Anda di halaman 1dari 10

MOTOR PENGGERAK PEMBANGUNAN SEKTOR PENDIDIKAN DALAM RANGKA TERCAPAINYA VISI INDONESIA 2020

Karya : Fitrah Akbar Citrawan Fakultas Hukum UNSOED 2012

Terbentuknya negara pastinya mempunyai suatu visi dalam menjalankan roda kenegaraannya. Dalam suatu negara, visi dapat menjadi sumber inspirasi, motivasi, kreatifitas, serta arah kebijakan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Contohnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan Visi Indonesia 2020 dapat menjadi pedoman dalam menciptakan cita-cita luhur Bangsa Indonesia untuk masa kini dan mendatang. Dalam mewujudkan Visi Indonesia 2020 terdapat banyak tantangan. Salah satunya ialah tantangan bermutu. dalam Tersirat pengembangan dalam sumber daya hal manusia tersebut yang harus pengembangkan

terciptanya satu sistem serta penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan Bangsa Indonesia. Dalam menciptakan satu sistem pendidikan harus berlandasan pada nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan. Ketepatan dalam penempatan suatu landasan sangat penting sekali karena, apabila terdapat kesalahan dalam penempatan suatu landasan pada sebuah sistem tersebut, akan dapat menimbulkan pengaruh yang luas pada kualitas pendidikan di Indonesia. Indonesia mempunya sistem pendidikan yang berlandasan pada Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pancasila sila ke5 penyelenggaraan kenegaraan khususnya dalam proses pendidikan harus menitikberatkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan kata lain pendidikan merupakan hal yang penting serta wajib didapat dan diperoleh untuk bangsa Indonesia, sesuai dengan amanat UUD Negara Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2.

Dalam Pasal 31 ayat 3 UUD Negara Indonesia Tahun 1945, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Untuk dapat menyelenggarakan satu sistem pendidikan dibutuhkan Standar Nasional Pendidikan. Di Indonesia Standar Nasional Pendidikan tercakup di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Standar nasional pendidikan merupakan suatu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup Standar Nasional Pendidikan Negara Indonesia meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kerja kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, serta standar penilaian pendidikan. Dalam standar isi memuat salah satunya tentang kurikulum

dan beban belajar. Kurikulum merupakan hal yang vital dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Dikarenakan kurikulum merupakan seperangkat perencanaan serta acuan dalam proses pembangunan pada sektor pendidikan. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dengan memperhatikan paduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum berisikan oleh sejumlah mata pelajaran. Di Indonesia mata pelajaran yang dipelajari terdiri dari ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu agama, ilmu kenegaraan, ilmu estetika, serta ilmu jasmani, olah raga dan kesehatan. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua siswa yang memanfaatkan serta sadar dengan tujuan dari mata pelajaran yang diajarkan. Khususnya di daerah perkotaan, sekolah adalah hal yang dijadikan formalistas semata. Menurut mereka tidak semua mata pelajaran dianggap penting untuk dipelajari. Mereka hanya memfokuskan diri pada mata pelajaran yang mereka anggap penting seperti, mata pelajaran yang akan diuji pada Ujian Nasional. Faktor lainnya ialah beban belajar. Tidak jarang, kurang seimbangnya beban belajar dari setiap mata pelajaran dapat mengakibatkan

pendiskriminatifan sejumlah mata pelajaran oleh beberapa siswa. Realitasnya, pada mata pelajaran yang mempunyai tingkat beban belajar tinggi akan dijadikan mata pelajaran prioritas dan mengakibatkan ketidakseimbangan pada proses belajar. Selain hal tersebut, mata pelajaran yang memiliki beban belajar yang tinggi akan dapat mempengaruhi pada spikologi siswa. Contohnya, siswa akan menghindari mata pelajaran tersebut dan lebih mempelajari mata pelajaran yang mempunyai beban belajar yang cukup. Untuk menghindari hal tersebut harus adanya perhatian khusus dari pemerintah serta terciptanya pola pikir dan kesadaran oleh siswa. Selain standar isi, standar proses dapat mempengaruhi pada proses pembelajaran. Standar proses pembelajaran terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan pembelajaran. Dalam membuat perencanaan pembelajaran bukanlah hal yang mudah. Dikarenakan perencanaan adalah modal awal dari keberhasilan proses belajar mengajar. Terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan salah satunya ialah mengetahui serta mengenal kemampuan dari siswa yang akan terdidik. Realitanya, kurang perhatian terhadap kemampuan siswa didik sudah banyak terjadi di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan kurangnya komunikasi serta menempatan target yang tidak sesuai antara peserta didik dan pendidik. Dan dapat mengakibatkan pada kurang efektifnya proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran terdapat persyaratan yang seharusnya dapat dipenuhi. Salah satunya ialah jumlah maksimal peserta didik untuk setiap rombongan belajar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah SD sebanyak 28 peserta didik, SMP sebanyak 32 peserta didik, SMA sebanyak 32 peserta didik. Dengan diterapkan sistem tersebut akan dapat menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Bagaimana

pendapat anda dengan realitas jumlah maksimal peserta didik dalam setiap rombongan belajar dari setiap jenjang pendidikan di Negara Indonesia sekarang ini ? Apakah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan No. 41 Tahun 2007 ? Mari kita lihat realitas yang ada, jumlah peserta didik SD, SMP, dan SMA khususnya di ibu kota kini sudah mencapai 40 siswa per kelas. Telah tampak hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan No. 41 Tahun 2007. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang seimbangnya jumlah partisipasi murni penduduk yang menempuh pendidikan dengan jumlah sekolah yang ada. Berdasarkan data statistik Kementrian pendidikan Indonesia tahun 2008 tingkat partisipasi murni penduduk yang menempuh pendidikan untuk SD berjumlah 24.964.102 siswa dari jumlah penduduk usia SD 26.304.320. Dengan Sekolah Dasar Negeri dan Swasta berjumlah 144.567. Pada proses penilaian pembelajaran dilakukan secara objektif dengan mempertimbangkan hasil yang didapatkan dari proses belajar mengajar serta sikap dan tingkah laku peserta didik. Selain itu proses pengawasan pembelajaran merupakan pemantauan dari proses perencanaan, pelaksanaan serta penilaian pembelajaran. Proses pengawasan sangat penting dilaksanakan karena merupakan salah satu instrumen di sebagai Indonesia. tolak Jadi, tolak ukur dari perkembangan proses pendidikan dalam melaksanakan

pengawasan harus didasarkan dengan standar srtandar yang sesuai dengan ketentuannya. Agar dapat menjadi bahan evaluasi yang valid untuk pembangunan pendidikan di kota maupun diperdesaan. Standar kompetensi lulusan dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif dalam perkembangannya. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan No. 23 Tahun 2006 standar kompetensi lulusan memiliki tujuan ialah menciptakan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Di Indonesia terdapat Standar

Kompetensi

Kelompok

Mata

Pelajaran

SK-KMP

yang

perkembangannya berdasarkan tujuan dan cakupan muatan setiap kelompok mata pelajaran. Contohnya, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dengan tujuannya membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Realitasnya, beberapa dari siswa mempunyai orientasi belajar hanya untuk memperoleh hasil nilai dari mata pelajaranyang diajarkan. Dilihat dari SK-KMP proses belajar bukan hanya dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh nilai dari mata pelajaran. Akan tetapi, untuk meningkatkan kualitas dari setiap individu siswa dan pengembangan akhlak mulia. Telah tampak terdapat kesalahan penafsiran arti dari sebuah proses belajar. Guru dapat dijadikan sebagai instrumen dari kualitas tingkat pendidikan di Indonesia. Dikarena guru mempunyai tugas moral dalam mendidik peserta didiknya. Di Indonesia telah terbentuknya Peraturan Menteri No. 16 Tahun 2007 yang memuat tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Menurut Permen tersebut kualifikasi akademik guru di jenjang TK sampai SMA di Indonesia ialah berpendidikan minimal D-IV atau SI. Berdasarkan data statistik Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2008 persentase kelayakan dari guru TK sebesar 11,16 %, guru SD sebesar 22,15 %, SMP sebesar 71,67 %, serta guru SMA sebesar 84,75 %. Dari data tersebut dapat kita analisis bahwa standar kualifikasi akademik guru di Indonesia masih kurang layak dengan didasarkan pada Permen Pendidikan No. 16 Tahun 2007. Secara dasar, standar akademik guru merupakan kunci dari standar kompetensi guru. Semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin berkualitas kompetensi yang dimiliki. Standar kompetensi guru meliputi kompetensi pedagodik, kepribadian, sosial, serta kompetensi professional. Keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh setiap guru di Indonesia. Akan tetapi pada realitasnya, tingkat

akademik guru tidak selaras dengan

kompetensi yang dimiliki.

Terdapat beberapa guru yang meningkatkan tingkat akademiknya hanya untuk formalitas semata. Hal yang mengkwatirkan sekarang ini ialah kurang kompetennya beberapa oknum guru dalam proses belajar mengajar. Ralitasnya, mereka kurang memperhatikan dan menjalankan ketentuan proses belajar mengajar yang berdasarkan pada standar kompetensi guru. Bagaiamana keadaan sarana dan prasana kependidikan di

Indonesia ? Apakah memenuhi dari standar sarana dan prasarana ? Menurut Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2007 standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana. Di dalam permen tersebut termuat ketentuan ketentuan yang berkaitan dengan luas lahan dan bangunan sekolah. Untuk Sekolah dasar yang memiliki 7 sampai 12 rombongan belajar dengan peserta didik per rombongan berjumlah 15 sampai 28 memiliki rasio minimum luas lahan 11,1 m 2 per peserta didik serta luas lantai bangunan 3,3 m2 per peserta didik. Selain itu terdapat ketentuan dalam hal keamanan bangunan seperti terdapat pintu darurat dan jalur evaluasi jika terjadi bencana. Akan tetapi, pada realitasnya sarana dan prasarana pendidikan masih belum terpenuhi. Bahkan untuk keamanan dan kenyamanan dalam belajar sangat sulit didapatkan. Selain itu sistem pengelolaan sarana dan prasarana masih kurang terlaksana. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kewajiban semua elemen kependidikan. Peserta didik juga mengambil andil dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, sebagian dari peserta didik kurang sadar dengan kewajibannya. Banyak diantara mereka melakukan tindakan perusakan pada sarana dan prasarana pendidikan. Seperti mengotori serta mematahkan meja siswa dengan sengaja. Untuk mengantisipasi hal tersebut menjadi kebiasaan yang membudaya, maka setiap sekolah menciptakan sanksi yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan. Jika,

penerapan standar sarana dan prasarana dilakukan secara kondusif maka akan terciptanya proses pendidikan yang berkualitas. Standar dana dalam pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari urusan kenegaraan. Dikarenakan standar dana digunakan untuk pengolahan dan pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia. Salah satu fungsi dari standar dana pendidikan ialah pembentukan serta pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pada APBN tahun 2010 anggaran pendidikan sebesar Rp. 225.229.295.262.400 dengan persentase 20.0 % dari APBN. Hal tersebut sesuai dengan amanat UUD Negera Republik Indonesia Pasal 31 ayat 4. Dari APBN untuk tersebut urusan dialokasikan pendidikan sebesar Rp. 127.749.027.400.000 daerah. Dengan

menerapkan standar dana pendidikan, dana anggaran tersebut dapat dialokasi dengan tepat dan berguna. Akan tetapi, penerapan standar dana pendidikan dapat disimpangkan dengan tujuan keuntungan untuk kantong semata. Korupsi ialah hal yang harus diwaspadai dalam pengelolaan keuangan pendidikan. Perdanaan pendidikan bagaikan air, dana pendidikan akan mengalir dari tingkat tertinggi sampai terendah. Jika dalam pengaliran dana tersebut terdapat tindak pidana korupsi maka akan terhambatnya aliran dana di tingkat terendah. Hal tersebut dapat menghambat proses pembangunan sektor pendidikan khususnya di daerah. Telah jelas begitu kompleknya proses pembangunan pendidikan di Indonesia. Dan dapat kita simpulkan bahwa dalam upaya menciptakan manusia yang berpendidikan harus dibutuhkan motor penggerak untuk dapat tercapainya Visi Indonesia 2020. Motor penggerak tersebut ialah keselarasan dari satu sistem dengan proses pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan dengan mengedepankan pada pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersih dari KKN dengan orientasi terwujudnya masyarakat Indonesia yang madani serta sejalan dengan visi Indonesia 2020.

Biodata
Nama Fakultas Alamat : Fitrah Akbar Citrawan : HUKUM 2012 : Jalan Baung No. 23 Rt.03 Rw. 01 Kel.Lenteng Agung Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan 12610 Alamat Kost Telepon/HP E - Mail TTL Jenis Kelamin : Jl. Cendrawasih No.32 Grendeng, PWT Utara : 085710560139 : afitrah@ymail.com : Jakarta, 26 Mei 1994 : Laki-laki

Anda mungkin juga menyukai