NPM : 1906428404
PRAKTIKUM IDK
Gangguan
Hemodinamik
Bedakan struktur berikut dengan gambar sebelumnya (gambar a), klik tulisan
berwarna merah pada keterangan gambar!
Gambar 1 Gambar 2
J. Jelaskan dengan bagan mekanisme terjadinya kelainan tersebut!
Gambar tersebut adalah gambar penampilan kotor aterosklerosis koroner
berat, yang melibatkan hampir hampir100% dari permukaan ini arteri coroner.
Penyakit arterosklerosis koroner ditandai dengan adanya endapan lemak yang
berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat
aliran darah.
Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di
percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan
menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma disebut
ateroklerosis.
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri
menjadi sempit. Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan
masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di dalam permukaan
ateroma tersebut.
Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot
jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri
koroner. Jika penyumbatan arteri semakin memburuk, bisa terjadi iskemi
(berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan
jantung.
Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner.
Komplikasi utama dari penyekit arteri koroner adalah serangan jantung (infark
miokardial).
kematian mendadak.
S. Apa kelainan yang tampak? Apa beda ekimosis, petekhie, dan purpura?
Kelainan yang nampak pada gambar adalah ekimosis. Ekimosis merupakan
perdarahan yang dapat terlihat di permukaan kulit, berbercak-bercak yang lebih besar
dibandingkan dengan peteki. Peteki sendiri merupakan perdarahan kapiler yang dapat
terlihat kecil-kecil pada permukaan kulit, pada permukaan mukosa atau pada
potongan permukaan organ. Sedangkan purpura adalah perdarahan dibawah kulit
yang timbul spontan pada penyakit-penyakit tertentu, yang besarnya berada di tengah-
tengah diantara peteki dan ekimosis.
Dehidrasi adalah kondisi saat cairan tubuh banyak yang hilang. Dehidrasi terjadi bila
cairan hilang lebih besar dari asupan. Dehidrasi bisa ringan, sedang, atau berat
1. Dehidrasi ringan menyebabkan pusing, mulut kering dan sedikit berkemih.
2. Dehidrasi sedang menyebabkan mata cekung, kulit pucat dan perasaan cemas.
3. Dehidrasi berat menyebabkan denyut jantung cepat tapi lemah dan turunnya
tekanan darah. Dehidrasi berat dapat menyebabkan syok dan kematian.
Pada awalnya dehidrasi merangsang pusat haus di otak, menyebabkan penderita
minum lebih banyak air. Bila asupan cairan tidak dapat mengimbangi
pengeluarannya, dehidrasi akan menjadi lebh berat. Jumlah keringat kan berkurang
dan hanya sedikit menghasilkan air kemih. Air akan berpindah dari cadangan dalam
sel ke dalam aliran darrah. Bila dehidrasi berlangsung terus menerus, jaringan tubuh
mulai mongering. Sel-sel otak mulai mengkerut dan mengalami gangguan fungsi. Sel-
sel otak merupakan se yang paling mudah terkena dehidrasi sehingga salah satu dari
pertanda utama terjadinya dehidrasi berat adalah kekacauan mental yang dapat
berlanjut menjadi koma. Selain air, dehidrasi juga menyebabkan hilangnya elektrolit
dalam tubuh, terutama natrium dan kalium. Karena itu dehidrasi sering ditandai
kekurangan elektrolit. Jika terjadi kekurangan elektrolit, air tidak dapat berpindah dari
cadangannya di dalam sel ke dalam darah. Sehingga jumlah air dalam aliran darah
berkurang. Tekanan darah dapat menurun, menyebabkan perasaan melayang atau
seakan-akan hendak pingsan, terutama jika sedang berdiri. Jika kehilangan air dan
elektrolit terus berlanjut, tekanan darah bisa turun sangat rendah, dan
menyebabkan syok dan kerusakan yang berat pada berbagai organ dalam ginjal, hati,
dan otak.
Spiritual
a) Keterbatasan dalam melakukan ibadah dan kehilangan semangat
b) Ketidakmampuan untuk terbuka dengan orang lain
c) Merasa bahwa hanya orang tertentu dan tempat tertentu yang aman
d) Mengharapkan orang tidak berbuat baik dan tidak tergantung.
z. Bagaimana implikasi dari proses penyakit tersebut bagi perawat dalam
memberikan intervensi keperawatan?