Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian Perencanaan Pendidikan

Sebagai perbandingan menurut C.E. Beeby, seorang tokoh perencanaan pendidikan yang lain, mendefinisikan
perencanaan pendidikan sebagai kegiatan melihat kedepan, dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, biaya dan
sistem pendidikan, yang diarahkan kepada kenyataan ekonomis dan politis, untuk pengembangan sistem pendidikan
itu sendiri dan untuk memenuhi
Pentingnya Perencanaan pendidikan
Perencanaan pendidikan merupakan langkah utama yang sangat penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Pentingnya perencanaan pendidikan dapat disusun secara rinci dikemukakan sebagai berikut:
1.

Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan

2.

Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan
dilalui

3.

Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau
kesempatan untuk memilih kombinasi, cara yang terbaik

4.

Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas

5.

Dengan adanya rencana maka akan ada suatu pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi
termasuk pendidikan

1. Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran
maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian pula halnya
dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para
manajer dan para pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah
kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi
keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk
mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Quran
Surat Al Hasyr Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Perencanaan dari sistem manajemen lembaga pendidikan Islam merupakan langkah pertama yang harus benar-benar
diperhatikan oleh manajer dan pengelola pendidikan Islam. Sebab, sistem perencanaan yang meliputi penentuan
tujuan, sasaran dan target pendidikan Islam harus didasarkan pada situasi dan kondisi sumberdaya yang dimiliki.
Dalam menentukan perencanaan perlu diadakan penelitian secara seksama dan akurat. Kesalahan dalam menentukan
perencanaan dalam pendidikan Islam akahn berakibat fatal bagi kelangsuangn lembaga pendidikan Islam.
Perencanaan tersebut harus tersusun secara rapi, sistematis dan rasional agar muncul pemahaman yang cukup
mendalam terhadap perencanaan itu sendiri.
Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan
dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah
perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai
secara seimbang.
Perencanaan didefinisikan dari berbagai macam ragam tergantung sudut pandang mana mereka melihat serta latar
belakang apa yang mkempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan definisi. Beberapa pakar manajemen dan juga
lemabaga organisasi memberikan pandangan atau definisi terhadap manajemen itu diantaranya ialah :

a. Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa:
planning may be defined as the proses by which managerset objective, asses the future, and develop course of action
designed to accomplish these objective.
b. T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan
tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan
standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
c. Menurut Prajudi Atmosudirjo perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan
dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, bilamana, oleh siapa dan bagaimana.
d. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya menurut Bintoro Tjokro Amidjojo (1977) adalah proses mempersiapkan
kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
e. S. P. Siagian memberikan pandangan bahwa perencanaan ialah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan dimasa datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
f. Perencanaan menurut Y. Dror adalah sebagai suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan
pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian suatu sasaran tertentu.
g. Perencanaan menurut Gaffar (1987) dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
h. Sedangkan Terry berpendapat bahwa perencanaan adalah tindakan pemilihan fakta dan usaha
menghubungkannya, serta pembuatan dan penggunaan asumsi-asumsi menganai masa depan, dengan
menggambarkanserta memformulasikan aktivitas-aktivitas yang diusulkan, yang dianggap perlu untuk mencapai
hasil-hasil yang diinginkan.
i. Menurut Banghart dan Trull perencanaan ialah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung optimisme
yang didasarkan atas dasar kepercayaan akan dapat mengatasi berbagai permasalahan.
j. Pernyataan Banghart dan Trull dipertegas oleh Arifin yang mengatakan bahwa perencanaan merupakan pemikiran
rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau pemikiran yang mendekat, sebagai persiapan untuk tindakan-tindakan
kemudian.
k. Dalam kaitannya dalam pendidikan, maka menurut rumusan UNESCO, perencanaan pendidikan merupakan
penetapan ramalan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya dari sebuah sistem pendidikan dengan
melihat realitas ekonomi dan politik, potensi sistem untuk berkembang kepentingan negara dan pelayanan
masyarakat yang tercakup dalam sitem tersebut.
Beberapa definisi tersebut dapat dianalisis dan ditarik beberapa butir penting yang perlu dijadikan acuan dalam
menyusun rencana. Butir-butir penting itu antara lain :
a. Berhubungan dengan masa depan;
b. Seperangkat kegiatan yang dialokasikan;
c. Proses dengan prosedur yang sitematis; dan
d. Hasil serta tujuan tertentu yang ditentukan sebelumnya.
Untuk membangun kerjasama yang baik dan membuat perencanaan yang tepat, maka diperlukan personel yang
berpengalaman dan berpengetahuan dalam bidang perencanaan agar dapat menentukan dengan tepat apa yang harus
dikerjakan. Dalam hal ini, Banghart dan Trull (1973) menjelaskan bahwa perencanaan dalam sebuah institusi atau
lembaga pendidikan merupakan kegiatan menyeleksi kebutuhan dana, memilih dan melatih tenaga, dan menilai
unjuk kerja organisasi untuk memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dengan denikian, perencanaan adalah
proses penentuan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman dan kesepakatan (komitmen)
yang menghasilkan program pendidikan dalam pembuatan keputusan.
2. Arti Penting Sebuah Perencanaan
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan
dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan
manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
(a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-erubahan lingkungan;
(b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
(c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
(d) membantu penempatan tanggung jawab lebihtepat;

(e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;


(f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi;
(g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
(i) menghemat waktu, usaha dan dana.
Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan
sebuah perencanaan, yaitu :
(a) Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan
(b) Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai
(c) Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab operasional, agar mereka
mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai
(d) Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan
perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra
kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus
menerus dalam merealisasikan tujuan.
(e) Kemampuan organisatoris penanggungjawab operasional.
Dari uraian diatas dapat kita fahami bersama bahwa dalam upaya mencapai keberhasilan dalam perencanaan
memerlukan kerjasama, komitmen disertai dengan pengawasan yang berkelanjutan.
B. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN
Karena perencanaan merupakan salahsatu dan pula paling utama dalam fungsi manajemena alangkah baiknya
sebelum melaksanakan langkah0-langkah perencanaan seorang perencana (planner) hendaknya memperhatikan dan
dapat mengukur rumusan yang biasa dikenal dengan SWOT (Strength: Kekuatan, Weaknes: Kelemahan,
Opportunity: Peluang/kesempatan, dan Treat: Hambatan). Setelah dapat mengukur segala potensi yang ada pada
sebuah lembaga maka tentunya seroang perencana akan lebih mudah menjabarkan dan memprediksikan segala
sesuatu yang akan terjadi dalam penyusunan langkah-langkah perencanaan terutama perencanaan dalam fungsi
manajerial lembaga pendidikan Islam dan dapat mempersiapkan berbagai kemungkinan hambatan dan kendala yang
akan dihadapi.
Dalam buku panduan Gladian Pimpinan Satuan Pramuka Penegak dan Pandega disebutkan bagaimana langkahlangkah dari sebuah perencanaan, yaitu:
What, adalah upaya mempertanyakan tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan;
Why, proses mempertanyakan kembali mengapa atas What diambil;
When, tindakan mempertanyakan bilaman diselenggarakannya kegiatan;
Where, tindakan mempertanyakan dimana tempat penyelenggaraannya kegiatan;
Who, tindakan mempertanyakan siapa pelaksana/ human resources;
How, tindakan mempertanyakan kemudian merencanakan dan memutuskan bagaimana metode kerja, kontrolling,
hubungan kerja struktural, biaya, pertanggungjawaban, dan penilaian.
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan,
yaitu :
1. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) menggunakan kata-kata yang sederhana, (2)
mempunyai sifat fleksibel, (3) mempunyai sifat stabilitas, (4) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (5) meliputi
semua tindakan yang diperlukan.
2. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsure sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
sumber daya modal.
3. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
1. menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
2. merumuskan keadaan saat ini;
3. mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
4. mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.

Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan
itu meliputi :
1. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh
komponen yang terlibat dalam proses pendidikan, masyarakat dan bahkan murid.
2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan
3. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan.
4. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.
D. KLASIFIKASI PERENCANAAN
1. Dilihat dari jenisnya, perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa macam, seperti :
a) Top down planning, yaitu perencanaan yang dibuat ditingkat ataskemudian disampaikan kepada perencana
ditingkat menengah dan ketingkat bawah. Biasanya perencanaan ini bersifat makro atau nasional.
b) Bottom up planning, yaitu perencanaan dibuat ditingkat bawah kemudian disampaikan ketingkat yang lebih
tinggi. Biasanya perencanaan yang demikian bersifat mikro.
c) Diagonal horizontal planning, yaitu dilaksanakan pada waktu penyusunan perencanaan lintas sektoral.
Perencanaan ini biasanya dilakukan oleh top level manajer yang membicarakan kebijakan-kebijakan makro serta
penentuan kebijakan dasar.
d) Rolling plan, yaitu perencanaan yang menggelinding yang dilakukan untuk perencanaan jangka menengah atau
jangka panjang. Hal ini dilakukan setelah adany pembabakan perencanaan. Jika tahun pertama sasarannya tidak
tercapai, maka akan digelindingkan pada tahun berikutnya, atau jika terjadi suatu perencanaan lima tahun tidak
tercapai, maka digulirkan pada sasaran lima tahun berikutnya.
2. Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya
cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan
dalam tiga bentuk, yaitu :
a) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang,
b) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang
mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan
c) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang
pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.
3. Syaiful Sagala dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat (2006:21) jika dilihat dari posisi
pembangunan kelembagaan, maka perencanaan dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu :
a) Perencanaan strategis (strategic planning);
Perencanaan strategis dilakukan oleh para perencana yang memperhatikan visi dan misi lembaga yang dikaitkan
dengan kepentingan stakeholders serta lingkungan internal dan eksternal lembaga, yang diikuti kajian isu-isu
strategis bagi pengembangan prioritas lembaga di masa depan. Perencanaan strategis ini biasanya dilakukan untuk
jangka waktu minimum tiga tahun.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat
pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang
semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Pada bagian lain,
T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik,
sebagai berikut:
(1) Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi
dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum
seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
(2) Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan
merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan
kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan
perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi
dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
(3) Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahanperubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi

lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembagalembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial
konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat
persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal
maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan
itu sendiri.
b) Perencanaan operasional (operational planning),
Perencanaan operasional merupakan perencanaan internal organisasi yang biasanya tebatas pada mengendalikan
proses terjadinya transformasi sistem (input, proses, dan output).
4. Jika dilihat dari segi besar dan kecil luas cakupan atau kapasitas sebuah perencanaan, maka perencanaan dibagi
kedalam 2 kriteri, yaitu :
a. Perencanaan Mikro
Perencanaan pendidikan mikro diterapkan dalam konteks penyusunan perencanaan sebuah lembaga pendidikan
dengan mempertimbangkan prosedurperencanaan strategis dan pertimbangan kontekstual. Adapun perencanaan
mikro dalam pendidikan antara lain :
1) Perhatian akan aspirasi internal lembaga sepert Kepala Madrasah, dewan guru, dan lainnya serta aspirasi eksternal
lembaga seperti murid, orangtua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah dan lainnya.
2) Visi, misi dan tujuan yang dirumuskan hruslah merefleksikan aspirasi para stakeholdrs lembaga pendidikan Islam.
3) Perumusan bidang hasil pokok seperti perluasan, pemerataan, mutu, relevansi, efektifitas dan efisiensi yang
diartikulasikan sebagai rumusan-rumusan yang khas untuk lembaga pendidikan.
4) Kajian lingkungan internal dan eksternal lembaga pendidikan yang akan melahirkan sejumlah isu-isu strategis,
karena itu dapat harus dapat mengungkapkan kekuatan dan kelemahan lembaga.
5) Sasaran yang jelas menggambarkan nilai-nilai, perubahan atau keadaan yang diinginkan oleh lembaga, maka
diperlukan seorang perencana yang mampu merumuskan strategi untuk mewujudkannya.
6) Penentuan terhadap skala priritas manajerial keuangan secara relaistis, karena pembiayaan merupakan indikator
ketetapan suatu program.
7) Setelah rencana tersususn, maka perencanaan harus sungguh-sungguh mengacu pada legalitas rencana, ketetapan
mulai berlakunya, kordinasi pengawasan, pelaporan dan umpan balikuntuk meningkatkan efektivitas pencapaian
sasaran dan mengkaji aspek efisiensinya.
b. Perencanaan Makro
Penyusunan perencanaan makro pda tingkat nasional mengacu pada aspek strategis, tingkat regional di provinsi
mengacu pada aspek pencapaian kualitas, dan kabupaten/kota mengacu pada aspek pencapaian target dalam konteks
otonomi daerah. Perencanaan makro tersebut prosesnya dikembangkan mulai dari perencanaan mikro di lembaga
pendidikan sampai pada tingklat kabupaten/kota (bottom up planning). Pada perkembangannya ia beroperasi dalam
suatu sistem perencanaan meso dan makro, yaitu sistem dan mekanisme perencanaan tahunan terpadu, rutin dan
pembangunan sesuai ruang lingkup di posisi mana perencanaan itu dibuat dan diputuskan.
Dalam perencanaan makro biasanya digunakan variabel data dan informasi yang bersifat makro. Dengan demikian
diperlukan adanya ketelitian dan kecermatan lebih tinggi dalam memanipulasi data dan informasi untuk
merumuskan perencanaan pada makro tingkat nasional dilihat dari aspek strategis, regional dilihat dari aspek
pencapaian kulaitas, maupun lokal dilihat dari aspek target-target yang ditentukan sesuai alokasi anggaran yang
disediakan. Dalam manajemen lembaga pendidikan Islam perencanaan merupakan suatu proyeksi tentang apa yang
harus dilaksanakan oleh para pengelola lembaga tersebut untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam, perencanaan merupakan
kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan
berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu seyogyanya kita dapat membuat perencanaan
sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang memuaskan. Karena itu, perencanaan merupakan nadi dari
manajemen. Jadi, perencanaan adalah proses pentahapan dan pemnafaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secar efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan. Sebagai fungsi manajemen, perencanaan menempati fungsi pertama diantara fungsi-fungsi
manajemen lainnya.

Anda mungkin juga menyukai