Anda di halaman 1dari 21

Standar Nasional Pendidikan (SNP) dengan Penekanan Pada Standar

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dan Standar Pengelolaan


(Manajemen Kepegawaian-Pengadaan, Pembinaan dan Pemberitahuan)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Lustani Samosir, M.Pd.

Disusun Oleh Kel 5 :

Lidya Irmayani Manurung (190101039)

Lestari Edelina Aritonang (190101010)

Leo Putra Nahampun (190101021)

MATA KULIAH : Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

GRUP : A/4

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG


2020/2021
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II

PEMBAHASAN
A. Standar Nasional Pendidikan (SNP)
B. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
C. Standar Pengelolaan
D. Tujuan Dan Fungsi MPDBS
E. Manajemen Pemberitahuan Sarana dan Prasarana Pendidikan
F. Manajemen Kesiswaan
G. Manajemen keuangan dan pembiayaan

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang “Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Dengan Penekanan Pasa Standar Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan
Dan Standar Pengelolaan (Manajemen Kepegawaian-Pengadaan, Pembinaan Dan
Pemberitahuan”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen
mata Kuliah Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Ibu Dr. Lustani Samosir, M.Pd.
Makalah ini ditulis dari penyusunan materi-materi yang kami peroleh dari buku panduan
yang berkaitan dengan Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, tidak lupa mengucapkan
terimah kasih kepada pengajar mata kuliah Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca guna untuk kesempurnaan makalah ini.

Tarutung, Februari 2023

Kelompok V
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara Sosiologi, peserta didik memiliki kenyaman-kenyaman. Kenyamanan-
kenyamanan itu dapat ditangkap dari kenyataan bahwa mereka sama-sama anak
manusia. Oleh karena itu, para peserta didik memiliki kenyamanan-kenyamanan unsur
kemanusiaan. Fakta menunjukkan bahwa tidak ada anak pun yang lebih manusiawi
dibandingkan dengan anak lainnya, dan tidak ada anak yang kurang manusia
dibandingkan dengan anak yang lainnya. Adanya kesamaan kesamaan yang dipunyai
anak inilah yang melahirkan konsekuensi yang sama atas hak-hak yang mereka miliki.
Di antara hak-hak tersebut, yang juga tidak kalah pentingnya adalah hak untuk
mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Penawaran hak-hak yang dimiliki
oleh anak, yang kemudian saya lahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem
persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksenkan
kepada kenyamanan-kenyamanan yang dimiliki oleh anak. Pendidikan melalui sistem
schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat
individual. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sistem schooling memang
lebih memberi porsi bagi layanan atas kenyamanan dibandingkan layanan atas per
bedaan. Meskipun demikian, layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kenyamanan
anak ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan
psikologis mengenai anak.
Walaupun anak-anak manusia tersebut diyakini mempunyai kesamaan-
kesamaan, ternyata jika dilihat lebih jauh sebenarnya berbeda. Pandangan ini
kemudian menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa di dunia ini tak ada dua
anak atau lebih yang benar-benar sama. Dua anak atau lebih yang terlihat sama pun,
misalnya saja kembar, pada hakikatnya berbeda. Oleh karena berbeda, layanan-
layanan pendidikan yang mereka butuhkan juga berbeda. Layanan atas kesamaan
yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai
tanggapannya kemudian diselip kan layanan - layanan yang berbeda dengan sistem
schooling Adanya tuntutan untuk memberikan pelayanan yang sama dan berbeda
itulah yang melahirkan pemikiran pentingnya pengaturan. MBS adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengatur bagai mana agar tuntutan dua macam layanan tersebut
dapat dipenuhi di sekolah. Peserta didik yang menerima layanan yang berbeda dan
sama keduanya diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya. Sebagai akibat adanya perbedaan bawaan peserta didik,
maka akan ada peserta didik yang lambat dan ada yang cepat perkembangannya.
Kompetisi yang sehat akan memungkinkan jika ada usaha dan kegiatan manajemen
melalui MBS. Demikian juga peserta didik yang bermasalah sebagai akibat dari
adanya kompetisi akan dapat ditangani dengan baik, manakala MBS-nya baik. Dalam
upaya mengembangkan diri tersebut, ada banyak kebutuhan yang sering kali tarik-
menarik dalam hal pemenuhan prioritasnya. Di satu sisi, para peserta didik ingin
sukses dalam hal prestasi akademiknya, di sisi lain ia ingin sukses dalam hal
sosialisasi dengan sebayanya. Apalagi bukan itu saja, dalam hal mengejar keduanya,
ia ingin selalu berada dalam keadaan sejahtera. Pilihan-pilihan yang tepat di atas
ketiga hal yang sama-sama menarik tersebut , tidak jarang menimbulkan masalah bagi
para peserta didik. Oleh karena itu diperlukan layanan tertentu yang dikelola dengan
baik. MBS berupaya mengisi kebutuhan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) ?
2. Bagaimana Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ?
3. Apa saja Tujuan Dan Fungsi MPDBS ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Standar Nasional Pendidikan (SNP)


Standar Pendidikan di Indonesia diselenggarakan oleh satuan pendidikan
dengan mengacu pada delapan Standar Pendidikan Nasional (SNP). Standar tersebut
adalah standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pengelolaan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar evaluasi, standar pembiayaan,
standar sarana dan prasarana. Kedelapan standar harus dicapai dalam
penyelenggaraan pendidikan pada setiap satuan pendidikan. Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya ternyata terdapat banyak masalah yang dihadapi. Contohnya saja,
persoalan sarana dan prasarana yang tidak layak. satu dari enam ruang kelas Sekolah
Dasar rusak.
Salah satu acuan untuk menilai seberapa jauh angka mutu penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia adalah melalui akreditasi sekolah. Berdasarkan data yang
diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), antara
tahun 2014 sampai 2017 capaian akreditasi dengan nilai capaian minimal terakreditasi
“B” SD 84%, SMP 81%, SMA 85%, SMK 65%. Hal tersebut menunjukkan masih
terdapat banyak sekolah yang berada di bawah standar minimal, terutama untuk
tingkat SMK yang masih rendah, 35% Sekolah SMK memiliki nilai di bawah standar.
Menurut BSNP, mutu pendidikan dasar dan menengah di Indonesia belum seperti
yang diharapkan. Hasil pemetaan mutu pendidikan secara nasional pada tahun 2014
menunjukkan hanya sekitar 16% satuan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional
Pendididkan (SNP). Artinya sebagian besar satuan pendidikan belum memenuhi SNP,
bahkan ada satuan pendidikan yang masih belum memenuhi Standar Pelayanan
Minimal (SPM) (Dokumen Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendididikan
Dasar dan Menengah. Direktorat Jenderal Pendididikan Dasar dan Menengah Tahun
2016). Kondisi seperti ini perlu dicermati dan kemudian dilakukan pembenahan.
Dalam hal tersebut di atas, standar menjadi patokan dalam menentukan acuan
penyelenggaraan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan. Penyelenggaraan
pendidikan bukan hanya terbatas pada terselenggaranya pendidikan tetapi lebih pada
pendidikan yang bermutu.
Pendidikan di Indonesia telah disusun dalam Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, karena SNP merupakan kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. SNP ditetapkan
pemerintah dan harus dipenuhi oleh satuan pendidikan serta semua pemangku
kepentingan dalam mengelola dan menyelenggarakan pendidikan. Terdapat alasan
mengapa standar nasional pendidikan diperlukan di Indonesia yaitu pertama,
Indonesia sebagai negara berkembang di mana, komitmen pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam mengeluarkan dana pendidikan masih sangat minim. Kedua,
sebagai negara kesatuan diperlukan suatu penilaian dari sistem kinerja Sisdiknas.
Ketiga, Indonesia sebagai anggota masyarakat global berada dalam pergaulan
bersama negara lainnya agar dapat dilihat kebutuhan akan sumber daya manusia yang
dapat bersaing dengan negara lain sehingga kualitas pendidikan menjadi indikator
mutlak yang harus dipenuhi. Keempat, fungsi SNP untuk melakukan pengukuran
kualitas pendidikan, dengan adanya standar yang bukan merupakan ukuran yang statis
akan tetapi akan terus meningkat. Kelima, fungsi standar adalah untuk pemetaan
masalah pendidikan. Keenam, fungsi SNP dalam rangka menyusun strategi dan
rencana pengembangan setelah diperoleh data dari evaluasi belajar (Tilaar, 2012: 106-
109). Pentingnya standar untuk menjadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional menjadi suatu hal yang harus dipenuhi. SNP berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu, SNP juga bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.

B. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan
prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan PP nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan). Pendidik adalah guru sebagai pemegang peran
penting dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan tenaga kependidikan pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah terdiri dari pengawas sekolah, kepala sekolah, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga laboratorium. Standar pendidik dan
tenaga kependidikan tertuang dalam berbagai peraturan diantaranya:
a) Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas yaitu kompetensi kepribadan,
supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan
pengembangan, serta kompetensi sosial.
b) Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi
kepribadan, manajerial, kewirausahaan, supervisi, serta sosial.
c) Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Standar Guru yang berisikan mengenai
kualifikasi serta standar kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
d) Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/ Madrasah yang berisikan mengenai kualifikasi serta standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah yaitu
kompetensi kepribadian, sosial, teknis, dan manajerial.
e) Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/ Madrasah yang berisikan kualifikasi serta standar kompetensi yang
harus dimiliki tenaga perpustakaan yaitu kompetensi manajerial, pengelolaan
informasi, kependidikan, kepribadian, sosial, serta pengembagan profesi.
f) Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah tenaga laboratorium harus memliki kualifikasi akademik
yang sesuai serta empat kompetensi utama yaitu kompetensi kepribadian,
sosial, administratif, dan profesional.

Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peran penting dalam proses pendidikan, guru
berada di garda terdepan pendidikan karena berhadapan langsung dengan peserta didik.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Kusnandar, 2009: 54).
Sebagai sebuah profesi terdapat kompetensi yang melekat pada guru. Kompetensi guru
merupakan seperangkat penguasaan dan kemampuan yang harus ada dalam diri guru
dapat mewujudkan kinerjanya secara efektif tepat dan efektif. Guru yang memiliki
kompetensi akan dengan mudah menjalankan pendidikan bukan hanya berkualitas tetapi
juga tepat. Begitupun dengan tenaga kependidikan adalah bagian penting dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan dalam perannya baik itu dalam hal
pengawasan, pengelolaan, administrasi serta tugas teknis lainnya. Pendidik dan tenaga
kependidikan masing-masing memiliki peran dan tugas yang saling terkait satu dan
lainnya serta saling mendukung. Pendidik dan tenaga kependidikan berperan penting
dalam menciptakan lingkungan dan masyarakat belajar di satuan pendidikan.

kondisi saling lempar tanggung jawab ini yg terpantau oleh pemerintah pusat,
sehingga diterbitkanlah Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 wacana baku
Nasional Pendidikan dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengisyaratkan
agar sekolah menerapkan Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah yang tak jarang
dikenal menggunakan MBS. Penerapan MBS ini hasruslah memenuhi 8 (delapan) standar
nasional pendidikan (SNP), yakni:

1. Standar isi;
2. Standar proses;
3. Standar kompetensi lulusan;
4. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
5. Standar sarana dan prasarana;
6. Standar pengelolaan;
7. Standar pembiayaan;
8. Standar penilaian pendidikan.

Perbedaan manajemen dalam pengelolaan sekolah akan menghasilkan mutu lulusan


yang berbeda juga. Kajian mutu lulusan bukan hanya dilihat dari nilai UN, melainkan
karakter yang dimiliki oleh lulusan suatu sekolah mulai dari kematangan sikap
kepribadian dan sosial, penguasaan pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki
menjadi bahan life skill bagi siswa untuk mampu memperjuangkan kelangsungan
hidupnya pada masa yang akan dihadapinya nanti, realita ini yang menjadi tolak ukur
sesungguhnya. Sekolah swasta dan sekolah negeri pada prinsipnya sama-sama memiliki
kelebihan dan kekurangan, akan tetapi tetap saja perbedaan mutu lulusan menjadi ukuran
keberhasilan suatu manajemen sekolah yang dipandang oleh masyarakat pada umumnya.
Sekolah swasta dengan leluasa untuk menyeleksi siswa yang benar-benar berkompeten
untuk memperoleh mentalitas yang siap untuk berkompetisi baik dalam lingkungan
sekolahnya maupun di luar sekolahnya, karena mereka pada umumnya sudah dibiasakan
berkompetisi secara jujur dan mengutamakan kualitas. Kondisi ini akan memberikan
dampak yang jauh lebih baik, ketimbang dampak lulus 100% dengan nilai tertinggi tapi
berkompetisi secara curang dan tidak jujur.

C. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Pengaturan mengenai
standar pengelolaan tertuang dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan yang meliputi perencanaan program, pelaksanaan
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah/madrasah, sistem
informasi manajemen, serta penilaian khusus yaitu keberadaan sekolah/madrasah
yang pengelolaannya tidak mengacu kepada SNP dapat memperoleh pengakuan
pemerintah atas dasar rekomendasi BSNP.

D. Tujuan Dan Fungsi MBS


Tujuan umum MBS adalah mengatur kegiatan - kegiatan peserta didik agar
kegiatan - kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Lebih
lanjut lagi, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur
sehingga dapat memberikan kontribusi bagi tujuan tujuan sekolah dan tujuan
pendidika secara keseluruhan Tujuan khusus MBS adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan
minat peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peser ta didik .

Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat


mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan
baik dan mencapai cita-cita mereka. Fungsi MBS secara umum adalah sebagai
wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhannya
dan potensi peserta didik lainnya.
1. Fungsi MBS secara khusus dirumuskan sebagai berikut Fungsi yang
berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, adalah agar
mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa
banyak hambatan. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi kemampuan
umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik
adalah agar peserta didik dapat mengadakan sosia lisasi dengan sebayanya,
orang tua dan keluarganya, lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan
sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakikat peserta didik
sebagai makhluk sosial.
3. Fungsi yang berkenaan dengan aspirasi dan harapan peserta didik adalah
agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi,
kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan. Oleh
karena itu ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta
didik secara keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
peserta didik adalah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.
Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia juga
akan ikut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

Manajemen Tenaga Kependidikan Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh


keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di
sekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat melalui
aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern dilakukan dengan
meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja Manajemen tenaga kependidikan atau
manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga
kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun
tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu , fungsi personalia
yang harus dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan
memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai
posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga
kependidikan, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi. Manajemen tenaga
kependidikan (guru dan personel) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan
pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5)
pember hentian pegawai, (6) pengadaan, dan (7) penilaian pegawai.
Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan
dapat tercapai, yakni tersedianya tenaga pendidikan yang diperlu kan dengan
kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan
baik dan berkualitas. Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan
kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan
masa depan. Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan
informasi yang lengkap dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan
dalam organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis
pekerjaan (analisis pekerjaan) dan analisis jabatan untuk mendapatkan deskripsi
pekerjaan (gambaran tentang tugas-tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan).
Informasi ini sangat membantu dalam menentukan jumlah pegawai yang diperlukan,
dan juga untuk menghasilkan spesifikas pekerjaan (spesifikasi pekerjaan) Spesifikasi
jabatan ini memberi gambaran tentang kualitas pegawai minimum yang dapat
diterima dan yang perlu untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana mestinya.
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada
suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang
sesuai dengan kebutuhan, dilakukan kegiatan perekrutan, yaitu usaha untuk mencari
dan mendapatkan calon-calon pegawai yang memenuhi persyaratan sebanyak
mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan mampu Untuk kepentingan
tersebut perlu dilakukan seleksi, melalui ujian lisan, tulisan, dan praktek. Namun ada
kalanya, pada suatu organisasi, pengadaan pegawai dapat didatangkan secara magang
atau dari dalam organisasi saja, apakah melaui promosi atau mutasi. Hal tersebut
dilakukan apabila lowongan yang sedikit kosong, sementara pada bagian lain ada
kelebihan pegawai atau memang sudah dipersiapkan. Organisasi selalu menginginkan
agar personel-personelnya melaksanakan tugas secara optimal dan menutupi
kemampuannya untuk kepentingan organisasi, serta bekerja lebih baik dari hari ke
hari. Di samping itu, pegawai itu sendiri, sebagai manusia, juga membutuhkan
peningkatan dan perbaikan pada dirinya termasuk dalam pekerjaannya. Hubungan
dengan itu, fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelo
laan personil yang mutlak diperlukan, untuk memperbaiki, menjaga, dan
meningkatkan kinerja pegawai. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job
training dan in service training Kegiatan pem binaan dan pengembangan ini tidak
hanya menyangkut aspek ke mampuan, tetapi juga menyangkut pegawai karier.
Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang akan diterima, kegiatan
selanjutnya adalah mengusahakan agar calon pegawai tersebut menjadi gota
organisasi yang sah sehingga mempunyai hak dan kewajiban sebagai anggota
organisasi atau lembaga. Di Indonesia, untuk pegawai negeri sipil, promosi atau
pengangkatan pertama biasanya diangkat sebagai calon PNS de ngan masa percobaan
satu atau dua tahun, kemudian ia mengikuti latihan prajabatan, dan setelah lulus
diangkat menjadi pegawai negeri sipil penuh. Setelah pegawai, kegiatan yang
diikutinya adalah penempatan atau penugasan. Dalam penempatan atau penugasan ini
diusahakan adanya kongruensi yang tinggi antara tugas yang menjadi tanggung jawab
pegawai dengan karak teristik pegawai. Untuk mencapai tingkat kongruensi yang
tinggi dan membantu personel supaya benar-benar siap secara fisik dan mental untuk
melaksanakan tugas-tugas, perlu dilakukan fungsi orientasi, baik sebelum atau
sesudah penempatan. Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang
menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban
sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai Untuk selanjutnya mungkin
masing-masing pihak terikat dalam perjanjian dan ketentuan sebagai bekas pegawai
dan bekas lembaga tempat kerja. Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan di
sekolah, khususnya pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai ini
dapat dibebankan ke dalam tiga jenis :
( 1) pemberhentian atas permohonan itu sendiri,
(2) pemberhentian oleh dinas atau pemerintah, dan
(3) pemberhentian sebab lain-lain.
Pemberhentian atas pemohon pegawai sendiri, misalnya, karena pindah
lapangan pekerjaan yang bertujuan memperbaiki dengan beberapa alasan berikut :
Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah dapat dilakukan
1. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki
2. Pegawai atau organisasi penyederhanaan, kemampuan untuk
melaksanakan tugas-pekerjaan dengan baik,
3. Pegawai, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak
pensiun harus diberhentikan dalam jangka waktu satu tahun kan
pekerjaannya dengan baik.
4. Tidak sehat jasmani dan rohani.
5. Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau
kurungan.
6. Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil.

Sementara berhenti karena alasan lain adalah pegawai yang bersangkutan meninggal
dunia, hilang, habis menjalani cuti di luar tanggungan negara dan tidak melaporkan diri
kepada yang berwenang, serta telah mencapai batas usia pensiun. Kompensasi adalah balas
jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai , yang dapat dinilai dengan uang dan memiliki
kecende rungan yang diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi, selain dalam bentuk
gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lain-lain. Masalah
masalahnya merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi manajemen.

Dikatakan menantang karena ketidakseimbangan oleh para pekerja tidak lagi dipandang
semata mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya. Akan tetapi sudah dikaitkan dengan
harkat dan martabat manusia. Sebaliknya, organisasi cenderung melihat sebagai beban yang
harus diambil oleh organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran.
Dalam mengembangkan dan menerapkan suatu sistem ketidakseimbangan tertentu,
kepentingan organisasi dan para pekerja perlu diperhitungkan. Untuk melaksanakan fungsi -
fungsi yang dikemukakan terdahulu, diperlukan sistem penilaian pegawai secara obyektif dan
akurat Penilaian tenaga kependidikan ini berfokus pada prestasi individu dan peran serta
dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi
pegawai itu sendiri. Bagi para pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal,
seperti kemampuan, keletihan, kekurangan, dan potensi yang pada konversi bermanfaat untuk
menentukan tujua, jalur, rencana, dan pengembangan karir Bagi sekolah, hasil penilaian
prestasi tenaga kerja tenaga kependidikan sangat penting dalam pengambilan keputusan
berbagai hal, seperti bantuan kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan,
pengenalan, penempatan, promosi, ketidakseimbangan sistem, dan aspek lain dari
keseluruhan proses efektif sumber daya manusia secara. Tugas kepala sekolah dalam
kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena
tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga
kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk
mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan seperti daftar absensi, daftar urut
kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, dan kandute pegawai untuk
membantu kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya .
E. Manajemen Pemberitahuan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung


didistribusikan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti
gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud
dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung mendukung proses
pendidikan atau pengajaran. seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah,
tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman
sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga,
komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Manajemen sarana dan prasarana
pendidikan bertugas meng atur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada pengadaan proses pendidikan
Kegiatan pengelolaan ini mencakup kegiatan dan penghapusan serta penataan perencanaan,
pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, sarana Manajemen dan infrastruktur
yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga
menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di
sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat atau fasilitas belajar yang memadai
secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai
pengajar maupun murid sebagai pelajar.

F. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah satu
bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan ke luarnya peserta
didik tersebut dari suatu sekolah Manajemen kesiswaan tidak hanya mencatat data peserta
didik, tetapi juga mencakup aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu
upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan
agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai
tujuan pendidikan sekolah Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan
sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru,
kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan Liga tugas
utama tersebut Sutisna (1985) menjabarkan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola
bidang kesiswaan ber kaitan dengan hal-hal berikut :

1. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu.


2. Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukkan murid ke kelas dan program studi.
3. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar.
4. Program supervisi bagi murid yang memiliki kelainan, seperti pengajaran, perbaikan,
dan pengajaran luar biasa, pengendalian disiplin murid.
5. Program bimbingan dan penyuluhan.
6. Program kesehatan dan keamanan.
7. Penyesuaian pribadi, sosial, dan penerimaan emosional siswa baru perlu dikelola
sedemikian rupa mulai dari perencanaan penataan daya tampung sekolah atau jumlah
siswa baru yang akan diterima, yaitu dengan mengurangi daya tampung dengan
jumlah anak yang tinggal kelas atau mengulang. Kegiatan penerimaan siswa baru
biasanya dikelola oleh panitia penerimaan siswa baru (PSB) atau panitia penerimaan
murid baru (PMB).

Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang
guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut. Setelah para siswa diterima lalu
dilakukan penge siap untuk mengikuti pendidikan di sekolah. Kelompokan dan orientasi
sehingga secara fisik, mental dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan di sekolah
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memer lukan data yang autentik,
dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan
mengontrol keberhasilan prestasi atau kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di
sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada orang
tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing
anaknya belajar, baik di rumah maupun di sekolah, Tujuan pendidikan tidak hanya untuk
mengembangkan pengeta huan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial
emosi onal, di samping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung
jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun
sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang
peserta didik. Untuk itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan
kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku
presensi siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku berita, dan sebagainya .

G. Manajemen keuangan dan pembiayaan

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung
meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya pendidikan hal tersebut lebih terasa lagi
dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam penyelenggaraan
pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen
keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupa kan komponen produksi yang
menentukan terselenggaranya kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bersama
komponen komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah
memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari. komponen keuangan dan
pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini
penting, terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewe nangan kepada sekolah
untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu berhadapan pada
masalah keterbatasan dana, apa lagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini Sumber
keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat pulih atas tiga
sumber, yaitu :

1) Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang


bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan
2) Orang tua atau peserta didik
3) Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.

Berkaitan dengan pene rimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan
dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional 1989 bahwa karena keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebu tuhan dana pendidikan, tanggung jawab
atas pemenuhan kebu tuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, dan orang tua Adapun dimensi penge luaran meliputi biaya rutin
dan biaya pembangunan.
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji
pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung,
fasilitas, dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Sementara biaya
pembangunan, misalnya, biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan
gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta biaya atau pengeluaran
lain untuk barang-barang yang tidak habis pakai. Dalam rangka implementasi MBS,
jemen mana komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai dari
tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan tanggung jawab sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan
secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Tugas manajemen keuangan dapat dibagi tiga fase, yaitu
perencanaan keuangan, implementasi, dan evaluasi. Jones (1985) mengemukakan
perencanaan keuangan yang disebut budgeting, merupakan kegiatan mengkoordinasikan
semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara
sistematis tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan. Implementation involues
accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat
dan kemungkinan terjadi evaluasi terhadap penyesuaian sasaran penyesuaian jika
diperlukan Evaluasi melibatkan proses Komponen utama manajemen keuangan meliputi,

1) Prosedur anggaran keuangan


2) Prosedur akuntansi keuangan
3) Pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian
4) Prosedur investasi, dan
5) Prosedur pengepungan Dalam pelaksanaannya.

Manajemen keuangan ini dibentuk sebagai pemisahan tugas antara fungsi otorisato,
ordonator dan bendasarkan Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk
mengambil tindakan yang memberikan penerimaan dan pengeluaran anggaran Ordonator
adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan perintah pembayaran atas segala
tindakan yang dilakukan berdasarkan oto risasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan
adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang
atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta dimintaakan membuat
perhitungan dan pertanggungjawaban. Kepala sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai
otorisator, dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak
dibenarkan melaksnakan fungsi bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan
ke dalam Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan, juga
dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.

H. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung


didistribusikan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti
gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud
dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung mendukung proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah,
tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman
sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga,
komponen tersebut merupakan sarana pendidikan Manajemen sarana dan prasarana
pendidikan bertugas meng atur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada manajemen proses pendidikan
Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan,
penyimpanan inventarisasi, dan pembersihan serta penataan. Manajemen sarana dan
prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga
tercipta kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah.
Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat atau fasilitas belajar yang memadai secara
kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar
maupun murid sebagai pelajar .
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan merupakan sektor penting pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara.


Program pendidikan sering kali menjadi program unggulan setiap pergantian masa
pemerintahan. Upaya pencapaian pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara
Indonesia terus dilakukan. Namun tugas bidang pendidikan tidak hanya pada pencapaian
kuantitas pendidikan, akan tetapi juga pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada para
calon penerus bangsa. Karenanya penyelenggaraan pendidikan agar tetap bermutu harus
berada pada koridor acuan standar yang ditetapkan. Standar diperlukan agar proses
pendidikan memiliki tujuan yang jelas. Standar dibuat untuk menilai pencapaian visi
pendidikan, agar dapat mengikuti tuntutan globalisasi, serta untuk terus meningkatkan
kualitas. Sehingga, Standar menjadi patokan dalam menentukan acuan penyelenggaraan
pendidikan dalam upaya mencapai tujuan. Pendidikan di Indonesia mengacu pada delapan
standar pendidikan yang dinamakan SNP yaitu terdiri dari standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses, standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar evaluasi, standar pembiayaan, standar sarana dan prasarana. SNP dikembangkan dan
ditetapkan untuk mengukur, mengevaluasi, menilai mutu pendidikan, dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Masingmasing komponen dalam SNP saling terkait dan
membentuk sebuah sistem penyelenggaraan pendidikan mulai dari input, proses serta output.

B. Saran

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, disarankan agar pemerintah sebagai


pemegang kebijakan, dapat meningkatkan upaya dalam pencapaian standar nasional
pendidikan terutama pada komponen standar yang masih perlu mendapat perhatian secara
bertahap maupun serentak disesuaikan dengan kondisi yang paling memungkinkan. DPR RI
melalui fungsi pengawasan, anggaran, serta legislasi dapat mengoptimalisasi pencapaian SNP
agar dapat dirasakan oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
DAFTAR ISI

Prof. Dr. Ali Imron, M.Pd., M.Si.2015, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta
13220 Penerbit oleh PT Bumi Aksara.

Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung 40252, Penerbit oleh PT
Remaja Rosdakarya.

Drs. B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta, Penerbit PT Rineka


Copta.

file:///C:/Users/asus/Downloads/1256-2902-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai