A. DASAR-DASAR PERENCANAAN
1. Pengertian
Pengertian perencanaan (planning) adalah proses dasar (fundamen) dan suatu fungsi utama dari
manajemen dalam hal memberikan kepada organisasi, cara memutuskan suatu tujuan yang akan
dicapai dalam menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. (menurut
prof. H.l.m. Sadli dkk)
Planning adalah suatu proses, suatu aktivitas. Sedangkan plan (rencana) adalah suatu
kewajiban/perbuatan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil tertentu, merupakan pedoman
kearah mana orgnisasi “(pendidikan)” tersebut akan bergerak.
Antara plan dan planning sangat berhubungan erat. Perencanaan sebagai salah satu fungsi
manajemen memegang peranan penting dibandingkan dengan fungsi manajemen lainnya, sebab
pengrganisasian, pengarahan dan pengawasan hanya tinggal melaksanakan keputusan yang telah
disusun dalam sebuah perencanaan.
Perencanaan sering dihubungkan dengan masalah memilih. Artinya kita memilih tujuan dan cara
terbaik, untuk mencapai tujuan dari beberapa alternatif yang ada. Tanpa alternatif perencanaan
tidak ada.
Perencanaan adalah proses yang tidak berakhir bila rencana itu telah ditetapkan. Perencanaan
dibutuhkan di semua tingkatan dan mempunyai dampak potensial terhadap suksesnya organisasi
bidang (pendidikan)
2. Tahap-tahap Perencanaan
Keputusan-keputusan harus dibuat pada setiap bagian proses perencanaan, dimana setiap
kegiatan perencanaan harus melalui
a. Menentukan tujuan
Dengan adanya tujuan yang jelas dan terarah dari suatu lembaga atau organisasi, maka sumber
daya yang akan dipergunakan menjadi efektif dan efisien.
Pada tahap ini perlu diidentifikasi semua kekuatan dan semua kelemahan yang ada di lembaga
atau organisasi, ini sebagai ukuran atas kemampuan lembaga atau organisasi dalam mencapai
tujuan. Sebagai kemudahan dan hambatan yang berasal dari dalam sendiri maupun dari luar
lembaga, hal ini dilaukan agar pada suatu saat bila ada hambatan akan mudah di atasi.
Pada tahap ini merupakan tahap terakhir dalam perencanaan, karena itu langkah yang perlu
dilakukan adalah;
1. Menyusun berbagai alternatif tindakan yang bisa diambil untuk mencpai tujuan.
2. Alternatif tersebut dinilai dan dibandingkan
3. Setelah itu dipilih salah satu alternatif yang terbaik.
3. Tujuan Perencanaan
Tujuannnya adalah memberikan pengertian dasar untuk arah dari seluruh kegiatan lembaga atau
organisasi. Tujuan terdiri dari:
a. Maksud (purpose)
Untuk mencapai tujuan lembaga termasuk pendidikan, para pemimpin menggunakan “maksud”
sebagai kerja, setelah itu menentukan “misi” yang khas dan merencanakan apa-apa yang menjadi
“sasaran” yang diarahkan demi mencapai “misi tadi”, baru dijabarkan sasaran tersebut ke dalam
strategi atau rencana-rencana strategi formal.
b. Misi (mission)
Maksud (purpuse) disini artinya apa yang menjadi maksud/peranan. Apa yang utama diharapkan
di dalam suatu organisasi. Untuk kata misi disini artinya suatu arah umum yang merupakan
cirikhas suatu organisasi dimana tujuan suatu lembaga dalam hal ini pendidikan yang
memproduksi sdm. Misalnya fkip unib misinya adalah mewujudkan lembaga pendidikan dan
keguruan yang unggul dan mampu menghasilkan pendidik dan pengelola satuan pendidikan
yang kompeten, berkepribadian dan profesional dalam bidangnya.
c. Sasaran (objectives)
Sasaran artinya target-target yang harus dicapai dalam misi yang dilaksanakan.
d. Strategi
Strategi adalah program umum untuk mencapai sasaran organisasi dalam ranka melaksanakan
misi. Dengan melakukan strategi akan menentukan suatu arah yang terpadu dari seluruh sasaran
organisasi dan menjadi petunjuk dalam penggunaan sumber-sumber organisasi yang dipakai
untuk mencapai sasaran.
Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah untuk melihat apakah semua program yang telah
disusun dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan lain pencapaian tujuan-tujuan
diwaktu yang akan datang, yaitu meningkatkan pembuatan keputusan yang lebih baik. Atas dasar
ini pula maka tujuan perencanaan adalah :
4. Bentuk perencanaan
a. Program, yaitu suatu rencana sekali pakai yang meliputi sejumlah beasar kegiatan,
perenciannya, tahap-tahap dalam menyelsaikan suatu pekerjaan secara berurutan. Isi dari suatu
program yaitu:
b. Standar, ukuran yang ditetapkan sebagai alat ukur terhadap hasil yang dicapai. Standar ini
berupa mutu atau jumlah atau ke dua-duanya.
c. Anggaran atau budgeting, perencanaan dalam bidang anggaran yaitu rencana penggunaan
sumber-sumber keuangan guna pelaksanaan kegiatan.
e. Prosedur, yaitu suatu rangkaian tata kerja atau tata cara kerjasama dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Didalamnya terdapat instruksi yang diperinci dalam melaksanakan kegiatan secara
teratur, ditentukan urutan-urutan kegiatan yang harus dilalui seseorang manajer puncak sampai
manajer bawah.
f. Jadwal/waktu, yaitu skedul yang menitik beratkan dalam penggunaan waktu, menetapkan batas
waktu dalam menyelesaikan tiap-tiap langkah tindakan. Dalam perencanaan diproyeksikan
mengenai keadaan yang akan datang agar dapat ditentukan masalah dan kesempatan apa yang
akan dijumpai lembaga.
Faktor waktu mempunyai pengaruh besar pada setiap perencanaan. Hal ini mencakup tiga hal,
karena:
B. PERENCANAAN PENDIDIKAN
Dalam usaha kita mempelajari perencanaan pendidikan, titik tolak kesepakatan merupakan hal
yang amat penting. Dengan demikian kita tidak akan mempunyai penafsiran yang berbeda-beda
tentang makna perencanaan pendidikan itu.
Dilihat dari terminologinya perencanaan pendidikan terdiri dari dua kata yaitu: perencanaan
dan pendidikan. Perencanaan berasal dari kata rencana, yaitu suatu proyeksi tentang apa yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang valid (sahih) dan bernilai.
Kaufman (1972) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses untuk menetapkan “ke mana
harus pergi” dan mengidentifikasikan prasyarat untuk sampai ke “tempat” itu dengan cara yang
paling efektif dan efisien.
Perencanaan merupakan spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara yang akan
ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Pengertian ini mengandung 6 pokok pikiran sebagai
berikut:
Alternatif yang dipilih itu harus dirinci sehingga dapat menjadi pedoman dalam pengambilan
keputusan apabila dilaksanakan.
1. The aggregate of all the processes by means of which a person develops abilities,
attitudes, and other forms of positive value in the society in which he lives.
2. The social process by which people are subjected the influence of a selected and
contrilled environment (especially that the school) so that they may attaint social
competence and optimum individual development.
Dari pengertian teminologi itu dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan pendidikan adalah
suatu proses untuk menetapkan tujuan, menyediakan fasilitas serta lingkungan tertentu,
mengidentifikasi prasyarat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta menetapkan cara
yang efektif dan efisien dalam usaha membentuk manusia agar memiliki kompetensi sosial dan
individual secara maksimal.
Secara sederhana dikemukakan oleh coombs (1970) sebagai aplikasi analsis rasional dan
sistematik dalam proses pengembangan pendidikan yang bertujuan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pendidikan dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
pendidikan baik tujuan yang berhubungan dengan anak didik maupun masyarakat.
2500 tahun yang lalu perencanaan pendidikan itu sudah ada, dimana bangsa sparta telah
merencanakan pendidikan untuk merealisasikan tujuan militer, sosial dan ekonomi mereka.
Plato dalam bukunya “republik” menulis tentang : rencana pendidikan yang dapat menjamin
tersedianya tenaga kepemimpinan dan politik yang dibutuhkan oleh athena.
Cina dalam masa pemerintahan dinasti han dan peru pada masa kejayaan, inca merencanakan
pendidikan mereka untuk menjamin kelangsungan hidup negara masing-masing.
Timbulnya aliran libralisme di eropa pada akhir abad 18 dan 19 misalnya menghasilkan berbagai
usul yang dinamakan “rencana pendidikan”, dan “reformasi mengajar” sebagai sarana untuk
mengadakan reformasi sosial. Salah satu rencana yang terkenal pada saat itu adalah rencana yang
dibuat oleh diderot yang berjudul “plan d’une universite pour le gouverment de russie” yang
disiapkannya atas permintaan ratu catherina II.
Bangsa rusia 2/3 rakyatnya butahuruf pada saat dibuatnya rencana 5 tahunan pertama yang
dibuat 1923 menjadi salah satu negara yang pendidikannya sangat maju dalam waktu kurang dari
50 tahun.
Selain bersumber dari perkembangan besaran seperti yang dikemukakan di atas perencanaan
pendidikan modern juga bersumber dari kegiatan yang bersifat rutin seperti perencanaan pada
suatu daerah tentang berapa banyak siswa/mhs yang akan ditampung dalam satu lembaga
pendidikan, berupa banyak ruangan, guru, bangku, buku, dan sebagainya yang diperlukan pada
tahun berikutnya dan perencanaan rutin lainnya yang dilakukan oleh para administrator
pendidikan.
Pada tahap awal perkembangannya perencanaan pendidikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan rencana jangka pendek yang pragmentaris, dan tidak terintegrasi lebih-lebih
kalau dilihat dari kebutuhan masyarakat.
2. Tidak berasifat dinamik dan fleksibel.
Ciri-ciri tersebut di atas sebetulnya merupakan suatu kelemahan, usaha untuk mengatasinya
adalah menyusun dan menefrapkan perencanaan pendidikan modern.
1. Merupakan usaha untuk menetapkan atau memformulasikan tujuan yang dipilih. Oleh
karena itu perencanaan dapat memberikan arah usaha pendidikan dengan jelaas.
2. Memungkinkan kita dapat mengetahui sampai dimana tujuan pendidikan yang ditetapkan
telah dicapai.
3. Memudahkan kita untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan.
4. Memungkinkan kita untuk menghindari pertumbuhan dan perkembangan suatu usaha
yang tak terkontrol, misalnya dalam mengembangkan kurikulum, kita mempunyai
kecenderungan untuk selalu menambah jumlah dan jenis matakuliah dari yang sudah ada.
1. Pra perencanaan
2. Perencanaan awal
3. Formulasi rencana
4. Elaborasi rencana
5. Implementasi rencana
6. Evaluasi dan perencanaan ulang.
Di perguruan tinggi misalnya kita mengenal pusat-pusat perencanaan. Pada tingkat diknas, kita
mengenal biro perencanaan. Seandainya badan atau bagian perencanaan itu tidak ada, maka
tahap pra perencanaan harus mulai dari: a. Menciptakan badan yang bertugas dalam
melaksanakan fungsi perencanaan, b. Menetapkan prosedur perencanaan, c. Mengadakan
reorganisasi struktural mekanisme administrasi suatu lembaga agar mampu berpartisipasi dalam
proses serta implementasi perencanaan itu, d. Menetapkan mekanisme serta prosedur untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan dalam perencanaan.
Jika badan perencanaan itu sudah ada, tugas pada tahap ini adalah meminta otoritas dalam
pendidikan, misalnya rektor utk merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
b. Tahap perencanaan awal
Terdiri dari:
Tahap diagnosis merupakan kegiatan membandingkan output yang diharapkan dengan apa yang
telah dicapai sekarang. Diagnosis bertujuan untuk melihat apakah suatu rencana yang telah
dilaksanakan itu memadai dan relevan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Kebijakan memberikan arah kepada usaha memperbaiki kelemahan dan kekurangan suatu
rencana. Kebijakan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga merupakan kerangka kerja
dalam mana keputusan-keputusan yang lebih kecil dan lebih terperenci dibuat. Kegiatan
merumuskan kebijakan disebut dengan formulasi kebijakan. Kebijakan merupakan fungsi politis
yang dibuat oleh orang yang berwenang dalam organisasi pendidikan.
Dengan menggunakan data tentang biaya tahun sebelumnya, tiap-tiap butir kebutuhan tersebut
dihitung biayanya dengan memperhatikan naik turunnya harga. Sesudah perhitungan biaya ini
selesai perencana dapat mengetahui jumlah keseluruhan biaya yang diperlukan untuk seluruh
program.
Perencana melihat dan meneliti kembali kebutuhan yang telah diidentifikasi, menetapkan
prioritas program dan menetapkan tingkat pencapaian yang realistik dari suatu tujuan yang
ditetapkan, sehingga dapat ditentukan program mana yang paling relevan dan efektif, hal ini
dilihat dari tersedianya dana.
Perencanaan mempunyai dua maksud. Pertama menyiapkan seperangkat keputusan yang akan
diambil oleh otoritas, ke dua menyediakan pola dasar pelaksanaan (blue-print for action) yang
akan dilaksanakan oleh berbagai satuan organisasi yang bertanggungjawab dalam implementasi
keputusan-keputusan tersebut.
Sehubungan dengan kedua hal tersebut, otoritas memerlukan pernyataan (statement) yang jelas
tetang: apa yang akan yang diusulkan, mengapa diusulkan, dan bagaimana pelaksanaannya.
Ketiga hal tersebut adalah merupakan isi dari rencana pendidikan. Persiapan untuk menyiapkan
dokumen tersebut dinamakan formulasi rencana, yang harus ditulis singkat lengkap dan padat.
Ada dua langkah yang harus ditempuh dalam proses elaborasi yaitu:
Sebelum suatu rencana dielaborasi dalam bentuk program dan proyek, rencana tersebut belum
dapat dilaksanakannya. Oleh karena itu pemrograman dan perumusan dalam proses perencanaan
harus dilakukan lebih dahulu.
Kebanyakan rencana yang tidak dapat dilaksanakan, diakibatkan oleh kelemahan dalam tahap
pembuatan program ini.
Implementassi rencana pendidikan dimulai pada saat proyek- proyek itu dilaksanakan. Disini
proses perencanaan bergabung dengan proses manajemen. Dengan menggunakan budget serta
rencana tahunan sebagai instrumen utama, kerangka kerja organisasi untuk melaksanakan
berbagai proyek dapat dikembangkan. Sumber-sumber manusia, dana dan material kemudian
dialokasikan untuk setiap proyek. Jadwal dan waktu suatu proyek juga ditetapkan.
Guna evaluasi. Pertama memberikan gambaran tentang kelemahan suatu rencana, misalnya
penetapan target yang terlalu tinggi atau rendah tidak realistik, tidak cukupnya dana yang
disediakan atau tidak tepatnya pentahapan dalam proses pelaksanaan. Informasi hasil evaluasi
digunakan sebagai bahan revisi sehingga dalam sisa waktu periode rencana tersebut kesalahan
dapat diperbaiki. Dalam perencanaan bertahap dan berkesinambungan (rolling plan) revisi selalu
dilakukan berdasar pengalaman dalam setiap tahap implementasi.
Ke dua, evaluasi berguna sebagai alat diagnosis yang merupakan salah satu langkah dalam tahap
perencanaan awal, dan sebagai bahan dalam membuat perencanaan ulang. Jadi evaluasi
merupakan permulaan dari lingkaran perencanaan berikutnya.
5. Jenis-jenis Perencanaan Pendidikan
perencanaan strategik
perencanaan manajerial
perencanaan operasional
perencanaan perbaikan
perencanaan pengembangan
Dalam garis besarnya perencanaan termasuk perencanaan pendidikan dilaksanakan dalam tiga
siklus, yaitu
1. Menyusun persetujuan antara manajer puncak dan manajer bidang tentang strategi dan
tujuan secara komprehensif.
2. Memilih tujuan perencanaan yang lebih penting pada siklus berikutnya. Pada siklus ini
manajer puncak menyusun tujuan umum dan meminta rencana-rencana dari setiap
bidang.
Siklus ke dua, setiap kepala bagian menyetujui rencana sementara dari bawahan sesuai dengan
bidang mereka. Oleh manajer bidang dipilih, rencana mana yang sesuai dengan tujuan utama dan
tujuan bidangi, lalu diajukan kemanajer puncak.
Siklus ke tiga, tiap pimpinan bidang menyusun anggaran khusus untuk biaya pelaksanaan
rencana, tujuan dan sasaran. Setelah didiskusikan dianatara para manajer barulah anggaran
disetujui dan disediakan.
1. Pembuat rencana (planner) yang tidak cakap sehingga menghasilkan perencanaan yang
tidak tepat. Untuk itu perencanaan haruslah dibuat oleh orang yang ahlinya.
2. Perencanaan yang dibuat tidak berdasarkan pada fakta-fakta dan data yang objektif
3. Kesalahan dalam membuat ramalan dan dugaan.
4. Perencanaan tidak fleksibel/kaku.
5. Kesalahan dalam pengolahan data.
6. Kesalahan dalam penempatan pegawai dan kepala bagian yang tidak sesuai dengan
kemampuan dan keahlian.
7. Tidak adanya koordinasi diantara unit-unit dalam organisasi, karena masing-masing unit
menganggap bagiannya lebih penting dari unit lain.
8. Kuranngnya pengawasan baik secara prfentif maupun secara represif.
Dalam membuat perencanaan (planning) pendidikan yang baik, harus dapat menjawab secara
tepat pertanyaan berikut.
1. What : apa yang menjadi tujuan, apa yang akan dikerjakan, apa tujuan pendidikan.
2. Why : mengapa justeru tujuan itu yang akan dicapai.
3. When : kapan waktu yang tepat tujuan itu akan mulai dikerjakan. Apakah akhir tahun,
atau 1 tahun lagi.
4. Where : di mana lokasi atau tempat kegiatan itu akan dilaksanakan atau didirikan,
dalam hal ini perlu dipertimbangkan faktor lingkungan dan masyarakat.
5. Who : siapa yang harus melaksanakan, siapa yang dapat dpercaya dalam
melaksanakannya, mengolanya, baik dari manajemennya maupun dari tenaga
pelaksananya.
6. How : bagaimana cara pelaksanaan, cara mengerjakannya dan bagaimana metode
pelaksanaannya.
1. Filsafat negara merupakan faktor yang amat penting diperhatikan para perencana
pendidikan. Sebab seluruh prikehidupan bangsa berpedoman kepada filsafat negara.
Bidang pendidikan misalnya harus mencerminkan fisafat negara pancasila. Dalam aspek
perencanaan pendidikan harus berorientasi pada sila-sila pancasila, diupayakan juga agar
sila-sila tersebut tumbuh subur pada kegiatan-kegiatan pendidikan sebagai bahan untuk
nengembangkan generasi penerus bangsa.
2. Pemerintah dan lembaga-lembaga yang tersebar diberbagai daerah memikul misi filsafat
negara. Pemerintah berperan utama dalam: menegakkan, memelihara, dan menyebarkan
butir-butir pancasila. Perencanaan pendidikan perlu melakukan hubungan dengan
lembaga pemerintah dalam kaitan dengan usaha di atas dengan mengikuti undang-undang
dan peraturan-peraturan.
3. Perencanaan pendidikan sebaiknya mengikutsertakan wakil-wakil orang tua
siswa/mahasiswa dan tokoh-tokoh masyarakat secara otomatis memperhatikan
sosial/masyarakat. Mereka menyuarakan kebutuhan.
4. Kelompok profesi, terutama pendidikan besar perannya dalam perencanaan pendidikan.
Kelompok ini menjadi pembangun dan pemikir terdepan dalam perencanaan pendidikan.
5. Kebudayaan yaitu perpaduan hasil pikiran, perasaan, kemauan, dan karya manusia atau
perpaduan hasil kognisi, afeksi, dan keterampilan yang mengangkat hidup dan kehidupan
manusia tidak lepas pula dari kehidupan dunia pendidikan. Kebudayaan sebagian besar
dilahirak dalam dunia pendidikan. Ini tidak berarti perkembangan pendidikan melalui
perencanaan tidak perlu memperhatikan kebudayaan sekitarnya.
6. Kebudayaan yang mencakup ilmu, teknologi, seni dan norma yang ada disekitar lembaga
pendidikan adalah merupakan umpan balik sekaligus menjadi titik tolak untuk
meningkatkannya. Masyarakat dan lembaga pendidikan bekerjasama memajukan
kebudayaan.
7. Perkembangan ekonomi menentukan kemakmuran bangsa dan masyarakat. Pendidikan
ikut berperan dalam mengembangkan keterampilan tenaga-tenaganya baik berpikir
maupun keterampilan tangan. Perencana pendidikan harus memperhatikan perkembangan
dan kondisi ekonomi daerah tempatnya berada.
8. Perencanaan pendidikan harus memperhatikan cita-cita bangsa. Cara-cara untuk
mencapai cita-cita bangsa itu adalah sebagai ideologi dan merupakan faktor politik yang
perlu diperhatikan oleh para perencana pendidikan.
9. Para perencana pendidikan juga perlu memperhatikan demografi yaitu kependudukan
antara lain kepadatan penduduk di daerahnya, penyebarannya, dan besarnya jumlah
warga yang saatnya masuk sekolah. Kondisi-kondisi ini sangat perlu menddapat
perhatian oleh para perencana pendidikan.
TUGAS
1.Lakukan observasi
2.Buat proposal