Anda di halaman 1dari 12

Jur. Ilm. Kel. & Kons., Mei 2020, p : 175-186 Vol. 13, No.

2
p-ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594 DOI: http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2020.13.2.175

MENCIPTAKAN LAYANAN PAUD YANG PRIMA


MELALUI PENERAPAN PRAKTIK ACTIVITY BASED COSTING

Novan Ardy Wiyani1*)

1Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Purwokerto, Purwokerto 53126, Indonesia

*)E-mail: fenomenajiwa@gmail.com

Abstrak

Masalah keterbatasan anggaran dalam memenuhi kebutuhan konsumen di lembaga PAUD dapat diatasi dengan
menerapkan praktik Activity Based Costing (ABC). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan
untuk mendeskripsikan langkah penerapan praktik ABC sebagai upaya untuk mengoptimalkan penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di RA Masyithoh. RA Masyithoh dipilih dengan pertimbangan lembaga ini
telah menerapkan praktik ABC dalam menciptakan layanan PAUD yang prima. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian dianalisis menggunakan teknik
analisis data model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan ada lima langkah yang dilakukan dalam
menciptakan layanan PAUD yang prima melalui praktik ABC. Pertama, mengidentifikasikan, mendefinisikan,
serta mengelompokkan aktivitas. Kedua, melakukan penelusuran secara langsung terhadap aktivitas dan objek
biaya. Ketiga, membebankan biaya ke kelompok biaya aktivitas. Keempat, menghitung tarif aktivitas. Kelima,
menyusunan laporan. Kelima langkah tersebut mampu menciptakan layanan prima dan meningkatkan kepuasan
konsumen dengan indikasi terjadi peningkatan jumlah siswa di setiap tahunnya, anggaran yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan PAUD dapat terpenuhi, dan secara kelembagaan RA Masyithoh mengalami
perkembangan dengan didirikannya Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain.

Kata Kunci: kepuasan konsumen, kualitas layanan, PAUD, praktik ABC

Creating Excellent Services in Early Childhood Education


through the Implementation of Activity Based Costing

Abstract

The problem of budget limitations in meeting the needs of consumers in early childhood education institutions can
be overcome by applying the Activity Based Costing (ABC) practice. This research is a qualitative research that
has aimed to describe the steps of applying ABC practices as an effort to optimize the implementation of Early
Childhood Education (ECE) in RA Masyithoh. RA Masyithoh was chosen with the consideration that this institution
has implemented ABC practices in creating excellent PAUD services. The data in this study were collected by
interview, observation, and documentation then analyzed using the Miles and Huberman data analysis technique.
The results showed there were five steps taken in creating excellent PAUD services through the practice of
Activity Based Costing (ABC). First, identify, define, and classify activities. Second, do a direct search of activities
and cost objects. Third, it imposes costs to the activity cost group. Fourth, calculate activity rates. Fifth, compile
the report. The five steps are able to create excellent service and increase customer satisfaction with an
indication of an increase in the number of students each year, the budget needed to carry out PAUD activities can
be met, and institutionally RA Masyithoh experiences growth with the establishment of a Day Care and Play
Group.

Keyword: ABC practice, consumer satisfaction, ECE, quality of service

PENDAHULUAN jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


hingga jenjang perguruan tinggi. Berbagai
Perkembangan pendidikan di Indonesia akan upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
sangat menentukan perkembangan menghasilkan penyelenggaraan layanan PAUD
pembangunan nasional. Hal ini disebabkan yang bermutu. Satu upaya yang dilakukan
karena melalui pendidikan yang bermutu, akan adalah dengan menetapkan standar PAUD
tercipta sumber daya manusia (SDM) yang secara nasional sebagaimana yang diatur
berkualitas serta memiliki daya saing tinggi dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
(Sukendar, Usman, & Jabar, 2019). Mutu SDM Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 137
suatu negara tercermin dalam Tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD
penyelenggaraan layanan pendidikan mulai dari (Mulyasa, 2017). Apabila standar dalam
176 WIYANI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Permendikbud tersebut mampu diterapkan tidak dihilangkan tetapi dikurangi karena suatu
maka akan menghasilkan layanan PAUD yang lembaga tetap membutuhkan komplain. Melalui
bermutu. Lembaga PAUD yang bermutu komplain, pelaku usaha dapat memperbaiki
memiliki peranan yang signifikan dalam kekurangannya dan dapat meningkatkan
pencapaian tumbuh-kembang anak yang kualitas dan memberikan kepuasan bagi
optimal (Mukti & Hendrawan, 2018). konsumen (Wandani & Simanjuntak, 2019).

Layanan PAUD yang bermutu dapat Seorang konsumen yang puas adalah
direalisasikan melalui pengelolaan konsumen yang dapat merasakan nilai dari
penyelenggaraan PAUD yang optimal. Namun, penyedia jasa. Nilai ini bisa berasal dari
saat ini masih banyak ditemukan lembaga pelayanan atau sesuatu yang bersifat
PAUD yang mengalami kesulitan dalam emosional. Jika konsumen mengatakan bahwa
menyelenggarakan PAUD yang optimal. nilai adalah layanan yang berkualitas, maka
Penyebabnya adalah karena keterbatasan kepuasan terjadi jika konsumen mendapatkan
kompetensi manajerial yang dimiliki oleh layanan yang prima. Penting untuk dilakukan
pengelola PAUD. Apabila Layanan PAUD yang upaya perbaikan yang komprehensif dan
diberikan tidak optimal maka aktivitas belajar berkelanjutan untuk menghasilkan layanan
dan bermain di PAUD juga akan kurang yang prima oleh pihak penyedia jasa layanan
maksimal. Sistem pengajaran juga akan (Miswanto & Angelia, 2017). RA merupakan
cenderung mengabaikan aspek kreativitas dan lembaga PAUD yang memberikan jasa kepada
inovasi (Risaldy, 2014). para orang tua sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan mereka. Pihak RA sebagai penyedia
Salah satu Lembaga yang menyelenggarakan jasa layanan PAUD diharapkan dapat
PAUD adalah Raudhatul Athfal (RA). RA menyelenggarakan layanan PAUD yang
merupakan lembaga PAUD formal di bawah bermutu, yaitu layanan PAUD yang mampu
naungan Kementerian Agama Republik memenuhi keinginan dan kebutuhan wali murid
Indonesia. RA menjadi salah satu lembaga sebagai konsumen eksternalnya (external
yang bertanggung jawab untuk customers). Layanan PAUD yang bermutu
mengoptimalkan tumbuh kembang anak usia dapat dihasilkan ketika pihak RA mampu
dini di berbagai aspek perkembangan. Melalui menciptakan layanan prima (service
PAUD, anak diharapkan memiliki kesiapan excellence) bagi para wali muridnya (Zulkarnain
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang dan Sumarsono, 2018). Layanan prima pada
lebih tinggi (Pardede, Supena, & Fahrurozi., dasarnya merupakan upaya memberikan
2018). Semua kemampuan yang dimiliki oleh program yang terbaik atas dasar kepedulian
anak dicapai melalui kegiatan pembelajaran kepada para konsumen oleh suatu organisasi
yang bermutu. RA pun dituntut untuk mampu maupun bidang usaha.
menyelenggarakan layanan PAUD yang
bermutu. Tujuan penciptaan layanan prima adalah untuk
memuaskan para konsumen sehingga
Mutu merupakan segala sesuatu yang mampu kebutuhannya terpenuhi. Para peneliti
memenuhi keinginan atau kebutuhan menyakini bahwa organisasi yang mampu
konsumen (meeting the needs of customers) menyelenggarakan layanannya yang
(Mulyasana, 2015). Bagi seorang pemimpin, berorientasi pada konsumen akan
mengelola lembaga pendidikan agar bermutu mendapatkan manfaat sosial dan psikologis
merupakan hal yang sulit. Mutu yang dihasilkan yang baik dari para konsumennya (Yuniawan,
oleh suatu lembaga pendidikan dapat 2011). Sedangkan manfaat yang didapat dari
memenuhi kebutuhan konsumen terciptanya layanan yang prima oleh suatu
(Simangunsong, 2019). Oleh karenanya, lembaga adalah para konsumen akan
layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh senantiasa memilih untuk mendapatkan
lembaga PAUD menjadikan keinginan dan layanan. Konsumen juga akan memberikan
kebutuhan konsumen (wali murid) sebagai rekomendasi kepada pihak lain untuk sama-
target layanan. Ketercapaian keinginan dan sama menggunakan layanan jasa tersebut.
kebutuhan akan mengantarkan pada kepuasan (Sharma & Nandi, 2018). Manfaat lainnya
konsumen (Supriyanto, 2015). Ketidakpuasan adalah layanan prima mampu memenuhi
konsumen biasanya ditunjukkan dalam bentuk standar mutu yang telah ditentukan (Rangkuti,
perilaku komplain (Aisyiyah, Hartoyo, & 2017). Jadi layanan prima dalam
Krisnatuti, 2019). Dengan demikian, penyelenggaraan PAUD dihasilkan ketika dapat
pencapaian kepuasan konsumen yang didapat memenuhi standar nasional PAUD
oleh suatu lembaga akan dapat mengurangi sebagaimana diatur dalam Permendikbud
komplain dari konsumen. Komplain tersebut Nomor 137 tahun 2014.
Vol. 13, 2020 PENERAPAN PRAKTIK ACTIVITY BASED COSTING 177

Dalam perspektif pendidikan, lembaga prima melalui penerapan praktik Activity Based
pendidikan pada hakikatnya ada untuk Costing (Maryani, 2019).
memberikan pelayanan kepada masyarakat
sebagai konsumen pendidikan. Ketika Praktik ABC di RA merupakan suatu bentuk
menjalankan fungsinya, lembaga pendidikan inovasi layanan di bidang PAUD karena
memiliki karakteristik yang berbeda dengan lazimnya ABC dilaksanakan di perusahaan-
organisasi bisnis, tetapi dalam melaksanakan perusahaan. Praktik ABC dilakukan dengan
misi, tujuan dan programnya memiliki prinsip enam tahapan. Pertama, mengidentifikasi,
efisiensi, efektivitas, dan memosisikan mendefinisikan, dan mengelompokkan aktivitas.
masyarakat sebagai pihak yang harus dilayani Kedua, penelusuran langsung ke aktivitas dan
secara optimal. Layanan kepada konsumen objek biaya. Ketiga, membebankan biaya ke
pendidikan pada dasarnya adalah hak kelompok biaya aktivitas. Keempat, menghitung
konsumen yang memiliki prinsip tarif aktivitas. Kelima, membebankan biaya ke
kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas
akurasi, keamanan, kenyamanan, tanggung- dan ukuran aktivitas. Keenam, menyusun
jawab, kelengkapan sarana serta prasarana, laporan manajemen (Fattah, 2017).
kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan,
dan keramahan (Oji, 2015). Praktik ABC di RA telah menjadi suatu bentuk
inovasi layanan di bidang PAUD mengingat
Penerapan metode ABC pada suatu lembaga sebagian besar lembaga PAUD masih
dapat menghasilkan pendidikan yang bermutu. menggunakan metode pembiayaan tradisional
Selain itu pengelolaan keuangan juga dalam praktik manajemen pembiayaan PAUD.
berlangsung efektif dan efisien karena memiliki Inovasi layanan pada dasarnya merupakan
relevansi dengan berbagai aktivitas pendidikan suatu konsep layanan yang dipraktikkan untuk
yang telah ditentukan (Fattah, 2017). mendapatkan apresiasi dari konsumen
Sementara itu, lembaga yang belum (Hariandja, Simatupang, Nasution, & Larso,
menerapkan metode ABC mendapatkan 2014). Fokus utama praktik ABC adalah
hambatan dalam menyelenggarakan layanan kegiatan atau aktivitas. Ada dua prinsip yang
pendidikannya sehingga belum mampu melandasi ABC yaitu biaya yang dibutuhkan
menghasilkan pendidikan yang bermutu. untuk melaksanakan suatu aktivitas harus
Hambatan yang dihadapi tersebut antara lain sesuai dengan kebutuhan pada aktivitas
berupa ditemukannya ketidaksesuaian antara tersebut dan ketika kebutuhan pada suatu
ketersediaan anggaran dengan banyaknya aktivitas dapat terpenuhi maka aktivitas
kegiatan yang telah ditentukan, kegiatan- tersebut dapat dikelola dengan baik. Praktik
kegiatan yang telah dirumuskan belum sesuai ABC yang fokus pada kegiatan atau aktivitas
dengan kebutuhan dan harapan konsumen, dapat mengarah pada penciptaan layanan
serta penggunaan anggaran kegiatan menjadi prima pada suatu organisasi (Fattah, 2016).
kurang terkendali (Fattah dan Gautama, 2017). Model ABC disajikan pada Gambar 1. Model
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ABC menunjukkan bahwa mekanisme dalam
layanan PAUD yang prima dapat diberikan praktik ABC diawali oleh kerja sumber daya
melalui penerapan praktik ABC. lembaga dalam menentukan aktivitas. Setiap
aktivitas memiliki besaran biaya dan ada
Dalam konteks penyelenggaraan layanan penyebab mengapa biaya tersebut harus
PAUD oleh RA, maka layanan prima bertitik dipenuhi. Untuk memenuhinya maka dilakukan
tolak pada upaya kepala RA, guru, dan staf pengelolaan (manajemen) biaya melalui enam
untuk memberikan layanan terbaiknya sebagai tahapan dalam implementasi praktik ABC.
wujud kepeduliannya terhadap wali murid agar
keinginan dan kebutuhan wali murid terpenuhi.
Masyarakat pada masa sekarang ini masih
memandang RA sebelah mata dan lebih
memilih TK sebagai lembaga PAUD tempat
putra-putrinya belajar. Masyarakat berpendapat
bahwa layanan yang diselenggarakan oleh TK
lebih baik daripada yang diselenggarakan oleh
RA, padahal pendapat tersebut tidaklah benar
(Adiyanto, 2019). RA juga mampu
menyelenggarakan layanan PAUD yang prima.
Hal itu telah dilakukan oleh RA Masyithoh
dengan menciptakan layanan PAUD yang Gambar 1 Model Activity Based Costing
(Fattah, 2017)
178 WIYANI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Setiap lembaga harus mampu memberikan metode Activity Based Costing (ABC) dalam
layanan yang prima. Alasannya, layanan prima pengelolaan pembiayaan PAUD.
menentukan kepuasan konsumen. Beberapa
penelitian telah membuktikan hal tersebut. Hasil Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan
penelitian Riyadi, Hermawan, dan Sumarwan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
(2015) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan Wawancara dilakukan dengan pengawas RA,
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kepala RA, guru RA, bendahara, dan komite
konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah. Observasi dilakukan untuk mengamati
semakin baik kualitas pelayanan maka semakin jalannya layanan PAUD. Dokumen-dokumen
besar kepuasan konsumen. Kepuasan yang dikaji yaitu Rencana Anggaran Belanja
konsumen ini merupakan hal yang penting bagi (RAB), buku kas, buku administrasi keuangan
keberlanjutan usaha. Perilaku konsumen, bagi wali murid, laporan keuangan bulanan,
kepuasan konsumen, dan loyalitas konsumen dan laporan keuangan tahunan.
merupakan aspek penting yang menentukan
keberlanjutan sebuah usaha, khususnya pada Uji validitas data dilakukan dengan
sebuah usaha yang baru dan mempunyai menggunakan teknik triangulasi sumber data,
jumlah pesaing yang cukup banyak (Ramdhani, yaitu melalui crosh check terhadap data-data
Daryanto, & Rifin, 2015). Oleh karenanya, yang berasal dari tiga sumber, yaitu kepala RA,
untuk membuat konsumen memiliki kepuasan guru, dan bendahara (Moleong, 2012). Data
dan juga loyalitan yang baik maka lembaga kemudian dianalisis menggunakan teknik
harus mampu memberikan pelayanan yang analisis model Miles dan Huberman. Pada
prima. teknik ini, data dianalisis secara bertahap
dimulai dengan mereduksi data, menyajikan
Berdasarkan pemaparan tersebut, keberhasilan data, dan memverifikasi data (Sugiyono, 2010).
lembaga PAUD dalam mencapai tujuan Tahap reduksi data dilakukan dengan cara
bergantung pada kemampuan PAUD dalam memilah data dari sumber data yang memiliki
memberikan layanan. Layanan yang diberikan relevansi dengan tujuan penelitian. Tahap
sebaiknya merupakan layanan yang prima. penyajian data dilakukan dengan cara
Salah satu model yang dapat digunakan untuk menguraikan data teks yang bersifat naratif.
mengoptimalkan peneyelenggaraan PAUD Tahap verifikasi data dilakukan dengan cara
adalah model Activity Based Costing (ABC). menarik kesimpulan dan membuat verifikasi
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan untuk menjawab rumusan masalah penelitian
langkah-langkah penerapan praktik ABC (Sugiyono, 2010).
sebagai upaya untuk mengoptimalkan
penyelenggaraan PAUD. HASIL

METODE Tujuan Menciptakan Layanan Prima

Penelitian ini menggunakan pendekatan RA Masyithoh Mertasinga Cilacap telah


kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. menggunakan Activity Based Costing (ABC)
Penelitian fenomenologi merupakan penelitian sejak tahun 2005. Ada tiga hal yang
yang didasari oleh pandangan berpikir yang melatarbelakangi Lembaga ini dalam
menekankan pada pengalaman-pengalaman menggunakan ABC. Pertama, adanya
manusia sebagai subjek penelitian (Moleong, kesadaran pada stakeholders PAUD di RA
2012). Pendekatan dan jenis penelitian tersebut Masyithoh Mertasinga Cilacap bahwa layanan
dipilih karena dalam penelitian ini tidak ada prima dalam penyelenggaraan PAUD
rekayasa pada subjek dan objek kajian diciptakan dengan kemampuan pihak RA dalam
penelitian. Penelitian ini dilakukan dari bulan menyelenggarakan aktivitas-aktivitas PAUD
Januari hingga bulan Oktober tahun 2019. yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
wali murid. Kedua, aktivitas-aktivitas tersebut
Penelitian dilaksanakan di RA Masyithoh dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
Mertasinga Cilacap. Pemilihan sampel ketika pihak RA memiliki anggaran atau
penelitian dilakukan dengan teknik purposive. pembiayaan pendidikan yang mencukupi.
Teknik purposive dapat digunakan pada Ketiga, adanya kesadaran bahwa layanan
penelitian dengan subjek yang memiliki PAUD harus diselenggarakan dengan prinsip
kekhasan yang tidak ditemukan pada subjek akuntabilitas dan responsibilitas.
penelitian lainnya (Sugiyono, 2010). RA
Masyithoh Mertasinga Cilacap dipilih sebagai Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
sampel penelitian karena menjadi satu-satunya bahwa ada tiga tujuan menerapkan layanan
RA di Kabupaten Cilacap yang menggunakan PAUD yang prima dengan praktik ABC
Vol. 13, 2020 PENERAPAN PRAKTIK ACTIVITY BASED COSTING 179

(Maryani, 2019). Pertama, untuk menjamin mengelompokkan aktivitas. Ada tiga kegiatan
ketersediaan anggaran dalam penyelenggaraan yang dilakukan dalam langkah pertama, yaitu
layanan PAUD. Kedua, untuk meminimalisir (1) mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan
keluhan dari wali murid terhadap wali murid; (2) mengidentifikasi keluhan-
penyelenggaraan layanan PAUD. Ketiga, untuk keluhan dalam penyelenggaraan layanan
mendapatkan kepercayaan dari wali murid yang PAUD dari wali murid; (3) mengidentifikasi
dapat berimplikasi pada peningkatan jumlah kegiatan-kegiatan PAUD untuk memenuhi
peserta didik baru. Berdasarkan hasil keinginan dan kebutuhan serta keluhan dari
dokumentasi dapat diketahui bahwa sejak wali murid (Maryani, 2019).
diterapkannya praktik ABC oleh pihak RA
Masyithoh Mertasinga Cilacap perolehan Identifikasi keinginan wali murid dilakukan
peserta didik baru semakin meningkat (Gambar dengan cara menampung usulan dari wali
2). Gambar 2 memperlihatkan terjadi murid baik secara formal dalam rapat-rapat,
peningkatan jumlah peserta didik setelah RA secara non formal ketika berbincang di
Masyithoh Mertasinga Cilacap menerapkan lingkungan RA, dan melalui pemanfaatan grup
praktik ABC. Pada tahun pelajaran 2016/2017 WhatsApp wali murid. Cara lain yang
terdapat 103 peserta didik, jumlah ini digunakan untuk mengidentifikasi keinginan
mengalami penurunan menjadi 98 peserta didik wali murid adalah dengan melakukan
pada tahun pelajaran 2017/2018, kembali kerjasama dengan komite sekolah untuk
mengalami penambahan menjadi 108 peserta menyusun daftar keinginan wali murid. Hasil
didik pada tahun 2018/2019 dan 135 peserta inventaris menunjukkan terdapat dua keinginan
didik pada tahun pelajaran 2019/2020 (Maryani, dari wali murid, yaitu: (1) wali murid
2019). menginginkan agar anak-anak-anaknya bisa
mendapatkan layanan PAUD secara maksimal
Langkah Menciptakan Layanan Prima agar tumbuh-kembang anak bisa berlangsung
optimal; (2) wali murid ingin agar anak merasa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima nyaman dalam kegiatan belajar. Kenyamanan
langkah yang dilakukan dalam menciptakan belajar tersebut menjadikan anak memiliki
layanan prima dalam penyelenggaraan PAUD motivasi belajar yang tinggi. Harapannya
melalui praktik ABC di RA Masyithoh dengan motivasi belajar yang tinggi kemudian
Mertasinga Cilacap (Maryani, 2019). Langkah anak bisa mencapai hasil belajar yang
tersebut adalah mengidentifikasikan, maksimal. Pihak RA Masyithoh Mertasinga
mendefinisikan, serta mengelompokkan Cilacap berusaha memenuhi keinginan wali
aktivitas; melakukan penelusuran secara murid karena memang pihak RA memiliki
langsung terhadap aktivitas dan objek biaya; keyakinan bahwa eksistensi RA akan sangat
membebankan biaya ke kelompok biaya dipengaruhi oleh kemampuan pihak RA dalam
aktivitas; menghitung tarif aktivitas; dan memenuhi keinginan wali murid. Dengan kata
menyusunan laporan. lain, maju atau mundurnya RA akan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan RA dalam
Langkah pertama yang dilakukan adalah melayani wali murid sesuai dengan keinginan
mengidentifikasikan, mendefinisikan, serta (Maryani, 2019).

80 73
70 62
59
60 53
50 51 51 Laki-laki
50 44
40
30
20
10
0
2016/2017 2017/2018 2018/2019 2019/2020

Gambar 2 Jumlah peserta didik pada empat tahun terakhir di RA Masyithoh Mertasinga Cilacap
(Maryani, 2019b)
180 WIYANI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Kemudian cara yang digunakan untuk Kebutuhan-kebutuhan dalam pelaksanaan


mengidentifikasi kebutuhan wali murid adalah kegiatan PAUD yang telah dirumuskan antara
dengan menyediakan kotak saran, memberi lain biaya atau anggaran, kegiatan pelatihan
kebebasan mengutarakan apa yang dibutuhkan untuk pengembangan kompetensi guru, serta
saat pertemuan wali murid ataupun saat sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai
berkomunikasi secara nonformal baik di dengan standar dan keinginan wali murid.
lingkungan RA maupun di grup jejaring sosial. Perkiraan atau estimasi biaya untuk
Pihak RA Masyithoh Mertasinga Cilacap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut
mengungkapkan bahwa hal yang dibutuhkan adalah Rp1.500.000,00 per bulan. Sumber
oleh wali murid dari layanan PAUD yang dana untuk melaksanakan kegiatan PAUD
diselenggarakan yaitu informasi tentang bersumber dari SPP anak.
kegiatan anak serta informasi tentang hasil
belajar anak dan masalah-masalah yang Berdasarkan perkiraan biaya serta sumber
dihadapi oleh anak ketika belajar. Wali murid pembiayaan kemudian disusunlah draf RAB.
membutuhkan hal itu untuk mempersiapkan Draf RAB disusun di awal tahun pelajaran
waktu dan biaya serta strategi dalam (Maryani, 2019a). Pada draf RAB ditetapkan
menyiapkan kebutuhan fisik serta kebutuhan perkiraan anggaran yang dibutuhkan di setiap
psikis anak. Pihak RA Masyithoh Mertasinga bulan karena pada setiap bulannya akan ada
Cilacap memenuhinya dengan memberi kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda. Pihak-
kalender pendidikan RA Masyithoh dan jadwal pihak yang terlibat dalam penyusunan draf RAB
kegiatan keseharian anak (Maryani, 2019). antara lain kepala RA, guru, pengurus, dan
komite sekolah. Stakeholders tersebut terlibat
Sementara itu identifikasi keluhan dilakukan dalam penyusunan draf RAB dan memastikan
dengan menyediakan kotak saran dan memberi besaran anggaran yang dibutuhkan untuk
keluasan menceritakan keluhan melalui melaksanakan setiap kegiatan.
WhatsApp. Hal-hal yang dikeluhkan oleh wali
murid yaitu tentang masalah administrasi yang Lebih lanjut, kegiatan yang bersifat rutin untuk
terkadang merepotkan, pelayanan guru yang dilaksanakan pada setiap tahun pelajaran
kurang sesuai dengan harapan, kenakalan memudahkan pihak RA dalam menyusun draf
anak, serta keterbatasan sarana dan RAB. Dari kegiatan-kegiatan rutin itu pihak RA
prasarana. Wali murid merasa kurang nyaman dapat memprediksi besaran anggaran setiap
dengan masalah-masalah dan keadaan- kegiatan untuk tahun pelajaran sekarang
keadaan tersebut. berdasarkan besaran anggaran di tahun
pelajaran sebelumnya. Sementara itu, kegiatan-
Pihak RA Masyithoh Mertasinga Cilacap kegiatan insidental menjadi hal yang
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan PAUD untuk menyulitkan pihak RA dalam menyusun draf
memenuhi keinginan dan kebutuhan serta RAB. Ini karena besaran anggaran tersebut
keluhan dari wali murid. Kegiatan-kegiatan tidak bisa diprediksi. Kegiatan-kegiatan
yang telah terindentifikasi yaitu: kegiatan insidental berupa kegiatan-kegiatan sosial.
pertemuan wali murid, pengajian, parenting,
serta kegiatan pembelajaran dan pembiasaan Langkah ketiga, membebankan biaya ke
sesuai dengan kurikulum 2013. Pihak RA yakin kelompok biaya aktivitas. Berdasarkan hasil
bahwa kegiatan-kegiatan tersebut dapat penelitian dapat diketahui bahwa kegiatan yang
menjawab keinginan, kebutuhan, dan keluhan- dilakukan pada langkah ketiga antara lain: (1)
keluhan dari wali murid. Untuk melaksanakan mensosialisasikan draf RAB kegiatan PAUD;
kegiatan-kegiatan tersebut hal-hal yang (2) membahas draf RAB kegiatan PAUD
dibutuhkan yaitu tempat, narasumber, dan bersama dengan komite sekolah; dan (3)
biaya (Maryani, 2019). mensosialisasikan RAB kegiatan PAUD
(Maryani, 2019).
Langkah kedua, melakukan penelusuran
secara langsung terhadap aktivitas dan objek Kegiatan sosialisasi draf RAB dilakukan dengan
biaya (Maryani, 2019). Ada tiga kegiatan yang melampirkan draf RAB pada formulir
dilakukan dalam langkah kedua, yaitu: (1) pendaftaran peserta didik baru. Draf RAB
mengidentifikasi setiap kebutuhan yang tersebut kemudian dijadikan pula sebagai
dibutuhkan dalam pelaksanaan setiap kegiatan pertimbangan oleh wali murid untuk
PAUD; (2) mengidentifikasi besaran biaya di menyekolahkan anaknya di RA Masyithoh
setiap kegiatan PAUD; dan (3) menyusun draf Mertasinga Cilacap. Kemudian secara
Rencana Anggaran Belanja (RAB) kegiatan keseluruhan draf RAB disampaikan pada rapat
PAUD (Maryani, 2019). perdana dengan wali murid dan komite sekolah.
Pihak-pihak yang diundang dalam rapat
Vol. 13, 2020 PENERAPAN PRAKTIK ACTIVITY BASED COSTING 181

tersebut antara lain wali murid, komite sekolah, Faktor pendukung yang memudahkan pihak RA
serta pengurus. Semua stakeholders turut Masyithoh Mertasinga Cilacap dalam
mensukseskan sosialisasi dengan memberikan melakukan penggalian pembiayaan kegiatan
masukan-masukan terhadap hal-hal yang PAUD yaitu pengurus RA juga komite sekolah
dianggap lemah pada draf RAB. ikut membantu pihak RA dalam penggalian
dana dengan memberikan himbauan-himbauan
Biasanya ada perubahan draf RAB setelah kepada wali murid agar tertib administrasi.
disosialisasikan melalui rapat. Perubahan Faktor penghambat yang menyulitkan kepala
tersebut biasanya berupa penambahan RA dalam melakukan penggalian pembiayaan
kegiatan jika ada kegiatan yang tidak masuk kegiatan PAUD adalah ketika waktu penggalian
dalam anggaran awal yang telah dirumuskan dana dilakukan secara bersamaan dengan
dalam draf RAB. Setelah draf RAB dirubah dan kegiatan penggalian dana dari lembaga lain.
disepakati bersama kemudian draf RAB
disahkan oleh kepala RA, komite sekolah, dan Langkah kelima, menyusun laporan. Kegiatan
pengurus. RAB yang telah disahkan kemudian yang dilakukan dalam langkah kelima ini antara
disosialisasikan melalui rapat dengan wali lain: (1) menyusun laporan pembiayaan PAUD;
murid. RAB yang telah disahkan ditampilkan (2) mengevaluasi laporan pembiayaan PAUD;
menggunakan LCD proyektor dan pihak RA dan (3) memberikan feedback terhadap hasil
menjelaskan setiap detail poin-poin pada RAB evaluasi pembiayaan PAUD.
kepada wali murid agar wali murid paham betul
mengenai pembiayaan yang dibutuhkan atau Anggaran dikeluarkan sesuai dengan
dianggarkan dalam penyelenggaraan layanan kebutuhan. Anggaran yang dikeluarkan
PAUD di RA Masyithoh Mertasinga Cilacap. kemudian dilaporkan penggunaannya kepada
bendahara. Bahan pelaporan tersebut
Stakeholders yang terlibat dalam sosialisasi digunakan sebagai bahan oleh bendahara
RAB antara lain kepala RA, pengurus, komite untuk membuat laporan keuangan bulanan.
sekolah, dan perwakilan wali murid yang tidak Proses pengeluaran biaya kegiatan PAUD
masuk dalam komite sekolah. Para dapat memenuhi semua kebutuhan pada setiap
stakeholders turut mensukseskan, wali murid kegiatan PAUD meski terkadang ada juga
pun berkomitmen untuk memenuhi pembiayaan beberapa kebutuhan pada suatu kegiatan yang
yang dianggarkan. Komitmen tersebut muncul belum bisa terpenuhi semua kebutuhannya.
karena ada kesadaran pada diri wali murid Biasanya ini karena ada kenaikan harga barang
bahwa sukses atau tidaknya penyelenggaraan yang akan dibeli untuk memenuhi kebutuhan
layanan PAUD sangat dipengaruhi oleh faktor pada suatu kegiatan.
pembiayaan.
Manfaat yang didapat dari proses pengeluaran
Langkah keempat, menghitung tarif aktivitas. biaya kegiatan PAUD yang dapat memenuhi
Kegiatan yang dilakukan pada langkah semua kebutuhan pada setiap kegiatan PAUD
keempat yaitu: (1) menggali sumber adalah kegiatan-kegiatan untuk anak-anak bisa
pembiayaan PAUD untuk membiayai kegiatan berjalan dengan optimal sehingga target-target
PAUD; (2) menerima sumber pembiayaan atau tujuan-tujuan kegiatan juga dapat dicapai
PAUD untuk membiayai kegiatan PAUD; dan secara optimal pula. Sementara itu, proses
(3) menggunakan sumber pembiayaan PAUD pengeluaran sudah dapat mengakomodir
untuk membiayai kegiatan PAUD. keinginan dan kebutuhan wali murid. Ini karena
semua program yang diinginkan dan
Setelah RAB kegiatan PAUD disahkan, dibutuhkan oleh wali murid dapat terealisasi.
kemudian kepala RA Masyithoh Mertasinga Proses pengeluaran biaya kegiatan PAUD juga
Cilacap melakukan kegiatan penggalian sudah dapat meminimalisir keluhan-keluhan
sumber pembiayaan PAUD. Penggalian dari wali murid. Indikasinya adalah minimnya
dilakukan dengan memberi buku administrasi keluhan-keluhan yang ditemukan oleh guru di
ke semua wali murid. Kemudian kepala RA kotak saran, wali murid juga ikut
mengarahkan kepada wali murid untuk mempromosikan RA Masyithoh Mertasinga
memenuhi buku administrasi tersebut secara Cilacap kepada masyarakat sehingga RA di
berkala. Stakeholders yang terlibat dalam setiap tahunnya mendapatkan perolehan
proses penggalian pembiayaan tersebut antara peserta didik barunya semakin meningkat, citra
lain kepala RA, pengurus, dan komite sekolah. RA di masyarakat pun semakin positif, ini
Proses pembiayaan dari berbagai sumber membuktikan bahwa masyarakat menaruh
diterima oleh bagian administrasi sekolah atau kepercayaan kepada pihak RA bahwa para
bendahara kemudian dicatat dalam buku kas guru bisa menyelenggarakan layanan PAUD
penerimaan. secara prima.
182 WIYANI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Proses pengeluaran biaya kegiatan PAUD di wali murid menjadikannya memiliki komitmen
RA Masyithoh Mertasinga Cilacap sudah bersama untuk memenuhi besaran anggaran
berlangsung sesuai dengan mekanisme. Faktor yang telah ditentukannya sendiri. Ketiga,
yang menjadikan proses pengeluaran keterlibatan wali murid dalam penyusunan
berlangsung sesuai dengan mekanisme adalah maupun pemenuhan anggaran telah
karena anggaran yang dikeluarkan sesuai menjadikannya terlibat dalam penyelenggaraan
dengan RAB yang telah disepakati bersama. layanan sesuai dengan posisi dan
Kemudian laporan penggunaan anggaran kapasitasnya. Keempat, keterlibatan wali murid
disusun setelah kegiatan selesai dilaksanakan. dalam menyelenggarakan layanan PAUD
Stakeholdes yang menyusunnya yaitu kepala memunculkan rasa saling memiliki terhadap RA
RA dan bagian administrasi RA. Kepala RA sehingga muncul loyalitas pada mereka.
menjadi pihak yang menyampaikan laporan
keuangannya. Loyalitas membuat wali murid menjadi “iklan
berjalan”. Rasa saling memiliki muncul karena
Proses pelaporan berlangsung saat ada wali murid mendapatkan kepuasan dari layanan
pertemuan wali murid melalui rapat-rapat formal PAUD. Kepuasan yang didapat menghasilkan
yang dihadiri oleh komite sekolah dan pengurus citra yang positif pada lembaga (Qomariah,
(Sulastri, 2019). Laporan disampaikan kepada 2012). Kelima, layanan prima telah membuat
pengurus, komite dan wali murid. Pihak-pihak RA mengalami pengembangan kelembagaan.
tersebut merespons dengan baik laporan yang Eksistensi suatu lembaga akan dipengaruhi
disampaikan. Para stakeholders menerima oleh kemampuannya dalam menyelenggarakan
dengan baik sambil meneliti arus pemasukan layanan pendidikan yang prima (Cheng, 2014).
dan pengeluarannya. Feedback yang diberikan
oleh para stakeholders kepada kepala RA Penciptaan layanan prima dalam
adalah meminta kepada pihak RA agar penyelenggaraan PAUD dilakukan dengan
konsisten dalam menyelenggarakan layanan memenuhi keinginan dan kebutuhan serta
PAUD yang sesuai dengan keinginan, merespons keluhan-keluhan dari wali murid.
kebutuhan, dan harapan wali murid. Pihak RA Ketiganya merupakan bagian dari orientasi
Masyithoh Mertasinga Cilacap menindaklanjuti pasar yang harus diperhatikan dan dipenuhi
feedback tersebut dengan berusaha oleh organisasi (Murillo, Pimenta, Hilletofth, &
memaksimalkan sumber daya yang ada agar Reitsma, 2019). Pemenuhan dan respons
semua kegiatan dapat berjalan dengan baik. tersebut ditunjukkan oleh pihak RA Masyithoh
Mertasinga Cilacap dengan menyelenggarakan
Kemudian faktor yang memudahkan kepala RA berbagai kegiatan. Pihak RA yakin ketika
dalam melakukan pelaporan pembiayaan kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara
PAUD adalah adanya partisipasi dari wali optimal maka keinginan, kebutuhan, dan
murid, komite dan pengurus sebagai pendengar keluhan dari wali murid akan terpenuhi.
setia dan ikut mengoreksi laporan keuangan Pemenuhan tersebut dipengaruhi oleh kualitas
yang dibuat. Hal itu menjadikan laporan yang pelayanan dan biaya yang digunakan dalam
disusun benar-benar disusun dengan menyelenggarakan pelayanan (Adil, 2016).
mengakomodir semua pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan layanan PAUD. Hal Pihak RA pun menyadari bahwa untuk
yang menyulitkan dalam melakukan pelaporan melaksanakan layanan kegiatan tersebut
pembiayaan PAUD adalah ketika terjadi dibutuhkan biaya. Berdasarkan hal itu maka
kekurangan anggaran yang menyebabkan kegiatan penyusunan RAB dilakukan
ketidaksesuaian antara rencana dengan berdasarkan perkiraan biaya pada setiap
laporan dan tentu ini menjadi hal yang tidak kegiatan. Inilah yang disebut dengan metode
diharapkan untuk terjadi. Activity Based Costing (ABC) dalam praktek
manajemen pembiayaan PAUD. Hal menarik
PEMBAHASAN yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa
pihak RA melibatkan wali murid yang tergabung
Tujuan yang telah ditetapkan dalam dalam kepengurusan komite sekolah untuk
menciptakan layanan PAUD prima prima telah merancang besaran biaya pada setiap
tercapai. Lembaga menerima banyak manfaat kegiatan. Ini berarti selain wali murid memiliki
dari ketercapaian tersebut. Ada lima manfaat kewenangan menyusun anggaran, wali murid
yang didapat oleh RA Masyithoh Mertasinga juga memiliki kewenangan untuk mengajukan
Cilacap. Pertama, mendapatkan dukungan kegiatan-kegiatan PAUD. Pelibatan wali murid
materi dari masyarakat dalam penyelenggaraan sebagai konsumen pendidikan dalam
layanan. Kedua, penganggaran untuk penyusunan anggaran dapat mendorong
penyelenggaraan layanan yang disusun oleh mereka untuk terlibat secara aktif pula dalam
Vol. 13, 2020 PENERAPAN PRAKTIK ACTIVITY BASED COSTING 183

pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan kegiatan pembelajaran yang kreatif. Selain,
oleh lembaga (Manaroinsong, 2014). pimpinan di lembaga pendidikan juga harus
mampu memotivasi para guru untuk bekerja
Fokus utama Activity Based Costing (ABC) secara produktif sehingga setiap target pada
adalah kegiatan. Identifikasi terhadap biaya setiap kegiatan dapat tercapai. Guru dapat
pendidikan didasari oleh identifikasi terhadap melakukannya manakala memiliki kompetensi
kegiatan. Dalam praktiknya, Activity Based pedagogi, profesional, sosial, dan kepribadian
Costing (ABC) merupakan salah satu metode (Machali, 2019). Kompetensi yang dimiliki oleh
manajemen pembiayaan yang menerapkan para guru di suatu lembaga pendidikan akan
konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menjadikan lembaga pendidikan memiliki
menghasilkan perhitungan harga pokok dalam kapasitas atau kemampuan yang jelas dalam
layanan PAUD secara lebih akurat. Keakuratan upaya perbaikan lembaga secara berkelanjutan
berimplikasi pada ketersediaan anggaran yang (Sukaningtyas, 2017). Untuk membentuk
memadai untuk melaksanakan kegiatan. seorang guru profesional dan berkompetensi
Seluruh kegiatan pun dapat dilaksanakan diperlukan pembinaan yang baik kepada guru
secara efektif dan efisien karena faktor yang dilakukan oleh kepala RA.
ketersediaan anggaran (Zainuddin & Isa, 2019).
Efektivitas dan efisiensi kegiatan-kegiatan Ketiga, kebesaran hati kepala RA dan guru
dapat mengarah pada pencapaian orientasi untuk memposisikan diri sebagai “pelayan” bagi
pasar pada wali murid terkait dengan layanan konsumen. Upaya yang dilakukan adalah
PAUD yang diselenggarakan. Namun dengan mendengarkan apa yang diinginkan,
sayangnya di balik keberhasilan RA Masyithoh apa yang dibutuhkan, dan apa yang dikeluhkan
Mertasinga Cilacap dalam menciptakan oleh konsumen. Kemudian memenuhinya
layanan prima belum ada dukungan teknologi. dengan melakukan upaya perbaikan
Hasil penelitian menunjukkan layanan prima berkelanjutan terhadap kegiatan-kegiatan
dapat dicapai secara optimal ketika organisasi pendidikan yang telah dilaksanakan. Upaya
mampu memanfaatkan teknologi (Kulathunga & perbaikan berkelanjutan pada dasarnya
Perera, 2015). merupakan upaya mendesain ulang kualitas
layanan. dengan memperhatikan standar
Ada empat kunci keberhasilan dalam layanan (Wilson, Keni, & Tan, 2019). Layanan
menciptakan layanan prima melalui praktik yang berstandar itulah yang akan menghasilkan
Activity Based Costing (ABC) di RA Masyithoh proses serta hasil pendidikan yang bermutu
Mertasinga Cilacap. Pertama, penerapan (Muhtifah & Muskania, 2019). Keempat, adanya
kepemimpinan demokratis oleh kepala RA. upaya dari pihak RA untuk dapat
Kepemimpinan menjadi faktor yang dapat menyelenggarakan proses pembiayaan PAUD
menentukan eksistensi dan masa depan suatu yang bermutu. Kegiatan pembiayaan PAUD
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan akan dikatakan bermutu jika pengelola lembaga
mampu menyelenggarakan layanan yang baik PAUD mengenal sumber-sumber pembiayaan
dan terbaik ketika pemimpinnya memiliki dengan baik, melakukan pembukaan keuangan
karakter yang kuat, visioner, berani mengambil secara tertib, memiliki pengetahuan dan skill
keputusan strategis serta memimpin dengan yang terkait dengan manajemen pembiayaan
kepemimpinan yang demokratis (Makruf, 2017). yang transparan, efisien, serta akuntabel
Kuatnya kepemimpinan kepala RA akan (Soeharto, 2012).
berkontribusi terhadap peningkatan kinerja
guru. Kinerja guru yang meningkat akan SIMPULAN DAN SARAN
menghasilkan penyelenggaraan layanan PAUD
yang prima (Aguswara & Rachmadtullah, Ada lima langkah yang dilakukan untuk
2017). menciptakan layanan prima dalam
penyelenggaraan PAUD melalui praktik ABC.
Kedua, penguatan kompetensi guru sebagai Kelima langkah tersebut dilakukan secara
SDM utama dalam menyelenggarakan layanan sistematis. Secara garis besar langkah yang
prima. Kepala RA sebagai pemimpin dilakukan untuk menghasilkan layanan PAUD
memberikan kesempatan kepada guru untuk yang prima melalui penerapan praktik ABC
melanjutkan studi S2 serta mengikuti pelatihan yaitu menentukan kebutuhan konsumen,
yang diselenggarakan secara eksternal. menentukan berbagai aktivitas untuk memenuhi
Sebagai seorang supervisor, pimpinan di kebutuhan konsumen, menetapkan anggaran,
lembaga pendidikan harus mampu melayani menggunakan anggaran sesuai dengan
guru untuk mengembangkan kompetensinya kebutuhan pada setiap aktivitas, serta
sehingga ia dapat menjadi guru yang menyusun laporan. Orang tua puas dengan
profesional dan mampu menyelenggarakan
184 WIYANI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

adanya penyelenggaraan layanan PAUD yang Kulathunga, D., & Perera, W. L. M. V. (2015).
prima. Impact of self service technology quality on
customer satisfaction: A case of retail
Ada tiga yang direkomendasikan kepada banks in Western Province in Sri Lanka.
peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan di Gadjah Mada International Journal of
bidang ilmu keluarga dan konsumen. Pertama, Business, 17(1), 1. doi:https://doi.org
penyusunan anggaran dalam penyelenggaraan /10.22146/gamaijb.6147
layanan pendidikan bagi masyarakat
Moleong, L. J. (2012). Metodologi penelitian
seyogyanya dilakukan secara terbuka dengan
memanfaatkan aplikasi e-budgeting. Kedua, kualitatif. Bandung, ID: Rosda.
jenis kebutuhan pada setiap aktivitas yang Machali, I. (2019). Managing quality of learning
diidentifikasi dalam Rencana Anggaran Belanja in islamic schools: An analysis of
(RAB) seyogyanya ditentukan berdasarkan contributing factors for learning toward
kebutuhan dan harapan masyarakat. Ketiga, quality improvement in private islamic
bagi peneliti berikutnya yang hendak mengkaji senior high schools in Yogyakarta. Jurnal
tentang praktik Activity Based Costing (ABC) Pendidikan Islam, 7(2), 317–335.
untuk menciptakan layanan PAUD yang prima doi:https://doi.org/10.14421/jpi.2018.72.31
sebaiknya menghubungkan fokus kajiannya 7-335
dengan praktik kepemimpinan yang diterapkan
oleh pengelola lembaga PAUD. Makruf, I. (2017). Leadership model in
integrated islamic educational institutions.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Pendidikan Islam, 6(2), 331.
doi:https://doi.org/10.14421/jpi.2017.62.33
Adil, A. (2016). Pengaruh kualitas pelayanan 1-348
dan biaya terhadap kepuasan dan loyalitas Maryani. (2019, Agustus). Masalah dan
pasien RSUD Kota Bogor. Jurnal Aplikasi tantangan penyelenggaraan RA di
Manajemen, 14(3), 432–441. doi:https: Kabupaten Cilacap [Recorder].
//doi.org/10.18202/jam23026332.14.3.04
Maryani. (2019a). Rencana anggaran belanja
Adiyanto. (2019, Juli 21). RA berdaya saing di RA Masyithoh Mertasinga Cilacap. RA
Cilacap [Recorder]. Masyithoh Mertasinga Cilacap.
Aguswara, W. W., & Rachmadtullah, R. (2017). Maryani. (2019b). Buku induk siswa. RA
Pengaruh gaya kepemimpinan kepala Masyithoh Mertasinga Cilacap.
sekolah dan iklim organisasi dengan
kinerja guru pendidikan anak usia dini. Maryani. (2019, September 3). Implementasi
JPUD - Jurnal Pendidikan Usia Dini, 11(2), Activity Based Costing (ABC) di RA
369–385. doi:https://doi.org/10.21009/ Masyithoh Mertasinga Cilacap [Recorder].
JPUD.112.14
Miswanto, M., & Angelia, Y. R. (2017). The
Aisyiyah, N., Hartoyo, H., & Krisnatuti, D. influence of service quality and store
(2019). Analisis perilaku komplain atmosphere on customer satisfaction.
konsumen online shopping. Jurnal Ilmu Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Keluarga dan Konsumen, 12(3), 248–259. 19(2), 106–111. doi:https://doi.org/
doi:https://doi.org/10.24156/jikk.2019.12.3. 10.9744/jmk.19.2.106-111
248
Muhtifah, L., & Muskania, R. T. (2019). The
Cheng, B. L. (2014). Service quality and the design on quality system model of FTIK
mediating effect of corporate image on the IAIN Pontianak in SNPT 2015 and QMS
relationship between customer satisfaction ISO 9001:2015. Jurnal Pendidikan Islam,
and customer loyalty in the Malaysian 7(2), 383–404. doi:https://doi.org/10.14421
Hotel Industry. Gadjah Mada International /jpi.2018.72.383-404
Journal of Business, 15(2), 99.
Mukti, Y., & Hendrawan, D. (2018). Early
doi:https://doi.org/10.22146/gamaijb.5474
education matter: The power of child-
Hariandja, E. S., Simatupang, T. M., Nasution, parent attachment quality in predicting
R. A., & Larso, D. (2014). Dynamic child’s executive function. Jurnal Ilmu
marketing and service innovation for Keluarga dan Konsumen, 11(1), 74–83.
service excellence. Gadjah Mada doi:https://doi.org/10.24156/jikk.2018.11.1.
International Journal of Business, 16(2), 74
143. doi:https://doi.org/10.22146
Mulyasa. (2017). Strategi pembelajaran PAUD.
/gamaijb.5461
Bandung, ID: Rosda.
Vol. 13, 2020 PENERAPAN PRAKTIK ACTIVITY BASED COSTING 185

Mulyasana, D. (2015). Pendidikan bermutu dan Sharma, A., & Nandi, S. (2018). A review of
berdaya saing. Bandung, ID: Rosda. behavioral decision making in the
newsvendor problem. Operations and
Murillo, O., Pimenta, A. B., Hilletofth, M. L. P., & Supply Chain Management: An
Reitsma, E. (2019). Achieving market International Journal, 200–2013.
orientation through cross-functional doi:https://doi.org/10.31387/oscm0350214
integration. Operations and Supply Chain
Management: An International Journal, Simangunsong, E. (2019). Factors determining
175–185. doi:https://doi.org/10.31387/ the quality management of higher
oscm0380241 education: A case study at a business
school in indonesia. Jurnal Cakrawala
Fattah, N. (2016). Standar pembiayaan Pendidikan, 38(2), 215–227. doi:https://doi.
pendidikan. Bandung, ID: Rosda. org/10.21831/cp.v38i2.19685
Fattah, N. (2017). Manajemen pembiayaan Soeharto. (2012). Pencapaian standar nasional
pendidikan: Berbasis aktivitas pendidikan di sekolah menengah kejuruan
pembelajaran. Bandung, ID: Rosda. Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Fattah, N., & Gautama, B. P. (2017). Cakrawala Pendidikan, 1. doi:https://doi.
Penerapan biaya pendidikan berbasis org/10.21831/cp.v0i1.1464
activity-based costing dalam meningkatkan Sugiyono. (2010). Metode penelitan kuantitatif,
mutu pendidikan di perguruan tinggi: Studi kualitatif dan R & D. Jakarta, ID: Alfabeta.
kasus di Universitas Pendidikan Indonesia.
2(1), 19–32. doi:https://doi.org/10.17509/ Sukaningtyas, D. (2017). Pengembangan
mimbardik.v2i1.6020 kapasitas manajemen sekolah dalam
membangun pemahaman visi dan misi.
Oji, F. (2015). Desain model manajemen Jurnal Cakrawala Pendidikan, 36(2).
pemasaran berbasis layanan jasa doi:https://doi.org/10.21831/cp.v36i2.1184
pendidikan pada MTs Swasta Se-Kota 4
Semarang. Nadwa, 9(1), 69.
doi:https://doi.org/10.21580/nw.2015.9.1.5 Sukendar, A., Usman, H., & Jabar, C. S. A.
22 (2019). Teaching, loving, caring (asah-
asih-asuh) and semi-military education on
Pardede, E. N., Supena, A., & Fahrurrozi, F. character education management. Jurnal
(2018). Hubungan kelekatan orang tua dan Cakrawala Pendidikan, 38(2), 292–304.
regulasi diri dengan kemampuan sosial doi:https://doi.org/10.21831/cp.v38i2.2445
anak. JPUD - Jurnal Pendidikan Usia Dini, 2
12(1), 37–50. doi:https://doi.org/10.21009//
JPUD.121.04 Sulastri. (2019, September 11). Pelaporan
kegiatan RA Masyihoh Mertasinga Cilacap
Ramdhani, H. S., Daryanto, A., & Rifin, A. [Recorder].
(2015). Kepuasan sebagai variabel antara
kualitas produk, kualitas pelayanan, dan Supriyanto, A. (2015). Implementasi total
persepsi nilai terhadap loyalitas konsumen quality management dalam sistem
pada restoran baru. Jurnal Ilmu Keluarga manajemen mutu pembelajaran di institusi
dan Konsumen, 8(2), 115–124. pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
doi:https://doi.org/10.24156/jikk.2015.8.2.1 1(1). doi:https://doi.org/10.21831/
15 cp.v1i1.4188
Rangkuti, F. (2017). Customer care excellence: Wandani, D., & Simanjuntak, M. (2019).
Meningkatkan kinerja perusahaan melalui Kepribadian, motivasi, dan perilaku
pelayanan prima. Jakarta, ID: Gramedia. komplain berdasarkan suku. Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen, 12(3), 236–247.
Risaldy, S. (2014). Manajemen pengelolaan doi:https://doi.org/10.24156/jikk.2019.12.3.
sekolah anak usia dini. Jakarta, ID: 236
Luxima.
Wilson, N., Keni, K., & Tan, P. H. P. (2019).
Riyadi, S., Hermawan, A., & Sumarwan, U. The effect of website design quality and
(2015). Kepuasan masyarakat terhadap service quality toward repurchase intention
kualitas pelayanan kantor pertanahan in the e-commerce industry: A cross-
Kabupaten Indramayu. Jurnal Ilmu continental analysis. Gadjah Mada
Keluarga dan Konsumen, 8(1), 49–58. International Journal of Business, 21(2),
doi:https://doi.org/10.24156/jikk.2015.8.1.4 187. doi:https://doi.org/10.22146/
9 gamaijb.33665
186 WIYANI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Yuniawan, A. (2011). Evaluasi orientasi layanan Zainuddin, S., & Isa, C. R. (2019). Workplace
sebagai bagian dari budaya organisasi dan fairness, information sharing and
efeknya terhadap kinerja organisasi. Jurnal employee performance in a budget setting:
Manajemen dan Kewirausahaan, 13(1), An empirical study. Gadjah Mada
46–60. doi:https://doi.org/10.9744 International Journal of Business, 21(2),
/jmk.13.1.46-60 135. doi:https://doi.org/10.22146/
gamaijb.31133

Anda mungkin juga menyukai