Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ANATOMI FISIOLOG HEMATOLOGI DAN KONSEP

ASKEP TERKAIT HEMATOLOGI

Dosen Pembimbing:

Ernawati, Skep., Ners., M.kep.

Disusun Oleh Kelompok I:

1. Alan Ariakarna (001 STYC20)


2. Dandy Irwansyah (008 STYC20)
3. Darmi Echy Anatia (009 STYC20)
4. Fatimatul Kamila (015 STYC20)
5. M. Syarif Hidayatullah (028 STYC20)
6. Nursasih Hikmayati (038 STYC20)
7. Sartini (042 STYC20)
8. Singgi Pebioni (044 STYC20)
9. Suci Ayu Rahmawati (046 STYC20)
10. Vikratuts Tsaqova (049 STYC20)
11. Vivi Sulastri (050 STYC20)
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN NERS MATARAM 2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala yang maha pemurah
dan lagi maha penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat allah
subhanahu wa ta’ala, yang telah melimpahkan hidayah, inayah dan rahmat-nya
sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Makalah Anatomi Fisiolog Hematologi Dan Konsep Askep Terkait
Hematologi” tepat pada waktunya.
Penyusunan Makalah ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam
penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari
berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan
makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami
membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan
kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana
ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih
berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Mataram, 14 November 2021

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah....................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................3
2.1 Darah.........................................................................................................3
2.2 Eritrosit......................................................................................................4
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Thalasemia................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
DAFTAR ISI..................................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ
khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah
merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10%
berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada
setiap orang itu berbeda- beda bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan
jantung atau pembuluh darah (Handayani dan Haribowo, 2012).
Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari
tentang darah dan jaringan pembentuk darah. Darah merupakan salah satu
organ tubuh yang sangat penting bagi tubuh manusia karena di dalamnya
terkandung berbagai macam komponen, baik komponen cairan berupa plasma
darah, maupun komponen padat berupa sel-sel (Firani, 2018). Darah juga
memiliki peranan didalam tubuh makhluk hidup khususnya untuk
mengangkut zat-zat yang penting untuk proses metabolisme, proses
metabolisme tubuh akan terjadi gangguan jika darah mengalami gangguan.
Kelainan pada darah adalah kondisi yang mempengaruhi salah satu atau
beberapa bagian dari darah sehingga menyebabkan darah tidak dapat
berfungsi secara normal. Dampak kelainan darah akan mengganggu fungsi
dari bagian-bagian darah tersebut. Kelainan darah dapat terjadi pada anak-
anak maupun dewasa, kelainan pada darah diantaranya yaitu Thalasemia,
kelainan eritrosit seperti anemia, kelainan pada leukosit seperti leukemia,
kelainan pada trombosit seperti trombositopenia, dan kelianan hemostasis:
hemophilia.
Thalasemia merupakan suatu sindrom kelainan darah yang diwariskan
(inherited) dan merupakan kelompok penyakit hemoglobinopati, yaitu
kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di
dalam atau dekat gen globin. Kelainan hemoglobin pada penderita thalasemia
akan menyebabkan eritrosit mudah mengalami destruksi, sehingga usia sel-sel

1
darah merah menjadi lebih pendek dari normal yaitu berusia 120 hari
(Marnis, Indriati, & Nauli, 2018). Thalasemia adalah suatu gangguan darah
yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai globulin pada
hemoglobin (Suriadi, 2010). Penyakit thalasemia merupakan salah satu
penyakit genetik tersering di dunia. Penyakit genetic ini diakibatkan oleh
ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk
memproduksi hemoglobin (Potts & Mandleco, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian Darah?
2) Apakah pengertian Eritrosit?
3) Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Thalasemia?
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
1) Menjelaskan pengertian Darah
2) Menjelaskan pengertian Eritrosit
3) Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Thalasemia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Darah
2.1.1 Pengertian Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ yang lain karena
berbentuk cairan. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam
pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa
oksigen (oxygen carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan
mekanisme hemostasis (Handayani, 2008).
Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan
sel darah (korpuskili). Plasma merupakan komponen intraseluler yang
berbentuk cair dan berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel
darah merupakan komponen padat yang terdapat di dalam plasma darah
yang terdiri dari sel eritrosit (sel darah merah), leokosit (sel darah putih),
dan trombosit (bekuan darah) dengan jumlah 45% dari volume darah
(Evelyn C, 2009).
Darah arteri berwarna merah terang, itu menandakan bahwa darah
teroksigenasi dengan baik. Sementara darah vena berwana gelap karena
kuranng teroksigenasi. Darah mengalir 4-5 kali lebih lamban dibanding air
karena darah 4- 5 kali lebih kental dari pada air. Berat jenis darah bervariasi
berkisar anatara 1,054-1,065, suhu darah adalah 38o celcius dan pHnya
adalah 7,38. Volume darah dalam tubuh berkisar 8% dari berat badan, rata-
rata mendekati 5-6 liter (Syaifuddin, 2011).
2.1.2 Plasma Darah
Plasma darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstra seluler, dengan
volumenya kira-kira 5% dari berat badan. Susunan plasma terdiri dari
91,0% air, 8,0% protein (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen),
mineral 0,9% (kalsium, fosfor, magnesium, besi dan lainnya) dan 0,1% diisi
oleh sejumlah bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolestrol dan asam amino. Plasma darah juga berisi hormon-
hormon, enzim dan antibodi (Pearce, 2009).

3
Protein dalam plasma darah terditi atas:
a) Antihemofilik, berguna mencegah anemia.
b) Tromboplastin, berguna dalam proses pembekuan darah.
c) Protombin, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
d) Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
e) Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah.
f) Albumin, berguna dalam pemeliharaan tekanan osmosis darah.
g) Gammaglobulin, berguna dalam senyawa antibodi yaitu mengangkut
metabolisme dari jaringan ke alat-alat pengeluaran, mengangkut
energi panas dari tempat aktif ketempat yang tidak aktif untuk
menjaga suhu tubuh, mengedarkan air, hormon dan enzim ke seluruh
tubuh, melawan infeksi degan antibodi dan leukosit (Irianto, 2013).
Plasma darah diperoleh dengan cara mensentrifugasi darah, sehingga
plasma darah akan terpisah dari sel darah. Plasma darah akan berada
dibagian atas (Handayani & Hariwibowo, 2008).
2.1.3 Korpuskili (Sel Darah)
Korpuskili adalah butiran-butiran darah yang di dalamnya terdiri atas:
a) Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%)
b) Sel darah putih atau leokosit (0,2%)
c) Keping-keping darah atau trombosit (0,6-1,0%)
2.2 Eritrosit
2.2.1 Pengertian Eritrosit
Eritrosit atau Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi khusus
mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh dan membantu pembuangan
karbon dioksida dan proton yang dihasilkan oleh metabolisme jaringan
tubuh. Masa hidup eritrosit ialah 120 hari sejak dibentuk di jaringan
hematopoietik (Kiswari R, 2014).
Pembentukannya diatur oleh eritropoietin, suatu hormon yang di sintesis
di ginjal, kemudian keluar ke aliran darah menuju sumsum tulang sebagai
respons terhadap adanya hypoxia jaringan. Dalam sumsum tulang
selanjutnya terjadi mobilisasi sel stem multipoten. Dalam perkembangannya

4
sel stem multipoten ini akan membentuk progenitor myeloid yang kemudian
akan menghasilkan calon sel darah merah dan trombosit serta granulosit dan
monosit. Semua proses ini berlangsung di sumsum tulang sebelum akhirnya
lepas ke sirkulasi darah perifer dalam bentuk sel dewasa yang telah masak
(Sofro M, 2012).
Eritrosit tidak memiliki inti sel, tetapi mengandung beberapa organel
dalam sitoplasmanya. Sebagian besar sitoplasma eritrosit berisi hemoglobin
yang mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat oksigen. Eritrosit
berbentuk bikonkaf, berdiameter 7-8 µm. Bentuk bikonkaf tersebut
menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat melewati lumen
pembuluh darah yang sangat kecil dengan lebih baik. Melalui mikroskop,
eritrosit tampak bulat, berwarna merah, dan di bagian tengahnya tampak
lebih pucat, disebut dengan central pallor yang diameternya kira-kira
sepertiga dari keseluruhan diameter eritrosit. Jumlah eritrosit paling banyak
dibandingkan sel-sel darah lainnya. Dalam satu mililiter darah, terdapat 4,5-
6 juta eritrosit, itu sebabnya darah berwarna merah (Kiswari R, 2014).
2.2.2 Fungsi Eritrosit
Fungsi utama eritrosit adalah melindungi hemoglobin yang terkandung di
dalamnya, hemoglobin inilah yang berfungsi sebagai alat transportasi
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan dan sel tubuh dengan tujuan
membantu proses metabolisme (Hubbard, 2013).
2.2.3 Nilai Normal Eritrosit
Nilai normal eritrosit diklasifikasikan menurut umur dan jenis kelamin.
Dewasa laki-laki berkisar 4,5 juta – 5,5 juta sel/mm3, dewasa perempuan
berkisar antara 3,8 juta – 4,8 juta sel/mm3, anak-anak berumur 1 tahun
berkisar 3,9 juta – 5,1 juta sel/mm3, anak-anak berumur 2-12 tahun berkisar
4,0 juta – 5,2 juta sel/mm3, dan bayi yang baru lahir berkisar 5,0 juta – 7,0
juta sel/mm3 (Dacie dan Lewis, 2012).

5
2.2.4 Kelainan Eritrosit
a) Kelainan jumlah
Kelainan jumlah eritrosit berkaitan dengan kelainan hematologi
anemia dan polisetemia. Dimana penentuan dari kelainan ini ditunjang
oleh kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Apabila terjadi penurunan
dibawah normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit maka
keadaan ini disebut anemia. Sebalknya jika terjadi peningkatan kadar
hemoglobin diatas normal, hitung eritrosit dan hematoksit makan
keadaan ini disebut polisetemia.
b) Kelainan morfologi
Kelainan morfologi terdiri dari variasi ukuran, distribusi
hemoglobin, variasi bentuk, badan inklusi dan distribusi eritrosit.
Informasi diagnostik dari kelainan morfologi ini dapat dilihat dan
diketahui melalui pemeriksaan eritrosit pada sediaan apusan darah tepi
yang diwarnai dengan pewarnaan wright-giemsa. Macam-macam
kelainan morfologi eritrosit:
1. Kelainan ukuran eritrosit (anisositosis)
Kelainan ukuran eritrosit meliputi makrositik dan mikrositik.
Makrositik adalah kelainan ukuran eritrosit yang lebih besar dari
ukuran normalnya (>8 mikron), sedangkan mikrositik adalah
kelainan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari ukuran normalnya
(<7mikron) (E.H, Kosasih & A.S. Kosasih, 2008).
2. Kelainan bentuk eritrosit (poikilositosis)
a) Sel lonjong adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga bentuknya
menjadi lonjong
b) Achantosit adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga eritrosit
mempunyai tonjolan-tonjolan tidak beraturan seperti duri, hal ini
disebabkan oleh metabolisme fosfolipid dari membran eritrosit.
c) Tear Drop Cell adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga
bentuknya seperti tetes air.

6
d) Pear Shape Cell adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga
bentuknya seperti buah pear.
e) Stomatosit adalah kelainan bentuk eritrosit pada bagian central
palor eritrosit yang berbentuk seperti mulut atau biasa dikenali
bentuknya seperti topi meksiko.
f) Anulosit adalah kelainan bentuk eritrosit pada bagian central
palor eritrosit yang terlalu lebar.
g) Sferosit adalah kelainan bentuk eritrosit dimana eritrosit tidak
berbentuk bikonkaf tetapi bentuknya sferik/cembung dengan
tebal 3 mikron atau lebih sehingga terlihat berwarna lebih gelap
(hiperkromik).
h) Sickle Cell / Sel sabit adalah kelainan bentuk eritrosit sehingga
eritrosit berbentuk seperti bulan sabit/arit.
i) Sel burr adalah kelainan bentuk eritrosit yang kecil atau
fragmentosit yang memiliki tonjolan-tonjolan tumpul besar-
besar pada permukaan eritrosit (E.H. Kosasih & A.S. Kosasih,
2008)
3. Kelainan Warna Eritrosit
Kelainan warna eritrosit meliputi hipokromik dan hiperkromik.
Hipokromik adalah kelainan warna eritrosit dimana eritrosit
berwarna lebih pucat akibat konsentrasi Hb yang kurang dari normal.
Sedangkan hiperkromik adalah kelainan warna eritrosit dimana
eritrosit berwarna lebih gelap akibat penebalan membran eritrosit
(E.H. Kosasih & A.S. Kosasih, 2008).
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas morfologi
eritrosit adalah anemia, kesalahan dalam perlakuan dan persiapan
sampel (faktor teknis) saat pemeriksaan seperti hemolisis,
penggunaan antikoagulan, pembuatan apusan, pengecatan, dan zona
pembacaan sediaan apus darah tepi (E.H. Kosasih & A.S. Kosasih,
2008)

7
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Thalasemia
Konsep keperawatan meliputi pengkajian, diangosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan.
Kegiatan yang dilakukan pada saat pengkajian adalah mengumpulkan data,
memvalidasi data, megorganisasikan data dan mencatat yang diperoleh.
Langkah ini merupakan dasar untuk perumusan diagnose keperawatan dan
mengembangkan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien serta
melakukan implementasi keperawatan.
a) Asal Keturunan/Kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri,
thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan
penyakit darah yang paling banyak diderita.
b) Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut
telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada
thalasemia minor yanmbg gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru
datang berobat pada umur sekitar 4-6 tahun.
c) Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas
infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang
berfungsi sebagai alat transport
d) Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan
terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya
pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi
terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil
untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual,
seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan

8
anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia
minor sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
e) Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,
sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan
usianya.
f) Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak
tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah
merasa lelah
g) Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah
orang tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua
menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita thalassemia
mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan
karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin
disebabkan karena keturunan.
h) Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC
Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam
adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa
dirinya sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu
diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya
nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera
dirujuk ke dokter.
i) Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya
adalah:
a) Keadaan umum = Anak biasanya terlihat lemah dan kurang
bergairah serta tidak selincah aanak seusianya yang normal.
b) Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum/tidak mendapatkan
pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan
bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa

9
pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat
lebar.
c) Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
d) Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
e) Dada, Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol
akibat adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia
kronik
f) Perut, Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat
pembesaran limpa dan hati (hepatosplemagali).
g) Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya
kurang dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
h) Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan
mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena
adanya anemia kronik.
i) Kulit Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering
mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti
besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit
(hemosiderosis) (Wiayaningsih, 2013)
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
berikut adalah diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan
Thalasemia menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) dengan menggunakan
standar diagnosis keperawatan indonesia dalam (PPNI, 2017)

10
1) Pola nafas tidak efektif (D.0005)
a) Definisi: Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat.
b) Gejala dan tanda Mayor
Subjektif: dyspnea
Objektif:
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napasabnormal (mis. Takipnea, bradypnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes)
c) Gejala dan tanda Minor
Subjektif: Ortopnea
Objektif:
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
2) Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
a) Definisi Masalah: Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler
yang dapat mengganggu metabolism tubuh
b) Gejala dan Data Mayor
Subjektif: -
Objektif:
1. Pengisian kapiler > 3 detik
2. Nadi perifer menurun atau tidak teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat (5) Turgor Kulit menurun

11
c) Gejala dan Data Minor
Subjektif:
1. Parastesia
2. Nyeri ekstermitas
Objektif:
1. Edema
2. Penyembuhan luka lambat
3. Indeks ankle- brachial <0.09
4. Bruit fermoralis
3) Intoleransi aktivitas (D.0056)
a) Definisi: Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktifitas sehari-
hari
b) Gejala dan Data Mayor
Subjektif: Mengeluh Lelah
Objektif: Frekuens jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat
c) Gejala dan Data Minor
Subjektif:
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas
3. Merasa lemah
Objektif:
1. Tekanan darah berubah < 20% dari kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis

12
4) Resiko gangguan integritas kulit /jaringan (D.0139)
a) Definisi: Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago kapsul sendi dan/atau ligamen).
b) Faktor Risiko
5) Resiko infeksi (D. 0142)
a) Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
b) Faktor Risiko
6) Gangguan citra tubuh (D.0083)
a) Definisi: Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur, dan
fungsi fisik individu
b) Gejala dan tanda Mayor
Subjektif: Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
Objektif:
1. Kehilangan bagian tubuh
2. Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang
c) Gejala dan tanda Minor
Subjektif:
1. Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian
tubuh
2. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
3. Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang
lain
4. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif:
1. Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara
berlebihan
2. Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh
3. Focus berlebihan pada perubahan tubuh
4. Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh

13
5. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial berubah
7) Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)
a) Definisi: Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan
bertumbuh danberkembang sesuai dengan kelompok usia.
b) Gejala dan tanda Mayor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas
sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial)
2. Pertumbuhan fisik terganggu
c) Gejala dan tanda Minor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia
2. Afek datar
3. Respon sosial lambat
4. Kontak mata terbatas
5. Nafsu makan menurun
6. Lesu
7. Mudah marah
8. Regresi
9. Pola tidur terganggu (padabayi)

14
2.3.3 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah gambaran atau tindakan yang akan
dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien.
Adapun rencana keperawatan yang seuai dengan penyakit Thalasemia
menurut (PPNI, 2018) (PPNI, 2016) adalah sebagai berikut:
1) Pola nafars tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru dan penurunan energy
a) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
nafas klien membaik
Kriteria Hasil:
1. Frekuensi nafas membaik
2. Fungsi paru dalam batas normal
3. Tanda- tanda vital dalam batas normal
b) Intervensi
Observasi:
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, Takipnea, hiper
ventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4. Auskultasi bunyi Nafas
5. Monitor saturasi oksigen Terapeutik
6. Posisikan semi fowler atau fowler
7. Berikan Oksigen jika perlu
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
toleransi aktivitas meningkat
Kriteria Hasil:
1. Keluhan lelah menurun
2. Perasaan lemah menurun
3. Tenaga Meningkat

15
b) Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan lelah
2. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas, catat
kelelahan dan kesulitan dalam beraktivitas
3. Monitor kelelahan fisik dan emosional
4. Catat respon terhadap tingkat aktivitas
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpidah
atau berjalan
4. Libatkan keluarga dalam aktvitas, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan Tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas
3) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kosentrasi
hemoglobin
a) Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perfusi
perifer meningkat
Kriteria hasil:
Warna Kulit pucat menurun
Pengisian kapiler membaik
Akral membaik
Turgor kulit membaik
b) Intervensi:
Observasi:
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu, anklebrachial index)
2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada extermitas

16
3. Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan
atau gelisah
Terapeutik:
1. Lakukan pencegahan infeksi
2. Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya
(terlalu panas atau dingin)
Edukasi:
1. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
2. Anjurkan perawatan kulit yang tepat (mis. Melembabkan kulit
kering pada Kaki)
4) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
a) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
infeksi menurun
Kriteria hasil:
1. Kebersihan tangan meningkat
2. Kebersihan badan meningkat
3. Nafsu makan meningkat
b) Intervensi:
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistmik Terapeutik
2. Perhatikan teknik aseptic terhadap pemasangan transfusi
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi Edukasi
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Ajarkan cuci tangan dengan benar
7. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

17
5) Resiko gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi
a) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
integritas kulit dan jaringan klien meningkat
Kriteria hasil:
1. Perfusi jaringan meningkat
2. Kerusakan lapisan Kulit menurun
b) Intervensi
Observasi:
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
Terapeutik:
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
3. Gunakan Produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
4. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada Kulit
kering
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan pelembab (Mis. lotion, serum)
2. Anjurkan minum yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
4. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
a) Tujuan: Setelah pemberian tindakan keperawatan diharapkan citra
tubuh klien meningkat
Kriteria hasil:
1. Melihat bagian tubuh meningkat
2. Vebralisasi perasaan negative tentang perubahan tubuh
menurun
3. Hubungan social membaik

18
b) Intervensi
Observasi:
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan
tahap perkembangan
2. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
social
Terapeutik:
1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan presepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi:
1. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok
sebaya)
2. Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
3. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain dan
kelompok
7) Gangguan Tumbuh Kembang berhubungan dengan efek ketidak
mampuan fisik
a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
perkembangan membaik
Kriteria hasil:
1. Keterampilan/ prilaku sesuai dengan usia
2. Respon social meningkat
3. Kontak mata meningkat
Afek Membaik
b) Intervensi
Observasi:
1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak Terapeutik
2. Minimalkan kebisingan ruangan

19
3. Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
optimal
4. Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
5. Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan
positif atau umpan balik atas usahanya
6. Mempertahankan kenyamanan anak
7. Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai Edukasi
8. Jelaskan orang tua / pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan perilaku anak
9. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anak
2.3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Ukuran implementiasi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien- keluarga, atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi (Ghofur, 2016).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi
dan tanda gejala yang spesifik. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi

20
sumatif dan formatif dengan menggunakan beberapa metode. Evaluasi dapat
dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1) Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP.
2) Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya,
mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali,
agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan
sel darah (korpuskili). Plasma merupakan komponen intraseluler yang
berbentuk cair dan berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel
darah merupakan komponen padat yang terdapat di dalam plasma darah yang
terdiri dari sel eritrosit (sel darah merah), leokosit (sel darah putih), dan
trombosit (bekuan darah) dengan jumlah 45% dari volume darah (Evelyn C,
2009).
Eritrosit atau Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi khusus
mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh dan membantu pembuangan
karbon dioksida dan proton yang dihasilkan oleh metabolisme jaringan tubuh.
Masa hidup eritrosit ialah 120 hari sejak dibentuk di jaringan hematopoietik
(Kiswari R, 2014).

22
DAFTAR ISI
Apendi, Hanum Tajrihani. Perbedaan Jumlah Eritrosit Darah EDTA 10% dan
Darah Natrium Sitrat 3, 8%. Diss. Universitas Muhammadiyah
Semarang, 2017.

Apsari, Nurliana. Cipta. (2016). Pendampingan Bagi Anak Penyandang


Thalasemia Dan Keluarganya. Share: Social Work Journal.

Arnis, Yuliastati. & Amelia. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta Selatan:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Dahnil, Fitriayi, Ai Mardhiyah, dan Efri Widianti. (2017). Kajian Kebutuhan


supportive care pada orang tua anak penderita thalasemia.

Kiswari, Rukman. (2014). Hematologi & Transfusi. Jakarta: ERLANGGA.

PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan


Indikator Edisi I Cetakan III(Revisi). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

23

Anda mungkin juga menyukai