Disusun sebagai laporan akhir kegiatan On The Job Learning pada Pendidikan dan
Pelatihan Calon Kepala Sekolah
Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat
Periode : September s/d Nopember 2015
Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar perlu dikelola secara baik
dan benar. Keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan yang diharapkan sangat tergantung
kepada bagaimana model pengelolaan terhadap segala sumber daya yang dimiliki sekolah
tersebut. Sumber daya sekolah yang memadai bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan
warga sekolah yang telah dirumuskan menjadi tujuan sekolah tersebut jika kepala sekolah
sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.
Kepala Sekolah memiliki dua peran strategis sebagai leader dan manajer di sekolah.
Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi sekolahnyapun disusun guna
memfasilitasi perwujudan tujuan pendidikan, serta para anggota organisasi, pegawai atau
karyawan dipimpin dan dimotivasi untuk mensukseskan pencapaian tujuan, tidak dijamin
selamanya bahwa semua kegiatan akan berlangsung sebagaimana yang direncanakan, dan
dikelola dengan baik, di antaranya adalah pengetahuan tentang manajemen. Dengan kemampuan
dalam mengelola ini nantinya akan dijadikan sebagai pegangan cara berfikir, cara mengelola dan
cara menganalisis sekolah dengan cara berpikir seorang manajer. Kepala sekolah harus mampu
akreditasi).
Selain itu pula Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan untuk
memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai
seorang guru, kepala sekolah sejatinya adalah juga pendidik yang harus mampu membina guru-
guru disekolahnya menjadi guru kreatif dan selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran.
Dengan adanya tugas tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk membina
guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk membina dan mengelola seluruh komponen
sekolah lainnya seperti tenaga adminstrasi sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium
dan lain sebagainya. Tuntutan-tuntutan ini adalah merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang
guru yang diserahi tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah berupa
peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika seluruh komponen sekolah dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing melalui pembinaan dan pengelolaan
Karena itu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala sekolah maka untuk menjadi
seorang kepala sekolah yang profesional tentu tidaklah mudah. Diperlukan waktu yang cukup
untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas yang baru tersebut. Pelatihan, pembimbingan
dan pembinaan bagi calon kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh
pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang berkualitas yang diharapkan
mampu untuk memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Permendikas Republik Indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai
kepala sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan profesionalisme seorang kepala
Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang telah dinyatakan lulus
seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi, dan (5) sosial. Dasar kompetensi kepribadian ini
pendidikan nasional, propinsi, dan kabupaten/kota. Sebagai tambahan pengetahuan dan keilmuan
dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan, kepala sekolah harus mampu
sebagai sistem yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik, di antaranya adalah pengetahuan
tentang manajemen
SMP Negeri 3 Setu sebagai sekolah tempat mengajar penulis misalnya, memiliki 6 tenaga
kependidikan yang berfungsi sebagai tenaga administrasi sekolah merupakan SDM yang cukup
untuk terlibat dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan menuju peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Namun kenyataannya, SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa
SMPN 3 Setu, menemukan beberapa tenaga administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang
tanpa berbuat sesuatu. Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak ada yang mereka
bisa kerjakan. Ini adalah merupakan dasar dari rencana tindakan yang hendak dilakukan penulis
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengangkat tema tulisan
dengan judul “Upaya Peningkatan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) dalam
sebagai Manajer”
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan laporan OJL ini adalah
untuk mengetahui :
pembinaan tenaga administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, pengelolaan sarana prasarana
pembelajaran, dan sistem monitoring dan evaluasi pada SMP Negeri 3 Setu dan SMP Negeri 4
Setu.
2. Kompetensi supervisi melalui pelaksanaan supervisi guru Junior pada SMP Negeri 3 Setu.
1. Memahami kondisi ideal, kondisi nyata, menemukan kesenjangan, dan memberikan solusi
pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, dan
sistem monitoring dan evaluasi pada SMP Negeri 3 Setu dan SMP Negeri 4 Setu.
2. Memahami teknik supervisi melalui pelaksanaan supervisi guru yunior pada SMP Negeri 3 Setu
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG
SMP Negeri 3 Setu berlokasi di Jalan Rawa belut Cisaat Bojong Ds. Kertarahayu Kecamatan
Setu Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. SMP Negeri 3 Setu berdiri pada tanggal 28
September 2008. Atas keprihatinan Pemerintah akan pendidikan dan tentunya atas kepedulian
serta antusias masyarakat. Masyarakat di daerah tersebut sebelumnya masih banyak yang belum
mempunyai pendidikan tingkat lanjut. Mayoritas dari mereka hanya bersekolah sampai tingkat
dasar saja. Kenapa demikian ? Karena para lulusan Sekolah Dasar yang ingin melanjutkan ke
SLTP sangat terbebani oleh beberapa faktor diantaranya keberadaan Sekolah Tingkat Lanjut
yang jauh, faktor ekonomi keluarga yang tidak merata yang mayoritas mata pencaharian
masyarakat adalah bertani. Selain itu kurangnya kepedulian para orangtua akan pendidikan
masyarakat di daerah tersebut kini sudah terkikis. Banyak masyarakat sekitar yang merasa
Sekarang, SMP Negeri 3 Setu telah berdiri kurang lebih 7 ( tujuh ) tahun. Tentunya program
Pemerintah tentang pendidikan wajib belajar sudah mulai berjalan. Akan tetapi bukan tanpa
kendala, banyak sekali kendala yang kami hadapi yang salah satunya dari segi sarana dan
prasarana sekolah yang tentunya akan mendukung kegiatan belajar mengajar yang baik.
Kinerja SMP Negeri 3 Setu dilihat dari pencapaian delapan standar pendidikan dapat
1. Standar Isi
SMP Negeri 3 Setu telah memiliki kurikulum sendiri yaitu Kurikulum SMP Negeri 3
Setu yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan
mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia peserta
didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Bahasa Sunda yang
merupakan muatan local wajib dari pemerintah provinsi Jawa Barat dan baca tulis al-qur’an
adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Setu
kabupaten Bekasi yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Jawa
Barat.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan tiga mata pelajaran
muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, IPS, Matematika, IPA, SBK, Penjaskes, TIK dan dan 3 (tiga) Mulok. Mata pelajaran
yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-
masing 4 jam pelajaran. Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak yaitu 4
jam pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS mempelajari tiga materi pokok yakni
ekonomi, sejarah dan geografi. Bimbingan dan Konseling merupakan Pengembangan diri
memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan
40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 36 jam per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran
tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran per rombel 7 rombel = 252 jam pelajaran perminggu.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari Sabtu pagi dengan bimbingan dari para
Pembina Ekstrakurikuler yang telah ditunjuk. Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan
mengacu kepada kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang
disediakan diantaranya pembinaan kepramukaan, PMR, Rohis, dan olahraga (yang mencakup
layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki hanya 1 orang. 1
(satu) orang guru berkewajiban menangani 150 siswa yang ekuivalen dengan 24 Jam pelajaran
perminggu. Itu artinya menurut kebutuhan terhadap rasio guru BK SMP Negeri 3 Setu minimal
harus memiliki 2 (dua) orang guru BK. Sedangkan yang ada hanya 1 (satu) orang guru saja.
Dengan demikian SMP Negeri 3 Setu membutuhkan guru BK/Konselor satu lagi untuk dapat
Jumlah siswa SMP Negeri 3 Setu pada tahun pelajaran 2015/2016 adalah sebanyak 252
siswa. Sehubungan masih minimya jumlah siswa dan mencukupinya ruangan kelas yang
dimiliki, kegiatan pembelajaran dilaksanakan 1 ( satu ) shif yaitu dari pukul 07.15 – 12.55, hal
ini terjadi karena masih kurangnya in put peserta didik dari sekolah SD penujnjang yang ada
disekitar sekolah. Rata-rata dari mereka ( SD pendukung) hanya meluluskan 20 sampai dengan
40 Siswa saja pertahun, itupun harus dibagi-bagi kesekolah lanjutan yang lain yang ada disekitar
desa tersebut.
SMP Negeri 3 Setu Memiliki 7 ( tujuh ) rombel, yaitu dengan perincian; 2 (dua) rombel
kelas VII dengan jumlah siswa 81 orang siswa, 3 ( tiga ) rombel kelas VIII dengan jumlah siswa
94 orang siswa dan 2 ( dua ) rombel kelas IX dengan jumlah siswa 76 orang siswa.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan
MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru
belum sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh
pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun
mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga
dilakukan oleh guru-guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah
ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP
sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang
telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan
memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat sekitar.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat sedikit mengakibatkan
terbatasnya sumber belajar dari buku. Buku yang dimiliki belum memenuhi SNP. Pemenuhan
buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan buku paket yang dikeluarkan
oleh pemerintah pusat ataupun daerah. Tetapi upaya itu terus dilakukan oleh kepala sekolah,
sekolah.
Selain buku pelajaran pokok, koleksi buku perpustakaan yang dimiliki diantaranya adalah
buku pengetahuan umum sebanyak 1.726 eks, Atlas Indonesia dan dunia sebanyak 28 eks, Atlas
sejarah Indonesia dan Dunia sebanyak 28 eks, Buku sejarah Indonesia sebanyak 28 eks, buku
ensiklopedia sebanyak 121 eks, buku sejarah keajaiban Dunia sebanyak 7 eks, Kamus Besar
Bahasa Indonesia 2 eks, dan kamus Bahasa Inggris sebanyak 25 eks. Kenyataan ini
membuktikan bahwa SMP negeri 3 Setu masih sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah.
Karena masih kurangnya pembinaan dan pengawasan dari pihak yang terkait, terutama
belum terlaksananya supervisi pembelajaran secara teratur dan terjadwal, sehingga pelayanan
Tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 3 Setu tahun pelajaran 2013/2014 adalah 100%.
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2013/2014 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,40, Bahasa Inggris 6,40, Matematika 6,75, dan IPA
6,75. Sedangkan tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 3 Setu tahun pelajaran 2014/2015 adalah
100%. Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2014/2015 untuk masing-masing
mata pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 9,00, Bahasa Inggris 8,00, Matematika 6,25, dan
IPA 7,50. Keempat mata pelajaran tersebut menggambarkan adanya peningkatan pencapaian
kompetensi siswa dari tahun pelajaran 2013/2014 ke 2014/2015, artinya siswa sudah
memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan SKL.
Jumlah guru yang ada 16 orang dan tenaga administrasi sekolah sebanyak 5 orang sudah
memenuhi standar jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang sudah
berkualifikasi minimal S1 sebanyak 87% dan guru berkualifikasi S2 sebanyak 13% sedangkan
pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 40%, SMA sebanyak 60%. Secara spesifik,
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN 3 Setu belum terukur.
SMP Negeri 3 Setu memiliki luas lahan 7.000 m2. Ruang kelas yang digunakan sebagai
tempat proses KBM sebanyak 7 ruang kelas dengan ukuran masing-masing 7 x 9 m = 63 m2 per
ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki satu white board dan black board, satu
meja dan kursi guru, masing-masing satu meja dan 2 kursi untuk siswa.
Ruang guru berukuran (8 7) m2 memuat 10 pasang meja dan kursi guru, 1 papan white
boarddan black board, 2 lemari buku, 1 set sound system dan 2 buah jam dinding, serta
Ruang perpustakaan dengan luas masing-masing (912) m2. Jumlah buku teks pelajaran
masih kurang dari jumlah siswa. Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat
sedikit mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Buku yang dimiliki belum
memenuhi SNP. Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan
buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah. Tetapi upaya itu terus
dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya dengan membelanjakan 5% dari anggaran BOS untuk
adalah buku pengetahuan umum sebanyak 1.726 eks, Atlas Indonesia dan dunia sebanyak 28 eks,
Atlas sejarah Indonesia dan Dunia sebanyak 28 eks, Buku sejarah Indonesia sebanyak 28 eks,
buku ensiklopedia sebanyak 121 eks, buku sejarah keajaiban Dunia sebanyak 7 eks, Kamus
Besar Bahasa Indonesia 2 eks, dan kamus Bahasa Inggris sebanyak 25 eks. Kenyataan ini
membuktikan bahwa SMP negeri 3 Setu masih sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah.
Ruang kepala sekolah berukuran (78) m2 terdapat 1 kamar kecil (WC), 1 set wastafel, 2
lemari piala, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu dan 1 gudang arsip.
SMP Negeri 3 Setu belum memiliki ruang-ruang pendukung lainnya, seperti laboratorium
IPA, Laboratorium Komputer, Laboratorium bahasa. Khusus untuk laboratorium IPA tahun ini
akan segera dibangun melalui dana pemerintah melalui anggaran DAK (dana Alokasi Khusus).
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru BK, ruang UKS,
6. Standar Pengelolaan
SMP Negeri 3 Setu sudah mengalami dua kali perubahan Visi-Misi. Visi misi yang ada
dibentuk berdasarkan kebutuhan sekolah dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar.
Visi dan misi sekolah telah disosialisasikan kepada seluruh steakholder, melalui rapat guru dan
7. Standar Pembiayaan
Dalam hal pembiayaan, Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan
pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana APBD kabupaten Bekasi yang sangat minim. Hal
ini merupakan slah satu kendala yang selalu dihadapi oleh sekolah. Sekolah dengan jumlah siswa
sedikit, akan berpengaruh terhadap pemasukan keuangan yang bersumber dari dana BOS
Pusat/APBN dan adari APBD Kabupaten yang ada. Sehingga sekolah lama berkembang dalam
Sekolah belum mampu mencari sumber keuangan lain misalnya dengan membangun
Dasar dari penilaian yang dijadikan laporan pada orang tua dan dinas terkait adalah nilai
KKM. KKM adalah Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai oleh setiap peserta didik
disetiap kali mengikuti ujian terutama ujian Semester 1 dan Ujian Kenaikan Kleas ( UKK ).
semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian
melalui ulangan harian dilaksanakan sesuai dengan materi yang sudah disajikan. Selain itu juga
untuk melakukan penilaian terhadap peserta didik, dilakukan penugasan-penugasan baik Tugas
Terstruktur ataupun tugas tidak terstruktur. Kegiatan Remedian dan pengayaan juga kerap kali
Secara historis SMPN 4 Setu didirikan pada tahun 2008 dari bantuan pemerintah yang berupa
Blok Grand, dengan nomor statistic sekolah (NSS) 201022218077 dan Nomor Pokok Statistik
Nasional (NPSN) 20254067. Telah dilakukan penilaian Akreditasi Sekolah pada tahun 2010
dengan nilai B. Sekolah yang dibangun di atas tanah milik pemerintah ini dengan luas tanah
6000 M2 berada di Jl. Pepaya Raya Blok P Perum GMM, Ds. Lubang Buaya Kecamatan Setu
Kabupaten Bekasi. Berikut adalah profil singkat keadaan SMP Negeri 4 Setu :
1. Standar Isi
Kurikulum yang dikembangkan di sekolah ini adalah Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)
dengan muatan 10 mata pelajaran pokok dan 3 muatan local daerah. Adapun secara rinci 10 mata
pelajaran yang dilaksanakan adalah Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
IPS, Matematika, IPA, SBK, Penjaskes, TIK. Bimbingan dan Konseling merupakan
Pengembangan diri dengan alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran
setara dengan 40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 36 jam per kelas, sehingga total jumlah
Tahun pelajaran 2015/2016 ini SMPN 4 Setu membina sebanyak 755 siswa yang terbagi
Kepramukaan, UKS/PMR, Paskibra dan Olah Raga, dan Bela Diri. Adapun kegiatan ekskul
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan
silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah
ataupun MGMP mata pelajaran. Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya
berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh silabus dari sekolah-
Tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 4 Setu tahun pelajaran 2013/2014 adalah 100%. Perolehan
rata-rata nilai Ujian Nasional tahun pelajaran 2013/2014 untuk masing-masing mata pelajaran
berturut-turut Bahasa Indonesia 63.95, Bahasa Inggris 52.98, Matematika 51.10, dan IPA 52.30.
Sedangkan tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 4 Setu tahun pelajaran 2014/2015 adalah 100%.
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2014/2015 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 67.95, Bahasa Inggris 52.68, Matematika 50.09.0, dan
IPA 52.66. Keempat mata pelajaran tersebut menggambarkan adanya peningkatan pencapaian
kompetensi siswa dari tahun pelajaran 2013/2014 ke 2014/2015, artinya siswa sudah
memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target pencapaian SKL.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
SMPN 4 setu memiliki jumlah guru secara keseluruhan 30 orang guru, sebanyak 17 orang
adalah berstatus PNS, dengan kualifikasi pendidikan seluruhnya Strata 1 ( S1) dengan deskripsi
jumlah guru tiap mata pelajaran adalah; Guru Pkn : 3 orang, guru Pendidikan Agama 2 orang,
guru Bahasa Indonesia 3 orang, guru Bahasa Inggris 3 orang, guru IPS 3 orang, guru Penjaskes 2
orang, guru Matematika 3 orang, guru IPA 3 orang, guru Kesenian 2 orang, guru BK 1 orang,
Adapaun staf TU dan tenaga administrasi lainnya berjumlah 7 orang pegawai, 1 orang PNS
dan sebagai Kepala Tata Usaha dan 6 orang tenaga honorer sekolah.
Prasarana yang dimiliki adalah diantaranya sebagai berikut; Ruang kelas dengan ukuran 63
M2 berjumlah 10 ( sepuluh ) ruang. Sehubungan dengan hal ini, maka kegiatan KBM di SMPN
4 Setu ini dilakukan dengan system 2 ship, pagi dan siang hari.
Selain ruang kelas ada pula ruang perpustakaan dengan luas 3 x 4 m2, satu ruang Laboratorium
IPA berukuran 15 x 10 m2, ruang kesenian, ruang laboratorium bahasa, sarana ibadah seperti
6. Standar Pengelolaan
Tujuan pendidikan pada SMP Negeri 4 Setu dituangkan dalam bentuk Visi dan Misi SMPN 4
Setu, yaitu :
Visi “ Mewujudan Warga Sekolah Berprsestasi, Disiplin di Linglkungan yang Dengan dasar
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan menerapkan nilai-nilai agama dalam
kehidupan sehari-hari.
Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Tahunan (RKT) ataupun rencana kerja
jangka menengah (RKJM) sudah disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian pula dengan
Kegiatan supervisi sudah dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan, walau pun belum
7. Standar Pembiayaan
Dalam hal pembiayaan, Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan
pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana APBD kabupaten Bekasi. Dengna jumlah siswa
yang mencapai 756 siswa tahun ini, kegiatan keuangan masih dapat terkendali dengan baik.
Namun satu kendala yang agak berat adalah pengaturan keuangan yang terkadang sulit dengan
adanya kebijakan pemerintah pusat dalam hal pengelolaan BOS pusat. Hal yang tersulit adalah
pelaksanaan Pembayaran Tenaga Honor Guru yang dibatasi 15 % dari keuangan BOS Pusat.
Sedangkan tenaga honorernya masih banyak. Namaun secara umum pengelolaan pembiaaan di
8. Standar Penilaian
Berdasarkan pada Permendikbud RI Nomor 66 tahun 2013 penilaian hasil belajar pada SMPN 4
setu dilakukan dalam bentuk Penilaian Otentik, Penilaian Diri, Penilaian Projek, Ulangan Harian,
ulangan Tengah semester, ulangan akhir semester/Ujian kenaikan kelas (UKK), hasil penilaian
tersebut dibagikan kepada peserta didik dalam bentuk laporan hasil pembelajaran, serta dapat
ditentukan layak untuk naik ke kelas berikutnya atau tidak, serta ujian sekolah dan ujian
nasional, 2 ujian terakhir adalah ujian/penilaian yang dilakukan pada semester 6 atau di kelas IX
semester 2.
BAB III
A. Pelaksanaan RTK
Keberhasilan kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan atau kompetensi dan
profesionalisme seorang guru. Guru tidaklah semata disebut kompeten dan professional jika
tidak memiliki kemampuan dalam bidang keilmuan dan dalam bidang administrasi. Guru yang
memiliki keilmuan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya belum dikatakan
professional jika tidak mampu menyusun administrasi pembelajaran. Sehingga kedua hal
tersebut di atas dapat dimiliki serta dilaksanakan dalam proses pengajaran di kelas.
Idealnya seorang guru mampu untuk melaksanakan hal tersebut di atas, namun kenyataan di
lapangan berbeda. Tidak sedikit para guru di sekolah enggan membuat administrasi
pembelajaran dengan berbagai macam alasan klasik. Secara umum alasan keengganan mereka
membuat administrasi pembelajaran adalah karena kurangnya pemahaman tentang hal tersebut.
Lain hal, ada guru yang memiliki administrasi pembelajaran, misalnya Program tahunan,
Program semesteran, dan Program harian (dalam hal ini disebut RPP), tetapi pada kenyataannya
tidak digunakan pada proses pembelajaran di kelas. Sungguh ironis memang, membuat tetapi
tidak mengerti penggunaanya. Kenapa demikian, karena dalam proses penyusunannya hanya
copy – paste dari internet, tanpa disesuaikan dengan kebutuhan di sekolah tersebut.
Sehubungan dengan keprihatinan yang terjadi, dan untuk meminimalisir kejadian serupa
pada SMPN 3 Setu, di mana penulis melaksanakan tugas, maka dalam hal ini saya ( CKS )
mencoba untuk membuat Rencana Tindak Kepemimpinan ( RTK ) dengan judul : “Upaya
Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP)
melalui IHT”
1. Siklus 1
a) Tahap Persiapan
Pada tahap ini, satu hari sebelum pelaksanaan, CKS melakukan persiapan-persiapan di antaranya
personil yang akan dilibatkan, mempersiapkan materi dan sumber, mempersiapkan ruangan yang
akan digunakan, melakukan koordinasi dengan kepala sekolah, wakabid kurikulum, narasumber
yang ditunjuk (dalam hal ini pengawas ) dan dewan guru yang akan menjadi peserta IHT.
b) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan kegiatan IHT ini diawali dengan pembagian instrument identifikasi
tahap 1 tentang penilaian diri pemahaman penyusunan RPP. Peserta IHT berjumlah 10 orang
yang merupakan perwakilan dari tiap-tiap mata pelajaran pokok selain mata pelajaran muatan
local. Berikut adalah hasil rekapitulasi dari penyebaran instrument identifikasi 1 yang
Tabel 3.1
Hasil Penilaian Identifikasi pra IHT
Penilaian Diri Pemahaman Penyusunan RPP
NTASE ASI
5 Nursiam, S. Pd 31 70 Baik
belum mencapai kategori Baik. Sehingga sangat perlu adanya peningkatan kompetensi dan harus
Kegiatan IHT dimulai pada pukul 08.30 WIB, dengan dibuka oleh Kepala Sekolah, yang
didampingi oleh 2 orang pengawas bidang SMP. Dalam pelaksanaannya, kegiatan IHT ini
SMP yaitu Bapak Drs. Supriyono, M. Pd. Hal ini dilakukan karena Peserta OJL (CKS) merasa
kurang menguasai tentang penyusunan RPP secara mendalam, karena CKS adalah guru BK.
Sedangkan guru Bimbingan dan Konseling (BK) secara prinsip berbeda dalam hal penyusunan
program pembelajaran dengan guru mata pelajaran biasa (selain Bimbingan dan Konseling).
Walaupun demikian CKS berupaya sekuat tenaga berperan sebagai fasilitator dan penyelenggara
kegiatan ini.
Dalam pelaksanaanya semua peserta tampak antusias mengikuti kegiatan, hal tersebut terlihat
dari banyaknya pertanyaan yang muncul. Akhirnya, kegiatan selesai pada pukul 12.30. Kegiatan
ini berjalan dengan baik dari awal hingga akhir. Satu hari setelah kegiatan dilaksanakan
Tabel 3.2
Hasil Penilaian Identifikasi pasca IHT
Penilaian Diri Pemahaman Penyusunan RPP
NTASE ASI
1 Drs. Poejianto 38 86 A
2 Ida Nurhayati, S. Pd 37 84 B
3 Oky Maulana P, S. Pd 36 81 B
4 Dalim, S. Pd 34 77 B
5 Nursiam, S. Pd 37 84 A
6 Siti Aromlah, S. Pd 36 81 B
7 Fahru Rijal, S. Pd 35 79 B
8 Nurdin Abidin, S. Pd 36 81 B
9 Marlina Fariyanti, SE 39 88 A
10 Reni Komalasari, S. Pd 39 88 A
Setelah dilaksanakannya kegiatan IHT ini, untuk penyempurnaan penyusunan RPP diakhir
siklus pertama, dilakukan penilaian diri pemahaman guru-guru mengenai cara penyusunan RPP,
dengan mengisi kuesioner yang sama seperti sebelum pelaksanaan kegiatan ini guna mengetahui
sejauh mana hasil kegiatan yang telah dilakukan, ada peningkatan atau tidak.
Setelah data diolah dan dimasukan kedalam tabulasi berbentuk grafik maka didapatkanlah
gambaran sebagai berikut, yaitu ternyata setelah diadakannya kegiatan IHT tentang penyusunan
RPP, pemahaman para peserta meningkat. Di bawah ini adalah grafik perkembangannya:
Dari hasil kegiatan ini, pada siklus ke 1 dapat dievaluasi bahwa secara umum kegiatan berjalan
dengan lancar.
Pada tahap monev pelaksanaan tindakan, para peserta IHT melakukan pengisian instrumen
monitoring dan ealuasi pelaksanaan tindakan. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan
penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa apapun yang diisikan tidak
d) Refleksi
Pada kegiatan ini peserta OJL merasakan bahwa untuk menjadi seorang kepala sekolah
dibutuhkan kemampuan yang luar biasa dalam menghadapi para guru dan pegawai yang ada di
lingkungan sekolah tersebut. Kepala sekolah harus mampu mengarahkan dan menggerakkan
rekan sejawat yang tentunya berbeda pola pikir, pandangan, dan ego pribadi, untuk dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, dalam hal ini diantaranya dengan kegiatan IHT
ini, sehingga guru menyadari pentingnya menyusun RPP, mampu menjelaskan sistematika RPP,
e) Hasil
tindakan melalui pengisian instrumen pemahaman tentang RPP diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.3
Rata-rata peningkatan kompetensi
Tabel 3.3 memperlihatkan tingkat kompetensi peserta IHT setelah mengikuti pembimbingan naik
dari 61,1% menjadi 82,9%. Peningkatan kompetensi sebesar 21,8% menunjukkan adanya hasil
calon kepala sekolah sebagai manajer dalam melakukan tindakan dan menjalankan tugasnya
Namun untuk menindaklanjuti kegiatan siklus ini, ada 2 (dua) peserta yang dianggap
masih kurang kompetensinya dibandingkan yang lain sehingga perlu dilakukannya bimbingan
2. Siklus 2
a) Tahap Persiapan
Pada siklus ke 2, persiapan yang dilakukan adalah berbeda dengan siklus pertama. Pada siklus ini
hanya ada 2 (dua) orang peserta yang merupakan peserta yang dianggap masih kurang
pemahamannya tentang penyusunan RPP, yaitu Bapak Dalim, S. Pd dan Bapak Fahru Rijal, S.
Pd. Pada tahapan ini, CKS yang merupakan peserta OJL mempersiapkan jadwal untuk
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan yaitu melakukan pembimbingan terhadap 2
(dua) orang guru berdasarkan hasil identifikasi kompetensi yang dianggap masih rendah.
Pembimbingan dilakukan selama satu minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali
tersedia dan sesuai dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu dari dari para guru yang akan
dibimbing.
Dalam pelaksanaan bimbingan penyusunan RPP ini, peserta OJL dibantu oleh seorang guru
senior yang merupakan Wakabid Kurikulum. Beliau mau membantu kegiatan yang dilakukan.
Pada tahap awal peserta OJL memberikan bahan-bahan yang dianggap bisa dijadikan sumber
untuk menambah pengetahuan mereka tentang prosedur penyususnan RPP. Pada proses
pembinaan 2 orang guru ini sangat antusias untuk mampu membuat RPP, hal ini terlihat dari
Pada tahap monev pelaksanaan tindakan siklus II ini, untuk kesekian kalinya yang menjadi
Dijelaskan pula bahwa apapun yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.
d) Refleksi
Setelah kegiatan dijalankan, beberapa proses telah dilalui, ternyata banyak sekali pelajaran yang
dapat diambil dari proses kegiatan ini. Ada positif dan negatif. Nilai positifnya, peserta OJL
menjadi tambah percaya diri dan termotivasi untuk menjadi pemimpin di sekolah. Nilai
negatifnya bahwa kita sering menganggap orang yang tidak suka terhadap kegiatan yang
dilakukan adalah musuh yang harus dijauhi dan dilawan. Peserta OJL makin menyadari bahwa
menjadi kepala sekolah adalah amanah dan titipan yang harus dijalankan, bukan milik pribadi.
Ketika menjadi seorang kepala sekolah harus memilki banyak inovasi untuk pengembangan
e) Hasil
Tabel 3.4
Peningkatan Kompetensi Siklus II
Kompetensi
Kompetensi Peningkatan
setelah
Nama Guru awal kompetensi
tindakan
(%) (%)
(%)
Fahru Rijal, S. 79 86 7
Pd
Dalim, S. Pd 77 84 7
Dari table di atas diperoleh gambaran bahwa terjadi peningkatan kompetensi masing-masing
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima dimensi kompetensi
Kompetensi supervisi kepala sekolah perlu dikembangkan dalam usaha membantu guru
pembelajaran.
Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Setiap kepala
sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi ; pengertian,
tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Sasaran
supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari
materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan
lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010, tentang penugasan guru
sebagai kepala sekolah, menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah
adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan calon kepala sekolah melalui pemberian
pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik tentang kompetensi kepala sekolah yang
Melaksanakan kegiatan supervisi akademik terhadap guru junior merupakan salah satu
implementasi praktik pada kegiatan on the job learning yang penulis lakukan di sekolah magang
ke 1 ( sekolah sendiri ).
Adapun hasil yang diharapkan dari pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru junior
melakukan tindak lanjut dalam rangka meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya.
Yang menjadi objek supervisi guru junior ini adalah 2 (dua) orang guru sebagai
sampel/perwakilan dari guru yang ada di SMPN 3 Setu, dengan biodata sebagai berikut :
Tabel 3.5
Bodata singkat guru junior
Ilmu
Wakabid Non
1 Siti Aromlah, S. Pd Pengetahuan
Kesiswaan PNS
Sosial
Pendidikan
2 Ida Nurhayati, S. Pd. I Guru PNS
Agama Islam
1. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum melakukan supervisi akademik terhadap guru junior yang telah ditentukan,
penulis perlu mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan kegiatan tersebut, diantaranya yaitu :
(RPP), istrumen observasi kelas, instrument tindak lanjut hasil supervisi akademik, instrument
pertanyaan pasca observasi kelas dan format perbaikan silabus dan RPP. Berikut
Tabel 3.6
Jadwal Kegiatan Supervisi Akademik Guru Junior
Siklus 1 dan 2
N WAKT
KEGIATAN SASARAN TANGGAL INSTRUMEN
o U
disupervisi Pd. I
Kegiatan penilaian
(siklus 2) RPP
melakukan 23-10-2015
pertemuan (Tahap 2)
pribadi
(Tahap 2)
b. Pelaksanaan Supervisi
1) Pra Observasi
Sebelum supervisi dilaksanakan, kegiatan pra observasi ini meliputi kegiatan memeriksa
kelengkapan - kelengakapan yang akan dibawa pada kegiatan supervisi di kelas, diantaranya :
mengisi instrument penilaian silabus dan megisi instrument penilaian RPP. Selain itu pula guru
junior menentukan kelas manakah yang akan dijadikan untuk tempat supervisi.
2) Observasi
Teknik supervisi yang digunakan adalah teknik supervisi individual yaitu melaksanakan
supervisi perseorangan terhadap guru yunior. Supervisor berada di dalam ruangan yang
didalamnya ada seorang guru dan sejumlah siswa sebagai objek pembelajaran.
a. Guru yang pertama disupervisi adalah Siti Aromlah, S. Pd, beliau adalah seorang guru yang
mengampu mata pelajaran IPS di SMPN 3 Setu, selaian itu pula beliau adalah Wakabid
Kesiswaan. Pelaksanaan supervisi akademik dimulai dengan menentukan kelas VII.A sebagai
salam, mengecek daftar hadir siswa, dan mengkondisikan siswa. Belaiau memerintahkan siswa
agar jangan ribut, duduk dengan rapi dan fokus terhadap pelajaran. Perangkat pembelajaran
terletak di meja beserta tumpukan buku absen dan agenda kelas. Selama pengamatan, penulis
(CKS) tidak menemukan diawal proses pembelajaran tujuan dari kompetensi yang akan dicapai
Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar ini adalah metode ceramah
vareatif, artinya peserta didik diarahkan untuk mempresentasikan hasil dari tugas kelompoknya
di depan kelas. Anak-anak terlihat kurang respon terhadap proses ini, walaupun guru terlihat
sangat menguasai materi pembelajaran. Media yang digunakan nyaris tidak ada, apalagi
menggunakan IT.
Dalam perjalanannya, proses belajar mengajar ini kurang seiring dan sejalan dengan RPP
Pada prosesi akhir, tidak adanya rangkuman, atau kesimpulan yang diberikan oleh guru
sebagai penekanan pemahaman kepada pesertaa didik. Waktu yang diperguanakan pun kurang,
tidak sesuai dengan target pencapaian kompetensi yang diinginkan dalam RPP.
b. Guru yang kedua disupervisi adalah Bu Ida Nurhayati, S. Pd.I.
Ida Nurhayati, S. Pd. I adalah seorang guru mata pelajaran PAI, beliau berstatus PNS di SMPN 3
Kelas IX.A yang jadi objek observasi dalam supervisi akademis yang ke dua. Sebagai
pendahuluan pembelajaran dimulai oleh uacapan salam sebagai pembuka kegiatan pembelajaran
ini. Pengecekan kehadiran siswa, dengan menghitung jumlah siswa yang ada, kemudian
dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada seluruh peserta didik,
mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pertemuan ini. Guru terlihat
menguasai materi pembelajaran, namun tidak sebagai teacher centre, tetapi student centre. Sang
guru bertindak sebagai fasilitator yang mampu mengarahkan siswa untuk memahami indicator
pembelajaran yang hendak dicapai. Namun dalam proses ini media yang digunakan tidak
variatif, tidak ada alat peraga ataupun projector dan media elektonik lainnya. Yang digunakan
hanya papan tulis, spidol, dan buku sumber belajar seadanya. Walau demikian, proses belajar
tetap berjalan dengan baik. Metode yang digunakan adalah metode diskusi kelompok. Anak
dibagi dalam beberapa kelompok dengan mendiskusikan satu permasalahan yang sama. Satu
kelompok dengan kelompok yang lain saling bergantian mempresentasikan hasil kerja mereka.
Kegiatan pembelajaran secara kronologis sudah sesuai dengan RPP yang dibuat.
Pada akhir pembelajaran guru memberikan simpulan tentang apa yang telah dibahas.
Kemudian pada tahap akhir peserta didik diberikan tugas untuk pertemuan berikutnya.
3) Pasca Observasi
Setelah selesai melakukan observasi pembelajaran penulis, selaku pengamat menghitung skor
perolehan dalam pengamatan selanjutnya disampaikan pada guru-guru yang diobservasi. Guru
yang diobservasi mengisi daftar pertanyaan setelah diobservasi yang disediakan oleh penulis.
4) Tindak Lanjut
Untuk menindak lanjuti hasil supervisi dilakukan pertemuan pribadi dengan guru yang
diobservasi setelah pelaksanaan proses belajar mengajar dengan rincian kegiatan, meminta guru
5) Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan penulis berikut ini saya sajikan grafik (rekap
Grafik 3.1
Supervisi Guru Junior
Dari grafik di atas terlihat bahwa dalam penyusunan silabus kedua-duanya memiliki kompetensi
yang sama, namun dalam hal pembuatan RPP dan tatap muka mereka memiliki perbedaan
kompetensi. Ida Nurhayati dalam penyususnan RPP lebih rendah dibandingkan Siti Aromlah,
2. Siklus II
Supervisi siklus ke II adalah kegiatan supervisi yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
perkembangan atau kemajuan guru yang disupervisi setelah dilakukan pembimbingan dan
1. Tahap Persiapan
Setelah mengkaji dan memahami permasalahan-permasalahan yang dialami oleh guru yang
disupervisi, penulis memberikan pembimbingan secukupnya kepada para guru yang disupervisi
tersebut. Perbaikan dari Silabus, RPP ataupun ketika penampilan di dalam kelas.
Mereka diberikan masukan tentang poin-poin apa saja yang kurang ketika dilakukan observasi
kelas. Bercakap-cakap tanpa merasa menggurui dan digurui adalah tindakan yang dilakukan oleh
2. Pelaksanaan Supervisi
a) Pra Observasi
Seperti halnya pada siklus I, sebelum supervisi dilaksanakan, kegiatan pra observasi ini meliputi
kegiatan memeriksa kelengkapan - kelengakapan yang akan dibawa pada kegiatan supervisi di
kelas, diantaranya : mengisi instrument penilaian silabus dan megisi instrument penilaian RPP.
Selain itu pula guru junior menentukan kelas manakah yang akan dijadikan untuk tempat
supervisi. Ada beberapa persiapan yang berbeda, guru terlihat sibuk mepersiapkan media yaitu
Satu hal yang dilakukan sama dengan supervisi pada siklus sebelumnya adalah kelas dan siswa
yang jadi objek pembelajaran. Hal ini dilakukan agar kegiatan yang dilakukan 2 siklus ini dapat
lebih terukur.
b) Observasi
Ucapan salam dikeluarkan pada awal masuk ke kelas VII.a yang kemudian disambut dengan
suara keras oleh para siswa kelas VII.a. ucapan selamat pagi, cek tentang kehadiran, pemberian
motivasi keluar dari mulut bu guru ini. Kemudian disambung dengan penyampaian tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu. Dalam proses pembelajaran ini guru berusaha
sebagai fasilitator, bukan sebagai pengajar yang cenderung mendominasi kelas. Guru hanya
mengarahkan dan memberikan contoh permisalan sehingga siswa dapat mencari sesuai dengan
yang ia alami untuk mencapai satu kesatuan utuh materi pembelajaran. Satu hal yang dianggap
kurang adalah metode pembelajaran masih kurang vareatif. Hanya diskusi saja, dan cenderung
Secara tahapan, kegiatan belajar telah sesuai dengan RPP yang dibuat. Secara umum supervisi
Assalamualaikum, ucap bu Ida ketika memasuki ruangan. Kemudian beliau duduk dan
mempersilahkan anak-anak untuk berdo’a. setelah berdo’a beliau berdiri ditengah-tengah pas
dihadapan anak-anak. “Selamat pagi anak-anak, sehat semuanya ? Siapa yang tidak hadir hari ini
?, ucap bu guru kepada anak-anak kelas IX.a sebagai Apersepsi untuk menghangatkan suasana
kelas. Kemudian belaui membuka laptop dan menghubungkannya ke LCD Projektor untuk
mempersiapkan materi pembelajaran hari itu. Kemudian beliau berdiri kembali dihadapan anak-
Itulah sekelumit deskripsi tentang jalannya pembelajaran ketika peserta OJL melakukan
supervisi/observasi kelas. Tampak bahw sang guru sangat menguasi materi pembelajaran. Guru
terlihat tidak menyuapi anak-anak dengan materi namun guru menjadi fasilitator pembelajaran.
Anak-anak diajak untuk memahami tema pembalajaran dengan kemampuan yang mereka miliki,
anamun pada akhirnya, anak-anak yang adalam hal ini peserta didik mampu untuk memahami
Langkah-demi langkah pembelajaran sesuai dengan scenario yang dibuat, yaitu RP telah dilalui,
banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi dari siklus 1, namun ada beberapa hal yang
c) Pasca Observasi
Sama halnya dengan siklus I, setelah selesai melakukan observasi pembelajaran penulis,
selaku pengamat menghitung skor perolehan dalam pengamatan selanjutnya disampaikan pada
guru-guru yang diobservasi. Guru yang diobservasi mengisi daftar pertanyaan setelah
diobservasi yang disediakan oleh penulis. Yang berbeda adalah bahwa, dipesankan kepada guru
junior tersebut, bahwa Supervisi yang dilakukan bukan hanya ketika ada OJL saja, tetapi harus
dipahami bahwa kegiatan supervisi ini harus selalu dilakukan oleh pimpinan satuan pendidikan
Untuk menindak lanjuti hasil supervisi pada siklus kedua ini, peserta OJL memberikan
penekanan pada guru Junior adar lebih meningkatkan kemampuan dan pemahamannya lagi,
bahwa pendidikan akan berhasil jika perencanaannya baik. Sehingga guru ketika didepan kelas
menyampaikan dan mengkomunikasikan hasil supervisi tersebut kepada kepala sekolah untuk
dijadikan pemacu bagi yang lain. Bahwa supervisi bukan menginterpensi, bukan menghakimi
a) Hasil
Grafik 3.2
Penilaian supervisi guru junior siklus II
Grafik 3.3
Kemajuan Siklus I dan Siklus II Guru Junior I
(Siti Aromlah, S. Pd.)
Grafik 3.4
Kemajuan Siklus I dan Siklus II Guru Junior 2
( Ida Nurhayati, S. Pd )
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur
diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah. Selain itu pula dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang
standar proses pendidikan dimana setiap sekolah dasar dan menengah harus mengadakan
1. RPP/RPL
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur
diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah. Selain itu pula dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang
standar proses pendidikan dimana setiap sekolah dasar dan menengah harus mengadakan
Rencana Program Pembelajaran ( RPP ) yang dalam bahasa Bimbingan dan Konseling sebut
sebagai Rencana Program Layanan ( RPL ) adalah seperangkat rencana/program yang digunakan
sebagai skenario untuk melakukan proses pembelajaran dalam satu kegiatan bimbingan dan
konseling baik secara klasikal ataupun non klasikal. Menurut pada prinsipnya Bentuk RPL BK
yang dibuat sudah benar, jika memenuhi komponen minimal yaitu mengandung unsur : Materi
Layanan, Tujuan Layanan, Kegiatan Layanan, Sumber, bahan dan alat, serta mengandung unsur
penilaian.
a. Identitas adalah bagian yang berisikan tentang nama sekolah, kelas, semester dan tahun
b. Topik/tema adalah judul materi yang akan dijarkan kepada peserta didik
c. Bidang Bimbingan merupakan jenis bimbingan yang akan disentuh dalam kehidupan peserta
d. Jenis Layanan mencakup Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan dan
Advokasi.
e. Tujuan Layanan memuat hal apakah yang akan diraih atau diharapakan tercapai setelah proses
pemberian layanan.
f. Fungsi Layanan, mencakup Pemahaman, Pencegahan, Pengentasan, Pemeliharaan dan
Pengembangan.
g. Sasaran Layanan adalah merupakan objek yang akan dijadikan sasaran pembelajaran, misalnya
k. Pihak-pihak yang dilibatkan, adalah merupakan pihak-pihak yang kemungkinan akan dilibatkan
dalam proses bimbingan, baik terlibat secara langsung ataupun tidak langsung. Misal guru mata
l. Metode, adalah serangkaian cara yang dilakukan agar kegiatan layanan dapat dilaksanakan
m. Media adalah alat yang digunakan sebagai bahan bantu untuk efektifnya kegiatan. Misal : LCD
n. Skenario Kegiatan merupakan uraian kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling yang
o. Sumber Materi, bisa buku sumber/modul atau media sosial, internet dan lain-lain.
p. Rencana Penilaian. Dalam kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling, penilaian terbagi dalam
q. Catan Khusus, diisi jika memang ada hal-hal yang menjadi perhatian khusus dalam proses
kegiatan layanan.
2. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru/konselor dalam melaksanakan kegiatan bimbingan di kelas. Bahan yang
tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan
e. Bahan ajar berupa Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori
3. Instrumen Penilaian
Dalam kegiatan bimbingan penilaian disebut sebagai Asesmen. Asesmen merupakan proses
didik dan lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai
kondisi individu dan lingkungannya sebagai bahan dasar untuk memahami individu dan untuk
pengembangan program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan.
Asesmen dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi asesmen teknik nontes dan
asesmen teknik tes. Asesmen teknik nontes lebih sering digunakan oleh petugas bimbingan dan
penafsirannya relatif lebih sederhana bila dibandingkan dengan asesmen teknik tes. Bentuk-
bentuk asesmen nontes adalah : Daftar Cek Masalah ( DCM ), Alat Ungkap Masalah ( AUM ),
Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM PTSDL), Sosiometri, Wawancara, Observasi, dan Inventori
Sedangkan asesmen tenik tes digunakan oleh petugas bimbingan dan konseling yang
telah memiliki sertifikat untuk menggunakan asesmen teknik tes. Kondisi ini bukan berarti
petugas bimbingan dan konseling yang belum/tidak memiliki sertifikat tidak dapat
menggunakannya, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerjasama atau melakukan
referal kepada lembaga psikologi yang memiliki kewenangan tersebut. Lembaga psikologi akan
melakukan tes psikologis sesuai dengan kebutuhan dan akan menyerahkan hasil analisisnya.
Bentuk-bentuk asesmen tes seperti tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, tes
kepribadian, tes kemampuan kerja dan tes kematangan sosial dan lain lain. (terlampir)
Pengakajian 9 (Sembilan) aspek manajerial di sekolah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
peserta diklat calon kepala sekolah pada kegiatan on the job learning (OJL) di dua sekolah
tampat magang untuk mengetahui bagaimana kegiatan di sekolah tersebut dengan tujuan agar
peserta diklat dapat mengetahui kesenjangan, baik kekurangan atau kelebihan yang ada di
sekolah sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kesenjangan tersebut. Berikut akan
dijabarkan hasil dari kajian 9 (Sembilan) aspek manajerial yang ada di 2 sekolah yaitu pada
Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan menyatakan bahwa sekolah harus membuat rencana kerja sekolah
(RKS) yang terdiri dari rencana kerja jangka menengah (RKJM) dan rencana kerja tahunan
(RKT). RKJM menggambarkan tujuan sekolah yang akan dicapai dalam kurun waktu empat
tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang
mendukung peningkatan mutu lulusan, RKJM merupakan panduan bagi para pendidik dan
berkualitas akan meningkatkan kualitas kinerja, pendidik, dan tenaga kependidikan, serta
dukungan dari pemangku kepentingan. Perencanaan yang benar akan membawa Saudara pada
satu situasi yang terkontrol dan menjadi pengendali segala sesuatu di masa depan. Pada akhirnya,
para siswa di sekolah/madrasah Saudara akan mendapat kenyamanan dalam belajar, mencapai
prestasi puncak, dan tumbuh kembang sesuai minat dan bakat. Sedangkan RKT dicapai dalam
kurun waktu satu tahunan. Permendiknas tersebut juga menyatakan bahwa RKT adalah rencana
kerja tahunan. Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami cara penyusunan
rencana kerja sekolah baik rencana kerja jangka menengah ataupun jangka pendek (tahunan).
EDS disusun oleh Tim Pengembang Sekolah ( TPS ). TPS ini ditunjuk oleh kepala sekolah
dalam bentuk surat keputusan (SK). EDS merupakan gambaran tentang keadaan sekolah yang
dijadikan dasar untuk pengembangan sekolah dan penyususnan Rencana kerja sekolah (RKS).
Anggota TPS terdiri dari unsur guru, orang tua siswa, Wakil Kepala sekolah dan Kepala Tata
Usaha. Di sekolah ini, EDS telah dilaksanakan namun tidak semua unsur dilibatkan. RKS belum
disosialisaikan kepada komite sekolah, dan masyarakat. Hanya sebagian dari rekomendasi EDS
yang dimasukan dalam RKAS. Sehingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan bersifat insidentil,
Saran dan masukan yang diberikan adalah agar kepala sekolah dan TPS melakukan
penganalisaan rekomendasi yang ada pada EDS yang telah disusun, sehingga Nampak jelas
kebutuhan yang akan dipenuhi dan yang mana skala prioritas yang harus dilaksanakan. Selain itu
pula sekolah harus menginformasikan RKS kepada pihak komite dan masyarakat sehingga
Penyusunan RKS di SMPN 4 Setu disusun oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS ) yang di
SK – kan oleh kepala sekolah, dengan anggota TPS terdiri dari unsur guru, orang tua siswa, dan
staf waka. Penyusunan RKS diawali dari penyusunan EDS yang disosialisasikan oleh kepala
sekolah kepada anggota TPS. EDS disusun merujuk pada SPM dan SNP dengan menganalisis
bukti-bukti yang pengumpulannya melibatkan seluruh warga sekolah. Dari rekomendasi EDS
tersebut kepala sekolah membentuk TIM penyusun RKS menyusun program kerja jangka
menengah dan jangka pendek. RKS yang tersusun sudah mengacu pada profil sekolah yang
memuat tentang kegiatan kesiswaan, kurikulum, pendidik dan tenaga pendidik, memuat sarana
prasarana, keuangan, rencana pengembangan sekolah untuk peningkatan mutu sekolah. TPS
sudah melibatkan tokoh masyarakat, dan sudah menjalin kemitraan dengan masyarakat luar
pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Didasarkan pada peraturan tersebut maka sekolah
wajib menyusun kegiatan keuangan secara sistematis dan terencana sesuai dengan kebutuhan
yang ada. Rencana keuangan ini selanjutnya disebut sebagai RKAS (Rencana Kegiatan dan
anggaran sekolah) atau disebut juga RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah). RKAS disusun dalam periode jangka waktu satu tahun pelajaran antara bulan Juli
sampai dengan bulan Juni tahun berikutnya. Kebutuhan keuangan selama satu tahun tersebut
Sekolah memiliki perencaan dan program kegiatan anggaran sekolah yang disusun bersama
dengan kepala sekolah, dewan guru dan komite, namun belum mengikut sertakan wakil orang
tua siswa selain komite sekolah. Sumber Keuangan Sekolah dari BOS Pusat, APBD Kabupaten,
Sumbangan lain yang dibenarkan. Pengelolaan sumber keuangan sekolah dilakukan oleh
dan bukti fisik yang berkaitan dengan penggunaan keuangan sekolah. Laporan pertanggung-
jawaban keuangan sekolah dibuktikan dengan adanya : RAPBS, Bukti fisik pengeluaran/faktur,
oleh kepala sekolah kemudian Dinas pendidikan dengan dibuktikan dengan data pendukung
laporan keuangan.
Keuangan sekolah dimonitoring oleh pengawas dinas yang ditunjuk dan dievaluasi serta
baik dan benar. Namun satu hal yang kurang maksimal adalah RKAS sebagai acuan penggunaan
anggaran sekolah terkadang hanya sebagai dokumen dan belum dijadikan acuan baku
penganggaran keuangan sekolah. Sehingga banyak terjadi kegiatan yang dibiayai adalah kegiatan
Saran untuk sekolah adalah agar kepala sekolah dan tim penyusun RKAS benar-benar
melakukan penyusunan keuangan sesuai dengan kebutuhan 8 standar yang ada disekolah.
kepala sekolah sudah membentuk tim penyusun RKAS yang melibatkan beberapa guru dan
pegawai sekolah yang dibentuk secara resmi berdasarkan surat keputusan kepala sekolah.
Dengan memperhatikan pedoman pengelolaan biaya menurut sumber dana (Dana BOS Pusat,
Dana APBD kabupaten dan bantuan dari orang tua yang berupa sumbangan yang tidak mengikat
melalui Komite Sekolah). Dalam RKAS sudah tercantum semua sumber dana dalam
setahun, dan penggunaan dana selalu beracuan pada RKAS, RKAS disetujui oleh komite
disahkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten bekasi. Pembiayaan dalam setahun disosialisasikan
kepada seluruh warga sekolah. Adapun jenis jenis yang dibiayai dalam RKAS adalah semua
Pembiayaan yang sudah dianggarkan dalam pembiayaan tak selamanya dapat terlaksana 100%.
Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan RKAS tersebut dibicarakan kepada semua
warga sekolah. Dalam pelaksanaannya terkadang ada biaya yang dikeluarkan tidak sesuai
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolan pendidik dan tenaga kependidikan,
wawancara dengan kepala sekolah dan matriks kajian pengelolan pendidik dan tenaga
kependidikan, berikut kami sajikan deskripsi hasil kajian pengelolan pendidik dan tenaga
SMPN 3 Setu semenjak dibangun telah mengalami dua periode kepemimpinan, pertama
dipimpin oleh Drs. H. TUNA dari tahu 2008 – 2011, dan semenjak tahun 2011 himgga kini
dipimpin oleh H. Mamad Mahadrajat, S. Pd sebagai kepala sekolah sejak bulan Oktober tahun
2011. Beliau adalah sarjana lengkap (doktorandus) dan memiliki akta IV. Jumlah guru yang
dimiliki sebanyak 17 orang yang terdiri dari 5 guru PNS dan 12 guru non PNS. Guru PNS
terbagi menjadi 4 guru mata pelajaran dan 1 guru konseling. Kualifikasi pendidikan guru SMPN
Tabel 3.7
Berdasarkan permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan
pengawas sekolah yang mewajibkan guru mengajar 24 jam tatap muka, maka jumlah 17 guru
perminggu 36 jam. Jika menggunakan rumus kebutuhan guru = 7 x 36 /24 = 10,57. Maka SMPN
3 Setu hanya membutuhkan guru sebanyak 11 guru mata pelajaran jika asumsi kepala sekolah
mengajar 6 jam dan satu wakil kepala sekolah mengajar 12 jam pelajaran. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa guru SMPN 3 Setu kelebihan 7 orang guru untuk memenuhi standar
SMPN 3 Setu tahun pelajaran 2015/2016 memiliki siswa sebanyak 254 siswa yang dilayani oleh
1 tenaga konselor. Hal ini berarti bahwa 1 konselor melayani 254 siswa. Berdasarkan
permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas sekolah
yang mewajibkan konselor mengampu bimbingan dan konseling sedikitnya 150 siswa, maka
3 Setu memperlihatkan masih terdapat 1 guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan.
Fakta lain yang ditemukan di SMP-N 3 Setu adalah masih terdapat beberapa guru mata pelajaran
yang mengajar tidak berdasarkan latar belakang pendidikannya. Diantaranya guru mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan yang diajarkan oleh guru berlatar belakang Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Hal ini ditempuh karena guru tersebut dianggap mempunyai
- Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan sekolah terbagi menjadi tenaga administrasi sekolah, tenaga perpustakaan
dan laboran. Kualifikasi pendidikan tenaga kependidikan SMPN 3 Setu dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel 3.8
Tenaga Kependidikan Tenaga dan Pendukung
Jumlah Tenaga Pendukung dan Jumlah Tenaga
kualitikasi Pendukung
JU
Pendidikannya berdasarkan status
Tenaga M
No dan jenis kelamin
Pendukung LA
≤
SM HONOR H
SMP D1 D2 D3 S1 PNS
A ER
1 Tata Usaha - 2 - - - 2 1 - 3 1 4
2 Perpustakaan 1 - - - - - - - - 1 1
Tehnisi Lab. - - - - - - - - - - -
4
Komputer
Laboran Lab. - - - - - - - - - - -
5
Bahasa
PTD (Pend.tek. - - - - - - - - - - -
6
Dasar
7 Kantin - - - - - - - - - - -
8 Penjaga Sekolah 1 - - - - - - - 1 - 1
9 Tukang Kebun - 1 - - - - - - 1 - 1
10 Keamanan - - - - - - - - - - -
11 Lainnya - - - - - - - - - - -
Jumlah 1 3 - - - 3 - - 4 3 7
Dari data tersebut terdapat tenaga Kependidikan sejumlah 7 orang, dengan rincian staf tata usaha
atau administrasi sekolah 4 orang, yaitu 1 orang PNS dan 3 honorer. PNS berkedudukan sebagai
Kasubbag TU. Penjaga perpustakaan 1 orang, penjaga malam 1 orang dan petugas K7 berjumlah
1 orang.
SMPN 3 Setu belum memiliki tenaga laboratorium, ini terjadi karena bangunan
laboratoriumnya pun belum ada. Namun rencananya taun ini sekolah ini mendapatkan bantuan
Ruang Lab. Tenaga perpustakaan hanya lulusan SMP yang belum memenuhi kualifikasi sebagai
tenaga perpustakaan.
Tenaga administrasi sekolah (TAS) mempunyai peranan yang penting dalam membantu
mengembangkan sekolah menjadi lebih maju dan berkualitas. Tenaga administrasi sekolah
berfungsi sebagai juru kelola administrasi sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan data
siswa, data pendidik dan tenaga kependidikan, persuratan, arsip, administrasi sarana-prasarana,
dan administrasi keuangan. TAS juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan administrasi
Kedudukan dan peran tenaga administrasi yang begitu penting dalam pengelolaan suatu sekolah
sehingga pemerintah melalui permendiknas nomor 24 tahun 2008 menetapkan standar tenaga
administrasi sekolah. Standar ini mengatur tentang kualifikasi dan kompetensi minimal yang
optimal oleh kepala sekolah. Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mampu mengelola
TAS dan ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah yang sudah ditetapkan.
SMP Negeri 3 Setu berkaitan dengan tenaga administrasi memiliki 5 (lima) orang tenaga
administrasi sekolah. Satu orang kepala administrasi atau disebut Kasubbag Tata Usaha dan
empat orang staf pelaksana bidang. Yaitu administrasi kepegawaian, administrasi keuangan,
Selain itu pula SMPN 3 Setu memilki tenaga layanan khusus yaitu penjaga malam, tukang kebun
dan penjaga kebersihan. Namun dalah hal pelaksanaanya terkadang belum bisa melaksanakan
sesuai tugasnya masing-masing, saling mengandalkan. Bahkan terkadang sekolah kotor tanpa
ada yang mau membersihkan, selain itu juga penjaga malam sering tidak ada ditempat, sehingga
Kasubbag tata Usaha hanya memiliki kualifikasi pendidikan SLTA. Namun memiliki kurang
lebih 25 tahun pengalaman kerja. Staf tata usaha ada dua orang yang S1 tenaga admnistrasi,
Tabel 3.9
Kegadaan Tenaga Tata Uasaha Sekolah
Dan petugas Layanan Khusus
kualitikasi Pendukung
JU
Pendidikannya berdasarkan status
Tenaga M
No dan jenis kelamin
Pendukung LA
≤
SM HONOR H
SMP D1 D2 D3 S1 PNS
A ER
1 Tata Usaha - 2 - - - 2 1 - 3 1 4
2 Tukang kebun 1 1 1
3 Penjaga malam 1 1 1
Dari table di atas dapat tergambar bahwa tenaga tata usaha sekolah pada SMPN 3 Setu belum
memenuhi SNP. Namun demikian, sekolah melalui kepala sekolah terus berupaya untuk
memotivasi mereka untuk terus meningkatkan pendidikan sehingga mencapai kualifikasi yang
standar. Kepala sekolah melakukan pembinaan secara intensif dan berkesinambungan berkaitan
Pada SMPN 4 Setu, tidaklah jauh berbeda dengan SMPN 3 Setu, seperti halnya dalam
ketatausahaan sekolah. SMPN 4 Setu memilki Kasubbag Tata Usaha yang berstatus PNS
memilki kualifikasi pendidikan DIII. Memilki staf pelaksana sebanyak 6 orang. Yaitu
sebanyak 3 orang. Sekolah ini juga memilki petugas layanan khusus yaitu penjaga 2 orang dan
pesuruh 1 orang.
Ketika dinilai dari permen no 24 tahun 2008 tentang SNP tentang kualifikasi TAS maka
oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan
yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Kepala sekolah selaku
perlengkapan atau fasilitas kerja bagi personel sekolah. Dengan pengelolaan yang efektif dan
efisien diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja personel sekolah.
dan prasarana sekolah berupa: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolaan sarana dan prasarana sekolah,
wawancara dengan Wakabid sarana dan prasarana dan matriks kajian pengelolaan sarana dan
prasarana, berikut kami sajikan deskripsi hasil kajian pengelolaan sarana dan prasarana sekolah
SMP Negeri 3 Setu memiliki luas lahan 7.000 m2. Ruang kelas yang ada sebanyak 6 ruang,
sedangkan kebutuhan untuk digunakan sebagai tempat proses KBM sebanyak 7 ruang kelas,
sehingga kekurangan 1 kelas. Satu ruangan yang dialih fungsikan sebagai ruang belajar adalah
ruang perpustakaan. Ruang kelas dengan ukuran masing-masing 7 x 9 m = 63 m2. Setiap ruang
kelas masing-masing memiliki satu white board dan black board, satu meja dan kursi guru,
Ruang guru berukuran (8 7) m2 memuat 10 pasang meja dan kursi guru, 1 papan white
boarddan black board, 2 lemari buku, 1 set sound system dan 2 buah jam dinding, serta
Ruang perpustakaan dengan luas masing-masing (912) m2. Jumlah buku teks pelajaran
masih kurang dari jumlah siswa. Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat
sedikit mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Buku yang dimiliki belum
memenuhi SNP. Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan
buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah. Tetapi upaya itu terus
dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya dengan membelanjakan 5% dari anggaran BOS untuk
Selain buku pelajaran pokok, koleksi buku perpustakaan yang dimiliki diantaranya adalah
buku pengetahuan umum sebanyak 1.726 eks, Atlas Indonesia dan dunia sebanyak 28 eks, Atlas
sejarah Indonesia dan Dunia sebanyak 28 eks, Buku sejarah Indonesia sebanyak 28 eks, buku
ensiklopedia sebanyak 121 eks, buku sejarah keajaiban Dunia sebanyak 7 eks, Kamus Besar
Bahasa Indonesia 2 eks, dan kamus Bahasa Inggris sebanyak 25 eks. Kenyataan ini
membuktikan bahwa SMP negeri 3 Setu masih sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah.
Ruang kepala sekolah berukuran (78) m2 terdapat 1 kamar kecil (WC), 1 set wastafel, 2
lemari piala, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu dan 1 gudang arsip.
SMP Negeri 3 Setu belum memiliki ruang-ruang pendukung lainnya, seperti laboratorium IPA,
Laboratorium Komputer, Laboratorium bahasa. Khusus untuk laboratorium IPA tahun ini akan
segera dibangun melalui dana pemerintah melalui anggaran DAK (dana Alokasi Khusus).
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru BK, ruang UKS,
Secara umum kebutuhan ruang masih dapat terpenuhi walau terkadang alih-fungsi ruang.
Berbagai upaya telah dilakukan pihak sekolah untuk memenuhi kekurangan fasilitas,
namun yang bisa dilakukan adalah menunggu kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
Prasarana yang dimiliki adalah diantaranya sebagai berikut; Ruang kelas dengan ukuran 63 M2
berjumlah 10 ( sepuluh ) ruang. Sedangkan kebutuhan ruang untuk belajar siswa sebanyak 18 (
delapan belas) ruang. Sehubungan dengan hal ini, maka kegiatan KBM di SMPN 4 Setu ini
dilakukan dengan system 2 ship, pagi dan siang hari. Selain ruang kelas ada pula ruang
perpustakaan dengan luas 3 x 4 m2, satu ruang Laboratorium IPA berukuran 15 x 10 m2, ruang
kesenian, ruang laboratorium bahasa, sarana ibadah seperti mushollah, dan lain-lain.
Ruang Perpustakaan dengan keadaan ruangan yang memadai beserta perlengkapan seadanya
berada pada posisi sejajar dengan ruang belajar siswa. Seperti meja baca, lemari katalog, meja
dan kursi penjaga perpustakaan, kipas angin beserta buku-buku keperluan siswa sudah diatur
sesuai dengan ketentuan. Terlihat nampak sangat sederhana, dan ruangan pun adalah alih fungsi
Dari hasil pengamatan penulis, Nampak banyak sekali pengalih-fungsian ruangan untuk
memenuhi kebutuhan ruang, misalkan ruang ruang computer digabungkan dengan ruang UKS di
dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan ruangan belum terpenuhi. Namun hal
demikian bukanlah kesalahan pihak sekolah, tetapi bantuan dari pemerintah yang masih kurang.
(dokumen terlampir)
6. Pengelolaan Kurikulum Sekolah
Berdasarkan ahsil wawancara dan analilis pengkajian kurikulum sekolah pada SMPN 3 Setu dan
a. SMPN 3 Setu
Kurikulum SMPN 3 Setu tahun pelajaran 2015/2016 disusun oleh tim pengembang kurikulum
yang dibentuk oleh kepala sekolah. Tim ini bekerja merampungkan kurikulum dokumen 1 dan
dokumen 2. Kurikulum 2015/2016 ditandantangani kepala sekolah, ketua komite dan kepala
dinas pendidikan kabupaten Bekasi, namun sebelumnya tidak diajukan dalam rapat dewan guru
Secara umum, kurikulum SMPN 3 Setu disusun berdasarkan panduan penyusunan KTSP
yang diterbitkan BSNP untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dokumen I kurikulum
Pengembangan KTSP
BAB II. TUJUAN PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 SETU berisi :Tujuan Pendidikan Dasar, Visi
BAB III. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM berisi : Struktur Kurikulum, Muatan
Kurikulum : Mata Pelajaran, Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan Beban Belajar,
BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN berisi : Lampiran ( Silabus Mata Pelajaran, Rencana
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan tiga mata pelajaran muatan
lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
IPS, Matematika, IPA, SBK, Penjaskes, TIK dan dan 3 (tiga) Mulok. Mata pelajaran yang
diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4
jam pelajaran. Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak yaitu 4 jam
pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS mempelajari tiga materi pokok yakni
ekonomi, sejarah dan geografi. Bimbingan dan Konseling merupakan Pengembangan diri
memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan
40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 36 jam per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran
tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran per rombel 7 rombel = 252 jam pelajaran perminggu.
Visi SMPN 3 Setu adalah Membentuk SDM Berakhlak Mulia, Kreatif, dan Berprestasi.
Sedangkam Misi-nya adalah Mengembangkan Sumber Daya Manusia secara optimal dalam
rangka mempersiapkan siswa berkompetisi di era global, Menciptakan lingkungan sekolah yang
asri, bersih, indah, hijau, dan nyaman berwawasan wiyata mandala, Mewujudkan pendidikan
yang menghasilkan lulusan yang berakhlak, kreatif, berprestasi, berwawasan IPTEK dan
lingkungan.
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada
prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata
pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan
oleh guru-guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP. RPP yang
disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahan-
perubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil
pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa,
Dalam penyususnan RPP struktur yang ada di dalamnya adalah identitas yang memuat nama
satuan pendidikan, kelas, semester, program, mata pelajaran, jumlah pertemuan, Rumusan
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan standar isi, Indikator
sesuai dengan indikator pada silabus, Tujuan pembelajaran menggambarkan proses hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Kegiatan pembelajaran terbagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Penilaian hasil
Sama halnya dengan sekolah-sekolah yang lain, secara umum, kurikulum SMPN 4 Setu
disusun berdasarkan panduan penyusunan KTSP yang diterbitkan BSNP untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Dokumen I kurikulum disusun dengan kerangka sebagai
berikut:
Pengembangan KTSP
BAB II. TUJUAN PENDIDIKAN SMP NEGERI 4 SETU berisi :Tujuan Pendidikan Dasar, Visi
BAB III. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM berisi : Struktur Kurikulum, Muatan
Kurikulum : Mata Pelajaran, Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan Beban Belajar,
BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN berisi : Lampiran ( Silabus Mata Pelajaran, Rencana
Kurikulum yang dikembangkan di sekolah ini adalah Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)
dengan muatan 10 mata pelajaran pokok dan 3 muatan local daerah. Adapun secara rinci 10 mata
pelajaran yang dilaksanakan adalah Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
IPS, Matematika, IPA, SBK, Penjaskes, TIK. Bimbingan dan Konseling merupakan
Pengembangan diri dengan alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran
setara dengan 40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 36 jam per kelas, sehingga total jumlah
Tahun pelajaran 2015/2016 ini SMPN 4 Setu membina sebanyak 755 siswa yang terbagi ke
Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 40 siswa. Pada tahun ini pula jumlah siswa
yang diterima di sekolah ini berjumlah 240 orang. Karena lokasinya di lingkungan perumahan,
hal ini menyebabkan pertambahan jumlah siswa dari tahun ke tahun terus meningkat. Kegiatan
UKS/PMR, Paskibra dan Olah Raga. Adapun kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari
Sabtu.
peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus, bahkan setelah menjadi alumni. Oleh
karena itu, kegiatan pengelolaan peserta didik meliputi hal-hal sebagai berikut: Perencanaan
peserta didik, Penerimaan peserta didik, Orientasi peserta didik baru, Mengatur kehadiran dan
ketidakhadiran peserta didik di sekolah, Mengatur evaluasi peserta didik, Mengatur kenaikan
tingkat peserta didik, mutasi dan drop out, Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan
disiplin peserta didik, Layanan akademik dan administratif, dan layanan bimbingan dan
konseling, serta mengatur organisasi peserta didik yang meliputi: Organisasi Siswa Intra Sekolah
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami pengelolaan peserta didik.
Mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang pada kegiatan on the job learning
(OJL) bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan dimensi kompetensi
manajerial khususnya kompetensi mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan matriks kajian pengelolaan
peserta didik, berikut kami sajikan deskripsi hasil kajian pengelolaan peserta didik sekolah
SMP Negeri 3 Setu berdiri atas dasar keprihatinan pemerintah akan kurangnya lembaga
pendidikan di desa yang dianggap masih terbelakang. Desa kertarahayu merupakan desa dimana
SMP Negeri 3 ini didirikan. Warga desanya masih terbelakang dan banyak yang belum
bersekolah atau berpendidikan, disebabkan masih jauhnya lembaga pendidikan yang bisa
dijangkau oleh warganya. Dengan hadirnya SMPN 3 Setu disana sebagai sarana untuk
memberikan pendidikan bagi warga sekitar. Namun karena masih sedikit warga di sekita sekolah
tersebut sehingga perkembangan SMPN 3 Setu agak lamban. Siswa yang masuk di SMPN 3 Setu
ini tidak lebih dari 100 orang, bahkan terkadang hanya di bawah 80 pendaftar per tahun
pelajaran. Tujuh tahun sudah SMPN 3 setu berdiri, namun siswanya pada tahun ini hanya
Penerimaan peserta didik baru pada sekolah ini mengikuti prosedur dan regulasi
pemerintah setempat. Satu hal yang merasa nyaman bagi penulis adalah, di sekolah ini tidak
pernah ada yang memabawa memo dari pejabat atau orang penting untuk menitipkan dan
memaksakan anaknya untuk diterima sebagai peserta didik baru, berbeda dengan sekolah-
sekolah yang sudah bersar. System pendaftaran yang dilakukan pada tahun ini adalah dengan
system on line, dengan beberapa criteria, rayonisasi, regular dan pra sejahtera.
Pelaksanaan orientasi siswa baru belum dilaksanakan dengan baik sesuai dengan fungsi
dan tujuannya. Pengurus OSIS lebih banyak berperan dalam pelaksanaan orientasi dan adanya
kontrol yang baik dari pihak guru atau panitia orientasi. Orientasi bagi siswa-siswa baru
hendaknya dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan melibatkan guru, pegawai, dan
Kriteria kenaikan kelas ditentukan oleh beberapa hal yaitu : menyelesaikan seluruh program
pembelajaran pada dua semester di kelas yang diikuti, maksimal memiliki 3 (tiga) mata pelajaran
yang nilainya dibawah nilai KKM, memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian,
kelakuan, dan kerajinan pada tingkatan kelas yang ikuti, kehadiran minimal 85%.
Kegiatan pengembangan diri yang biasa disebut kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini
meliputi : Pengisian buku penerimaan peserta didik baru, buku klaper, buku induk siswa, buku
mutasi siswa, buku absensi siswa, serta dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Keementrian
Tahun pelajaran 2015/2016 ini SMPN 4 Setu membina sebanyak 755 siswa yang terbagi
Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 40 siswa. Pada tahun ini pula jumlah siswa
yang diterima di sekolah ini berjumlah 240 orang. Karena lokasinya di lingkungan perumahan,
hal ini menyebabkan pertambahan jumlah siswa dari tahun ke tahun terus meningkat. Kegiatan
ekstrakurikuler yang dikembangkan di sekolah ini adalah 5 jenis yaitu Kepramukaan,
UKS/PMR, Paskibra dan Olah Raga, dan Bela diri. Adapun kegiatan ekskul dilaksanakan setiap
hari Sabtu.
sebagaimana tertuang dalam aturan sekolah; tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender,
agama, etnis, status sosial, ke-mampuan ekonomi bagi penerima subsidi dari Pemerintahdan/atau
Pemerintah Daerah
Sesuai dengan daya tampung sekolah Penerimaan peserta didik baru pada sekolah ini
mengikuti prosedur dan regulasi pemerintah setempat. Namun ada yang bereda dengan SMPN 3
Setu, di sekolah ini sudah mulai berlaku kebiasaan titip-menitip agar anaknya dapat masuk
disekolah tersebut, tap hal itu tidak banyak seperti sekolah-sekolah yang lebih maju.
Sistem pendaftaran yang dilakukan pada tahun ini adalah dengan system on line, dengan
Melakukan orientasi peserta didik yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan
tanpa kekerasan dengan pengawasan guru. Kegiatan ini dibantu oleh siswa-siswa senior yang ada
meliputi : Pengisian buku penerimaan peserta didik baru, buku klaper, buku induk siswa, buku
mutasi siswa, buku absensi siswa, serta dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Keementrian
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah seperangkat teknologi hasil rekayasa
yang berfunsi sebagai alat bantu atau sarana untu menunjang kegiatan-kegiatan yang dalam hal
ini adalah proses pembelajaran di sekolah. Belakangan teknologi ini sangat popular di Indonesia.
TIK tidak hanya terbatas pada computr saja namun semua teknologi yang berfungsi sebagai alat
komunikasi dan informasi. Namun dalam hal ini yang lebih popular adalah computer.
TIK dapat didefinisikan sebagai teknologi (hasil rekayasa manusia) yang memungkinkan
proses penyampaian informasi dan proses komunikasi dapat dilakukan secara lebih optimal dan
efisien. Pada umumnya alasan orang menggunakan TIK pada suatu bidang adalah mengenai
masalah efisiensi dan optimisasi. Peningkatan produktifitas adalah alasan utama mengapa orang
pada umumnya menggunakan TIK. Dengan menggunakan TIK, pekerjaan yang memerlukan
waktu lama jika diproses secara manual (oleh manusia) bisa dikerjakan lebih cepat oleh mesin
(komputer).
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami dan menguasai pemanfaatan
TIK dalam pembelajaran yang dimaksudkan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Mengkaji pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sekolah tempat magang pada kegiatan on the
job learning (OJL) bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan pemahaman
tentang TIK sekaligus dapat mengidentifikasi guru-guru di sekolah magang yang memanfaatkan
TIK dalam pembelajarannya. Berikut adalah deskripsi hasil kajian matrik dan wawancara tentang
Sarana TIK yang mencakup banyak jenis yaitu : Televisi, Radio, Tape Recorder, VCD/DVD
SMPN 3 Setu walau kuantitasnya tidak banyak. Dalam hal penggunaan dan penguasaan
mengoperasikannya pun para guru sudah mampu. Satu hal kesenjangan yang ada adalah
keengganan para guru untuk menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada sebagai media
pembelajaran dengan alasan ribet, repot dan lain sebagainya. Di sekolah ini belum pula diadakan
dikatakan semua guru mampu mengguanakan TIK namun dalam pelaksanaanya jarang yang
Monitoring dan Evaluasi disingkat Monev merupakan bentuk controling dari seorang
kepala sekolah akan program-program yang telah dijalankan. Kepala Sekolah dalam
pemimpin, harus mampu melakukan monev terhadap kegiatan-kegitan yang telah dijalankannya
selama ia menjabat. Selain itu pula kepala sekolah harus memahami fungsi perencanaan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut dari monitoring, evaluasi, dan pelaporan salah satu kegiatan
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian monitoring dan evaluasi, yang berpedoman
pada Permendiknas No. 19 Tahun 2007 mengenai Standar Pengelolaan Pendidikan, melalui
wawancara dengan kepala sekolah dan matriks kajian monitoring dan evaluasi, berikut kami
sajikan deskripsi hasil kajian monitoring dan evaluasi sekolah tempat magang di sekolah sendiri
Kegiatan monev sudah ada dan sudah dilaksanakan tetapi masih belum sistematis,
sehingga belum terencana dengan baik. Dalam hal ini peserta OJL memberikan masukan agar
kepala sekolah dan jajarnya harus melaksanakan kegiatan monev ini untuk mengukur sejau-
hmana efektifitas keberhasilan kinerja di sekolah tersebut. Mengingat bahwa monev program
tanggungjawab bersama, maka monev program sekolah harus dilakukan secara kooperatif
peluang, dan hasil, Pertemuan tim Monev untuk monitoring perkembangan kegiatan.
monitoring dan evaluasi program. Kegiatan monev timelalui tahap persiapan, pelaksanaan dan
pelaporan. Hasil monev yang diperoleh kemuadian diinformasikan kepada warga sekolah untuk
Dari Pengkajian 9 Aspek manajerial yang ada di SMP Negeri 3 Setu secara umum sudah
baik, namun ada banyak hal yang perlu ditingkatkan, dalam aspek Tenaga administarsi sekolah,
kualifikasi belum terpenuhi sehingga perlu peningkatan. Dalam aspek sarana dan prasarana
mislanya, jangan hanya mengandalkan pemberian pemerintah tetapi sekolah harus dapat
menjemput bola untuk memenuhi kekurangan sarana yang ada. Selain itu pula pada aspek
pengkajian Sistem Monitoring dan Evaluasi (monev) sekolah diharapkan untuk memilki program
yang jelas agar kegiatan dapat terukur, tercapai atau tidak. Tidak jauh berbeda dengan SMPN 3
Setu Dari Pengkajian 9 Aspek manajerial yang ada di SMP Negeri 4 Setu secara umum sudah
baik, namun ada banyak hal yang perlu ditingkatkan, dalam aspek Tenaga administarsi sekolah,
kualifikasi belum terpenuhi sehingga perlu peningkatan. Dalam aspek sarana dan prasarana
Upaya peningkatan kompetensi berbasis AKPK di sekolah lain adalah kegiatan calon kepala
sekolah untuk meningkatkan kompetensinya berdasarkan kebutuhan individu dengan belajar dari
kepala sekolah mentor. Peserta OJL memilih salah satu dari kompetensi pada AKPK yang paling
rendah, kemudian berupaya untuk meningkatkan kompetensi tersebut dengan belajar dari kepala
sekolah mentor di sekolah lain. Kegiatan belajar dilakukan melalui wawancara, studi
dokumentasi, observasi kegiatan yang dilakukan kepala sekolah mentor. Namun berhubung
dengan kepala sekolah tidak siap untuk melakukan supervisi langsung karena beliau adalah
orang baru di sekolah tersebut, sehingga programnya pun belum bisa sempat terealisasikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati peserta OJL meminta untuk melakukan wawancara
Dalam prosesnya, ada beberapa item pertanyaan yang penulis sampaikan kepada beliau
(kepala sekolah) dari instrument yang dibuat ( instrument terlampir). Menurut beliau bahwa
supervisi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.
Dengan dilakukannya kegiatan supervisi kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang
dimilki seorang guru baik dari berbagai segi, baik dari segi administrasi, metode, materi dan lain
sebagainya. Selain itu juga kegiatan ini dilakukan untuk dapat membiasakan guru untuk
Untuk melakukan kegiatan supervisi, langkah yang efektif yang dapat dilakukan adalah
programkanlah kegiatan tersebut dengan matang, ada jadwal, dan ada instrument yang digunakan
untuk menilai jalannya proses tersebut. Kemudian program tersebut disosialisaikan dalam rapat
awal tahun. Sementara itu guru diberikan motivasi untuk membuat program pembelajaran pada
bulan-bulan pertama pada tahun ajaran baru. Kemudian disosialisaikanlah jadwal supervisi yang
akan dijalankan selama satu tahun pelajaran. Menurut beliau epektifnya kegiatan supervisi
dimulai pada bulan ketiga. Dengan dibantu wakilnya, kepala sekolah melakukan supervisi satu
Menurutnya kegiatan supervisi akademik ini dilakukan dengan tiga tahap penilaian, yaitu :
Pra Observasi, Observasi dan Pasca Observasi, yang masing-masing memilki instrument
penilaiannya sendiri-sendiri.
Lebih lanjut, intinya kepala sekolah-lah yang menjadi lokomotif perkembangan sekolah.
Jika sekolah ingin maju dan berkembang, maka kepala sekolah harus mau bergerak dan mampu
menggerakkan para guru diantaranya dengan mengadakan supervisi akademik. Sehingga dengan
demikian akan meningkatlah kompetensi guru yang akhirnya akan berdampak positif pada
proses pembelajaran. Guru kompeten siswa kompeten, sekolah tertib dan disiplin, bangsa maju
dan sejahtera.
Bagi peserta OJL, penggalian pengetahuan tentang supervisi ini sangat bermanfaat sehingga
suatu saat ketika jadi kepala sekolah dapat menjalankan kegiatan ini dengan baik dan terencana.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pelaksanaan on the job learning (OJL) yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan berikut:
1. Pelaksanaan RTL dapat meningkatan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada
dirinya sehingga akan memacu peningkatan kinerja sekolah yang dipimpinnya kearah
B. Saran-saran
1. Program Diklat Penyiapan Calon Kepala Sekolah sangat sangatlah penting untuk dilaksanakan
2. Kegiatan pendampingan oleh Master Trainer dalam On The Job Learning (OJL)
jadwalnya perlu diperbanyak agar peserta diklat yang akan dating dapat meminimalisir