Anda di halaman 1dari 45

TUMOR MATA

Gusti Angri Angalan


I11112004
PEMBAGIAN MENURUT ANATOMI

Tumor Orbita

Tumor Adneksa : Konjungtiva, Palpebra

Tumor Intra Okuler


Tumor Orbita : Hemangioma, Limfangioma,
Rabdomiosarkoma,
Neurofibroma, Glioma

Adneksa : Karsinoma sel basal


Karsinoma sel skuamosa
Melanoma konjungtiva

Intra Okuler : Retinoblastoma


TUMOR ORBITA
ANATOMI RONGGA ORBITA

Orbita berbentuk suatu rongga yang


secara skematis digambarkan
sebagai piramida yang
berkonvergensi ke arah belakang.
Puncaknya adalah foramen
optikum, dan dasarnya menghadap
ke depan luar dan terbuka disebut
aditus orbitae. Sedangkan dinding-
dindingnya meliputi dinding medial,
dinding lateral, dinding atas (atap
orbita), dan dinding bawah (dasar
orbita
TUMOR ORBITA

Primer : Dari jaringan orbita

Sekunder: Dari ekstensi tumor sekitar


orbita atau metastase dari lain
organ
Tumor Orbita dapat menyebabkan penurunan
visus bahkan kebutaan karena:

Tumor menekan saraf optik atau vaskulernya


Tumor mendorong pole posterior bola mata
sehingga bayangan jatuh di belakang bola
matam(relative hipermetrop)
Bola mata keluar, terjadi keratitis eksposur,
ulkus kornea sampai perforasi.
HEMANGIOMA KAPILER

Hemangiorna kapiler merupakan tumor jinak

Lesi superfisial tampak kemerahan (nevus strazuberry), dan lesi yang


terletak lebih dalam tampak lebih kebiruan. Lebih dari 90% kasus
menjadi jelas sebelum usia 6 bulan.

Lesi cenderung membesar dengan cepat selama tahun pertama


kehidupan dan mengecil perlahan dalarn 6-7 tahun.

Lesi di dalam orbita dapat menyebabkan strabismus atau proptosis.


Keterlibatan-kelopak mata dapat mencetuskan astigmatisme atau
menutupi penglihatan yang menimbulkan ambliopia.
Kortikosteroid diperkirakan memiliki efek antiangiogenik yang
menghambat proliferasi kapiler dan menginduksi konstriksi pembuluh
darah.
HEMANGIMOMA KAVERNOSA

Hemangioma kavernosa bersifat jinak, tumbuh lambat, dan biasanya


menjadi simptomatik pada usia pertengahan.

Sebagian besar timbul pada wanita.

Hemangioma ini biasanya terdapat di dalam kerucut otot, menimbulkan


proptosis aksialis, hiperopia, dan, pada banyak kasus, lipatan koroidalis.

Tidak seperti hemangioma kapiler, tumor ini tidak memiliki kecenderungan


untuk regresi spontan.

Eksisi bedah biasanya memberi hasil baik dan diindikasikan bila telah
menimbulkan gejala.
LIMFANGIOMA

Pada tahap-tahap awal, limfangioma mungkin sangat mirip dengan


hemangioma-bahkan secara histologis, sampai-sampai sejumlah penulis
mengisyaratkannya berasal dari vena. Keduanya biasanya mulai timbul
pada masa bayi walaupun limfangioma mungkin muncul belakangan.

Limfangioma tidak mengalami regresi dan ditandai oleh perdarahan


intermiten dan perburukan secara bertahap. Dapat timbul kista berisi
darah berukuran besar yang menimbulkan proptosis dan diplopia serta
memerlukan evakuasi.

Tumor sering multifokus dan sering timbul di palatum mole dan bagian-
bagian wajah yang lain serta orbita. pada pemeriksaan histologik, tumor
tersebut terdiri atas salur, an-saluran besar berisi serum dan folikel-
folikel limfoid.
Terapi dapat bertujuan untuk dekompresi akut kista yang mengalami
perdarahan atau eradikasi tumor. Aspirasi darah dengan jarum atau
ekstirpasi suatu kista spesifik mungkin efektif untuk sementara. Eksisi
tumor dengan metode apapun jarang memuaskan. Risiko ambliopia
serupa dengan yang timbul akibat hemangioma kapiler.
RABDOMIOSARKOMA

Rabdomiosarkoma adalah tumor ganas primer orbita


yang paling sering terjadi pada anak-anak. Tumor
muncul sebelum usia 10 tahun dan ditandai oleh
pertumbuhan yang cepat.

Tumor dapat menghancurkan tulang orbita di


dekatnya dan menyebar ke otak.

Kombinasi radiasi megavoltase eksternal dan


kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup
pasien dari kurang dari 50%, sewaktu digunakan
eksenterasi orbita, menjadi lebih dari 90% sekarang.
NEUROFIBROMA

Neurofibromatosis 1 (penyakit Recklinghausen) diwariskan sebagai


ciri autosomal dominan. Gen yang berperan terletak di kromosom
17. Neurofibroma pleksiformis merupakan lesi khas dan dapat
menyebabkan distorsi kelopak mata dan orbita. Adanya nodul-
nodul iris Lisch dan bercak-bercak cafe aulait membantu
memastikan diagnosis.

Tulang sfenoid sering mengalami cacat defek orbita yang menyertai


dapat menimbulkan enoftalmus atau eksoftalmus.

Glioma nervus nimbulkan tanda (proptosis) dan gejala (gangguan


penglihatan) pada 5% individu yang terkena; pencitraan telah
menunjukkan bahwa banyak pasien mengidap glioma nervus
opticus yang asimptomatik. Sebagian pasien juga mengalami
meningioma dan tumor selubung saraf perifer maligna.
GLIOMA

Sekitar 75% glioma nervus opticus yang simptomatik telah tampak


sebelum usia 10 tahun.

anterior dari kiasma optikum jinak dan dapat menghilang secara


spontan; belakang kiasma lebih agresif' .

Tanda yang paling sering dijumpai adalah hilangnya penglihatan dan


atrofi optikus. Proptosis terjadi bila tumor terletak di dalam orbita.

Pertumbuhan progresif atau gangguan penglihatan radioterapi


Terdapat risiko terjadinya kerusakan sekunder sistem saraf pusat
kemoterapi lebih baik
Orbitotomi lateral proptosis mencolok, penampakan kosmetik
pasien
Pemeriksaan Mata
Visus
Kelopak mata
Konjungtiva
Kornea
Pupil
Iris
Fundus
Otot ekstra okuler
Pemeriksaan Orbita

Pengukuran Proptosis:
Penonjolan mata Normal : 12 20 mm
Beda kedua mata 2 mm
Patologis : Penonjolan > 20mm
Beda kedua mata 3 mm
Posisi Proptosis
Sentrik : tumor intra konal
Eksentrik : tumor ekstra konal (Ex. tumor kelenjar
lakrimal, eksistensi karsinoma sinus)
Palpasi

Tumor yang teraba dinilai konsistensinya, mudah


digerakkan atau lekat dasar, nyeri tekan atau tidak
kemudian permukaan rata atau tidak.

Pulsasi

Tanda dari fistula Arteri Vena atau defek dari atap orbita
Cara pemeriksaannya dengan melihat gerakan bola mata
Corkscrew pelebaran pembuluh darah episklera dengan
dasar konjungtiva yang putih karena statis pembuluh
darah.
Bruit suara aliran darah yang terdengar pada
pemeriksaan dengan stetoskop dan sebagai tanda Khas dari
Arteri Vena fistula.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

X foto polos
Ultrasonografi (USG)
CT Scan
Arteriografi
MRI
Patologi

Pemeriksaan disesuaikan dengan hasil


Pemeriksaan Fisik.
TUMOR ADNEKSA
KARSINOMA SEL BASAL PALPEBRA

Karsinoma sel basal ialah karsinoma yang berasal dari sel


basal epitel kulit
PATOFISIOlOGI

Sering terjadi pada orang tua dapat pada semua umur, tering terkena
kelopak mata bawah, kantus medial, kelopak mata atas dan kantus
lateral, tumbuh lambat, bersifat invasive, destruktif lokal dan sangat
jarang bermetastasis.

Bentuk tumor dapat berupa ulkus dengan tepi luka bernodul atau dapat
pula berbentuk polipoid, berpigmen, berkeratinisasi dan bersifat
fibrotik.

Histo-patologi ditemukan sel-sel yang nukleusnya tidak mempunyai


nukleol tampak berkelompok.Tumor ini mempunyai gambaran yang
seragam dan bersifat basofilik. Dapat dilihat pigmen melanin pada sel-sel
tumor tertentu.
GEJALA KLINIS

Tumor ini tumbuh lambat, jarang mengenai jaringan yang lebih


dalam karena terdapat fasia yang bertindak sebagai barier.
Tidak Nyeri
Epifora
Penurunan visus sampai terjadi kebutaan
TEMUAN KLINIS

- Inspeksi :
Tampak sebagai tumor dengan pembesaran kearah mendatar
dengan tepi yang agak meninggi serta berlilin. Ditengahnya
sering berbentuk ulkus dengan tepi bernodul yang disebut ulkus
roden.

- Histopatologi :
Pemeriksaan histopatologi dari jaringan biopsi tumor merupakan
pemeriksaan penentu diagnosis pasti.
DIAGNOSIS BANDING

karsinoma epidermoid
melanoma maligna
adenokarsinoma

untuk membedakan secara pasti haruslah berdasarkan pemeriksaan


histopatologi jaringan tumor.
Gambaran klinis karsinoma sel sasal
A- tipe noduler
B- tipe noduloulseratif

Gambaran histopatologis karsinoma sel basal tipe


noduler (Dutton et al 2007)

25
Karsinoma sel basal kelopak mata tipe
morpheaform;
A. gambaran klinis,
B. gambaran histopatologis

26
Karsinoma sel basal kelopak mata tipe berpigmen;
A gambaran klinis,
B gambaran histopatologis

27
PENATALAKSANAAN

Terapi pembedahan merupakan terapi pilihan pada karsinoma sel basal. Tumor
yang masih terbatas di kelopak mata, dilakukan eksisi luas diikuti dengan
tindakan rekontruksi. Eksisi dibuat 4-5 mm dari tepi tumor makroskopik. Tumor
yang sudah mengadakan invasi ke jaringan orbita dilakukan eksenterasi orbita.

Terapi radiasi diberikan pada karsinoma sel basal kelopak mata yang luas.
Kegunaan radiasi dalam hal ini ialah untuk mengecilkan tumor sehingga
memudahkan tindakan rekontruksinya dan tidak menyebabkan gangguan fungsi
kelopak mata.
PENYULIT
Endoftalmitis
Tumor mengadakan invasi ke dalam jaringan
kelopak mata sehingga terjadi kerusakan dan
nekrosis. Kelopak mata mengalami gangguan fungsi.
Bila fungsi kelopak mata atas terganggu, maka akan
terjadi keratis eksposur, kemudian ulkus kornea dan
berakhir dengan endoftalmitis.
Ekstensi ke jaringan sekitar
Tumor tumbuh invasive dan destruktif ke jaringan
orbita, sinus paranasalis, rongga hidung dan rongga
tengkorak.
KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Selain berasal dari kelopak mata, karsinoma


skuamosa dapat berasal dari Konjungtiva.
Pralesi dapat barapa papiloma, ulserasi, atau
bentuk lainnya. Lesi menginvasi mata atau
bermetastase melalui pembuluh darah, limfe
ke kelenjar preaurikel dan submaksila. Angka
kematiannya cukup tinggi.

Terapi adalah dengan wide excition paling


sedikit 7 mm dari tepi tumor.
Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa kelopak mata;
A tipe mirip plak, B tipe noduler, C tipe ulseratif
31
TUMOR INTRAOKULER
RETINOBLASMA

Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai umur lima tahun
PATOFISIOLOGI

Tumor ganas dari jaringan embrional retina. Tumor ini mempunyai sifat maligna, kongenital
dan heriditer. Tubuh tumbuh pada satu mata atau dua mata. Insiden terbanyak dijumpai pada
umur antara 2-3 tahun, dan ditemukan satu diantara 23.000 34.000 kelahiran.

Tidak ada prediksi seks maupun ras.

Tumor tumbuh melalui mutasi genetik secara spontan dan sporadis, atau diturunkan melalui
autosomal dominan.
Klasifikasi International untuk
Retinoblastoma intraokular
Group A Tumor terbatas pada retina, yang terletak di setidaknya 3,0 mm dari
fovea dan 1,5 mm dari disk optik. Lesi lebih kecil dari 3,0 mm atau
diameter basal. Tidak adanya vitreous atau subretinal seeding.

Group B Tumor lebih besar dari di grup A, di lokasi manapun. Tidak adanya
vitreous atau subretinal seeding. Adanya cairan subretinal hingga 5.0
mm dari dasar lesi
Group C Tumor dengan focal vitreous atau subretinal seeding. Cairan subretinal
sampai dengan satu kuadran.
Group D Mata dengan diffuse vitreous atau subretinal seeding dan/atau
penyakit endofit atau eksofit. Massa avaskuler. Cairan subretinal lebh
dari satu kuadran.
Group E Mata yang mengalami anatomi definitif dan perubahan fungsional.
Disajikan satu atau lebih dari perubahan berikut: glaukoma neovascular
ireversibel; perdarahan intraokular masif; selulitis orbita aseptik;
tumor menyentuh lensa; retinoblastoma difus; mata atrofi
GEJALA KLINIS

- Visus menurun
- Mata juling
- Bila mata kena sinar akan memantul seperti mata kucing, disebut cats eye.
- Mata merah dan sifatnya residif
- Mata memberikan kesan lebih besar daripada mata lainnya
METASTASE

Lamina krobosa saraf optik, kemudian mengadakan infiltrasi ke


veginal sheat subarachnoid untuk menuju ke intrakranial
Jaringan koroid, dengan melalui pembuluh darah tumor menyebar
ke seluruh tubuh
Pembuluh emirasi, tumor menyebar ke bagian posterior orbita
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Diagnosis pasti retinoblastoma intraokuler hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan


patologi antomi. Karena tindakan biopsi merupakankontra-indikasi, maka untuk
menegakkan diagnosis digunakan beberapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang :
1. Pemeriksaan fundus okuli ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai
pembuluh darah pada permukaan maupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas
kabur.
2. Pemeriksaan X foto, hampir 60-70% penderita retinoblastoma menunjukkan adanya
klasifikasi. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen optikum melebar.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
3. Ultrasonografi :
Dengan pemeriksaan ini dapat mengetahui adanya massa intraokuler meskipun
media keruh
4. Lactic Acid Dehydrogenase (LDH) :
Membandingkan kadar LDH akuos humor dan serum darah. Bila rasio lebih besar
dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intraokuler ( normal rasio
kurang dari 1 ).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Funduscopy
Ultrasonografi
Tomografi (CT scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan Genetik
DIAGNOSIS BANDING

Katarak
Persistent hyperplastic primary vitreus
Retinopathy of prematurity
Ablasi retina
Panoftalmitis
PENATALAKSANAAN

- Pembedahan :
Enukleasi : dilakukan pada tumor yang masih tebatas intraokuler ialah dengan
mengangkat seluruh bolamata dan memotong saraf optik sepanjang mungkin.
Eksenterasi Orbita : dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita ialah
dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya sesudah operasi
diberikan terapi radiasi untuk membunuh sisa-sisa sekitar tumor.
- Khemoterapi :
Diberikan bila sudah diberikan terjadi metastase ke organ tubuh lainnya.
- Fotokoagulasi :
Diartemi atau krioterapi diberikan bila tumor masih terbatas diretina.
PROGNOSIS

Bila masih terbatas diretina, kemungkinan hidup 95%

Bila metastase ke orbita, kemungkinan hidup 5%

Bila metastase ke tubuh, kemungkinan hidup 0%


GAMBARAN KLINIS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai