Anda di halaman 1dari 22

Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

“Rasūlullah  bersabda, „Mereka adalah tiga golongan. Segolongan dari mereka


seperti tanaman padi.‟

“Aku bertanya, „Wahai Rasūlullah, apa tanaman padi itu?‟

“Rasūlullah  bersabda, „Ia adalah tanaman yang tumbuh di Syam. Dan segolongan
dari mereka panjang dan lebarnya sama, dan mereka ini tidak tertahankan oleh gunung dan
besi. Dan segolongan lain dari mereka adalah membentangkan salah satu telingaya dan
berselimutkan dengan telinga yang satunya lagi. Mereka memakan apa saja yang dilewatinya.
Barisan yang terdepan dari mereka berada di Syam, dan barisan yang terbelakangnya berada
di Khurasan. Mereka meminum sungai-sungai di timur dan Danau Ṭabariah.‟”

Wahb dan Muqatil mengatakan bahwa Ya‟juj wa Ma‟juj adalah keturunan Yafiṡ bin
Nuh, yakni nenek moyang bangsa Turki.

Al-Sadi mengatakan, “Bangsa Turki adalah satuan pasukan dari Ya‟juj wa Ma‟juj.
Ketika itu, mereka sedang keluar menyerang (bangsa lain), kemudian datang Żulqarnain yang
membuat dindng (menghalangi mereka keluar dari gunung tempat kediaman mereka), maka
mereka tetap berada di luar dinding itu.”

Ka‟ab berkata, “Mereka (Ya‟juj wa Ma‟juj) adalah manusia yang langka dari
keturunan Adam. Yaitu, Adam pada suatu hari bermimpi dan keluar air maninya, lalu air
maninya itu bercampur dengan tanah, maka Allāh menciptakan dari air mani danah itu Ya‟juj
wa Ma‟juj. Oleh karena itu, mereka memiliki hubungan nasab dengan kita (manusia) dari
pihak ayah saja, tanpa ibu.” Pendapat ini sangatlah jauh dari kebenaran.20

Adapun dinding Żulqarnain, maka Amin al-Islim al-Ṭabarsi berkata, “Dikatakan


bahwa dinding itu terletak di belakang Laut Romawi antara dua gunung di sana, yang bagian
belakang keduanya berhadapan dengan lautan besar. Ada pula yang berpendapat bahwa ia
berada di belakang Durban dan Khazir di wilayah Armenia dan Azerbaijan.”

Dalam sebuah hadiṡ disebutkan bahwasanya mereka terus-menerus menggali dinding


itu pada waktu siang hari, kemudian ketika datang waktu sore hari dan mereka hampir dapat

20
Majma‟ al-Bayan, jil. 3, hal. 763-764, dalam tafsirnya pada surah al-Kahfi

Dari Adam  hingga Isa  | 376


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

melihat sinar matahari, mereka mengatakan, “Kita kembali besok pagi dan kita akan
membukanya,” tanpa mengucapkan, “Insya Allāh (jika Allāh menghendaki).” Maka pada
keesokan harinya, tanah itu telah menjadi rata kembali seperti sebelumnya. Kemudian jika
telah datang janji Allāh, yakni keluarnya al-Qa‟im (al-Mahdi) , mereka mengatakan,
“Besok pagi kita akan membuka (dinding itu) dan keluar (dari sini) insya Allāh.”

Maka pada keesokan harinya, mereka kembali, dan mereka pun mendapati galian
mereka itu seperti ketika mereka tinggalkannya kemarin, lalu mereka pun melubanginya, lalu
mereka keluar kepada manusia, maka mereka mengisap semua air sampai kering. Orang-
orang pun mulai berlindung di benteng-benteng mereka lari dari Ya‟juj wa Ma‟juj. Kemudain
mereka memanahkan anak panah mereka ke langit, lalu anak panah itu kembali denga seperti
terkena darah, maka mereka berkata, “Kami telah menaklukan penduduk bumi dan kami juga
telah mengungguli penduduk langit.” Maka Allāh mengirimkan kepada mereka kutu-kutu
busuk pada tengkuk mereka, lalu kutu-kutu busuk itu masuk ke dalam telinga mereka, maka
mereka pun binasa karenanya, sementara binatang-binatang tanah menjadi gemuk karena
(memakan) daging-daging mereka.

Dalam Tafsir al-Ṡa‟labi disebutkan bahwa Khidir dan Ilyasa‟ berjumpa pada setiap
malam di dnding itu, keduanya menghalangi Ya‟juj wa Ma‟juj keluar (dari dinding itu).21

Itulah pembicaraan seputar kisah Żulqarnain .

21
Majma‟ al-Bayan, jil. 3, hal. 763-764, dalam tafsirnya pada surah al-Kahfi

Dari Adam  hingga Isa  | 377


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

 

Dari Adam  hingga Isa  | 378


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

BAB 9

Kisah Ya’qub dan Yusuf 

Diriwayatkan dalam Tafsir al-Qummi, karya Ali bin Ibrahim al-Qummi, dengan sanad
sampai kepada Jabir bin „Abdillah al-Anṣari tentang firman Allāh :

Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat
semuanya sujud kepadaku. (QS. Yusuf: 4)

Yaitu: Ṭariq (bintang timur), Hauban, Żayyal, Żulkatifain, Waṡab, Qabis, „Amuran,
Failaq, Muṣbih, Ṣarh, Furu‟, Ḍiya‟ (matahari), Nur (bulan), dan semua bintang ini
mengelilingi langit.1

Diriwayatkan dari Abu Ja‟far  tentang takwil (ta‟bir) mimpi Yusuf  itu:
bahwasanya dia akan memerintah Mesir, dan kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya
akan masuk ke tempatnya. Adapun matahari, maka dia adalah ibu Yusuf Rahil; bulan adalah
Ya‟qub, dan bintang-bintang adalah saudara-saudaranya. Ketika mereka masuk ke tempat
Yusuf, mereka sujud syukur kepada Allāh setelah memandang Yusuf.

Abu Ja‟far  berkata, “Di antara kabar Yusuf  adalah: Dia memiliki sebelas
saudara laki-laki, dan saudara kandung yang bernama Bunyamin. Ya‟qub adalah Isra‟ilullah,
yakni pilihan Allāh. Ketika Yusuf  masih berumur Sembilan tahun, dia melihat mimpi itu,

1
Disebutkan dalam al-„Ara‟is, karya al-Ṡa‟labi, hal. 97, tentang kabar orang Yahudi bahwa nama-nama bintang
itu adalah: Jariyan, Ṭariq, Żayyal, Żulkatifain, al-Faraġ, Waṡab, „Amudan, Qabis, Muṣbih, Failaq, dan Ḍaruh.

Dari Adam  hingga Isa  | 379


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

lalu dia menceritakan mimpinya itu kepada ayahnya (Ya‟qub ), maka ayahnya berkata,
„Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu…‟
(QS. Yusuf: 5). Yusuf adalah seorang yang paling elok rupanya, dan Ya‟qub (ayahnya)
sangat mencintainya dan lebih mengtamakannya daripada saudara-saudaranya, maka hal itu
membuat dengki saudara-saudaranya itu kepadanya. Kemudian mereka mengatakan di antara
sesame mereka, sebagaimana yang diceritakan Allāh tentang mereka itu: (Yaitu) ketika
mereka berkata, „Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandngnya (Bunyamin) lebih dicintai
oleh ayah kita daripada kita sendiri…‟ (QS. Yusuf: 5)

Kemudian mereka berniat membunuh Yusuf agar perhatian ayah mereka itu (Ya‟qub)
teralihkan kepada mereka.”2

Nama-nama saudara Yusuf itu adalah: Raubil (yang paling besar). Syam‟um, Lewi,
Yahuda, Rayalun, dan Yasyjir, dan ibu mereka adalah Liya anak perempuan bibi Ya‟qub.
Setelah Liya meninggal, Ya‟qub menikah dengan saudari perempuan istrinya yang bernama
Rahil. Dari Rahil lahirlah Yusuf dan Bunyamin. Kemudian Ya‟qub memiliki anak laki-laki
dari dua hamba sahaya perempuannya, yang satunya (dari hamba sahaya perempuannya) itu
bernama Zulfah, sedangkan yang satunya lagi bernama Balhah. Keempat anak laki-lakinya
itu adalah: Dani, Naftali, Ahad, dan Asyir.3

Banyak Mufassir berpendapat bahwa saudara-saudara Yusuf itu semuanya adalah


nabi. Akan tetapi, sebagian yang lain berpendapat bahwasanya mereka itu bukanlah nabi-nabi
karena para nabi itu tidak akan melakukan perbuatan yang jelek (tercela)4.

2
Tafsir al-Qummi, Jil. 1, hal. 339-340.
3
Para mufasir dan sejarawan berselisih pendapat tentang nama-nama anak-anak Ya‟qub  itu, dan
kesemuanya terdapat kesalahan dalam pengejaan.
4
Pendapat tersebut (yaitu bahwasanya saudara-saudara Yusuf  bukanlah nabi-nabi) di antaranya
dikemukakan oleh Imamiah,. Sebab, mazhab Imamiah mengatakan bahwa para nabi tidak akan melakukan
perbuatan dosa dan tercela, da para nabi adalah terjaga (maksum) dari hal itu. Pembicaraan seputar kemaksuman
para nabi itu telah disebutkan dalam awal buku ini dalam bab “Kemaksuman para Nabi”, maka silakan merujuk
kepadanya.

Dari Adam  hingga Isa  | 380


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Diriwayatkan dari Abu Ja‟far (Imam Muhammad al-Baqir)  bahwa saudara-saudara Yusuf
itu adalah bukan para nabi.

Ucapan Ya‟qub , “…dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala” (QS.
Yusuf: 13). Disebutkan bahwa negeri mereka banyak dihuni serigala yang merupakan
binatang buas berbahaya pada waktu itu. Ada pula yang menyebutkan bahwa Ya‟qub 
pernah melihat di dalam tidurnya bahwa Yusuf  diserang oleh sepuluh ekor serigala untuk
mereka mangsa, dan tiba-tiba dia melihat salah seekor serigala itu melindunginya, lalu
seakan-akan tanah terbelah dan Yusuf  masuk ke dalamnya. Yusuf tetap berada di
dalamnya hingga tiga hari. Oleh karena itu, Ya‟qub  mengucapkan perkataannya itu, maka
(tanpa disadari) dia telah mengajarkan suatu alas an (bahwasanya Yusuf telah dimakan
serigala) kepada mereka (anak-anaknya itu), padahal sebelumnya mereka tidak tahu akan hal
itu.

Nabi  berkata, “Janganlah kalian mengajarkan dusta, niscaya (jika kalian


mengajarkan dusta) kalian akan didustai. Sebab, sesungguhnya anak-anak Ya‟qub tidak
mengetahui bahwa serigala itu memakan manusia sehingga ayahnya itu (Ya‟qub mengajarkan
hal tersebut kepada mereka.”

Disebutkan bahwa pada hari Yusuf  dimasukkan ke dasar sumur usianya adalah
sepuluh tahun. Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa usianya ketika itu dua belas tahun.
Dalam riwayat yang lain tujuh tahun. Dalam riyawat lainnya lagi Sembilan tahun. Sedang
pada hari dia dipertemukna dengan ayahnya usianya adalah empat puluh tahun.5

Ketika hendak memasukkan Yusuf  ke dasar sumur, mereka berkata kepadanya,


“Lepaskanlah pakaianmu!” Yusuf berkata, “Wahai saudara-saudaraku, apakah kalian hendak
menelanjangiku?” Maka salah seorang dari mereka menghunus pisaunya seraya berkata
kepadanya, “Jika kamu tidak mau melepaskan pakaianmu, niscaya aku benar-benar akan
membunuhmu.” Maka Yusuf  melepaskan pakaiannya, lalu mereka menurunkannya ke
dasar sumur dan meninggalkannya.

5
Majma‟ al-Bayan, jil. 3, hal. 323 dan 331.

Dari Adam  hingga Isa  | 381


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Saat berada di dasar sumur itu, Yusuf  mengucapkan do‟a ini, “Wahai tuhan
Ibrahim, Ishaq, dan Ya‟qub, kasihanilah kelemahanku ini, sedikitnya kekuatanku, dan
kecilnya aku.”

Maka datanglah kelompok orang musafir dari penduduk Mesir. Mereka menyuruh
seseorang mengambilkan air untuk mereka dari sumur itu. Ketika orang itu menurunkan
timbaannya ke dalam sumur itu, Yusuf  bergantung pada timba itu, lalu mereka
menariknya, maka mereka melihat seorang anak muda yang paling tampan rupanya.
Kemudian mereka pergi kepada teman mereka dan berkata, “Oh kabar gembira, ini seorang
anak muda! Kita akan mengeluarkannya dan menjualnya, dan kita jadikan dia sebagai barang
dagangan kita.”

Hal itu terdengar oleh saudara-saudara Yusuf, maka mereka segera datang, lalu
mereka berkata, “Ini adalah budak kami yang melarikan diri. ”Kemudian mereka nerkata
kepada Yusuf, “Jika kamu tidak mengakui bahwa kamu adalah budak kami, niscaya kami
benar-benar akan membunuhmu.” Kelompok musafir itu berkata kepada Yusuf , “Apa yang
hendak kamu katakan?”

Yusuf berkata, “Aku adalah budak mereka.”

Kelompok orang musafir itu berkata kepada saudara-saudara Yusuf, “Kalau begitu
maukah kalian menjualnya kepada kami?”

Saudara-saudara Yusuf menjawab, “Ya.” Maka saudara-saudara Yusuf itu menjual


Yusuf kepada kelompok musafir itu dengan syarat mereka harus membawanya ke Mesir.
Mereka menjual Yusuf dengan harga murah, yaitu beberapa dirham saja, yaitu delapan belas
dirham.

Diriwayatkan dari Imam Ali al-Riḍa  bahwasanya mereka menjual Yusuf dengan
harga dua puluh dirham, dan itu adalah harga anjing buruan jika ia mati terbunuh.6

6
Tafsir al-Qummi, jil. 1 hal. 340-341.

Dari Adam  hingga Isa  | 382


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Yang masyhur di kalangan Imamiah riḍwanullahi „alahim (Semoga Allāh meriḍai


mereka) bahwa harga anjing untuk berburu domba adalah dua puluh dirham, sedangkan harga
anjing buruan adalah empat puluh dirham. Dan yang menjual Yusuf itu adalah saudara-
saudara Yusuf. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa yang menjual Yusuf adalah orang yang
menemukannya dan kemudian dia menjualnya ke Mesir. Dan dalam riwayat yang lain, bahwa
sesungguhnya orang-orang yang mengeluarkannya dari sumur menjualnya kepada kelompok
musafir. Sedangkan pendapat yang paling benar adalah yang pertama.

Nabi  bersabda, :Yusuf dikarunai separuh ketampanan (rupa), sedangkan separuh


yang lainnya untuk seluruh manusia.”

Juga diriwayatkan dalam Tafsir al-Qummi dari Abu Ja‟far  tentang firman-Nya :

Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu (QS.
Yusuf: 18), dikatakan bahwasanya mereka menyembelih anak kambing di atas baju gamis
Yusuf. Mereka berkata, “Kita ambil baju gamisnya, lalu kita melumurinya dengan darah dan
kita katakana kepada ayah kita bahwasanya serigala telah memakannya.”

Setelah mereka melakukan itu, Lewi berkata kepada mereka, “Wahai saudara-
saudaraku, apakah kalian mengira bahwasanya Allāh akan menyembunyikan berita ini
terhada nabi-Nya Ya‟qub?”

Mereka bertanya, “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?”

Lewi menjawab, “Marilah kita berdiri, mandi, mengerjakan ṣalat berjamaah, dan kita
memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allāh  agar Dia menyembunyikan hal itu
terhadap nabi-Nya (Ya‟qub) karena sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.”

Maka mereka mandi, dan dalam sunnah Ibrahim, Ishaq, dan Ya‟qub bahwasanya
mereka tidak mengerjakan ṣalat berjamaah sehingga jumlah mereka mencapai sebelas orang
laki-laki, lalu seorang dari mereka menjadi imam, sedangkan yang sepuluhnya ṣalat di
belakang imam.

Dari Adam  hingga Isa  | 383


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Mereka berkata, “Apa yang harus kita lakukan, sementara kita tidak memiliki seorang
imam?”

Lewi berkata, “Kita jadikan Allāh sebagai Imam kita.” Maka mereka pun
mengerjakan ṣalat (berjamaah), menangis, dan memohon kepada Allāh secara sungguh
sungguh. Mereka berdo‟a, “Ya Tuhan kami, rahasiakanlah perbuatan kami ini untuk kami.”
Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis, dan mereka
membawa baju gamis Yusuf yang telah mereka lumuri dengan darah. Mereka berkata,
“Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di
dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” (QS. Yusuf: 17).

Ya‟qub berkata, “Alangkah murkanya serigala itu terhadap Yusuf, dan alangkah
sayangnya ia terhadap baju gamisnya sehingga dia memakan Yusuf dan tidak merobek
pakaiannya?”

Sementara itu kelompok musafir membawa Yusuf ke Mesir dan menjualnya kepada
Raja Mesir. Raja Mesir itu berkata kepada istrinya, “Berikanlah kepadanya tempat (dan
layanan) yang aik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.”
(QS. Yusuf: 21). Mereka tidak memiliki anak, maka mereka pun memuliakannya dan
mendidiknya. Ketika Yusuf cukup dewasa, istri raja itu mencintainya; dan setiap orang
wanita yang memandang Yusuf, pasti akan mencintainya; dan setiap orang laki-laki yang
memandangnya, pasti dia akan senang kepadanya. Wajah Yusuf seperti bulan pada malam
bulan purnama. Maka isri raja itu mulai menggodanya.

Hal itu sebagaimana firman Allāh: Dan wanita(Zulaikha) yang Yusuf tinggal di
rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) (QS. Yusuf: 23).

Istri raja itu (Zulaikha) terus menerus menggodanya sehingga Yusuf  sebagaimana
digambarkan dalam firman Allāh:

Dari Adam  hingga Isa  | 384


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf,
dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak
melihat tanda (dari) Tuhannya. (QS. Yusuf: 24)

Istri raja itu berdiri dan menutup pintu-pintu. Sedang Yusuf  tiba-tiba melihat rupa
ayahnya di sudut rumah itu sambil menggigt jarinya seraya berkata, “Hai Yusuf, kamu di
langit tertulis dalam bilangan nabi-nabi, sementara kamu di bumi ingin tertulis dalam
bilangan orang-orang berzina?” Maka Yusuf  mengetahui bahwa dia telah berbuat salah
dan melampaui batas.

Diriwayatkan dari Abu „Abdillah , “Ketika wanita itu telah bermaksud (melakukan
perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita
itum wanita itu berdiri menuju sebuah patung yang terdapat di dalam rumahnya, lalu dia
melemparkan kain pada patung itu seraya berkata, “Sehingga dia (patung ini) tidak melihat
kita karena sesungguhnya aku merasa malu terhadapnya.”

Maka Yusuf  berkata, “Apakah kamu merasa malu terhadap patung yang tidak
dapat mendengar dan tidak pula dapat melihat, sedangkan (kau kira) aku tidak merasa malu
terhadap Tuhanku?” Maka Yusuf  melompat dan lari, tetapi wanita itu mengejar dari
belakangnya; tiba-tiba raja (suami wanita itu) mendapati keduanya ketika mereka berdua
masih berada dalam jeadaan seperti itu. Itulah firman Allāh :

Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis
Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka
pintu. (QS. Yusuf: 25)

Maka istri raja itu mendahului berkata kepada suaminya tersebut, “Apakah
pembalasan terhadap orang yang bermaksud serong dengan istrimu, selain dipenjarakan
atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (QS. Yusuf: 25).

Dari Adam  hingga Isa  | 385


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Yusuf  berkata kepada raja itu, “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku
kepadanya” (QS. Yusuf: 26).

Kemudian Allāh mengilhamkankepada Yusuf  untuk mengingatkan kepada raja


itu, “Tanyakanlah kepada bayi yang sedang berada di ayunannya ini karena sesungguhnya dia
akan memberikan kesaksian bahwa dia (Zulaikha) telah menggodaku untuk menundukkan

diriku kepadanya.” Raja itu bertanya kepada bayi itu, maka Allāh menjadikan bayi itu
berbicara dalam ayunannya dengan memberikan kesaksian untuk Yusuf . Bayi itu berkata,
“Jika baju gamisnya (Yusuf) koyak di muka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk
orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah
yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar” (QS Yusuf: 26-27).

Maka ketika raja itu melihat baju gamis Yusuf koyak dari arah belakang, dia berkata
kepada istrinya, “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah tipu daya kamu, sesungguhnya tipu
daya kamu adalah besar” (QS. Yusuf: 28). Kemudian raja itu berkata kepada Yusuf,
“Berpaling dari ini, dan (kamu ha istriku) mohon ampunlah atas dosamy itu karena kamu
sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat sakah” (QS. Yusuf: 29).

Kemudian berita tentang hal itu tersebar luas di Mesir sehingga wanita-wanita mulai
membicarakan tentang peristiwa istri raja dan mencelanya, itulah firman Allāh : Dan
wanita-wanita di kota itu berkata, “Isri al-„Aziz (Raja Mesir) menggoda bujangnya untuk
menundukkan dirinya kepadanya…” (QS. Yusuf: 30).

Hal itu kemudian sampai kepada istri raja, maka dia mengirim undangan kepada
setiap wanita bangsawan (untuk datang ke rumahnya). Kemudian dia mengumpulkan wanita-
wanita itu di rumahnya dan menyiapkan sebuah tempat duduk untuk mereka. Dia
memberikan kepada setiap wanita itu sebuah Utruj (semacam jeruk) dan pisau seraya berkata
kepada mereka, “Potonglah Utruj ini!”

Dari Adam  hingga Isa  | 386


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Kemudian dia berkata kepada Yusuf, “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada


mereka!” Tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya,
dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata, “Mahasempurna Allāh, ini bukanlah
manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.”

Maka istri raja itu berkata kepad mereka, “Itulah dia orang yang kamu cela aku
karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan
dirinya kepadaku, tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang
aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan...” (QS. Yusuf: 32).

Belum sampai Yusuf  memasuki sore hari itu, setiap wanita yang melihatnya itu
menggodanya untuk menundukkan dirinya kepadanya, maka Yusuf  menjadi gelisah akan
hal itu, dia berkata:

Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka
kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka)dan tentulah aku termasuk orang-orang yang
bodoh.‟ Maka Tuhannya memperkenankan do‟a Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari
tipu daya mereka. (QS. Yusuf: 33-34).

Kemudian istri raja itu memerintahkan agar Yusuf dipenjara, maka dia pun dipenjara.7

Menurutku, bayi yang masih berada di ayunan (yang telah memberikan kesaksian
untuk Yusuf ) itu adalah anak saudara perempuan Zulaikha, dan bayi itu baru berusia tiga
bulan. Ketika wanita-wanita itu melukai jari tangannya, mereka tidak merasakan sakit, dan
itu adalah keadaan cinta jika ia telah menguasai hati. Hal yang semacam itu banyak terjadi
pada orang-orang yang sedang dimabuk cinta. Aku pernah menyaksikan di Syiraz seorang
laki-laki berjalan kai, sementara orang-orang mengikuti di belakangnya, dan di kedua tangan
orang laki-laki terdapat masing-masing sebilah pisau, lalu dia memukul-mukulkan kedua
pisau itu di dadanya sehingga daging berjatuhan dari badannya, sementara dia tidak
merasakan sakit.

7
Tafsir al-Qummi, jil. 1 hal. 340-343.

Dari Adam  hingga Isa  | 387


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Kemudian aku menanyakan hal itu, dan mereka mengatakan bahwasanya orang
tersebut memiliki seorang kekasih, namun keluarga kekasihnya menjauhkan kekasihnya itu
dari pandangannya.

Tentang masalah ini, saya telah berbicara secara panjang lebar dalam buku kami,
Maqamat al-Najah dan Zahr al-Rabi‟.

Diriwayatkan dari Abu Ja‟far  tentang firman-Nya : Kemudian timbul pikiran


pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus
memenjarakannya sampai sesuatu waktu (QS. Yusuf: 35), dia berkata, anda-tanda (kebenaran
Yusuf) itu adalah: kesaksian bayi, baju gamis yang koyak di belakang, dan lomba-lomba
keduanya (Yusuf dan Zulaikha) menuju pintu sehingga dia (Raja Mesir) mendengar
ketertarikan istrinya kepada Yusuf di depan pintu, kemudian tatkala Yusuf tidak mau
menurutinya, dia (Zulaikha) masih tetap mencintai suaminya sehingga suaminya
memenjarakan Yusuf.

“Dan bersama Yusuf , masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Kedua
pemuda itu adalah dua orang pelayan raja, salah satunya adalah pembuat roti, sedangkan
yang satunya lagi adalah yang mengurusi minuman saja. Orang yang berdusta dan tidak
melihat di dalam tidur adalah si pembuat roti. Sebab keduanya memfitnah kepada raja bahwa
kedua pelayannya itu hendak meracuni raja.”

Ali bin Ibrahim berkata, “Raja menunjuk sebagai wakilnya dua orang yang menjaga
Yusuf. Tatkala Yusuf masuk ke dalam penjara, mereka bertanya kepadanya, „Apa
pekerjaanmu?‟ Yusuf  menjawab, „Aku bisa menakbirkan mimpi.‟ Kemudian salah
seorang pelayan raja itu melihat dalam tidurnya, dia berkata, „Aku memeras anggur.‟ Yusuf
berkata, „Kamu akan keluar dari penjara, kamu akan jadi pengurus minuman raja dan
kedudukanmu akan naik di sisinya,‟

“Sedangkan pelayan raja yang satunya lagi berkata, „Sesungguhnya aku bermimpi
bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung,‟ padahal dia tidak

Dari Adam  hingga Isa  | 388


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

melihat hali itu dalam mimpinya. Maka Yusuf  berkata, „Adapun kamu, maka raja akan
membunuhmu, dia akan menyalibmu, lalu burung akan memakan sebagian dari kepalamu.‟

“Maka orang itu mengingkari, dan dia berkata, „Sesungguhnya aku tidak melihat itu.‟
Yusuf  berkata, „Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya kepadaku.‟

“Kemudian tatkala orang yang melihat dalam tidurnya bahwasanya dia memeras
anggur hendak keluar dari penjara, Yusuf  berkata kepadanya, „Terangkanlah keadaanku
kepada tuanmu, tetapi orang itu, sebagaimana firman Allāh : Maka setan menjadikan dia
lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya‟” (QS. Yusuf: 42).8

Aminul Islam al-Ṭabarsi berkata, “Pendapat tentang hal itu, yaitu dalam hal meminta
pertolongan kepada manusia untuk menolak kemuḍorotan dan menghilangkan musibah
(kejelekan) adalah diperbolehkan, dan itu bukanlah perbuatan yang mungkar atau tercela,
bahkan terkadang hal itu dapat diwajibkan. Di antaranya, Nabi  telah meminta pertolongan
kepada orang-orang Muhajirin. Anṣar, dan lainnya dalam menghadapi orang-orang yang
memeranginya. Seandainya hal itu tercela, niscaya Nabi  tidak akan melakukan itu.

“Sesungguhnya meminta pertolongan kepada manusia itu menjadi tercela adalah


apabila jika meninggalkan tawakal kepada Allāh dan merasa cukup kepada selain-Nya.

“Diriwayatkan dari Abu „Abdillah , „Setelah berlalu batas mas tahanan bagi Yusuf
 dan dia diizinkan membaca doa faraj (do‟a kelapangan), dia meletakkan pipinya di atas
tanah, kemudian dia membaca do‟a ini:

„Allāhumma ini kanat żunubi qad akhlaqat wajhi „indaka, fa inni atawajjahu ilaika bi
wajhi aba‟i al-ṣalihin: Ibrahima wa Isma‟ila wa Ishaqa wa Ya‟qub. (Ya Allāh, jika dosa-
dosaku telah mengotori wajahku di sisi-Mu, maka sesungguhnya aku menghadap kepada-Mu
dengan [perantara] wajah nenek moyangku: Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya‟qub), maka Allāh
melapangkannya.‟

8
Tafsir al-Qummi, jil. 1 hal. 344.

Dari Adam  hingga Isa  | 389


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

“Aku (perawi bertanya, „Semoga aku menjadi tebusanmu, apakah kami juga harus
berdo‟a dengan do‟a itu?‟ Abu „Abdillah  menjawab, „Berdo‟alah dengan yang
semisalnya, yaitu:

„Allāhumma in kanat żunubii qad akhlaqat wajhi „indaka, fa inni atawajjahu ilaika bi
Nabiyyika, nabiyar rahmah ṣallāhu „alaihi wa alihi wa sallama wa Aliyyim wa Faṭimata wal
Hasani wal Husain wal a‟immati „alaihimus salam. (Ya Allāh, jika dosa-dosaku telah
mengotori wajahku di sisi-Mu, maka sesungguhnya aku menghadap kepada-Mu dengan
[perantara] Nabi-Mu Nabi yang rahmat, semoga Allāh berṣolawat kepadanya dan
keluarganya, Ali, Fatimah, al-Hasan, al-Husain, dan para imam, semoga Allāh mencurahkan
salam kepada mereka).”9

Ali bin Ibrahim berkata, “Sesungguhnya raja melihat rukyat (di dalam tidur), lalu dia
berkata kepada para pembantunya, „Sesungguhnya aku melihat di dalam tidurku tujuh ekor
sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan
tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.‟ Mereka tidak
mengetahui takwil (ta‟bir) mimpi itu. Kemudian pelayan raja yang mengurus minuman raja
itu ingat akan mimpinya yang dahulu pernah dilihatnya, lalu teringatlah dia kepada Yusuf
setelah tujuh tahun lamanya, maka mereka mengutusnya kepada Yusuf.

“Pelayan itu berkata kepada Yusuf, „Hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah
kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor
sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya
yang kering‟ (QS. Yusuf: 46).

9
Majma‟ al-Bayan, jil. 3 hal. 359-360.

Dari Adam  hingga Isa  | 390


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

“Yusuf berkata, „Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagimana biasa;
maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan (QS. Yusuf: 47). Kemudian susudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, yakni tahun-tahun kelaparan
besar yang menghabiskan apa yang kamu simpan tujuh tahun sebelumnya.‟

“Maka pelayan raja itu kembali kepada raja dan mengabarkan kepadanya tentang apa
yang dikatakan oleh Yusuf. Raja berkata, „Bawalah dia kepadaku.‟ Maka tatkala utusan itu
datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf, „Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah
kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka‟ (QS. Yusuf: 50).

“Maka raja mengumpulkan wanita-wanita itu. Raja berkata (kepada wanita-wanita


itu),„Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya
kepadamu?‟ Mereka berkata, „Mahasempurna Allāh, kami tiada mengetahui sesuatu
keburukan darinya.‟ Berkata istri al-„Aziz (raja), „Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah
yang menggodanya untuk menundukkan dirinya kepadaku, dan sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang benar. Yang demikian itu agar dia (al-‟Aziz) mengetahui bahwa
sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allāh tidak
meriḍai tipu daya orang-orang yang berkhianat‟ (QS. Yusuf: 51-52). Yakni, aku tidak
berdusta terhadapnya sekarang, sebagaimana dahulu aku telah berdusta terhadapnya.
Kemudian istri raja itu (Zulaikha) berkata, „Dan aku idak membebaskan diriku (dari
kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan...‟ (QS. Yusuf:
53).

“Dan raja berkata, „Bawalah Yusuf kepadaku agar aku memilih dia sebagai orang
yang raoat kepadaku‟ (QS. Yusuf: 54). Tatkala raja itu memandang Yusuf, dia
berkata, „Sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi lagi dipercaya pada sisi kami‟ (QS. Yusuf: 54). (Raja berkata kepada Yusuf),
„Mintalah kebutuhanmu!‟

Dari Adam  hingga Isa  | 391


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

“Berkata Yusuf, „Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku


adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan‟ (QS. Yusuf: 55). Maka dia
diangkat menjadi bendaharawan negara (Mesir).‟”10

Firman-Nya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), adalah ucapan
Yusuf  menurut pendapat kebanyakan mufasir.

Menurut pendapat lain, itu adalah ucapan istri raja (Zulaikha), sebagaimana yang
dikatakan oleh Ali bin Ibrahim. Akan tetapi, pendapat yang pertama itulah yang lebih
masyhur dan lebih kuat.

Ali bin Ibrahim (al-Qummi) berkata, “Antara Yusuf dan ayahnya adalah jarak
perjalanan delapan belas hari. Mereka (keluarga Ya‟qub ) tinggal di pedalaman, sementara
itu orang-orang dari berbagai pelosok negeri berdatangan ke Mesir untuk mengumpulkan
persediaan makanan (untuk keluarganya). Ketika itu, Ya‟qub dan anak-anaknya tinggal di
pedalaman yang menghasilkan getah (lem). Saudara-saudara Yusuf mengambil getah itu dan
membawanya ke Mesir untuk menukarkannya dengan makanan.”

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa barang-barang kepunyaan saudara-saudara


Yusuf adalah terompah, sementara Yusuf mengurus sendiri masalah perdagangan. Ketika
saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir), mereka masuk ke tempatnya, maka Yusuf
mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal lagi kepadanya. Ketika Yusuf  menyiapkan
untuk mereka sebaik-baik bahan makanan, dia bertanya kepada mereka, “Siapakah kalian?”

Mereka menjawab, “Kami adalah anak-anak Ya‟qub.”

Yusuf  betanya, “Kalau begitu, apa yang dilakukan oleh ayah kalian?”

Mereka menjawab. “Dia adalah orang tua yang sudah lemah.”

10
Tafsir al-Qummi, jil. 1 hal. 345-346.

Dari Adam  hingga Isa  | 392


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Yusuf  bertanya, “Apakah kalian memiliki seorang saudara selain kalian?”

Mereka menjawab, “Kami memiliki saudara seayah, dan kamu tidak memiliki saudara
seibu.”

Yusuf  berkata, “Kalau begitu, jika kalian kembali kepadaku, maka bawalah
kepadaku saudara kalian itu; jika kalian tidak membawanya kepadaku, maka kalian tidak
akan mendapat bagian lagi dariku.”

Mereka berkata, “Kami akan membujuk ayahnya untuk membawanya kemari.”

Yusuf  berkata kepada kaumnya (bujang-bujangnya), “Barang-barang yang mereka


bawa kepada kita ini masukkanlah ke dalam karung-karung mereka sehingga ketika mereka
melihatnya, niscaya mereka akan kembali kepada kita.”

Kemudian ketika mereka kembali kepada ayah mereka (Ya‟qub), mereka berkata,
“Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat bagian (gandum) lagi jika kami tidak
membawa saudara kami Bunyamin. Oleh karena itu, biarkanlah saudara kami pergi bersama-
sama kami supaya kami mendapat bagian, dan sesungguhnya kami benar-benar akan
menjaganya.”

Ya‟qub berkata, “Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu


kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?”
Kemudian ketika mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-
barang (penukaran) mereka yang mereka bawa ke Mesir itu. Mereka berkata, “Wahai ayah
kami, apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami
akan dapat memelihara saudara kami.”

Ya‟qub berkata, “Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama


kalian, kecuali kalian bersumpah kepadaku bahwa kalian pasti akan membawanya kepadaku
kembali, lain halnya jika kalian dikalahkan musuh saat menjaganya.”

Maka mereka pun berangkat (setelah mereka berjanji kepada ayah mereka). Ya‟qub
berkata kepada mereka, “Janganlah kamu bersama-sama masuk dari satu pintu gerbang, dan

Dari Adam  hingga Isa  | 393


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

masuklah dari pintu-pintu gerbang yang lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan
kamu barang sedikit pun dari (takdir) Allāh . Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah
hak Allāh ; kepada-Nyalah aku bertawakal.”

“Tatkala mereka masuk (istana) menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara
yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikit pun dari takdir . Akan tetapi,
itu hanya suatu keinginan pula diri Ya‟qub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia
mempunyai pengetahuan karena Kami telah mengajarkan kepadanya.”11

Saudar-saudara Yusuf  tidak mengenal Yusuf  karena lamanya waktu


perpisahan mereka dengannya, yaitu sejak Yusuf  masih sangat muda, dan mereka
mengira bahwa Yusuf telah binasa dan jauh sekali keadaannya yang mereka saksikan
sekarang dibandingkan ketika mereka meninggalkannya.12

Perkataan Ya‟qub, “Janganlah kamu bersama-sama masuk dari satu pintu,” yang
terkenal di kalangan para mufasir adalah: sesungguhnya Ya‟qub mengatakan hal itu karena
khawatir mereka akan tertimpa pandangan mata yang jahat (al-„ain). Dikatakan pula bahwa
karena mereka itu terkenal di Mesir dengan keelokan, kebagusan, dan pemuliaan raja kepada
mereka, maka Ya‟qub  khawatir banyak orang yang dengki kepada mereka. Kemudian
seorang hamba itu diperintahkan untuk memperhatikan sebab-sebab, tetapi tidak
menggantungkan kepada sebab-sebab itu, dan diperintahkan pula untuk bertawakal kepada
Allāh . Oleh karena itu, Ya‟qub  mula-mula mengatakan apa yang harus dilakukan (oleh
anak-anaknya itu), kemudian dia berlepas diri dari bergantung kepada sebab-sebab itu dengan
perkataannya, “Namun demikian aku tiada dapat melepas kamu barang sedikit pun dari
takdir Allāh .”13

11
Tafsir al-Qummi, jil. 1 hal. 346-347.
12
Al-Ṭabarsi ṭaba ṡarahu mengatakan di dalam Majma‟ al-Bayyan, jil. 3, al. 34, Ibn Abbas berkata, “Jarak
waktu antara mereka (saudara-saudara Yusuf) memasukkan Yusuf ke sumur dan antara mereka masuk ke
tempat Yusuf (di Mesir) adalah empat puluh tahun. Oleh karena itu, mereka tidak kenal lagi kepada Yusuf. Juga
karena mereka melihat seorang raja yang sedang duduk di singgasananya dengan mengenakan pakaian raja-raja,
dan sama sekali tidak pernah terlintas di benak mereka bahwa Yusuf akan sampai pada kedudukan seperti itu.”
13
Tafsir al-Baiḍawi, jil. 2, hal. 316.

Dari Adam  hingga Isa  | 394


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Mereka berangkat, dan Bunyamin pergi bersama mereka, tetapi dia tidak mau makan
bersama mereka, tidak mau duduk bersama mereka, dan juga tidak mau berbicara dengan
mereka. ketika mereka masuk ke tempat Yusuf dan mengucapkan salam, Yusuf memandang
saudaranya itu (Bunyamin), maka dia mengenalinya. Saudaranya itu (Bunyamin) duduk
menjauh dari mereka. Yusuf  berkata kepadanya, “Apakah kamu saudara mereka?”

Dia (Bunyamin) menjawab, “Ya.”

Yusuf  bertanya, “Kalau begitu, mengapa kamu tidak duduk bersama mereka?”

Dia menjawab, “Sebab, mereka telah membawa pergi saudaraku (Yusuf) dari ayahku
dan ibuku, kemudian mereka pulang dan mengatakan bahwa serigala telah memakan
saudaraku. Maka aku bersumpah bahwa aku tidak akan berkumpul bersama mereka selama
hidupku.”

Yusuf  bertanya, “Apakah kamu telah kawin dan mempunyai anak?”

Dia menjawab, “Ya, aku telah memiliki tiga orang anak laki-laki. Salah satunya aku
beri nama „Żi‟b‟ (serigala), yang satunya lagi „Qamis‟, dan yang satunya lagi „Dam‟ (darah).”

Yusuf  bertanya, “Mengapa kamu memilih nama-nama ini?”

Dia menjawab, “Yaitu, agar aku tidak lupa kepada saudaraku (Yusuf). Setiap kali aku
memanggil salah seorang dari anak-anakku itu, maka aku ingat kepada saudaraku.”

Kemudian Yusuf berkata kepada mereka, “Keluarlah kalian,” dan Yusuf menahan
Bunyamin di sisinya. Ketika mereka telah keluar dari tempatnya, Yusuf berkata kepada
saudaranya itu, “Aku adalah saudaramu Yusuf, maka janganlah kamu berduka cita terhadap

apa yang telah mereka kerjakan.” Kemudian Yusuf  berkata kepadanya, “Aku ingin kamu
tinggal di rumahku.”

Dari Adam  hingga Isa  | 395


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Bunyamin menjawab, “Saudara-saudaraku tidak akan membiarkan aku tinggal di


rumahmu karena sesungguhnya ayahku telah mengambil perjanjian yang teguh atas nama
Allāh  terhadap mereka bahwasanya mereka akan mengembalikanku kepadanya.”

Yusuf  berkata, “Aku akan membuat suatu rencana, maka janganlah kamu
mengatakan suatu apapun kepada mereka.”

Bunyamin berkata, “Ya, aku tidak akan mengatakan suatu apa pun kepada mereka.”

Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka dan Yusuf telah
berbuat baik kepada mereka, salah seorang petugasnya berkata, “Letakkanlah timbangan ini
dalam karung ini.” Timbangan yang digunakan untuk menimbang itu adalah terbuat dari
emas. Maka mereka memasukkan timbangan itu dalam karung saudaranya dengan cara tidak
diketahui oleh saudaranya-saudaranya.

Kemudian tatkala mereka akan berangkat, Yusuf memerintahkan seorang penyeru


menyerukan, “Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri.”

Maka saudara-saudara Yusuf itu berkata, “Barang apa yang hilang dari kamu?”

Penyeru-penyeru itu berkata, “Kami kehilangan timbangan raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat beban unta, dan aku
menjaminnya.”

Saudara-saudara Yusuf menjawab, “Demi Allāh, sesungguhnya kamu mengetahui


bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri ini dan kami bukanlah para
pencuri.”14

14
Al-Ṭabarsi berkata dalam menafsirkan ayat itu, “Yakni, telah jelas bagi kalian dari kebaikan perangai kami
dan hubungan kami dengan kalian selama beberapa kali, yang kalian mengetahui dengannya bahwasanya
mencuri itu bukanlah termasuk perangai kami.” Dikatakan pula bahwasanya mereka mengatakan hal itu karena
sesungguhnya mereka mengambalikan barang-barang (penukar kepunyaan mereka) yang mereka dapatkan di
dalam karung-karung mereka karena khawatir ia diletakkan tana seizinYusuf. Dan adapula yang mengatakan
bahwa tatkala memasuki Mesir, mereka mengikat mulut-mulut hewan-hewan kendaraan mereka agar tidak
memakan tanaman.

Dari Adam  hingga Isa  | 396


Ditransliterasi oleh mahasiswa IPAI UPI – 1705741 Fauzi Noor Rahman

Yusuf berkata, “Tetapi, apa balasannya jika kamu betul-betul berdusta?”

Mereka menjawab, “Balasannya ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang)
dalam karungnya, maka penjarakanlah dia, itulah balasannya.”

Maka mulailah Yusuf memeriksa karung-karung mereka sebelum memeriksa karung


saudara kandungnya yaitu Bunyamin di mana timbangan raja itu ditemkan di dalamnya.
Maka mereka pun memenjarakan saudara Yusuf, dan itu adalah firman Allāh : Demikianlah
Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaanya
menurut undang-undang raja, kecuali Allāh  menghendakinya (QS. YUSUF: 76).

Al-Ṣadiq  pernah ditanya tentang firman Allāh : “Hai kafilah, sesungguhnya


kamu adalah orang-orang yang mencuri (QS. YUSUF: 70),” dia menjawab, “Mereka
tidaklah mencuri, dan Yusuf tidaklah berdusta. Sesungguhnya yang dimaksud oleh Yusuf
adalah: kalian telah mencuri Yusuf dari ayahnya.”

Kemudian tatkala Yusuf mengeluarkan timbangan raja itu dari karung saudaranya,
saudara-saudaranya itu berkata, “Jika dia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri
pula saudaranya sebelum itu.” Yang mereka maksud adalah Yusuf. Maka Yusuf  pura-
pura lengah (mendengar perkataan mereka itu), dan itu adalah firman-Nya: Maka Yusuf
menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka.
dia berkata (dalam hatinya), “kamu lebih buruk kedudukanmu (sifat-sifatmu) dan Allāh 
maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu” (QS. YUSUF: 77).

Dari Adam  hingga Isa  | 397

Anda mungkin juga menyukai