Anda di halaman 1dari 23

BAB II

Pembahasan

1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Kaufman (Harjanto, 2010:2), menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang
apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, di dalamnya mencakup
elemen-elemen :
a. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan
b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan
c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan
d. Indentifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan
e. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan
f. Identifikasi strategi alternatil yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi tiap
persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci
keuntungan dan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai
Maka dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang harus
dilakukan. Perencanaan merupakan tahapan awal sebelum pelaksanaan, yang mana dalam proses
ini berpersan dalam menentukan ke mana tujuan dan mengidentifikasikan persyaratan yang
diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Berpangkal dari hal tersebut, maka
perencanaan mengandung 6 pokok pikiran, yakni :
a. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan
b. Keadaan masa depan yang diinginkan itu kemudian dibandingkan dengan keadaan
sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya
c. Untuk menutupi kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha
d. Usaha yang dilakukan untuk menutupi kesenjangan itu dapat beragam dan merupakan
alternatif yang mungkin ditempuh
e. Pemilihan alternatif yang paling baik, dalam arti mempunyai efektifitas dan efisiensi
yang paling tinggi perlu dilakukan
f. Alternatif yang dipilih harus diperinci sehingga dapat menjadi pedoman dalam
pengambilan keputusan apabila akan dilaksanakan
Sementara itu beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang pengertian
perencanaan, antara lain :
- Herbert Simon (1996), perencanaan adalah sebuah proses pemecahan masalah, yang
bertujuan adanya solusi dalam suatu pilihan.
- Gordon Rowland (1993), perencanan bukan hanya membantu untuk mencipkan solusi
tapi juga membantu untuk lebihmemahami permasalahan itu sendiri, jadi sebuah usulan
lebih diutamakan dibanding informasi awal. Proses perencaan menggiring kitauntuk
berfikir kembali atau merangkai masalah kembali.
- See Sabon (1987), perencanaan membantu kita melihat masalah dalam pemikiran yang
baru, pandangan yang berbedadari yang lain, dan lebih baik dalam memahami masalah
yang kompleksmenjadi lebih sederhana.
- Cristoper Clark(1995), baginya guru adalah perencana, jadi guru yang profesional, aktif,
siap untuk memberikan pembelajaran dan dengan cara penyampaian yang unik adalah
guru yang punya perencanaan baik. (dalam Definisi Perencanaan Pembelajaran,
http://www.scribd.com/doc/28131127/Definisi-Perencanaan-Pembelajaran)

Perencanaan tak lain merupakan bagian dari hakikat pembelajaran berupa desain dalam
upaya membelajarkan siswa.
Menurut Degeng (dalam Pengertian Perencanaan Pembelajaran, http://www.
sekolahdasar.net/2010/10/pengertian-perencanaan-pembelajaran.html), pembelajaran atau
pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Beberapa ahli kemudian merangkum berbagai definisi tentang perencanaan pembelajaran,
di antaranya :
a. Branch (2002) Suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan
dengan cara yang konsisten dan reliabel.
b. Ritchy Ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi
dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil
persoalan pokok.
c. Smith & Ragan (1993) Proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan
pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran. (1999)
Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran
kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran, sumber informasi dan
evaluasi.
d. Zook (2000) Proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar)
(dalam Defenisi Perencanaan Pembelajaran Menurut Para Ahli, http://id.shvoong.com
/writing-and speaking/presenting/2035422-defenisi-perencanaan-pembelajaran-menurut-
para/#ixzz107u4jw3G)
e. Ibrahim
Kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan
pembelajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut,
materi apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan, serta alat atau
media apa yang diperlukan.
f. Banghart dan Trull
Proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan
pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
g. Toeti Sukamto
Pengembangan pembelajaran yang merupakan sistem yang akan terintegrasi dan
terdiri dari beberapa unsur yang salin berinteraksi.
h. Nana Sudjana
Kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu
pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon)
komponen-komponen pembelajaran sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan
(materi), cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana
mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis.
(dalam Pengertian Perencanaan Pembelajaran, http :// www.sekolahdasar.net/2010/ 10/
pengertian-perencanaan-pembelajaran.html).
i. Philip Commbs
Perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis
sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan
masyarakatnya. (Harjanto, 2010:6)

Berangkat dari berbagai definisi oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya melakukan proyeksi dan analisis rasional terhadap
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, kemudian dijabarkan melalui prosedur sistematis yang
mengintegrasikan komponen-kompenon pembelajaran (materi, metode, teknik, media), sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Perencanaan pengajaran, memiliki beberapa karakteristik (Banghart dan Albert Trull dalam
Harjanto, 2010: 3), yakni :
a. Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan sosial dan konsep-
konsepnya dirancang oleh banyak orang
b. Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi
yang masuk mengharapkan demikian
c. Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas yang beragam, namun dapat dikategorikan
menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan
d. Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus
mampu mengurangi pemborosan, duplikasi salah penggunaan dan kesalahan
manajemen.
Melengkapi itu, perencanaan pembelajaran juga mempunyai dimensi yang berkaitan
dengan cakupan dan sifat-sifaf dari karakteristik yang terdapat di dalamnya. Dengan
memperhatikan dimensi-dimensi tersebut, memungkinkan dilakukannya perencanaan
komperhensif yang menalar dan efisien (Harjanto, 2010: 4-6), yakni :
a. Signifikansi. Tingkat signifikansi ini tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan
pendidikan yang diajukan. Dalam upaya mencapainya, pengambil keputusan perlu
mempunyai garis pembimbing yang jelas dan mengajukan kriteria evaluasi.
b. Feasibilitas. Salah satu faktor penentu dalam hal ini adalah otoritas politikal yang
memadai, sebab dengan demikian feasibilitas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek
lainnya dapat dibuat dalam pertimbangan yang realistik
c. Relevansi. Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan oengajaran
memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat, agar
dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
d. Kepastian atau definitiveness. Dalam hal ini diupayakan untuk meminimalisir hal-hal
yang tidak terduga, sebab tidak semua hal yang sifatnya kebetulan dapat dimasukkan
dalam perencanaan pembelajaran.
e. Ketelitian atau parsimoniusness. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar
perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan
benar kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen.
f. Adaptabilitas. Perencanaan pembelajaran pada dasarnya bersifat dinamik, sehingga
senantiasa perlu mencari informasi sebagai umpan balik atau masukan tambahan.
g. Waktu. Faktor-faktor yang ebrkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan
perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan realibilitas analisis yang
dipakai, serta kapan dilakukan penilaian atas kebutuhan pendidikan masa kini dalam
kaitannya dengan masa mendatang.
h. Monitoring atau pemantauan. Termasuk dalam konsep ini adalah mengembangkan
kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.
i. Isi perencanaan. Perencanaan pengajaran yang baik, memuat :
1) Tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan
2) Program dan layanan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan
layanan-layanan pendukungnya
3) Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi,
spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka
4) Bangunan fisik, mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan
kaitannya dengan bangunan fisikk lain
5) Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan
6) Sturktur organisasi, yakni bagaimana cara mengorganisasi dan menanajemen
operasi dan pengawasan program serta aktivitas pendidikan yang direncanakan
7) Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan pengajaran

2. Masalah-masalah Perencanaan Pembelajaran

Penyusunan perencanaan pembelajaran perlu memperhatikan faktor-ffaktor penghambat


yang umumnya bersifat eksternal guna mencapai manfaat optimal dari perencanaan tersebut.
Selain harus melihat hambatan-hambatan yang lebih bersifat eksternal, beberapa hal yang
secara klasifikatif masuk dalam masalah internal juga harus mendapatkan porsi perhatian lebih.
Hal-hal tersebut antara lain:
a. Tujuan dan fungsi pendidikan apa yang harus diprioritaskan dalam pengajaran PAI.
(bahwa penekanan tujuan pada tingkat sekolah; SD, SMP, SMA; atau dalam tingkatan
kelas: I, II, III; atau bahkan lembaga yang satu dengan yang lain akan berbeda)
b. Alternatif apa yang terbaik yang mungkin dilaksanakan dalam mencapai tujuan-tujuan
dan fungsi pendidikan PAI tersebut. (Hal ini menyangkut juga, masalah teknologi
pendidikan, waktu, dana, efektifitas pendidikan (metode), kemampuan praktis dan
sebagainya).
c. Seberapa jauh sumber daya (potensi pengetahuan tentang agama Islam) yang dimiliki
oleh bangsa atau masyarakat yang akan diikutsertakan dalam pendidikan.
(profesinalitas dan seleksi pengajar).
d. Siapa yang akan membiayai. Ini menyangkut masalah dari mana dana pendidikan
diperoleh. (Beberapa pihak yang mungkin mendukung dalam hal ini: wali murid,
donator-donator baik bersama-sama maupun individu).
e. Bagaimana kemudian membagi rata dana tersebut. (di tingkat nasional: antara satu
sekolah dengan sekolah lain, antara jenjang (SD-SM) dan antara jenis (SMA & SMK)
di tingkat institusi: antara gaji guru dengan pemenuhan kebutuhan sekolah dan lain-
lain)
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut boleh jadi berbeda, tergantung sudut pandang
yang dianut (Harjanto, 2010:8). Apabila ditimbang dari sudut pandang pengelola pendidikan
yang cenderung idealis, pragmatis dan ahli politik, walaupun dapat menerima adanya kebutuhan
masyarakat yang penting lainnya, namun bagi mereka pendidikan adalah yang paling utama,
sehingga perlu mendapat prioritas. Mereka akan mengusulkan agar setiap anak usia sekolah
dapat tertampung, serta meminta suatu anggaran yang dapat membiayai semua hal yanh
diperkirakan ditambah dengan kelebihan jumlah tertentu, sebab sadar bahwa mereka
memperoleh kurang dari yang diminta. Pengelola pendidikan dengan demikian cenderung
memiliki pola pikir teoritis dan tidak praktis. Yang diperhatikan hanyalah betapa pentingnya anak
usia sekolah dapat memperoleh pendidikan, sementara sumber pembiayaan untuk itu bukan
menjadi pemikiran mereka.
Di sisi lain, para ekonom memiliki sudut pandang yang lain. Ekonom-ekonom dalam pola
pikir umumnya berpusat pada dua masalah pokok (Harjanto, 2010:9), yaitu :
a. Masalah alokasi, yakni bagaimana membagi dengan sebaik-baiknnya dana yang
terbatas kepadaaa berbagai macam sektor yang saling bersaing tanpa dana, sehingga
diperoleh totalitas hasil yang terbaik dan optimal
b. Masalah efisiensi, yakni bagaimana menggunakan dana yang telah dialokasikan agar
memperoleh hasil maksimal
Dari dua hal ini, pendidikan wajar memperoleh prioritas utama, namun diikuti oleh
anggapan bahwa tidak ada suatu sektor dalam negara termasuk pendidikan, yang boleh
menghabiskan dana yang tersedia dan mengabaikan sektor-sektor yang lain. Bagi ekonom,
kebijakan utamanya adalah menjaga keseimbangan antara keseluruhan sektor yang biasanya
saling mengutamakan dirinya dalam memperoleh dana yang terbatas.
Dalam rangka alokasi yang rasional, ekonom biasanya memakai pendekatan untung rugi
dari masing-masing alternatif alokasi dan mengupayakan agar biaya yang terendah namun secara
keseluruhan tertinggi hasil ekonominya. Namun pendekatan ini sebenarnya mempunyai
kelemahan pokok, yaitu :
a. Kesulitan praktis dalam mengukur kerugian dan keuntungan khususnya keuntungan
yang hanya dapat dicapai dalam jangka waktu lama
b. Kelemahan dalam kriteria dan sempitnya arti keuntungan. Biasanya yang menjadi
kriteria utama adalah dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, selain tujuan-tujuan
yang lainnya.
Kendati cukup baik, namun pendekatan ini terlampau sempit dan dapat menyesatkan
pembuata kebijakan dan pada akhirnya menempatkan alokas yang keliru. Pengungkapan atas
kelemahan ini bukan dalam rangka menganjurkan agar pendekatan ini tak lagi dipakai.
Melainkan bertujuan melahirkan kesadaran bahwa pendekatan ini mempunyai kekurangan, sama
seperti pendekatan yang lainnya. Sadar akan kelemahan setiap pendekatan dapat mencegah pola
pikir sempit yang menganggap bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran yang baik dapat
menggunakan pendekatan tunggal, dan pada gilirannya bersedia mengkaji dari sudut pandang
pendeketan yang lain.
Hingga saat ini ada 3 macam pendekatan dalam perencanaan pembelajaran (Harjanto,
2010:10-14), yakni :
a. Pendekatan tuntutan sosial. Merupakan pendekatan yang paling wajar bagi pendidikan
atau pengelola pendidikan. Tuntutan sosial diartikan sebagai kumpulan tuntutan umum
untuk memperoleh pendidikan yaitu sejumlah tuntutan individu akan pendidikan pada
suatu tempat, waktu serta dalam lingkungan budaya politik dan ekonomi tertentu.
Manakala jumlah runag kelas dan peralatan lebih kecil dari yang diperlukan orang-
orang yang ingin bersekolah, maka dikatakan tuntutan sosial melebihi apa yang
tersedia. Dalam realitanya memang tuntutan masyarakat untukmemperole pendidikan
senantiasa melampaui kemampuan pelayanan pemerintah. Terhadap pendekatan ini
muncul beberapa kritik yang dikemukan oleh ekonom-ekonom, antara lain :
1) Pendekatan ini mengabaikan masalah alokasi sumber nasional dan mengganggap
bahwa tidak menjada persoalan berapa banyak sumber itu dialokasikan ke sektor
pendidikan
2) Mengabaikan sifat dan mecam tenaga kerja yang dihasilkan dan diperlukan oleh
sektor ekonomi, sehingga tidak mempermasalahkan atau mempedulikan apakah
tenaga kerja tertentu terlalu banyak atau terlalu sedikit
3) Cenderung terlalu mendorong terjadinya tuntutan masyarakat memperoleh
pendidikan, meremahkan masalah biaya, serta mengingat keinginan untuk memberi
kesempatan yang luas untuk memperoleh pendidikan, sering mengabaikan kualitas
dan efektivitas, dengan akibat, pendidikan menjadi suatu bentuk investasi modal
yang kurang produktif.
4) Pengaruh lain yang dapat terjadi dan justru lebih besar akibatnnya adalah
menurunnya kualitas guru dan wibawa mereka secara drastis, sebab pemekaran
jumlah sekolah secara pasif dalamw aktu relatif tidak terlalu lama dapt membawa
akibat penyediaan korps guru yang berkualitas rendah.
b. Pendekatan tenaga kerja. Bagi para ekonom aliran neo-klasik, pembangunan ekonomi
tidak hanya memerlukan sumber fisik dan fasilitas lainnya, akan tetapi sumber daya
manusia untuk menggali dan mengelola sumber nasional tersebut. Untuk maksud itu,
pembangunan sumber daya manusia melalui sistem pendidikan merupakan syarat
penting untuk pembangunan nasional dan emnjadi investasi strategis terhadap sumber
daya yang langka. Diakui pendekatan ini sangat berguna dalam rangka penentuan
alokasi sumber dana nasional, namun dalam pelaksanaan praktis mempunyai beberapa
kelemmahan, yaitu :
1) Hanya mampu memberi bimbingan yang terbatas kepada para perencana
2) Klasifikasi pekerjaan dan perbandingan antara tenaga kerja profesi kurang sesuai
dengan kebutuhan nyata sebab tuntutan adan pola pikir didasarkan pada kondisi
negara maju
3) Mengingat cepatnya perubahan teknologi yang sekaligus menuntut kualifikasi
tenaga yang berbeda-beda, maka tidak mungkin mengadakan estimasi yang akurat
tentang kualifikasi tenaga kerja di masa mendatang
4) Sebagai pendekatan yang bersifat deterministis, pendekatan tenaga kerja terjerat
pada pola pikir yang sempit, sebab didasarkan pada asumsi bahwa ekonomi
menciptakan kebutuhan akan tenaga kerja, sedangkan pendidikan hanya bersifat
pasif mengikutinya.
c. Pendekatan imbalan. Merupakan pendekatan yang dianjurkan oelh seorang ekonom
yang kurang setuju atau meninggalan tradisi ekenomi klasik. Bagi mereka, kelemahan
pendekatan tuntutan sosial dan tenaga kerja adalah sama-sama mengabaikan masalah
alokasi sumber dana nasonal. Melalui pendekatan nilai imbalan, masalah alokasi diatasi
dengan mencari keseimbangan antara keuntungan dan kerugian dari alternatif yang
dipilih. Gagasan ini sepintas nampak jelas, namun bila dikaji lebih mendalam terdapat
beberapa kelemahan :
1) Data dasar yang akurat untuk menghitung untung rugi dalam dunia pendidikan
sangat sulit, terutama yang menyangkut teksiran biaya peserta didik
2) Sangat menghitung keuntungan yang akan diperoleh akibat pendidikan di masa
mendatang. Kelemahan ini dapat dihindarkan apabila tersedia data yang lengkap.
Metode yang umum dipakai adalah menghitung beberapa tambahan pendapatan
yang diperoleh seseorang akibat memperoleh pendidikan tertentu. Makin tinggi
tambahan pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan
selama mengikuti pendidikan, maka alokasi sumber dana dikategorikan semakin
baik. Namun sebenarnya, membandingkan pendapatan yang akan diperoleh di masa
mendatang akibat adanya perbedaan tingkat dan jenis pendidikan di masa lalu,
adalah suatu perkiraan yang kabur, sebab :
a) Terjerumus pada anggapan bahwa setiap orang yang memperole tingkat dan
jenis pendidikan yang sama akan memperoleh kesempatan kerja dengan
imbalan yang sama
b) Kemungkinan mereka yang tertarik pada analisis statistik akan mengatakan
bahwa tambahan pendapatan yang diperoleh di luar faktor pendidikan dapat
dipisahkan melalui penelitian itu dilakukan secara benar.
c) Pendekatan ini hanya memberi sebagian jawaban dari apa yang ingin diketahui
para perencana
d) Pendekatan ini masih dalam tahap perkembangan eksperimental

3. Jenis-Jenis Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dapat ditinjau dari beberapa segi (Harjanto, 2010:19-22), antara
lain :
a. Menurut Besaran atau Magnitude
1) Perencanaan makro, yakni perencanaan yang mempunyai telaah nasional, yang
menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai
dan cara-cara yang dipakai dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan makro
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
a) Apakah tujuan pendidikan nasional
b) Pendekatan apakah yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
c) Lembaga pendidikan apakah yang digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut
d) Bagaimanakah seharusnya organisasi pendidikan diatur sehingga
menunjang tercapainya tujuan tersebut
e) Program-program apakah yang perlu diadakan untuk menunjang
tercapainya tujuan tersebut
f) Sumber-sumber apakh yang dapat dipakai untuk menunjang program-
program tersebut
g) Apakah kriteria keberhasilan usaha pendidikan itu
2) Perencanaan meso. Kebijakan dalam perencanaan makro dijabarkan dalam
program-program dengan dimensi yang lebih kecil. Pada tingkat ini perencanaan
sudah lebih bersifat operasional, disesuaikan dengan keadaan daerah, departemen
atau unit-unit lainnya.
3) Perencanaan mikro. Diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional dan
merupakan jabaran lebih spesifik dari perencanaan meso. Dalam tahapan ini,
karakteristik-karakteristik lembaga diperhatikan, namun tidak boleh bertentangan
dengan apa yang ditetapkan oleh perencanaan makro maupun meso.
b. Menurut Telaahnya
1) Perencanaan strategis, yakni perencanaan yang berkaitan dengan penetapan
tujuan, pengalokasian sumber-sumber dalam mencapai tujuan dan kebijkan yang
digunakan sebagai pedoman. Perencanaan ini cenderung dipusatkan pada
masalah-masalah yang tidak terstruktur, melibatkan banyak variabel, namun
memiliki parameter yang pasti. Sering pula disebut sebagai perencanaan tingkat
normatif, sebqab keputusan yang dibuat tidak didasarkan pada data-data statistik,
melainkan pertimbangan perencana, dalam hal ini pimpinan puncak suatu
organisas.
2) Perencanaan manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan
proses pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien
3) Perencanaan operasional, memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan
pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari rencana manajerial. Perencanaan ini
bersifat spesifik dan berfungsi memberi petunjuk konkret tentang pelaksanaan
suatu proyek atau program, baik tentang aturan, prosedur dan ketentuan-
ketentuan lain yang telah ditetapkan.
c. Menurut Jangka Waktunya
1) Perencanaan jangka panjang, yaitu mencakup kurun waktu 10 sampai 25 tahun.
Mempunyai parameter yang lebih kabur dan kian panjang jangka waktunya,
variabelnya pun makin tak pasti
2) Perencanaan jangka menengah, yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara
4 sampai 10 tahun. Merupakan penjabaran operasional dari rancana jangka
panjang
3) Rancana jangka pendek, yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 1
samapi 3 tahun, serta merupakan jabaran dari rencana jangka menengah dan
jangka panjang.
Jenis-jenis perencanaan pembelajaran tersebut terangkum pula dalam Perencanaan
Pembelajaran(http://teknologipembelejaran.blogspot.com/2010/02/perencanaan-
pembelajaran.html), dengan memberi tambahan beberapa jenis perencanaan lain, yakni :
1) Perencanaan Permulaan (Preliminary Planning)
Perencanaan ini berupa serangkaian upaya yang dilakukan oleh guru yang baru memulai
tugasnya di suatu sekolah, seperti penyesuaian diri terhadap situasi-situasi baru,
membantu murid dalam belajar, dan memberi kesan menyenangkan bagi murid.
2) Perencanaan Tahunan
Perencanaan ini berfungsi sebagai rencana jangka panjang dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Menyusun skor pelajaran sesuai degan tujuan yang ingin dicapai
c) Mengorganisasikan isi pelajaran dalam bentuk masalah-masalah, unit-unit atau
minat siswa
d) Menentukan metode mengajar
3) Perencanaan Hari Pertama
Dalam rencana ini memuat pelaksanaan hal-hal yang bersifat rutin, prosedur dan bahan
pengajaranm, pengaturan tempat duduk murid, cara pendekatan guru dengan murid dan
lain-lain
4) Perencanaan Terus Menerus
Maksudnya ialah untuk merevisi rencana yang telah dibuat sebelumnya, serta merupakan
kelanjutan dari perencanaan sebelumnya
5) Perencanaan Bersama (Resource Unit)
Dalam perencanaan ini, penyusunan rencana merupakan tanggungjawab bersama semua
guru, kepala sekolah, pemilik dan pengawas
6) Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan
Sebelum membuat perencanaan dengan murid, guru terlebih dahulu menyusun pre-
planning dan telah mengadakan penjajagan sebelumnya tentang kebutuhan dan minat
murid, sehingga proses itu dapat sejalan dengan keinginan merekka dan menghindari
perubahan-perubahan yang tidak perlu
7) Perencanaan Jangka Panjang
Meliputi aspek-aspek
a. Perumusan tujuan- tujuan pembelajaran
b. Memilih isi dan kegiatan belajar
c. Mengorganisasi isi menjadi unit-unit
d. Menyusun unit- unit belajar
e. Mengadakan seleksi atas prosedur- prosedur mengajar
f. Mempertimbangkan metode evaluasi yang akan digunakan
g. Perencanaan pengajaran unit
h. Perencanaan harian dan mingguan
Rencana ini berisikan rencana harian dan mingguan untuk setiap mata pelajaran, dan
untuk rencana ,mingguan dibuat secara garis besarnya saja.
8) Rencana Kerja Harian
Rencana kerja harian terdiri dari dua kegiatan, yaitu; resitasi dan directed study, yang
mana kedua kegiatan tersebut sangat berkaitan erat dengan unit dan tujuan pembelajaran.

4. Proses Perencanaan Pembelajaran

Guna memperoleh perencanaan yang komperhensif, maka seyogianya dilaksanakan 6


tahapan proses (Harjanto, 2010:17-19), yaitu:
a. Tahap pra perencanaan. Tahapan ini meliputi, (1) menciptakan atau mengadapakn
badan maupun bagian yang bertugas dalam melaksanakan fungsi perencanaan, (2)
menetapkan prosedur perencanaan, (3) mengadakan reorganisasi struktural internal
administrasi agar dapat berpartisipasi dalam proses perencanaan serta proses
implementasinya dan (4) menetapkan mekanisme serta prosedur untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan dalam perencanaa
b. Tahap perencanaan awal, terdiri dari aktivitas-aktivitas : (1) tahap diagnosis,
merupakan kegiatan membandingkan luaran atau output yang diharapkan dengan apa
yang telah dicapai sekarang. Tahap ini bertujuan mengetahui apakah rencana yang
dilaksanakan itu memadai dan relevan, serta apakah cara-cara yang dipakai untuk
mencapai tujuan itu efektif dan efisien, (2) tahap formulasi rencana, merupakan
kebijakan yang memberikan arah kepada upaya memperbaiki kelemahan dan
kekurangan suatu rencana, (3) penilaian kebutuhan, merupakan tindak lanjut sesudah
kebijakan ditetapkan yang meliputi :
a) Jumlah orang yang perlu mendapat layanan dalam rencana serta syarat-syarat
kualitatifnya
b) Jumlah dan besarnya lembaga atau program yang diperlukan
c) Jumlah, kompetensi dan syarat pekerjaan dari orang yang akan
mengorganisasikan dan melaksanakan rancana tersebut
d) Jumalah dan kualitas bahan, sarana dan alat-alat yang diperlukan
e) Jumlah dan kualitas mobiler dan alat-alat lainnya
f) Jumlah dana yang diperlukan untuk gaji, upah dan beasiswa
g) Jumlah dan kualitas layanan pendukung dan sebagainya
(4) perhitungan biaya, (5) penentuan target.
c. Tahap formulasi rencana. Perencanaan mempunyai dua maksud mendasar yakni (1)
menyiapkan seperangkat keputusan yang diambil oleh pemegang otoritas dan (2)
meneydiakan pola dasar pelaksanaan yang menjadi pegangan berbagai unti organisasi
yang bertanggungjawab dalam implementasi keputusan-keputusan tersebut.
d. Tahap eloborasi rencana. Sebelum rencana diimplementasikan, perlu ditempuh
beberapa langkah elaborasi yakni (1) membuat program, yaitu membagi rencana ke
dalam area-area pelaksanaan, yang masing-masing mempunyai tujuan spesifik, (2)
identifikasi dan formulasi proyek. Tiap program terdiri dari kelompok aktivitas
sejenis dan tiap kelompok itu dinamakan proyek. Formulas proyek merupakan tugas
merinci siapa pelaksana, berapa biaya, jangka waktu dan hal-hal lain yang dianggap
perlu
e. Tahap implementasi rencana. Pada tahap ini perencanaan bergabung dengan proses
pelaksanaan atau manajemennnya.
f. Tahap evaluasi dan perencanaan ulang. Evaluasi mempunyai dua makna, yakni (1)
memberi gambaran tentang kelemahan rencana dan (2) sebagai bahan diagnosis serta
dalam membuat perencanaan ulang.

Dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-perencanaan-proses-
pembelajaran/, Standar Perencanaan Pembelajaran oleh Akhmad Sudrajat, proses perencanaan
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat
identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

a. Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema
pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh
para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru
(PKG), dan Dinas Pendidikan.

Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang


bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk Ml, MTs, MA, dan MAK.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan
penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah :

1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,


program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang


diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.

5. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan


dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.

8. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan
pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

9. Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang


ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta
didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan


pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas


pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

10. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

5. Pentingnya Perencanaan Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar sering kali kita menyusun perencanaan pembelajaran,
namun seberapa pentingkah pelaksanaan pembelajaran tersebut? Sekilas hal tersebut terlihat
tidak terlalu penting untuk di persiapkan namun sesungguhnya itu merupakan sesuatu yang
paling penting dan tidak boleh terlewatkan karena untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka
dibutuhkan perencanaan pembelajaran seperti dalam M. Sobry Sutikno yang bukunya berjudul
Pengelolaan Pendidikan Tinjauan Umum dan Konsep Islami menegaskan bahwa perencanaan
merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan,
pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, salah satu
diantaranya adalah proses pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik, di pengaruhi oleh
perencanaan yang baik pula oleh sebab itulah salah satu komponen dalam kegiatan belajar
mengajar yakni perencanaan pembelajaran
Dalam http://www.kosmaext2010.com/makalah-pentingnya-perencanaan-dan-desain-
pembelajaran-pai disebutkan mengenai pentingnya perencanaan pembelajarannya yakni:
a. Diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan dengan adanya pedoman bagi
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.
b. Dapat dilakukan suatu perkiraan ( fore casting ) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan
yang akan dilalui, mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan, juga
tentang hambatan-hambatan dan risiko-risiko yang mungkin dihadapi.
c. Memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik ( the best
alternatif ) atau kesempatan memilih kombinasi cara yang terbaik ( the best combination).
d. Dilakukan penyusunan skala prioritas, memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu
tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.
e. Ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi
kinerja usaha atau organisasi, termasuk pendidikan.
f. Dapat lebih bisa meningkatkan kemampuan pembelajaran baik guru maupun kemampuan
murid.
g. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap
pencapaian tujuan pendidikan.
h. Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat-minat siswa,
dan mendorong motivasi belajar.
i. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan dan prosedur
yang dipergunakan.

Selain itu dalam http://komarudintasdik.wordpress.com, salah satu lembaran kertas


mutiara buku Perencanaan Pembelajaran karya Abdul majid mengemukakan beberapa manfaat
perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.


2) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan.
3) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.
4) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja.
5) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Peran penting perencanaan pembelajaran dapat terlihat ketika mengamati keadaan yang
mungkin terjadi ketika diterapkannya perencanaan pembelajaran oleh seorang guru atau
sebaliknya.

Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar ketika seorang guru
melakukan perencanaan pembelajaran dengan benar di antaranya:

a. Guru akan mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas,

b. Guru akan menguasai materi,

c. Guru akan mempunyai metode,

d. Guru akan memiliki pemilihan media yang tepat,

e. Guru akan memiliki standar jelas dalam memberikan evaluasi kepada siswa.

Melihat manfaat di atas, maka perencanaan pembelajaran sangat perlu dilakukan oleh
para guru, sesuai tujuannya yaitu agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan
efisien.
BAB III
Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
a. Perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya melakukan proyeksi dan analisis
rasional terhadap tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, kemudian dijabarkan
melalui prosedur sistematis yang mengintegrasikan komponen-kompenon
pembelajaran (materi, metode, teknik, media), sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.
b. Masalah-masalah pokok dalam perencanaan pembelajaran antara lain :
1) Tujuan dan fungsi pendidikan apa yang harus diprioritaskan dalam pengajaran
PAI. (bahwa penekanan tujuan pada tingkat sekolah; SD, SMP, SMA; atau
dalam tingkatan kelas: I, II, III; atau bahkan lembaga yang satu dengan yang
lain akan berbeda)
2) Alternatif apa yang terbaik yang mungkin dilaksanakan dalam mencapai
tujuan-tujuan dan fungsi pendidikan PAI tersebut. (Hal ini menyangkut juga,
masalah teknologi pendidikan, waktu, dana, efektifitas pendidikan (metode),
kemampuan praktis dan sebagainya).
3) Seberapa jauh sumber daya (potensi pengetahuan tentang agama Islam) yang
dimiliki oleh bangsa atau masyarakat yang akan diikutsertakan dalam
pendidikan. (profesinalitas dan seleksi pengajar).
4) Siapa yang akan membiayai. Ini menyangkut masalah dari mana dana
pendidikan diperoleh. (Beberapa pihak yang mungkin mendukung dalam hal
ini: wali murid, donator-donator baik bersama-sama maupun individu).
5) Bagaimana kemudian membagi rata dana tersebut. (di tingkat nasional: antara
satu sekolah dengan sekolah lain, antara jenjang (SD-SM) dan antara jenis
(SMA & SMK) di tingkat institusi: antara gaji guru dengan pemenuhan
kebutuhan sekolah dan lain-lain)
c. Jenis-jenis perencanaan pembelajaran :
1) Menurut Besaran atau Magnitude
a) Perencanaan makro
b) Perencanaan meso.
c) Perencanaan mikro.
2) Menurut Telaahnya
a) Perencanaan strategis
b) Perencanaan manajerial
c) Perencanaan operasional
4) Menurut Jangka Waktunya
a) Perencanaan jangka panjang
b) Perencanaan jangka menengah
c) Rancana jangka pendek
5) Perencanaan Permulaan (Preliminary Planning)
6) Perencanaan Tahunan
7) Perencanaan Hari Pertama
8) Perencanaan Terus Menerus
9) Perencanaan Bersama (Resource Unit)
10) Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan
11) Rencana Kerja Harian

d. Proses perencanaan pembelajaran meliputi tahapan :


1) Tahap pra perencanaan
2) Tahap perencanaan awal
3) Tahap formulasi rencana
4) Tahap eloborasi rencana
5) Tahap implementasi rencana
6) Tahap evaluasi dan perencanaan ulang
Khusus dalam perencanaan persiapan pembelajaran, meliputi tahapan perencanaan
silabus dan Rpp.
e. Perencanaan pembelajaran penting adanya yakni agar pelaksanaan pembelajaran
berjalan dengan efektif dan efisien.

2. Saran
Guna pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan hasil optimal, guru perlu
melakukan perencanaan yang baik, matang dan sistematis dengan mempertimbangkan faktor-
faktor penghambat yang ada
Daftar Pustaka

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta. 2010.


Akhmad Sudrajat, Standar Perencanaan Pembelajaran,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/26/standar-perencanaan-proses-pembelajaran/,
diakses tanggal 4 Maret 2012
-----, Definisi Perencanaan Pembelajaran, http://www.scribd.com/doc/28131127/Definisi-
Perencanaan-Pembelajaran, diakses tanggal 4 Maret 2012
-----, Defenisi Perencanaan Pembelajaran Menurut Para Ahli, http://id.shvoong.com /writing-
and speaking/presenting/2035422-defenisi-perencanaan-pembelajaran-menurut-
para/#ixzz107u4jw3G, diakses tanggal 4 Maret 2012
-----, Pengertian Perencanaan Pembelajaran, http :// www.sekolahdasar.net/2010/ 10/
pengertian-perencanaan-pembelajaran.html, diakses tanggal 4 Maret 2012
----, Perencanaan Pembelajaran,
(http://teknologipembelejaran.blogspot.com/2010/02/perencanaan-pembelajaran.html), diakses
tanggal 4 Maret 2012
http://www.kosmaext2010.com/makalah-pentingnya-perencanaan-dan-desain-pembelajaran-pai,
diakses tanggal 5 Maret 2012.
http://www.shvoong.com/favicon.ico, diakses tanggal 5 Maret 2012
http://ndutnita.wordpress.com/xmlrpc.php, diakses tanggal 5 Maret 2012
http://komarudintasdik.wordpress.com/xmlrpc.php, diakses tanggal 5 Maret 2012

BAB I
Pendahuluan

1. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pendidikan secara luas, mencakup pula di dalamnya keberlangsungan
pembelajaran, kerap kali terjadi berbagai kendala maupun kekurangan yang mengakibatkan
kurang optimalnya capaian hasil dari proses tersebut.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan mendasar yakni :
2.1 Apakah yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran?
2.2 Apakah masalah-masalah pokok dalam perencanaan pembelajaran?
2.3 Apa sajakah jenis-jenis perencanaan pembelajaran?
2.4 Bagaimanakah proses dalam perencanaan pembelajaran?
2.5 Seberapa pentingkah perencanaan pembelajaran?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu :
3.1 Untuk mengetahui pengertian perencanaan pembelajaran
3.2 Untuk mengetahui masalah-masalah dalam perencanaan pembelajaran
3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis perencanaan pembelajaran
3.4 Untuk mengetahui proses perencanaan pembelajaran
3.5 Untuk mengetahui pentingnya perencanaan pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai