Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 12, No. 2, Oktober 2018, 84─93 doi: 10.9744/pemasaran.12.2.

84─93
ISSN 1907-235X / e-ISSN 2597-615X

ANALISA PENGARUH SERVICE QUALITY TERHADAP BEHAVIORAL


INTENTIONS DENGAN PERCEIVED VALUE DAN CUSTOMER
SATISFACTION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PENDIDIKAN TINGGI

Trixie Nova Bella Tandijaya


Pengamat Pendidikan di Surabaya
E-mail: nova.trixie@gmail.com

Abstrak:Pentingnya menjaga mutu pendidikan sebuah negara, membuat pendidikan di Indonesia juga terus melakukan
perbaikan baik dari tingkat Sekolah Dasar hingga tingkat Universitas. Di tingkat Universitas saja, semakin muncul
persaingan antara Universitas Swasta maupun Negeri untuk menghasilkan semakin banyak lulusan yang berkualitas.
Sehingga banyak Universitas mulai memikirkan strategi untuk dapat memenangkan persaingan.Salah satunya dengan
menjaga Service Quality yang mereka berikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Service Quality terhadap
Behavioral Intention atau kecenderungan berperilaku, dengan perceived value dan customer satisfaction sebagai variabel
intervening pada Pendidikan Tinggi Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan kuisioner kepada 100
responden mahasiswa Pendidikan tinggi angkatan 2012-2016. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa service quality
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perceived value dan behavioral intentions, perceived value berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap customer satisfaction dan behavioral intentions, dan customer satisfaction berpengaruh
secara secara positif dan signifikan terhadap behavioral intentions. Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa
perceived value dan customer satisfaction sebagai variable intervening tidak berhasil memediasi hubungan antara service
quality dan behavioral intentions.

Kata kunci: Service quality, perceived value, customer satisfaction, behavioral intention.

Abstract:The importance of maintaining the quality of education of a country, making education in Indonesia also continues
to make improvements both from the Elementary School level to the University level. At the University level alone, there is
increasing competition between the State and Private Universities to produce more and more qualified graduates. So many
universities are starting to think of strategies to win the competition. One of them by maintaining the Service Quality they
provide. This study aims to determine the effect of Service Quality on Behavioral Intention or the tendency to behave, with
perceived value and customer satisfaction as intervening variable high education students 2012-2016. The results of this
study indicate that service quality has a positive and significant influence on perceived value and behavioral intentions,
perceived value positively and significantly influence customer satisfaction and behavioral intentions, and customer
satisfaction positively and significantly influence behavioral intentions. The results of this study also show that perceived
value and customer satisfaction as intervening variables do not successfully mediate the relationship between service quality
and behavioral intentions.

Keywords: Service quality, perceived value, customer satisfaction, behavioral intention.

PENDAHULUAN Meskipun mutu pendidikan tergolong rendah,


namun pertumbuhan perguruan tinggi di Indonesia
Perbaikan kualitas sumber daya manusia erat cukup pesat.Selain jumlah perguruan tingggi yang
kaitannya dengan perbaikan kualitas pendidikan suatu terus meningkat jumlah mahasiswa juga mengalami
negara.Penyediaan kualitas pendidikan yang baik peningkatan seperti di Jawa Timur misalnya. Menurut
merupakan kunci menciptakan generasi berkualitas. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 jumlah
Hal inilah yang sedang dihadapi juga oleh Indonesia. mahasiswa total 109.666 orang yang terdaftar di 6
Menurut data dalam Education For All (EFA) Global Perguruan Tinggi Negeri dan di 129 Perguruan
Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Tinggi Swasta (“Jumlah Perguruan Tinggi 1, Maha-
Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi siswa, dan Tenaga Edukatif (Negeri dan Swasta) di
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Per- Bawah Kementrian Agama Menurut Provinsi 2013/
serikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), indeks pem- 2014 dan 2014/2015,” n.d.).
bangunan pendidikan atau education development Terdapat peluang yang besar bagi perguruan
index (EDI)tahun 2014 berada di peringkat 57 dari tinggi swasta untuk menarik lebih banyak calon
115 negara (“Indonesia Peringkat ke- 57 EDI dari 115 pendaftar dibandingkan perguruan tinggi negeri me-
Negara Tahun 2014,” n.d.). lihat jumlah perguruan tinggi swasta yang jauh lebih

84
Tandijaya:Analisa Pengaruh Service Quality Terhadap Behavioral Intentions 85

banyak. Sehingga akan menimbulkan persaingan kata-kata negatif dan menyampaikan pengalaman
yang cukup ketat di antara perguruan tinggi swasta negatif mereka untuk pelanggan lain dan niat untuk
untuk meningkatkan kualitas dengan cara mem- beralih ke pesaing. Nilai yang dirasakan pelanggan
berikan pelayanan- pelayanan yang bisa memenuhi telah diterima sebagai prediksi yang dapat diandalkan
kebutuhan dan memusakan mahasiswanya. dari kepuasan pelanggan dan niat perilaku pembelian
Ada 2 dimensi kualitas pelayanan yaitu kualitas konsumen (Andreassen dan Lindestad, 1992; Choi,
fungsional dan kualitas teknis (Grönroos, 1984). 2004; McDougall dan Levesque, 2000; Sweeney,
Kemudian, alat pengukuran yang paling populer 1999; Wu et al, 2014).
untuk kualitas pelayanan dikembangkan oleh Para- Oleh karena itu peneliti ingin membuktikan
suraman et al, (1985) dimana awalnya terdiri dari Pengaruh Service Quality Terhadap Behavioral Inten-
sepuluh dimensi, yaitu, tangibility, reliability, respon- tions Dengan Perceived Value dan Customer Satis-
siveness, communication, credibility, security, compe- faction Sebagai Variabel Intervening Pada Pendidikan
tence, courtesy, understanding dan access dimen- Tinggi.
sions, yang didefinisikan ulang dan diubah menjadi
lima dimensi yang berguna, yaitu, tangibles, relia- TINJAUAN PUSTAKA
bility, responsiveness, assurance dan empathy pada
tahun 1988. Service Quality
Menurut Schofield dan Breen (2004) ada ke-
butuhan untuk menyediakan lingkungan yang Kualitas layanan berasal dari perbandingan
mempertemukan ekspektasi konsumen dan akibatnya antara apa yang pelanggan rasa penjual akan tawar-
akan menghasilkan nilai yang dirasakan pelanggan kan (yaitu harapan mereka) dengan kinerja pelayanan
lebih tinggi. Sebuah cara yang efektif untuk menilai penjual sebenarnya (Gronroos 1982). Gagasan bahwa
perceived value atau nilai yang dirasakanadalah kualitas pelayanan merupakan fungsi dari kesenjang-
keputusan pelanggan di pembelian berikutnya yang an kinerja yang diharapkan diperkuat oleh studi
baik itu mengulangi untuk menggunakan produk atau eksplorasi berbasis luas yang dilakukan oleh Para-
layanan sebelumnya atau beralih ke produk atau suraman et al. (1985).
layanan lain. Untuk itulah kepuasan konsumen harus Menurut Parasuraman et al. (1988) kualitas pela-
tercapai dan dapat dijaga. Dengan kata lain, semakin yanan adalah persentase perbedaan antara harapan
puas pelanggan, semakin besar retensi pelanggan pelanggan mengenai produk dan pengalaman natural
(Anderson dan Sullivan, 1993; Fornell, 1992) dan yang diperoleh setelah memanfaatkan layanan atau
kesediaan untuk merekomendasikan (Zeithaml dan mengkonsumsi produk. Faktor yang paling disaran-
Bitner, 1996). kan dalam konteks ini adalah kualitas yang dirasakan
Kepuasaan konsumen akan terjadi ketika nilai pelanggan seperti kualitas pelayanan, dimana harga
dan customer service yang disediakan dalam peng- produk dan jasa sesuai dengan fasilitas yang di-
alaman sesuai atau melebihi harapan konsumen. sediakan oleh perusahaan. Lalu, kualitas pelayanan
Kepuasan pelanggan indeks model dari Eropa dan adalah memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen
Amerika menunjukkan bahwa kualitas layanan (Lewis dan Mitchell, 1990). Persepsi pelanggan
merupakan komponen kepuasan (Fornell et al., 1996). benar-benar tergantung pada "interaktif proses, ke-
Bagozzi (1992) mengusulkan bahwa evaluasi kualitas giatan dan tindakan yang sedang berlangsung antara
layanan dari produk atau jasa dimana pertemuan pelanggan dan penyedia layanan" (Svensson, 2006).
mengarah ke penilaian kepuasan emosional yang Ada lima dimensi pengukuran dari model kuali-
pada gilirannya mendorong behavioral intentions. tas pelayana dari Parasuraman et al. (1988), yaitu:
Anderson (1992) menemukan persepsi kualitas 1. Tangible adalah penampilan fasilitas fisik, peralat-
layanan, kepuasan mereka dan niat perilaku mereka, an, personil, dan bahan-bahan tertulis.
termasuk kata-kata positif, rekomendasi kepada orang 2. Reliability kemampuan untuk melakukan layanan
lain, mengunjungi lagi penyedia, dll. yang dijanjikan secara terpercaya dan akurat.
Zeithaml dan Bitner (1996) mengidentifikasi 3. Responsiveness adalah kesediaan untuk mem-
dua dimensi untuk mengukur niat perilaku yaitu bantu pelanggan dan memberikan layanan yang
menguntungkan dan tidak menguntungkan. Niat peri- cepat
laku yang menguntungkan maksudnya adalah pelang- 4. Assurance adalah pengetahuan karyawan dan
gan akan menyampaikan kata-kata yang positif, niat kesopanan dan kemampuan mereka untuk meng-
pembelian kembali dan loyalitas (Ladhari, 2008; inspirasi kepercayaan dan keyakinan.
Zeithaml dan Bitner, 1996), sedangkan niat perilaku 5. Empathy berarti peduli dan perhatian individual
yang tidak menguntungkan cenderung menyebar yang diberikan kepada pelanggan.
86 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2018: 84─93

Perceived Value Kitapci et al. (2008) menyatakan lebih lanjut


bahwa kepuasan pelanggan melibatkan kognitif dan
Zeithaml (2009, p. 14) mendefinisikan perceived komponen afektif yang mempengaruhi pembentukan
value sebagai keseluruhan penilaian konsumen dari kepuasan. Hal ini sejalan dengan definisi oleh
kegunaan produk atau jasa berdasarkan persepsi Worsfold et al. (1994, p. 25), yang menggambarkan
tentang apa yang diterima dan apa yang diberikan. kepuasan pelanggan "sebagai evaluasi kognitif dan
Perceived value dapat didefinisikan sebagai hasil dari afektif pelanggan berdasarkan pengalaman pribadi di
perbandingan pribadi antara manfaat yang dirasakan semua episode layanan dalam hubungan. Komponen
secara keseluruhan dan pengorbanan dirasakan atau afektif merujuk pada perasaan konsumen terhadap
suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsu-
biaya yang dibayar oleh pelanggan (Zeithaml, 2009).
men menyukai sebuah produk atau tidak. Komponen
Menurut Sweeney (2002) perlunya untuk me- kognitif mengacu pada pemikiran konsumen, misal-
nyediakan lingkungan pelanggan yang memenuhi nya apa yang dipercaya konsumen dari suatu pro-
harapan mereka dan akibatnya akan menghasilkan duk. Kognitif terdiri dari lima proses mental, yaitu:
nilai yang dirasakan pelanggan lebih tinggi.Menurut memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih,
Gronroos (1984, p. 37) mendefinisikan perceived dan berpikir.
value adalah layanan yang diberikan sebagai hasil dari Berikut indikator pengukuran dari kepuasan
proses evaluasi, dimana konsumen membandingkan pelanggan (Ziethaml, Bitner, & Gremler, 2009):
harapannya dengan persepsi tentang pelayanan yang 1. Fulfillment
diterima. Adalah respon untuk memenuhi kebutuhan pe-
Beberapa upaya penting untuk menguji usulan langgan dengan menilai fitur dari produk atau jasa,
teoritis ini adalah dari Sweeney dan Soutar (2001), atau produk atau jasa itu sendiri, dan memberi
yang melalui studi empiris yang berbeda merancang tingkat menyenangkan dari pemenuhan konsumsi.
skala pengukuran nilai yang dirasakan (PERVAL). 2. Pleasure
Analisis reliabilitas dan validitas dilakukan dalam Kepuasan juga dapat dikaitkan dengan perasaan
merancang PERVAL, yang mengakibatkan pengu- senang untuk layanan yang membuat konsumen
rangan lima dimensi yang diusulkan oleh Sheth et al. merasa nyaman atau berhubungan dengan rasa
(1991a, b) menjadi tiga yaitu: bahagia.
3. Relief
1. Fungsional
Rasa lega yang dirasakan konsumen terhadap hal
Dimensi fungsional adalah berkaitan dengan
negatif yang berkurang dari produk atau jasa.
utilitas yang berasal dari atribut produk dan jasa. 4. Ambivalence
Pelanggan memperoleh nilai dari atribut seperti Keadaan ketika ada campuran pengalaman positif
kualitas produk, kualitas layanan, atau harga dan negatif yang terkait dengan produk atau
(Sweeney et al., 1999). Ini adalah analisis eko- layanan.
nomi dan rasional membandingkan manfaat dan
pengorbanan. Behavioral Intention
2. Sosial
Lapierre (2000) mendefinisikan nilai sosial se- Konsep behavioral intentions mengacu pada
bagai citra berdasarkan reputasi dan kredibilitas kemungkinan pelanggan kembali ke jasa perusahaan
dan dampak sosial yang dimiliki perusahaan. yang mereka telah gunakan, atau menyebarkan
3. Emosional informasi positif tentang perusahaan ke keluarga dan
Dimensi emosional dari nilai yang dirasakan ber- teman-teman (Othman et al, 2013; Wu, 2015).
asal dari perasaan dan emosi bahwa produk atau Tindakan ini hasil dari kepuasan pelanggan (Othman
jasa menghasilkan dampak kepada pembeli. et al., 2013). Sebaliknya, ketidakpuasan menciptakan
pengaruh negatif pada behavioral intentions (Kitapci
Customer Satisfaction et al., 2014). Beberapa studi (Chen dan Chen, 2010)
menemukan bahwa nilai pengalaman mendorong niat
perilaku positif, integrasi dari membangun penga-
Pelanggan yang puas lebih akan menjadi setia
laman akan mempengaruhi niat perilaku positif.
atau bahkan menganjurkan sebuah organisasi, me-
Dalam penelitian ini, "behavioral intentions"
miliki reaksi minimal untuk perubahan harga dan memiliki dimensi sebagai berikut:
kurang kemungkinan untuk beralih ke pesaing (Ferrel 1) Loyalitas;
dan Hartline, 2010). Di antara model kepuasan, para- Dipahami dalam penelitian ini sebagai komitmen
digma harapan diskonfirmasi (EDP) telah men- yang dipegang untuk mengulang pembelian
dominasi riset kepuasan konsumen (Radder dan Han, layanan disukai (Oliver, 1997). Loyalitas dapat
2015). diwujudkan dengan meningkatkan bisnis dengan
Tandijaya:Analisa Pengaruh Service Quality Terhadap Behavioral Intentions 87

perusahaan di masa depan dan dengan meng- (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini, populasi yang
ekspresikan preferensi untuk itu (Zeithaml et al., akan diteliti adalah mahasiswa Pendidikan tinggi.
1996).
2) Rekomendasi; Sampel
Rekomendasi didefinisikan oleh Amoah, et al.
(2016) sebagai kesiapan untuk berkomunikasi Sampel adalah subkelompok populasi yang
tentang penyedia layanan, oleh pelanggan lama dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
yang sudah ada yang dianggap tidak mendapatkan (Malhotra, 2010). Teknik sampling yang digunakan
keuntungan moneter dari melakukan hal ini". untuk penarikan sampel adalah Nonprobability Sam-
Ulasan pelanggan ini mewakili nilai untuk penye- pling. Nonprobability sampling adalah teknik peng-
dia layanan dan bertindak sebagai duta dari per- ambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesem-
usahaan (Feinberg et al, 2000; Anderson,, 2000). patan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
3) Membayar harga premium. untuk dipilih menjadi sampel.
Kesediaan untuk membayar lebih adalah niat Teknik penarikan sampel yang digunakan pene-
pelanggan untuk membayar harga yang lebih liti adalah quota sampling dimana teknik ini diguna-
tinggi dari pesaing biaya untuk manfaat yang kan untuk menentukan sampel dari populasi yang
pelanggan terima dari penyedia layanan (Zeithaml mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
et al., 1996). yang diinginkan (Sugiyono, 2014). Adapun sampel
yang dipilih adalah mahasiswa Pendidikan tinggi
Kerangka Konseptual angkatan 2012-2016.

Definisi Operasional Variabel

Service Quality (X1)


a. Tangible: Diukur melalui fasilitas yang disedia-
kan, dan akses informasi di papan pengumuman
b. Reliability: Di ukur melalui kejelasan materi kuli-
ah, transparansi nilai, konsistensi jadwal kuliah
dan mengajar, ketepatan waktu penyampaian
informasi, dan kemampuan staf akademik mela-
Gambar 1. Kerangka Konseptual yani administrasi mahasiswa.
c. Responsiveness: Diukur melalui prosedur layanan
Hipotesa tidak menyulitkan mahasiswa, menyediakan
dosen bimbingan bagi mahasiswa, komunikasi
H1: Adanya hubungan positif antara kualitas pela- yang cepat antara dosen dan mahasiswa, serta staf
yanan dan nilai yang dirasakan pelanggan. yang menunjukan kesediaan membantu maha-
H2: Adanya hubungan positif antara kualitas pela- siswa.
yanan dan kepuasan pelanggan. d. Assurance: Diukur melalui Staf Administrasi
H3: Adanya hubungan positif antara kualitas pela- akademik (Tata Usaha) santun dalam melayani,
yanan terhadap niat perilaku pelanggan. Permasalahan dan keluhan mahasiswa mampu di
H4: Adanya hubungan positif antara nilai yang tangani, dosen mampu menciptakan kenyamanan
dirasakan pelanggan terhadap kepuasan pelang- dalam perkuliahan, dosen menguasai materi per-
gan. kuliahan, dan perlakuan adil yang diterima maha-
H5: Adanya hubungan positif antara nilai yang di- siswa.
rasakan pelanggan terhadap niat perilaku pelang- e. Empathy: Diukur melalui kemudahan berkonsul-
gan. tasi, dosen menunjukan kepedulian terhadap
masalah mahasiswa, staf yang melayani dengan
METODE PENELITIAN semangat, cepat, dan ramah, serta dosen yang
menjaga kerahasiaan informasi dari mahasiswa.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri Perceived Value (Y1)
atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan a. Fungsional: Diukur melalui manfaat yang dirasa-
karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan untuk kan mahasiswa, dan kesesuaian biaya dengan
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya kualitas yang diterima mahasiswa.
88 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2018: 84─93

b. Sosial: Diukur melalui kenyamanan yang dirasa- PLS-SEM adalah mampu menangani model yang
kan mahasiswa, dosen mampu memotivasi maha- kompleks dengan multiple variabel eksogen dan
siswa, dan mampu memberikan nilai-nilai kehi- endogen dengan banyak indikator, dapat digunakan
dupan. pada sampel dengan jumlah kecil, dan data distribusi
c. Emosional: Diukur melalui rasa bangga, lingkung- yang condong.
an yang nyaman, dan motivasi yang dirasakan
mahasiswa selama proses perkuliahan. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Customer Satisfaction (Y2) Evaluasi Path Coefficient dan Coefficient of Deter-


a. Fulfillment: Diukur melalui terpenuhinya kebutuh- mination ( )
an pendidikan yang dirasakan mahasiswa selama
proses perkuliahan. Evaluasi path coefficient digunakan untuk me-
b. Pleasure: Diukur melalui suasana menyenangkan nunjukan seberapa kuat pengaruh variabel indepen-
yang dirasakan mahasiswa selama proses per- den kepada variabel dependen. Sedangkan coefficient
kuliahan. determination digunakan untuk mengukur seberapa
c. Relief: Diukur melalui pemahaman mahasiswa banyak variabel endogen dipengaruhi oleh variabel
tentang kesulitan selama kuliah adalah bagian lainnya. Didalam marketing research, nilai R2 diatas
dalam proses perkuliahan. 0,75 keatas dikategorikan substansial, 0,50 – 0,75
d. Ambivalence: Diukur melalui pengalaman unik artinya sedang, dan 0,25 – 0,50 artinya lemah.
yang dimiliki mahasiswa selama proses perku- Pada analisapath coefficient ini telah terbukti
liahan. bahwa customer satisfaction dan perceived value
merupakan variabel interveiningyang dimana tidak
Behavioral Intention (Z1) memperkuat hubungan antara service quality dengan
a. Loyalitas: Diukur melalui kemauan mahasiswa behavioral intentions sebesar 0,264 yang dimana
memberikan kontribusi dan terlibat dengan kegiat- merupakan hasil perkalian antara 0,740 dan 0,358
an Pendidikan tinggi demu kemajuan kedepan. serta -0,0386 yang dimana merupakan hasil perkalian
b. Rekomendasi: Diukur melalui kemauan maha- antara -0,209 dan 0,185.
siswa menyarankan dan mendorong teman/ Hubungan service quality terhadap behavioral
kerabat untuk berkuliah di Pendidikan tinggi, serta intentions secara langsung menunjukan angka 0,417
kecenderungan mahasiswa memberikan respon dimana angka yang menunjukan hubungan secara
positif kepada teman/kerabatnya. langsung ini lebih besar daripada menggunakan
c. Membayar harga premium: Diukur melalui suka- perceived value dan customer satisfaction sebagai
rela mahasiswa mengikuti semua proses pem- variabel intervening yang hanya 0,264 dan -0,0386.
bayaran dan kesesuaian pengorbanan (biaya) yang
diberikan dengan nilai yang dirasakan.

Path Analysis

Pengujian hipotesis yang ada pada penelitian ini


dilakukan dengan menggunakan teknik pathanalysis
untuk menujukkan adanya hubungan yang kuat
dengan variabel–variabel yang diuji. Teknik path-
analysis digunakan untuk melukiskan dan menguji
model hubungan antar variabel yang berbentuk sebab
akibat (Sugiyono, 2014). Teknik ini merupakan
pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa Gambar 1. Path Coefficient dan Coefficient of Deter-
interpretasi akibat yang ditimbulkannya. mination
Pengujuan statistik pada model pathanalysis
dilakukan dengan menggunakan metode partialle- Gambar 1 merupakan bukti bahwa dalam pene-
astsquare. Partial Least Square (PLS) adalah bagian litian ini perceived value dan customer satisfaction
dari SEM. PLS merupakan teknik terbaru yang tidak memperkuat hubungan antara variabel indepen-
banyak diminati karena tidak membutuhkan distribusi den terhadap variabel dependen. Melainkan hubungan
normal atau dapat dikatakan sebuah penelitian dengan secara langsung antara variabel independen ke varia-
jumlah sampel yang sedikit. Salah satu kelebihan bel dependen lebih kuat.
Tandijaya:Analisa Pengaruh Service Quality Terhadap Behavioral Intentions 89

Selain itu, hampir keseluruhan variabel dalam T-statistic pada pengaruh customer satisfaction
model ini memiliki path coefficient dengan angka terhadap behavioral intentions menunjukan 2,175
yang positif kecuali variabel customer satisfaction yang artinya customer satisfactions berpengaruh
yang memiliki path coefficient negatif.Sehingga jika singnifikan terhadap behavioral intentions. T-statistic
semakin besar nilai positif path coefficient pada suatu pada pengaruh perceived value terhadap behavioral
variabel independen terhadapvariabel dependen ter- intentions menunjukan 2,621 yang artinya perceived
sebut, maka semakin kuat juga pengaruh antara value berpengaruh signifikan terhadap behavioral
variabel independen terhadap variabel dependen intentions. T-statistic pada pengaruh perceived value
tersebut, dan begitu juga sebaliknya apabila nilai path terhadap customer satisfaction menunjukan 4,970
coefficient dari variabel negatif maka semakin lemah
yang artinya perceived value berpengaruh signifikan
juga pengaruhnya.
Nilai coefficient of determination (R2) yang di- terhadap customer satisfaction.
dalam gambar ditunjukan pada angka di dalam T-statistic pada pengaruh service quality ter-
lingkaran perceived value yang dipengaruhi oleh hadap behavioral intentions menunjukan 3,391 yang
service quality sebesar 0,548. Artinya variabel service artinya service quality berpengaruh signifikan ter-
quality mempengaruhi perceived value sebesar 54,8% hadap behavioral intentions. T-statistic pada pengaruh
sedangkan 44,2% lainnya dipengaruhi oleh variabel service quality terhadap customer satisfaction me-
lain diluar penelitian. Lalu variabel customer satis- nunjukan 1,403 yang artinya service quality tidak
faction yang dipengaruhi yang dipengaruhi oleh berpengaruh signifikan terhadap customer satisfac-
service quality dan perceived value sebesar 0,311. tion.T-statistic pada pengaruh service quality terhadap
Artinya variabel service quality dan perceived value perceived value menunjukan 12,714 yang artinya
mempengaruhi customer satiscation sebesar 31,1% service quality berpengaruh signifikan terhadap
sedangkan 68,9% lainnya dipengaruhi oleh variabel perceived value.
lain di luar penelitian. Lalu, variabel behavioral inten-
tions yang dipengaruhi oleh service quality, perceived Service Quality terhadap Perceived Value
value, dan customer satisfaction sebesar 0,711.
Artinya, variabel service quality, perceived value, dan Penelitian ini memiliki hasil bahwaservice qua-
customer satisfaction mempengaruhi behavioral lity Pendidikan tinggi memiliki pengaruh terhadap
intentions sebesar 71,1% sedangkan 29,9% lainnya
perceived value secara signifikan dengan nilai uji T-
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
statistic >1.96 yaitu 12,941.
T-Statistics dan Uji Hipotesis Penelitian ini mempunyai hasil yang menun-
jukan bahwa service quality berpengaruh signifikan
Nilai T-statistic diperoleh dari prosedur boot- terhadap perceived value yang dimana hal ini sesuai
strapping, yang dimana nilai ini digunakan untuk dengan pendapat bahwa kualitas pelayanan memiliki
menarik kesimpulan pada suatu uji hipotesis. Nilai T- dampak yang tinggi pada nilai yang dirasakan
statistic dengan level signifikansi 5% menjelaskan pelanggan (Zameer, Tara, Kausar, & Mohsin, 2015).
bahwa inner modelakan signifikan jika nilai T-statistic Kualitas pelayanan yang diberikan mampu
lebih besar dari 1.96. meningkat nilai yang dirasakan oleh mahasiwa seperti
adanya manfaat yang dirasakan, biaya yang dikeluar-
kan sesuai dengan kualitas yang diterima, mahasiwa
merasa nyaman, mahasiswa merasa bangga, maha-
siswa merasa termotivasi, sampai pada dosen yang
mampu memberikan motivasi dan memberikan nilai-
nilai kehidupan pada mahasiswa.
Hubungan antara service quality dan perceived
value juga dapat dibuktikan memiliki hubungan yang
signifikan, sehingga nilai yang dirasakan mahasiswa
tinggi karena didukung dengan kualitas pelayanan
yang baik dari Pendidikan tinggi .

Service Quality terhadap Customer Satisfaction

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa


service quality tidak berpengaruh terhadap customer
Gambar 2.T-statistic satisfaction. Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa
90 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2018: 84─93

tidak adanya pengaruh secara signifikan tersebut me- kepuasan pelanggan. Sehingga dapat dikatakan bah-
rupakan hasil uji T-statistics dengan nilai 1,635 yaitu wa sewaktu nilai yang dirasakan mahasiswa baik
dibawah 1,96. Sehingga diketahui bahwa kualitas maka secara otomatis mahasiswa tersebut akan me-
pelayanan Pendidikan tinggi tidak mempengaruhi rasakan kepuasan.
kepuasaan mahasiswanya. Seperti yang terjadi di Pendidikan tinggi maha-
Lalu apabila dilihat dari nilai path coefficient, siswa secara umum merasakan manfaat berkuliah,
hubungan dari kualitas pelayanan menuju customer biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kualitas yang
satisfaction sebesar -0,238. Terdapat hubungan nega- diterima, merasa nyaman selama proses perkuliahan,
tif yang menunjukan bahwa kualitas pelayanan dosen mampu memotivasi dan memberikan nilai-nilai
sebaliknya melemahkan kepuasan mahasiswa. Jika kepada mahasiswa, dan mahasiswa merasa termoti-
dilihat dari nilai path coefficient kepuasan mahasiswa vasi selama proses perkuliahan. Adanya nilai yang
lebih condong di pengaruhi oleh nilai yang dirasakan dirasakan baik sehingga membuat mahasiswa cukup
oleh mahasiswa. Lemahnya hubungan kualitas pe- puas berada di Pendidikan tinggi.
layanan dengan kepuasan juga terjadi pada penelitian Hubungan perceived value dan customer satis-
yang dilakukan oleh (Feinberg et al., 2000) pada faction juga dapat dibuktikan memiliki hubungan
sebuah call centre bank mengungkapkan bahwa yang signifikan, sehingga kepuasan mahasiswa yang
kualitas operasional dari call centre tidak atau hanya dirasakan tinggi karena adanya nilai yang dirasakan
lemah hubungannya dengan kepuasan pelanggan. selama proses perkuliahan di Pendidikan tinggi.

Service Quality terhadap Behavioral Intentions Perceived Value terhadap Behavioral Intentions

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Penelitian ini memiliki hasil bahwa perceived
service quality memiliki pengaruh terhadap behavio- value mahasiswa Pendidikan tinggi memiliki peng-
ral intentions secara signifikan dengan nilai uji T- aruh terhadap behavioral intentions secara signifikan
statistic >1.96 yaitu 3,291. Penelitian ini mempunyai dengan nilai uji T-statistic >1.96 yaitu 2,621.
hasil yang menunjukan bahwa service quality ber- Penelitian ini mempunyai hasil yang menunjuk-
pengaruh signifikan terhadap behavioral intentions kan bahwa perceived value berpengaruh signifikan
yang dimana hal ini sesuai dengan pendapat (Ladhari terhadap behavioral intentions yang dimana hal ini
& Morales, 2008) bahwa kualitas pelayanan ber- sesuai dengan pendapat (Amoah, Radder, & van Eyk,
pengaruh posistif pada niat perilaku. Dapat dikatakan 2016) bahwa nilai yang dirasakan pelanggan memi-
bahwa dengan memberikan kualitas pelayanan liki pengaruh posistif terhadap kepuasan pelanggan
dengan baik maka dengan sendirinya mahasiswa akan dan berpengaruh pada niat perilaku pelanggan.
memiliki kencederungan memberikan rekomendasi, Pendidikan tinggi sudah cukup berhasil men-
ciptakan kesesuaian nilai yang dirasakan mahasiswa
loyal dan bersedia membayar dengan harga premium.
dengan yang diharapkan. Terbukti dengan hasil
Seperti yang terjadi pada Pendidikan tinggi apa-
penelitian dari kuesioner bahwa mahasiswa tidak
bila kualiatas pelayanan yang diberikan dirasa baik,
bermasalah dengan biaya yang dikeluarkan karena
maka mahasiswa dengan rela akan merekomendasi-
merasakan manfaatnya berkuliah di Pendidikan tinggi
kan kepada teman/kerabat terdekat. Namun ada sehingga mempengaruhi behavioral intention dari
beberapa dimensi dari kualitas pelayanan yang belum mahasiswa.
makismal dilakukan oleh pendidikan tinggi, sehingga Hubungan antara perceived value dan behavio-
membuat dimensi niat perilakunya rendah, seperti ral intentions juga dapat dibuktikan memiliki hubung-
keinginan untuk memberi rekomendasi dan men- an yang signifikan, sehingga behavioral intentions
dorong teman atau kerabat berkuliah. yang tercipta di mahasiswa Pendidikan tinggi cukup
tinggi karena adanya nilai positif yang dirasakan.
Perceived Value terhadap Customer Satisfaction
Customer Satisfaction terhadap Behavioral Inten-
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa per- tions
ceived value memiliki pengaruh terhadap customer
satisfaction secara signifikan dengan nilai uji T- Penelitian ini memiliki hasil bahwa customer
statistic >1.96 yaitu 4,970. Hal ini sesuai dengan satisfaction Pendidikan tinggi memiliki pengaruh
penelitian yang dilakukan oleh (Wu, 2014) dimana terhadap behavioral intentions secara signifikan
peningkatan nilai yang dirasakan kemudian meng- dengan nilai uji T-statistic >1.96 yaitu 2,175.
hasilkan kepuasan pelanggan berdasarkan pada Penelitian ini mempunyai hasil yang menunjuk-
hubungan positif antara nilai yang dirasakan dan kan bahwa customer satisfaction berpengaruh signifi-
Tandijaya:Analisa Pengaruh Service Quality Terhadap Behavioral Intentions 91

kan terhadap behavioral intentions yang dimana hal Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
ini sesuai dengan pendapat (Jandavath & Byram, diatas, peneliti akan mengajukan beberapa saran yaitu
2016) bahwa saat kepuasan pelanggan berhasil Pendidikan tinggi perlu meningkatkan transparansi
tercipta maka menghasilkan niat pelanggan yang nilai dari dosen yang dirasa mahasiswa masih kurang
positif. transparan. Selain itu, waktu penyampaian informasi
kepada mahasiswa juga harus diperbaiki karena
Perceived Value Tidak Memediasi Hubungan beberapa mahasiswa merasa terkadang informasi
Service Quality Terhadap Behavioral Intentions yang disampaikan cukup mendadak, prosedur layan-
an yang diterapkan Pendidikan tinggi juga perlu
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh diperbaiki karena dirasa cukup menyulitkan maha-
service quality terhadap behavioral intention dengan siswa.Lalu, perlu juga staf administarasi Pendidikan
menggunakan perceived value dan customer satisfac- tinggi lebih ramah, semangat, dan cepat dalam
tion sebagai variabel interveining. Perceived value melayani mahasiswa. Terakhir, Pendidikan tinggi
memiliki hubungan yang signifikan terhadap service perlu menambah tenaga pengajar guna mengefek-
quality dan behavioral intentions. Namun dalam tifkan proses perkuliahan melihat beberapa maha-
Pendidikan tinggi hubungan antara service quality siswa merasa kebutuhan pendidikannya kurang
dan behavioral intentions secara langsung lebih kuat. terpenuhi. Selain itu, perlu juga melakukan evaluasi
Hubungan service quality dan behavioral inten- lebih mendalam terkait kualitas tenaga pengajar.
tion ini lebih kuat karena beberapa tahun terakhir
cukup banyak mahasiswa yang merasa kualitas DAFTAR PUSTAKA
pelayanan Pendidikan tinggi mengalami penurunan
dibandingkan sewaktu awal masuk kuliah dan kurang Amoah, F., Radder, L., & van Eyk, M. (2016). Per-
sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga mem- ceived experience value, satisfaction and beha-
buat mereka sangat sensitif menilai kualitas pelayanan vioural intentions. African Journal of Economic
dimana hal ini sangat mempengaruhi niat perilaku and Management Studies, 7(3), 419–433.
mereka. Hal ini terlihat dari hasil kuesioner yang https://doi.org/10.1108/AJEMS-10-2015-0121
sudah dibagikan selama penelitian ini dilakukan, Anderson, E.W. and Sullivan, M. (1993), “The ante-
bahwa kecenderungan mahasiswa Pendidikan tinggi cedents and consequences of customer.
untuk memberikan rekomendasi atau mendorong Anderson, J., Thomson, B.L. and Wynstra, F. (2000),
teman/kerabat mereka cukup rendah. Dengan demiki- “Combining value and price to make purchase
an, nilai yang dirasakan tidak mempengaruhi secara decisions in business markets”, International
signifikan niat perilaku mahasiswa, sama halnya Journal of Research in Marketing, 17(4), pp.
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Worsfold 307-29.
Kate, 2016) pada sebuah hotel bahwa persepsi tamu Anderson, J.C., Jain, D.C. and Chintagunta, P.K.
terhadap nilai yang dirasakan tidak mempengaruhi (1992), “Customer value assessment in business
niatnya untuk kembali. markets: a state-ofpractice study”, Journal of
Business to Business Marketing, 1(1), pp. 3-30.
KESIMPULAN DAN SARAN Bagozzi, R.P. (1992), “The self regulation of atti-
tudes, intentions, and behavior”, Social Psycho-
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisa logy Quarterly, 55, pp. 178-204.
pengaruh Service quality terhadap Behavioral Inten- Chen, C.F. and Chen, F.S. (2010), “Experience qua-
tions dengan Perceived Value dan Customer satisfac- lity, perceived value, satisfaction and behaviou-
tion sebagai variable intervening pada pendidikan ral intentions for heritage tourists”, Tourism
tinggi menunjukan bahwa service quality berpenga- Management, 31(1), pp. 29-35.
ruh secara positif dan signifikan terhadap perceived Choi, K.S., Cho, W.H., Sunhee, L., Hanjoon, L. and
value dan behavioral intentions, perceived value Kim, C. (2004), “The relationship among qua-
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap lity, value, satisfaction and behavioral intention
customer satisfaction dan behavioral intentions, dan in healthcare provider choice: a South Korean
customer satisfaction berpengaruh secara secara study”, Journal of Business Research, 57(8), pp.
positif dan signifikan terhadap behavioral intentions. 913-921
Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa Feinberg, R.A., Kim, I-S., Hokama, L., de Ruyter, K.
perceived value dan customer satisfaction sebagai and Keen, C. (2000), “Operational determinants
variable intervening tidak berhasil memediasi of caller satisfaction in the call center”, Inter-
hubungan antara service quality dan behavioral national Journal of Service Industry Manage-
intentions. ment, 11(2), pp. 31-41.
92 JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, VOL. 12, NO. 2, OKTOBER 2018: 84─93

Ferrel, O.C. and Hartline, B. (2010), Marketing Stra- Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry, L.L.
tegy, 5th ed., Cengage Learning, New York, NY (1985a), “A conceptual model of service quality
Grönroos, C. 1984, “A service quality model and its and its implication”, Journal of Marketing, 49,
marketing implications”, European Journal of Fall, pp. 41-50.
Marketing, 18(4), pp. 836-844. Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry, L.L.
Indonesia Peringkat ke-57 EDI dari 115 Negara (1985b), “Alternative scales for measuring ser-
Tahun 2014.(n.d.). Retrieved February 20, 2017, vice quality: a comparative assessment based on
from https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/ psychometrics tests and diagnostic quality in
indonesia-peringkat-ke-57-edi-dari-115-negara- hotels”, International Journal of Hospitality
tahun-2014 Management, 26, pp. 840-53.
Jandavath, R. K. N., & Byram, A. (2016). Healthcare Radder, L. and Han, X. (2015), “An examination of
service quality effect on patient satisfaction and the museum experience based on Pine and re-
behavioural intentions in corporate hospitals in commending behaviour in lodging decisions”,
India.International Journal of Pharmaceutical
Journal of Hospitality and Leisure Marketing, 2,
and Healthcare Marketing, 10(1), 48–74.
pp. 3-22.
https://doi.org/10.1108/IJPHM-07-2014-0043
Schofield, R. and Breen, L. (2004), “Suppliers do you
Jumlah Perguruan Tinggi 1, Mahasiswa, dan Tenaga
know your customers?”,International Journal of
Edukatif (Negeri dan Swasta) di Bawah Kemen-
trian Agama Menurut Provinsi 2013/2014 dan Quality and Reliability Management, 23(4), pp.
2014/2015.(n.d.). Retrieved February 20, 2017, 390-408.
from https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/ view/ Sheth, J.N., Newman, B.I. and Gross, B.L. (1991a),
id/1840 Consumption Values and Market Choice, South
Kitapci, O., Akdogan, C. and Dortyol, I.T. (2014), Western Publishing, Cincinnati, OH.
“The impact of service quality dimensions on Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Administrasi.
patient satisfaction, repurchase intentions and Bandung: Alvabeta
word-of-mouth communication in the public Svensson, G. (2006), “Interactive interface of service
healthcare industry”, Procedia-Social and quality”, European Business Review,18(3), pp.
Behavioral Sciences, 148, August, pp. 161-169. 243-257.
Ladhari, R. (2008), “Alternative measures of service Sweeney, J.C. and Soutar, G. (2001), “Consumer
quality: a review”, Managing Service Quality, perceived value: the development of multiple
18(1), pp. 65-86. item scale”, Journal of Retailing, 77(2), pp. 203-
Ladhari, R., & Morales, M. (2008). Perceived service 20.
quality, perceived value and recommendation: A Sweeney, J.C. and Webb, D. (2002), “Relationship
study among Canadian public library users. benefits: an exploration of buyer-supplier
Library Management, 29(4/5), 352–366. dyads”, Journal of Relationship Marketing, 1(2),
https://doi.org/10.1108/01435120810869129 pp. 77-92.
Lapierre, J. (2000), “Customer-perceived value Sweeney, J.C., Soutar, G. and Johnson, L.W. (1999),
in industrial context”, Journal of Business & “The role of perceived risk in the quality value
Industrial Marketing,15(Nos 2/3), pp. 122-40.
relationship: a study in a retail environment”,
Malhotra, N. K. (2010). Marketing research an applied
orientation (sixth edit).Pearson Prentice Hall. Journal of Retailing, 75(1), pp. 77-105.
McDougall, G.H. and Levesque, T.J. (2000), “Cus- Worsfold Kate, F. R. M. R. M. and T. A. (2016).
tomer satisfaction with service: putting perce- Satisfaction, value and intention to return in
ived value into the equation”, Journal of Ser- hotels. Intenational Journal of Contemporary
vices Marketing, 14(5), pp. 392-410. Hospitality Management, 28(11). https://doi.org/
Othman, Z., Zahari, M.S.M. and Radzi, S.M. http://dx.doi.org/10.1108/MRR-09-2015-0216
December (2013), “Customer behavioral inten- Wu, H.-C. (2014). The effects of customer satisfac-
tion: influence of service delivery failures and tion, perceived value, corporate image and ser-
service recovery in Malay restaurants”, Proce- vice quality on behavioral intentions in gaming
dia-Social and Behavioral Sciences, 105, pp. establishments. Asia Pacific Journal of Market-
115-121.
ing and Logistics, 26(4), 540–565. https://doi.
Parasuraman, A., Berry, L. and Ziethaml, V.A. (1988),
org/10.1108/APJML-03-2014-0049.
“SERVAQUAL: a multiple item scale for
measuring consumer perception for service Zameer, H., Tara, A., Kausar, U., & Mohsin, A.
quality”, Journal of Retailing, 64(1), pp. 12-40. (2015). Impact of service quality, corporate
Tandijaya:Analisa Pengaruh Service Quality Terhadap Behavioral Intentions 93

image and customer satisfaction towards cus- Zeithaml, V.A. and Bitner, M.J. (1996), Services
tomers’ perceived value.International Journal Marketing, McGraw-Hill, New York, NY.
of Bank Marketing, 33(4), 442–456. https://doi.org/ Ziethaml, V. A., Bitner, M. J., & Gremler, D. D.
http://dx.doi.org/10.1108/IJBM-01-2014-0015 (2009). Service marketing.

Anda mungkin juga menyukai