Filsaf manajemen adalah kerjasama saling menguntungkan. Bekerja secara efektif dengan metode kerja yang terbaik untuk mencapai hasil yang optimal perlu dipahami dan diresapi. Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya
Fungsi Perencanaan / Planning Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. Fungsi Pengorganisasian / Organizing Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan Fungsi Pengarahan / Directing / Leading Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap : 1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : a) analisis kebutuhan b) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis c) menentukan disain kurikulum dan d) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian. 2. Tahap pengembangan, meliputi langkah-langkah : a) perumusan rasional atau dasar pemikiran b) perumusan visi, misi, dan tujuan c) penentuan struktur dan isi program d) pemilihan dan pengorganisasian materi e) pengorganisasian kegiatan pembelajaran f) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar dan g) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan, meliputi langkah-langkah: a) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) b) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan) c) penentuan strategi dan metode pembelajaran d) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar setting lingkungan pembelajaran 4. Tahap penilaian, terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif). C. Pendekatan Pendekatan dalam Manajemen Pendidikan Sebagai bahan dalam mempelajari manajemen, secara sederhana dikemukakan pendekatan manajemen sebagai berikut : 1. Manajemen adalah kerjasama orang orang Secara internal, sekolah membutuhkan orang orang yang memiliki keahliaan seperti kepala sekolah sebgai manajer sekolah dengan keahliaannya sebagai manajer dan pemimpin, para guru bidang studi yang sesui dengan kurikulum yang berlaku, tenaga bimbingan dan konseling, ketatausahaan, yang memiliki keterampilan dalam sistem manajemen informasi guna berbagai kebutuhan data berkenaan dengan kegiatan sekolah dan yang tidak kalah pentingnnya untuk pengambilan keputusan manajer. 2. Manajemen adalah suatu Proses
Pendekatan ini menekankan pada perilaku administrasi, yaitu kegiatan administrasi. Analisis tentang proses administrasi pertama dikemukakan oleh Henry Fayol yang mendefinisikan lima fungsi administrative umum, yaitu planning, organizing, commanding, coordinating dan controlling. Luther gulick memperluas 5 unsur fungsi fayol menjadi tujuh yang dikenal sebagai POSDCORB, yaitu planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan budgeting. 3. Manajemen sebagai Suatu Sistem Sistem adalah keseluruhan yang terdiri atas bagian bagian yang saling berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran. 4. Manajemen sebagai Pengelolaan Jika memperhatikan administrasi dari kaca mata manajemen, akan terlihat adanya pengaturan sumberdaya yang dimiliki organisasi yang harus ada untuk pencapaiaan tujuan yang telah ditetapkan. 5. Kepemimpinan dalam Manajemen Dari segi kepemimpinan, manajemen dipengaruhi oleh pemimpin. Pemimpin bisa seorang kepala sekolah, guru atau oaring yang memimpin suatu kegiatan. 6. Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Pengambilan keputusan dalam manajemen merupakan inti dri kegiatan manajemen. Saat orang orang melaksanakan kerjasama dalam suatu organisasi, diperlukan penetapan tujuan, pembuatan perencanaan, pengorganisasiaan. Penempatan orang orang , dan lain sebagainya. 7. Komunikasi dalam Manajemen Komunikasi merupakan salah satu unsure kegiatan yang penting dalam
organisasi.komunikasi merupakan syaraf dalam kehidupan organisasi pendidikan. 8. Ketatausahaan dalam Manajemen
Ketatausahaan dapat diartikan sebagai tempat berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan informasi yang dilakukan. Kegiatan menangani informasi meliputi, 1.penanganan surat, 2.penyimpanan arsip, 3. Pelayanan informasi, 4. Surat menyurat.
D. Garapan Manajemen Sekolah Dalam melaksanakan kegiatannya, sekolah memiliki berbagai garapan. Oleh karena itu, diperlukan keteraturan dalam melaksanakan kegiatan kegiatan tersebut sehingga kegiatan itu termasuk ke dalam bidang garapan yang sesuai.
Manajemen memiliki garapan sebagai berikut: 1. Manajemen Kurikulum 2. Manajemen Kesiswaan 3. Manajemen Personil / anggota 4. Manajemen Sarana dan Prasarana 5. Manajemen Keungan 6. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat 7. Manajemen Layanan Khusus
berdasarkan kebijakan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang undanganan yang berlaku. Dalam MBS pengelolaan pendidikan ditandai dengan (1) adanya otonomi luas di tingkat sekolah. Sekolah mempunyai kewenangan yang luas dalam menentukan kebijakankebijakan yang berkaitan dengan kepentingan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Campur tangan pihak luar diupayakan seminimal mungkin; (2) partisipasi masyarakat yang tinggi. Masyarakat diupayakan mempunyai sikap andarbeni terhadap pendidikan. Oleh sebab itu, keterlibatan masyarakat terhadap upaya peningkatan pendidikan di wilayahnya sangat diharapkan; (3) kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah harus dilakukan di sekolah. Sekolah pada hakikatnya merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Sekolah tetap mengacu kepada kebijakan-kebijakan nasional yang merupakan perwujudan tanggung jawab negara dalam bidang pendidikan; dan (5) dalam MBS sekolah dituntut memiliki accountability baik kepada masyarakat maupun pemerintah. MBS memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah. Sekolah memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya sehingga lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan progman progman yang, tentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. Dengan fleksibilitas, sekolah akan lebih lincah dalam mengelolah dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal.dengan partisipasi warga sekolah dan masyarakat secara aktif dalam menyelenggarakan sekolah, rasa memiliki terhadap sekolah dapat ditingkatkan. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan rasa tanggung jawab. Peningkatan rasa tanggung jawab akan meningkatkan dedikasi warga sekolah dan masyarakat terhadap sekolah. Hal inilah yang menjadi esensi partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam pendidikan. Peran serta warga masyarakat telah diatur dalam suatu kelembagaan yang disebut dengan komite sekolah.Secara resmi keberadaan komite sekolah ditunjukkan melalui Surat Keputusan Mendiknas Nomor 044 / u / 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.Dalam hal pembentukkannya, komite sekolah menganut prinsip transparansi, akuntabilitas, dan demokrasi.
Manajemen berbasis sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan MBS, sejumlah karakteristik MBS perlu dimiliki. Karakteristik perlu dimiliki. Karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Jika MBS merupakan wadah atau kerangka, sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik MBS memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif yang dikategorikan input, output, proses. Dalam menguraikan karakteristik MBS, pendekatan system, yaitu input, prose dan output digunakan untuk memandunya. Hala ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah merupakan sebuah system sehingga penguraian karakteristik MBS (dan juga karakteristik sekolah efektif didasarkan pada input, proses, dan output). Uraian berikut dimulai dari output dan diakhiri dengan input karena output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan proses memiliki tingkta kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output. a. Output yang Diharapkan Output sekolah adalah prestasi sekolah ang dihasilkan melalui proses pembelajaran danmanajemen sekolah. Output dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, output berupa prestasi akademik misalnya Nuan/ Nunas, lomba (bahasa inggris, matematika, fisika). b. Proses Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut : 1) Proses Belajar Mengajar dengan Efektifitas yang Tinggi Sekoalah yang menerapkan MBS memiliki efektifitas proses proses belajar mengajar yang tinggi. Sifat PBM yang menekan pada pemberdayaan
pesertapeserta didik. PBM yang efektif lebih menekankan pada belajar mengetahui, belajar bekerja, belajar hidup bersamam, dan belajar menjadi diri sendiri. 2) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengoordinasikan,
Sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman, dan tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut.
4) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
Tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menyukseskan MBS adalah tenaga kependidikan yang mempunyai komitmen tinggi dan selalu mampu dan sanggup menjalankan tugasnya dengan baik. 5) Sekolah Memiliki Budaya Mutu Budaya mutu memiliki elemen elemen sebagai berikut : Informasi kualitas Kewenangan harus sebetas pada tanggung jawab Hasil harus diikuti penghargaan atau sanksi Kolaborasi Warga sekolah merasa aman Atmosfir keadilan
Budaya kerjasama antar fungsi dan antar individu dalam sekolah harus menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. 7) Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) Untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan tugasnya. 8) Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat 9) Sekolah Memilikim Keterbukaan (transparansi) manajemen 10) Sekola Memiliki Kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik) 11) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara berkelanjutan 12) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap kebutuhan 13) Memiliki Komunikasi yang Baik 14) Sekolah Memiliki Akuntabilitas
15)
c. Input Pendidikan 1) Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas. Secara formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluryhan kebijakan, tujuan dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. 2) Sumber daya tersedia dan siap. Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan untuk kelangsungan proses pendidikan di sekolah. 3) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi. Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampudan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya.
4) Memiliki harapan prestasi yang tinggi. Sekolah yang menerapkan MBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. 5) Fokus pada pelanggan (khususnya siswa). Artinya, semua input dan proses yang dikerahkan di sekolah tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik.
6) Input Manajemen. Input manajemen meliputi : tugas yang jelas, rencana,
ketentuan- ketentuan program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai paniutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak, dan adanya system pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai. Sekolah yang menerapkan mBS memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manajemen, kelengkapan dan dengan efektif. Karakteristik manajemen berbasis sekolah : 1) Kewajiban sekoalah mampu transparan, demokratis, dan tanpamonopoli 2) Peran partisipasi orang tua dan masyarakat 3) Peranan profesionalisme dan manajerial 4) Pengemabangan profesitenaga kependidikan 5) Kebijakan dan prioritas pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan nasional. dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah mengelolah sekolah
1) Adanya perencanaan 2) Adanya perorganisasian 3) Adanya pelaksanaan 4) Adanya pengawasan Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realitas, pengorganisasian yang efektif dan efisien, penyerahan dan pengawasan. Pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dan pengawasan secara berkelanjutan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan babwa manajemen Berbasis Sekolah mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. MBS menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif yang tanggap terhadap sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebab pada hakikatnya
kebutuhan masyarakat. Sekolah harus mampu menyediakan dan menyelenggarakan pendidikan penyelenggaraan pendidikan bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk mampu hidup di masyarakat. b. Siswanya biasanya datang dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial. Sekolah tidak membeda-bedakan suku maupun status sosial para peserta didiknya. Dalam hal ini, sekolah harus ditujukan pada azas pemerataan peluang yang sama untuk memperoleh kesempatan. c. Sekolah harus meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu serta bertanggung Untuk mengetahui apakah sebuah sekolah telah melaksanakan MBS atau belum, dapat diketahui dengan memperhatikan ciri-ciri yang berkaitan dengan : a. b. c. d. Sejauh mana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah. Pelaksanaan Kegiatan Proses Pembelajaran. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM). Pengelolaan Sumber Daya Administrasi. jawah terhadap masyarakat dan pemerintah
4. Mendorong para guru untuk berinvestasi dengan melakukan eksperimen dari lingkungan sekolah. B. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan MBS Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi apa yang diharapkan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan. 1. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. An essential point is that schools and teachers will need capacity building if school-based management is to work. Demikian De grouwe menegaskan. 2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut.
3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah. 4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.