Materi ke-7
1. Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Nilai Agama
dan Moral, Nasionalisme dan seni.
2. Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.
3. Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.
Disusun oleh:
Kelompok 7
Delfia Janessy (193020213024)
Jumiarti Puspitasari (193020213025)
Yeyen Sepia (193030213059)
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Nilai Agama dan Moral,
Nasionalisme dan seni.
B. Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.
C. Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.
BAB II PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA….........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pada usia tersebut merupakan
masa keemasan ( golden age ), artinya pada masa ini anak berada dimasa peka yaitu masa yang sangat
mudah dalam menerima stimulasi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak usia dini.
Aspek perkembangan anak usia dini yang perlu untuk dioptimalkan yaitu meliputi lima aspek
perkembangan. Kelima aspek tersebut ialah aspek kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik motorik, dan
nilai agama dan moral. Dari kelima aspek perkembangan anak usia dini ini, salah satu aspek yang
penting untuk dikembangkan adalah aspek perkembangan bahasa. Aspek perkembangan bahasa sangat
penting dikembangkan bagi anak usia dini, karena melalui berbahasa anak dapat mengungkapkan apa
yang ada didalam pikirannya, dapat mengutarakkan pendapat dan keinginannya, dan anak dapat
bersosialisasi dengan manusia yang ada disekitarnya.
Bermain adalah kegiatan pokok dan penting untuk anak, karena bermain bagi anak mempunyai nilai yang
sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Artinya bermain merupakan sarana untuk mengubah
kekuatan potensial yang ada dalam diri anak menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan dalam kehidupan anak
kelak. Melalui bermain, anak mendapatkan berbagai pengalaman untuk mengenal dunia sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Moral
dan Nilai Agama, Nasionalisme dan seni.
Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.?
Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.?
2. Apa tujuan dari Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Moral dan Nilai
Agama, Nasionalisme dan seni.?
Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.?
Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.?
C. Tujuan
Adalah untuk melatih atau mengasah kemampuan dari beberapa aspek perkembangan yang
dimiliki oleh anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Nilai Agama dan Moral,
Nasionalisme dan seni.
1. Aspek Pengembangan Fisik Bahasa
a. Pengertian
Manusia menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi satu sama lain. Bahasa adalah
bentuk aturan atau sistemlambang yang digunakan dalam berkomunikasi dan beradaptasi
dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran, dan emosi (Yogatama,
2011). Masa anak usia dini merupakan masa keemasan. Pada masa ini otak anak mengalami
perkembangan paling cepat sepanjang hidup. Masa ini berlangsung dari usia usia nol sampai
satu tahun (Fauziddin, 2018). Pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung dalam
otak anak ketika memperoleh bahasa pertama (Chaer, 2007). Senada dengan itu, menurut
Dardjowidjojo (Dardjowidjojo, 2000) pemerolehan bahasa berkaitan dengan penguasaan bahasa
yang dilakukan anak secara natural pada waktu belajar bahasa ibu. Pemerolehan bahasa akan
terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak. Pemerolehan bahasa pertama
sangat berkaitan dengan perkembangan sosial anak dan pembentukan identitas sosial.
Perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan anak untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara sopan. Perkembangan bahasa berlangsung
sangat cepat dan menjadi landasan dalam perkembangan selajutnya pada masa balita. (Safitri,
2017). Perkembangan bahasa pada anak usia dini melalui pemerolehan bahasa merupakan salah
satu tahap penting dalam rangka transmisi bahasa agar terhindar dari kepunahan(Mayasari,
2018).
Perkembangan bahasa pada anak usia dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif anak(Pebriana, 2017). Perkembangan bahasa anak berkembang dari
tingkat sederhana meuju kompleks. Hal ini dipengaruhi oleh semakin tumbuh dan
berkembangnya anak seiring dengan pemahaman yang baik terhadap lingkungan. Menurut
Suhartono(Pebriana, 2017), peranan bahasa bagi anak usia dini adalah sebagai sarana untuk
berpikir, mendengarkan, berbicara, dan mampu untuk membaca dan menulis.
Komunikasi pada anak juga memiliki beberapa tujuan khusus, yaitu meliputi :
1. Bahasa Reseftif
Bahasa reseftif adalah bahasa yang pasif.
Bahasa reseftif memiliki tujuan yaitu: membantu anak dalam mengembangkan
kemampuan mendengarkan pada anak, dapat membantu anak dalam mengidentifikasi
konsep melalui pemahaman kata-kata, dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
merespon pembelajaran langsung, dan dapat membantu abak untuk mengkreasi setiap
komunikasi lainnya.
2. Bahasa Ekspresif
Bahasa ekspresif adalah bahasa yang bisa membantu anak untuk mengekspresikan
keinginan anak dan perasaan anak.
3. Komunikasi non verbal
Dimana komunikasi ini dapat membantu para anak untuk mengekspresikan suatu perasaan
dan emosinya melalui ekspresi wajah sang anak. Selain itu komunikasi non verbal ini
mampu untuk mendorong sang anak menggunakan kontak mata ketika ia sedang
berinteraksi denag orang yang ada disekitarnya.
4. Mengingat dan membedakan
Disini anak mampu meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat, membangun, dan
mengurutkan.
2. Nasionalisme
a. Pengertian
Nasionalisme adalah suatu dasar pembentukan negara, keduanya mempunyai kaitan yang
cukup erat. Secara tidak langsung, terbentuknya suatu negara itu dibarengi dengan semangat
warga yang berjiwa nasionalisme, begitu pula dengan terbentuknya NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) ini. Pengertian Nasionalisme secara umum adalah pengabdian yang tinggi
oleh bangsa terhadap negaranya yang diperlihatkan melalui sikap dan tingkah laku individu atau
masyarakat. Keutuhan dan kekokohan suatu negara, tentu saja dipengaruhi oleh sifat
nasionalisme bangsanya, selain nasionalisme, seorang bangsa juga harus mempunyai sikap
patriotisme. Bahkan menurut beberapa ahli, nasionalisme adalah fenomena budaya, bukan
sebuah gerakan politik.
Adapun Pengertian Nasionalisme dalam arti sempit dan dalam arti luas dijabarkan sebagai
berikut. Nasionalisme dalam arti sempit dapat diartikan sebagai perasaan kebangsaan atau cinta
terhadap bangsanya dengan sangat tinggi dan berlebihan. Nasionalisme dalam arti luas adalah
suatu sikap memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan termasuk harga diri bangsa
sekaligus menghormati bangsa lain. Sifat nasionalisme pada setiap orang akan membina rasa
bersatu antar penduduk negara yang berbeda-beda karena perbedaan baik suku, agama,
maupun ras. Penting sekali untuk membedakan antara nasionalisme dan patriotisme,
Pengertian nasionalisme menurut para ahli
1. Ernest Renan
Nasionalisme adalah suatu keinginan untuk bersatu dan bernegara. Dalam hal ini, nasionalisme
merupakan sebuah keinginan besar untuk dapat mewujudkan persatuan dalam bernegara.
2. Otto Bauar
Nasionalisme adalah sebuah persatuan karakter atau perangai yang timbul karena adanya
perasaan yang senasib.
3. L. Stoddard
Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat, di mana
mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu
bangsa.
4. Hans Kohn
Nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa
dan bernegara sendiri.
5. Smith
Nasionalisme yaitu suatu gerakan ideologis yang digunakan untuk meraih dan memelihara
otonomi, kohesi, dan individualitas.
Tujuan nasionalisme
1. Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta terhadap bangsa, negara, serta tanah air.
2. Membangun sebuah hubungan yang harmonis dan rukun antara masyarakat dan individu
lainnya.
3. Membangun dan mempererat sebuah tali persaudaraan antara sesama warga masyarakat di
sebuah negara.
4. Upaya untuk menghilangkan dan menghapuskan ekstrimisme atau tuntutan yang berlebih
dari warga negara atau masyarakat kepada pemerintah.
5. Usaha untuk menumbuhkan sebuah semangat untuk bisa rela berkorban demi bangsa,
negara, serta tanah air.
6. Untuk menjaga sebuah negara, bangsa serta tanah air dari serangan para musuh yang
mengancam negara, baik itu dari luar negeri maupun dalam negeri.
Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan
gejala perilaku yang terlihat (Mansur, 2005). Perkembangan emosi memainkan peranan yang
penting dalam kehidupan terutama dalam hal penyesuaian pribadi dan sosial anak dengan
lingkungan. Dampak perkembangan emosi adalah sebagai berikut:
1) emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari,
2) emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan,
3) emosi merupakan suatu bentuk komunikasi,
4) emosi mengganggu aktifitas mental, dan
5) reaksi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan (Soemantri, 2004).
4. Kognitif
Perkembangan kognitif pada umumnya sangat berhubungan dengan masa perkembangan
motorik. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan
berfungsi, sehingga dapat berfikir. Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya
Perkembangan Kognitif pada anak-anak Menurut Jean Piaget :
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti
akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’. Menyampaikan cerita atau berita pada
anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga,
melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’, sehingga berkesan ‘pelit’, karena ia tidak bisa melihat
dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang
disekelilingnya.
3. Operasional Kongkrit (usia 7- 11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan
aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang
sistematis. Namun dalam menyampaikan berita harus diperhatikan penggunaan bahasa yang
mampu mereka pahami.
5. Operasional Formal (Usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah
mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu
menggunakan alat peraga. Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan
waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia
pubertas.
Aspek kognitif berhubungan erat dengan akal dan pikiran. Pertumbuhan di area ini sangat luas,
tidak hanya di sekolah tetapi juga dari permainan-permainan yang mengajak si Kecil berpikir.
Pada aspek ini, ia akan belajar:
Memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan praktis, fleksibel, dan diterima
secara sosial. Ia juga bisa menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam suatu kondisi
yang baru ditemui.
Si Kecil bisa berpikir logis, seperti mengenal perbedaan, pola, klasifikasi, sebab akibat,
perencanaan, dan insiatif.
Si Kecil juga bisa mengenal, menyebutkan, serta menggunakan lambang-lambang seperti
angka dan abjad. Si Kecil juga bisa menggambarkan ulang sesuatu yang pernah dilihatnya.
Perkembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral Terhadap Anak Usia Dini Kita ketahui bersama
bahwa pada saat anak usia dini di mana perkembangan dan pertumbuhannya dalam kondisi puncak
keemasan (golden age), pada masa inilah kesempatan paling tepat mengembangkan
kepribadian/karakter anak. Mendidik anak pada masa ini pun tidaklah mudah, ibarat memasuki
hutan belantara, mendidik anak pada masa itu sama dengan “babat alas” artinya, seseorang harus
mulai dari nol dan penuh perjuangan, kesabaran dan ketelatenan agar pendidikan yang ditanamkan
dan dikembangkan pada diri anak dapat berhasil membentuk karakternya.
Faktor-faktor pembentuk munculnya perbedaan moral manusia diantaranya kenyataan hidup,
tantangan yang dihadapi dan harapan yang dicita- citakan komunitas manusia itu sendiri (Hidayat,
2007) Perkembangan moral dan etika pada diri anak usia dini dapat diarahkan pada pengenalan
kehidupan pribadi dalam kaitannya dengan orang lain, mengenal dan menghargai perbedaan di
lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran jenis (role of gender) dan orang lain dan
mengembangkan kesadaran hak dan tanggung jawabnya.
Tujuan pendidikan dan pengembangan moral anak menurut Adler (2007) adalah dalam rangka
pembentukan kepribadian yang harus dimiliki oleh manusia seperti:
(1). dapat beradaptasi pada berbagai situasi dalam relasinya dengan orang lain dan dalam
hubungannya dengan berbagai kultur
(2). selalu dapat memahami sesuatu yang berbeda dan menyadari bahwa dirinya memiliki dasar
pada identitas kulturnya,
(3). mampu menjaga batas yang tidak kaku pada dirinya, bertanggungjawab terhadap bentuk
batasan yang dipilihnya sesaat dan terbuka pada perubahan.
7. Seni
a. Pengertia seni
Seni adalah keahlian membuat karya bermutu seperti tari, lukisan, ukiran. Seni meliputi banyak
kegiatan manusia dalam menciftaksn karya visusl, audio, atau pertunjukan yang mengungkapkan
imajinasi, gagasan, attau keperigelan teknik pembuatannya untuk dihargai keindahannya atau
kekuatan emosinya.
Seni adalah segala sesuatu yang diciftakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan dan
mampu membangkitkaan perasaan dirinya sendiri maupun orang lain. Berdaarkan definisi ini
seni adalah produk keindahan diamana manusia berusaha menciftakan sesuatu yang indah dan
membawa kesenangan.
Seni berasal dari kata “sani” yaitu bahasa sansakerta yang memiliki arti pemujaan dalam
masyarakat umum seni memiliki kaitan yang erat dengan upacara-upacara adatya atau upacara
keagamaan yang biasa disebut dengan kesenian daertah.
Pada Pasal 10 ayat 7 disebutkan bahwa Pembelajaran Seni sebagaimana dimaksud diatas meliputi
kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama,
dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya
seni, gerak dan tari, serta drama.
Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan seperti diuraikan berikut:
a. Perkembangan kognitif Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna,
ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga
dapat belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal dunia
sekitarnya dan menguasai lingkungannya
b. Perkembangan Bahasa Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu
memperkaya perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak. Dalam
melakukan aktivitas permainan, anak dituntut harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka
dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak
lain ketika bermain. Contohnya saat bermain drama anak diminta berimajinasi aktif bercakap-
cakap dengan anak lain tentang hal yang terkait dengan cerita pada drama tersebut.
c. Perkembangan Moral Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima
kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya. Apabila anak
mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu mereka
menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar
harus bertanggungjawab. Melalui permainan, anak akan melakukan hubungan dan komunikasi
dengan anggota kelompok atau teman sebaya lainnya, sehingga ini akan melatih anak belajar
bekerja sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang.
d. Perkembangan Sosial dan Emosional Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar
membina hubungan dengan sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong
menolong dan berlatih sikap sosial lainnya. yang menggunakan alat permainan. Bermain
merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia belajar
untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada beberapa
jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara
terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.
e. Perkembangan Fisik Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh
otot tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
Permainan menitik beratkan anak pada keterampilan dalam mengkoordinasikan gerakan
motorik maupun motorik halus. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas anak yang dilakukan secara
berulang-ulang seperti berlari, memanjat, naik sepeda, lompat dan dapat memperkirakan
tingginya suatu pohon dengan kemampuan untuk memanjat pohon tersebut sehingga hal ini
akan mengembangkan fisik-motorik anak.
f. Perkembangan Kreativitas Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan
kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam
bermain anak mendapatkan kebebasan. Melalui coba-coba dalam bermain, anak-anak akan
menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan.
Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.
c. Bentuk dan Jenis Permainan Anak Usia Dini Berdasarkan cara bermainnya,
Jenis permainan pada anak usia dini dapat dibagi kedalam dua jenis macam permainan, yaitu:
a. Permainan aktif, Bermain aktif dapat diartikan sebagai kegiatan yang banyak melibatkan
aktivitas tubuh, pemain dalam permainan ini membutuhkan energi yang besar Dalam
melakukan permainan aktif biasanya anak akan melibatkan dua jenis motorik, yakni motorik
kasar dan halus. Misalnya: bermain bebas dan spontan yaitu anak dapat melakukan segala hal
yang diinginkannya melalui aktivitas fisik, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut;
bermain drama; bermain musik; mengumpulkan atau mengkoleksi sesuatu; permainan olah
raga; permainan dengan balok; permainan dalam melukis menempel atau menggambar.
b. Permainan pasif Permainan pasif merupakan jenis permainan yang hanya melibatkan sebagian
anggota tubuh anak atau hanya mengandalkan motorik halusnya. Pemain menghabiskan sedikit
energi. Misalnya: bermain dengan gadget atau komputer, menonton adegan lucu, membaca
buku cerita, mendengarkan cerita, menonton televisi dan mengingat nama-nama benda adalah
bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi tingkat kesenangannya hampir seimbang
dengan anak yang menghabiskan sejumlah besar tenaganya di tempat olah raga atau tempat
bermain.
Berkaitan dengan bentuk-bentuk permainan, Kartono (1996) mengemukakan terdapat tiga
bentuk permainan yang dimainkan anak bagi usia dini, yaitu:
a. Permainan gerakan, anak-anak bermain bersama teman-temannya, melakukan kerja sama
dengan beraneka ragam gerak dan olah tubuh.
b. Permainan memberi bentuk, kegiatan memberi bentuk pada fase permulaan berupa kegiatan
destruktif seperti meremas-remas, merusak, mencabik-cabik, mempreteli dan lain-lain. Makin
lama anak dapat memberikan bentuk yang lebih konstruktif pada macam-macam materi yang
disediakan.
c. Permainan ilusi, pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang peranan penting, misalnya
sebuah sapu difantasikan sebagai kuda tunggangan, bermain dokter-dokteran dan lain-lain.
Melalui permainan ini anak menggunakan fantasi mereka untuk mewujudkan kreasinya.
Program pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang secara terus- menerus dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari anak pada program PAUD Melalui program ini diharapkan anak dapat melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang dimaksud adalah
meliputi pembentukan moral-agama, pancasila, perasaan/emosi, hidup bermasyarakat dan disiplin.
Adapun tujuannya adalah untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap dan
perilaku yang didasari oleh nilai-nilai moral-agama dan pancasila. (Hidayat, 2007).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahasa sebagai alat berkomunikasi satu sama lain. Bahasa adalah bentuk aturan atau
sistemlambang yang digunakan dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang
dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran, dan emosi. Nasionalisme adalah suatu dasar
pembentukan negara, keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat. Emosi adalah suatu reaksi
kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan- perubahan secara mendalam,
serta dibarengi perasaan yang kuat, atau disertai keadaan afektif. Perkembangan kognitif adalah
proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya.
Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan atau adat. Dalam
bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih dipakai dalam
arti yang sama. Seni adalah keahlian membuat karya bermutu seperti tari, lukisan, ukiran. Seni
meliputi banyak kegiatan manusia dalam menciftaksn karya visusl, audio, atau pertunjukan yang
mengungkapkan imajinasi, gagasan, attau keperigelan teknik pembuatannya untuk dihargai
keindahannya atau kekuatan emosinya. Kata bermain mungkin terdengar kurang serius, hanya
untuk mengisi waktu luang saja, walaupun tidak dilakukan oleh anak. Padahal bagi anak-anak
kegiatan bermain merupakan kegiatan yang sangat mutlak dibutuhkan.
B. Saran
Terkait dengan materi diatas, kami menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan seperti
berikut ini :
Saran untuk guru, dapat meningkatkan kreativitas anak dengan banyak cara yang dapat dilakukan,
diantaranya melalui kegiatan menempel serbuk gergaji aneka warna.
Saran untuk pengelola PAUD, hendaknya memberikan kesempatan kepada para guru/pendidik PAUD
untuk melaksanakan dan mengembangkan pembelajaran sehingga memotivasi guru membuat atau
mengembangkan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan kreativitas anak.
Menciptakan alat peraga sederhana agar pembelajaran dapat dilakukan dengan luas sehingga
tercipta guru guru yang profesional.
PETA KONSEP
A. Aspek-Aspek
Pengembangan.
1. Aspek Pengembangan
Bahasa
2. Nasionalisme
3. Sosial Emosional
4. Kognitif
Bermain dan Permainan 5. Nilai Agama dan Moral
Anak Usia Dini. 6. Seni
Filtri Heleni. 2017. Perkembangan Emosional Anak Usia Dini Usia 5-6 Tahun Dinjau Dari Ibu Yang
Bekerja. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 1, No 1; 1-6
https://journal.unilak.ac.id/index.php/paud-lectura/article/download/501/368
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup
Elfiadi, 2016, Bermain dan Permainan Bagi Anak Usia Dini. Vol, VII; 1—10
https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/itqan/article/download/115/73
https://osf.io/brekw/download