Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat di
berbagai penjuru dunia menimbulkan adanya era globalisasi. Keadaan tersebut
menunjukkan adanya perubahan zaman secara serentak dan meluas. Arus
perubahan tersebut lebih cenderung nampak ke arah bersifat negatif, seperti main
game online, tawuran, melawan orang tua maupun gurunya. Kegiatannya lebih
cenderung melupakan aktivitas tugas pokoknya sebagai pelajar. Oleh karena itu,
menuntut upaya untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan itu. Upaya
tersebut dilakukan supaya manusia mampu mengendalikan dampak dari
perubahannya.
Salah satu upaya penyesuaiannya, yaitu dengan pendidikan yang
memadai. Hanya dengan pendidikan, seseorang akan memiliki pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang unggul dan beda sehingga mampu menghadapi
perkembangan zaman. Sejalan dengan ini, kebijakan pemerintah terhadap
pendidikan tertuang pada UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa,dan negara.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas menegaskan bahwa tingkat


pendidikan yang memadai diharapkan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan ketermpilan yang
diperlukannya. Bagaimanapun, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
memiliki tujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
potensinya secara optimal. Hal itu menyebabkan bersangkutan mampu
menyesuaikan diri dengan memadai, baik terhadap dirinya sendiri maupun

1
2

lingkungannya. Oleh karena itu, sekolah memberikan tiga pelayanan pendidikan


sebagaimana tertera pada gambar berikut.
Wilayah Manajemen
dan Kepemimpinan Manajemen
Supervisi

Wilayah PembelajaranPembelajaran/ Bidang Studi Tujuan Perkembangan


yang Mendidik Bimbingan dan konseling Optimal Peserta Didik

Wilayah Motivasi
Belajar Siswa

Gb. 1.1
Posisi Manajemen, Pelayanan Pembelajaran dan Motivasi Belajar
Dalam Pendidikan
(Sumber: Kemendikbud, 2014:50)

Gambar di atas menunjukkan upaya sekolah untuk mengejar mutu


pendidikan suatu bangsa. Oleh karena itu, out put sekolah dikatakan bermutu,
jika mampu membantu peserta didik mencapai tugas perkembangannya secara
optimal. Pada kenyataannya, masih menunjukkan adanya masalah terhadap ketiga
wilayah itu, baik wilayah supervisi, pembelajaran, maupun bimbingan konseling
belum memadai. Hal tersebut merupakan cerminan kualitas layanan pendidikan
masih rendah. Peningkatan kualitas pendidikan yang bermutu memiliki
kecenderungan akan mampu mengatasi segala permasalahan layanan pendidikan
secara rasional.
Mutu pendidikan di sekolah harus dicapai dan untuk mencapainya minimal
harus memenuhi delapan standar nasional pendidikan. Menurut Peraturan
Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang BSNP dalam bab II pasal 2 yang
menyatakan bahwaStandar Nasional Pendidikan terdiri dari :
1. Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan merupakan serangkaian kualifikasi yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Satuan pendidikan dasar dan
menengah menggunakan standar kompetensi lulusan sebagai pedoman dalam
3

menentukan kelulusan peserta didik. Standar inimemuat kompetensi lulusan


minimal mata pelajaran dan kelompoknya.
Peraturan yang berkaitan dengan standar kompetensi lulusan ini, yaitu:
Permendiknas nomor 23 tahun 2006, Permendiknas nomor 24 tahun 2007,
Permendikbud nomor 54 tahun 2013, dan Permendikbud nomor 20 tahun 2016.
Semua permendiknas/bud tersebut sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan
mutu lulusan.
2. Standar Isi
Standar isi merupakan serangkaian kualifikasi mengenai ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender
pendidikan.
Peraturan yang berkaitan dengan standar ini, diantaranya: Permendiknas
nomor 22 tahun 2006, Permendikbud nomor 64 tahun 2013, dan Permendikbud
nomor 21 tahun 2016. Ketiga permendikbud/nas mengatur muatan pendidikan
supaya sesuai dengan standar yang diharapkan oleh pemerintah demi tercapainya
kualitas yang memiliki daya saing.
3. Standar Proses
Standar proses merupakan serangkaian kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Kegiatan tersebut berlangsung secara aktif, interaktif, kreatif, empatif, dan
menyenangkan. Inti dari kegiatannya yaitu pembelajaran.
Tahapan kegiatan pembelajaran meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan tindaklanjut untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif, efisien,
produktif, dan akuntabel. Peraturan yang berkaitan dengan standar proses ini,
diantaranya: Permendiknas nomor 41 tahun 2007, Permendikbud nomor 65
tahun 2013 dan Permendikbud nomor 22 tahun 2016.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar pendidik dan tenaga kependidikan merupakan serangkaian kriteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam
4

jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi.


Kualifikasi akademik merupakan tingkat pendidikan minimal sarjana/S1 (strata
satu) yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah
dan atau sertifikat yang relevan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Selanjutnya, kompetensi pendidik meliputi: kompetensi pribadi, sosial,
pedagogik, dan profesional.
Banyak peraturan yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga
kependidikan. Peraturan tersebut, diantaranya: Permendiknas nomor 12 tahun
2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah, Permendiknas nomor 13 tahun
2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah. Selanjutnya Permendiknas nomor
16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru,
Permendiknas nomor 24 tahun 2008 tentang standar tenaga administrasi sekolah,
dan Permendiknas nomor 25 tahun 2008 tentang standar tenaga perpustakaan
sekolah/madrasah.Terakhir, Permen-diknas nomor 27 tahun 2008 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Standar sarana dan prasarana merupakan serangkaian kriteria sarana dan
prasarana pendidikan. Sarana pendidikan, mencakup: media, buku sumber, buku
pedoman guru dan siswa, dan lain-lain yang menunjang proses pembelajaran.
Selanjutnya, prasarana pendidikan, mencakup: ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat kreasi dan rekreasi, perpustakaan, laboratorium, serta
sumber belajar lain yang menunjang proses pembelajaran.
Peraturan yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan
ini, diantaranya: Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan
prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. Permendiknas nomor 40 tahun
2008 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
6. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan merupakan serangkaian kriteria mengenai pengelolaan
pendidikan. Kegiatan pengelolaan, mencakup: perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
5

kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat agar penyelenggaraan berlangsung secara


efektif dan efisien. Peraturan yang berkaitan dengan standar pengelolaan ini,
diantaranya: Permendiknas nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan
pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah.
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
Standar pembiayaan pendidikan merupakan serangkaian kriteria dan
komponen standar pembiayaan pendidikan. Pembiayaan operasional satuan
pendidikan berlaku selama satu tahun. Peraturan yang berkaitan dengan standar
pengelolaan ini, diantaranya: Permendiknas nomor 69 tahun 2009 tentang standar
biaya nonpersonalia untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB,
SMALB.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Standar penilaian pendidikan merupakan serangkaian kriteria mengenai
penilaian pendidikan. Kriteria tersebut mencakup: prosedur, mekanisme, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan sekolah dasar dan menengah dilakukan oleh satuan pendidikan.
Kegiatan Penilaian ini berupa ulangan semester dan ujian sekolah,
kabupaten/kota berupa ujian sekolah berstandar nasional, serta pusat berupa ujian
nasional.Peraturan yang berkaitan denganstandar penilaian ini, diantaranya:
Permendiknas nomor 20 tahun 2007, Permendikbud nomor 66 tahun 2013, dan
Permendikbud nomor 23 tahun 2016.
Peningkatan kualitas pendidikan yang bermutu melalui permendiknas No.
18 tahun 2007 dan permendikbud No. 29 tahun 2016 tentang sertifikasi guru
dalam jabatan. Hal ini sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan
profesionalisme guru sehingga menjadi lebih fokus dalam membantu peserta
didik mengembangkan potensinya. Dengan kata lain memenuhi tuntutan
manajemennya secara efisien dan efektif.
Selain, dengan meningkatkan kesejahteraan guru, pemerntah juga berupaya
memberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilannya dalam
melakasankaan fungsi dan perannya, baik dengan melalui MGMP maupun blok
6

grant agar pendidikan bermutu tinggi. Sejalan dengan ini Kemendikbud,


(2015:99) menegaskan bahwa:
‘....peningkatan kualifikasi, kompetensi dan profesionalitas guru dan
pendidik lainnya serta tenaga kependidikan PAUD, pendidikan dasar,
dan menengah, serta pendidikan masyarakat…”

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh David D.Van Fleet (1984:9)


Manajement can be defined as a set of activities directed at the efficient and
effective utilization of resources in the persuit one or more goals.Manajemen
mengandung arti serangkaian kegiatan yang diarahkan pada pemanfaatan sumber
daya yang efektif dan efisien untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
Manajemen pendidikan memposisikan diri sebagai suatu keseluruhan
lainnya melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pengawasan, dan
kepemimpinan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Hal ini merupakan komponen integral dan tidak terpisahkan dari
proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu alasan jika tanpa manajemen
ada kecenderungan tujuan pendidikan dapat terwujud secara kurang efektif
danefisien. Mulyasa ( 2007:19)menyatakan bahwa:
Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses
kerjasama yang sistematik, sistemik, dan komprehensif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Istilah manajemen berdasarkan pada pendapat di atas, mengacu pada


proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien. Banyak komponen yang terlibat dalam
manajemen pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Komponen
tersebut, meliputi orang (man), uang (money), cara (manner), metode (methode),
dan pasar (market),
Guru sebagai orang (man) memiliki peranan sentral dalam meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah. Tugas pokok guru sebagai ujung tombak membantu
peserta didik dalam mengembangkan potensinya secara optimal. Guru sebagai
tenaga profesional memiliki empat kompetensi, yaitu kepribadian, pedagogik,
sosial dan profesional. Di sekolah, guru bimbingan konseling atau konselor yang
7

memiliki tujuan untuk membantu peserta didik dalam memahami diri, memahami
lingkungan dan merencanakan kehidupannya di masa mendatang supaya
memperoleh kemandirian dalam kehidupannya. Permendiknas Nomor 27 tahun
2008 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi konselor. Bimbingan dan
Konseling menyatakan bahwa konselor profesional adalah konselor yang
memiliki ketersediaan untuk mengembangkan pribadi dan profesionalitasnya
secara berkelanjutan.
Di sekolah, selain ada kegiatan bimbingan konseling, juga ada kegiatan
pembelajaran sebagai kegiatan utama dalam satuan pendidikan. Konsep dasar
kegiatan pembelajaran merupakan suatu prinsip dasar yang fundamental harus
dipahami oleh guru dalam melaksanakan kegiatannya. Dengan memahami
konsep dasar tersebut, diharapkan tercapainya suatu tujuan dari kegiatan
pembelajaran yang bermutusehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Bagi guru sebagai pendidik dalam rangka memahami dan membantu peserta
didik mengembangkan potensinya secara optimal sesuai dengan karakteristik
minat dan bakat serta kemampuan yang dimiliki siswa. Sependapat dengan ini,
Siregar, Evaline dan Nara, Hartini (2010:5) menjelaskan bahwa:
Pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja,
terarah, dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali
dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.

Definisi pembelajaran tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam


proses pembelajaran bermutu terjadi interaksi antara semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam pembelajaran baik guru, murid, sarana, materi, metode,
dan lain-lain. Hal tersebut saling berkaitan satu sama lainnya untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam proses tersebut, guru menyampaikan pesan-pesan
berupa materi pembelajaran yang harus dipahami siswa sesuai dengan tujuan.
Kepala sekolah berdasarkan pernyataan di atas dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam mengkoordinasikan, menyediakan fasilitas, alokasi biaya
operasional layanan, pengadaan dan pengembangan kuantitas serta kualitas
layanan dan mengawasi pelaksanaan layanan peserta didik. Penyelenggaraan
8

layanan kepemimpinan kepala sekolah menjadi suatu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan dari program layanan lainnya.
Di sekolah menengah kejuruan (SMK) meskipun telah ada wakil kepala
sekolah,pembantu kepala sekolah bagian kurikulum, pembantu kepala sekolah
bagian humas, dan pembantu kepala sekolah bagian sarana dan prasarana akan
tetapi sifatnya koordinatif dan administratif. Mereka bertugas mewakili kepala
sekolah dalam hal memadukan rencana serta mengkoordinasikan penyelenggaraan
pembinaan di sekolah sebagai tanggung jawab tenaga kependidikan.
Kepemimpinan kepala sekolah yang bermutu dalam menjalankan tugasnya
menduduki peran yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
peserta didik yang bermutu di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah
memiliki lima kompetensi, sebagaimana termuat dalam Permendiknas No.13
tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasahmencakup kompetensi, yaitu:
peribadi, sosial, manajerial, supervisi, dan kewirausahaan.
Pengejaran terhadap mutu pendidikan sebagai suatu alasan untuk
mencapai keunggulan kompetitif. Karena hal itu sebagai faktor utama yang
menentukan pilihan terhadap suatu produk atau jasa oleh pelanggannya. Dalam
dunia pendidikan, kualitas berkenaan dengan delapan standar nasional pendidikan,
yang mencakup mutu kelulusan, proses pembelajaran atau latihan dan atau
bimbingan konseling, isi atau materi, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian.
Kelemahan dari kedelapan komponen standar nasional berujung pada
mutu lulusan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya prestasi belajar peserta
didik sebagai alat ukur kelulusan pada akhir masa pendidikan formal tertentu.
Sebagaimana data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun pelajaran
2016/2017 tentang hasil ujian nasional peserta didik jenjang SMK kabupaten
Indramayu sebagaimana tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Rekapitulasi Hasil Ujian Nasional SMK
Kabupaten Indramayu Tahun Pelajaran 2019/2020
NILAI MATA PELAJARAN JUMLAH

B. INDO- B. ING- MATEMA- Prod-


NESIA GRIS duktif
9

TIKA
Kategori C C C C C
Rata-rata 67,54 61,35 61,93 59.29 250,11
Terendah 40,0 34,0 20,0 25,0 44,0
Tertinggi 100,0 100,0 100,0 97,5 386,5
Std 9,33 8,28 7,44 8,29 24,66

Berdasarkan pada tabel di atas rata-rata hasil ujian nasional terendah


terdapat pada mata pelajaran Produktif (Mapel Kejuruan) dengan nilai 59,29, rata-
rata tertinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan nilai 67,54, nilai
terendah terdapat pada mata pelajaran matematika dengan nilai 20,0 dan nilai
tertinggi terdapat pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan
matematika dengan nilai 100,0 dengan rerata-ratanya 62,53. Sementara rata -rata
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) SMK di kabupaten Indramayu 70 (Tujuh
puluh).
Peningkatan kualitas prestasi belajar pada suatu sekolah ditunjang oleh
berbagai faktor, diantaranya sistem, pedoman, prosedur, petunjuk yang jelas dan
lengkap, juga keterlibatan fungsi kepala sekolah yang efektif, efisien, produktif,
dan akuntabel yang menjamin pelaksanaan pengelolaan dan pembelajaran.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pendidik dan tenaga
kependidikan dalam rangka mengembangkan kapasitas dan profesionaliasmenya
sehingga prestasi belajar peserta didik menjadi berku-alitas dan berkelanjutan.
Komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajardapat dilihat
pada gambar di bawah ini :

Metode, Program
10

teknik
media tugas

Kapasitas guru
(IQ) dan lain- bahan
- lain sumber

Bakat khusus -
instrumental input ( Sarana)
motivasi Expected Perilaku
( Ach) - out put Kognitif
Raw PB (Hasil bel- -Perilaku
input M ajar yang afektif
minat - (peserta diharap- perilaku
didik) kan) psikomo-
tor
kematangan environmental input
kesiapan - (lingkungn)

Sikap
Kebiasaan
dan lain-lain - fisik dll
Social kultural

Gb. 1.2
Komponen-komponen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
(Sumber: Makmun, Abin Syamsuddin, 2012: 165)

Keberhasilan prestasi belajar peserta didik berdasarkan gambar di atas,


sering didukung oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal, disebut dengan raw input yang meliputi kemampuan dasar atau
IQ, bakat khusus, minat, kematangan/kesiapan, sikap, kebiasaan, dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal berupa instrumental input dan environmental input.
Instrumental input meliputi: guru, metode, teknik, media, bahan, sumber, program
tugas, manajemen layanan peserta didik, dan lain-lain. Sedangkan environmental
input meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat.
Guru seyogyanya menguasai berbagai metode mengajar untuk membantu
peserta didik agar mau, mampu, dan memiliki keterampilan belajar yang baik
11

sehingga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara memadai. Dalam hal
ini, guru memperkaya proses pembelajaran dengan berbagai pendekatan, seperti
pendekatan konstruktivisme, multiple intelligences, dan kontekstual dalam
mempersiapkan bahan pengajaran kepada peserta didik. Dengan pendekatan ini,
diharapkan guru lebih kreatif, efektif, efisien, dan produktif dalam membantu
perkembangan optimal potensi peserta didik.
Berdasarkan pada gambar 1.2 faktor-faktor yang mempengaruhi atau ikut
menentukan terhadap pencapaian prestasi belajar yang optimal pada kenyataannya
hambatan dan rintangan selalu ada. Misalnya (1) kemampuan dasar (IQ) sebagai
faktor yang menetukan keberhasilan prestasi belajar. Akan tetapi jika yang
bersangkutan memikiki IQ di bawah rata-rata sebagai suatu hambatan utama. (2)
Bakat khusus. Seorang peserta didik akan mencapai percepat prestasi belajar yang
cemerlang,jika bakat khususnya mendukung terhadap prestasi belajarnya; (3)
Kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru dalam manajemen layanan
pembelajaran, dan motivasi belajar siswa bermutu akan mendukung terhadap
pencapaian prestasi belajar peserta didik, akan tetapi jika kurang bermutu akan
menyebabkan prestasi belajar peserta didik menjadi menurun. (4) Sarana dan
prasana pendidikan yang memadai akan mendukung terhadap pencapaian prestasi
belajar peserta didik. akan tetapi jika sebaliknya potensi peserta didik kurang
berkembang secara optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik antara
faktor internal dan eksternal saling terkait dan berpengaruh tidak bisa terpisahkan
secara sendiri-sendiri. Dengan adanya kebersamaan antara faktor internal dan
eksternal secara bermutu maka akan mempercepat terhadap pencapain prestasi
belajar peserta didik yang unggul.
Keberhasilan suatu sekolah dalam mengembangkan potensi peserta didik
sangat tergantung pada pencapaian prestasi belajarnya. Oleh karena itu, segala
tindakan guru dalam keseluruhan proses belajar mengajar harus didasarkan atas
pertimbangan kondisi objektif peserta didik.
Pada kenyataannya, masih ada peserta didik yang belum mengembangkan
potensinya secara optimal. Oleh karena itu, tugas dan fungsi yang diperankan oleh
12

guru bimbingan konseling untuk meningkatkan motivasi belajar, guru mata


pelajaran, dan kepala sekolah akan menjadi indikator keberhasilan sekolah yang
bersangkutan untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Peningkatan
produktivitas dan pendekatan strategis untuk membantu peserta didik mencapai
perkembangan optimalnya sehingga tercapainya lulusan yang bermutu melalui
kinerja guru.
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang
disebut dengan motivasi. Jadi pendidikan dan pengajaran akan sangat kesulitan
untuk mencapai tujuannya dengan maksimal tanpa adanya motivasi atau dorongan
pada masing-masing individu yang memiliki hubungan dengan kegiatan
pendidikan.
Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi seseorang
untuk berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh.
AW. Bernard memberikan pengertian, motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan
dalam perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya
kecil atau tidak ada gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi
merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Semakin besar motivasi seseorang untuk mencapai tujuan, maka semakin
besar pula peluang untuk keberhasilan tujuan tersebut. Sebagai contoh, Doni
adalah seorang siswa kelas XI SMK, dia sangat membenci pelajaran Matematika,
nilai Matematika doni tidak pernah lebih dari 7. Suatu hari Ibunya mengatakan
padanya jika nilai Matematikanya mendapatkan 9, maka Ibunya menjanjikan akan
membelikannya sesuatu yang paling ia harapkan. Usaha yang Doni lakukan tentu
sangat berbeda jika ia hanya mendapatkan motivasi dari dirinya sendiri, atau jika
Ibunya hanya berkata akan membelikannya mainan baru misalnya.
Secara lebih khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang
dimaksudkan tentu segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau
memberikan semangat kepada orang yang melakukan kegiatan belajar agar
13

menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperolah prestasi yang lebih
baik lagi. Motivasi dapat timbul dari luar maupun dari dalam individu itu sendiri.
Motivasi yang berasal dari luar individu diberikan oleh motivator seperti
orangtuanya, guru, konselor, ustadz/ustadzah, orang dekat, dan lain-lain.
Sedangkan motivasi yang berasal atau timbul dalam diri seseorang, dapat
disebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk dapat menggapai sesuatu (cita-
cita) dan lain sebagainya.
Manajemen pembelajaran peserta didik dari guru mata pelajaran sampai
saat ini, berdasarkan studi pendahuluan dan menurut suyono (2011:21) masih ada
guru yang melaksanakan proses pembelajaran, diantaranya: (1) Tidak sesuai
dengan bidang keahliannya; (2) Belum memiliki sertifikat guru profesional; (3)
Belum memilikiprogram pengajaran yang memadai,(4) Menggunakan metode
yang sama atau menonton sehingga kurang memancing kreativitas peserta didik;
(5) Tugas/PR yang diterima peserta didik dirasakan memberatkan.; (6)
Pembelajaran hanyaterpaku pada satu buku yang ada di perpustakaan milik
pemerintah sehingga kurangnya pendalaman materi tersebut; (7) Kurangnya
sumber belajar; (8) Kurangnya kemampuan guru dalam menilai hasil belajar; (9)
Masih rendahnya kemampuan/kompetensi guru dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM); (10) Kurangnya motivasi guru dalam melaksankan kegiatan belajar
mengajar (KBM).
Kondisi manajemen kepemimpinan kepala sekolah sampai saat ini bisa
dikatakan kurang optimal. Berdasarkan studi pendahuluan dan menurut Suyono
(2011:26) Hal ini terjadi, diantaranya akibat adanya: (1) Adanya rotasi tugas
kepala sekolah dalam jangka waktu yang singkat bisa menyebabkan kurangnya
konsentrasi kerja kepala sekolah; (2) Jarak rumah kepala sekolah ke tempat
tugasnya memakan waktu sehingga mereka terlambat tiba di sekolah tempat
tugasnya; (3) Kehadiran kepala sekolah kurang rutin; (5) Masih kurangnya
wawasan kepala sekolah terhadap kompetensi kepala sekolah; (6) Kurangnya
keterampilan kepemimpinan kepala sekolah.; (7) Kemampuan komunikasi kepala
sekolah dengan personil lainnya masih lemah; (8) Kemampuan kepala sekolah
masih rendah dalam membina hubungan insani; (9) Kemampuan kepala sekolah
14

masih kurang untuk memotivasi personil lainnya; (10) Kemampuan kepala


sekolah masih kurang dalam menganalisis masalah dan mencari solusiya; (11)
Kemampuan supervisi kepala sekolah dan tindak lanjutnya terhadap personil
lainnya masih lemah.
Kondisi prestasi belajar peserta didik sampai saat ini bisa dikatakan kurang
optimal. Menurut Suyono (2011:24) menegaskan bahwabanyak siswa yang (1)
tidak disiplin, (2) terlibat dalam tindakan kriminal, sek bebas, dan narkoba, (3)
terlambat ke sekolah, dan (4) pakaian seragam dan penampilan tidak sesuai
dengan tata tertib sekolah.
Selanjutnya, hasil tes/ uji kompetensi guru (UKG) nasional pada tahun
2019 rata-rata 53,02 dengan nilai rata-rata kompetensi profesional 54,77 dan
kompetensi pedagogik 48,94 (Kemendikbud, 2019. http//www.
Info-menarik.net/hasil ukg. Senin, 26 November 2019 pukul 11.34 wib). Hal ini
menunjukkan masih rendahnya kualitas pendidik terhadap penguasan
kompetensinya, baik guru BK, guru mata pelajaran, maupun kepala sekolah. Oleh
karena itu, suatu permasalahan yang dihadapi peserta didik berkaitan dengan
program kepesertadidikan yang sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya, yaitu
persepsi peserta didik terhadap manajemen layanan bimbingan konseling,
pembelajaran, dan kepemimpinan kepala sekolah, sehingga guru mempunyai
tanggungjawab yang besar dalam mengkondisikan situasi dan kondisi yang
beriklim pendidikan. Dengan harapan agar peserta didik dapat mencapai prestasi
belajar yang bermutu. Dalam arti prestasi belajar peserta didik sesuai dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai kategori yang telah ditentukan oleh
sekolah. Menurut pendapat Poerwadarminto (2004 : 768) bahwa prestasi belajar
diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai.
Fenomena yang dinyatakan, diatas, menunjukkan adanya kecenderung-an
perilaku peserta didik ke arah kesenjangan antara yang diharapkan dengan
kenyataan yang tengah berlangsung, baik pada manajemen kegiatan belajar
mengajar, motivasi belajar, maupun kepemimpinan kepala sekolah sangat
berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik di sekolah.
Pengaruh tersebut masih samar. Apakah pengaruh bersifat positif ataukah bersifat
15

negatif? Meskipun demikian, hendaknya pengaruh tersebut dikaji secara


mendalam dengan tidak memperhatikan salah satu pengaruh positif ataukah
negatif dengan terfokus pada ketiga pengaruh itu.
Mengingat pentingnya data manajemen layanan pembelajaran, motivasi
belajar, kepemimpinan kepala sekolah, dan prestasi belajar peserta didik
seyogyanya, data tersebut diungkap untuk diketahui secara lebih jelas agar
mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik dari pihak peserta didik sendiri,
orang tua, guru, pelatih, pembimbing, kepala sekolah, maupun masyarakat
sekitarnya. Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan sebelumnya, penyusun
akan melakukan penelitian dalam bentuk disertasi dengan judul “Kontribusi
kepemimipinan kepala sekolah, kompetensi guru, dan motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar peserta didik”. (Studi terhadap persepsi peserta didik
kelas XI SMKN di kabupaten Indramayu pada tahun pelajaran 2019/2020).
Penelitian pada disertasi ini diharapkan ada nilai tambah dan manfaat,
khususnya bagi kepala sekolah dan tenaga pendidik di sekolah dalam rangka
membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya dengan optimal.
Secara umum penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
untuk pengembangan ilmu manajemen pendidikan.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah


1. Perumusan Masalah
Akar masalah dalam penelitian ini adalah belum optimal prestasi belajar
peserta didik SMKN di Kabupaten Indramayu pada tahun pelajaran 2019/20120
sehingga berpengaruh pada mutu pendidikan jenjang SMK di wilayah itu. Belum
optimal prestasi belajar tersebut selama ini, disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya:
a. Kemampuan dasar (IQ) merupakan kecerdasan yang bertumpuk pada
kemampuan otak dalam berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal
ini amat penting diperlukan dalam proses belajar peserta didik. Pada
kenyataannya, masih ditemukan 37,16% peserta didik yang memiliki IQ
rata-rata bawah berdasarkan hasil tes oleh Yayasan Profesor Doktor
16

Kartono (PDK) terhadap peserta didik SMK NU di Kabupaten


Indramayu.
b. Bakat khusus merupakan kemampuan dasar yang dimiliki seseorang
sebagai potensi alami atau bawaan sejak lahir yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
Pada kenyataannya, masih ditemukan bakat khusus peserta didik yang
kurang terlatih, akibat kurang fasilitas sehingga menyebabkan prestasi
belajar peserta didik tersebut kurang optimal.
c. Sikap merupakan suatu pikiran atau perasaan seseorang yang mendo-
rong untuk bertingkah laku, baik menyukai ataupun tidak. Padake-
nyataannya, masih ditemukan peserta didik memiliki sikap belajar yang
kurang sesuai dengan harapan dewan guru dan keluarganya. Hal ini
menyebabkan prestasi belajar peserta didik yang bersangkutan kurang
sesuai dengan harapannya.
d. Persepsi, yaitu: proses masuknya informasi kedalam otak seseorang
sehingga yang bersangkutan mengadakan hubungan dengan lingkungan-
nya. Pada kenyataanya, masih ditemukan peserta didik yang memiliki
persepsi kurang positif terhadap materi belajarnya, sehingga kurang
konsentrasi untuk mengikuti kegiatan belajarnya. Hal ini menyebabkan
prestasi belajarnya kurang sesuai dengan kemampuannya.
e. Kebiasaan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan seseorang secara
berulang-ulang atau terus menerus dalam waktu yang lama. Pada
kenyataannya, masih ditemukan peserta didik yang memiliki kebiasaan
bukan pada penguasaan materi belajarnya, melainkan kebiasaannya
terhadap main game on line melalui hp. Hal ini menyebabkan prestasi
belajar peserta didik yang bersangkutan kurang optimal.
f. Guru merupakan tenaga pendidik yang berhadapan langsung dengan
peserta didik memiliki tugas merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran dan atau bimbingan, mengevaluasi hasil kegiatan
pembelajaran dan atau bimbingan, menganalisis hasil evaluasi, dan
menindaklanjuti hasil analisis. Pada kenyataannya sampai saat ini, masih
17

ditemukan tenaga pendidik yang belum profesional. Hal ini disebabkan


akibat guru tersebut belum bersertifikat guru profesional atau mereka
mengampu mata pelajaran yang kurang sesuai dengan bidang
keahliannya.
g. Teknik yang dimaksud tentunya teknik pembelajaran, yaitu cara yang
dilakukan seorang guru dalam mengimplementasikan suatu metode
pembelajaran. Hal ini turut menentukan terhadap pencapaian prestasi
belajar peserta didik. Kekurangtepatan penerapan teknik menyebabkan
prestasi belajar peserta didik menjadi kurang berkembang.
h. Metode, diartikan sebagai cara yang digunakan seorang guru untuk
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusunnya
dalam bentuk kegiatan yang praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pada kenyataannya, masih ditemukan guru yang kurang wawasan dan
keterampilan dalam menerapkan metode pembelajarannya, Hal ini
menyebabkan kegiatan belajarnya kurang menarik sehingga peserta didik
menjadi bosan atau jenuh sehingga peserta didik kurang semangat dalam
belajarnya. .
i. Pendekatan maksudnya sudut pandang seorang guru terhadap proses
pembelajaran yang menginspirasi dan menguatkan metode pembelajaran
yang diterapkannya dalam kegiatan belajar mengajar, baik berorientasi
kepada peserta didik maupun guru. Pada kenyataannya masih ditemukan
guru yang lebih aktif peserta didik hanya sebagai pendengar saja. Hal
ini menyebabkan kurangnya kreatifitas peserta didik sehingga prestasi
belajar peserta didik kurang baik.
j. Strategi, maksudnya suatu perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan
siswa dan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar tertentu. Kesalahan menerapkan strategi
menyebabkan prestasi belajar peserta didik menjadi kurang baik.
k. Manajemen layanan pembelajaran, maksudnya suatu proses yang dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
dalam kegiatan pembelajaran terhadap peserta didik. Manajemen ini yang
18

kurang memadai menyebabkan prestasi belajar peserta didik menjadi


kurang berkembang.
l. Manajemen layanan bimbingan konseling untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, maksudnya suatu proses yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengen-dalian dalam kegiatan
bimbingan konseling terhadap peserta didik untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa. Pada kenyataannya, masih ditemukan peran guru
BK yang kurang optimal. Hal ini akibat kurang rasionalnya
perbandingan jumlah peserta didik dengan jumlah guru BK. Setiap
sekolah yang jumlah peserta didiknya sekitar 1000 orang jumlah guru
BKnya hanya seorang.
m. Manajemen kepemimpinan kepala sekolah, maksudnya suatu proses yang
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
terhadap kegiatan kepemimpinan kepala sekolah mencakup manajerial,
kewirausahaan, dan supervisi. Pada kenyataannya masih ditemukan pen-
capaian prestasi belajar peserta didik di bawah KKM.
n. Keutuhan keluarga, maksudnya suatu kondisi keharmonisan keluarga
karena antara seorang laki - laki dan perempuan sebagai pasangan hidup
bersama secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Pada
kenyataannya, ditemukan kegagalan keluarga orang tua atau broken home
menyebabkan prestasi belajar peserta didik menjadi turun. Bahkan drop
out. Terkait dengan hal tersebut di atas, peneliti merumuskan ke dalam
bagan seperti tertera berikut ini:

Prestasi belajar peserta didik


Kemampuan Dasar (IQ) X1 (Y)
Bakat Khusus (X2), Motivasi (X3)
Kebiasaan(X4), Minat (X5), Guru (X6), Metode (X7), Pendekatan (X8), Strategi (X9), Teknik (X10)
layanan bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar (X11)
Kompetensi Guru (X12)
Kepemimpinan kepala sekolah (X13)
Keutuhan keluarga (X14)
Tuntutan kedepan (X15)
19

Gb 1.3. Rumusan Masalah


Kesuksesan manajemen tersebut merupakan salah satu faktor yang ikut
menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai prestasi belajarnya. Hal
ini sangat membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya secara
optimal.
A. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan cukup meng-undang
perhatian dan mengkhawatirkan berbagai pihak, khususnya di kalangan pendidik
diantaranya masih ditemukan kecenderungan rendahnya prestasi belajar peserta
didik di sekolah. Adapun faktor penyebab rendahnya prestasi belajar peserta didik,
diantaranya, rendahnya manajemen bimbingan konseling, pembelajaran,
kepemimpinan kepala sekolah, dan prestasi belajar.
Pada kesempatan ini penyusunmembatasi masalah yang diteliti mencakup
pada manajemen pembelajaran, manajemen bimbingan konseling, kepemimpinan
kepala sekolah dan prestasi belajar. Pembatasan masalah ini dengan alasan
berbagai faktor baik waktu, situasi dan kondisi, biaya, dan lain-lain yang belum
bisa penyusun sebutkan. Pembatasan masalah penelitian penyusun digambar pada
bagan berikut ini:
Prestasi belajar
Kepemimpinan kepala sekolah (X1) peserta didik (Y)
Kompetensi guru (X2)
Motivasi belajar siswa (X3)

Gb. 1.4. Pembatasan Masalah

Mengingat ruang lingkup permasalahan yang begitu luas, maka penelitian


ini di batasi pada berikut :
a. Kepemimpinan kepala sekolah,
b Kompetensi guru,
c. Motivasi belajar peserta didik
d Prestasi belajar peserta didik
20

Alur pemikiran ini untuk memudahkan dan memahami, maka dibuat


kerangka berpikir sebagai dasar penelitian ini tampak pada gambar di halaman
berikut:

Kepemimpinan Kepala
Sekolah (X1) ɛ

r1
Prestasi Belajar Peserta Didik (Y)
Kompetensi Guru (X2)
r2

r3
Motivasi Belajar Siswa
(X3)

Gb 1.5 Paradigma hubungan antar variabel penelitian

Berdasarkan pada paradigma antar variabel penelitian yang penyusun


buat dalam penelitian disertasi ini, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Seperti apa gambaran kepemimpinan kepala sekolah (X1)?
b. Seperti apa gambaran kompetensi guru (X2)?
c. Seperti apa gambaran motivasi belajar siswa (X3)?
d. Seperti apa gambaran prestasi belajar peserta didik (Y)?
e. Apakah terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap prestasi belajar
peserta didik (Y?
f. Apakah terdapat kontribusi yang positif serta signifikan antara
kompetensi guru (X2) terhadap prestasi belajar peserta didik (Y?
g. Apakah terdapat kontribusi yang positif serta signifikan antara
motivasi belajar siswa (X3) terhadap prestasi belajar peserta didik
(Y)?
h. Apakah terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara
kepemimpinan kepala sekolah (X1), kompetensi guru (X2), dan
21

motivasi belajar siswa (X3) terhadap prestasi belajar peserta didik


(Y)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan pada persepsi peserta didik kelas XI
SMKN di Kabupaten Indramayu Tahun Pelajaran 2019/2020 yang telah
diuraikan dibagian A. latar belakang, adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah menemukan kontribusi antara
kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru, dan motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar peserta didik.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empirik
tentang:
1) Gambaran kepemimpinan kepala sekolah
2) Gambaran kompetensi guru
3) Gambaran motivasi belajar
4) Gambaran prestasi belajar
5) Adanya kontribusi yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
kepala sekolah terhadap prestasi belajar
6) Adanya kontribusi positif dan signifikan antara kompetensi guru
terhadap prestasi belajar
7) Adanya kontribusi yang positif dan signifikan antara motivasi belajar
siswa terhadap prestasi belajar
8) Adanya kontribusi yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
kepala sekolah, kompetensi guru dan motivasi belajar siswa terhadap
prestasi belajar
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini berdasarkan pada temuan atau hasil-hasil yang
diperoleh. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
22

Secara teoritis, dalam penelitian ini minimal mendapatkan data tentang


kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru, motivasi belajar siswa dan
prestasi belajar peserta didik. Hal ini menjadi bekal penyusun untuk memberikan
sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian kepemimpinan kepala
sekolah, kompetensi guru, motivasi belajar siswa, dan prestasi belajar peserta
didik sehingga menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan penelitian yang lebih kompleks bagi pengembangan ilmu manajemen.
b. Manfaat praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkaan dapat memberikan
manfaat untuk pengembangan profesi.
1) Bagi kepala sekolah memberikan gambaran yang komprehensif
untuk menyempurnakan kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar
2) Bagi guru semua mata pelajaran memberikan gambaran yang
komprehensif untuk menyempurnakan manajemen layanan
pembelajaran dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
3) Bagi peserta didik memberikan gambaran yang komprehensif untuk
meningkatkan motivasi belajar dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar
4) Bahan pertimbangan oleh pimpinan pendidikan, baik kepala sekolah
maupun kepala dinas pendidikan kabupaten dan provinsi dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar
D. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
1. Asumsi Penelitian
Asumsi adalah suatu pernyataan yang kebenarannya tidak diragukan lagi
dan tidak memerlukan pengujian lebih lanjut atas masalah yang dihadapi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2006:305), menyatakan bahwa: “asumsi
dapat berupa teori, evidensi, atau pemikiran peneliti sendiri, yang tidak perlu
dibuktikan lagi kebenarannya minimal dalam kaitan dengan masalah yang diteliti.
Asumsi merupakan landasan bagi hipodisertase dan dirumuskan dalam kalimat
deklaratif”.
23

Adapun yang menjadi asumsi (anggapan dasar) dalam penelitian ini,


adalah:
a. Peserta didik yang dapat memahami, menerima, dan merencanakan
kehidupan di masa mendatang dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
b. Peserta didik yang dapat mengikuti proses pembelajaran dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
c. Kepala sekolah yang dapat menjalankan roda kepemimpinannya secara
bertanggungjawab, konsisten, dan prouktif berdampak pada peningkatan
prestasi belajar peserta didik.
d. Wilayah kepemimpinan, pembelajaran, dan pembinaan kesiswaan yang
berlangsung dengan tanggung jawab, konsisten, dan produktif berdampak
pada peningkatan mutu pendidikan.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan
yang harus masih dibuktikan kebenarannya, artinya suatu pernyataan yang bersifat
hipodisertase belum tentu diterima atau ditolak. Seorang peneliti harus bersikap
obyektif terhadap data yang dikoleksi baik data tersebut mendukung atau menolak
hipodisertase yang ditetapkan. Sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2006:305)
bahwa “hipotesis merupakanjawaban sementara terhadap masalah atau sub
masalah yang diteliti, dijabarkan dari landasan teori tetapi harus diuji
kebenarannya”.
Bertitik tolak dari tujuan dan batasan masalah pada penelitian disertasi,
maka diajukanhipotesis penelitian ini sebagai berikut:
a) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
kepala sekolah terhadap prestasi belajar.
b) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara kompetensi guru
dalam memberikan layanan pembelajar terhadap prestasi belajar.
c) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara motivasi belajar
siswa terhadap prestasi belajar.
24

d) Terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara kepemimpinan


kepala sekolah, kompetensi guru, dan motivasi belajar siswa secara
bersama-sama terhadap prestasi belajar.
E. Pendekatan, Metoda, Populasi, dan Sampel Penelitian
Pendekatan penelitian dalam disertasi ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini
karena data lapangan yang terkumpul berupa angka-angka yang memer-lukan
pengolahan secara statistik. Di sisi lain, pendekatan kualitatif melalui wawancara
dan studi dokumentasi digunakan sebagai penggalian terhadap sumber data, yaitu
kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan peserta didik. Selain itu, juga
dipergunakan observasi sebagai triangulasi dalam penelitian ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam disertasi ini adalah metode
deskriptik analitik. Metode deskrisptif memusatkan pada masalah-masalahyang
ada pada masa sekarang. Metode ini dilakukan dengan cara mencari,
mengumpulkan, menginterprestasikan,dan menganalisis data untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Populasi penelitian pada disertasi yang penyusun lakukan, yaitu peserta
didik kelas XI di SMKN di kabupaten Indramayu pada tahun pelajaran
2019/2020. Adapun jumlah SMKN ada 18 sekolah dengan peserta didik
sebanyak 24730 orang.

Sampel penelitian dalam disertasi ini terdiri-dari 10 (sepuluh) SMKN


dengan peserta didik sebanyak 361 orang. Responden ini diharapkan dapat
mewakili populasinya secara 100 % dengan harapan supaya terjadi kebenaran
dalam membuat generalisasi. Bila jumlah sampel semakin besar dalam arti
mendekati jumlah populasi maka peluang kesalahan generalisasi terhadap
populasi semakin kecil.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian


1. Variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1)
25

Manajemen kepemimpinan kepala sekolah adalah suatu proses layanan


kepemimpinan dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala sekolah terutama
dalam kompetensi manajerial dan supervisi.
Tabel 1.4. Indikator Variabel Layanan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

NO DIMENSI INDIKATOR
1. Kepala sekolah memberikan pembinaan kepada
guru
2. Kepala sekolah memberikan pembinaan kepada
1 Educator
kar-yawan
3. Kepala sekolah memberikan pembinaan kepada
peserta didik
4. Kepala sekolah membuat perencanaan

5. Kepala sekolah mengorganisasikan SDM

6. Melaksanakan perencanaan program


2 Manajerial
7. Evaluasi hasil pelaksanaan program

8. Menindaklanjut hasil evaluasi pelaksanaan program

9. Mengelola administrasi kurikulum

10. Mengelola administrasi pesertadidik

Administra- 11. Mengelola administrasi personalia


3
tor
12. Mengelola administrasi sarana danprasarana

13. Mengelolaadministrasi kearsipan

14. Membuat perencanaan supervisi

13. Melaksanakan perencanaan supervisi

14. Mengevaluasi hasil pelaksanaan supervisi


4. Supervisor
15. Menindaklanjut hasil evaluasi supervisi

16. Membuat laporan hasil supervisi

5 Leader 17. Kepala sekolah menunjukkan kepribadian yang


26

matang
18. Kepala sekolah menunjukkan pengetahuan yang
luas
19. Kepala sekolah mampu mengambil keputusan
sesuai dengan konteksnya
20. Kepala sekolah mampu berkomunikasi dengan
santun
21. Kepala sekolah mampu menunjukkan sikap kreatif
6 Innovator
22. Kepala sekolah mendorong wali kelas untuk
mengatur lingkungan fisik
23. Kepala sekolah mendorong guru untuk mengatur
suasanakerja yang harmonis
7 Motivator
24. Kepala sekolah memberikan hadiah kepada guru
yang disiplin
25. Kepala sekolah memberikan dorongan kepada
peserta didik untuk berprestasi
(Sumber: Mulyasa, 2013:98-122)
2. Variabel kompetensi guru (X2)
Kompetensi guru adalah standar kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
dalam merefleksikan kecakapan, keahlian, keterampilan, dan kemampuan guru
pada saat menjalankan tugas profesionalnya. Kompetensi guru juga dapat berupa
suatu proses layanan kegiatan belajar-mengajar yang disampaikan guru kepada
peserta didik di sekolah.
Tabel 1.3. Indikator Variabel kompetensi guru (X2)

NO DIMENSI INDIKATOR

1. Pemahaman wawasan landasan kependidikan

2. Pemahaman terhadap peserta didik


Kompeten
1 si 3. Perancangan dan pelaksanan pembelajaran
Pedagogik
4. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

5. Evaluasi hasil belajar

2 Kompeten 6. Menguasai pengetahuan dan bertanggungjawab


si Pribadi terhadap disiplin ilmunya
27

7. Memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi


peserta didik

8. Memiliki pengetahuan tentang materi pelajaran

9. Memiliki pengetahuan tentang perkembangan peserta


didik

10. Memiliki kemampuan memotivasi peserta didik, dan


12) Mampu menjadi panutan dan suri tauladan

11. Mampu berinteraksi dengan sejawat

12. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat


13. Mampu mendorong dan menunjang kreativitas
Kompeten masyarakat
3
si Sosial

14. Menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik

15. Menjadi suri tauladan dan panutan masyarakat

16. Menyelenggarakan administrasi sekolah


Kompeten 17. Merencanakan sistem pembelajaran
si
4 18. Melaksanakan sistem pembelajaran
Profesiona
l 19. Mengevaluasi sistem pembelajaran
20. Mengembangkankan sistem pembelajaran
(Sumber: E. Mulyasa, 2017: 187-192)
3. Variabel motivasi belajar siswa (X3)
Motivasi belajar merupakan seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam
diri individu siswa yang dapat memberikan dorongan untuk belajar demi
mencapai tujuan dari belajar tersebut. Dalam penelitian ini motivasi belajar
ditunjukkan melalui skor jawaban pada angket. Indikator motivasi belajar
meliputi: adanya hasrat keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar, adanya harapan, rasa tidak cepat puas dan cita-cita masa depan,
adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,
adanya lingkungan belajar yang kondusif, tekun menghadapi tugas, ulet
menghadapi kesulitan, lebih sering bekerja mandiri, memungkinkan minat
28

terhadap macam-macam masalah, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat


mempertahankan pendapatnya, tidak melepaskan sesuatu yang diyakini, sering
mencari dan memecahkan atas soal-soal. Semakin tinggi skor jawaban, maka
semakin tinggi pula motivasi belajarnya. Cara yang digunakan untuk mengungkap
motivasi belajar adalah dengan menggunakan kuesioner/ angket. Manajemen
kepemimpinan kepala sekolah adalah suatu proses layanan kepemimpinan dalam
menjalankan tugas tambahannya sebagai kepala sekolah terutama dalam
kompetensi manajerial dan supervisi.
Tabel 1.4. Indikator Variabel Motivasi Belajar Siswa (X3)

NO DIMENSI INDIKATOR

1. Ketekunan dalam belajar


2. Ulet dalam menghadapi kesulitan
3. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
1 Motivasi 4. Berprestasi dalam belajar

5. Mandiri dalam belajar

(Sumber: Mulyasa, 2013:98-122)


4. Variabel prestasi belajar peserta didik (Y)
Prestasi belajar peserta didik yaitu nilai rata-rata hasil belajar dari aspek
kognitif, afektif dan psikomotor pada mata pelajaran di SMK yang diperoleh dari
nilai ulangan harian pada buku nilai guru mata pelajaran.
Tabel 1.5. Indikator Variabel Prestasi Belajar Peserta Didik (Y)
Mata Aspek Aspek Aspek
No
Pelajaran Kognitif Afektif Psikomotor
1 Pend. Agama Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
2 PKn Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
3 B. Indonesia Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
4 Matematika Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
5 IPA Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
6 Produktif Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
7 B. Inggris Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
29

8 Penjaskes Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan


9 S. Budaya Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
10 Prakarya Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
11 Mulok Pengetahuan Kejujuran, Toleransi Kecekatan
(Sumber: Kurikulum SMK Kab. Indramayu 2019/2020)

Anda mungkin juga menyukai