Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah-ubah.

Mulai dari pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati.

Saat bayi lahir, belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan

cara berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan

lebih menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik

sampai menjadi lebih seimbang. Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus

mengalami perubahan. Perilaku dan keterampilannya juga semakin

berkembang.

Manusia pada hakikatnya senantiasa mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Proses perkembangannya kehidupan manusia melalui beberapa

tahapan. Umumnya, manusia akan selalu berubah mengikuti proses

perkembangandi sekitar kehidupannya, dimulai sejak masa prenatal, masa bayi,

lalu tumbuh menjadi seorang remaja, dewasa, kemudian meninggal.

Masa prenatal merupakan titik dari proses pertumbuhan dan

perkembangan manusia yaitu disaat manusia belum lahir atau masih berada di

rahim Ibu. Namun, masih banyak orang yang cenderung menganggap bahwa

permulaan perkembangan psikologis dimulai pada saat anak dilahirkan. Akibat

kecenderungan ini kebanyakan dari mereka tidak melakukan hal-hal yang

dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak pada masa prenatal.

1
Padahal pada masa inilah penentu dan pembentuk karakter dan tingkah laku

anak sesudah lahir.

Melihat hal demikian sangat perlu untuk diluruskan. Inilah yang

menyebabkan perkembangan masa bayi dan balita perlu untuk dipelajari.

Karena begitu pentingnya memahami masa perkembangan bayi dan balita,

maka dari itu dalam makalah ini penulis mencoba menjelaskan mengenai masa

bayi dan balita, dengan harapan dapat menambah pengetahuan yang berguna

bagi kehidupan para pembaca dan penulis khususnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja masa bayi melalui pendekatan aspek psikologi dan sosial budaya

dalam asuhan kebidanan.

2. Apa saja masa balita melalui pendekatan aspek psikologi dan sosial budaya

dalam asuhan kebidanan.

3. Bagaimana pembahasan jurnal menegenai masa bayi?

4. Bagaimana kaitan kasus tersebut terhadap aspek psikologi dan sosial

budaya dalam asuhan kebidanan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui masa bayi melalui pendekatan aspek psikologi dan

sosial budaya dalam asuhan kebidanan.

2. Untuk mengetahui masa balita melalui pendekatan aspek psikologi dan

sosial budaya dalam asuhan kebidanan.

2
3. Untuk menegtahui pembahasan jurnal menegenai masa bayi.

4. Untuk mengetahui kaitan kasus tersebut terhadap aspek psikologi dan

sosial budaya dalam asuhan kebidanan

3
BAB II

PENDAHULUAN

A. Masa Bayi Melalui Pendekatan Aspek Psikologi Dan Sosial Budaya Dalam

Asuhan Kebidanan.

1. Pengertian Masa Bayi

Masa bayi adalah suatu masa yang penting dalam perkembangan

manusia. Setiap orang akan mempunyai laju perkembangannya sendiri,

namun dalam garis besarnya terdapat persamaan-persamaan sehingga

proses pertumbuhan dan perkembangan dapat dikelompokan kedalam

beberapa masa.

Pertumbuhan pada masa bayi terlihat menonjol dalam fisik maupun

psikologis. Lambat laun, melalui perkembangannya, seorang bayi mulai

menurunkan ketergantungannya dengan kemampuan untuk bisa duduk,

berdiri, berjalan, berlari serta memanipulasi objek di sekitarnya. Masa bayi

sesungguhnya merupakan fondasi dari periode kehidupan mendatang,

Yakni fondasi dari berbagai pola perilaku, sikap dan emosinya. Masa bayi

juga merupakan usia yang rapuh, baik untuk fisik, penyakit maupun

kecelakaan serta perkembangan psikologisnya.

2. Ciri-Ciri Perkembangan Masa Bayi

a. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya.

Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena

pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi

4
terbentuk. Ada empat alasan yang menyebabkan mengapa dasar-dasar

yang diletakkan pada masa bayi itu penting. Alasan tersebut yaitu:

1) Pertama, berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak

berkurang dengan bertambahnya usia anak; sealiknya, pola-pola

yang terbentuk pada permulaan kehidupan cenderung mapan,

apakah itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau bermanfaat.

2) Kedua, kalau pola perilaku yang kurang baik atau kepercayaan dan

sifat yang buruk mulai berkembang, maka semakin cepat hal-hal itu

diperbaiki akan semakin mudah baggi anak.

3) Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi

kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu selamanya

mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial.

4) Keempat, karena factor belajar dan pengalamaman meyakinkan

peran yang penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan

dan dikendalikan sehinggga perkembangannya sejajar dengan jalur

yang memungkinkan terjadinya penyesuaian pribadi dan sosial yang

baik.

b. Masa bayi adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan

pesat.

Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis.

Perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam

kemampuan. Perubahan yang terpesat adalah dalam tahun pertama.

Pertumbuhan dan perubahan intelek berjalan sejajar dengan

5
pertumbuhan dan perubahan fisik. Sebelum masa bayi berakhir, bayi

mampu mengerti banyak hal dan dapat mengutarakan kebutuhan dan

keinginannya dalam cara-cara yang dapat dimengerti orang lain.

c. Masa bayi adalah masa berkurangnya ketergantungan.

Kemandirian akan meningkat dengan berkembangnya kemampuan

bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada orang

lain. Dengan berkurangnya ketergantungan, ia tidak lagi mau

membiarkan orang lain melakukan hal-hal yang dapat dilakukan atau

yang di anggapnya dapat dilakukan sendiri. Kalou ia ingin mencoba

mandiri tapi dilarang, ia akan protes.

d. Masa bayi adalah masa meningkatnya individualitas.

Individualitas yang tampak pada waktu lahir semakin menonjol

pada saat akhir masa bayi. Individualitas tampak dalam penampilan dan

pola-pola prilaku. Dengan meningkatnya individualitas, maka setiap

bayi harus diperlakukan sebagai individu.

e. Masa bayi adalah permulaan sosialisasi.

Egosentrisme, yaitu diri bayi yang muda belia, cepat berubah

menjadi keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial dengan

cara mencoba memperoleh perhatian dari orang lain melalui segala

macam cara yang dapat dilakukannya. Salah satu cara adalah dengan

prilaku akrab. Bayi lebih dapat mengandalkan perhatian dan kasih

sayang ibu dari pada orang lain.Dari pemuasan prilaku akrab inilah

berkembang hubungan dengan orang lain yang hangat dan kekal

6
f. Masa bayi adalah permulaan berkembangnya penggolongan peran seks.

Penggolongan peran seks merupakan bagian dari awal pendidikan

anak. Sebagai contoh anak perempuan harus bersikap sesuai dengan

jenis kelaminnya dengan memperbolehkan mereka menangis dan

menunjukan tanda-tanda lain “ kelemahan wanita” yang tidak

diperkenankan pada bayi laki-laki.

g. Masa bayi adalah masa yang menarik.

Bayi menarik karna kepalanya besar, perutnya buncit, anggota

badannya kecil dan kurus, tangan dan kakinya kecil, ketidakberdayaan

dan ketergantungannya dengan orang lain. Kalau bayi memakai baju

dan diselubungi dengan selimut bayi, membuatnya semakin menarik.

h. Masa bayi merupakan permulaan kreativitas.

Karena kurangnya koordinasi otot dan ketidakmampuan

mengendalikan lingkungan, bayi tidak mampu melakukan sesuatu yang

dapat dianggap orisinal atau kreatif. Namun dalam bulan-bulan pertama

bayi belajar mengembangkan minat dan sikap yang merupakan dasar

bagi kreativitasnya kemudian dan untuk penyesuain diri dengan pola-

pola yang diletakkan oleh orang lain.

i. Masa bayi adalah masa berbahaya.

Bahaya lebih banyak terdapat selama masa bayi. Bahaya dapat

merupakan bahaya fisik dan bahaya psikologis. Diantara bahaya fisik,

yang paling parah adalah penyakit dan kecelakaan karena sering

menyebabkan ketidakmampuan dan bahkan kematian. Bahaya

7
psikologis dapat terwujud kalau diletakkan dasar-dasar yang buruk pada

masa ini.

3. Tugas perkembangan masa bayi

Tugas perkembangan masa bayi antara lain:

a. Belajar berjalan

b. Belajar makan makanan padat

c. Belajar berbicara

d. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh

e. Mencapai stabilitas fisiologik

f. Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan social

g. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain.

h. Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta

mengembangkan kata hati.

4. Perkembangan Psikis Masa Bayi

Bepikir (kognitif) pada bayi ditandai oleh persyaratan rasa ingin

tahu. Dari sudut teori kognitif dari J.Piaget dikatakan bahwa bayi berada

pada tahap sensori-motorik. Mengetahui pancaindera dan organ-organ

tubuh lainnya ia berusaha “mengerti” dunia luar. (mual-mula bayi

menjelajahi lingkungan dengan mata, kemudian dengan mulut, gig, tangan

dan jari-jari). Tidak jarang terlihat bayi memasukkan jari-jari tangan dan

benda lain ke dalam mulut, menggigit, menghisap dan

melepaskannyakembali. Dengan kemampuan menjangkau dan menggapai

8
benda yang menjadi obyek rasa ingin tahunya ia mendapatkan pengalaman

dan pengetahuan baru (dengan cara memainkan, mengenggam,

menjatuhkan, melempar dan sebagainya). Melalui bermain dengan alat

permainan bayi melatih koordinasi visual motorik dan kecakapan berpikir.

Nampak bayi senang memasukkan benda-benda kcil ke dalam lubang-

lubang, mengorek-ngoreknya dan mengeluarkannya. Ia senang mernarik-

narik mainan yang tergantung-gantung atau yang mengeluarkan bunyi-

bunyi tertentu. Ia berusaha mengikuti ke mana “hilangnya” suatu bend \a

yang tidak lagi dapat dilihatnya. Demikianlah perbuatan itu dilakukan

berulang-ulnag tanpa bayi bosan. Dan melalui pengalaman sensori-

motorik inilah bayi belajar berpikir.

5. Perkembangan Sosialisasi Masa Bayi

Perkembangan social pada masa bayi memegang peran penting untuk

menentukan hubungan sosialnya pada masa mendatang serta pola perilaku

pada orang lain. Rumah merupakan pusat tempat bayi dibesarkan dan untuk

itu di rumah puluhan fondasi hubungan social tersebut terbentuk. Beberapa

penelitian social men unjukkan betapa pentingnya fondasi social ini

terbentuk pada masa bayi

Beberapa respons social bayi pada orang dewasa dapat disebutkan sebagai

berikut :

1) Pada usia 2-3 bulan bayi sudah dapat membedakan antara orang dan

bukan orang, serta orang-orang manakah yang dapat memenuhi

kebutuhan dirinya. Ia akan merasa puas jika bersama orang lain da

9
merasa tidak puas jika ditinggal sendirian namun bayi belum

menunjukkan keberpihakan pada seseorang.

2) Pada usia 4-5 bulan bayi mau digendong oleh siapa saja yang

mengangkatnya serta mampu bereaksi secara berbeda terhadap suara

yang keras maupun bereaksi secara berbeda terhadap suara yang keras

maupun ramah serta senyuman maupun sungutan.

3) Pada usia 6-7 bulan bayi dapat membedakan antara temanya dan orang

asing dengan memberikan senyuman atau menunjukkan ketakutannya.

Bayi mulai memasuki usia malu-malu (shy age). Ia mulai terikat secara

emosional dengan ibunya dan menunjukkan ketidakramahannya pada

orang lain. Sedangkan dengan bayi lain ia mampu memberikan

senyuman dan menunjukkan minatnya melalui jeritan yang diberikan.

4) Pada usia 8-9 bulan bayi berusaha untuk berbicara, bergerak-geraik dan

melakukan gerakan sederhana pada orang lain. Anatar 9-13 bulan

reaskinya terhadap bayi lain adalah mencontoh gerak-gerik maupun

suara, serta menunjukkan kemarahannya jika mainannya dirampas oleh

temannya, meskipun ia sendiri mulai menunjukkan kebersamaan dengan

orang lain.

5) Pada usia 12 bulan bayi telah bereaksi terhadap perkataan “tidak”

6) Pada usia 16-18 bulan bayi menunjukkan sikap negatifnya atau keras

kepalanya terhadap larangan atau permintaan dari orang dewasa, yang

tampak terlihat dari kemarahannya maupun penolakan fisiknya.

Sedangkan pada bayi lain terlihat reaksi bahwa ia sudah mulai

10
mengurangi rebutan mainan dengan bayi lain dan mau membagi serta

menunjukkan keinginannya untuk bermain bersama.

7) Pada usia 22-24 bulan bayi mulai bekerja sama dengan sejumlah kegiatan

rutin seperti mandi, memakai pakaian, serta makan. Ia juga lebih

menunjukkan minat untuk bermain bersama bayi lainnya dan

menggunakan permaian untuk memantapkan hubungannya tersebut.

6. Perkembangan Psikososial Masa Bayi

Erikson berpendapat bahwa sepanjang sejarah hidup manusia, setiap

orang mengalami tahapan perkembangan dari bayi sampai dengan usia

lanjut. Perkembangan sepanjang hayat tersebut diperhadapkan dengan

delapan tahapan yang masing-masing mempunyai nilai kekuatan yang

membentuk karakter positif atau sebaliknya, berkembang sisi kelemahan

sehingga karakter negatif yang mendominasi pertumbuhan seseorang.

Erikson menyebut setiap tahapan tersebut sebagai krisis atau konflik yang

mempunyai sifat sosial dan psikologis yang sangat berarti bagi

kelangsungan perkembangan di masa depan.

Delapan tahapan perkembangan tersebut sebagai berikut:

Tahap I usia 0-2 tahun

Pada masa bayi atau tahun pertama adalah titik awal pembentukan

kepribadian. Bayi belajar mempercayai orang lain agar kebutuhan-

kebutuhan dasarnya terpenuhi. Peran ibu atau orang-orang terdekat seperti

pengasuh yang mampu menciptakan keakraban dan kepedulian dapat

mengembangkan kepercayaan dasar. Persepsi yang salah pada diri anak

11
tentang lingkungannya karena penolakan dari orangtua atau pengasuh

mengakibatkan bertumbuhnya perasaan tidak percaya sehingga anak

memandang dunia sekelilingnya sebagai tempat yang jahat. Pada tahap ini

kekuatan yang perlu ditumbuhkan pada kepribadian anak ialah “harapan”.

Tahap II, usia 2-3 tahun

Konflik yang dialami anak pada tahap ini ialah otonomi vs rasa

malu serta keragu- raguan. Kekuatan yang seharusnya ditumbuhkan adalah

“keinginan atau kehendak” dimana anak belajar menjadi bebas untuk

mengembangkan kemandirian. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi melalui

motivasi untuk melakukan kepentingannya sendiri seperti belajar makan

atau berpakaian sendiri, berbicara, bergerak atau mendapat jawaban dari

sesuatu yang ditanyakan.

Tahap III, usia 3-6 tahun

Anak pada tahap ini belajar menemukan keseimbangan antara

kemampuan yang ada dalam dirinya dengan harapan atau tujuannya. Itu

sebabnya anak cenderung menguji kemampuannya tanpa mengenal potensi

yang ada pada dirinya. Konflik yang terjadi adalah Inisiatif atau

terbentuknya perasaan bersalah. Bila lingkungan sosial kurang mendukung

maka anak kurang memiliki inisiatif.

Tahap IV, usia 6-12 tahun

Konflik pada tahap ini ialah kerja aktif vs rendah diri, itu sebabnya

kekuatan yang perlu ditumbuhkan ialah “kompetensi” atau terbentuknya

berbagai keterampilan. Membandingkan kemampuan diri sendiri dengan

12
teman sebaya terjadi pada tahap ini. Anak belajar mengenai ketrampilan

sosial dan akademis melalui kompetisi yang sehat dengan kelompoknya.

Keberhasilan yang diraih anak memupuk rasa percaya diri, sebaliknya

apabila anak menemui kegagalan maka terbentuklah inferioritas.

Tahap V, usia 12-20 tahun

Pada tahap ini anak mulai memasuki usia remaja dimana identitas

diri baik dalam lingkup sosial maupun dunia kerja mulai ditemukan. Bisa

dikatakan masa remaja adalah awal usaha pencarian diri sehingga anak

berada pada tahap persimpangan antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa. Konflik utama yang terjadi ialah Identitas vs Kekaburan Peran

sehingga perlu komitmen yang jelas agar terbentuk kepribadian yang

mantap untuk dapat mengenali dirinya.

Tahap VI, usia antara 20-40 tahun

Pada tahap ini kekuatan dasar yang dibutuhkan ialah “kasih”

karena muncul konflik antara keintiman atau keakraban vs keterasingan

atau kesendirian. Agen sosial pada tahap ini ialah kekasih, suami atau isteri

termasuk juga sahabat yang dapat membangun suatu bentuk persahabatan

sehingga tercipta rasa cinta dan kebersamaan. Bila kebutuhan ini tidak

terpenuhi, maka muncullah perasaan kesepian, kesendirian dan tidak

berharga.

Tahap VII, usia 40-65 tahun

Seseorang telah menjadi dewasa pada tahap ini sehingga

diperhadapkan kepada tugas utama untuk menjadi produktif dalam bidang

13
pekerjaannya serta tuntutan untuk berhasil mendidik keluarga serta melatih

generasi penerus. Konflik utama pada tahap ini ialah generatifitas vs

stagnasi, sehingga kekuatan dasar yang penting untuk ditumbuhkan ialah

“kepedulian”. Kegagalan pada masa ini menyebabkan stagnasi atau

keterhambatan perkembangan.

Tahap VIII, usia 65 tahun-kematian

Pribadi yang sudah memasuki usia lanjut mulai mengalami

penurunan fungsi-fungsi kesehatan. Begitu juga pengalaman masa lalu

baik keberhasilan atau kegagalan menjadi perhatiannya sehingga

kebutuhannya adalah untuk dihargai. Konflik utama pada tahap ini ialah

Integritas Ego vs Keputusasaan dengan kekuatan utama yang perlu

dibentuk ialah pemunculan “hikmat atau kebijaksanaan”. Fungsi

pengalaman hidup terutama yang bersifat sosial, memberi makna tentang

kehidupan.

7. Perkembangan Moral Masa Bayi

Perkembangan moral belum terlihat pada masa bayi. Seorang bayi

adalah nonmoral, yaitu perilakunya tidak pandu oleh standar moral. Belajar

untuk berperilaku secara social merupakan suatu proses yang panjang dan

lambat. Namun, bagaimana hal ini dibentuk sejak masa bayi ? keterbatasan

inteligensi yang dimiliki membuat seoarang bayi pada awalnya menilai

salah dan bntul melalui sakit atau tidaknya ia rasakan dari akibatnya bagi

orang lain. Seorang bayi belum memiliki rasa bersalah karena ia belum

mempunyai kemampuan untuk menilai hal tersebut. Hal ini disebut oleh

14
piaget sebagai morality by constraint. Peranan disiplin amat penting pada

masa bayi agar bayi tahu persis perilaku yang salah dan betul yang

diharapkan oleh lingkungannya. Peran lingkungan amat penting di dalam

mengenal apa yang benar dan apa yang salah sebelum memberikan hadiah

atau hukumanbagi bayi. Meskipun bayi mempunyai pemahaman yang

kurang dengan kata-kata yang diberikan tetapi ia dapat melihat eksperi

wajah yang menyertai perilaku tertentu.

8. Perkembangan Kesadaran Beragama Masa Bayi

` Manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan lemah, fisik

maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki

kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini memerlukan

pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-

lebih pada usia dini. Perkembangan jiwa keagamaan pada anak hampir

sepenuhnya autoritas, maksudnya konsep keagamaan itu akan bekembang

pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka.

Fisik atau jasmani manusia baru akan berfungsi secara sempurna

jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan

berfungsi jika kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat

diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya. Kemampuan itu

tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan melalui pentahapan.

Demikian juga perkembangan agama pada diri anak.

Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata-kata

orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara

15
acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan tidak adanya perhatian terhadap

Tuhan, ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan

membawanya ke sana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun

yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang-orang di

sekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin

lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata Tuhan itu

tumbuh.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa jiwa agama adalah tingkah laku

yang berhubungan dengan kehidupan beragama pada seseorang dan

seberapa besar pengaruh keyakinan beragama terhadap dirinya serta

keadaan hidupnya pada umumnya.

Sesuai dengan fase perkembangannya maka sifat atau ciri-ciri

keagamaan pada anak dan remaja akan memiliki ciri yang berbeda, baik

itu dipengaruhi oleh faktor intern maupun faktor ekstren. Pada usia anak-

anak sikap keberagamaan mereka lebih bersifat authority atau pengaruh

dari luar. Sebagaimana dipaparkan oleh Jalaluddin, bahwa ”Ide keagamaan

anak hampir sepenuhnya authoritarius, konsep keagamaan pada diri anak

dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka”. Ini dapat dimengerti bahwa

anak-anak telah melihat dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan

nilai-nilai keagamaan dari luar diri mereka. Mereka melihat dan mengikuti

apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka

tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Di

samping itu juga dipengaruhi pula oleh perkembangan berbagai aspek

16
kejiwaannnya seperti perkembangan berpikir. Ini juga berarti bahwa orang

tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi

yang mereka miliki, dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama

merupakan kebisaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari

para orang tua maupun guru mereka. Bagi mereka sangat mudah untuk

menerima ajaran dari orang dewasa, walaupun belum mereka sadari

sepenuhnya manfaat ajaran tersebut.

Perkembangan agama pada anak dapat melalui beberapa fase, yaitu

: 1) The Fairy Tale Stage ( Tingkatan Dongeng). Pada tingkat ini dimulai

pada usia 3-6 tahun. Anak dalam tingkatan ini, konsep mengenai

ketuhanan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Konsep ini

sesuai dengan perkembangan intelektualnya. 2) The Realistic Stage

(Tingkatan Kenyataan). Tingkatan ini dimulai sejak SD. Pada masa ini ide

ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan

pada kenyataan. Konsep ini timbul melalui lembaga keagamaan dan

pembelajaran agama. 3) The Individual Stage (Tingkatan Individu). Pada

tingkat ini anak memiliki kepekaan emosi yang tinggi sejalan dengan

perkembangan usia mereka. Ada beberapa alasan mengenalkan nilai-nilai

agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai minat, semua perilaku anak

membentuk suatu pola perilaku, mengasah potensi positif diri, sebagai

individu makhluk sosial dan hamba Allah. Agar perkembangan agama

pada anak tumbuh subur, harus dilatih dengan cara menyenangkan agar

anak tidak merasa terpaksa dalam melakukan kegiatan. Sesuai ciri-ciri

17
yang anak miliki, ide keagamaan anak hampir sepenuhnya otoritas.

Maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor

dari luar diri mereka. Bagi mereka sangat mudah menerima ajaran dari

orang dewasa walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran

tersebut (Mursid, 2015:89).

Kemudian setidaknya ada dua teori yang mengungkapkan

munculnya keagamaan pada anak, yaitu: Pertama, Rasa ketergantungan

(sense of depende). Manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat

kebutuhan, yakni keinginan untuk perlindungan (security), keinginan akan

pengalaman baru (new exprerience), keinginan untuk mendapat tanggapan

(respon), dan keinginan untuk dikenali (recognition). Berdasarkan

pernyataan dan kerjasama dari keinginan tersebut, maka bayi sejak

dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman- pengalaman

yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa

keagamaan pada diri anak. Kedua, Instink Keagamaan. Bayi yang

dilahirkan sudah memiliki beberapa instink, diantaranya instink

keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena

beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya

instink itu belum sempurna. Dengan demikian pendidikan agama perlu

diperkenalkan kepada anak jauh sebelum anak berusia 7 tahun. Artinya

jauh sebelum usia tersebut, nilai-nilai agama perlu ditanamkan kepada

anak sejak dini. Nilai kegamaan itu sendiri bisa berarti perbuatan yang

18
berhubungan antara manusia dengan Tuhan atau hubungan antar-sesama

manusia (Mansur, 2011:47-48).

9. Bahaya- Bahaya Psikologis Pada Masa Bayi

Beberapa bahaya psikologis dalam masa bayi disebabkan oleh beberapa hal

berikut.

a. Bahaya dalam berbicara

Kelambatan dalam berbicara, seperti halnya kelambatan dalam

pengendalian motorik menjadi serius dalam masa bayi karena pada masa

ini diletakkan dasar- dasar untuk alat komunikasi. Kelambatan berbicara

disebabkan karena beberapa hal, yang paling sering adalah tingkat

intelegensi yang rendah, kurangnya perangsang (terutama dalam tahun

pertama).

b. Bahaya emosi

Terdapat empat bahaya psikologis umum yang sering muncul dalam

hubungan perkembangan emosi dalam masa bayi, yaitu:

1) Kurangnya kasih saying

2) Tekanan

3) Terlampau banyak kasih saying

4) Emosi yang kuat

c. Bahaya social

Bahaya sosial yang utama adalah kurangnya kesempatan dan motivasi

untuk belajar menjadi sosial. Karena kurangnya kesempatan dalam

19
hubungan sosial dapat mempengaruhi perkembangannya dalam pola

sosialisasi. Yang juga berbahaya adalah penyakit sosial “malu”, bahwa

sifat ini terbawa sejak bayi dimana mereka dihadapkan pada terlalu

banyak orang asing dan pengasuh asing.

d. Bahaya moralitas

Bahaya psikologis yang serius untuk perkembangan moral di masa

depan terjadi bila bayi lebih banyak mendapatkan perhatian kalau dia

melakukan sesuatu yang mengganggu atau melawan orang lain daripada

kalau melakukan tindakan yang lebih diterima.

e. Bahaya dalam perkembangan kepribadian

Konsep diri yang sedang berkembang merupakan cermin dari tanggapan

bayi mengenai pandangan orang tentang dirinya.

f. Bahaya bermain

Orang tua perlu berhati-hati dalam memberikan suatu mainan bagi si

bayi. Karena ada beberapa mainan dapat menyebabkan luka pada si

bayi jika ia tidak hati-hati dalam memainkannya.

10. Lingkungan Prenatal Yang Kurang Baik

Kondisi tubuh ibu yang menguntungkan mempertinggi

perkembangan potensi bawaan, sedangkan kondisi yang buruk dapat

menghalangi perkembangan atau mengganggu pola perkembangan

selanjutnya.

Rahim ibu yang merupakan lingkungan hidup anak itu sebelum

lahir menentukan apakah janin akan mengikuti tabel waktu

20
alami.umumnya kondisi dalam rahim ideal bagi perkembangan anak yang

sehat.variasi yang nyata mungkin meramalkan adanya gangguan.setiap

benda yang dapat melukai dan masuk melalui aliran darah plasenta dapat

mengganggu lingkungan rahim.bila terjadi pada waktu kritis dalam tabel

waktu perkembangan,hal itu dapat mengubah polanya secara permanen

atau sementara.

Penelitian eksperimental pada hewan dan manusia secara positif

telah mengidentifikasi beberapa kondisi dalam lingkungan pralahir yang

mempengaruhi perkembangan yaitu :

a) Gizi Ibu

Makanan bayi yang belum di lahirkan berasal dari aliran darah ibu

melalui plasenta.makanan ibu harus mengandung cukup

protein,lemak,dan karbohidrat untuk menjaga kesehatan bayi

b) Kekurangan Vitamin

Kekurangan vitamin, terutama vitamin C,B-6,B-12,D,E,Dan K

mungkin mengganggu pola normal perkembangan pralahir .

c) Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibulah yang diketahui atau di yakini mempunyai

pengaruh terbesar pada anak yang belum lahir termasuk gangguan

endokrin,penyakit infeksi (terutama rubella dan penyakit

kelamin),penyakit yang lama atau merusak,dan jangan kurang atau

berlebihannya buat janin.

d) Faktor Rh

21
Ketidaksesuaian antara tipe darah ibu dan ayah menyebabkan

kerusakan janin.ini menimbulkan komplikasi fisik atau mental yang

seringkali cukup berbahaya sehingga menyebabkan kematian atau

gangguan permanen pada anak.

e) Obat-Obatan

Hingga sekarang masi terlalu sedikit pengetahuan mengenai apa

saja obat yang aman digunakan wanita hamil dan yang dapat

membahayakan janin.wanita hamil sangat di sarankan untuk tidak

meminum obat-obatan tanpa pengetahuan atau izin dokter.

f) Sinar-X Dan Radium

Terdapat bukti medis,walaupun tidak meyakinkan saat ini,bahwa

penggunaan sinar –X dan radium untuk tujuan pengobatan pada wanita

hamil cenderung merusak janin kerusakan ini mungkin berbentuk cacat

lahir,keguguran,atau kematian sebelum lahir. Penggunaan sinar-X untuk

tujuan diag nosi - untuk menentukan ukuran dan posisi janin dalam

rahim mendekati akhir kehamilan - tidak mempengaruhi janin.

g) Alkohol

Hanya terdapat sedikit bukti bahwa penggunaan alkohol oleh

wanita hamil akan merusak janin sepanjang digunakan secara hati-

hati.bila sering digunakan dan berlebihan,kemungkinan akan merusak

perkembangan fisik dan mental anak tersebut.

h) Tembakau

22
Merokok paling berbahaya bagi anak yang belum lahir bila ibu

menghirup asapnya.bahkan jika ia tidak menghirupnya,terdapat

beberapa bukti bahwa calon ibu yang merokok mempengaruhi denyut

jantung janin dan kandungan kimiawi darah janin

i) Usia Orang Tua

Sebelum berusia 21 tahun,alat reproduksi wanita belum matang

sepenuhnya dan hormon yang diperlukan untuk reproduksi belum

mencapai tingkat optimum; setelah usia 29 tahun, kegiatan hormonal

secara bertahap menurun.tidak ada bukti bahwa usia orang tua

mempengaruhi perkembangan anak yang belum lahir.

j) Emosi Calon Ibu

Calon ibu yang mengalami stress ringan,menyebabkan kegiatan

janin dan denyut jantung janin meningkat.calon ibu yang mengalami

stess berat dan mengkibatkan ‘’blood-borne anxieties’’ yang

mempengaruhi perkembangan pasca lahir dan pralahir.

k) Kesesakan Rahim

Pada kelahiran kembar,kesesakan mungkin membatasi membatasi

kegiatan janin,yang penting untuk perkembangan normal.

23
B. Masa Balita Melalui Pendekatan Aspek Psikologi dan Sosial Budaya

dalam Asuhan Kebidanan.

1. Pengertian masa balita

Masa balita adalah masa lima tahun pertama dalam kehidupan si

anak.segala aspek perkembangan berjalan dengan sangat pesat, mulai dari

perkembangan fisik, sensorik, motorik, perkembangan mental,

perkembangan sosial, bahasa, pengetahuan, dan spiritual mereka. Setiap

anak memang unik dalam pencapaian tumbuh kembangnya dengan

baik,dengan cara memperhatikan,mengasah keterampilan,dan memiliki

hubungan yang dekat dengannya.

Masa balita, yaitu saat menginjak usia satu tahun. Dimasa balita

ini,sel-sel otak manusia berkembang begitu pesat, sampai ada istilah

golden age atau masa emas.seorang balita diibaratkan seperti kertas

putih.tugas orang tuanya adalah menuliskan segala hal yang akan

membuat tumbuh kembang si anak menjadi sehat,terarah,dan bahagia.

2. Perkembangan Balita Masa Balita

Ada 7 aspek perkembangan anak pada program BKB (Bina

keluarga dan balita)yaitu perkembangan gerakan motorik kasar,gerakan

motorik halus,komunikasi pasif,komunikasi aktif,perkembangan

kecerdasan,perkembangan kemampuanmenolomg diri sendiri dan

perkembangan tingakah laku sosial.

24
Perkembangan gerakan motorik merupakan perkembangan

pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara

susunan saraf ,otot,otak dan spinal cord.perkembangan motorik meliputi

motorik kasar dan motorik halus. motorik kasar adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otaot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota

tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, contohnya,

kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya.

motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau

sebagian anggota tubuh tertentu,yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk

belajar dan berlatih, misalnya kemampuan memindahkan benda dari

tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan

sebagainya.

Perkembangan berbicara dan berbahasa merupakan kebutuhan

penting lainya dalam kehidupan anak,yakni kebutuhan untuk menjadi

bagian dari kelompok sosial.sebagaimana dalam bidang perkembangan

lainnya tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan

bicara anak sebab landasan untuk perkembangan bicara diletakkan dalam

masa tersebut.meskipundalam kadar tertentu kesenjangan awal dapat

diimbangi kemudian dan meskipun pola kesenjangan itu dapat diperbaiki

namun landasan awal itu mungkin meninggalkan bekas yang tetap pada

pola bicara anak.

Bicara merupakan keterampilan motorik berbicara tidak hanya

melibatkan kordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda,tetapi

25
juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan

bunyi yang dihasilkan.perkembangan sosialisasi dan kemandirian juga

berhubungan dengan emosi.kemampuan untuk bereaksisecara emosional

sudah ada pada bayi yang baru lahir karna emosi memainkan peran yang

penting dalam menentukan secara penyesuaian pribadi dan sosial yang

penting dalam menentukan cara penyesuaian pribadi dan sosial yang akan

dilakukan anak, tidak hanya dalam masa kanak-kanak tetapi juga setelsh

anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Segala sesuatu yang

mengganggu perkembangan emosional akan menghambat penyesuaian

yang dilakukan anak,contohnya ketegangan emosi dapat mengganggu

keterampilan motorik anak sehingga anak menjadi canggung dan dapat

menyebabkan timbulnya gangguan bicara seperti bicara yang tidak jelas

dan manggagap.perkembangan emosi juga dapat mempengaruhi interaksi

sosial,melalui emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat

menyesuaikan diri dan tuntutan dan ukuran sosial.

Perkembangan sosial berarti memperoleh kemapua berperilaku

yang sesuai dengan tuntutan sosial Pada semua tingkatan umur, orang

dipengaruhi oleh kelompok sosial denga siapa mereka mempunyai

hubungan tetap dan merupakan tujua dan identifikasi diri. Pengaruh

tersebut paling kuat dan pada masa anak-anak.Kelompok sosial yang

sangat berpengaruh adalah kelurga terutama orangtua. Proses tumbuh

kembang anak mempunyai beberapa ciri yang saling berkaitan.

26
3. Perubahan Psiokologis Masa Balita

a. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak merupakan kelanjutan dari fase egonsentris

stadium preoperational, yakni kemampuan untuk bekerja dengan

tanggapan dan penegrtian objek, seperti saat anak berkata kursi, maka dia

sudah mempunyai berbagai pengertian, misalnya aku harus duduk di

kursi atau ayah duduk di kursi . di sini anak memakai simbol dan kata

seakan-akan melakukan sesuatu menurut kata yang di ucapkan, namun

anak tidak dapat membedakan antara simbol dan arti dan antara

permainan dan impianny.


Perkembangan kognitif anak pada fase awal kanak-kanak sangat

imajinasi terhadap setiap objek yang di lihat sehingga anak selalu

melakukan percobaan pada objek yang baru di kenal dan interprestasi

banyak tertuju pada objek benda-benda mati atau hidup sebagai simbol

imajinatif dan eksporatif. Anak sudah mampu berimajinasi terhadap

setiap objek yang di lihat sehingga anak selalu melakukan percobaan

pada objek yang baru di kenal dan interprestasi pada objek benda-benda

mati atau hidup sebagai simbol imajinasinya, misalnya kursi di

analogikan sebagai kereta api, kuda-kudaan atau mobil. Ada pun benda

pola eksplorasi anak terlihat dari perilaku mengutk atik benda benda

permainannya.

b. Perkembangan Bicara
Usia dua tahun anak telah mampu berkomunikasi prabicara. Disini

anak tidak lagi mengoceh dan tangisannya berkurang . anak akan terus

27
belajar berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk ungkapan emosi

dan adaptasi sosial . tujuan belajar anak adalah untuk belajar

bersosialisasi dan mandiri


c. Perkembangan Emosi Awal
Perkembangan emosional fase awal kanak-kanak sangat di

pengaruhi ondisi eosional, yakni kesadaran rasa takut, jumlah keluarga,

perbedaan seks, lingkungan sosial rumah dan penerapan di siplin

keluarga. Bentuk-bentuk ungkapan reaksi emosi anak terlihat dari reaksi

marah, cemburu, takut, ingin tahu, iri hati, gembira atau sedih, kasih

sayang dan sikap penolakan atau penerimaan


d. Perkembangan Keterampilan Dan Sosial
Motif anak mempelajari keterampilan di pengaruhi perasaan

senang untuk mengulangkembali, keberanian melakukan, kemudahan

dan kecepatan belajar keterampilan baru. Sementara, perkembangan

sosial di mulai dari eralihan perilaku lekat menjadi perilaku belajar

model. Perilaku dan kativitas anak merupakan hasil proses pembelajaran

tentang objek yang di lihatnya sehingga menbentuk pola imitasi, pola

pengambilan peran mengarah pada penempatan diri dalam perasaan,

pandangan dan motif-motif orang lain, missal pengambilan peran juga

memberikan pengaruh terhadap pemahaman di siplin dan norma-norma.


Proses identifikasi lebih banyak berhubungan dengan apa yang

dilihat kemudian mengambil sifat-sifat atau pola kepribadian dari orang

yang di lihatnya . objek dari proses identifikasi bagi anak laki-laki

cendenrung kepada sang ayah sedangkan anak pada perempuan

mengarah pada ibunya.


e. Perkembangan Seksual Awal Kanak-Kanak

28
Fase perkembangan seksual awal kanak-kanak di sebut fase falis,

yakni perkembangan seks yang engarah pada agresi, fungsi dan alat

kelamin. Pada fase anak mengalamioedipus complex, yaitu kataksis seks

pada orang tua yang berjenis kelamin berbeda dengan dirinya dan

kataksis bermusuhan dengan orang tua yang berjenis kelamin sama.

Oedipus complex anak pria tertuju pada ibu dan Oedipus kataksis pada

ayah. Sebaliknya Oedipus complex anak perempuan tertuju pada ayah

dan Oedipus kataksis tertuju pada ibu, sekalipun memberika Oedipus

pada ibu , Karena ibu di anggap memberikan kebutuhan dan kataksis

pada ayah sebagai saingan memperebutkan kasih sayang. Perasaan yang

demikian pada anak lai-laki tetap, namun pada anak perempuan berubah.
Dorongan Oedipus complex pda anak laki-laki adalah timbulnya

perilau seks incest pada ibu dan sikap menentang pada ayah sehingga

menjadi konflik dengan yah. Sementara dorongan Oedipus complex anak

perempuan di tandai penggantian rasa cinta dari ibu kepada ayah

sebagainkaibat perasaan katarsis anak perempuan beranggapan bahwa

ibu bertanggung jawab atas katarsisi kelaminnya dan di transfer kepada

perasaan cinta kepada ayah karena ayah di anggap memiliki organ seks

yang di inginkan.

4. Bahaya Psikologis Masa Balita

Bahaya-bahaya psikologis yang umum terjadi pada anak di tandai

dengan ketidakmampuan untuk mengerti isi oebicaraan orang lain, kualitas

bicara yang buruk akibat salah ucap, dampak buruk dari penggunaan dua

29
bahasa, pembicaraan sebatas etnis dan bicara egonsentris, yakni pola

pembicaraan yang hanya yang di mengeri anak itu sendiri tanpa di ketahui

orang lain. Kondisi ini menyebabkan anak sulit berkomunikasi dengan

orang-orang sekitarnya. Anak akan salah mengartikan makna komunikasi.

Dampak buruk yang di timbulkan adalah anak kerap kali di tolakdalam

relasi sosial sehingga memunculkan defence mechanism sebagai reduksi

sosial anak, missal dengan memamerkan benda-benda permainannya.

Bahaya psikologis berikutnya adalah moralitas, di mana hal ini

terjadi akibat inkonsisten dalam penerapan di siplin keluarga, tidak adanya

sanksi saat anak melakukan kesalahan dan adanya tekanan psikis yang

menimbulkan rasa takut, tidak percaya diri, sikap menentang dan pemarah.

Kondisi ini akan di perburuk lagi jika hubungan keluarga tidak harmonis

yang membuat anak merasa tidak aman, tidak nyaman, tidak betah berad

di rumah, minimnya rasa kebersamaan atar anggota keluarga, timbulnya

berbagai bentuk rasa kecemburuan, tidak ada figur identifikasi pada

orang tua yang melakukan penganiyaan fidik dan psikis pada anak.

Dampak buruk yang di timbulkan adalah reaksi marah yang tidak

terkontrol, gampang cemas, tidak percaya diri, dan kuarng mandiri.

Sementara bahaya bermain juga di anggap sebagai bahaya

psikologis yang cukup memperhatikan bagi anak, terutama jika ada

peniruan perilaku yang salah, anak gampang terpengaruh pada perilaku

model, anak kurang mandiri dan sulit mengikuti peraturan.

30
5. Gejala tomboy masa balita

Tomboi atau tomboy adalah sebuah sikap anak perempuan dimana

anak tersebut bersifat seperti laki-laki, namun tomboy juga dapat

digunakan untuk wanita dewasa.

Ciri-ciri wanita tomboy adalah:

a. Bermain permainan yang biasanya dimainkan laki-laki.

b. Lebih suka pelajaran yang dianggap sebagai dominasi laki-laki (contoh

matematika)

c. Lebih suka berteman dengan laki-laki daripada dengan wanita.

d. Biasa memakai pakaian maskulin.

Orang pada umumnya memandang bahwa Tomboi adalah hal yang

wajar bahkan dianggap menarik, tetapi sebaliknya, ini adalah ciri-ciri dari

perilaku penyimpangan seksual yang jelas teralamati.

Kebanyakan anak tomboy malah menjadi lesbian sewaktu beranjak

dewasa, ini terbukti bahwa para gadis yang menyukai olah raga yang

sebenarnya dilakukan oleh kaum pria justru menjadi penyuka sesama

jenis. Meskipun genetika berpengaruh, tetapi bagaimana seseorang di

didik dalam lingkungan tertentu akan berpengaruh kuat. Coba perhatikan

apakah seorang anak perempuan lebih menyukai permaian yang

dimainkan anak laki-laki ketimbang bermain dengan permainan anak

perempuan. Penanganan sejak dini bisa dilakukan dengan penanganan

31
psikologis untuk me'normalkan' dan memperbaiki presisi sebagaimaa

layaknya perempuan.

Bahkan perilaku menyimpang ini bisa saja dimotori oleh

keluarga,misalnya si ayah yang memaksa secara tidak langsung agar anak

perempuannya menyukai hobi yang sebenarnya diminati kaum pria,

sedikit banyaknya efek psikologis ini akan mencetak semakin kuat dalam

jiwa si anak perempuan.

Perlakukan terapi dan dukungan dari keluarga dapat memperbaiki

orientasi menyimpang.

6. Sosialisasi sekolah masa balita

Sosialisasi merupakan salah satu bentuk interaksi antara yang satu

dengan yang lainnya. Proses sosialisasi khususnya bagi anak di sekolah

merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sangat penting, karena

dengan adanya proses sosialisasi di sekolah anak akan mulai menambah

wawasan dan pergaulannya secara luas, sehingga proses sosialisasi di

sekolah sebaiknya berlangsung secara terarah karena sosialisasi di sekolah

sangat berpengaruh dalam perkembangan anak di masa yang akan datang.

Sosialisasi di sekolah juga merupakan proses belajar yang

membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial yang lebih

baik sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab

dan efektif. Proses sosialisasi Anak akan mengalami perubahan dalam

kelakuan sosial setelah ia masuk ke sekolah. Karena di rumah ia hanya

32
bergaul dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga, sedangkan

ketika di sekolah ia akan menemui banyak sekali teman-temannya yang

lain sehingga ia akan belajar untuk menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan yang semakin luas, belajar menghargai, menghormati dan

bersikap lebih baik lagi

Interaksi anak dengan lingkungannya misalnya dengan teman

seumuran maupun guru akan membuat anak belajar untuk

mengembangkan aspek sosial dan emosi mereka. Interaksi dengan teman

sebaya akan memberikan pengalaman dalam bersosialisasi dan

berkomunikasi, seperti bermain bersamasama, mau berbagi, mau

mengalah dan sebagainya. Sedangkan interaksi anak dengan lingkungan

alam akan memberikan perasaan santai dan rileks. Kondisi inilah yang

sangat dibutuhkan anak dalam proses belajar dan bermain.

Menurut Yussen dan Santrock ( 1980 : 373 ) mengatakan bahwa

kemampuan sosialisasi anak sangat terkait dengan orang-orang di sekeliling

anak yang disebut agen sosial, yaitu setiap orang yang berhubungan dengan

seorang anak misalnya ayah dan ibunya, pengasuh, teman sebaya, guru dan

keluarga lainnya dan orang tersebut mempengaruhi cara berperilaku.

C. Pembahasan Jurnal Menegenai Masa Bayi

33
Jurnal : Pratek Budaya Suku Kampung Yepase Terkait Perawatan Kehamilan,

Nifas dan Bayi di Distrik Depapre Kabupaten Jayapura. Vol 8. 2013.

Jurnal promosi kesehatan indonesia.

Budaya Yapase Di Kabupaten Jayapura Papua

Suku yapase hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat. Suatu

masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan

tertentu sesuai dengan tradisi mereka, karena kebudayaan atau kultur dapat

membentuk kebiasaan dan respon terhadap kesehatan dan penyakit dalam

masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Didalam masyarakat sederhana,

kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri

sendiri dan kelangsungan hidup mereka.

Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran dan perawatan

bayi yang bertujuan supaya kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi

selamat dan sehat. Ada tradisi yang selalu dilakukan sebagai masyarakat

kampung Yepase yang pola mata pencahariannya meramu dan bercocok

tanam, maka secara turun-temurun mereka memanfaatkan sumber daya alam

sebagai pengobatan tradisional. Adapun ibu pada masa kehamilan, nifas dan

bayi akan di anjurkan untuk menggunakan cara dan ramuan tradisonal

sebagai bahan pengobatan.

Praktek Perawatan Bayi di Suku Yepase

Perawatan bayi dilakukan tepat saat bayi dilahirkan ketika bidan

memberikan pada dukun, pertama kali dengan kopi kental dicampur air

34
kemudian diminumkan, setelah itu bayi ditidurkan dengan posisi tengkurap

ke bawah untuk mengeluarkan kotoran dari dalam mulut.

Bayi diberikan air susu pertama yang berwarna hijau kekuning-kuningan.

Meskipun diberikan ASI pertama, jika ASI kurang maka akan ditambah

dengan air kelapa muda yang diambil dari atas pohon dan tidak boleh di

jatuhkan ke bawah karena nanti anak minum bisa sakit atau buah ketepeng

hutan yang tumbuh dipinggir pantai dengan mengambil air perasan sarinya

lalu di minumkan untuk mencegah anak kehausan.

Untuk MP ASI bayi diberikan sagu dan betatas. Perawatan tali pusat dukun

atau orang tua menggunakan bakaran bekas tempurung kelapa dan daun-

daunan lalu panas api di panaskan pada tangan kosong dan diraurau di pusat

dan sekitar pusat anak sampai dengan tali pusatnya jatuh. Untuk

menghangatkan bayi anak di tidurkan didekat asap bakaran kayu atau

tempurung kelapa dalam ruangan kamar, agar bayi tidak kedingin menurut

suku pase ini adalah budaya yang benar.

D. Kaitan Kasus Tersebut Terhadap Aspek Psikologi Dan Sosial Budaya

Dalam Asuhan Kebidanan

a) Perawatan bayi dilakukan langsung setelah persalinan dengan bidan

maupun dukun yaitu dilakukan dengan memberikan kopi kental untuk

mengeluarkan kotoran yang tertelan saat berada pada pintu rahim, Bayi

diberikan air kelapa muda dan ketepeng hutan serta papeda cair sebagai

35
penggati ASI saat ibu kekurangan air susu pasca melahirkan atau selama

ibu dalam perawatan. Semestinya ini tidak bisa di lakukan karena yang

paling utama yan bisa di minum oleh bayi hanya adalah asi karena asi kaya

akan nutrisi, jika di bayi di berikan minuman lain bisa saja menimbulkan

masalah lain, karena usus dari bayi masih kecil dan belum bisa menerima

semua minuman.

b) Tradisi masyarakat kampung Yepase bayi lahir sampai dengan usia satu

bulan akan dihangatkan dengan sisa bakaran bara api yang diletakan di

samping bayi agar bayi tetap merasa hangat. Menurut WHO (2012), polusi

udara dalam ruangan sebagai akibat penggunaan bakar biomassa seperti

kayu bakar, batu bara atau bakaran bahan-bahan lain dapat menyebabkan

kematian 1,6 juta jiwa pertahun sebagian besar terjadi pada bayi.

c) Memandikan bayi sudah dilakukan sejak turun-temurun berdasarkan

pengalaman orang tua dari missionaris (orangbelanda) yang datang, dalam

memandikan bayiyang diperhatikan adalah alat kelamin, karena kelamin

anak perempuan berbeda dengan kelamin anak laki-laki, informan utama

penelitian juga mengatakan sebelum pusat anak jatuh maka bayi tidak

boleh dimandikan dengan cara mencelupkan ke dalam air hanya dengan

menyeka pada bagian tertentu dilakukan 2 kali sehari sampai dengan pusat

anak jatuh. Pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dilakukan ibu ini

sama dengan prinsip memandikan bayi yang di ungkapkan Depkes RI

(2008).

36
d) Perawatan tali pusat yang dilakukan secara tradisional yaitu hanya

menggunakan arang tempurung bekas bakaran dengan daun-daunan dan di

usap-usap (rau-rau) dengan tangan yangdi hangatkan di panas api di pusat

dan sekitar pusat bayi sampai sudah agak kering setelah itu di ikat dengan

kain kasa 2 kali sehari setelah menyeka bayi. Menurut kepercayaan

mereka perawatan tali pusat yang dilakukan lebih cepat kering dan jatuh.

Menurut Depkes RI (2004) Kebiasaan yang di lakukan oleh ibu sudah

baik, karena ibu tidak menggunakan daun-daun, ramuan atau obat bubuk,

namun ibu harusmemperhatikan kebersihan tangannya karena kematian

bayi banyak disebabkan oleh Tetanus neonatrum akibat perawatan yang

kurang bersih. Kemudian juga untuk perawatan tali pusat sekarang yaitu

perawatan tali pusat terbuka, yaitu dengan tidak membukus tali pusat

dengan apapun.

e) Dalam perawatan bayi masyarakat Yepase memiliki pantangan-pantangan

yang dipercaya jika dilakukan oleh ibu dan ayah (suami) dapat berdampak

pada kesakitan dan kematian bayi. Pantangan-pantangan tersebut seperti:

1) Ibu nifas tidak boleh bekerja berat sebelum pusat bayi terlepas,

karena bias memperlambat keringnya tali pusat

2) Suami tidak boleh memotong pohon atau tanaman di hutan sebelum

tali pusat anak terlepas karena darah bisa keluar dari pusat anak.

3) Anak sakit akibat pelanggaran yang dilakukan oleh orang tua.

4) Suami tidak boleh menanam tanaman jangka panjang anak bisa

terlambat jalan.

37
5) Bayi biar kuat dan tidak menangis harus diberi makan seperti; sagu,

pisang, dan betatas.

6) Batuk pilek pada anak masih dihubungkan dengan alam, seperti

musim buah-buahan akan datang.

Padahal secara logika semua yang berkaitan dengan di atas tidak ada sama

sekali. Hanya saja suku yapase masih erat sekali dengan mitos-mitos jaman

dahulu. Pantangan pada masyarakat kampong Yepase dalam melakukan

perawatan bayi, sama halnya dengan kepercayaan budaya Jawa yang

percaya pada mitos-mitos mengenai ibu pada masa perawatan bayi.

Sedangkan Hasil penelitian menunjukan bayi diberi makan pisang usia

seminggu dicampur nasi agar tidak kelaparan faktanya salah ; pasalnya usus

bayi di usia ini belum punya enzim yang mampu mencerna karbohidrat dan

serat-serat tumbuhan yang begitu tinggi. Akibatnya bayi jadi sembelit,

karena makanan padat pertama adalah di usia 4 bulan yakni bubur sun dan 6

bulan makanan padat ke dua.

BAB III

PENUTUP

38
A. Kesimpulan

Masa bayi umumnya di definisikan sebagai tahun pertama kelahiran anak-

anak kita,yaitu mulai mereka membuka mata di dunia sampai usia 1

tahun.tangisan pertama bayi merupakan pertanda kehidupan baru di dunia

ini.tangisan dan jeritan tersebut merupakan semangat yang tak terhingga

baginya untuk memulai menghirup udara dengan paru-parunya sendiri tanpa

bantuan siapa pun.

Dari bulan ke bulan perkembangan sang buah hati semakin pesat. Dia

akan jadi menakjubkan ketika masuk masa balita, yaitu saat menginjak usia

satu tahun. Dimasa balita ini,sel-sel otak manusia berkembang begitu pesat,

sampai ada istilah golden age atau masa emas.seorang balita diibaratkan seperti

kertas putih.tugas orangtuanyaadalah menuliskan segala hal yang akan

membuat tumbuhkembang si anak menjadi sehat,terarah,dan bahagia.

Masa balita adalah masa lima tahun pertama dalam kehidupan si

anak.segala aspek perkembangan berjalan dengan sangat pesat, mulai dari

perkembangan fisik, sensorik, motorik, perkembanganmental, perkembangan

sosial, bahasa, pengetahuan,dan spiritual mereka. Setiap anak memang unik

dalam pencapaian tumbuh kembangnya dengan baik, dengan cara

memperhatikan, mengasah keterampilan, dan memiliki hubungan yang dekat

dengannya.

B. Saran

39
Kita sebagai tenaga kesehatan harus lebih meningkatkan pengetahuan dan

memahami tentang psikologi tentang bayi dan balita. Hal ini sangat penting

dalam memberikan asuhan kepada klien. Karena masa bayi dan masa balita

adalah periode kehidupan yan sesunguhnya karena pada saat ini banyak pola

perilaku, sikap dan pola ekpresi emosi terbentuk.

40

Anda mungkin juga menyukai