Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Bermain dan Permainan Anak Usia Dini


Dosen Pengampu: Elisabeth Fransisca S.S.,M.Psi..,Psikolog
NIP: 19820404 200801 2 017

Materi ke-7
1. Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Nilai Agama
dan Moral, Nasionalisme dan seni.
2. Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.
3. Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.

Disusun oleh:
Kelompok 7
Delfia Janessy (193020213024)
Jumiarti Puspitasari (193020213025)
Yeyen Sepia (193030213059)

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGAM STUDI PG PAUD
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karunianya lah
hingga pada saat ini kami dapat menyelasaikan makalah BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA
DINI ini dengan baik serta dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhitugas mata kuliah
BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK USIA DINI.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…........................................................................................i
DAFTAR ISI…....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Nilai Agama dan Moral,
Nasionalisme dan seni.
B. Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.
C. Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.
BAB II PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA….........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pada usia tersebut merupakan
masa keemasan ( golden age ), artinya pada masa ini anak berada dimasa peka yaitu masa yang sangat
mudah dalam menerima stimulasi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak usia dini.
Aspek perkembangan anak usia dini yang perlu untuk dioptimalkan yaitu meliputi lima aspek
perkembangan. Kelima aspek tersebut ialah aspek kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik motorik, dan
nilai agama dan moral. Dari kelima aspek perkembangan anak usia dini ini, salah satu aspek yang
penting untuk dikembangkan adalah aspek perkembangan bahasa. Aspek perkembangan bahasa sangat
penting dikembangkan bagi anak usia dini, karena melalui berbahasa anak dapat mengungkapkan apa
yang ada didalam pikirannya, dapat mengutarakkan pendapat dan keinginannya, dan anak dapat
bersosialisasi dengan manusia yang ada disekitarnya.
Bermain adalah kegiatan pokok dan penting untuk anak, karena bermain bagi anak mempunyai nilai yang
sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Artinya bermain merupakan sarana untuk mengubah
kekuatan potensial yang ada dalam diri anak menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan dalam kehidupan anak
kelak. Melalui bermain, anak mendapatkan berbagai pengalaman untuk mengenal dunia sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Moral
dan Nilai Agama, Nasionalisme dan seni.
Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.?
Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.?
2. Apa tujuan dari Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Moral dan Nilai
Agama, Nasionalisme dan seni.?
Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.?
Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.?
C. Tujuan
Adalah untuk melatih atau mengasah kemampuan dari beberapa aspek perkembangan yang
dimiliki oleh anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Pengembangan Fisik Bahasa, Sosial Emosional, Kognitif, Nilai Agama dan Moral,
Nasionalisme dan seni.
1. Aspek Pengembangan Fisik Bahasa
a. Pengertian
Manusia menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi satu sama lain. Bahasa adalah
bentuk aturan atau sistemlambang yang digunakan dalam berkomunikasi dan beradaptasi
dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran, dan emosi (Yogatama,
2011). Masa anak usia dini merupakan masa keemasan. Pada masa ini otak anak mengalami
perkembangan paling cepat sepanjang hidup. Masa ini berlangsung dari usia usia nol sampai
satu tahun (Fauziddin, 2018). Pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung dalam
otak anak ketika memperoleh bahasa pertama (Chaer, 2007). Senada dengan itu, menurut
Dardjowidjojo (Dardjowidjojo, 2000) pemerolehan bahasa berkaitan dengan penguasaan bahasa
yang dilakukan anak secara natural pada waktu belajar bahasa ibu. Pemerolehan bahasa akan
terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak. Pemerolehan bahasa pertama
sangat berkaitan dengan perkembangan sosial anak dan pembentukan identitas sosial.
Perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan anak untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara sopan. Perkembangan bahasa berlangsung
sangat cepat dan menjadi landasan dalam perkembangan selajutnya pada masa balita. (Safitri,
2017). Perkembangan bahasa pada anak usia dini melalui pemerolehan bahasa merupakan salah
satu tahap penting dalam rangka transmisi bahasa agar terhindar dari kepunahan(Mayasari,
2018).
Perkembangan bahasa pada anak usia dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif anak(Pebriana, 2017). Perkembangan bahasa anak berkembang dari
tingkat sederhana meuju kompleks. Hal ini dipengaruhi oleh semakin tumbuh dan
berkembangnya anak seiring dengan pemahaman yang baik terhadap lingkungan. Menurut
Suhartono(Pebriana, 2017), peranan bahasa bagi anak usia dini adalah sebagai sarana untuk
berpikir, mendengarkan, berbicara, dan mampu untuk membaca dan menulis.

Tahap Perkembangan Bahasa aud


a. Tahap awal membaca (usia 0-3 tahun)
1. Pada tahap awal membaca, anak usia dini usia 0-3 tahun senang bereksplorasi dengan buku,
majalah, katalog, dan lain-lain.
2. Anak melakukan eksplorasi dengan menyentuh langsung, melihat, merasakan, mencium
baunya, dan mendengarkan kata-kata yang dibacakan dengan suara agak keras.
3. Anak senang mendengarkan cerita dengan banyak kalimat pengulangan, suara-suara ekspresif
yang dramatis. Selain itu anak juga senang dengan buku-buku yang memuat gambar foto objek
yang sesuai dengan dunia anak (hewan, tumbuhan).
4. Anak mulai belajar memegang pensil dan krayon untuk mencoret-coret.
5. Anak di usia ini sedang belajar bahwa tulisan membawa sebuah pesan-suatu cara untuk
berkomunikasi-karena anak sering melihat orang-orang di sekitarnya menulis.
6. Pada tahap ini coretan lambat laun berubah dari gerakan lingkaran besar menjadi gambaran
dan tulisan seperti coretan.
7. Tulisan seperti coretan bisa terlihat seperti awal dari garis bergelombang, sedangkan
gambarnya bebas mengalir dan melingkar. Tulisan biasanya ditautkan seperti tulisan tangan dan
perbedaan antara simbol untuk menggambar dan menulis mulai dibuat. Tulisan dapat berarti
sesuatu yang sangat berbeda setiap kali dibaca.
b. Tahap awal muncul keaksaraan (usia 3-5 tahun)
1. Pada tahap ini anak senang dibacakan buku cerita yang disukainya, bahkan seringkali minta
dibacakan berulang-ulang. Anak bahkan ikut aktif mendengarkan orang dewasa yang
membacakan buku cerita kesukaannya.
2. Anak juga senang mengingat syair puisi atau lagu yang memiliki bunyi yang sama, seperti tok-
tok-tok suara sepatu, sepatuku kulit lembu, kudapat dari ibu karena rajin membantu.
3. Anak juga membuka-buka halaman buku dan bermain membaca dengan suara keras untuk
diri anak sendiri.
4. Di tahap ini beberapa anak sudah mulai memperhatikan kata-kata dan mulai membaca
tulisan cetak di buku cerita yang dibaca.
5. Tulisan anak-anak seperti kombinasi dari menggambar dan menulis, kadang kadang meniru
buku bergambar sehingga ada tulisan cetakan pada halaman dengan gambar coretan besar.
6. Anak di tahap ini mulai menulis huruf-huruf dan angka, mulai sadar bahwa ada simbol-simbol
untuk mengomunikasikan makna.
7. Anak mulai menirukan tulisan kata-kata dari namanya sendiri atau huruf awal namanya. Anak
menemukan huruf-huruf yang terlihat hampir sama bentuknya ketika bereksplorasi dengan
simbol-simbol, mencari tahu fitur huruf-huruf dan angka yang berbeda. Contoh: 3, B, E, 8 dan F.
c. Tahap keaksaraan awal (usia 6 tahun)
1. Pada tahap ini anak belajar konsep tentang sebuah kata. Anak mulai membaca kata-kata
dengan suara keras, menyadari bahwa setiap kata yang tertulis memiliki kata yang diucapkan.
2. Membaca kata demi kata ini dikenal sebagai penunjuk suara atau penunjuk kata. Ketika kata
itu dianggap anak tidak masuk akal, anak akan membaca ulang dan mengoreksi sendiri.
3. Di tahapan ini anak dapat menceritakan kembali peristiwa yang terjadi secara sederhana.
4. Pemahaman anak yang meningkat terhadap kata juga ditunjukkan dalam tulisan anak, yaitu
ada spasi di antara kata dengan kata yang lain. Anak mulai mengerti arti sebuah kalimat dan
mulai memperhatikan tanda- tanda baca, seperti koma, tanda tanya, dan tanda titik untuk
berhenti.
5. Anak mendengarkan kata-kata yang diucapkan orang dan merekam suara awal dan akhir
dengan huruf terkait.
6. Kata-kata yang dituliskan anak meliputi beberapa huruf vokal berdasarkan suara yang anak
dengar dan huruf yang paling sesuai. Kadang-kadang nama huruf digunakan untuk sebuah suara,
seperti: "bcack untuk becak, pnsil untuk pensil, duwa untuk dua"
7. Anak mulai mengenal ejaan karena anak cocok dengan suara yang mereka dengar dengan
nama atau suara huruf yang terkait.

Tujuan Pengembangan Bahasa Bagi Anak Usia Dini


Pengembangan bahasa bagi anak usia dini memiliki suatu tujuan, yaitu agar anak mampu
berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan anak yang dimaksud adalah
lingkungan yang terdapat pada sekitar anak yang meliputi, orang tua, teman, sebaya, dan orang
dewasa yang ada disekitar anak. Kemampuan bahasa anak usia dini diperoleh dan dipelajari
anak secara alami untuk dapat memyesuaikan diri sang anak dengan lingkungannya. Sehingga
anak mampu bersosialisai, berinteraksi, dan merespon orang lain yang ada disekitar sang anak.
Fungsi Bahasa Bagi Anak
Bahasa memiliki fungsi bagi anak, yaitu sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan
intelektual dan kemampuan dasar pada anak usia dini. Secara khusus Gardner mengemukakan
bahwa fungsi bagi anak usia dini adalah untuk menembangkan suatu ekspresi dan perasaan
anak usia dini. Imajinasi dan pikiran juga termasuk kedalam sebuah bahasa anak usia dini.
DEPDIKNAS (2000) menjelaskan beberapa fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi
anak usia dini yaitu,:
1.      Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang yang ada disekitarnya
2.      Sebagai alat yang dapat mengembangkan kemampuan intelektual pada anak
3.      Sebagai alat yang dapat mengembangkan ekspresi pada anak
4.      Sebagai alat yang dapat menyatakan suatu perasaan dan pikiran anak kepada orang lain
yang ada disekitarnya.

Komunikasi pada anak juga memiliki beberapa tujuan khusus, yaitu meliputi :
1.      Bahasa Reseftif
Bahasa reseftif adalah bahasa yang pasif.
Bahasa reseftif memiliki tujuan yaitu: membantu anak dalam mengembangkan
kemampuan mendengarkan pada anak, dapat membantu anak dalam mengidentifikasi
konsep melalui pemahaman kata-kata, dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
merespon pembelajaran langsung, dan dapat membantu abak untuk mengkreasi setiap
komunikasi lainnya.
2.      Bahasa Ekspresif
Bahasa ekspresif adalah bahasa yang bisa membantu anak untuk mengekspresikan
keinginan anak dan perasaan anak.
3.      Komunikasi non verbal
Dimana komunikasi ini dapat membantu para anak untuk mengekspresikan suatu perasaan
dan emosinya melalui ekspresi wajah sang anak. Selain itu komunikasi non verbal ini
mampu untuk mendorong sang anak menggunakan kontak mata ketika ia sedang
berinteraksi denag orang yang ada disekitarnya.
4.      Mengingat dan membedakan
Disini anak mampu meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat, membangun, dan
mengurutkan.
2. Nasionalisme
a. Pengertian
Nasionalisme adalah suatu dasar pembentukan negara, keduanya mempunyai kaitan yang
cukup erat. Secara tidak langsung, terbentuknya suatu negara itu dibarengi dengan semangat
warga yang berjiwa nasionalisme, begitu pula dengan terbentuknya NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) ini. Pengertian Nasionalisme secara umum adalah pengabdian yang tinggi
oleh bangsa terhadap negaranya yang diperlihatkan melalui sikap dan tingkah laku individu atau
masyarakat. Keutuhan dan kekokohan suatu negara, tentu saja dipengaruhi oleh sifat
nasionalisme bangsanya, selain nasionalisme, seorang bangsa juga harus mempunyai sikap
patriotisme. Bahkan menurut beberapa ahli, nasionalisme adalah fenomena budaya, bukan
sebuah gerakan politik.
Adapun Pengertian Nasionalisme dalam arti sempit dan dalam arti luas dijabarkan sebagai
berikut. Nasionalisme dalam arti sempit dapat diartikan sebagai perasaan kebangsaan atau cinta
terhadap bangsanya dengan sangat tinggi dan berlebihan. Nasionalisme dalam arti luas adalah
suatu sikap memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan termasuk harga diri bangsa
sekaligus menghormati bangsa lain. Sifat nasionalisme pada setiap orang akan membina rasa
bersatu antar penduduk negara yang berbeda-beda karena perbedaan baik suku, agama,
maupun ras. Penting sekali untuk membedakan antara nasionalisme dan patriotisme,
Pengertian nasionalisme menurut para ahli
1. Ernest Renan
Nasionalisme adalah suatu keinginan untuk bersatu dan bernegara. Dalam hal ini, nasionalisme
merupakan sebuah keinginan besar untuk dapat mewujudkan persatuan dalam bernegara.
2. Otto Bauar
Nasionalisme adalah sebuah persatuan karakter atau perangai yang timbul karena adanya
perasaan yang senasib.
3. L. Stoddard
Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat, di mana
mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu
bangsa.
4. Hans Kohn
Nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa
dan bernegara sendiri.
5. Smith
Nasionalisme yaitu suatu gerakan ideologis yang digunakan untuk meraih dan memelihara
otonomi, kohesi, dan individualitas.

Tujuan nasionalisme
1. Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta terhadap bangsa, negara, serta tanah air.
2. Membangun sebuah hubungan yang harmonis dan rukun antara masyarakat dan individu
lainnya.
3. Membangun dan mempererat sebuah tali persaudaraan antara sesama warga masyarakat di
sebuah negara.
4. Upaya untuk menghilangkan dan menghapuskan ekstrimisme atau tuntutan yang berlebih
dari warga negara atau masyarakat kepada pemerintah.
5. Usaha untuk menumbuhkan sebuah semangat untuk bisa rela berkorban demi bangsa,
negara, serta tanah air.
6. Untuk menjaga sebuah negara, bangsa serta tanah air dari serangan para musuh yang
mengancam negara, baik itu dari luar negeri maupun dalam negeri.

CARA MENANAMKAN NASIONALISME PADA ANAK USIA DINI


 Menggunakan Bahasa Indonesia ketika Berbicara dengan Ana
Kebanyakan orang tua lebih bangga jika anaknya pandai berbahasa asing. Padahal, kebanggaan
itu tidak sepenuhnya baik untuk perkembangan jiwa nasionalisme anak. Sebaiknya, biasakan
anak untuk memakai Bahasa Indoenesia saat berkomunikasi dengan Anda atau teman-
temannya. Tujuannya supaya timbul rasa bangga dan cinta terhadap bahasa nasional negara ini.
Soal bahasa asing, Anda tidak perlu khawatir, karena anak akan memperolehnya di sekolah.
 Mengajarkan Lagu-Lagu Nasional
Agaknya, anak-anak kekinian mulai meninggalkan lagu nasional. Banyak anak yang lebih hafal
lagu modern ketimbang lirik lagu “Indonesia Raya”. Kondisi ini sangat memprihatinkan.
Nasionalisme pada generasi penerus pun terancam. Untuk mencegah hal tersebut, Anda mesti
mengajarkan lirik lagu-lagu nasional sejak usia anak di bawah 5 tahun. Pasalnya, dalam rentang
umur tersebut, si anak cepat menangkap sesuatu yang didengar dan dilihatnya. Karena itu, Anda
bisa menanamkan nasionalisme pada anak dengan mudah.
 Menceritakan Sejarah Indonesia
Dewasa ini, anak-anak kesulitan memahami sejarah Indonesia. Tebalnya halaman buku
membuat anak enggan membacanya. Solusinya, Anda yang mesti menceritakan pada anak.
Mulailah bercerita dari kondisi Indonesia ketika dijajah bangsa asing. Kemudian, Anda bisa
melanjutkannya dengan mengenalkan para pahlawan Indonesia. Sampaikan kisah dengan cara
yang unik sehingga anak terpikat pada ceritanya. Kelak, ketertarikan anak berubah menjadi
kecintaan terhadap negaranya.
 Mengajak Anak ke Tempat Wisata Sejarah
Indonesia memiliki banyak lokasi bersejarah. Kini, lokasi tersebut dijadikan objek wisata, seperti
museum dan monumen. Cobalah mengajak anak ke sana sambil mengenalkannya pada benda-
benda atau replika peristiwa yang ada di dalamnya.
Biasanya, di museum atau monumen terdapat tiruan identitas negara Indonesia, yaitu Sang Saka
Merah Putih dan Garuda Pancasila. Sambil mengamatinya, Anda bisa menjelaskan makna dan
fungsinya kepada anak. Jika pemaparan Anda diterima oleh anak, tentu dia akan mengingatnya
sampai kapan pun.
 Mengenalkan Beragam Budaya Tradisional di Indonesia
Anak-anak cenderung menyukai buku cerita bergambar ketimbang hanya tulisan. Saat ini, tidak
sedikit buku cerita bergambar yang memaparkan keragaman budaya di Indonesia. Biasanya
berisi gambar rumah adat, pakaian tradisional, alat musik, agama di Indonesia, hingga kesenian
dari berbagai daerah. Menanamkan nasionalisme pada anak melalui buku tersebut, merupakan
cara yang tepat. Jika anak terbiasa membacanya, lambat laun dia pun menyukainya. Dari suka
akan berlanjut menjadi rasa cinta dan bangga terhadap budaya bangsanya.
 Membiasakan Anak untuk Menghafal Pancasila dan Memasang Bendera
Tidak perlu malu, jika harus melaksanakan upacara bendera di rumah setiap hari senin. Justru,
kebiasaan ini memicu semangat si kecil untuk menyiapkan segala keperluannya. Anda bisa
meminta anak untuk bertugas mengibarkan bendera merah putih atau membacakan teks
Pancasila. Perlu diketahui, saat ini banyak anak yang tidak hafal Pancasila. Oleh karena itu, Anda
wajib mengajarkannya pada anak ketika memasuki umur 2 tahun. Kemudian, berikan
pemahaman tentang makna dan perannya. Dengan menghafal dan mengerti arti Pancasila, jiwa
nasionalismenya akan terbentuk.
3. Sosial Emosional
Emosi adalah suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-
perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat, atau disertai keadaan afektif.
Sarlito (2005) berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas
(mendalam).
Ciri-ciri Emosi
Menurut Hurlock (Rosmala, 2005) ciri khas penampilan emosi pada anak adalah sebagai berikut:
a).Emosi anak bersifat sementara dan lekas berubah. Misalnya anak marah mudah beralih ke
senyum, tertawa ke menangis atau dari cemburu kerasa sayang.
b). Reaksi yang kuat terhadap situasi yang menimbulkan rasa senang atau tidak senang sangat kuat.
c). Emosi itu sering timbul dan nampak pada tingkah lakunya. Misalnya menangis, gelisah, gugup
dan sebagiannya
d). Reaksi emosional bersifat individual.
e). Emosi berubah kekuatannya. Pada usia tertentu emosi yang sangat kuat berkurang kekuatnnya.

Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan
gejala perilaku yang terlihat (Mansur, 2005). Perkembangan emosi memainkan peranan yang
penting dalam kehidupan terutama dalam hal penyesuaian pribadi dan sosial anak dengan
lingkungan. Dampak perkembangan emosi adalah sebagai berikut:
1) emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari,
2) emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan,
3) emosi merupakan suatu bentuk komunikasi,
4) emosi mengganggu aktifitas mental, dan
5) reaksi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan (Soemantri, 2004).

4. Kognitif
Perkembangan kognitif pada umumnya sangat berhubungan dengan masa perkembangan
motorik. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan
berfungsi, sehingga dapat berfikir. Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya
Perkembangan Kognitif pada anak-anak Menurut Jean Piaget :
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti
akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’. Menyampaikan cerita atau berita pada
anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga,
melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’, sehingga berkesan ‘pelit’, karena ia tidak bisa melihat
dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang
disekelilingnya.
3. Operasional Kongkrit (usia 7- 11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan
aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang
sistematis. Namun dalam menyampaikan berita harus diperhatikan penggunaan bahasa yang
mampu mereka pahami.
5. Operasional Formal (Usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah
mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu
menggunakan alat peraga. Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan
waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia
pubertas.

Aspek kognitif berhubungan erat dengan akal dan pikiran. Pertumbuhan di area ini sangat luas,
tidak hanya di sekolah tetapi juga dari permainan-permainan yang mengajak si Kecil berpikir.
Pada aspek ini, ia akan belajar:
 Memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan praktis, fleksibel, dan diterima
secara sosial. Ia juga bisa menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam suatu kondisi
yang baru ditemui.
 Si Kecil bisa berpikir logis, seperti mengenal perbedaan, pola, klasifikasi, sebab akibat,
perencanaan, dan insiatif.
 Si Kecil juga bisa mengenal, menyebutkan, serta menggunakan lambang-lambang seperti
angka dan abjad. Si Kecil juga bisa menggambarkan ulang sesuatu yang pernah dilihatnya.

6. Nilai Moral Dan Agama


a. Pengertian Nilai Moral Dan Agama
Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan atau adat.
Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih dipakai
dalam arti yang sama. Moral dapat dimaknai sebagai nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Istilah moral
dalam tulisan ini diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai dan prinsip moral kesadaran orang untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan prinsip yang dianggap baku dan dianggap benar.
Nilai-nilai moral ini seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang tua, kepada orang lain, larangan
mencuri, berbohong. Seseorang yang dikatakan tidak bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut
sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi kelompok sosialnya (Susanto, 2011).
Menurut Hurlock, (1993) arti dari perilaku moral adalah yang sesuai dengan kode moral
kelompok sosial. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep- konsep moral-peraturan perilaku yang
diharapkan oleh seluruh anggota kelompok. Sedangkan perilaku tak bermoral adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan harapan sosial. Perilaku demikian tidak disebabkan ketidak acuhan akan
harapan sosial melainkan ketidak setujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan
wajib menyesuaikan diri.
Sedangkan Baron (2007), mengatakan moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan
tindakan yang membicarakan salah atau benar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata
moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia Suseno (2011).

Perkembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral Terhadap Anak Usia Dini Kita ketahui bersama
bahwa pada saat anak usia dini di mana perkembangan dan pertumbuhannya dalam kondisi puncak
keemasan (golden age), pada masa inilah kesempatan paling tepat mengembangkan
kepribadian/karakter anak. Mendidik anak pada masa ini pun tidaklah mudah, ibarat memasuki
hutan belantara, mendidik anak pada masa itu sama dengan “babat alas” artinya, seseorang harus
mulai dari nol dan penuh perjuangan, kesabaran dan ketelatenan agar pendidikan yang ditanamkan
dan dikembangkan pada diri anak dapat berhasil membentuk karakternya.
Faktor-faktor pembentuk munculnya perbedaan moral manusia diantaranya kenyataan hidup,
tantangan yang dihadapi dan harapan yang dicita- citakan komunitas manusia itu sendiri (Hidayat,
2007) Perkembangan moral dan etika pada diri anak usia dini dapat diarahkan pada pengenalan
kehidupan pribadi dalam kaitannya dengan orang lain, mengenal dan menghargai perbedaan di
lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran jenis (role of gender) dan orang lain dan
mengembangkan kesadaran hak dan tanggung jawabnya.
Tujuan pendidikan dan pengembangan moral anak menurut Adler (2007) adalah dalam rangka
pembentukan kepribadian yang harus dimiliki oleh manusia seperti:
(1). dapat beradaptasi pada berbagai situasi dalam relasinya dengan orang lain dan dalam
hubungannya dengan berbagai kultur
(2). selalu dapat memahami sesuatu yang berbeda dan menyadari bahwa dirinya memiliki dasar
pada identitas kulturnya,
(3). mampu menjaga batas yang tidak kaku pada dirinya, bertanggungjawab terhadap bentuk
batasan yang dipilihnya sesaat dan terbuka pada perubahan.
7. Seni
a. Pengertia seni
Seni adalah keahlian membuat karya bermutu seperti tari, lukisan, ukiran. Seni meliputi banyak
kegiatan manusia dalam menciftaksn karya visusl, audio, atau pertunjukan yang mengungkapkan
imajinasi, gagasan, attau keperigelan teknik pembuatannya untuk dihargai keindahannya atau
kekuatan emosinya.
Seni adalah segala sesuatu yang diciftakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan dan
mampu membangkitkaan perasaan dirinya sendiri maupun orang lain. Berdaarkan definisi ini
seni adalah produk keindahan diamana manusia berusaha menciftakan sesuatu yang indah dan
membawa kesenangan.
Seni berasal dari kata “sani” yaitu bahasa sansakerta yang memiliki arti pemujaan dalam
masyarakat umum seni memiliki kaitan yang erat dengan upacara-upacara adatya atau upacara
keagamaan yang biasa disebut dengan kesenian daertah.
Pada Pasal 10 ayat 7 disebutkan bahwa Pembelajaran Seni sebagaimana dimaksud diatas meliputi
kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama,
dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya
seni, gerak dan tari, serta drama.

Perkembangan Seni Anak Usia 3-4 tahun :


a. Anak mampu membedakan antara bunyi dan suara
1. Mengenali berbagai macam suara dari kendaraan
2. Meminta untuk diperdengarkan lagu favorit secara berulang
b. Tertarik dengan kegiatan musik, gerakan orang, hewan maupun tumbuhan
1. Mendengarkan atau menyanyikan lagu
2. Menggerakkan tubuh sesuai irama
3. Bertepuk tangan sesuai irama musik
4. Meniru aktivitas orang baik secara langsung maupun melalui media. (misal, cara minum/cara
bicara/perilaku seperti ibu)
5. Bertepuk tangan dengan pola yang berirama (misalnya bertepuk tangan sambil mengikuti
irama nyanyian)
c. Tertarik dengan kegiatan atau karya seni
1. Menggambar dengan menggunakan beragam media (cat air, spidol, alat menggambar) dan
cara (seperti finger painting, cat air, dll)
2. Membentuk sesuatu dengan plastisin
3. Mengamati dan membedakan benda di sekitarnya yang di luar rumah
Perkembangan Seni Anak Usia 4-5 tahun :
a. Anak mampu menikmati berbagai alunan lagu atau suara
1. Senang mendengarkan berbagai macam musik atau lagu kesukaannya
2. Memainkan alat musik/instrumen/benda yang dapat membentuk irama yang teratur
b. Tertarik dengan kegiatan seni
1. Memilih jenis lagu yang disukai
2. Bernyanyi sendiri
3. Menggunakan imajinasi untuk mencerminkan perasaan dalam sebuah peran
4. Membedakan peran fantasi dan kenyataan
5. Menggunakan dialog, perilaku, dan berbagai materi dalam menceritakan suatu cerita
6. Mengekspresikan  gerakan dengan irama yang bervariasi
7. Menggambar objek di sekitarnya
8. Membentuk berdasarkan objek yang dilihatnya (mis. dengan plastisin, tanah liat)
9. Mendeskripsikan sesuatu (seperti binatang) dengan ekspresif yang berirama (contoh, anak
menceritakan gajah dengan gerak dan mimik tertentu)
10. Mengkombinasikan berbagai warna ketika menggambar atau mewarnai
Perkembangan Seni Anak Usia 5-6 tahun :
a. Anak mampu menikmati berbagai alunan lagu atau suara
1. Anak bersenandung atau bernyanyi sambil mengerjakan sesuatu
2. Memainkan alat musik/instrumen/benda bersama teman
b. Tertarik dengan kegiatan seni
1. Menyanyikan lagu dengan sikap yang benar
2. Menggunakan berbagai macam alat musik tradisional maupun alat musik lain untuk
menirukan suatu irama atau lagu tertentu
3. Bermain drama sederhana
4. Menggambar berbagai macam bentuk yang beragam
5. Melukis dengan berbagai cara dan objek
6. Membuat karya seperti bentuk sesungguhnya dengan berbagai bahan (kertas, plastisin, balok,
dll).
Pada usia 0-6 tahun perkembangan seni akan membantu peningkatan karakteristik anak. Terutama
pada aspek perkembangan anak usia dini di bidang seni dan kreativitas. Aspek ini juga akan
membantu perkembangan intelegensi visual spasial yang berkaitan dengan kemampuan
pemahaman akan detail di sekitar. Di sinilah peran orang tua dibutuhkan

B. Jenis dan Aktivitas Permainan Sesuai Aspek Pengembangan.


a. Pengertian
Kata bermain mungkin terdengar kurang serius, hanya untuk mengisi waktu luang saja, walaupun
tidak dilakukan oleh anak. Padahal bagi anak-anak kegiatan bermain merupakan kegiatan yang
sangat mutlak dibutuhkan, sebab dunia anak adalah dunia bermain, bagaimana mereka memahami
dunianya adalah melalui bermain. Menurut pendapat Sudono (2003), bermain adalah pekerjaan
masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak dan bermain merupakan kegiatan yang
memberikan kepuasan bagi anak itu sendiri. Melalui bermain anak memperoleh pembatasan dan
memahami kehidupan. Para ahli psikologi anak menekankan pentingnya bermain bagi anak. Bagi
anak-anak, bermain merupakan kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain anak
mendapat kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungan Bermain
dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Menurut
Hurlock (1993), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain juga dapat dikatakan sebagai
aktivitas yang menggembirakan, menyenangkan dan menimbulkan kenikmatan. Bermain merupakan
kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak, dengan kegiatan tersebut anak
mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan. Bennett mengemukakan bahwa permainan
mempunyaifungsi pendidikan dan perkembangan karena memampukan anak untuk mengendalikan
perilaku mereka dan menerima keterbatasan di dunia nyata serta melanjutkan perkembangan ego
dan pemahaman atas realitas.
b. Fungsi dan Manfaat Bermain Bagi Perkembangan Anak Usia Dini
Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan “kenikmatan”, dan kenikmatan itu menjadi
rangsangan bagi perilaku lainnya. Bermain berfungsi juga sebagai pemicu kreativitas, anak yang
banyak bermain akan meningkatkan kreativitasnya. Dengan bermain anak akan melakukan
segalanya, mencoba, mengeksplorasi sehingga pada akhirnya akan muncul ide-ide kreatifnya untuk
bermain. Pada hakikatnya melalui aktivitas bermain dapat merangsang dan mengembangkan
seluruh perkembangannya baik fisik maupun psikis.

Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan seperti diuraikan berikut:
a. Perkembangan kognitif Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk, warna,
ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. Anak juga
dapat belajar untuk memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal dunia
sekitarnya dan menguasai lingkungannya
b. Perkembangan Bahasa Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu
memperkaya perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan berkomunikasi anak. Dalam
melakukan aktivitas permainan, anak dituntut harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka
dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak
lain ketika bermain. Contohnya saat bermain drama anak diminta berimajinasi aktif bercakap-
cakap dengan anak lain tentang hal yang terkait dengan cerita pada drama tersebut.
c. Perkembangan Moral Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima
kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan sebagainya. Apabila anak
mengalami kegagalan saat melakukan suatu permainan, hal itu akan membantu mereka
menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-benar
harus bertanggungjawab. Melalui permainan, anak akan melakukan hubungan dan komunikasi
dengan anggota kelompok atau teman sebaya lainnya, sehingga ini akan melatih anak belajar
bekerja sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang.
d. Perkembangan Sosial dan Emosional Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar
membina hubungan dengan sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi, menerima, tolong
menolong dan berlatih sikap sosial lainnya. yang menggunakan alat permainan. Bermain
merupakan ajang yang baik bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia belajar
untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk relaksasi. Pada beberapa
jenis kegiatan bermain yang dapat menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara
terapi bagi anak yang mengalami gangguan emosi.
e. Perkembangan Fisik Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh
otot tubuhnya, sehingga anak memiliki kecakapan motorik dan kepekaan penginderaan.
Permainan menitik beratkan anak pada keterampilan dalam mengkoordinasikan gerakan
motorik maupun motorik halus. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas anak yang dilakukan secara
berulang-ulang seperti berlari, memanjat, naik sepeda, lompat dan dapat memperkirakan
tingginya suatu pohon dengan kemampuan untuk memanjat pohon tersebut sehingga hal ini
akan mengembangkan fisik-motorik anak.
f. Perkembangan Kreativitas Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan
kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai ideanya tanpa merasa takut karena dalam
bermain anak mendapatkan kebebasan. Melalui coba-coba dalam bermain, anak-anak akan
menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan.
Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.

c. Bentuk dan Jenis Permainan Anak Usia Dini Berdasarkan cara bermainnya,
Jenis permainan pada anak usia dini dapat dibagi kedalam dua jenis macam permainan, yaitu:
a. Permainan aktif, Bermain aktif dapat diartikan sebagai kegiatan yang banyak melibatkan
aktivitas tubuh, pemain dalam permainan ini membutuhkan energi yang besar Dalam
melakukan permainan aktif biasanya anak akan melibatkan dua jenis motorik, yakni motorik
kasar dan halus. Misalnya: bermain bebas dan spontan yaitu anak dapat melakukan segala hal
yang diinginkannya melalui aktivitas fisik, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut;
bermain drama; bermain musik; mengumpulkan atau mengkoleksi sesuatu; permainan olah
raga; permainan dengan balok; permainan dalam melukis menempel atau menggambar.
b. Permainan pasif Permainan pasif merupakan jenis permainan yang hanya melibatkan sebagian
anggota tubuh anak atau hanya mengandalkan motorik halusnya. Pemain menghabiskan sedikit
energi. Misalnya: bermain dengan gadget atau komputer, menonton adegan lucu, membaca
buku cerita, mendengarkan cerita, menonton televisi dan mengingat nama-nama benda adalah
bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi tingkat kesenangannya hampir seimbang
dengan anak yang menghabiskan sejumlah besar tenaganya di tempat olah raga atau tempat
bermain.
Berkaitan dengan bentuk-bentuk permainan, Kartono (1996) mengemukakan terdapat tiga
bentuk permainan yang dimainkan anak bagi usia dini, yaitu:
a. Permainan gerakan, anak-anak bermain bersama teman-temannya, melakukan kerja sama
dengan beraneka ragam gerak dan olah tubuh.
b. Permainan memberi bentuk, kegiatan memberi bentuk pada fase permulaan berupa kegiatan
destruktif seperti meremas-remas, merusak, mencabik-cabik, mempreteli dan lain-lain. Makin
lama anak dapat memberikan bentuk yang lebih konstruktif pada macam-macam materi yang
disediakan.
c. Permainan ilusi, pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang peranan penting, misalnya
sebuah sapu difantasikan sebagai kuda tunggangan, bermain dokter-dokteran dan lain-lain.
Melalui permainan ini anak menggunakan fantasi mereka untuk mewujudkan kreasinya.

C. Program Permainan Sesuai Dengan Aspek Pengembangan.


1. Aspek Perkembangan Bahasa
a. Bermain Drama
Bermain drama dengan menggunakan pakaian, aksesoris, nyanyian, tarian yang dapat
mendramakan suatu cerita sehingga disukai anak. Bermain seperti ini, melibatkan anak dalam
mengalami pelibatan bahasa dan membantu mereka mengerti perlunya membaca untuk
memahami sesuatu.
b. Bermain Balok
Misal membentuk bangunan, menara, jembatan atau struktur alam seperti pohon, batu dan
gunung. Ini untuk belajar kosakata tentang struktur. Bermain mengembangkan bahasa ketika
anak-anak berbicara dengan teman mainnya, membandingkan, menjelaskan dan memberi nama
pada struktur-struktur yang telah diciptakan oleh mereka.
2. Nasionalisme
a. Permainan tradisional, seperti bermain logo, kelereng, terompah panjang, dan lain sebaganya.
3. Sosial Emosional
a. Bermain Perosotan
Pada saat bermain perosotan emosional anak akan berkembang dengan sendirinya. Perhatikan
tingkah laku anak ketika bermain perosotan. Apakah dia menangis, marah, atau tertawa ? Saat
itulah yang perlu kita perhatikan. Apabila anak menangis ketika jatuh tinggal bagaimana kita
mengarahkan anak, bagaimana bersikap ketika jatuh. Itulah peranan bermain perosotan bagi
perkembangan emosional anak, maka dengan demikian, ternyata bermain perosotan juga
memiliki manfaat yang sangat baik bagi pertumbuhan anak. Gunakan perosotan yang aman yang
dapat kita pantau dan juga menggunakan alat mainan yang kokoh dan aman. Demikianlah
beberapa contoh mainan yang dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini.
4. Kognitif
b. Bermain puzzle
Puzzle di percaya bisa melatih problem solving atau pemecahan masalah karena anak dilatih
untuk bisa merangkai puzzle, mencocokkan bentuk konsentrasi. Puzzle juga bisa melatih logika
dan motoric halus anak pilihlah puzzle yang bertema tumbuhan, hewan, angka, huruf ataupun
warna agar bisa sekaligus memberikan wawasan pada anak.
c. Bermain bentuk
Permainan ini bisa melatih agar anak bisa menyebutkan nama nama bentuk seperti lingkaran,
persegi, segi empat, segi tiga, dsb.
5. Nilai agam dan Moral
a. Bermain peran
Bermain peran yaitu menciptakan suatu situasi dimana individu berada melakukan suatu peran
(yang biasanya bukan peran dirinya) di suatu tempat yang tidak lazim terjadi. Manfaat dari
bermain peran adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilakunya dari selama ini
yang dilakukan.
6. Seni
a. Bermain musik dan kursi
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menyunsun kursi sesuai jumlah orang/ anak yang ikut
bermain. Bunyikanlah musik dengan alat alat atau menggunakan alat pemutar musik, hentikan
suara atau musik, yang kemudian anak-anak harus duduk di kursi yang di sediakan, sediakan kursi
dengan jumlah anak.
b. Menggambar, melukis dengan alat, melukis dengan jari.
Alat dan bahan dapat disediakan guru/orang tua adalah :
1. Kuas, sponge, bulu ayam, cotton bud, daun/ranting pohon, benang pelepah pisang, batu-
batuan, kuliat kerang dll.
2. Krayon, cat air, pewarna makanan, spidol, arang dll.
3. Kertas, kardus bekas, daun pisang, daun-daun kering, kain bekas, papan atau triplek bekas

Program pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang secara terus- menerus dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari anak pada program PAUD Melalui program ini diharapkan anak dapat melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang dimaksud adalah
meliputi pembentukan moral-agama, pancasila, perasaan/emosi, hidup bermasyarakat dan disiplin.
Adapun tujuannya adalah untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap dan
perilaku yang didasari oleh nilai-nilai moral-agama dan pancasila. (Hidayat, 2007).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahasa sebagai alat berkomunikasi satu sama lain. Bahasa adalah bentuk aturan atau
sistemlambang yang digunakan dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang
dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran, dan emosi. Nasionalisme adalah suatu dasar
pembentukan negara, keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat. Emosi adalah suatu reaksi
kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan- perubahan secara mendalam,
serta dibarengi perasaan yang kuat, atau disertai keadaan afektif. Perkembangan kognitif adalah
proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya.
Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan atau adat. Dalam
bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih dipakai dalam
arti yang sama. Seni adalah keahlian membuat karya bermutu seperti tari, lukisan, ukiran. Seni
meliputi banyak kegiatan manusia dalam menciftaksn karya visusl, audio, atau pertunjukan yang
mengungkapkan imajinasi, gagasan, attau keperigelan teknik pembuatannya untuk dihargai
keindahannya atau kekuatan emosinya. Kata bermain mungkin terdengar kurang serius, hanya
untuk mengisi waktu luang saja, walaupun tidak dilakukan oleh anak. Padahal bagi anak-anak
kegiatan bermain merupakan kegiatan yang sangat mutlak dibutuhkan.

B. Saran
Terkait dengan materi diatas, kami menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan seperti
berikut ini :
Saran untuk guru, dapat meningkatkan kreativitas anak dengan banyak cara yang dapat dilakukan,
diantaranya melalui kegiatan menempel serbuk gergaji aneka warna.
Saran untuk pengelola PAUD, hendaknya memberikan kesempatan kepada para guru/pendidik PAUD
untuk melaksanakan dan mengembangkan pembelajaran sehingga memotivasi guru membuat atau
mengembangkan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan kreativitas anak.
Menciptakan alat peraga sederhana agar pembelajaran dapat dilakukan dengan luas sehingga
tercipta guru guru yang profesional.
PETA KONSEP

A. Aspek-Aspek
Pengembangan.
1. Aspek Pengembangan
Bahasa
2. Nasionalisme
3. Sosial Emosional
4. Kognitif
Bermain dan Permainan 5. Nilai Agama dan Moral
Anak Usia Dini. 6. Seni

B. Jenis dan Aktivitas Permainan


Sesuai Aspek Pengembangan

C. Program Permainan Sesuai


Dengan Apek Pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Filtri Heleni, All Khuldri Sembiring. 2018. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun di Tinjau dari
Tingkat Pendidikan Ibu Di Paud Kasih Ibu Kecamatan Rumbai. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 1,
No 2; 1-11
https://journal.unilak.ac.id/index.php/paud-lectura/article/download/1175/839

Filtri Heleni. 2017. Perkembangan Emosional Anak Usia Dini Usia 5-6 Tahun Dinjau Dari Ibu Yang
Bekerja. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 1, No 1; 1-6
https://journal.unilak.ac.id/index.php/paud-lectura/article/download/501/368

Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup

Elfiadi, 2016, Bermain dan Permainan Bagi Anak Usia Dini. Vol, VII; 1—10
https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/index.php/itqan/article/download/115/73

https://osf.io/brekw/download

Anda mungkin juga menyukai