Anda di halaman 1dari 3

BUNGA RAFFLESIA

Rafflesia adalah sebuah genus tumbuhan berbunga yang semua spesiesnya hidup sebagai parasit.
Anatomi tumbuhan pada Rafflesia tidak lengkap.[1] Organ tubuh dari Rafflesia hanya berbentuk
bunga yang mekar atau kuncup saja. Rafflesia tidak memiliki bagian daun, batang dan akar. Sebagai
ganti dari tidak adanya akar, Rafflesia memiliki suatu jaringan bernama haustorium yang mampu
menyerap nutrisi hasil fotosintesis dari jaringan tumbuhan inangnya.[2]

Rafllesia termasuk genus tumbuhan yang mengalami kelangkaan karena kehidupannya secara
biologis bergantung kepada tumbuhan inang dari jenis Tetrastigma tertentu.[2] Kondisi
pertumbuhan Rafflesia ditentukan oleh kondisi tumbuhan inang. Faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhannya ialah iklim dan lingkungan tumbuhan inangnya. Hampir semua spesies Rafflesia
hanya dapat tumbuh di habitat alaminya.[1]

Rafflesia pertama kali ditemukan oleh seorang dokter dan penjelajah berkebangsaan Prancis yang
bernama Louis Auguste Deschamp. Penemuan Rafflesia merupakan hasil dari ekspedisi tumbuhan
selama tiga tahun di Pulau Jawa pada akhir abad ke-18 Masehi. Ekspedisi ini merupakan permintaan
dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Pieter Gerardus van Overstraten.[3]

Rafflesia dijadikan sebagai lambang kelangkaan berbagai jenis flora di dunia. Status konservasi
Rafflesia di tingkat internasional adalah flora malesiana. Status ini menandakan bahwa Rafflesia
merupakan tumbuhan langka di kawasan Malesia. Sementara itu, di Indonesia sebagai habitat alami
terbesar bagi Rafflesia, spesies Rafflesia arnoldii memperoleh status sebagai Puspa Langka. Status ini
menandakan bahwa Rafflesia merupakan spesies langka yang mewakili flora langka di Indonesia.

Deskripsi mengenai Rafflesia dibuat pertama kali dibuat oleh seprang dokter dan penjelajah Prancis
yang bernama Louis Auguste Deschamp. Ketika mengadakan pelayaran menuju ke Pulau Jawa,
Deschamp ditangkap oleh pasukan Hindia Belanda. Ia kemudian diberi perintah dari Gubernur
Jenderal Hindia Belanda yang bernama Pieter Gerardus van Overstraten untuk mengadakan
ekspedisi tumbuhan di Pulau Jawa. Ekspedisi ini berlangsung selama tiga tahun, dari tahun 1791
hingga tahun 1794.[3] Dr. Joseph Arnold tahun 1818 melanjutkannya berdasarkan spesimen yang
diberikan pemandunya, seorang penduduk asli Sumatera, dan dinamai berdasarkan nama Thomas
Stamford Raffles, pemberi dana ekspedisinya.

Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun, ataupun akar yang sesungguhnya. Rafflesia merupakan
endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae) yang menyebarkan
haustoriumnya yang mirip serabut di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian
tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.
Pada beberapa spesies, seperti Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan
beratnya hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 cm.
Bunganya tampak dan berbau seperti daging yang membusuk, karena itulah ia disebut "bunga
bangkai" atau "bunga daging". Bau bunganya yang tidak enak menarik serangga seperti lalat dan
kumbang kotoran, yang membawa serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina. Sedikit yang
diketahui mengenai penyebaran bijinya. Namun, tupai dan mamalia hutan lainnya ternyata
memakan buahnya dan menyebarkan biji-bijinya. Rafflesia adalah bunga resmi negara, begitu pula
provinsi Surat Thani, Thailand.
Nama "bunga bangkai" yang dipakai untuk Rafflesia juga digunakan untuk menyebut
Amorphophallus titanum (suweg raksasa/batang krebuit) dari suku talas-talasan (Araceae) yang juga
memiliki rekor ukuran perbungaan tak bercabang terbesar di dunia. Baik Rafflesia maupun
Amorphophallus adalah tumbuhan berbunga tetapi hubungan kekerabatan mereka jauh. Rafflesia
arnoldii mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia dari seluruh tumbuhan berbunga, setidaknya
bila orang menilai dari beratnya. Amorphophallus titanum mempunyai perbungaan tak bercabang
terbesar.

BUNGA RAFFLESIA

Rafflesia adalah sebuah genus tumbuhan berbunga yang semua spesiesnya hidup sebagai parasit.
Anatomi tumbuhan pada Rafflesia tidak lengkap.[1] Organ tubuh dari Rafflesia hanya berbentuk
bunga yang mekar atau kuncup saja. Rafflesia tidak memiliki bagian daun, batang dan akar. Sebagai
ganti dari tidak adanya akar, Rafflesia memiliki suatu jaringan bernama haustorium yang mampu
menyerap nutrisi hasil fotosintesis dari jaringan tumbuhan inangnya.[2]

Rafllesia termasuk genus tumbuhan yang mengalami kelangkaan karena kehidupannya secara
biologis bergantung kepada tumbuhan inang dari jenis Tetrastigma tertentu.[2] Kondisi
pertumbuhan Rafflesia ditentukan oleh kondisi tumbuhan inang. Faktor utama yang mempengaruhi
pertumbuhannya ialah iklim dan lingkungan tumbuhan inangnya. Hampir semua spesies Rafflesia
hanya dapat tumbuh di habitat alaminya.[1]

Rafflesia pertama kali ditemukan oleh seorang dokter dan penjelajah berkebangsaan Prancis yang
bernama Louis Auguste Deschamp. Penemuan Rafflesia merupakan hasil dari ekspedisi tumbuhan
selama tiga tahun di Pulau Jawa pada akhir abad ke-18 Masehi. Ekspedisi ini merupakan permintaan
dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Pieter Gerardus van Overstraten.[3]

Rafflesia dijadikan sebagai lambang kelangkaan berbagai jenis flora di dunia. Status konservasi
Rafflesia di tingkat internasional adalah flora malesiana. Status ini menandakan bahwa Rafflesia
merupakan tumbuhan langka di kawasan Malesia. Sementara itu, di Indonesia sebagai habitat alami
terbesar bagi Rafflesia, spesies Rafflesia arnoldii memperoleh status sebagai Puspa Langka. Status ini
menandakan bahwa Rafflesia merupakan spesies langka yang mewakili flora langka di Indonesia.

Deskripsi mengenai Rafflesia dibuat pertama kali dibuat oleh seprang dokter dan penjelajah Prancis
yang bernama Louis Auguste Deschamp. Ketika mengadakan pelayaran menuju ke Pulau Jawa,
Deschamp ditangkap oleh pasukan Hindia Belanda. Ia kemudian diberi perintah dari Gubernur
Jenderal Hindia Belanda yang bernama Pieter Gerardus van Overstraten untuk mengadakan
ekspedisi tumbuhan di Pulau Jawa. Ekspedisi ini berlangsung selama tiga tahun, dari tahun 1791
hingga tahun 1794.[3] Dr. Joseph Arnold tahun 1818 melanjutkannya berdasarkan spesimen yang
diberikan pemandunya, seorang penduduk asli Sumatera, dan dinamai berdasarkan nama Thomas
Stamford Raffles, pemberi dana ekspedisinya.

Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun, ataupun akar yang sesungguhnya. Rafflesia merupakan
endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae) yang menyebarkan
haustoriumnya yang mirip serabut di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian
tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.
Pada beberapa spesies, seperti Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan
beratnya hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 cm.
Bunganya tampak dan berbau seperti daging yang membusuk, karena itulah ia disebut "bunga
bangkai" atau "bunga daging". Bau bunganya yang tidak enak menarik serangga seperti lalat dan
kumbang kotoran, yang membawa serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina. Sedikit yang
diketahui mengenai penyebaran bijinya. Namun, tupai dan mamalia hutan lainnya ternyata
memakan buahnya dan menyebarkan biji-bijinya. Rafflesia adalah bunga resmi negara, begitu pula
provinsi Surat Thani, Thailand.

Nama "bunga bangkai" yang dipakai untuk Rafflesia juga digunakan untuk menyebut
Amorphophallus titanum (suweg raksasa/batang krebuit) dari suku talas-talasan (Araceae) yang juga
memiliki rekor ukuran perbungaan tak bercabang terbesar di dunia. Baik Rafflesia maupun
Amorphophallus adalah tumbuhan berbunga tetapi hubungan kekerabatan mereka jauh. Rafflesia
arnoldii mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia dari seluruh tumbuhan berbunga, setidaknya
bila orang menilai dari beratnya. Amorphophallus titanum mempunyai perbungaan tak bercabang
terbesar.

Anda mungkin juga menyukai