Anda di halaman 1dari 56

Laporan OJL 2015

LAPORAN ON THE JOB LEARNING


( OJL )

Disusun sebagai laporan akhir kegiatan On The Job Learning pada Pendidikan dan
Pelatihan Calon Kepala Sekolah
Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat
Periode : September s/d Nopember 2015

Nama : ATAM SULAEMAN, S. SOS. I., M.M


Unit Kerja : SMP NEGERI 3 SETU
NIP : 19810114 200801 1 002

PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH


DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BEKASI
PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar perlu dikelola secara baik

dan benar. Keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan yang diharapkan sangat tergantung

kepada bagaimana model pengelolaan terhadap segala sumber daya yang dimiliki sekolah

tersebut. Sumber daya sekolah yang memadai bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan

warga sekolah yang telah dirumuskan menjadi tujuan sekolah tersebut jika kepala sekolah

sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.

Kepala Sekolah memiliki dua peran strategis sebagai leader dan manajer di sekolah.

Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi sekolahnyapun disusun guna

memfasilitasi perwujudan tujuan pendidikan, serta para anggota organisasi, pegawai atau

karyawan dipimpin dan dimotivasi untuk mensukseskan pencapaian tujuan, tidak dijamin

selamanya bahwa semua kegiatan akan berlangsung sebagaimana yang direncanakan, dan

dikelola dengan baik, di antaranya adalah pengetahuan tentang manajemen. Dengan kemampuan

dalam mengelola ini nantinya akan dijadikan sebagai pegangan cara berfikir, cara mengelola dan

cara menganalisis sekolah dengan cara berpikir seorang manajer. Kepala sekolah harus mampu

menunjukkan perilakunya dan mampu untuk mengidentifikasi dan mengembangkan jenis-jenis

input sekolah; mengembangkan proses sekolah (proses belajar mengajar, pengkoordinasian,

pengambilan keputusan, pemberdayaan, motivasi, pemantauan, supervisi, evaluasi dan

akreditasi).

Selain itu pula Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan untuk

memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai

seorang guru, kepala sekolah sejatinya adalah juga pendidik yang harus mampu membina guru-

guru disekolahnya menjadi guru kreatif dan selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran.

Dengan adanya tugas tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk membina

guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk membina dan mengelola seluruh komponen
sekolah lainnya seperti tenaga adminstrasi sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium

dan lain sebagainya. Tuntutan-tuntutan ini adalah merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang

guru yang diserahi tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah berupa

peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika seluruh komponen sekolah dapat

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing melalui pembinaan dan pengelolaan

seorang kepala sekolah yang profesional.

Karena itu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala sekolah maka untuk menjadi

seorang kepala sekolah yang profesional tentu tidaklah mudah. Diperlukan waktu yang cukup

untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas yang baru tersebut. Pelatihan, pembimbingan

dan pembinaan bagi calon kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh

pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang berkualitas yang diharapkan

mampu untuk memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Permendikas Republik Indonesia nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai

kepala sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan profesionalisme seorang kepala

sekolah ataupun calon kepala sekolah.

Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang telah dinyatakan lulus

seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan

pemberian pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan untuk

menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi

kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah menetapkan 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu: (1) kepribadian, (2)

manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi, dan (5) sosial. Dasar kompetensi kepribadian ini

akan sangat menentukan kompetensi lainnya, khususnya dalam melaksanakan program

pendidikan nasional, propinsi, dan kabupaten/kota. Sebagai tambahan pengetahuan dan keilmuan

dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan, kepala sekolah harus mampu

menunjukkan kinerjanya berdasarkan kebijakan, perencanaan, dan program pendidikan.


Kompetensi manajerial merupakan kompetensi kepala sekolah dalam memahami sekolah

sebagai sistem yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik, di antaranya adalah pengetahuan

tentang manajemen

SMP Negeri 3 Setu sebagai sekolah tempat mengajar penulis misalnya, memiliki 6 tenaga

kependidikan yang berfungsi sebagai tenaga administrasi sekolah merupakan SDM yang cukup

untuk terlibat dalam usaha meningkatkan pelayanan pendidikan menuju peningkatan mutu

pendidikan di sekolah. Namun kenyataannya, SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa

memperlihatkan prestasi kerjanya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama mengabdi di

SMPN 3 Setu, menemukan beberapa tenaga administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang

tanpa berbuat sesuatu. Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak ada yang mereka

bisa kerjakan. Ini adalah merupakan dasar dari rencana tindakan yang hendak dilakukan penulis

(dalam hal ini peserta OJL) guna menyikapi hal tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengangkat tema tulisan

dengan judul “Upaya Peningkatan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) dalam

Mengelola Administrasi Ketatausahaan melalui Pembinaan Terstruktur oleh Kepala Sekolah

sebagai Manajer”

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan laporan OJL ini adalah

untuk mengetahui :

1. Kompetensi manajerial melalui pengkajian RKS, pengelolaan kurikulum, pengelolaan keuangan,

pembinaan tenaga administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, pengelolaan sarana prasarana

sekolah, pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, pemanfaatan TIK dalam

pembelajaran, dan sistem monitoring dan evaluasi pada SMP Negeri 3 Setu dan SMP Negeri 4

Setu.

2. Kompetensi supervisi melalui pelaksanaan supervisi guru Junior pada SMP Negeri 3 Setu.

3. Kompetensi Guru dalam menyusun rencana Program Pembelajaran ( RPP )

C. Hasil yang diharapkan


Hal yang diharapkan dalam penyusunan laporan berdasarkan hasil OJL sebagai berikut:

1. Memahami kondisi ideal, kondisi nyata, menemukan kesenjangan, dan memberikan solusi

terhadap pengkajian RKS, pengelolaan kurikulum, pengelolaan keuangan, pembinaan tenaga

administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik, pengelolaan sarana prasarana sekolah,

pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, dan

sistem monitoring dan evaluasi pada SMP Negeri 3 Setu dan SMP Negeri 4 Setu.

2. Memahami teknik supervisi melalui pelaksanaan supervisi guru yunior pada SMP Negeri 3 Setu

3. Memahami Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP, sehingga dapat meningkatkan

kompetensi yang dianggap kurang.

BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG

A. Profil SMP Negeri 3 Setu

SMP Negeri 3 Setu berlokasi di Jalan Rawa belut Cisaat Bojong Ds. Kertarahayu Kecamatan

Setu Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. SMP Negeri 3 Setu berdiri pada tanggal 28

September 2008. Atas keprihatinan Pemerintah akan pendidikan dan tentunya atas kepedulian

serta antusias masyarakat. Masyarakat di daerah tersebut sebelumnya masih banyak yang belum

mempunyai pendidikan tingkat lanjut. Mayoritas dari mereka hanya bersekolah sampai tingkat

dasar saja. Kenapa demikian ? Karena para lulusan Sekolah Dasar yang ingin melanjutkan ke

SLTP sangat terbebani oleh beberapa faktor diantaranya keberadaan Sekolah Tingkat Lanjut

yang jauh, faktor ekonomi keluarga yang tidak merata yang mayoritas mata pencaharian

masyarakat adalah bertani. Selain itu kurangnya kepedulian para orangtua akan pendidikan

sehingga banyak anak-anak yang putus sekolah.


Dengan berdirinya SMP Negeri 3 Setu ini kekhawatiran akan lemahnya pendidikan

masyarakat di daerah tersebut kini sudah terkikis. Banyak masyarakat sekitar yang merasa

bersyukur akan dibangunnya SMP Negeri 3 Setu tersebut.

Sekarang, SMP Negeri 3 Setu telah berdiri kurang lebih 7 ( tujuh ) tahun. Tentunya program

Pemerintah tentang pendidikan wajib belajar sudah mulai berjalan. Akan tetapi bukan tanpa

kendala, banyak sekali kendala yang kami hadapi yang salah satunya dari segi sarana dan

prasarana sekolah yang tentunya akan mendukung kegiatan belajar mengajar yang baik.

Kinerja SMP Negeri 3 Setu dilihat dari pencapaian delapan standar pendidikan dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Standar Isi

SMP Negeri 3 Setu telah memiliki kurikulum sendiri yaitu Kurikulum SMP Negeri 3

Setu yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan

mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia peserta

didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Bahasa Sunda yang

merupakan muatan local wajib dari pemerintah provinsi Jawa Barat dan baca tulis al-qur’an

adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat Setu

kabupaten Bekasi yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan bahasa daerah Jawa

Barat.

Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan tiga mata pelajaran

muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa

Inggris, IPS, Matematika, IPA, SBK, Penjaskes, TIK dan dan 3 (tiga) Mulok. Mata pelajaran

yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-

masing 4 jam pelajaran. Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak yaitu 4

jam pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS mempelajari tiga materi pokok yakni

ekonomi, sejarah dan geografi. Bimbingan dan Konseling merupakan Pengembangan diri

memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan

40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 36 jam per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran

tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran per rombel  7 rombel = 252 jam pelajaran perminggu.

Adapun kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari Sabtu pagi dengan bimbingan dari para
Pembina Ekstrakurikuler yang telah ditunjuk. Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan

mengacu kepada kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang

disediakan diantaranya pembinaan kepramukaan, PMR, Rohis, dan olahraga (yang mencakup

Futsal, Volly dan sepak bola).

Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan dengan menyediakan

layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga konseling yang dimiliki hanya 1 orang. 1

(satu) orang guru berkewajiban menangani 150 siswa yang ekuivalen dengan 24 Jam pelajaran

perminggu. Itu artinya menurut kebutuhan terhadap rasio guru BK SMP Negeri 3 Setu minimal

harus memiliki 2 (dua) orang guru BK. Sedangkan yang ada hanya 1 (satu) orang guru saja.

Dengan demikian SMP Negeri 3 Setu membutuhkan guru BK/Konselor satu lagi untuk dapat

memaksimalkan kondisi pelayanan yang ada.

Jumlah siswa SMP Negeri 3 Setu pada tahun pelajaran 2015/2016 adalah sebanyak 252

siswa. Sehubungan masih minimya jumlah siswa dan mencukupinya ruangan kelas yang

dimiliki, kegiatan pembelajaran dilaksanakan 1 ( satu ) shif yaitu dari pukul 07.15 – 12.55, hal

ini terjadi karena masih kurangnya in put peserta didik dari sekolah SD penujnjang yang ada

disekitar sekolah. Rata-rata dari mereka ( SD pendukung) hanya meluluskan 20 sampai dengan

40 Siswa saja pertahun, itupun harus dibagi-bagi kesekolah lanjutan yang lain yang ada disekitar

desa tersebut.

SMP Negeri 3 Setu Memiliki 7 ( tujuh ) rombel, yaitu dengan perincian; 2 (dua) rombel

kelas VII dengan jumlah siswa 81 orang siswa, 3 ( tiga ) rombel kelas VIII dengan jumlah siswa

94 orang siswa dan 2 ( dua ) rombel kelas IX dengan jumlah siswa 76 orang siswa.

2. Standar Proses

Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan

pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan

MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru

belum sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh

silabus dari sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikan-perbaikan.


Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan

pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun

mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga

dilakukan oleh guru-guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah

ataupun MGMP mata pelajaran. RPP yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP

sekolah lain dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang

telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan

memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam

masyarakat sekitar.

Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat sedikit mengakibatkan

terbatasnya sumber belajar dari buku. Buku yang dimiliki belum memenuhi SNP. Pemenuhan

buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan buku paket yang dikeluarkan

oleh pemerintah pusat ataupun daerah. Tetapi upaya itu terus dilakukan oleh kepala sekolah,

diantaranya dengan membelanjakan 5% dari anggaran BOS untuk pemenuhan perpustakaan

sekolah.

Selain buku pelajaran pokok, koleksi buku perpustakaan yang dimiliki diantaranya adalah

buku pengetahuan umum sebanyak 1.726 eks, Atlas Indonesia dan dunia sebanyak 28 eks, Atlas

sejarah Indonesia dan Dunia sebanyak 28 eks, Buku sejarah Indonesia sebanyak 28 eks, buku

ensiklopedia sebanyak 121 eks, buku sejarah keajaiban Dunia sebanyak 7 eks, Kamus Besar

Bahasa Indonesia 2 eks, dan kamus Bahasa Inggris sebanyak 25 eks. Kenyataan ini

membuktikan bahwa SMP negeri 3 Setu masih sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah.

Karena masih kurangnya pembinaan dan pengawasan dari pihak yang terkait, terutama

belum terlaksananya supervisi pembelajaran secara teratur dan terjadwal, sehingga pelayanan

pendidikan masih belum bisa dimaksimalkan.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 3 Setu tahun pelajaran 2013/2014 adalah 100%.

Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2013/2014 untuk masing-masing mata

pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,40, Bahasa Inggris 6,40, Matematika 6,75, dan IPA
6,75. Sedangkan tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 3 Setu tahun pelajaran 2014/2015 adalah

100%. Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2014/2015 untuk masing-masing

mata pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 9,00, Bahasa Inggris 8,00, Matematika 6,25, dan

IPA 7,50. Keempat mata pelajaran tersebut menggambarkan adanya peningkatan pencapaian

kompetensi siswa dari tahun pelajaran 2013/2014 ke 2014/2015, artinya siswa sudah

memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan SKL.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Jumlah guru yang ada 16 orang dan tenaga administrasi sekolah sebanyak 5 orang sudah

memenuhi standar jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sekolah. Guru yang sudah

berkualifikasi minimal S1 sebanyak 87% dan guru berkualifikasi S2 sebanyak 13% sedangkan

pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 40%, SMA sebanyak 60%. Secara spesifik,

Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN 3 Setu belum terukur.

5. Standar Sarana dan Prasarana

SMP Negeri 3 Setu memiliki luas lahan 7.000 m2. Ruang kelas yang digunakan sebagai

tempat proses KBM sebanyak 7 ruang kelas dengan ukuran masing-masing 7 x 9 m = 63 m2 per

ruang kelas. Setiap ruang kelas masing-masing memiliki satu white board dan black board, satu

meja dan kursi guru, masing-masing satu meja dan 2 kursi untuk siswa.

Ruang guru berukuran (8  7) m2 memuat 10 pasang meja dan kursi guru, 1 papan white

boarddan black board, 2 lemari buku, 1 set sound system dan 2 buah jam dinding, serta

dilengkapi dengan alat-alat peraga tiap masing-masing pelajaran.

Ruang perpustakaan dengan luas masing-masing (912) m2. Jumlah buku teks pelajaran

masih kurang dari jumlah siswa. Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat

sedikit mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Buku yang dimiliki belum

memenuhi SNP. Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan

buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah. Tetapi upaya itu terus

dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya dengan membelanjakan 5% dari anggaran BOS untuk

pemenuhan perpustakaan sekolah.


Selain buku pelajaran pokok, koleksi buku perpustakaan yang dimiliki diantaranya

adalah buku pengetahuan umum sebanyak 1.726 eks, Atlas Indonesia dan dunia sebanyak 28 eks,

Atlas sejarah Indonesia dan Dunia sebanyak 28 eks, Buku sejarah Indonesia sebanyak 28 eks,

buku ensiklopedia sebanyak 121 eks, buku sejarah keajaiban Dunia sebanyak 7 eks, Kamus

Besar Bahasa Indonesia 2 eks, dan kamus Bahasa Inggris sebanyak 25 eks. Kenyataan ini

membuktikan bahwa SMP negeri 3 Setu masih sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah.

Ruang kepala sekolah berukuran (78) m2 terdapat 1 kamar kecil (WC), 1 set wastafel, 2

lemari piala, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu dan 1 gudang arsip.

SMP Negeri 3 Setu belum memiliki ruang-ruang pendukung lainnya, seperti laboratorium

IPA, Laboratorium Komputer, Laboratorium bahasa. Khusus untuk laboratorium IPA tahun ini

akan segera dibangun melalui dana pemerintah melalui anggaran DAK (dana Alokasi Khusus).

Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru BK, ruang UKS,

kantin, mushallah, gudang, WC siswa.

6. Standar Pengelolaan

SMP Negeri 3 Setu sudah mengalami dua kali perubahan Visi-Misi. Visi misi yang ada

dibentuk berdasarkan kebutuhan sekolah dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar.

Visi dan misi sekolah telah disosialisasikan kepada seluruh steakholder, melalui rapat guru dan

PKS, namun belum tersosialisasi kepada orang tua siswa.

7. Standar Pembiayaan

Dalam hal pembiayaan, Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan

pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana APBD kabupaten Bekasi yang sangat minim. Hal

ini merupakan slah satu kendala yang selalu dihadapi oleh sekolah. Sekolah dengan jumlah siswa

sedikit, akan berpengaruh terhadap pemasukan keuangan yang bersumber dari dana BOS

Pusat/APBN dan adari APBD Kabupaten yang ada. Sehingga sekolah lama berkembang dalam

hal sarana dan prasarana pendukung.

Sekolah belum mampu mencari sumber keuangan lain misalnya dengan membangun

kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia usaha.


8. Standar Penilaian

Dasar dari penilaian yang dijadikan laporan pada orang tua dan dinas terkait adalah nilai

KKM. KKM adalah Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai oleh setiap peserta didik

disetiap kali mengikuti ujian terutama ujian Semester 1 dan Ujian Kenaikan Kleas ( UKK ).

Guru melaksanakan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian, ulangan tengah

semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian

melalui ulangan harian dilaksanakan sesuai dengan materi yang sudah disajikan. Selain itu juga

untuk melakukan penilaian terhadap peserta didik, dilakukan penugasan-penugasan baik Tugas

Terstruktur ataupun tugas tidak terstruktur. Kegiatan Remedian dan pengayaan juga kerap kali

dilakukan untuk menambah dan atau memperbaiki nilai yang kurang.

B. Profil SMP Negeri 4 Setu

Secara historis SMPN 4 Setu didirikan pada tahun 2008 dari bantuan pemerintah yang berupa

Blok Grand, dengan nomor statistic sekolah (NSS) 201022218077 dan Nomor Pokok Statistik

Nasional (NPSN) 20254067. Telah dilakukan penilaian Akreditasi Sekolah pada tahun 2010

dengan nilai B. Sekolah yang dibangun di atas tanah milik pemerintah ini dengan luas tanah

6000 M2 berada di Jl. Pepaya Raya Blok P Perum GMM, Ds. Lubang Buaya Kecamatan Setu

Kabupaten Bekasi. Berikut adalah profil singkat keadaan SMP Negeri 4 Setu :

1. Standar Isi

Kurikulum yang dikembangkan di sekolah ini adalah Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)

dengan muatan 10 mata pelajaran pokok dan 3 muatan local daerah. Adapun secara rinci 10 mata

pelajaran yang dilaksanakan adalah Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

IPS, Matematika, IPA, SBK, Penjaskes, TIK. Bimbingan dan Konseling merupakan

Pengembangan diri dengan alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran

setara dengan 40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 36 jam per kelas, sehingga total jumlah

jam pelajaran tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran per rombel.

Tahun pelajaran 2015/2016 ini SMPN 4 Setu membina sebanyak 755 siswa yang terbagi

ke dalam 18 rombongan belajar dengan masing-masing 6 rombongan belajar pertingkatan kelas.


Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 40 siswa. Pada tahun ini pula jumlah siswa

yang diterima di sekolah ini berjumlah 240 orang.

Karena lokasinya di lingkungan perumahan, hal ini menyebabkan pertambahan jumlah

siswa dari tahu ke tahun terus meningkat.

Kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di sekolah ini adalah 5 jenis yaitu

Kepramukaan, UKS/PMR, Paskibra dan Olah Raga, dan Bela Diri. Adapun kegiatan ekskul

dilaksanakan setiap hari Sabtu.

2. Standar Proses

Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan pengembangkan

silabus dilakukan secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah

ataupun MGMP mata pelajaran. Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya

berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh silabus dari sekolah-

sekolah lain dengan beberapa perbaikan-perbaikan.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 4 Setu tahun pelajaran 2013/2014 adalah 100%. Perolehan

rata-rata nilai Ujian Nasional tahun pelajaran 2013/2014 untuk masing-masing mata pelajaran

berturut-turut Bahasa Indonesia 63.95, Bahasa Inggris 52.98, Matematika 51.10, dan IPA 52.30.

Sedangkan tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 4 Setu tahun pelajaran 2014/2015 adalah 100%.

Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2014/2015 untuk masing-masing mata

pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 67.95, Bahasa Inggris 52.68, Matematika 50.09.0, dan

IPA 52.66. Keempat mata pelajaran tersebut menggambarkan adanya peningkatan pencapaian

kompetensi siswa dari tahun pelajaran 2013/2014 ke 2014/2015, artinya siswa sudah

memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target pencapaian SKL.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

SMPN 4 setu memiliki jumlah guru secara keseluruhan 30 orang guru, sebanyak 17 orang

adalah berstatus PNS, dengan kualifikasi pendidikan seluruhnya Strata 1 ( S1) dengan deskripsi

jumlah guru tiap mata pelajaran adalah; Guru Pkn : 3 orang, guru Pendidikan Agama 2 orang,

guru Bahasa Indonesia 3 orang, guru Bahasa Inggris 3 orang, guru IPS 3 orang, guru Penjaskes 2

orang, guru Matematika 3 orang, guru IPA 3 orang, guru Kesenian 2 orang, guru BK 1 orang,

guru TIK 1 orang, KTK 2 orang, dan guru Mulok 2 orang.

Adapaun staf TU dan tenaga administrasi lainnya berjumlah 7 orang pegawai, 1 orang PNS

dan sebagai Kepala Tata Usaha dan 6 orang tenaga honorer sekolah.

5. Standar Sarana dan Prasarana

Prasarana yang dimiliki adalah diantaranya sebagai berikut; Ruang kelas dengan ukuran 63

M2 berjumlah 10 ( sepuluh ) ruang. Sehubungan dengan hal ini, maka kegiatan KBM di SMPN

4 Setu ini dilakukan dengan system 2 ship, pagi dan siang hari.

Selain ruang kelas ada pula ruang perpustakaan dengan luas 3 x 4 m2, satu ruang Laboratorium

IPA berukuran 15 x 10 m2, ruang kesenian, ruang laboratorium bahasa, sarana ibadah seperti

mushollah, dan lain-lain.

6. Standar Pengelolaan

Tujuan pendidikan pada SMP Negeri 4 Setu dituangkan dalam bentuk Visi dan Misi SMPN 4

Setu, yaitu :

Visi “ Mewujudan Warga Sekolah Berprsestasi, Disiplin di Linglkungan yang Dengan dasar

Keimanan dan Ketakwaan”dangkan Misinya adalah merupakan akronim “BERDISIPLIN”

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan menerapkan nilai-nilai agama dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Membudayakan kedisiplinan dalam setiap kegiatan

3. Berprestasi dalam bidang akademis

4. Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, rapid an indah ( Berseri )


Visi Misi dan tujuan sekolah ini disosialisaikan dalam setiap kegiatan dan kepada semua warga

sekolah dan masyarakat.

Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Tahunan (RKT) ataupun rencana kerja

jangka menengah (RKJM) sudah disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian pula dengan

rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS).

Kegiatan supervisi sudah dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan, walau pun belum

semua guru bisa dilaksanakan supervisi.

7. Standar Pembiayaan

Dalam hal pembiayaan, Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan

pemerintah berupa dana BOS APBN dan dana APBD kabupaten Bekasi. Dengna jumlah siswa

yang mencapai 756 siswa tahun ini, kegiatan keuangan masih dapat terkendali dengan baik.

Namun satu kendala yang agak berat adalah pengaturan keuangan yang terkadang sulit dengan

adanya kebijakan pemerintah pusat dalam hal pengelolaan BOS pusat. Hal yang tersulit adalah

pelaksanaan Pembayaran Tenaga Honor Guru yang dibatasi 15 % dari keuangan BOS Pusat.

Sedangkan tenaga honorernya masih banyak. Namaun secara umum pengelolaan pembiaaan di

SMPN 4 Setu dapat diatasi.

8. Standar Penilaian

Berdasarkan pada Permendikbud RI Nomor 66 tahun 2013 penilaian hasil belajar pada SMPN 4

setu dilakukan dalam bentuk Penilaian Otentik, Penilaian Diri, Penilaian Projek, Ulangan Harian,

ulangan Tengah semester, ulangan akhir semester/Ujian kenaikan kelas (UKK), hasil penilaian

tersebut dibagikan kepada peserta didik dalam bentuk laporan hasil pembelajaran, serta dapat

ditentukan layak untuk naik ke kelas berikutnya atau tidak, serta ujian sekolah dan ujian

nasional, 2 ujian terakhir adalah ujian/penilaian yang dilakukan pada semester 6 atau di kelas IX

semester 2.
BAB III

RENCANA TINDAK LANJUT

A. Pelaksanaan RTK

Keberhasilan kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan atau kompetensi dan

profesionalisme seorang guru. Guru tidaklah semata disebut kompeten dan professional jika

tidak memiliki kemampuan dalam bidang keilmuan dan dalam bidang administrasi. Guru yang

memiliki keilmuan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya belum dikatakan

professional jika tidak mampu menyusun administrasi pembelajaran. Sehingga kedua hal

tersebut di atas dapat dimiliki serta dilaksanakan dalam proses pengajaran di kelas.

Idealnya seorang guru mampu untuk melaksanakan hal tersebut di atas, namun kenyataan di

lapangan berbeda. Tidak sedikit para guru di sekolah enggan membuat administrasi

pembelajaran dengan berbagai macam alasan klasik. Secara umum alasan keengganan mereka

membuat administrasi pembelajaran adalah karena kurangnya pemahaman tentang hal tersebut.

Lain hal, ada guru yang memiliki administrasi pembelajaran, misalnya Program tahunan,

Program semesteran, dan Program harian (dalam hal ini disebut RPP), tetapi pada kenyataannya

tidak digunakan pada proses pembelajaran di kelas. Sungguh ironis memang, membuat tetapi

tidak mengerti penggunaanya. Kenapa demikian, karena dalam proses penyusunannya hanya

copy – paste dari internet, tanpa disesuaikan dengan kebutuhan di sekolah tersebut.

Sehubungan dengan keprihatinan yang terjadi, dan untuk meminimalisir kejadian serupa
pada SMPN 3 Setu, di mana penulis melaksanakan tugas, maka dalam hal ini saya ( CKS )
mencoba untuk membuat Rencana Tindak Kepemimpinan ( RTK ) dengan judul : “Upaya
Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP)
melalui IHT”
1. Siklus 1

a) Tahap Persiapan
Pada tahap ini, satu hari sebelum pelaksanaan, CKS melakukan persiapan-persiapan di antaranya

adalah dengan menyusun rencana kegiatan, menentukan waktu pelaksanaan, menentukan

personil yang akan dilibatkan, mempersiapkan materi dan sumber, mempersiapkan ruangan yang

akan digunakan, melakukan koordinasi dengan kepala sekolah, wakabid kurikulum, narasumber

yang ditunjuk (dalam hal ini pengawas ) dan dewan guru yang akan menjadi peserta IHT.

b) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan kegiatan IHT ini diawali dengan pembagian instrument identifikasi

tahap 1 tentang penilaian diri pemahaman penyusunan RPP. Peserta IHT berjumlah 10 orang

yang merupakan perwakilan dari tiap-tiap mata pelajaran pokok selain mata pelajaran muatan

local. Berikut adalah hasil rekapitulasi dari penyebaran instrument identifikasi 1 yang

dilaksanakan 10 menit sebelum kegiatan dimulai :

Tabel 3.1
Hasil Penilaian Identifikasi pra IHT
Penilaian Diri Pemahaman Penyusunan RPP

NO NAMA SKOR PROSE KUALIFIK

NTASE ASI

1 Drs. Poejianto 25 56 Cukup

2 Ida Nurhayati, S. Pd 25 56 Cukup

3 Oky Maulana P, S. Pd 20 45 Kurang

4 Mail Iskandar, S. Pd 27 61 Cukup

5 Nursiam, S. Pd 31 70 Baik

6 Siti Aromlah, S. Pd 29 65 Cukup

7 Fahru Rijal, S. Pd 33 75 Baik

8 Nurdin Abidin, S. Pd 21 47 Kurang

9 Marlina Fariyanti, SE 30 68 Cukup

10 Reni Komalasari, S. Pd 30 68 Cukup


Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 10 guru yang menjadi peserta sebagian besar

belum mencapai kategori Baik. Sehingga sangat perlu adanya peningkatan kompetensi dan harus

diikutsertakan dalam kegiatan IHT lebih lanjut.

Kegiatan IHT dimulai pada pukul 08.30 WIB, dengan dibuka oleh Kepala Sekolah, yang

didampingi oleh 2 orang pengawas bidang SMP. Dalam pelaksanaannya, kegiatan IHT ini

dilaksanakan dengan menghadirkan seorang narasumber yang bernotabene Pengawas bidang

SMP yaitu Bapak Drs. Supriyono, M. Pd. Hal ini dilakukan karena Peserta OJL (CKS) merasa

kurang menguasai tentang penyusunan RPP secara mendalam, karena CKS adalah guru BK.

Sedangkan guru Bimbingan dan Konseling (BK) secara prinsip berbeda dalam hal penyusunan

program pembelajaran dengan guru mata pelajaran biasa (selain Bimbingan dan Konseling).

Walaupun demikian CKS berupaya sekuat tenaga berperan sebagai fasilitator dan penyelenggara

kegiatan ini.

Dalam pelaksanaanya semua peserta tampak antusias mengikuti kegiatan, hal tersebut terlihat

dari banyaknya pertanyaan yang muncul. Akhirnya, kegiatan selesai pada pukul 12.30. Kegiatan

ini berjalan dengan baik dari awal hingga akhir. Satu hari setelah kegiatan dilaksanakan

didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 3.2
Hasil Penilaian Identifikasi pasca IHT
Penilaian Diri Pemahaman Penyusunan RPP

NO NAMA SKOR PROSE KUALIFIK

NTASE ASI

1 Drs. Poejianto 38 86 A

2 Ida Nurhayati, S. Pd 37 84 B

3 Oky Maulana P, S. Pd 36 81 B

4 Dalim, S. Pd 34 77 B

5 Nursiam, S. Pd 37 84 A

6 Siti Aromlah, S. Pd 36 81 B

7 Fahru Rijal, S. Pd 35 79 B
8 Nurdin Abidin, S. Pd 36 81 B

9 Marlina Fariyanti, SE 39 88 A

10 Reni Komalasari, S. Pd 39 88 A

c) Monitoring dan Evaluasi

Setelah dilaksanakannya kegiatan IHT ini, untuk penyempurnaan penyusunan RPP diakhir

siklus pertama, dilakukan penilaian diri pemahaman guru-guru mengenai cara penyusunan RPP,

dengan mengisi kuesioner yang sama seperti sebelum pelaksanaan kegiatan ini guna mengetahui

sejauh mana hasil kegiatan yang telah dilakukan, ada peningkatan atau tidak.

Setelah data diolah dan dimasukan kedalam tabulasi berbentuk grafik maka didapatkanlah

gambaran sebagai berikut, yaitu ternyata setelah diadakannya kegiatan IHT tentang penyusunan

RPP, pemahaman para peserta meningkat. Di bawah ini adalah grafik perkembangannya:

Grafik 3.1 Perkembangan pemahaman tentang RPP Pra


dan Pasca IHT

Dari hasil kegiatan ini, pada siklus ke 1 dapat dievaluasi bahwa secara umum kegiatan berjalan

dengan lancar.

Pada tahap monev pelaksanaan tindakan, para peserta IHT melakukan pengisian instrumen

monitoring dan ealuasi pelaksanaan tindakan. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan

penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa apapun yang diisikan tidak

mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

d) Refleksi

Pada kegiatan ini peserta OJL merasakan bahwa untuk menjadi seorang kepala sekolah

dibutuhkan kemampuan yang luar biasa dalam menghadapi para guru dan pegawai yang ada di

lingkungan sekolah tersebut. Kepala sekolah harus mampu mengarahkan dan menggerakkan

rekan sejawat yang tentunya berbeda pola pikir, pandangan, dan ego pribadi, untuk dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, dalam hal ini diantaranya dengan kegiatan IHT

ini, sehingga guru menyadari pentingnya menyusun RPP, mampu menjelaskan sistematika RPP,

menjelaskan tata cara penyusunan RPP, serta mampu Membuat RPP.

e) Hasil

Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan

tindakan melalui pengisian instrumen pemahaman tentang RPP diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.3
Rata-rata peningkatan kompetensi

Kompetensi setelah Peningkatan


Kompetensi awal
tindakan 1 kompetensi
(%)
(%) (%)
61,1 82,9 21,8

Tabel 3.3 memperlihatkan tingkat kompetensi peserta IHT setelah mengikuti pembimbingan naik

dari 61,1% menjadi 82,9%. Peningkatan kompetensi sebesar 21,8% menunjukkan adanya hasil

calon kepala sekolah sebagai manajer dalam melakukan tindakan dan menjalankan tugasnya

dalam upaya meningkatkan kompetensi guru telah berhasil melakukan perubahan.

Namun untuk menindaklanjuti kegiatan siklus ini, ada 2 (dua) peserta yang dianggap

masih kurang kompetensinya dibandingkan yang lain sehingga perlu dilakukannya bimbingan

dan pembinaan lebih lanjut pada siklus II.

2. Siklus 2

a) Tahap Persiapan

Pada siklus ke 2, persiapan yang dilakukan adalah berbeda dengan siklus pertama. Pada siklus ini

hanya ada 2 (dua) orang peserta yang merupakan peserta yang dianggap masih kurang

pemahamannya tentang penyusunan RPP, yaitu Bapak Dalim, S. Pd dan Bapak Fahru Rijal, S.

Pd. Pada tahapan ini, CKS yang merupakan peserta OJL mempersiapkan jadwal untuk

melaksanakan kegiatan pembinaan dan pendampingan secara khusus.


b) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan yaitu melakukan pembimbingan terhadap 2

(dua) orang guru berdasarkan hasil identifikasi kompetensi yang dianggap masih rendah.

Pembimbingan dilakukan selama satu minggu dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali

pertemuan. Pada pelaksanaankegiatan bimbingan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang

tersedia dan sesuai dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu dari dari para guru yang akan

dibimbing.

Dalam pelaksanaan bimbingan penyusunan RPP ini, peserta OJL dibantu oleh seorang guru

senior yang merupakan Wakabid Kurikulum. Beliau mau membantu kegiatan yang dilakukan.

Pada tahap awal peserta OJL memberikan bahan-bahan yang dianggap bisa dijadikan sumber

untuk menambah pengetahuan mereka tentang prosedur penyususnan RPP. Pada proses

pembinaan 2 orang guru ini sangat antusias untuk mampu membuat RPP, hal ini terlihat dari

kemauan mereka bertanya tentang apa yang mereka kurang faham.

c) Monitoring dan Evaluasi

Pada tahap monev pelaksanaan tindakan siklus II ini, untuk kesekian kalinya yang menjadi

peserta pembimbingan melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan tindakan. Sebelum

melakukan pengisian instrumen diberikan penjelasan tentang cara pengisian instrumen.

Dijelaskan pula bahwa apapun yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.

d) Refleksi

Setelah kegiatan dijalankan, beberapa proses telah dilalui, ternyata banyak sekali pelajaran yang

dapat diambil dari proses kegiatan ini. Ada positif dan negatif. Nilai positifnya, peserta OJL

menjadi tambah percaya diri dan termotivasi untuk menjadi pemimpin di sekolah. Nilai

negatifnya bahwa kita sering menganggap orang yang tidak suka terhadap kegiatan yang
dilakukan adalah musuh yang harus dijauhi dan dilawan. Peserta OJL makin menyadari bahwa

menjadi kepala sekolah adalah amanah dan titipan yang harus dijalankan, bukan milik pribadi.

Ketika menjadi seorang kepala sekolah harus memilki banyak inovasi untuk pengembangan

sekolahnya diantaranya peningkatan kompetensi guru.

e) Hasil

Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan pada pelaksanaan

tindakan melalui pengisian instrumen monev diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.4
Peningkatan Kompetensi Siklus II
Kompetensi
Kompetensi Peningkatan
setelah
Nama Guru awal kompetensi
tindakan
(%) (%)
(%)

Fahru Rijal, S. 79 86 7

Pd

Dalim, S. Pd 77 84 7

Dari table di atas diperoleh gambaran bahwa terjadi peningkatan kompetensi masing-masing

sebanyak 7% untuk kedua guru tersebut.

B. Supervisi Guru Junior

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima dimensi kompetensi

minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausaha-an, supervisi, dan sosial.

Kompetensi supervisi kepala sekolah perlu dikembangkan dalam usaha membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran.
Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Setiap kepala

sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi ; pengertian,

tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Sasaran

supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari

materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan

strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam

pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran.

Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah antara lain adalah:

a. membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/

bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa,

b. membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas,

laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa,

c. membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media

pendidikan dan fasilitas pembelajaran, dan

d. memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.

Sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan guru dalam merencana-kan

kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembela-jaran, menciptakan

lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan

mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010, tentang penugasan guru

sebagai kepala sekolah, menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah

adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan calon kepala sekolah melalui pemberian

pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik tentang kompetensi kepala sekolah yang

diakhiri dengan penilaian sesuai standar nasional.

Melaksanakan kegiatan supervisi akademik terhadap guru junior merupakan salah satu

implementasi praktik pada kegiatan on the job learning yang penulis lakukan di sekolah magang

ke 1 ( sekolah sendiri ).
Adapun hasil yang diharapkan dari pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru junior

bagi peserta diklat calon kepala sekolah (CKS) adalah :

1. Mampu mengembangkan kompetensi supervisi akademik,

2. Mampu melaksanakan supervisi akademik,

3. Mampu mengidentifikasi permasalahan guru yunior dalam mengelola pembelajaran kemudian

melakukan tindak lanjut dalam rangka meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya.

Yang menjadi objek supervisi guru junior ini adalah 2 (dua) orang guru sebagai

sampel/perwakilan dari guru yang ada di SMPN 3 Setu, dengan biodata sebagai berikut :

Tabel 3.5
Bodata singkat guru junior

No Nama Mata Pelajaran Jabatan Status

Ilmu
Wakabid Non
1 Siti Aromlah, S. Pd Pengetahuan
Kesiswaan PNS
Sosial

Pendidikan
2 Ida Nurhayati, S. Pd. I Guru PNS
Agama Islam

1. Siklus I

a. Perencanaan

Sebelum melakukan supervisi akademik terhadap guru junior yang telah ditentukan,

penulis perlu mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan kegiatan tersebut, diantaranya yaitu :

instrumen penilaian silabus, instrumen penilaian Rencana Program pembelajaran

(RPP), istrumen observasi kelas, instrument tindak lanjut hasil supervisi akademik, instrument

pertanyaan pasca observasi kelas dan format perbaikan silabus dan RPP. Berikut

Jadwal kegiatan supervisi akademik terhadap guru junior :

Tabel 3.6
Jadwal Kegiatan Supervisi Akademik Guru Junior
Siklus 1 dan 2
N WAKT
KEGIATAN SASARAN TANGGAL INSTRUMEN
o U

1 Mengadakan Guru Junior

pertemuan Siti Aromlah, 08-10-2015 15 Menit

dengan guru S. Pd, dan Ida (siklus 1)

yang akan Nurhayati, S.

disupervisi Pd. I

2 Menilai Silabus dan 12-10-2015

Perencanaan RPP (siklus 1) 30 Menit Instrumen

Kegiatan penilaian

Pembelajaran 23-10-2015 silabus dan

(siklus 2) RPP

3 Mengadakan RPP, Silabus. 12-10-2015 Instrumen

supervisi Guru, Siswa (Tahap 1) 80 Menit observasi kelas,

akademik 23-10-2015 Instrumen

(Tahap 2) tindak lanjut

4 Mengadakan Guru yang

tindak disupervisi 19-10-2015 15 Menit Instrumen

lanjut dengan (Tahap 1) pasca observasi

melakukan 23-10-2015

pertemuan (Tahap 2)

pribadi

5 Menindaklanj Guru yang 19-10-2015

uti hasil disupervisi (Tahap1) 15 Menit Instrumen

supervisi 23-10-2015 pasca observasi

(Tahap 2)

b. Pelaksanaan Supervisi

1) Pra Observasi
Sebelum supervisi dilaksanakan, kegiatan pra observasi ini meliputi kegiatan memeriksa

kelengkapan - kelengakapan yang akan dibawa pada kegiatan supervisi di kelas, diantaranya :

mengisi instrument penilaian silabus dan megisi instrument penilaian RPP. Selain itu pula guru

junior menentukan kelas manakah yang akan dijadikan untuk tempat supervisi.

2) Observasi

Teknik supervisi yang digunakan adalah teknik supervisi individual yaitu melaksanakan

supervisi perseorangan terhadap guru yunior. Supervisor berada di dalam ruangan yang

didalamnya ada seorang guru dan sejumlah siswa sebagai objek pembelajaran.

a. Guru yang pertama disupervisi adalah Siti Aromlah, S. Pd, beliau adalah seorang guru yang

mengampu mata pelajaran IPS di SMPN 3 Setu, selaian itu pula beliau adalah Wakabid

Kesiswaan. Pelaksanaan supervisi akademik dimulai dengan menentukan kelas VII.A sebagai

tempat supervisi guru junior ke 1.

Bu Siti (panggilan Siti Aromlah) memulai kegiatan pembelajarannya dengan mengucapkan

salam, mengecek daftar hadir siswa, dan mengkondisikan siswa. Belaiau memerintahkan siswa

agar jangan ribut, duduk dengan rapi dan fokus terhadap pelajaran. Perangkat pembelajaran

terletak di meja beserta tumpukan buku absen dan agenda kelas. Selama pengamatan, penulis

(CKS) tidak menemukan diawal proses pembelajaran tujuan dari kompetensi yang akan dicapai

dlam proses pembelajaran ini.

Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar ini adalah metode ceramah

vareatif, artinya peserta didik diarahkan untuk mempresentasikan hasil dari tugas kelompoknya

di depan kelas. Anak-anak terlihat kurang respon terhadap proses ini, walaupun guru terlihat

sangat menguasai materi pembelajaran. Media yang digunakan nyaris tidak ada, apalagi

menggunakan IT.

Dalam perjalanannya, proses belajar mengajar ini kurang seiring dan sejalan dengan RPP

yang telah disusun.

Pada prosesi akhir, tidak adanya rangkuman, atau kesimpulan yang diberikan oleh guru

sebagai penekanan pemahaman kepada pesertaa didik. Waktu yang diperguanakan pun kurang,

tidak sesuai dengan target pencapaian kompetensi yang diinginkan dalam RPP.
b. Guru yang kedua disupervisi adalah Bu Ida Nurhayati, S. Pd.I.

Ida Nurhayati, S. Pd. I adalah seorang guru mata pelajaran PAI, beliau berstatus PNS di SMPN 3

Satu namun baru kurang lebih satu semester.

Kelas IX.A yang jadi objek observasi dalam supervisi akademis yang ke dua. Sebagai

pendahuluan pembelajaran dimulai oleh uacapan salam sebagai pembuka kegiatan pembelajaran

ini. Pengecekan kehadiran siswa, dengan menghitung jumlah siswa yang ada, kemudian

dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada seluruh peserta didik,

mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pertemuan ini. Guru terlihat

menguasai materi pembelajaran, namun tidak sebagai teacher centre, tetapi student centre. Sang

guru bertindak sebagai fasilitator yang mampu mengarahkan siswa untuk memahami indicator

pembelajaran yang hendak dicapai. Namun dalam proses ini media yang digunakan tidak

variatif, tidak ada alat peraga ataupun projector dan media elektonik lainnya. Yang digunakan

hanya papan tulis, spidol, dan buku sumber belajar seadanya. Walau demikian, proses belajar

tetap berjalan dengan baik. Metode yang digunakan adalah metode diskusi kelompok. Anak

dibagi dalam beberapa kelompok dengan mendiskusikan satu permasalahan yang sama. Satu

kelompok dengan kelompok yang lain saling bergantian mempresentasikan hasil kerja mereka.

Peserta didik tampak antusias mengikuti proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran secara kronologis sudah sesuai dengan RPP yang dibuat.

Pada akhir pembelajaran guru memberikan simpulan tentang apa yang telah dibahas.

Kemudian pada tahap akhir peserta didik diberikan tugas untuk pertemuan berikutnya.

3) Pasca Observasi

Setelah selesai melakukan observasi pembelajaran penulis, selaku pengamat menghitung skor

perolehan dalam pengamatan selanjutnya disampaikan pada guru-guru yang diobservasi. Guru

yang diobservasi mengisi daftar pertanyaan setelah diobservasi yang disediakan oleh penulis.
4) Tindak Lanjut

Untuk menindak lanjuti hasil supervisi dilakukan pertemuan pribadi dengan guru yang

diobservasi setelah pelaksanaan proses belajar mengajar dengan rincian kegiatan, meminta guru

untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan dan memberi dorongan untuk memcahkan

kesulitan, dipertahankan, menunjukkan kekurangan guru dan memberi solusi pemecahan

masalahnya dalam suasana yang menyenangkan.

5) Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan penulis berikut ini saya sajikan grafik (rekap

terlampir) hasil penilaian pasca observasi guru junior pada siklus 1

Grafik 3.1
Supervisi Guru Junior

Dari grafik di atas terlihat bahwa dalam penyusunan silabus kedua-duanya memiliki kompetensi

yang sama, namun dalam hal pembuatan RPP dan tatap muka mereka memiliki perbedaan

kompetensi. Ida Nurhayati dalam penyususnan RPP lebih rendah dibandingkan Siti Aromlah,

namun dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan Ida Nurhayati lebih baik.

2. Siklus II

Supervisi siklus ke II adalah kegiatan supervisi yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana

perkembangan atau kemajuan guru yang disupervisi setelah dilakukan pembimbingan dan

pembinaan-pembinaan secara persuasive terhadap kekurangan-kerkurangan yang dilakukan pada

kediatan supervisi guru junior siklus I.

1. Tahap Persiapan
Setelah mengkaji dan memahami permasalahan-permasalahan yang dialami oleh guru yang

disupervisi, penulis memberikan pembimbingan secukupnya kepada para guru yang disupervisi

tersebut. Perbaikan dari Silabus, RPP ataupun ketika penampilan di dalam kelas.

Mereka diberikan masukan tentang poin-poin apa saja yang kurang ketika dilakukan observasi

kelas. Bercakap-cakap tanpa merasa menggurui dan digurui adalah tindakan yang dilakukan oleh

peserta OJL untuk memperbaiki penampilan mereka di dalam kelas.

2. Pelaksanaan Supervisi

a) Pra Observasi

Seperti halnya pada siklus I, sebelum supervisi dilaksanakan, kegiatan pra observasi ini meliputi

kegiatan memeriksa kelengkapan - kelengakapan yang akan dibawa pada kegiatan supervisi di

kelas, diantaranya : mengisi instrument penilaian silabus dan megisi instrument penilaian RPP.

Selain itu pula guru junior menentukan kelas manakah yang akan dijadikan untuk tempat

supervisi. Ada beberapa persiapan yang berbeda, guru terlihat sibuk mepersiapkan media yaitu

laptop dan proyektor.

Satu hal yang dilakukan sama dengan supervisi pada siklus sebelumnya adalah kelas dan siswa

yang jadi objek pembelajaran. Hal ini dilakukan agar kegiatan yang dilakukan 2 siklus ini dapat

lebih terukur.

b) Observasi

a. Guru Junior Pertama (Siti Aromlah, S. Pd )

Ucapan salam dikeluarkan pada awal masuk ke kelas VII.a yang kemudian disambut dengan

suara keras oleh para siswa kelas VII.a. ucapan selamat pagi, cek tentang kehadiran, pemberian

motivasi keluar dari mulut bu guru ini. Kemudian disambung dengan penyampaian tujuan

pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu. Dalam proses pembelajaran ini guru berusaha

sebagai fasilitator, bukan sebagai pengajar yang cenderung mendominasi kelas. Guru hanya

mengarahkan dan memberikan contoh permisalan sehingga siswa dapat mencari sesuai dengan

yang ia alami untuk mencapai satu kesatuan utuh materi pembelajaran. Satu hal yang dianggap
kurang adalah metode pembelajaran masih kurang vareatif. Hanya diskusi saja, dan cenderung

monoton. Walau demikian anak-anak mengikuti dengan penuh semangat.

Secara tahapan, kegiatan belajar telah sesuai dengan RPP yang dibuat. Secara umum supervisi

siklus II ini lebih baik dari siklus sebelumnya.

b. Guru Junior kedua ( Ida Nurhayati, S Pd. I )

Assalamualaikum, ucap bu Ida ketika memasuki ruangan. Kemudian beliau duduk dan

mempersilahkan anak-anak untuk berdo’a. setelah berdo’a beliau berdiri ditengah-tengah pas

dihadapan anak-anak. “Selamat pagi anak-anak, sehat semuanya ? Siapa yang tidak hadir hari ini

?, ucap bu guru kepada anak-anak kelas IX.a sebagai Apersepsi untuk menghangatkan suasana

kelas. Kemudian belaui membuka laptop dan menghubungkannya ke LCD Projektor untuk

mempersiapkan materi pembelajaran hari itu. Kemudian beliau berdiri kembali dihadapan anak-

anak, dan mengatakan “tujuan pembelajaran hari ini adalah…”

Itulah sekelumit deskripsi tentang jalannya pembelajaran ketika peserta OJL melakukan

supervisi/observasi kelas. Tampak bahw sang guru sangat menguasi materi pembelajaran. Guru

terlihat tidak menyuapi anak-anak dengan materi namun guru menjadi fasilitator pembelajaran.

Anak-anak diajak untuk memahami tema pembalajaran dengan kemampuan yang mereka miliki,

anamun pada akhirnya, anak-anak yang adalam hal ini peserta didik mampu untuk memahami

apa yang dibahas/dipelajari.

Langkah-demi langkah pembelajaran sesuai dengan scenario yang dibuat, yaitu RP telah dilalui,

banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi dari siklus 1, namun ada beberapa hal yang

perlu tetap ditingkatkan diantaranya, metode pembelajaran yang kurang vareatif.

c) Pasca Observasi

Sama halnya dengan siklus I, setelah selesai melakukan observasi pembelajaran penulis,

selaku pengamat menghitung skor perolehan dalam pengamatan selanjutnya disampaikan pada

guru-guru yang diobservasi. Guru yang diobservasi mengisi daftar pertanyaan setelah

diobservasi yang disediakan oleh penulis. Yang berbeda adalah bahwa, dipesankan kepada guru

junior tersebut, bahwa Supervisi yang dilakukan bukan hanya ketika ada OJL saja, tetapi harus

dipahami bahwa kegiatan supervisi ini harus selalu dilakukan oleh pimpinan satuan pendidikan

untuk peningkatan kinerja guru.


3. Tindak Lanjut

Untuk menindak lanjuti hasil supervisi pada siklus kedua ini, peserta OJL memberikan

penekanan pada guru Junior adar lebih meningkatkan kemampuan dan pemahamannya lagi,

bahwa pendidikan akan berhasil jika perencanaannya baik. Sehingga guru ketika didepan kelas

dan anak didik memilki kemampuan yang optimal.

Setelah berbincang dengan guru-guru yang disupervisi, kemudian peserta OJL

menyampaikan dan mengkomunikasikan hasil supervisi tersebut kepada kepala sekolah untuk

dijadikan pemacu bagi yang lain. Bahwa supervisi bukan menginterpensi, bukan menghakimi

guru, tetapi upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

a) Hasil

Hasil dari Supervisi siklus ke 2 diperoleh grafik sebagai berikut :

Grafik 3.2
Penilaian supervisi guru junior siklus II
Grafik 3.3
Kemajuan Siklus I dan Siklus II Guru Junior I
(Siti Aromlah, S. Pd.)

Grafik 3.4
Kemajuan Siklus I dan Siklus II Guru Junior 2
( Ida Nurhayati, S. Pd )

C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur

kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program pengembangan

diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai

dengan kondisi sekolah. Selain itu pula dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang

standar proses pendidikan dimana setiap sekolah dasar dan menengah harus mengadakan

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

1. RPP/RPL
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur

kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program pengembangan

diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan

mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai

dengan kondisi sekolah. Selain itu pula dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang

standar proses pendidikan dimana setiap sekolah dasar dan menengah harus mengadakan

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Rencana Program Pembelajaran ( RPP ) yang dalam bahasa Bimbingan dan Konseling sebut

sebagai Rencana Program Layanan ( RPL ) adalah seperangkat rencana/program yang digunakan

sebagai skenario untuk melakukan proses pembelajaran dalam satu kegiatan bimbingan dan

konseling baik secara klasikal ataupun non klasikal. Menurut pada prinsipnya Bentuk RPL BK

yang dibuat sudah benar, jika memenuhi komponen minimal yaitu mengandung unsur : Materi

Layanan, Tujuan Layanan, Kegiatan Layanan, Sumber, bahan dan alat, serta mengandung unsur

penilaian.

Berikut penjabaran struktur yang terdapat di dalam RPL :

a. Identitas adalah bagian yang berisikan tentang nama sekolah, kelas, semester dan tahun

pelajaran yang sedang berjalan.

b. Topik/tema adalah judul materi yang akan dijarkan kepada peserta didik

c. Bidang Bimbingan merupakan jenis bimbingan yang akan disentuh dalam kehidupan peserta

didik, mencakup Pengembangan Kehidupan Pibadi, Pengembangan Kehidupan Sosial,

Pengembangan Kemampuan Belajar, Pengembangan Karier.

d. Jenis Layanan mencakup Layanan Orientasi, Layanan Informasi, Layanan Penempatan dan

Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten,Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan

Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konsultasi, Layanan Mediasi, Layanan

Advokasi.

e. Tujuan Layanan memuat hal apakah yang akan diraih atau diharapakan tercapai setelah proses

pemberian layanan.
f. Fungsi Layanan, mencakup Pemahaman, Pencegahan, Pengentasan, Pemeliharaan dan

Pengembangan.

g. Sasaran Layanan adalah merupakan objek yang akan dijadikan sasaran pembelajaran, misalnya

kelas berapa, siapa, dan sebagainya.

h. Tempat Penyelenggaraan, adalah tempat dimana dilkasnakannya kegiatan layanan

i. Waktu Penyelenggaraan, adalah menunjukan kapan kegiatan layanan dilaksanakan

j. Penyelenggara Layanan, siapa yang melaksanakan kegiatan layanan

k. Pihak-pihak yang dilibatkan, adalah merupakan pihak-pihak yang kemungkinan akan dilibatkan

dalam proses bimbingan, baik terlibat secara langsung ataupun tidak langsung. Misal guru mata

pelajaran lain, dan sebagainya.

l. Metode, adalah serangkaian cara yang dilakukan agar kegiatan layanan dapat dilaksanakan

efektif. Misal diskusi, penugasan dan lain-lain.

m. Media adalah alat yang digunakan sebagai bahan bantu untuk efektifnya kegiatan. Misal : LCD

projektor, laptop, dan lain-lain.

n. Skenario Kegiatan merupakan uraian kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling yang

mencakup : Pembukaan, Inti dan Penutup.

o. Sumber Materi, bisa buku sumber/modul atau media sosial, internet dan lain-lain.

p. Rencana Penilaian. Dalam kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling, penilaian terbagi dalam

beberapa metode, yaitu : Laiseg, Laijapen, Laijapang.

q. Catan Khusus, diisi jika memang ada hal-hal yang menjadi perhatian khusus dalam proses

kegiatan layanan.

(Contoh RPL terlampir )

2. Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Segala bentuk bahan yang digunakan

untuk membantu guru/konselor dalam melaksanakan kegiatan bimbingan di kelas. Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.


Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun

tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan

efektif, terdiri dari:

a. Bahan cetak seperti: Buku, Modul, Lembar Kerja Siswa, Brosur.

b. Audio Visual seperti: Video/Film,VCD

c. Audio seperti: Radio, Kaset, CD audio, Visual: Foto, Gambar, Model/Maket.

d. Multi Media: CD Interaktif, Computer Based, Internet

e. Bahan ajar berupa Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran lembaran berisi

tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori

dan atau praktik.

3. Instrumen Penilaian

Dalam kegiatan bimbingan penilaian disebut sebagai Asesmen. Asesmen merupakan proses

mengumpulkan, menganalisis, dan meng-interpretasikan data atau informasi tentang peserta

didik dan lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang berbagai

kondisi individu dan lingkungannya sebagai bahan dasar untuk memahami individu dan untuk

pengembangan program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan.

Asesmen dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi asesmen teknik nontes dan

asesmen teknik tes. Asesmen teknik nontes lebih sering digunakan oleh petugas bimbingan dan

konseling karena prosedur perancangan, pengadministrasi-an, pengolahan, analisis dan

penafsirannya relatif lebih sederhana bila dibandingkan dengan asesmen teknik tes. Bentuk-

bentuk asesmen nontes adalah : Daftar Cek Masalah ( DCM ), Alat Ungkap Masalah ( AUM ),

Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM PTSDL), Sosiometri, Wawancara, Observasi, dan Inventori

Tugas Perkembangan ( ITP ).

Sedangkan asesmen tenik tes digunakan oleh petugas bimbingan dan konseling yang

telah memiliki sertifikat untuk menggunakan asesmen teknik tes. Kondisi ini bukan berarti

petugas bimbingan dan konseling yang belum/tidak memiliki sertifikat tidak dapat
menggunakannya, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerjasama atau melakukan

referal kepada lembaga psikologi yang memiliki kewenangan tersebut. Lembaga psikologi akan

melakukan tes psikologis sesuai dengan kebutuhan dan akan menyerahkan hasil analisisnya.

Bentuk-bentuk asesmen tes seperti tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, tes

kepribadian, tes kemampuan kerja dan tes kematangan sosial dan lain lain. (terlampir)

4. Pengkajian Aspek Manajerial

Pengakajian 9 (Sembilan) aspek manajerial di sekolah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

peserta diklat calon kepala sekolah pada kegiatan on the job learning (OJL) di dua sekolah

tampat magang untuk mengetahui bagaimana kegiatan di sekolah tersebut dengan tujuan agar

peserta diklat dapat mengetahui kesenjangan, baik kekurangan atau kelebihan yang ada di

sekolah sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kesenjangan tersebut. Berikut akan

dijabarkan hasil dari kajian 9 (Sembilan) aspek manajerial yang ada di 2 sekolah yaitu pada

SMPN 3 setu dan SMPN 4 Setu.

1. Kajian Rencana Kerja Sekolah ( RKS )

Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar

Pengelolaan Pendidikan menyatakan bahwa sekolah harus membuat rencana kerja sekolah

(RKS) yang terdiri dari rencana kerja jangka menengah (RKJM) dan rencana kerja tahunan

(RKT). RKJM menggambarkan tujuan sekolah yang akan dicapai dalam kurun waktu empat

tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang

mendukung peningkatan mutu lulusan, RKJM merupakan panduan bagi para pendidik dan

tenaga kependidikan di sekolah dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Perencanaan yang

berkualitas akan meningkatkan kualitas kinerja, pendidik, dan tenaga kependidikan, serta

dukungan dari pemangku kepentingan. Perencanaan yang benar akan membawa Saudara pada

satu situasi yang terkontrol dan menjadi pengendali segala sesuatu di masa depan. Pada akhirnya,

para siswa di sekolah/madrasah Saudara akan mendapat kenyamanan dalam belajar, mencapai

prestasi puncak, dan tumbuh kembang sesuai minat dan bakat. Sedangkan RKT dicapai dalam

kurun waktu satu tahunan. Permendiknas tersebut juga menyatakan bahwa RKT adalah rencana

kerja tahunan. Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami cara penyusunan
rencana kerja sekolah baik rencana kerja jangka menengah ataupun jangka pendek (tahunan).

Berikut kajian yang dilakukan di dua sekolah tersebut :

a. SMP Negeri 3 Setu

EDS disusun oleh Tim Pengembang Sekolah ( TPS ). TPS ini ditunjuk oleh kepala sekolah

dalam bentuk surat keputusan (SK). EDS merupakan gambaran tentang keadaan sekolah yang

dijadikan dasar untuk pengembangan sekolah dan penyususnan Rencana kerja sekolah (RKS).

Anggota TPS terdiri dari unsur guru, orang tua siswa, Wakil Kepala sekolah dan Kepala Tata

Usaha. Di sekolah ini, EDS telah dilaksanakan namun tidak semua unsur dilibatkan. RKS belum

disosialisaikan kepada komite sekolah, dan masyarakat. Hanya sebagian dari rekomendasi EDS

yang dimasukan dalam RKAS. Sehingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan bersifat insidentil,

sesuai kebutuhan yang ada pada saat itu.

Saran dan masukan yang diberikan adalah agar kepala sekolah dan TPS melakukan

penganalisaan rekomendasi yang ada pada EDS yang telah disusun, sehingga Nampak jelas

kebutuhan yang akan dipenuhi dan yang mana skala prioritas yang harus dilaksanakan. Selain itu

pula sekolah harus menginformasikan RKS kepada pihak komite dan masyarakat sehingga

semua pihak dapat terlibat dalam pengembangan dan pembangunan sekolah.

b. SMP Negeri 4 Setu

Penyusunan RKS di SMPN 4 Setu disusun oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS ) yang di

SK – kan oleh kepala sekolah, dengan anggota TPS terdiri dari unsur guru, orang tua siswa, dan

staf waka. Penyusunan RKS diawali dari penyusunan EDS yang disosialisasikan oleh kepala

sekolah kepada anggota TPS. EDS disusun merujuk pada SPM dan SNP dengan menganalisis

bukti-bukti yang pengumpulannya melibatkan seluruh warga sekolah. Dari rekomendasi EDS

tersebut kepala sekolah membentuk TIM penyusun RKS menyusun program kerja jangka

menengah dan jangka pendek. RKS yang tersusun sudah mengacu pada profil sekolah yang

memuat tentang kegiatan kesiswaan, kurikulum, pendidik dan tenaga pendidik, memuat sarana

prasarana, keuangan, rencana pengembangan sekolah untuk peningkatan mutu sekolah. TPS
sudah melibatkan tokoh masyarakat, dan sudah menjalin kemitraan dengan masyarakat luar

selain komite sekolah.

2. Pengelolaan Keuangan Sekolah

Berdasar pada Peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 dijelaskan bahwa Standar

pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan

pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Didasarkan pada peraturan tersebut maka sekolah

wajib menyusun kegiatan keuangan secara sistematis dan terencana sesuai dengan kebutuhan

yang ada. Rencana keuangan ini selanjutnya disebut sebagai RKAS (Rencana Kegiatan dan

anggaran sekolah) atau disebut juga RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Sekolah). RKAS disusun dalam periode jangka waktu satu tahun pelajaran antara bulan Juli

sampai dengan bulan Juni tahun berikutnya. Kebutuhan keuangan selama satu tahun tersebut

disusun dalam RKAS/RAPBS.

a. SMP Negeri 3 Setu

Sekolah memiliki perencaan dan program kegiatan anggaran sekolah yang disusun bersama

dengan kepala sekolah, dewan guru dan komite, namun belum mengikut sertakan wakil orang

tua siswa selain komite sekolah. Sumber Keuangan Sekolah dari BOS Pusat, APBD Kabupaten,

Sumbangan lain yang dibenarkan. Pengelolaan sumber keuangan sekolah dilakukan oleh

bendahara sekolah untuk digunakan pada kegiatan operasional sekolah.

Keuangan dipertanggungjawabkan oleh Kepala sekolah dengan membuat bahan pelaporan

dan bukti fisik yang berkaitan dengan penggunaan keuangan sekolah. Laporan pertanggung-

jawaban keuangan sekolah dibuktikan dengan adanya : RAPBS, Bukti fisik pengeluaran/faktur,

buku kas umum dan buku kas pembantu.

Laporan pertanggungjawaban keuangan sekolah disusun oleh bendahara dan diketahui

oleh kepala sekolah kemudian Dinas pendidikan dengan dibuktikan dengan data pendukung

laporan keuangan.

Keuangan sekolah dimonitoring oleh pengawas dinas yang ditunjuk dan dievaluasi serta

dilaporkan kepada pihak terkait sesuai dengan kebutuhan.


Dalam hal keuangan sekolah ini telah melakukan prosedur pengelolaan keuangan secara

baik dan benar. Namun satu hal yang kurang maksimal adalah RKAS sebagai acuan penggunaan

anggaran sekolah terkadang hanya sebagai dokumen dan belum dijadikan acuan baku

penganggaran keuangan sekolah. Sehingga banyak terjadi kegiatan yang dibiayai adalah kegiatan

yang bersifat insidentil.

Saran untuk sekolah adalah agar kepala sekolah dan tim penyusun RKAS benar-benar

melakukan penyusunan keuangan sesuai dengan kebutuhan 8 standar yang ada disekolah.

b. SMP Negeri 4 Setu

Pengelolaan keuangan di SMPN 4 Setu dengan memperhatikan pedoman pengelolaan

kepala sekolah sudah membentuk tim penyusun RKAS yang melibatkan beberapa guru dan

pegawai sekolah yang dibentuk secara resmi berdasarkan surat keputusan kepala sekolah.

Dengan memperhatikan pedoman pengelolaan biaya menurut sumber dana (Dana BOS Pusat,

Dana APBD kabupaten dan bantuan dari orang tua yang berupa sumbangan yang tidak mengikat

melalui Komite Sekolah). Dalam RKAS sudah tercantum semua sumber dana dalam

setahun, dan penggunaan dana selalu beracuan pada RKAS, RKAS disetujui oleh komite

disahkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten bekasi. Pembiayaan dalam setahun disosialisasikan

kepada seluruh warga sekolah. Adapun jenis jenis yang dibiayai dalam RKAS adalah semua

kegiatan sekolah yang mencakup 8 standar pembiayaan sekolah.

Pembiayaan yang sudah dianggarkan dalam pembiayaan tak selamanya dapat terlaksana 100%.

Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan RKAS tersebut dibicarakan kepada semua

warga sekolah. Dalam pelaksanaannya terkadang ada biaya yang dikeluarkan tidak sesuai

dengan yang dianggarakan dalam RKAS.

3. Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolan pendidik dan tenaga kependidikan,

wawancara dengan kepala sekolah dan matriks kajian pengelolan pendidik dan tenaga

kependidikan, berikut kami sajikan deskripsi hasil kajian pengelolan pendidik dan tenaga

kependidikan sekolah tempat magang di sekolah sendiri dan sekolah lain.


a. SMP Negeri 3 Setu

- Tenaga Pendidik (Guru)

SMPN 3 Setu semenjak dibangun telah mengalami dua periode kepemimpinan, pertama

dipimpin oleh Drs. H. TUNA dari tahu 2008 – 2011, dan semenjak tahun 2011 himgga kini

dipimpin oleh H. Mamad Mahadrajat, S. Pd sebagai kepala sekolah sejak bulan Oktober tahun

2011. Beliau adalah sarjana lengkap (doktorandus) dan memiliki akta IV. Jumlah guru yang

dimiliki sebanyak 17 orang yang terdiri dari 5 guru PNS dan 12 guru non PNS. Guru PNS

terbagi menjadi 4 guru mata pelajaran dan 1 guru konseling. Kualifikasi pendidikan guru SMPN

3 Setu dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 3.7

Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah

Berdasarkan permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan

pengawas sekolah yang mewajibkan guru mengajar 24 jam tatap muka, maka jumlah 17 guru

tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar minimal 24 jam.

Banyaknya rombongan belajar sebanyak 7 rombel dengan jumlah jam pembelajaran

perminggu 36 jam. Jika menggunakan rumus kebutuhan guru = 7 x 36 /24 = 10,57. Maka SMPN

3 Setu hanya membutuhkan guru sebanyak 11 guru mata pelajaran jika asumsi kepala sekolah

mengajar 6 jam dan satu wakil kepala sekolah mengajar 12 jam pelajaran. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa guru SMPN 3 Setu kelebihan 7 orang guru untuk memenuhi standar

pelayanan minimal pada proses KBM.

SMPN 3 Setu tahun pelajaran 2015/2016 memiliki siswa sebanyak 254 siswa yang dilayani oleh

1 tenaga konselor. Hal ini berarti bahwa 1 konselor melayani 254 siswa. Berdasarkan

permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas sekolah

yang mewajibkan konselor mengampu bimbingan dan konseling sedikitnya 150 siswa, maka

jumlah konselor dianggap masih memadai.


Tabel kualifikasi pendidikan di atas yang memuat tentang kualifikasi pendidikan guru SMPN

3 Setu memperlihatkan masih terdapat 1 guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan.

Fakta lain yang ditemukan di SMP-N 3 Setu adalah masih terdapat beberapa guru mata pelajaran

yang mengajar tidak berdasarkan latar belakang pendidikannya. Diantaranya guru mata pelajaran

Seni Budaya dan Keterampilan yang diajarkan oleh guru berlatar belakang Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Hal ini ditempuh karena guru tersebut dianggap mempunyai

kemampuan mengajarkan mata pelajaran tersebut.

- Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan sekolah terbagi menjadi tenaga administrasi sekolah, tenaga perpustakaan

dan laboran. Kualifikasi pendidikan tenaga kependidikan SMPN 3 Setu dapat dilihat pada

Tabel berikut.

Tabel 3.8
Tenaga Kependidikan Tenaga dan Pendukung
Jumlah Tenaga Pendukung dan Jumlah Tenaga

kualitikasi Pendukung
JU
Pendidikannya berdasarkan status
Tenaga M
No dan jenis kelamin
Pendukung LA

SM HONOR H
SMP D1 D2 D3 S1 PNS
A ER

1 Tata Usaha - 2 - - - 2 1 - 3 1 4

2 Perpustakaan 1 - - - - - - - - 1 1

3 Laboran Lab. IPA - - - - - - - - - - -

Tehnisi Lab. - - - - - - - - - - -
4
Komputer

Laboran Lab. - - - - - - - - - - -
5
Bahasa
PTD (Pend.tek. - - - - - - - - - - -
6
Dasar

7 Kantin - - - - - - - - - - -

8 Penjaga Sekolah 1 - - - - - - - 1 - 1

9 Tukang Kebun - 1 - - - - - - 1 - 1

10 Keamanan - - - - - - - - - - -

11 Lainnya - - - - - - - - - - -

Jumlah 1 3 - - - 3 - - 4 3 7

Dari data tersebut terdapat tenaga Kependidikan sejumlah 7 orang, dengan rincian staf tata usaha

atau administrasi sekolah 4 orang, yaitu 1 orang PNS dan 3 honorer. PNS berkedudukan sebagai

Kasubbag TU. Penjaga perpustakaan 1 orang, penjaga malam 1 orang dan petugas K7 berjumlah

1 orang.

SMPN 3 Setu belum memiliki tenaga laboratorium, ini terjadi karena bangunan

laboratoriumnya pun belum ada. Namun rencananya taun ini sekolah ini mendapatkan bantuan

Ruang Lab. Tenaga perpustakaan hanya lulusan SMP yang belum memenuhi kualifikasi sebagai

tenaga perpustakaan.

4. Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah

Tenaga administrasi sekolah (TAS) mempunyai peranan yang penting dalam membantu

mengembangkan sekolah menjadi lebih maju dan berkualitas. Tenaga administrasi sekolah

berfungsi sebagai juru kelola administrasi sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan data

siswa, data pendidik dan tenaga kependidikan, persuratan, arsip, administrasi sarana-prasarana,

dan administrasi keuangan. TAS juga berperan aktif dalam memberikan pelayanan administrasi

kepada seluruh pihak yang berkepentingan.

Kedudukan dan peran tenaga administrasi yang begitu penting dalam pengelolaan suatu sekolah

sehingga pemerintah melalui permendiknas nomor 24 tahun 2008 menetapkan standar tenaga

administrasi sekolah. Standar ini mengatur tentang kualifikasi dan kompetensi minimal yang

harus dipenuhi oleh seorang tenaga administrasi sekolah.


Ketersediaan tenaga administrasi merupakan modal sumber daya yang harus dikelola secara

optimal oleh kepala sekolah. Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mampu mengelola

TAS dan ketatausahaan dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah yang sudah ditetapkan.

a) SMP Negeri 3 Setu

SMP Negeri 3 Setu berkaitan dengan tenaga administrasi memiliki 5 (lima) orang tenaga

administrasi sekolah. Satu orang kepala administrasi atau disebut Kasubbag Tata Usaha dan

empat orang staf pelaksana bidang. Yaitu administrasi kepegawaian, administrasi keuangan,

administrasi persuratan dan pengarsipan, administrasi kesiswaan.

Selain itu pula SMPN 3 Setu memilki tenaga layanan khusus yaitu penjaga malam, tukang kebun

dan penjaga kebersihan. Namun dalah hal pelaksanaanya terkadang belum bisa melaksanakan

sesuai tugasnya masing-masing, saling mengandalkan. Bahkan terkadang sekolah kotor tanpa

ada yang mau membersihkan, selain itu juga penjaga malam sering tidak ada ditempat, sehingga

pernah beberapa kali terjadi kemalingan.

Kasubbag tata Usaha hanya memiliki kualifikasi pendidikan SLTA. Namun memiliki kurang

lebih 25 tahun pengalaman kerja. Staf tata usaha ada dua orang yang S1 tenaga admnistrasi,

namun ada juga yang hanya SLTA

Tabel 3.9
Kegadaan Tenaga Tata Uasaha Sekolah
Dan petugas Layanan Khusus

Jumlah Tenaga Pendukung dan Jumlah Tenaga

kualitikasi Pendukung
JU
Pendidikannya berdasarkan status
Tenaga M
No dan jenis kelamin
Pendukung LA

SM HONOR H
SMP D1 D2 D3 S1 PNS
A ER

1 Tata Usaha - 2 - - - 2 1 - 3 1 4

2 Tukang kebun 1 1 1
3 Penjaga malam 1 1 1

Dari table di atas dapat tergambar bahwa tenaga tata usaha sekolah pada SMPN 3 Setu belum

memenuhi SNP. Namun demikian, sekolah melalui kepala sekolah terus berupaya untuk

memotivasi mereka untuk terus meningkatkan pendidikan sehingga mencapai kualifikasi yang

standar. Kepala sekolah melakukan pembinaan secara intensif dan berkesinambungan berkaitan

dengan pengembangan kompetensi dan kinerja Tenaga Administrasi Sekolah.

b). SMP Negeri 4 Setu

Pada SMPN 4 Setu, tidaklah jauh berbeda dengan SMPN 3 Setu, seperti halnya dalam

ketatausahaan sekolah. SMPN 4 Setu memilki Kasubbag Tata Usaha yang berstatus PNS

memilki kualifikasi pendidikan DIII. Memilki staf pelaksana sebanyak 6 orang. Yaitu

administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, administrasi persuratan dan pengarsipan,

administrasi kesiswaan. Kualifikasi pendidikaan yang dimiliki S1 sebanyak 3 orang, SLTA

sebanyak 3 orang. Sekolah ini juga memilki petugas layanan khusus yaitu penjaga 2 orang dan

pesuruh 1 orang.

Ketika dinilai dari permen no 24 tahun 2008 tentang SNP tentang kualifikasi TAS maka

dinyatakan belum memenuhi SNP.

5. Pengeloalaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi

oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan

yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Kepala sekolah selaku

administrator diharapkan dapat memberikan layanan secara profesional dalam bidang

perlengkapan atau fasilitas kerja bagi personel sekolah. Dengan pengelolaan yang efektif dan

efisien diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja personel sekolah.

Berdasarkan Permendiknas No 15 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal dan

Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 sekolah sekurang-kurangnya memiliki kelengkapan sarana

dan prasarana sekolah berupa: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang

organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga.

Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolaan sarana dan prasarana sekolah,

wawancara dengan Wakabid sarana dan prasarana dan matriks kajian pengelolaan sarana dan

prasarana, berikut kami sajikan deskripsi hasil kajian pengelolaan sarana dan prasarana sekolah

tempat magang di sekolah sendiri dan sekolah lain.

a) SMP Negeri 3 Setu

SMP Negeri 3 Setu memiliki luas lahan 7.000 m2. Ruang kelas yang ada sebanyak 6 ruang,

sedangkan kebutuhan untuk digunakan sebagai tempat proses KBM sebanyak 7 ruang kelas,

sehingga kekurangan 1 kelas. Satu ruangan yang dialih fungsikan sebagai ruang belajar adalah

ruang perpustakaan. Ruang kelas dengan ukuran masing-masing 7 x 9 m = 63 m2. Setiap ruang

kelas masing-masing memiliki satu white board dan black board, satu meja dan kursi guru,

masing-masing satu meja dan 2 kursi untuk siswa.

Ruang guru berukuran (8  7) m2 memuat 10 pasang meja dan kursi guru, 1 papan white

boarddan black board, 2 lemari buku, 1 set sound system dan 2 buah jam dinding, serta

dilengkapi dengan alat-alat peraga tiap masing-masing pelajaran.

Ruang perpustakaan dengan luas masing-masing (912) m2. Jumlah buku teks pelajaran

masih kurang dari jumlah siswa. Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat

sedikit mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Buku yang dimiliki belum

memenuhi SNP. Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan

buku paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah. Tetapi upaya itu terus

dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya dengan membelanjakan 5% dari anggaran BOS untuk

pemenuhan perpustakaan sekolah.

Selain buku pelajaran pokok, koleksi buku perpustakaan yang dimiliki diantaranya adalah

buku pengetahuan umum sebanyak 1.726 eks, Atlas Indonesia dan dunia sebanyak 28 eks, Atlas

sejarah Indonesia dan Dunia sebanyak 28 eks, Buku sejarah Indonesia sebanyak 28 eks, buku

ensiklopedia sebanyak 121 eks, buku sejarah keajaiban Dunia sebanyak 7 eks, Kamus Besar

Bahasa Indonesia 2 eks, dan kamus Bahasa Inggris sebanyak 25 eks. Kenyataan ini

membuktikan bahwa SMP negeri 3 Setu masih sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah.
Ruang kepala sekolah berukuran (78) m2 terdapat 1 kamar kecil (WC), 1 set wastafel, 2

lemari piala, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu dan 1 gudang arsip.

SMP Negeri 3 Setu belum memiliki ruang-ruang pendukung lainnya, seperti laboratorium IPA,

Laboratorium Komputer, Laboratorium bahasa. Khusus untuk laboratorium IPA tahun ini akan

segera dibangun melalui dana pemerintah melalui anggaran DAK (dana Alokasi Khusus).

Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru BK, ruang UKS,

kantin, mushallah, gudang, WC siswa.

Secara umum kebutuhan ruang masih dapat terpenuhi walau terkadang alih-fungsi ruang.

Berbagai upaya telah dilakukan pihak sekolah untuk memenuhi kekurangan fasilitas,

namun yang bisa dilakukan adalah menunggu kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan

sarana dan prasarana sekolah.

b) SMP Negeri 4 Setu

Prasarana yang dimiliki adalah diantaranya sebagai berikut; Ruang kelas dengan ukuran 63 M2

berjumlah 10 ( sepuluh ) ruang. Sedangkan kebutuhan ruang untuk belajar siswa sebanyak 18 (

delapan belas) ruang. Sehubungan dengan hal ini, maka kegiatan KBM di SMPN 4 Setu ini

dilakukan dengan system 2 ship, pagi dan siang hari. Selain ruang kelas ada pula ruang

perpustakaan dengan luas 3 x 4 m2, satu ruang Laboratorium IPA berukuran 15 x 10 m2, ruang

kesenian, ruang laboratorium bahasa, sarana ibadah seperti mushollah, dan lain-lain.

Ruang Perpustakaan dengan keadaan ruangan yang memadai beserta perlengkapan seadanya

berada pada posisi sejajar dengan ruang belajar siswa. Seperti meja baca, lemari katalog, meja

dan kursi penjaga perpustakaan, kipas angin beserta buku-buku keperluan siswa sudah diatur

sesuai dengan ketentuan. Terlihat nampak sangat sederhana, dan ruangan pun adalah alih fungsi

dari ruang kelas.

Dari hasil pengamatan penulis, Nampak banyak sekali pengalih-fungsian ruangan untuk

memenuhi kebutuhan ruang, misalkan ruang ruang computer digabungkan dengan ruang UKS di

dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan ruangan belum terpenuhi. Namun hal

demikian bukanlah kesalahan pihak sekolah, tetapi bantuan dari pemerintah yang masih kurang.

(dokumen terlampir)
6. Pengelolaan Kurikulum Sekolah

Berdasarkan ahsil wawancara dan analilis pengkajian kurikulum sekolah pada SMPN 3 Setu dan

SMPN 4 Setu, maka didapatkan data sebagai berikut :

a. SMPN 3 Setu

Kurikulum SMPN 3 Setu tahun pelajaran 2015/2016 disusun oleh tim pengembang kurikulum

yang dibentuk oleh kepala sekolah. Tim ini bekerja merampungkan kurikulum dokumen 1 dan

dokumen 2. Kurikulum 2015/2016 ditandantangani kepala sekolah, ketua komite dan kepala

dinas pendidikan kabupaten Bekasi, namun sebelumnya tidak diajukan dalam rapat dewan guru

untuk mendapatkan persetujuan.

Secara umum, kurikulum SMPN 3 Setu disusun berdasarkan panduan penyusunan KTSP

yang diterbitkan BSNP untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dokumen I kurikulum

disusun dengan kerangka sebagai berikut:

Halaman Judul, Halaman Penetapan/Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi.

BAB I. PENDAHULUAN berisi : Latar Belakang, Tujuan Pengembangan KTSP, Prinsip

Pengembangan KTSP

BAB II. TUJUAN PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 SETU berisi :Tujuan Pendidikan Dasar, Visi

dan Misi, Tujuan Sekolah, Standar Kompetensi

BAB III. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM berisi : Struktur Kurikulum, Muatan

Kurikulum : Mata Pelajaran, Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan Beban Belajar,

Ketuntasan Belajar, Kenaikan Kelas dan Kelulusan

BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN berisi : Lampiran ( Silabus Mata Pelajaran, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan tiga mata pelajaran muatan

lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

IPS, Matematika, IPA, SBK, Penjaskes, TIK dan dan 3 (tiga) Mulok. Mata pelajaran yang

diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4

jam pelajaran. Sedangkan mata pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak yaitu 4 jam

pelajaran dengan pertimbangan mata pelajaran IPS mempelajari tiga materi pokok yakni
ekonomi, sejarah dan geografi. Bimbingan dan Konseling merupakan Pengembangan diri

memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan

40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 36 jam per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran

tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran per rombel  7 rombel = 252 jam pelajaran perminggu.

Visi SMPN 3 Setu adalah Membentuk SDM Berakhlak Mulia, Kreatif, dan Berprestasi.

Sedangkam Misi-nya adalah Mengembangkan Sumber Daya Manusia secara optimal dalam

rangka mempersiapkan siswa berkompetisi di era global, Menciptakan lingkungan sekolah yang

asri, bersih, indah, hijau, dan nyaman berwawasan wiyata mandala, Mewujudkan pendidikan

yang menghasilkan lulusan yang berakhlak, kreatif, berprestasi, berwawasan IPTEK dan

lingkungan.

Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada

prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional ataupun mata

pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan

oleh guru-guru secara mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP. RPP yang

disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP sekolah lain dengan beberapa perubahan-

perubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil

pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa,

nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Dalam penyususnan RPP struktur yang ada di dalamnya adalah identitas yang memuat nama

satuan pendidikan, kelas, semester, program, mata pelajaran, jumlah pertemuan, Rumusan

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan standar isi, Indikator

sesuai dengan indikator pada silabus, Tujuan pembelajaran menggambarkan proses hasil belajar

yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

Kegiatan pembelajaran terbagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Penilaian hasil

belajar mengacu kepada standar penilaian.

b. SMP Negeri 4 Setu

Sama halnya dengan sekolah-sekolah yang lain, secara umum, kurikulum SMPN 4 Setu

disusun berdasarkan panduan penyusunan KTSP yang diterbitkan BSNP untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Dokumen I kurikulum disusun dengan kerangka sebagai

berikut:

Halaman Judul, Halaman Penetapan/Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi.

BAB I. PENDAHULUAN berisi : Latar Belakang, Tujuan Pengembangan KTSP, Prinsip

Pengembangan KTSP

BAB II. TUJUAN PENDIDIKAN SMP NEGERI 4 SETU berisi :Tujuan Pendidikan Dasar, Visi

dan Misi, Tujuan Sekolah, Standar Kompetensi

BAB III. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM berisi : Struktur Kurikulum, Muatan

Kurikulum : Mata Pelajaran, Muatan Lokal, Pengembangan Diri, Pengaturan Beban Belajar,

Ketuntasan Belajar, Kenaikan Kelas dan Kelulusan

BAB IV. KALENDER PENDIDIKAN berisi : Lampiran ( Silabus Mata Pelajaran, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kurikulum yang dikembangkan di sekolah ini adalah Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)

dengan muatan 10 mata pelajaran pokok dan 3 muatan local daerah. Adapun secara rinci 10 mata

pelajaran yang dilaksanakan adalah Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

IPS, Matematika, IPA, SBK, Penjaskes, TIK. Bimbingan dan Konseling merupakan

Pengembangan diri dengan alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran

setara dengan 40 menit. Jumlah jam pelajaran perminggu 36 jam per kelas, sehingga total jumlah

jam pelajaran tatap muka sebanyak 36 jam pelajaran per rombel.

Tahun pelajaran 2015/2016 ini SMPN 4 Setu membina sebanyak 755 siswa yang terbagi ke

dalam 18 rombongan belajar dengan masing-masing 6 rombongan belajar pertingkatan kelas.

Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 40 siswa. Pada tahun ini pula jumlah siswa

yang diterima di sekolah ini berjumlah 240 orang. Karena lokasinya di lingkungan perumahan,

hal ini menyebabkan pertambahan jumlah siswa dari tahun ke tahun terus meningkat. Kegiatan

ekstrakurikuler yang dikembangkan di sekolah ini adalah 4 jenis yaitu Kepramukaan,

UKS/PMR, Paskibra dan Olah Raga. Adapun kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setiap hari

Sabtu.

7. Pengelolaan Peserta Didik


Pengelolaan peserta didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik di sekolah, sejak

peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus, bahkan setelah menjadi alumni. Oleh

karena itu, kegiatan pengelolaan peserta didik meliputi hal-hal sebagai berikut: Perencanaan

peserta didik, Penerimaan peserta didik, Orientasi peserta didik baru, Mengatur kehadiran dan

ketidakhadiran peserta didik di sekolah, Mengatur evaluasi peserta didik, Mengatur kenaikan

tingkat peserta didik, mutasi dan drop out, Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan

disiplin peserta didik, Layanan akademik dan administratif, dan layanan bimbingan dan

konseling, serta mengatur organisasi peserta didik yang meliputi: Organisasi Siswa Intra Sekolah

(OSIS) dan organisasi alumni.

Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami pengelolaan peserta didik.

Mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang pada kegiatan on the job learning

(OJL) bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan dimensi kompetensi

manajerial khususnya kompetensi mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta

didik baru dan pengembangan kapasitas peserta didik.

Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolaan peserta didik, wawancara

dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan matriks kajian pengelolaan

peserta didik, berikut kami sajikan deskripsi hasil kajian pengelolaan peserta didik sekolah

tempat magang di sekolah sendiri dan sekolah lain.

a) SMP Negeri 3 Setu

SMP Negeri 3 Setu berdiri atas dasar keprihatinan pemerintah akan kurangnya lembaga

pendidikan di desa yang dianggap masih terbelakang. Desa kertarahayu merupakan desa dimana

SMP Negeri 3 ini didirikan. Warga desanya masih terbelakang dan banyak yang belum

bersekolah atau berpendidikan, disebabkan masih jauhnya lembaga pendidikan yang bisa

dijangkau oleh warganya. Dengan hadirnya SMPN 3 Setu disana sebagai sarana untuk

memberikan pendidikan bagi warga sekitar. Namun karena masih sedikit warga di sekita sekolah

tersebut sehingga perkembangan SMPN 3 Setu agak lamban. Siswa yang masuk di SMPN 3 Setu

ini tidak lebih dari 100 orang, bahkan terkadang hanya di bawah 80 pendaftar per tahun
pelajaran. Tujuh tahun sudah SMPN 3 setu berdiri, namun siswanya pada tahun ini hanya

berjumlah 252 siswa.

Penerimaan peserta didik baru pada sekolah ini mengikuti prosedur dan regulasi

pemerintah setempat. Satu hal yang merasa nyaman bagi penulis adalah, di sekolah ini tidak

pernah ada yang memabawa memo dari pejabat atau orang penting untuk menitipkan dan

memaksakan anaknya untuk diterima sebagai peserta didik baru, berbeda dengan sekolah-

sekolah yang sudah bersar. System pendaftaran yang dilakukan pada tahun ini adalah dengan

system on line, dengan beberapa criteria, rayonisasi, regular dan pra sejahtera.

Pelaksanaan orientasi siswa baru belum dilaksanakan dengan baik sesuai dengan fungsi

dan tujuannya. Pengurus OSIS lebih banyak berperan dalam pelaksanaan orientasi dan adanya

kontrol yang baik dari pihak guru atau panitia orientasi. Orientasi bagi siswa-siswa baru

hendaknya dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan melibatkan guru, pegawai, dan

pengurus OSIS sehingga tujuan pelaksanaannya dapat tercapai.

Kriteria kenaikan kelas ditentukan oleh beberapa hal yaitu : menyelesaikan seluruh program

pembelajaran pada dua semester di kelas yang diikuti, maksimal memiliki 3 (tiga) mata pelajaran

yang nilainya dibawah nilai KKM, memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian,

kelakuan, dan kerajinan pada tingkatan kelas yang ikuti, kehadiran minimal 85%.

Kegiatan pengembangan diri yang biasa disebut kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini

adalah: Pramuka, Rohis, PMR dan Olahraga.

Dalam hal administrasi, sekolah melakukan peng-administrasian peserta didik yang

meliputi : Pengisian buku penerimaan peserta didik baru, buku klaper, buku induk siswa, buku

mutasi siswa, buku absensi siswa, serta dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Keementrian

Pendidikan dan kebudayaan melalui system Dapodik On Line.

b) SMP Negeri 4 Setu

Tahun pelajaran 2015/2016 ini SMPN 4 Setu membina sebanyak 755 siswa yang terbagi

ke dalam 18 rombongan belajar dengan masing-masing 6 rombongan belajar pertingkatan kelas.

Setiap ruang kelas menampung rata-rata sebanyak 40 siswa. Pada tahun ini pula jumlah siswa

yang diterima di sekolah ini berjumlah 240 orang. Karena lokasinya di lingkungan perumahan,

hal ini menyebabkan pertambahan jumlah siswa dari tahun ke tahun terus meningkat. Kegiatan
ekstrakurikuler yang dikembangkan di sekolah ini adalah 5 jenis yaitu Kepramukaan,

UKS/PMR, Paskibra dan Olah Raga, dan Bela diri. Adapun kegiatan ekskul dilaksanakan setiap

hari Sabtu.

Penerimaan peserta didik sekolah dilakukan: secara obyektif, transparan, danakuntabel

sebagaimana tertuang dalam aturan sekolah; tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender,

agama, etnis, status sosial, ke-mampuan ekonomi bagi penerima subsidi dari Pemerintahdan/atau

Pemerintah Daerah

Sesuai dengan daya tampung sekolah Penerimaan peserta didik baru pada sekolah ini

mengikuti prosedur dan regulasi pemerintah setempat. Namun ada yang bereda dengan SMPN 3

Setu, di sekolah ini sudah mulai berlaku kebiasaan titip-menitip agar anaknya dapat masuk

disekolah tersebut, tap hal itu tidak banyak seperti sekolah-sekolah yang lebih maju.

Sistem pendaftaran yang dilakukan pada tahun ini adalah dengan system on line, dengan

beberapa kriteria, rayonisasi, regular dan pra sejahtera.

Melakukan orientasi peserta didik yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan

tanpa kekerasan dengan pengawasan guru. Kegiatan ini dibantu oleh siswa-siswa senior yang ada

setingkat diatasnya. Namun tetap dalam pengawasan guru dan panitia.

Dalam hal administrasi, sekolah melakukan peng-administrasian peserta didik yang

meliputi : Pengisian buku penerimaan peserta didik baru, buku klaper, buku induk siswa, buku

mutasi siswa, buku absensi siswa, serta dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Keementrian

Pendidikan dan kebudayaan melalui system Dapodik On Line.

8. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah seperangkat teknologi hasil rekayasa

yang berfunsi sebagai alat bantu atau sarana untu menunjang kegiatan-kegiatan yang dalam hal

ini adalah proses pembelajaran di sekolah. Belakangan teknologi ini sangat popular di Indonesia.

TIK tidak hanya terbatas pada computr saja namun semua teknologi yang berfungsi sebagai alat

komunikasi dan informasi. Namun dalam hal ini yang lebih popular adalah computer.

Di sekolah, computer sangatlah dibutuhkan, demikian pula kemapuan untuk

menggunakannya. Guru harus mampu menoprasikan computer untuk membantu memodernisasi


proses pembelajaran. Jangan sampai siswa mahir menggunakannya, guru malah tidak bisa

bahkan tidak tahu tentang teknologi yang mutakhir ini.

TIK dapat didefinisikan sebagai teknologi (hasil rekayasa manusia) yang memungkinkan

proses penyampaian informasi dan proses komunikasi dapat dilakukan secara lebih optimal dan

efisien. Pada umumnya alasan orang menggunakan TIK pada suatu bidang adalah mengenai

masalah efisiensi dan optimisasi. Peningkatan produktifitas adalah alasan utama mengapa orang

pada umumnya menggunakan TIK. Dengan menggunakan TIK, pekerjaan yang memerlukan

waktu lama jika diproses secara manual (oleh manusia) bisa dikerjakan lebih cepat oleh mesin

(komputer).

Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami dan menguasai pemanfaatan

TIK dalam pembelajaran yang dimaksudkan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Mengkaji pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sekolah tempat magang pada kegiatan on the

job learning (OJL) bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan pemahaman

tentang TIK sekaligus dapat mengidentifikasi guru-guru di sekolah magang yang memanfaatkan

TIK dalam pembelajarannya. Berikut adalah deskripsi hasil kajian matrik dan wawancara tentang

TIK di dua sekolah.

a) SMP Negeri 3 Setu

Sarana TIK yang mencakup banyak jenis yaitu : Televisi, Radio, Tape Recorder, VCD/DVD

Player, Infocus, Koran/Majalah, Komputer/Laptop, Internet. Jenis-jenis tersebut sudah ada di

SMPN 3 Setu walau kuantitasnya tidak banyak. Dalam hal penggunaan dan penguasaan

mengoperasikannya pun para guru sudah mampu. Satu hal kesenjangan yang ada adalah

keengganan para guru untuk menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada sebagai media

pembelajaran dengan alasan ribet, repot dan lain sebagainya. Di sekolah ini belum pula diadakan

pelatihan mendalam penggunaan TIK.

b) SMP Negeri 4 Setu


Tidak jauh berbeda dengan SMPN 3 Setu, di SMPN 4 setu pun terjadi hal yang nyaris sama. Bisa

dikatakan semua guru mampu mengguanakan TIK namun dalam pelaksanaanya jarang yang

menggunakan media tersebut, dengan alasan-alasan klasik.

9. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi disingkat Monev merupakan bentuk controling dari seorang

kepala sekolah akan program-program yang telah dijalankan. Kepala Sekolah dalam

menjalankan tugasnya di sekolah berfungsi sebagai administrator, manajer, pengawas, dan

pemimpin, harus mampu melakukan monev terhadap kegiatan-kegitan yang telah dijalankannya

selama ia menjabat. Selain itu pula kepala sekolah harus memahami fungsi perencanaan,

pelaksanaan, dan tindak lanjut dari monitoring, evaluasi, dan pelaporan salah satu kegiatan

program untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian monitoring dan evaluasi, yang berpedoman

pada Permendiknas No. 19 Tahun 2007 mengenai Standar Pengelolaan Pendidikan, melalui

wawancara dengan kepala sekolah dan matriks kajian monitoring dan evaluasi, berikut kami

sajikan deskripsi hasil kajian monitoring dan evaluasi sekolah tempat magang di sekolah sendiri

dan sekolah lain.

a) SMP Negeri 3 Setu

Kegiatan monev sudah ada dan sudah dilaksanakan tetapi masih belum sistematis,

sehingga belum terencana dengan baik. Dalam hal ini peserta OJL memberikan masukan agar

kepala sekolah dan jajarnya harus melaksanakan kegiatan monev ini untuk mengukur sejau-

hmana efektifitas keberhasilan kinerja di sekolah tersebut. Mengingat bahwa monev program

sekolah bukan tanggungjawab pribadi kepala sekolah, melainkan juga merupakan

tanggungjawab bersama, maka monev program sekolah harus dilakukan secara kooperatif

dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip pendidikan yang demokratis.

b) SMP Negeri 4 Setu


Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan SMPN 4 Setu sudah lebih baik.

Di sekolah ini kegiatan monev telah terkoordinasikan dengan baik, diantaranya

mengorganisasikan penggunaan intrumen/alat Monev, mengumpulkan dan mendapatkan data,

berkoordinasi dan bekerjasama antar tim Monev, memonitoring perkembangan kegiatan.,

memodifikasi/penyesuaianMonevjikaperlu, Mengidentifikasi masalah –masalah yang penting,

peluang, dan hasil, Pertemuan tim Monev untuk monitoring perkembangan kegiatan.

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan belum berdasarkan prinsip-prinsip

monitoring dan evaluasi program. Kegiatan monev timelalui tahap persiapan, pelaksanaan dan

pelaporan. Hasil monev yang diperoleh kemuadian diinformasikan kepada warga sekolah untuk

memperoleh umpan balik.

Dari Pengkajian 9 Aspek manajerial yang ada di SMP Negeri 3 Setu secara umum sudah

baik, namun ada banyak hal yang perlu ditingkatkan, dalam aspek Tenaga administarsi sekolah,

kualifikasi belum terpenuhi sehingga perlu peningkatan. Dalam aspek sarana dan prasarana

mislanya, jangan hanya mengandalkan pemberian pemerintah tetapi sekolah harus dapat

menjemput bola untuk memenuhi kekurangan sarana yang ada. Selain itu pula pada aspek

pengkajian Sistem Monitoring dan Evaluasi (monev) sekolah diharapkan untuk memilki program

yang jelas agar kegiatan dapat terukur, tercapai atau tidak. Tidak jauh berbeda dengan SMPN 3

Setu Dari Pengkajian 9 Aspek manajerial yang ada di SMP Negeri 4 Setu secara umum sudah

baik, namun ada banyak hal yang perlu ditingkatkan, dalam aspek Tenaga administarsi sekolah,

kualifikasi belum terpenuhi sehingga perlu peningkatan. Dalam aspek sarana dan prasarana

mislanya, masih banyaknya alih-funsi ruangan bahkan doble fungsi ruangan.

E. Peningkatan Kompetensi Berdasarkan AKPK yang kurang di Sekolah Kedua

Upaya peningkatan kompetensi berbasis AKPK di sekolah lain adalah kegiatan calon kepala

sekolah untuk meningkatkan kompetensinya berdasarkan kebutuhan individu dengan belajar dari

kepala sekolah mentor. Peserta OJL memilih salah satu dari kompetensi pada AKPK yang paling

rendah, kemudian berupaya untuk meningkatkan kompetensi tersebut dengan belajar dari kepala

sekolah mentor di sekolah lain. Kegiatan belajar dilakukan melalui wawancara, studi
dokumentasi, observasi kegiatan yang dilakukan kepala sekolah mentor. Namun berhubung

dengan kepala sekolah tidak siap untuk melakukan supervisi langsung karena beliau adalah

orang baru di sekolah tersebut, sehingga programnya pun belum bisa sempat terealisasikan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati peserta OJL meminta untuk melakukan wawancara

dengan kepala sekolah tentang proses-proses supervisi yang telah dilakukan.

Dalam prosesnya, ada beberapa item pertanyaan yang penulis sampaikan kepada beliau

(kepala sekolah) dari instrument yang dibuat ( instrument terlampir). Menurut beliau bahwa

supervisi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.

Dengan dilakukannya kegiatan supervisi kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang

dimilki seorang guru baik dari berbagai segi, baik dari segi administrasi, metode, materi dan lain

sebagainya. Selain itu juga kegiatan ini dilakukan untuk dapat membiasakan guru untuk

melaksanakan PBM dengan segala persiapan yang matang, tidak asal-asalan.

Untuk melakukan kegiatan supervisi, langkah yang efektif yang dapat dilakukan adalah

programkanlah kegiatan tersebut dengan matang, ada jadwal, dan ada instrument yang digunakan

untuk menilai jalannya proses tersebut. Kemudian program tersebut disosialisaikan dalam rapat

awal tahun. Sementara itu guru diberikan motivasi untuk membuat program pembelajaran pada

bulan-bulan pertama pada tahun ajaran baru. Kemudian disosialisaikanlah jadwal supervisi yang

akan dijalankan selama satu tahun pelajaran. Menurut beliau epektifnya kegiatan supervisi

dimulai pada bulan ketiga. Dengan dibantu wakilnya, kepala sekolah melakukan supervisi satu

orang satu kali dalam satu tehun pelajaran.

Menurutnya kegiatan supervisi akademik ini dilakukan dengan tiga tahap penilaian, yaitu :

Pra Observasi, Observasi dan Pasca Observasi, yang masing-masing memilki instrument

penilaiannya sendiri-sendiri.

Lebih lanjut, intinya kepala sekolah-lah yang menjadi lokomotif perkembangan sekolah.

Jika sekolah ingin maju dan berkembang, maka kepala sekolah harus mau bergerak dan mampu

menggerakkan para guru diantaranya dengan mengadakan supervisi akademik. Sehingga dengan

demikian akan meningkatlah kompetensi guru yang akhirnya akan berdampak positif pada

proses pembelajaran. Guru kompeten siswa kompeten, sekolah tertib dan disiplin, bangsa maju

dan sejahtera.
Bagi peserta OJL, penggalian pengetahuan tentang supervisi ini sangat bermanfaat sehingga

suatu saat ketika jadi kepala sekolah dapat menjalankan kegiatan ini dengan baik dan terencana.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pelaksanaan on the job learning (OJL) yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan berikut:
1. Pelaksanaan RTL dapat meningkatan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada

dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial yang

harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah

2. Pelaksanaan RTL dapat meningkatkan pemahaman mengenai tindakan kepemimpin 4M

(Mempengaruhi, Menggerakkan, Mengembangkan, Memberdayakan) yang merupakan

keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah

3. Meningkatkan kemampuan calon kepala sekolah dalam mengembangkan dan memberdayakan

dirinya sehingga akan memacu peningkatan kinerja sekolah yang dipimpinnya kearah

peningkatan mutu, relevandan daya saing pendidikan.

B. Saran-saran

1. Program Diklat Penyiapan Calon Kepala Sekolah sangat sangatlah penting untuk dilaksanakan

guna mempersiapkan calon kepala sekolah yang kompeten.

2. Kegiatan pendampingan oleh Master Trainer dalam On The Job Learning (OJL)

jadwalnya perlu diperbanyak agar peserta diklat yang akan dating dapat meminimalisir

kesalahan-kesalahan dalam pembuatan laporan.

Diposting oleh Atam Sulaeman di 06.31


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
 PENGERTIAN DISIPLIN

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai