DOSEN PENGAMPU :
GRUP : A/4
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Standar Nasional Pendidikan (SNP)
B. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
C. Standar Pengelolaan
D. Tujuan Dan Fungsi MPDBS
E. Manajemen Pemberitahuan Sarana dan Prasarana Pendidikan
F. Manajemen Kesiswaan
G. Manajemen keuangan dan pembiayaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang “Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Dengan Penekanan Pasa Standar Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan
Dan Standar Pengelolaan (Manajemen Kepegawaian-Pengadaan, Pembinaan Dan
Pemberitahuan”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen
mata Kuliah Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah Ibu Dr. Lustani Samosir, M.Pd.
Makalah ini ditulis dari penyusunan materi-materi yang kami peroleh dari buku panduan
yang berkaitan dengan Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, tidak lupa mengucapkan
terimah kasih kepada pengajar mata kuliah Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca guna untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara Sosiologi, peserta didik memiliki kenyaman-kenyaman. Kenyamanan-
kenyamanan itu dapat ditangkap dari kenyataan bahwa mereka sama-sama anak
manusia. Oleh karena itu, para peserta didik memiliki kenyamanan-kenyamanan unsur
kemanusiaan. Fakta menunjukkan bahwa tidak ada anak pun yang lebih manusiawi
dibandingkan dengan anak lainnya, dan tidak ada anak yang kurang manusia
dibandingkan dengan anak yang lainnya. Adanya kesamaan kesamaan yang dipunyai
anak inilah yang melahirkan konsekuensi yang sama atas hak-hak yang mereka miliki.
Di antara hak-hak tersebut, yang juga tidak kalah pentingnya adalah hak untuk
mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Penawaran hak-hak yang dimiliki
oleh anak, yang kemudian saya lahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem
persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan diaksenkan
kepada kenyamanan-kenyamanan yang dimiliki oleh anak. Pendidikan melalui sistem
schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat
individual. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sistem schooling memang
lebih memberi porsi bagi layanan atas kenyamanan dibandingkan layanan atas per
bedaan. Meskipun demikian, layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kenyamanan
anak ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan
psikologis mengenai anak.
Walaupun anak-anak manusia tersebut diyakini mempunyai kesamaan-
kesamaan, ternyata jika dilihat lebih jauh sebenarnya berbeda. Pandangan ini
kemudian menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa di dunia ini tak ada dua
anak atau lebih yang benar-benar sama. Dua anak atau lebih yang terlihat sama pun,
misalnya saja kembar, pada hakikatnya berbeda. Oleh karena berbeda, layanan-
layanan pendidikan yang mereka butuhkan juga berbeda. Layanan atas kesamaan
yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai
tanggapannya kemudian diselip kan layanan - layanan yang berbeda dengan sistem
schooling Adanya tuntutan untuk memberikan pelayanan yang sama dan berbeda
itulah yang melahirkan pemikiran pentingnya pengaturan. MBS adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengatur bagai mana agar tuntutan dua macam layanan tersebut
dapat dipenuhi di sekolah. Peserta didik yang menerima layanan yang berbeda dan
sama keduanya diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya. Sebagai akibat adanya perbedaan bawaan peserta didik,
maka akan ada peserta didik yang lambat dan ada yang cepat perkembangannya.
Kompetisi yang sehat akan memungkinkan jika ada usaha dan kegiatan manajemen
melalui MBS. Demikian juga peserta didik yang bermasalah sebagai akibat dari
adanya kompetisi akan dapat ditangani dengan baik, manakala MBS-nya baik. Dalam
upaya mengembangkan diri tersebut, ada banyak kebutuhan yang sering kali tarik-
menarik dalam hal pemenuhan prioritasnya. Di satu sisi, para peserta didik ingin
sukses dalam hal prestasi akademiknya, di sisi lain ia ingin sukses dalam hal
sosialisasi dengan sebayanya. Apalagi bukan itu saja, dalam hal mengejar keduanya,
ia ingin selalu berada dalam keadaan sejahtera. Pilihan-pilihan yang tepat di atas
ketiga hal yang sama-sama menarik tersebut , tidak jarang menimbulkan masalah bagi
para peserta didik. Oleh karena itu diperlukan layanan tertentu yang dikelola dengan
baik. MBS berupaya mengisi kebutuhan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) ?
2. Bagaimana Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ?
3. Apa saja Tujuan Dan Fungsi MPDBS ?
BAB II
PEMBAHASAN
Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peran penting dalam proses pendidikan, guru
berada di garda terdepan pendidikan karena berhadapan langsung dengan peserta didik.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Kusnandar, 2009: 54).
Sebagai sebuah profesi terdapat kompetensi yang melekat pada guru. Kompetensi guru
merupakan seperangkat penguasaan dan kemampuan yang harus ada dalam diri guru
dapat mewujudkan kinerjanya secara efektif tepat dan efektif. Guru yang memiliki
kompetensi akan dengan mudah menjalankan pendidikan bukan hanya berkualitas tetapi
juga tepat. Begitupun dengan tenaga kependidikan adalah bagian penting dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan dalam perannya baik itu dalam hal
pengawasan, pengelolaan, administrasi serta tugas teknis lainnya. Pendidik dan tenaga
kependidikan masing-masing memiliki peran dan tugas yang saling terkait satu dan
lainnya serta saling mendukung. Pendidik dan tenaga kependidikan berperan penting
dalam menciptakan lingkungan dan masyarakat belajar di satuan pendidikan.
kondisi saling lempar tanggung jawab ini yg terpantau oleh pemerintah pusat,
sehingga diterbitkanlah Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 wacana baku
Nasional Pendidikan dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengisyaratkan
agar sekolah menerapkan Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah yang tak jarang
dikenal menggunakan MBS. Penerapan MBS ini hasruslah memenuhi 8 (delapan) standar
nasional pendidikan (SNP), yakni:
1. Standar isi;
2. Standar proses;
3. Standar kompetensi lulusan;
4. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
5. Standar sarana dan prasarana;
6. Standar pengelolaan;
7. Standar pembiayaan;
8. Standar penilaian pendidikan.
C. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Pengaturan mengenai
standar pengelolaan tertuang dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan yang meliputi perencanaan program, pelaksanaan
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah/madrasah, sistem
informasi manajemen, serta penilaian khusus yaitu keberadaan sekolah/madrasah
yang pengelolaannya tidak mengacu kepada SNP dapat memperoleh pengakuan
pemerintah atas dasar rekomendasi BSNP.
Sementara berhenti karena alasan lain adalah pegawai yang bersangkutan meninggal
dunia, hilang, habis menjalani cuti di luar tanggungan negara dan tidak melaporkan diri
kepada yang berwenang, serta telah mencapai batas usia pensiun. Kompensasi adalah balas
jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai , yang dapat dinilai dengan uang dan memiliki
kecende rungan yang diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi, selain dalam bentuk
gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lain-lain. Masalah
masalahnya merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi manajemen.
Dikatakan menantang karena ketidakseimbangan oleh para pekerja tidak lagi dipandang
semata mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya. Akan tetapi sudah dikaitkan dengan
harkat dan martabat manusia. Sebaliknya, organisasi cenderung melihat sebagai beban yang
harus diambil oleh organisasi tersebut dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran.
Dalam mengembangkan dan menerapkan suatu sistem ketidakseimbangan tertentu,
kepentingan organisasi dan para pekerja perlu diperhitungkan. Untuk melaksanakan fungsi -
fungsi yang dikemukakan terdahulu, diperlukan sistem penilaian pegawai secara obyektif dan
akurat Penilaian tenaga kependidikan ini berfokus pada prestasi individu dan peran serta
dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi
pegawai itu sendiri. Bagi para pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal,
seperti kemampuan, keletihan, kekurangan, dan potensi yang pada konversi bermanfaat untuk
menentukan tujua, jalur, rencana, dan pengembangan karir Bagi sekolah, hasil penilaian
prestasi tenaga kerja tenaga kependidikan sangat penting dalam pengambilan keputusan
berbagai hal, seperti bantuan kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan,
pengenalan, penempatan, promosi, ketidakseimbangan sistem, dan aspek lain dari
keseluruhan proses efektif sumber daya manusia secara. Tugas kepala sekolah dalam
kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena
tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga
kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk
mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan seperti daftar absensi, daftar urut
kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, dan kandute pegawai untuk
membantu kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya .
E. Manajemen Pemberitahuan Sarana dan Prasarana Pendidikan
F. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan atau manajemen kemuridan (peserta didik) merupakan salah satu
bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan ke luarnya peserta
didik tersebut dari suatu sekolah Manajemen kesiswaan tidak hanya mencatat data peserta
didik, tetapi juga mencakup aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu
upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan
agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai
tujuan pendidikan sekolah Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan
sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru,
kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan Liga tugas
utama tersebut Sutisna (1985) menjabarkan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengelola
bidang kesiswaan ber kaitan dengan hal-hal berikut :
Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang
guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut. Setelah para siswa diterima lalu
dilakukan penge siap untuk mengikuti pendidikan di sekolah. Kelompokan dan orientasi
sehingga secara fisik, mental dan emosional siap untuk mengikuti pendidikan di sekolah
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memer lukan data yang autentik,
dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan
mengontrol keberhasilan prestasi atau kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di
sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara periodik harus dilaporkan kepada orang
tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing
anaknya belajar, baik di rumah maupun di sekolah, Tujuan pendidikan tidak hanya untuk
mengembangkan pengeta huan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial
emosi onal, di samping keterampilan-keterampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung
jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun
sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi
masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang
peserta didik. Untuk itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan
kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku
presensi siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku berita, dan sebagainya .
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung
meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya pendidikan hal tersebut lebih terasa lagi
dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana
secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam penyelenggaraan
pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen
keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupa kan komponen produksi yang
menentukan terselenggaranya kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bersama
komponen komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah
memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari. komponen keuangan dan
pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini
penting, terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewe nangan kepada sekolah
untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu berhadapan pada
masalah keterbatasan dana, apa lagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini Sumber
keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat pulih atas tiga
sumber, yaitu :
Berkaitan dengan pene rimaan keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegaskan
dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional 1989 bahwa karena keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebu tuhan dana pendidikan, tanggung jawab
atas pemenuhan kebu tuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, dan orang tua Adapun dimensi penge luaran meliputi biaya rutin
dan biaya pembangunan.
Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan dari tahun ke tahun, seperti gaji
pegawai (guru dan non guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung,
fasilitas, dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Sementara biaya
pembangunan, misalnya, biaya pembelian atau pengembangan tanah, pembangunan
gedung, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta biaya atau pengeluaran
lain untuk barang-barang yang tidak habis pakai. Dalam rangka implementasi MBS,
jemen mana komponen keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai dari
tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan tanggung jawab sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan
secara efektif, efisien, tidak ada kebocoran-kebocoran, serta bebas dari penyakit korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Tugas manajemen keuangan dapat dibagi tiga fase, yaitu
perencanaan keuangan, implementasi, dan evaluasi. Jones (1985) mengemukakan
perencanaan keuangan yang disebut budgeting, merupakan kegiatan mengkoordinasikan
semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara
sistematis tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan. Implementation involues
accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat
dan kemungkinan terjadi evaluasi terhadap penyesuaian sasaran penyesuaian jika
diperlukan Evaluasi melibatkan proses Komponen utama manajemen keuangan meliputi,
Manajemen keuangan ini dibentuk sebagai pemisahan tugas antara fungsi otorisato,
ordonator dan bendasarkan Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk
mengambil tindakan yang memberikan penerimaan dan pengeluaran anggaran Ordonator
adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan perintah pembayaran atas segala
tindakan yang dilakukan berdasarkan oto risasi yang telah ditetapkan. Adapun bendaharawan
adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang
atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta dimintaakan membuat
perhitungan dan pertanggungjawaban. Kepala sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai
otorisator, dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran. Namun, tidak
dibenarkan melaksnakan fungsi bendaharawan karena berkewajiban melakukan pengawasan
ke dalam Bendaharawan, di samping mempunyai fungsi-fungsi bendaharawan, juga
dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Prof. Dr. Ali Imron, M.Pd., M.Si.2015, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta
13220 Penerbit oleh PT Bumi Aksara.
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung 40252, Penerbit oleh PT
Remaja Rosdakarya.
file:///C:/Users/asus/Downloads/1256-2902-1-PB.pdf