Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGEN PADA PASIEN Tn. E DENGAN DIAGNOSA


MEDIS ASTHMA DI RUANG UGD PUSKESMAS CAKRANEGARA KOTA
MATARAM

DISUSUN OLEH:

Nama: BINAR AURA FATMAWATI

NIM: 007 STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

MATARAM 2020/2021
LAPORAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK MAHASISWA TINGKAT 1
SEMESTER II PRODI S1 KEPERAWATAN DI RUANG IGD PUSKESMAS
CAKRANEGARA KOTA MATARAM

Laporan pendahuluan dan kasus ini, Telah Diperiksa Dan Disahkan :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Bq. Nurainun AprianiI.,S.Kep.,Ners,. (Lalu Marsadi Yudiantara,S.Kep. Ners)


M.Kep)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat dan
karunianya sehingga kita semua dapat menjalankan aktivitas kita sehari-hari, khususnya
saya yang dengan karunia-Nya lah, kami mampu menyelesaikan penyusunan laporan
pendahuluan ini dengan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien
Dengan Gangguan Oksigenasi Di Puskesmas Cakranegara” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan serta
bantuan, baik berupa moral maupun material dari semua pihak terkait. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen
pembimbing dan Pembimbing lahan yang telah memberikan masukan dan petunjuk
serta saran-saran yang baik.

Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan ketidak sempurnaan kami, baik dari segi penulisan maupun
ketajaman analisis permasalahan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan dalam penulisan
makalah pada masa yang akan datang. Dan akhirnya saya mengucapkan terimakasih
atas keadilan bapak/ibu/saudara untuk membaca makalah saya. Serta mohon maaf atas
segala kekurangannya. Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan, kerja sama dan kerja
keras, saya serahkan seluruh upaya demi mewujudkan keinginan ini.

Mataram, 15 juli 2021

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................................2

1. Tujuan Umum............................................................................................................2

2. Tujuan Khusus...........................................................................................................2

1.4 Manfaat...............................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

TINJAUAN TEORI...........................................................................................................4

2.1 Pengertian...........................................................................................................4

2.2 Etiologi................................................................................................................4

2.3 Proses Oksigenasi...............................................................................................6

2.4 Anatomi Sistem Pernapasan...............................................................................8

2.5 Fisiologi Pernapasan.........................................................................................10

2.6 Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernapasan.................................................11

2.7 Pathway.............................................................................................................14

2.8 Penatalaksanaan Keperawatan..........................................................................15

2.9 Pengkajian Keperawatan...................................................................................17

2.10 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................20

BAB III............................................................................................................................21

LAPORAN KASUS........................................................................................................21

iii
BAB IV............................................................................................................................31

PENUTUP.......................................................................................................................31

4.1 Kesimpulan............................................................................................................31

4.2 Saran......................................................................................................................32

LAMPIRAN....................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................34

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab utama
naiknya angka morbiditas dan mortalitas. Kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan dasar fisiologis manusia. Pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan
komponen yang paling penting karena bertujuan untuk menjaga kelangsungan
proses metabolisme sel dalam tubuh, mempertahankan kehidupannya, dan
melakukan aktivitas bagi organ dan sel (Iqbal, 2008).
Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan harus selalu dipenuhi dengan
segera. Tanpa adanya oksigen yang cukup, sel dalam tubuh akan mengalami
kerusakan bahkan kematian. Sebagai contoh organ otak. Otak adalah suatu
organ yang sensitive akan kurangnya oksigen. Otak mampu menoleransi
kurangnya oksigen dalam jangka waktu tiga sampai lima menit. Apabila lebih
dari itu, sel otak akan mengalami kerusakan secara permanen (Haswita &
Sulistyowati, 2017). Kurangnya oksigen dalam tubuh juga dapat menyebabkan
penurunan berat badan. Tubuh akan sulit berkonsentrasi karena proses
metabolism terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah yang akan
mengedarkan makanan ke seluruh tubuh, akibatnya nafsu makan berkurang dan
berat badan mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa oksigen
berperan penting dalam proses metabolism dan kelangsungan hidup manusia
(Iqbal, 2008).
Ada beberapa proses fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi, salah
satunya adalah ileus paralitik dengan post operasi laparatomi yang
membutuhkan bedrest dalam jangka waktu minimal 6 jam, ditambah dengan
nyeri post operasi dengan skala 3 yang semakin membatasi geraknya.
Imobilisasi yang cukup lama inilah yang merupakan faktor pencetus
menumpuknya sekret di jalan nafas pasien (Potter & Perry, 2010).
Masalah keperawatan yang sering muncul dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan pola nafas, dan

1
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Nanda, 2015). Dari beberapa masalah
keperawatan tersebut, ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan masalah
paling urgent yang harus segera mendapatkan penanganan karena bisa
mengancam nyawa (Mancini & Gale, 2011).
Sumbatan pada jalan nafas merupakan salah satu gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen asi yang menduduki peringkat pertama pemicu
kematian terbesar yang masih dapat diatasi dengan berbagai cara. Penolong
harus bisa menganalisis gejala dan tanda adanya sumbatan jalan nafas dan
mampu memberikan pertolongan segera dengan atau tanpa alat bantuan
(Mancini & Gale, 2011).
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidak efektifan
bersihan jalan nafas antara lain adalah dengan melakukan suction, mengajarkan
batuk efektif, melakukan fisioterapi dada, dan lain sebagainya (Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis manusia yang harus
dipenuhi. Salah satu penyebab gangguan oksigenasi adalah sumbatan pada
jalan nafas yang mengakibatkan jalan nafas tersebut menjadi tidak efektif.
Adanya sumbatan pada jalan nafas mengakibatkan pasien mengalami sesak
nafas, terdengar suara whiizing dan frekuensi pernafasan melebihi nilai normal.
Salah satu intervensi keperawatan dalam mengurangi ketidak efektifan bersihan
jalan nafas menurut NIC edisi ke-6 adalah tindakan fisioterapi dada.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan ini adalah untuk mengetahui pengaruh fisioterapi
dada dalam mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan problem keperawatan berupa ketidakefektifan


bersihan jalan nafas

b. Mendeskripsikan prosedur fisioterapi dada pada dengan problem

2
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
c. Mendeskripsikan evaluasi pengaruh fisioterapi dada dalam mengatasi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

1.4 Manfaat
1. Masyarakat

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada


masyarakat, keluarga maupun individu tentang terapi nonfarmakologi yaitu
penerapan fisioterapi dada dalam mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan
nafas.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang
keperawatan agar dapat menjadi referensi tambahan dan dapat
mengembangkan ilmu keperawatan tentang pengaruh fisioterapi dada dalam
mengatasi ketidakefektifan bersiham jalan nafas.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh.
Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O 2 dan
pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi
sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila
lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal
seperti meninggal (Kusnanto, 2016).

2.2 Etiologi
Menurut Ambarwat dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan,
faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah:
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada
saat terpapar zat beracun
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolik
e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti

4
kehamilan, obesitas dan penyakit kronis
2. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada individu yang
sedang mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat
sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu.
Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat
perkembangan :
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional
dan penggunaan zat- zat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu:
a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian
c. Tempat kerja (polusi)

5
2.3 Proses Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi (Kusnanto, 2016).
6. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi).
Ventilasi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Daya pengembangan dan pengempisan thorak dan paru pada alveoli
dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c. Jalan napas.
Inspirasi udara dimulai dari hidung hingga alveoli dan sebaliknya saat
ekspirasi, yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.Terjadinya rangsangan simpatis
dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga
dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada medulla oblongata dan pons. Pusat nafas
biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil
metabolism sel yang mampu dengan mudah melewati sawar darah otak
atau sawar darah cairan cerebrospinalis. Kenaikan CO2 inilah yang akan
meningkatkan konsentrasi hydrogen dan akan merangsang pusat nafas.
Perangsangan pusat pernafasan oleh peningkatan CO2 merupakan
mekanisme umpan balik yang penting untuk mengatur konsentrasi CO2
seluruhtubuh. Adanya trauma kepala atau edema otak atau peningkaan
tekanan intracranial dapat menyebabkan gangguan pada system
pengendalian ini.
7. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2,

6
di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau
permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat
mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan
tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk ke
dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari
tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
a. Luasnya permukaan paru
Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja,
pertukaran gas- gas tersebut dapat terganggu secara bermakna bahkan
dalam keadaan istirahat sekalipun. Penurunan luas permukaan membran
yang paling sedikitpun dapat menganggu pertukaran gas yang hebat saat
olahraga berat atau aktifitas lainnya. Pada konsolidasi paru seperti
dijumpai pada randang paru akut, atau pada
tuberkulosa paru, pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi penurunan
luas permukaan membran respirasi.
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel
alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
Hal ini dapat terjadi sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah
oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2
dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi ) dan
PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb.
8. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam

7
plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan dengan hb membentuk
karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan sebagaian
menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya :
a. Kardiak output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5 L/menit.
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang, maka jumlah
oksigen yang ditransport juga akan berkurang.
b. Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan
berkurang juga sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
c. Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya
pembuluh darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan lancar
menuju daerah tujuan.
d. Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau plasma
darah akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental keadaan darah
maka akan semakin sulit untuk ditransportasi.
e. Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah (Eki,
2017).

2.4 Anatomi Sistem Pernapasan


9. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan. Dinding hidung terdiri dari jaringan
mukosa yang mengandung cairan mukus dan sel epitel bersilia. Di dalam
hidung juga terdapat jaringan rambut. Partikel debu/ zat asing yang
masuk bersama udara akan tertahan oleh jaringan rambut. Partikel
tersebut kemudian jatuh dan melekat/ tertangkap di cairan mucus.

8
Kemudian sel epitel silia memindahkan cairan mucus bersama partikel
asing tersebut ke tenggorokan. Oleh karena itu, partikel asing yang
berdiameter lebih dari 4-6 μ akan tersaring dan tidak masuk ke sistem
pernafasan (Kusnanto, 2016).
b. Laring-Faring
Laring-faring sering disebut juga dengan tenggorok. Faring terdapat di
superior yang untuk selanjutnya melanjutkan diri menjadi laring. Faring
merupakan bagian belakang dari rongga mulut (kavum oris). Di faring
terdapat percabangan 2 saluran yaitu trakea di anterior sebagai saluran
nafas dan esophagus di bagian posterior sebagai saluran pencernaan.
Trakea dan esophagus selalu terbuka, kecuali saat menelan. Ketika
bernafas, udara akan masuk ke kedua saluran tersebut.
Melalui gerakan reflek menelan, saluran trakea akan tertutup sehingga zat
makanan akan aman masuk ke esophagus. Refleks menelan akan terjadi
bila makanan yang sudah dikunyah oleh mulut didorong oleh lidah ke
belakang sehingga menyentuh dinding faring. Saat menelan epiglottis dan
pita suara akan menutup trakea. Bila reflek menelan tidak sempurna maka
berisiko terjadi aspirasi (masuknya makanan ke trakea) yang dapat
menyebabkan obstruksi saluran nafas (Kusnanto, 2017).
10. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam
paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan
berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut
membentuk pohon brokus.
b. Bronkus (Cabang Tenggorokan)
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang,
yang satu menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri.
Bronkus yang ke arah kiri lebih panjang, sempit, dan mendatar daripada
yang ke arah kanan. Hal inilah yang mengakibatkan paru-paru kanan

9
lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding bronkus hampir sama
dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada dinding
bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan
bercabang menjadi tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri bercabang
menjadi dua bronkiolus.
c. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-
cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya
semakin tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi
rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara ke alveolus. Disepanjang
trakea, bronkus dan bronkiolus, terdapat jaringan mukosa dengan sel-sel
goblet yang diselingi sel epitel bersilia. Sel goblet menghasilkan cairan
mucus yang berperan untuk melembabkan udara inspirasi dan menagkap
partikel-partikel asing. Partikel asing yang tertangkap akan digerakkan
oleh silia sel epitel ke kavum oris (Kusnanto, 2016; Eki 2017).

2.5 Fisiologi Pernapasan


11. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara
umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner,
pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus.
Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang
bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks
yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian
paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah
difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah

10
pergerakan molekul
c. dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau
bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler
dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas pernafasan
pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
12. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa
keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.

2.6 Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernapasan


13. Gangguan Irama Pernapasan
a. Pernapasan Cheyne Stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang
amplitudonya mula- mula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan
berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis
jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 –
15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.
b. Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c. Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya
meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat

11
ditemukan pada klien dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.
14. Gangguan frekuensi pernapasan
a. Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan
melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.
b. Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan
jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.
15. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
utama yaitu;

a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:


1) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi
servikal.
2) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema,
TBC, dan lain-lain.
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
1) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya
kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
2) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
3) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak
normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan
1) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin yang
tersedia untuk transfor oksigen.
2) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
3) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah

12
jantung yang rendah.
16. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia,
hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik.
a. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri.
Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia
anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida
dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika
oksigen normal, tetapi jumlah
oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada
kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.
b. Hipoksia hipokinetik Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang
terjadi akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik
dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia
hipokinetik kongestif.
c. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
d. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena
pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali
dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal
(oksigen darah vena meningkat).

13
2.7 Pathway
Pathway
Pern

apas

an

Oksi

Inspirasi / gena
ekspirasi
si
inadekuat

Ventilasi
Transportasi

Adanya sumbatan
pada jalan napas Difusi

Obstruksi jalan napas


Pola napas tidak
efektif

Bersihan jalan
nafas tidak
efektif

14
2.8 Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 >
21 %. Tujuan terapi oksigenadalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau
SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
17. Perubahan frekuensi atau pola napas
18. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
19. Hipoksemia
20. Menurunnya kerja napas
21. Menurunnya kerja miokard
22. Trauma berat
Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan oksigen
:
a. Inhalasi oksigen
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terdapat dua sistem inhalasi oksigen
yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan
oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar
20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana

15
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan
aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60%.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang
terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen
8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu
katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10
– 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.
2) Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan
tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah
konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran
tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,
misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah
40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).
1) Perkusi

16
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung
pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan
secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus
sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan
getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan
pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk
meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga sputum yang
ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari
berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan
dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada setiap
segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis,
meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif
merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan
laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas.
5) Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender
sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan
memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2009).

2.9 Pengkajian Keperawatan


23. Identitas
24. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan pada sistem

17
pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan
adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Riwayat penggunaan obat
c. Kebiasaan promosi kesehatan : kebiasaan merokok, kebiasaan dalam
bekerja yang dapat memperberat masalah oksigenasi
d. Stressor yang dialami
e. Status mental dan atau kondisi kesehatan
25. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi. Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan menilai :
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Keadaan umum
3) Postur tubuh
4) Turgor kulit dan membran mukosa
5) Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur
toraks, pergerakan dinding dada)
6) Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan
ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai :
1) Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya,

18
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat
pada kondisi konsolidasi.
Getaran meningkat : pneumonia, penumpukan sekret, atektasis yang
belum totalm infark atau fibrosis paru.
Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan pleura,
emfisema atau sumbatan bronkus.
2) Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta
bandingkan perbedaan dinding thorak bagian kanan dan kiri.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi. Berikut
beberapa macam suara ketukan yang timbul :
1) Sonor. Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru
2) Redup. Suara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan);
tumor, atalektasis, atau cairan
3) Hipersonor. Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan
dengan suara sonor; akibat adanya udara berlebihan di paru-paru
4) Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul
gendang. Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri, dimana
terletak lambung dan
usus besar. Namun jika terdengar di dinding thorak, artinya tidak
normal; akibat adanya udara
d. Auskultasi
1) Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam
mendeteksi bunyi S1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur, serta
bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk mengidentifikasi
bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen, dan arteri femoral.
2) Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara
di sepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar, jika
suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi

19
obstruksi.
26. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara
lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah
arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis

2.10 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah
oksigenasi adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
27. Bersihan jalan nafas tidak efektif
28. Pola nafas tidak efektif

20
21
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN Tn.E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ASTHMA BRONCHIAL DI RUANG UGD PUSKESMAS
CAKRANEGARA KOTA MATARAM

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.E
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Alamat : Gerung Butun Barat
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Sasak
Tanggal Masuk RS : 23 Juli 2021
Tanggal Pengkajian : 23 Juli 2021

Penanggung Jawab
Nama : Tn.W
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Alamat : Gerung Butun Barat
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hubungan dgn Pasien : Saudara
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Sesak

22
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD puskesmas Cakranegara dengan keluhan dada terasa
sesak,sulit bernafas, sulit membuang dahak,batuk dan pilek.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan pernah mengalami stroke ringan kurang dari dua tahun
yang lalu
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti yang
dialaminya
5. Genogram :

= Laki laki
= Menikah
= Perempuan
x = Meninggal
-------- = Tinggal Serumah
 = Klien

Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

23
Klien baru mengetahui penyakit yang dideritanya.Klien hanya mengetahui
gejala-gejala yang dirasanya semakin parah dan segera di bawa ke rumah
sakit untuk mendapatkan penanganan karena klien ingin cepat sembuh, klien
mau mengikuti pengobatan dan perawatan yang dilakukan pada dirinya.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Sebelum klien mengalami, nutrisi makanan baik dengan
jenis makanan yang berbeda-beda setiap harinya dan bervariasi. Pola makan
yang teratur dengan frekuensi 3-5 porsi sehari dan nafsu makannya sangat
baik.
Sesudah sakit : Sesudah klien mengalami sakit, nutrisi makanan baik
dengan mengurangi jenis makanan berminyak karna klien merasakan sakit
tenggorokan
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pola eliminasi pasien sebelum sakit yaitu BAK sekitar
500cc/hari dengan warna yang normal yaitu jernih dan bau amoniak.
Sedangkan pola eliminasi BAB yaitu lancar dengan frekuensi 1-2x/hari
dengan warna yang normal (kuning kecoklatan) dan konsistensi lunak.
Sesudah sakit : pola eliminasi pasien sebelum dan sesudah sakit sama
yaitu BAK sekitar 500cc/hari dengan warna yang normal yaitu jernih dan
bau amoniak. Sedangkan pola eliminasi BAB yaitu lancar dengan frekuensi
1-2x/hari dengan warna yang normal (kuning kecoklatan) dan konsistensi
lunak.
4.Tidur dan istirahat
Sebelum sakit : tidur dan istirahat pasien sebelum sakit normal sekitar 6-8
jam/hari
Sesudah sakit : pasien mengatakan susah tidur,karna posisi tidur sering
membuat pasien sesak
5.Sensori, Persepsi dan Kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gangguan pada
sensori, persepsi dan kognitif.
6. Konsep diri

24
a. Gambaran diri : sikap klien terhadap tubuhnya secara sadar maupun
tidak sadar yaitu tidak memiliki masalah.
b. Ideal diri :klien masih merasa sanggup menjadi kepala keluarga yang
baik jika ia sembuh.
c. Harga diri : klien merasa sudah maksimal melakukan yang terbaik
untuk keluarganya baik sebelum sakit dan sesudah sakit dan klien
merasa dirinya sangat berharga di mata keluarga selama ini.
d. Peran diri : pasien mengatakan ia tidak bisa bekerja dengan baik
sedangkan istrinya tidak bekerja, bagaimana untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga sedangkan sedang sakit.
7. Sexual dan Reproduksi :
Sebelum sakit :klien mengatakan sebelum sakit ia sering berhubungan
dengan istrinya dalam frekuensi normal.
Sesudah sakit : klien mengatakan tidak pernah berhubungan dengan istrinya
beberapa hari belakangan ini dikarenakan sakit yang di derita.
8. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit : klien merupakan seorang kepala keluarga di rumahnya dan
menjadi tulang punggung bagi keluarganya dan orang tuanya. Sebelum sakit
hubungan keluarganya baik-baik saja tetapi kurang komunikasi antar
keluarga.
Sesudah sakit : klien merupakan tulang punggung keluarga ketika dia sakit
dia bingung siapa yang memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Sesudah
sakit hubungan keluarganya menjadi lebih erat dan sering komunikasi
bergantian menjaga klien saat sakit.
9.Manajemen Koping Stres
Sebelum sakit :klien selalu menceritakan keluh kesahnya kepada istri di
rumah.
Sesudah sakit :Klien merasa cemas dan khawatir dengan kondisinya saat
ini. Klien selalu menceritakan masalahnya kepada istri dan kedua orang
tuanya bahkan saudaranya.
10.System nilai dan keyakinan

25
Pasien merupakan orang sasak, sehari-hari menggunakan bahasa sasak dan
Indonesia.Klien beragama Islam. Pasien yakin dengan berdoa, dirinya akan
diberi kesembuhan oleh Tuhan.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : Kesadaran pasien baik.
2. TTV
S : 35,2OC
N : 94x/menit
TD : 120/80
RR : 29x/menit
SPO2 : 93%
3. Kepala
Inspeksi : Pada saat dilakukan inspeksi tidak terdapat benjolan yang
terdapat di kepala, bentuk tengkorak simetris dengan bagian
frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap ke
belakang.
Palpasi : Pada saat dilakukan palpasi tidak terdapat benjolan yang
terdapat di kepala, bentuk tengkorak simetris dengan bagian
frontal menghadap ke depan dan bagian pariental menghadap ke
belakang.
4. Mata, Telinga, Hidung
Mata : konjungtiva tidak terlihat anemis, pengelihatan jelas
Telinga : sistemis, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup
baik.
Hidung : simetris, tidak ada secret, adanya pernafasan kembang kempis
pada cuping hidung.
5. Leher : Antara leher dan dada ada cekungan saat menarik nafas
6. Dada/Thoraks : ekskursi dada berubah,pada saat dilakukan auskultasi
terdengar suara nafas wheezing.
7. Abdomen
Inspeksi : setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,

26
pada saat inspeksi tidak ada pembengkakan, dan simetris.
Auskultasi :pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara bising usus.
8. Genetalia : tidak terkaji.
9. Ekstremitas : tidak terkaji.
D. Terapi Tanggal
Tanggal Jenis Terapi
23-07-2021 1. Oral : Glyceryl Guaicolate
oksigen : Nasal kanul 4L/Menit
23-07-2021 Oral : Salbutamol
Oral : Dexametason

E. Diet
Tidak ada diet yang dianjurkan oleh dokter kepada pasien untuk menunjang
kesembuhan pasien tetapi dengan cacatan tidak memakan gorengan dulu dan
berhenti merokok.
F. Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1. Ds : Ventilasi Bersihan jalan
1. Sulit membuang  nafas tidak efektif
dahak Adanya sumbatan
2. Batuk tidak efektif pada jalan nafas
Do : 
1. Suara nafas Bersihan jalan
wheezing nafas tidak efektif
2. TTV:
S : 35,2OC
N : 94x/menit
TD : 120/80
RR : 29x/menit
SPO2 : 93%

27
2. Ds : Ventilasi Gangguan
1. Dada terasa Pemenuhan

sesak kebutuhan
Obstruksi jalan
2. sulit bernafas oksigen
nafas
Do :
1. Adanya pernafasan

cuping hidung
Gangguan
2. pola nafas
Pemenuhan
abnormal
kebutuhan oksigen
3. TTV: S: 35,2OC
N : 94x/menit
TD : 120/80
RR : 29x/menit
SPO2 : 93%

II. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya sumbatan pada jalan nafas
d.d sulit membuang dahak,batuk tidak efektif, suara nafas wheezing
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b.d obstruksi jalan nafas d.d
Adanya pernafasan cuping hidung,SPO2 93%, RR 29x/ menit dan sulit
bernafas
III. Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL(SLKI) (SIKI)

28
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Latihan batuk
tidak efektif b.d tindakan keperawatan efektif
adanya sumbatan pada selama 1x25 menit
2. Manajemen jalan
jalan nafas maka diharapkan
nafas
kemampuan
membersihkan
3. Pemantauan
sumbatan pada jalan
respirasi
nafas meningkat
kriteria hasil sbb : 4. Edukasi
1. Batuk efektif Pengukuran
meningkat Respirasi
2. Produksi Sputum
5. Terapi Oksigen
menurun
3. wheezing menurun

2. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan 1. Manajemen jalan


kebutuhan oksigen b.d tindakan nafas
obstruksi jalan nafas keperawatan 2. Pemantauan
selama 1x25 menit Respirasi
maka diharapkan 3. Pemberian obat
oral
1. Pernafasan cuping
hidung menurun

2. Ventilasi semenit
meningkat

3. Frekuensi nafas
membaik

IV. Implementasi Keperawatan

29
NO Hr/tggl Dx Implementasi Respon Hasil T
jam T
D
1. Jum’at/23 Bersihan jalan 1.Mengidentifikasi 1. Pasien dapat
19.23 nafas tidak efektif dan mengelola melatih teknik
b.d adanya kepatenan jalan batus efektif
sumbatan pada nafas 2. Pasien dapat
jalan nafas 2. Memantau menerapkan
Respirasi teknik
3. Mengajarkan menghitung
cara pengukuran respirasi
frekuensi respirasi 3.Menentukan
4. Memberikan tingkat
terapi oksigen kemampuan
batuk
4. Pasien sudah
memakai Nassal
kanul 4L/menit
selama 20 menit

2. Jum’at/23 Gangguan 1.Mengidentifikasi 1.membersihkan


19.43 pemenuhan dan mengelola jalan nafas
kebutuhan kepatenan jalan 2. Pasien
oksigen b.d nafas Meminum obat
obstruksi jalan 2. Memantau oral berupa
nafas Respirasi sabutamol, GG,
3.Memberikan dan
Obat Oral dexametason.
4. Mengatur Posisi

30
V. Evaluasi
Hr/Tgl/Jam Dx Evaluasi
Jumat 23 juli Bersihan jalan S : sudah bisa batuk efektif
19. 43 nafas tidak efektif dan sudah mengeluarkan
b.d adanya dahak
sumbatan pada jalan O : RR : 20x/mnt
nafas Tidak terdengar Suara nafas
wheezing kembali normal
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Jumat 23 juli Gangguan S : Dada sudah tidak sesak
19.48 pemenuhan Pernafasan lancar
kebutuhan oksigen O :SPO2 : 99%
b.d obstruksi jalan Pernafasan cuping hidung
nafas menurun
Pola nafas normal
Ekskursi dada membaik
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn. E dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi dengan menggunakan proses keperawatan yang
mencangkup pengkajian, menganalisis data, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, omplementasi serta evaluasi dengan kesimpula sebagai
berikut:
1. Hasil pengkajian :Pasien berumur 37 tahun, mengeluh sesak nafas, susah
mebuang dahak dan btuk tidak efektif. setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan respiration rate pasien 29x/menit, SPO2 93%,suara nafas wheezing
dan adanya pernafasan cuping hidung. setelah dilakukan asuhan keperawatan

31
selama 30 menit assessment yang teratasi yaitu pola napas tidak efektif
sedangkan assement yang teratasi sebagian yaitu bersihan jalan napas tiidak
efektif.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d obtruksi jalan nafas d.d sulit membuang dahak dan batuk tidak efektif
dengan pola nafas tidak efektif b.d ekspirasi/inspirasi in adekuat d.d Adanya
pernafasan cuping hidung dan pola nafas abnormal
3. Intervensi atau rencana tindakan keperawatan dengan masalah oksigenasi
adalah rencana yang dibuat berdasarkan dari diagnose yang muncul.
4. Pasien telah diajarkan batuk efektif, mengidentifikasi dan mngelola kepatenan
nafas, memantau respirasi, memberkan terapi oksigen, memberikan obat secara
oral beruba salbutamol,dexametason,dan GG.
5. pada tahap evaluasi terdapat beberapa masalah yang sudah teratasi, misalnya
pola nafas normal, dahak sudah bisa dikeluarkan, tidak adanya suara wheezing,
SPO2 meningkat, RR membaik, Namun masih ada yang belum teratasi yaitu
pasien belum bisa batuk efektif , intervensi dilanjutkan dirumah dengan
menyarankan pasien untuk terus menerapkan cara batuk efektif.

4.2 Saran
1. Bagi keluarga : memberi support pada pasien, dan mengajarkan pasien untuk
batuk secara efektif dirumah dan mengingatkan pasien untuk menjaga
kesehatan dan menghindari penyebab penyebab sesak.
2. Bagi Instansi Puskesmas : Diharapkan kedepannya Laporan ini semakin bisa
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.

32
33
LAMPIRAN

GAMBAR 1.1 Memberikan terapi


oksigenasi menggunakan nasal kanul 4L/menit

GAMBAR 1.2 Memberikan edukasi


cara menghitung frekuensi respirasi sembari memantau respirasi pasien.

34
DAFTAR PUSTAKA
Asih & Effendi. (2004). Keperawatan Medikal Bedah : Klien Dengan Gangguan
Sistem pernapasan. Jakarta : EGC
Brooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta : EGC
Brunnert & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC.
Kozier, Barbara, dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta
:EGC Medikal Record. (2015). RSUD Dr Rasidin: Padang.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Price, & Wilson. (2006). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Prem, et al. (2012). Effec Of Diaphragmatic Breathing Exercise On Quality Of
Life In Subjects With Asthma.
Oman, K. S, dkk. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta :
EGC
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan.
Kemenkes RI. 12 Oktober 2015.
Sajidin, dkk.2015. Gambaran Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma Di Rsud.
Prof. Dr.
Soekandar Mojosari Mojokerto

35

Anda mungkin juga menyukai