DOSEN PEMBIMBING:
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmatNyalah kami dapat menyelesaikan penulisan mengenai
“Proposal Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Petani Di Rt 09 Labu
Api” tepat pada waktunya.
Penyusunan proposal ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan proposal ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
proposal ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka
seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun
sarannya demi penyempurnaan proposal ini.
Akhirnya kami sangat berharap semoga dari proposal yang sederhana ini
bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada
proposal berikutnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari perlindungan bagi tenaga
kerja yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan
Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun
industri. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari
perlindungan bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk mencegah serta
mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi peningkatan
produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan
yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula.
Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tujuan utama dari program
kesehatan kerja dalam upaya perlindungan terhadap tenaga kerja. Perlindungan
kesehatan terhadap pekerja antara lain dengan menghindari timbulnya penyakit
akibat kerja. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 menegaskan bahwa asetiap pekerja
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja.
RT 09 Labu API, Memiliki jumlah keseluruhan penduduk 189 KK dan
rata rata tingkat pendidikan penduduk disana yaitu Sekolah Menengah Atas
(SMA), Tekstur tanah di sana tegolong lembab dan subur yang dalam artian
lain bisa di tanamai oleh berbagai tumbuhan seperti padi, jagung, mentimun,
tembakau, serta sayur dan buah buahan lainnya, sehingga masyarakat di sana
1
sebagian besar memilih profesi sebagai petani karena menurut mereka selain
bisa memanfaatkan lingkungan sekitar dengan baik profesi petani juga bisa
menghijaukan lingkungan dan meningkatkan kualitas oksigen yang ada disana,
selain menjadi petani profesi masyarakat disana yaitu sebagai pedagang yang
dimana barang yang di dagangkan adalah hasil dari pertanian mereka sendiri
seperti sayuran dan buah buahan.
Dari data hasil observasi masyarakat di RT 09 Labu API, dalam bertani
masyarakat disana masih menggunakan pastasida untuk membasmi hama
Tenaga kerja petani adalah salah satu populasi yang berisiko untuk mengalami
keracunan pestisida dengan dampak negatif jangka panjang. Efek negatif dari
pajanan pestisida pada kelompok ini tidak kalah besarnya karena dapat
menimbulkan berbagai gangguan. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan
mereka dalam kegiatan di bidang pertanian, seperti menyemprot, menyiapkan
perlengkapan untuk menyemprot, termasuk mencampur pestisida, mencuci
peralatan/pakaian yang dipakai saat menyemprot, membuang rumput dari
tanaman, mencari hama, menyiram tanaman dan memanen (Kurniasih et.al
2013).
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui aspek K3 pada
petani menggunakan Walk through survey. Walk through survey atau survey
jalan sepintas merupakan teknik utama yang penting untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat memberikan
efek atau gangguan pada kesehatan pekerja yang terpajan. Walk Through
survey adalah survei untuk mendapatkan informasi yang relatif sederhana tapi
cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan upaya
pengumpulan data untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa
sederhana.
2
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei ini adalah untuk mengetahui aspek Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada Petani yang ada di RT 09 labu api Lombok
barat.
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Kebisingan adalah semua suara yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau
berkepenjangan dapat merusak jaringan saraf sensitive di telinga,
menyebabkan kehilangan pendengaran semntara atau permanen. Hal ini
sering diabaikan sebagai measalah kesehtan, tapi itu adalah salah satu
bahya fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai
ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.
Pencegahan:
5
Getaran adalah gerakan bola-balik cepat (reciprocating), memantul ke
atas dan kebawah atau ke belakang dank e depan. Gerakan tersebut terjadi
secara teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari
kedudukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh negative terhadap semua
atau sebagaian dari tubuh.
Misalnya memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi
tangan dan lengan pengguna, menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah dan sirkulasi di tangan. Sebaliknya mengemudi traktor di jalan
bergelombang dengan kursi yang dirancang kurang sesuai sehingga
menimbulkan getaran keseluruh tubuh, dapat mengakibatkan nyeri
punggung bagian bawah.
Getaran dapat dirasakan melalui lantai dan dinding oleh orang-orang
disekitarnya. Misalnya, mesin besar di tempat kerja dapat menimbulkan
getaran yang mempengaruhi pekerja yang tidak memiliki kontak langsung
dengan mesin tersebut dan menyebabkan nyeri dan kram otot.
Pencegahan:
6
Ketika suhu berbeda di atas atau dibawah batas normal, keadaan ini
memperlambat pekerjaan. Ini adalah respon alami dan fisiologis dan
merupakan salah satu alas an mengapa sangat penting untuk
mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban ditempat
kerja. Faktor-fator ini secara signifikan dapat berpengaruh pada efisiensi
dan produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara bersih di ruangan
tempat kerja membantu untuk memastikan lingkungan kerja yang sehat
dan mengurangi pajanan bahan kimia. Sebaiknya, ventilasi yang kurang
sesuai dapat mengakibatkan:
a. Mengakibatkan pekerja kekeringan atau kelembaban yang berlenihan.
7
ultra violet berkisar 1-40 nm. Radiasi ini dapat berdampak pada kulit dan
mata.
Pencegahan:
8
tertentu, dan dosis ekivalen untuk kulit serta untuk tangan dan kaki
sebesar 500 msv per tahun
3) Nbd untuk anggota masyarakat mengikuti pola penerapan untuk
pekerja radiasi dengan nilai lebih rendah, yaitu sebesar 1 msv dalam 1
tahun
4) Evaluasi dosis perorangan pekerja radiasi pada umumnya dilakukan
setiap triwulan berdasarkan atas penjumlahan penerimaan dosis radiasi
eksternal dan internal serta membandingkan penerimaan tersebut
terhadap nbd triwulan
5) Pemeriksaan kesehatan rutin terhadap pekerja radiasi dilakukan
minimal sekali dalam setahun untuk kondisi normal. Pemeriksaan
kesehatan tambahan dapat dilakukan terhadap pekerja radiasi pada
kondisi khusus
b. Pengendalian paparan radiasi eksternal dan internal
9
b) Pengunjung yang berada di Kawasan Nuklir BATAN dalam
waktu relatif singkat (8 jam).
c) Kontraktor, pemasok bahan/barang ataupun para pegawainya.
10
c) Program kesiapsiagaan tersebut mengatur infra struktur dan
kesiapan fungsi penanggulangan. Juga diatur latihan atau gladi
kedaruratan nuklir baik parsial maupun terpadu.
d) Dalam keadaan darurat, seorang relawan dapat menerima dosis
berlebih untuk maksud penyelamatan jiwa atau mencegah
luka/sakit yang lebih parah, atau untuk mencegah peningkatan
bahaya yang sangat besar.
e) Dalam keadaan kedaruratan nuklir mungkin terjadi beberapa
pekerja radiasi menerima dosis berlebih. Penyelamatan jiwa
manusia di medan radiasi tinggi dilakukan oleh petugas yang
berkompeten. Tiap situasi yang terjadi pada kondisi darurat harus
diperhitungkan dengan cermat oleh Pengkaji Radiologi sebagai
dasar mengambil keputusan.
f) Dalam kecelakaan, dosis radiasi yang diterima korban kecelakaan
ataupun petugas penanggulangan kecelakaan harus dievaluasi dan
dilaporkan secara terpisah. Apabila dosis yang diterima
melampaui 2 kali NBD tahunan harus dilakukan pemeriksaan
kesehatan khusus.
g) Dosis maksimum seluruh tubuh yang dapat ditoleransi untuk
penyelamatan jiwa adalah 500 mSv khususnya dalam kondisi
kedaruratan nuklir.
4) Pemantauan kesehatan
11
1. Pekerja radiasi dan pekerja administrasi diperiksa minimal 1
tahun sekali.
2. Siswa magang, kontraktor, peneliti/ahli yang berkunjung dan
bekerja di medan radiasi lebih dari enam bulan wajib
menjalani pemeriksaan kesehatan fisik dan laboratorium
sebelum bekerja lebih lanjut.
d) Pada keadaan kecelakaan radiasi dilakukan pemantauan
kesehatan khusus bagi yang menerima dosis melebihi 2 kali NBD
tahunan atau yang diduga menerima dosis berlebih.
e) Hasil pemeriksaan kesehatan pekerja diarsipkan dalam data
kesehatan pekerja yang ditangani oleh klinik di lingkungan
kawasan atau klinik yang ditunjuk oleh PI. Hasil pemeriksaan
kesehatan dilaporkan kepada PI yang bersangkutan untuk
penatalaksanaan kesehatan.
f) Jika pekerja radiasi mendapat dosis berlebih akibat tugasnya
sehari- hari atau mengalami kecelakaan radiasi, maka petugas
kesehatan menanggulangi keadaan korban tersebut bersama
dengan Bidang Keselamatan atau Tim Keselamatan terkait.
g) Bila keadaan korban tidak dapat ditanggulangi dengan fasilitas
yang ada di kawasan nuklir BATAN masing-masing, maka
petugas kesehatan klinik harus mengirim korban ke rumah sakit.
h) Pekerja radiasi yang akan pensiun atau tidak akan bertugas
sebagai pekerja radiasi secara permanen harus menjalani
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Dalam hal ini hanya pekerja
radiasi yang pemeriksaan kesehatan terakhirnya lebih dari 6
bulan.
i) PI memfasilitasi konseling kesehatan kepada pekerja radiasi yang
menerima dosis berlebih.
5) Pemantauan dosis radiasi perorangan
a) Umum
12
pemantauan, pencatatan dan penyimpanan dosis radiasi,
pelaporan dosis radiasi, serta penanganan dosis berlebih.
Pemantauan dosis radiasi perorangan dilakukan untuk
mengetahui besarnya dosis yang diterima pekerja radiasi dalam
rangka mematuhi ketentuan batasan dosis.
b) Jenis pemantauan dosis radiasi perorangan
13
pada mereka yang mengikuti praktik terbaik dalam menangani dan bekerja
dengan bahan kimia di laboratorium. Namun, manajer atau pimpinan
mungkin perlu mempertimbangkan sarana penegakan aturan jika pekerja
melanggar sistem (Moran dan Masciangioli, 2010
3. Bahaya faktor Kimia
14
kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui
nilai ambang batas (NAB). Bahan kimia di tempat kerja.
2.1.4 Pencegahan Bahaya Ergonomic
1. Pengertian bahaya ergonomic
15
menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan,
tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah
(Nasution, S. M. 2020).
b. LBP (Low Back Pain)
16
berlangsung. Lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan
beban tambahan kerja bagi perawat. Bahaya faktor psikososial di tempat
kerja dapat berhubungan dengan lingkungan sosial kerja, yang berpotensi
menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologis Pegawai.
(Sihaloho, L. B. 2020).
Kondisi kerja yang telah berubah, dampak pada faktor risiko
psikososial telah meningkat maka kinerja karyawan akan semakin rendah.
Psikologis tuntutan pekerjaan adalah salah satu risiko psikososial utama
dalam pekerjaan dan mengacu pada aspek pekerjaan yang akan
membutuhkan usaha mental atau emosional. Meskipun tidak selalu
negatif, tuntutan pekerjaan psikologis dapat memicu reaksi ketegangan
dan stres ketika mereka membutuhkan terlalu banyak usaha. Jika
berkelanjutan, psikologis tuntutan pekerjaan dapat mengakibatkan sakit.
(Sihaloho, L. B. 2020).
Bahaya psikososial dapat menyebabkan stres pada pekerja, hal ini dapat
disebabkan oleh akumulasi stressor pada situasi kerja di tempat kerja.
Misalnya, tuntutan pekerjaan dapat memicu timbulnya stres di tempat
kerja. Menurut Randall R. Ross (1994), disebutkan bahwa stres kerja
terjadi akibat adanya interaksi antara kondisi kerja dengan karakteristik
pekerja dimana tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan para pekerja.
3.Pencegahan bahaya sosial
17
akan mampu menampilkan kinerja yang prima, produktivitas yang tinggi
dan tingkat absensi yang rendah (Sihaloho, L. B. 2020).
2.2 Konsep Teori Sasaran
18
3. Bahaya faktor Kimia
19
BAB III
HASIL OBSERVASI
Score
No Daftar Pertanyaan Pemeriksaan Ya Tid
ak
A Manajemen K3
I Lingkungan Fisik ✓
Apakah disediakan alat pelindung diri yang sesuai dengan ✓
1
bahaya kerja serta dalam keadaan baik untuk digunakan?
2 Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai ketentuan? ✓
Apakah ada materials safety data sheet untuk pengendalian ✓
3
bahaya kimia berbahaya?
Apakah ada prosedur tetap untuk pengendalian bahan-bahan ✓
4
yang mudah terbakar dan meledak?
Untuk menentukan bahaya-bahaya potensial apakah ✓
5
digunakan “HAZOPS” (hazard operability studies)?
Apakah ada petunjuk tertulis pengendalian dan ✓
6
penanggulangan keadaan darurat?
Apakah tanda-tanda peringatan dipasang di tempat-tempat ✓
7
berbahaya?
Apakah ada prosedur untuk memasuki ruangan tertutup ✓
8 (confined space) yang mencakup pengecekan pendahuluan,
ventilasi, alat-alat pelindung diri dan lain-lain?
Apakah nomor-nomor telepon untuk keadaan darurat ✓
9
dipajang dengan jelas?
Apakah saran ventilasi untuk pengendalian bau, uap, asap, ✓
10
dan debu memenuhi syarat?
20
Apakah ada prosedur untuk memusnahkan barang/bahan ✓
11
yang sudah tidak dipakai?
Apakah ada pintu dan jalan penyelamatan dengan jumlah ✓
12
yang memadai?
13 Jika terdapat platform yang portable atau sementara, apakah ✓
penangannya sudah memadai dan diperiksa secara teratur?
Apakah semua tutup saluran pembuangan dalam keadaan ✓
14
baik dan sambungan serta control alirannya dibersihkan?
Apakah bagian-bagian dari mesin yang berputar (bergerak) ✓
15
diberi pelindung yang baik?
Apakah semua pelindung tetap dalam posisi terkunci dan ✓
16
dalam kondisi yang baik?
Apakah semua pengaman “interlock” mesin maupun listrik ✓
17
dalam keadaan baik?
18 Apakah semua pengaman otomatis telah distel dengan baik? ✓
Apakah semua tombol-tombol “STOP” berfungsi dengan ✓
19
baik dan diberi label dengan jelas?
Apakah setiap mesin dan peralatannya dapat ✓
20
dihentikan/dimatikan dan diisolasi untuk pemeliharaan?
Apakah ada bagian-bagian peralatan mesin yang ✓
21
bergerak/berputar tidak berpengalaman?
Apakah ada program pemeliharaan peralatan ✓
22
pelindung/pengaman, perkakas dan alat-alat tangan?
Apakah system pengangkatan dan pengangkutan material ✓
23
dengan tenaga mesin telah sesuai dengan ketentuan?
Apakah semua peralatan angkat diberi tanda beban ✓
24
maksimum yang diizinkan (safe working load = SWL)?
Apakah pemeriksaan pengukuran pesawat/alat angkat ✓
25 diadakan secara teratur?
Apakah tersedia alat angkat yang memadai sesuai ✓
26
kebutuhan?
Apakah semua “sling/Rantai Baja” dalam kondisi yang ✓
27
baik?
Apakah elevator hoist, conveyor peralatan angkat dan ✓
28 lainnya dioperasikan secara benar dengan tanda-tanda
peringatan yang sesuai?
Apakah operator alat angkat telah mempunyai kualifikasi ✓
29
cukup?
30 Apakah semua alat angkut dalam kondisi baik? ✓
Apakah dipasang rambu-rambu/tanda peringatan ✓
31 secukupnya untuk para pemakai jalan, pejalan kaki dan
pengemudi dalam areal operasi kendaraan pengangkut?
21
Apakah permukaan daerah operasi alat angkut dalam ✓
32
keadaan baik?
33 Apakah gang-gang diberi marka dan tanda dengan jelas? ✓
22
Apakah setiap ruangan dan atau bangunan diberi system ✓
52 tanda bahaya dan system komunikasi untuk keadaan
darurat, penyelamatan dan lain-lain/
Apakah semua pintu keluar dibuatkan tanda yang mudah ✓
53
dilihat dan diberi penerangan yang memenuhi syarat?
54 Apakah pintu-pintu keluar (exit) berfungsi dengan baik? ✓
Apakah semua bahan-bahan yang mudah terbakar dan ✓
55
meledak disimpan dan digunakan secara aman ?
Apakah tersedia tempat yang tertutup untuk bahan buangan ✓
56
yang mudah terbakar ?
Apakah instruksi-instruksi yang jelas telah dipasang ✓
57 ditempat penyimpanan maupun pembuangan bahan-bahan
yang mudah terbakar dan meledak ?
Apakah alat pemadam kebakaran tersedia dengan jumlah ✓
58 dan jenis yang cukup serta dengan penempatan yang baik ,
mudah terlihat dan terjangkau ?
Apakah disediakan gelondongan selang (hose rell) yang ✓
59 cukup jumlahnya dan dalam penggunaan dapat mencapai
seluruh bagian bangunan ?
Apakah hidran kebakaran dan persediaan air selalu cukup ✓
60
untuk digunakan oleh regu pemadam kebakaran ?
Bila terdapat resiko kebakaran khusus misalnya kebakaran ✓
61 magnesium, sodium, dan lain-lain, apakah tersedia
peralatan khusus untuk pemadamnya ?
Apakah terdapat system peringatan kebakaran (alarm) yang ✓
62
baik terdengar dan terlihat dengan jelas ?
Apakah secara teratur diadakan latihan peran evakuasi / ✓
63
penyelamatan bagi seluruh tenaga kerja ?
Apakah system alarm / alat pemadam dites / dicoba secara ✓
64
teratur dan diberikan label ?
Apakah tanda “ Dilarang Merokok ” dipajang ditempat / ✓
65 disekitar tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kebakaran ?
Apakah disediakan sarana penyelamatan diri dengan cepat ✓
67
dan / atau jalan penyelamatan yang bebas rintangan ?
Apakah terdapat system komunikasi dan pemanggilan regu ✓
68
pemadam kebakaran yang andal ?
Apakah terpasang instruksi-instruksi dan nomor-nomor ✓
69
telepon dalam keadaan bahaya ?
Apakah terdapat kotak P3K yang lengkap dan memadai ✓
70
ditempat-tempat strategis ?
Apakah terdapat petugas P3K secara khusus dan dalam ✓
71
jumlah yang memadai ?
23
Apakah dipekerjakan seorang dokter secara tetap atau ✓
72 dengan system kontrak dengan pusat pelayanan kesehatan
tertentu ?
Apakah tempat-tempat kerja diberi penerangan yang ✓
73
memadai ?
Apakah tersedia tempat pembuangan sampah dan bahan ✓
74
yang tidak terpakai lagi ?
Apakah tangga-tangga (Portable ladders) sudah memadai ✓
75 untuk segala jenis pekerjaan dan kondisinya dalam keadaan
baik serta dilengkapi pengaman ?
Jika terdapat tangga pengaman , apakah dalam keadaan baik ✓
76 dan dilengkapi dengan pengaman pegangan tangan dan
sebagainya ?
77 Apakah tirai pengaman tersedia bila diperlukan ? ✓
Apakah alat pelindung diri yang tersedia dipelihara sesuai ✓
78
denngan ketentuan ?
II Lingkungan Biologis
Apakah dilakukan pemeliharaan halaman , jalan-jalan ✓
1
kendaraan pagar pembatas dan sebagainya ?
Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan ✓
2
kerapihannya ?
3 Apakah terdapat instalasi pengolahan air limbah (IPAL)? ✓
9 ✓
Apakah peraturan ditegakkan dalam hal cara berpakaian?
10 Apakah alat pelindung diri dipelihara sesuai ketentuan? ✓
Apakah daerah kerja terpelihara kebersihan dan ✓
11
kerapiannya?
12 Suhu udara dilingkungan kerja cukup nyaman? ✓
24
Apakah secara teratur diadakan pemeriksaan untuk evaluasi
2 dan mengendalikan bahan-bahan beracun dan berbahaya ✓
(toxic and hazardous materials)?
Jika perusahaan menggunakan bahan kimia berbahaya, ✓
3 apakah para pekerja yang bersangkutan sudah dididik dan
dilatih serta mengetahui cara-cara menanganinya?
Apakah dilakukan pengujian kandungan bahan berbahaya ✓
4
pada contoh produk?
Bilamana terdapat bahan beracun apakah disediakan ✓
5
“antidotes”
Apakah tempat penyimpanan bahan beracun dan bahan ✓
6 berbahaya sudah sesuai dengan ketentuan?
IV Lingkungan Psikososial
Apakah para anggota Panitia Pembina Keselamatan dan ✓
1 Kesehatan Kerja mendapat latihan K3 sesuai tugas dan
fungsinya menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970?
Apakah perusahaan telah mempunyai perizinan
2 keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan dari
instansi berwenang?
Apakah perusahaan telah ikut serta dalam program ✓
3
JAMSOSTEK?
Apakah para manajer menerapkan manajemen risiko(risk ✓
4
management)?
Apakah perusahaan mengasuransikan kebakaran, ✓
5
peledakan, dan ganti rugi lainnya?
Apakah keselamatan dan kesehatan kerja dimasing-masing ✓
6 bidang pekerjaan secara teratur dikaji ulang dan
dimutakhirkan?
Apakah perusahaan mempunyai Panitia Pembina ✓
7
Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
Apakah diadakan pertemuan berkala antara pekerja dengan ✓
petugas keselamatan dan kesehatan kerja untuk
8
mendiskusikan masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja ?
Apakah pemasangan poster K3 sebelumnya sudah ✓
9
direncanakan dengan baik ?
Apakah terdapat sarana dan fasilitas (film,video,dan lain- ✓
10
lain ) untuk dan pembinaan pekerja ?
25
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masyarakat RT 09 Labu Api sebagian besar berprofesi sebagai petani di
karenakan tanah disana yang subur sehingga bisa di tanami oleh berbagai
tumbuhan, akan teteapi dalam bertani masyakat disana menggunakan pestisida
untuk membasmi hama dengan tujuan untuk mendapatkan hasil panen yang
maksimal, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa resiko keracunan
Pestisida sangat mungkin terjadi pada masyarakat RT 09 Labu Api, untuk itu
perlu di adakah Promosi Kesehatan pada masyarakat sehingga diharapkan
dapat mencegah danpak-dampak negatif dari penggunaan Pestesida tersebut.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29
Kondisi Pertanian Di rt 09 Labu Api
30