebersihan dan
ketertiban sekolah, serta keamanan dan kenyamanan lingkungan
sekolah.
9. Manejemen hubungan dengan masyarakat, meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
kegiatan hubungan masyarakat, misalnya pendataan alamat
kantor/orang yang dianggap perlu, hasil kerjasama, program-
progran humas, dan sebagainya.
10.Manajemen Kinerja, meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kinerja sekolah, misalnya
prestasi akademik, selektifitas input siswa dan lain-lain.
Melengkapi uraian di atas, dapat digambarkan wilayah kerja
manajemen pendidikan secara skematik sebagai berikut:
Perorangan
Sumber Sumber Sumber
Garapan Daya Belajar (SB) Fasilitas dan
Manusia Dana
Fungsi Tim
Pendidikan
Perencanaan
secara
Pengorganisasin Produktif
Pengkoordinasia (TPP)
n
Penggerakan
Pembiayaan
Pengawasan
Penilaian
11
Gambar 1.2.
Wilayah Kerja Manajemen Pendidikan
Gambar di atas menunjukkan adanya perpaduan antara fungsi
dan wilayah kerja manajemen pendidikan. Fungsi utama manajemen
pendidikan adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan,
sedang bidang garapan manajemen pendidikan meliputi sumber
daya manusia (SDM) yang mencakup peserta didik, tenaga
kependidikan, dan masyarakat pemakai jasa pendidikan. Sumber
belajar (SB) adalah alat atau rencana kegiatan yang akan
dipergunakan sebagai media, di antaranya kurikulum. Sedangkan
sumber fasilitas dan dana (SFD) adalah faktor pendukung yang
memungkinkan pendidikan berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Fungsi dan garapan manajemen pendidikan tersebut
merupakan media atau perilaku organisasi yang diharapkan dapat
mencapai tujuan pendidikan secara produktif (TPP). Maknanya
adalah bahwa kriteria keberhasilan suatu manajemen pendidikan
adalah produktivitas pendidikan, yang dapat diukur dari sudut
efektivitas dan efisiensi pendidikan.
Efektivitas pendidikan dapat dilihat dari sudut prestasi, yang
mampu menampung masukan yang banyak dan menghasilkan
tamatan yang banyak, bermutu dalam arti mampu bersaing di
pasaran atau lapangan kerja yang ada dan diperlukan, relevan
dalam arti adanya keterkaitan dan kesepadanan dengan kebutuhan
masyarakat yang sedang membangun, baik berkenaan dengan
ketenagaan maupun dengan ilmu yang dihasilkan, dan mempunyai
nilai ekonomis dalam arti tamatan yang dikeluarkan mempunyai
makna ekonomi paling sedikit memperoleh penghargaan yang
layak. Efektivitas pendidikan ini dapat dilihat dari sudut proses
pendidikan, meliputi kegairahan atau motivasi belajar yang tinggi
pada peserta didik.
Efisiensi pendidikan dimaksudkan bahwa dengan
memanfaatkan tenaga, fasilitas, dana dan waktu sesedikit mungkin
mampu menghasilkan banyak, bermutu, relevan dan bernilai

12
ekonomi tinggi. Efisiensi pendidikan memiliki arti sebagai hubungan
antara pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas
sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Tilaar (1999:35)
mengemukakan bahwa:
Tujuh unsur yang merupakan poros-poros penentu perumusan
strategi manajemen, di antaranya efisiensi sistem pendidikan melalui
penggunaan sumber-sumber yang efisien serta optimalisasi
pembiayaan pendidikan melalui peningkatan dorongan untuk
memobilisasi sumber daya pendidikan dengan penyertaan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam upaya mencari


jalan terbaik untuk mencapai tujuan pendidikan yang semakin
bermutu, relevan, efektif dan efisien diperlukan pendekatan
desentralisasi manajemen pendidikan yang pendelegasian
pengambilan keputusan lebih besar berada pada tingkat manajemen
yang lebih rendah, yakni sekolah. Dalam organisasi pendidikan yang
produktif seluruh keputusan dan tindakan harus ditetapkan
berdasarkan pertimbangan yang berlandaskan pada pengetahuan,
dan keahlian bukan oleh kekuasaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bidang garapan
manajemen pendidikan mencakup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, pengawasan, dalam penataan
terhadap sumber daya pendidikan, seperti kepala sekolah, guru,
tenaga administrasi, peserta didik, kurikulum, dana, sarana dan
prasarana, tata laksana dan lingkungan pendidikan.
Melalui kegiatan manajemen pendidikan yang tepat
diharapkan tercipta iklim yang kondusif bagi pencapaian tujuan
pendidikan dan pengembangan aspek-aspek kepribadian peserta
didik secara optimal sesuai dengan kebutuhan, tuntutan masyarakat
dan lingkungan, baik lingkungan lokal maupun lingkungan global.
Secara skematis, bidang garapan manajemen pendidikan dapat
dilukiskan sebagai berikut:

13
VISI AKSI
Perencanaan

Pengorganisasia
n
 Perencanaan
Penggerakan  Pembelajaran
 Ketenagaan
MANAJEMEN  Sarana Tujuan
Pengkoordinasi Pendidikan
PENDIDIKA  Dana
an
 Informasi
Pembiayaan  Lingkungan

Pengawasan

Penilaian

Feedback

Gambar 1.3.
Bidang Manajemen Pendidikan

Secara umum, semakin besar dan maju suatu lembaga


pendidikan, semakin banyak ruang lingkup manajemen yang harus
ditangani sekolah. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah dan
kecil sekolah semakin sedikit ruang lingkup manajemen yang harus
ditanganinya. Misalnya manajemen sekolah yang tergolong kecil
dan bermutu rendah lebih sederhana pengelolaannya.

D. Prinsip Manajemen Pendidikan


Ada 5 prinsip yang menjadi landasan operasional bagi
kegiatan Manajemen pendidikan di sekolah. Kelima prinsip itu
adalah:
1. Prinsip Fleksibilitas
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah hendaknya
dilakukan dengan mengingat faktor-faktor ekosistem dan
kemampuan untuk menyediakan fasilitas bagi berlangsungnya

14
program pendidikan di sekolah. Artinya dalam melaksanakan
kegiatan manajemen hendaknya mengingat faktor-faktor
ekosistem dan kemampuan untuk menyediakan fasilitas itu.
2. Prinsip Efisien dan Efektivitas
Pada hakekatnya efisiensi dan efektivitas tidak hanya
menyangkut penggunaan waktu secara tepat, melainkan juga
menyangkut pendayagunaan tenaga secara optimal. Prinsip ini
digunakan sebagai landasan operasional bagi kegiatan
manajemen pendidikan di sekolah.
3. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Sesuai dengan pendekatan sistem maka semua kegiatan
pendidikan harus berorientasi pada tujuan. Karena manajemen
pendidikan di sekolah merupakan komponen input instrument
dalam sistem pendidikan maka untuk menjamin tercapainya
tujuan tersebut, tujuan operasional yang sudah dirumuskan itu
juga menjadi gantungan orientasi bagi pelaksanaan kegiatan
manajemen pendidikan di sekolah.
4. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas ini hendaknya juga dipergunakan
sebagai landasan operasional dalam melaksanakan kegiatan
manajemen pendidikan di sekolah. Misalnya: Walaupun kegiatan
manajemen siswa yang dilakukan di Sekolah Dasar berbeda
dengan yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama, tetapi
merupakan kelanjutan atau kesinambungan manajemen Sekolah
Dasar.
5. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup
Prinsip ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia
diharapkan untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya, di lain
pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan untuk dapat
menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Dalam
melaksanakan manajemen pendidikan kiranya prinsip tersebut
perlu digunakan sebagai landasan operasional.

E. Urgensi Manajemen Pendidikan

15
Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM
bangsa tersebut. Kualitas SDM tergantung pada tingkat pendidikan
masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan yang
visioner, memiliki misi yang jelas akan menghasilkan keluaran yang
berkualitas. Dari sanalah pentingnya manajemen pendidikan
diterapkan.
Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus
diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan, sehingga
menghasilkan keluaran yang diinginkan. Kenyataannya, banyak
institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus
dalam pengelolaan pendidikannya.
Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga
kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari
modernitas. Hal ini mengakibatkan sasaran-sasaran ideal
pendidikan yang seharusnya bisa dipenuhi ternyata tidak bisa
diwujudkan. Parahnya, terkadang para pengelola pendidikan tidak
menyadari akan hal itu.
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru,
sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam perkembangannya, manajemen pendidikan
memerlukan Good Management Practice untuk pengelolaannya. Tetapi
pada prakteknya, ini masih merupakan suatu hal yang elusif.
Banyak penyelenggara pendidikan yang beranggapan bahwa hal
tersebut bukanlah suatu hal yang penting.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait manajemen
pendidikan antara lain:
1. Sasaran Pendidikan: Aspek Afektif

16
Salah satu isu utama keberhasilan pendidikan adalah sejauh
mana tingkat afektifitas yang  dimiliki oleh anak didik, apakah
menjadi lebih saleh, berbudi pekerti, memiliki rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Inilah
tantangan yang harus dijawab oleh pendidikan.
2. Manajemen Guru
Sampai saat ini, guru sebagai salah satu sumber daya terpenting
pendidikan masih undermanaged atau bahkan mismanaged.
Pimpinan pendidikan pada umumnya masih melihat guru
sebagai faktor produksi saja. Padahal manajemen guru, adalah
suatu hal yang sangat penting untuk keberhasilan suatu
pendidikan.
3. Peningkatan Pengawasan
Dalam manajemen pendidikan, fungsi pengawasan sepertinya
menempati posisi terlemah. Masih banyak aspek pendidikan
yang berkaitan dengan pencapaian sasaran yang masih luput dari
pengawasan.
4. Manajer Pendidikan
Keberhasilan manajemen pendidikan tidak bisa dilepaskan dari
peran serta manajer/pengelola pendidikan. Selama ini banyak
peran ganda yang dijalankan oleh komponen pendidikan, seperti
guru menempati posisi sebagai kepala institusi pendidikan.
Efisiensi biaya sering dijadikan alasan, meski urusan manajemen
sangat berbeda dengan urusan belajar-mengajar.
5. Partisipasi Manajer Bisnis
Dalam membenahi manajemen pendidikan, tidak ada salahnya
bagi penyelenggara pendidikan untuk memanfaatkan
keterampilan menajerial para manajer bisnis. Fungsi manajemen
bersifat universal dan keterampilan manajemen dapat ditransfer
dari satu bidang ke bidang lain.
6. Aliansi antar sekolah
Aliansi antar institusi pendidikan bisa menjadi jalan memajukan
institusi pendidikan, sehingga dapat belajar dari good management
practice lembaga pendidikan lain.
7. Kebijakan Pemerintah

17
Faktor eksternal berupa keterlibatan pemerintah dalam
pendidikan juga mempengaruhi manajemen pendidikan di
negara tersebut.
Singkatnya, manajemen pendidikan sangat diperlukan oleh
semua pihak yang terkait dengan pendidikan. Meski demikian,
penerapannya ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada
banyak tantangan dan problematika yang harus dihadapi. Semua
pihak harus bekerja sama menyelesaikan problematika tersebut agar
cita-cita pendidikan bisa terealisasi.[]

18

Anda mungkin juga menyukai