DISUSUN OLEH :
Kelas : 2D/2520142578
YOGYAKARTA
2015/2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Angina Pectoris disusun untuk memenui
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Praktikan I,
( )
( ) ( )
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sindroma Angina pectoris tidak stabil telah lama dikenal sebagai gejala awal dari
penelitian menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati
mendadak pada riwayat penyakitnya yang mengalami gejala angina pectoris tidak
jumlahnya dua kali lebih besar dibandingkan kelompok yang tidak mengalami
Angina pectoris tidak stabil letaknya diantara spectrum angina pectoris stabil dan
1. Tujuan Umum
angina pectoris
2. Tujuan Khusus
KONSEP DASAR
A. Definisi
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon terhadap supalai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk,
2007)
Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang
berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkaitan yang disebabkan oleh
ischemia miokard tetapi tidak sampai terjadi nekrosis. Rasa tidak enak tersebut sering
kali digambarkan sebagai rasa tertekan, rasa terjerat, rasa kemeng, rasa penuh, rasa
terbakar, rasa bengkak dan rasa seperti sakit gigi. Rasa tidak enak tersebut biasanya
leher, bahu, punggung dan lengan kiri. Walaupun jarang, kadang-kadang juga
sesak nafas pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan fungsi akibat
ischemia miokard. Penyakit angina pektoris ini juga disebut sebagai penyakit kejang
jantung. Penyakit ini timbul karena adanya penyempitan pembuluh koroner pada
jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan tenaga pada saat kegiatan jantung
dalam miokardium. Gangguan tersebut bisa karena suplai oksigen yang turun (adanya
aterosklerosis koroner atau spasme arteria koroner) atau kebutuhan oksigen yang
meningkat.
B. Etiologi
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang lebih
pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang mengalami
stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen
yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen
Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai
darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam
keadaan istirahat.
1. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya
akan bertambah.
2. Kontraktilitas
4. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
Aterosklerosis
Anemia berat
Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada
C. Manifestasi Klinis
Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama
Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik
Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
3. Angina variant.
Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu
EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu
menjadi 4 :
- Kelas 1
Nyeri di dada timbul saat aktivitas fisik yang berat seperti berjalan cepat atau
- Kelas 2
Aktivitas sehari-hari agak terbatas seperti naik tangga lebih dari 1 lantai,jalan
menanjak
- Kelas 3
- Kelas 4
Nyeri dada terjadi saat istirahat dan aktivitas ringan seperti mandi dan menyapu
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard atau
karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh
sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan
aterosklerosis.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan
oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitaas fisik
yang cukup berat. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan
oksigennya juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang
sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan
oksigen ke otot jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau
memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien
miokardium dan menyebabkan nyeri ang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila
kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai oksigen oksigen menjadi adekut
dan sel-sel otot kembali keproses fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy.
Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam
Pathways
F. Komplikasi Angina Pectoris
Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena terdapat
Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan. sesuai dengan berat
Diagnosa :
Pemeriksaan EKG
Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa pemeriksaan
radionuclide)
Angiografi koroner.
Terapi :
peranan dari agregasi trobosit. penderita ini mengalami nyeri dada terutama
waktu istirahat, sehingga terbangun pada waktu menjelang subuh. Manifestasi
Elektrokardiografi tanpa serangan nyeri dada biasanya normal saja. Pada waktu
serangan didapati segmen ST elevasi. Jangan dilakukan uji latihan fisik pada
penderita ini oleh karena dapat mencetuskan aritmia yang berbahaya. Dengan
cara pemeriksaan teknik nuklir kita dapat melihat adanya iskemia saja ataupun
Terapi :
timbulnya angina
Kalsium Antagonis:
Efektif sebagai vasodilatasi. Dalam hal ini yang banyak digunakan adalah
Gambaran Klinis:
Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan karena rasa
sakit didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi dari pasien yang
datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang merasa
nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok dan
eadem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba
meninggal.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi
tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar
biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya
pernah mendapat serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari
yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat
,sering pada jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa
sakitnya yang bisa kemudian menghilang berkurang dan bisa pula bertahan
sakit tsb dan bisa hebat, terlebih-lebih apabila diberikan martin untuk rasa
sakitnya.
Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik, mencengkeram
atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia menyebar kedua
lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip
pancreatitis akut).
Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun bila pasien-
pasien ini ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan
pencernaan atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit
napas yang pendek (seperti orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada
diapragma oleh infark dinding inferior. pasien biasanya tetap sadar, tetapi bisa
gelisah, cemas atau bingung. Syncope adalah jarang, ketidak sadaran akibat
bahwa untuk masa yang bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2
minggu) ,rasa sakit anginanya menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak
bisa merupakan petunjuk bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina)
Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan
berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak
dijumpai. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit
atau inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi
demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102
derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali
Pengobatan:
Sasaran pengobatan IMA pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan cemas.
tachycardia. Obat ini banyak dipakai pada infark inferior dengan sakit dada dan
sinus bradycardia. Dosis 25-50 mg dapat diulang sesudah 2-4 jam dengan
perlahan-lahan .
Pada sakit dada dengan lMA terutama infark anterior dengan sinus tachycardia
dan tekanan darah sistolik di atas 100 - 100 mm Hg B-Blocker dapat dipakai.
Dosis kecil B-Blocker mulai dengan 1/2 - 5 mg Inderal. IV. Dikatakan bahwa
pemberian B-Blocker dalam 5 jam pertama bila tidak ada kontra indikasi dapat
spasme koroner, khusus angina sesudah hari ke-2 dan sebelum pulang. Istirahat,
pemberian 02, diet kalori rendah dan mudah dicernakan dan pasang infus untuk
siap gawat.
Pemberian anti koagulansia hanya pada penderita yang harus dimobilisasi agak
lama seperti gagal jantung, syok dan infark anterior yang luas. Sekitar 60-70%
dari infark tidak terdapat komplikasi dan dianjurkan penanganan sesudah 2-3
Kalau normal untuk rehabilitasi biasa tetapi kalau abnormal agar diperiksa
4. Aritmia
Adalah suatu kelainan ireguler dari denyut jantung yang disebabkan oleh
Kalsium intoksikasi adalah salah satu contoh terjadinya depolarisasi tipe ini.
Didefinisikan sebagai kematian yang terjadi kurang dari 1 jam dari kesadaran
tanpa diketahui terlebih dahulu adanya penyakit jantung primer atau tidak. Secara
umum penyebab dari kematian jantung lebih dari 90% disebabkan oleh koroner
(VT dan VF 60%), infark akut (15%), iskemi akut (10%), spasme koroner (2-5%)
Terapi
Tidakan darurat yang dilakukan pada pasien yang selamat dari jantung:
ekstubasi
Langkah kedua, cari factor penyebab yang pada umumnya adalah infark akut,
Langkah ketiga, ketahui sttus jantung dengan tes exercise, talium scan,
ekokardiografi
Langkah ke empat, ketahui apakah terdapat VT/VF baik melalui holter monitor
dengan atau tidak defibrillator, amiodaron atau mungkin juga pemberian sotasol
G. Penatalaksanaan
kuantitas hidup.
a. Penyekat Beta
obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan
bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit
c. Kalsium Antagonis
baik akut atau kronik, kecuali ada kontra indikasi, maka penderita dapat
3. Revaskularisasi Miokard
Angina pectoris dapat menetap sampai bertahun-tahun dalam bentuk serangan
ringan yang stabil. Namun bila menjadi tidak stabil maka dianggap serius,
episode nyeri dada menjadi lebih sering dan berat, terjadi tanpa penyebab yang
jelas. Bila gejala tidak dapat dikontrol dengan terapi farmakologis yang memadai,
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
Airway
Adanya sekret
Breathing
Pernafasan Kusmaul
Circulation
TD meningkat
Nadi kuat
Disritmia
Akral dingin
A : Allert
V : Voice Respon
P : Pain Respons
kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd rangsangan nyeri
U : Unresponsive
kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd nyeri
2. Pengkajian Sekunder
penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan
Letak
Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah
lengan kiri, ke punggung, rahang atau leher. Sakit dada juga dapat timbul di
Pada angina, sakit dada biasanya seperti tertekan benda berat (pressure like),
enak di dada (chest discomfort) karena pasien tidak dapat menjelaskan sakit dada
Sakit dada pada angina pektoris biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas,
Aktivitas ringan seperti mandi, menggosok gigi, makan terlalu kenyang atau
emosi juga dapat menimbulkan angina pektoris. Sakit dada tersebut segera hilang
tidak enak di dada masih dapat dirasakan setelah sakit dada hilang. Bila sakit
dada berlangsung lebih dari 20 menit, kemungkinan pasien mendapat serangan
Pada pasien angina pektoris, dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas,
Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi
kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Setelah semua deskriptif nyeri
kelompok yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal atau nyeri dada bukan
karena jantung. Angina termasuk tipikal bila : rasa tidak enak atau nyeri
dirasakan dibelakang sternum dengan kualitas dan lamanya yang khas, dipicu
oleh aktivitas atau stress emosional, mereda bila istirahat atau diberi nitrogliserin.
Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria diatas. Nyeri
dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya
Pemeriksaan Fisik
split S2 atau ronkhi basah basal yang kemudian menghilang bila nyerinya mereda
dapat menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal lain yangn bisa didapat dari
darah tinggi.
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin
J. Rencana Keperawatan
Menyatakan rasa
berkurang
darah,Nadi,Respirasi) jantung
neu
Monitor tekanan
arah,suhu,nadi,RR
jantung
pernafasan
kelembaban kulit,
Monitor adanya
meningkat,peningkatan
sistolik
cemas perhatian
v Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
mengurangi kecemasan
keterbatasan
pengetahuan Pasien dan keluarga Jelaskan patofisiologi dari
SO informasi tentang
yang tepat
pengontrolan penyakit
penanganan
mengeksplorasi atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Maret 2012)
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Prima Medika