Anda di halaman 1dari 55

Nama : Justitia Intan

NPM : 1906428404
FIK UI Ekstensi 2019

Tinjauan Teori

A. Covid-19
1. Pengertian
Menurut WHO (2019) covid-19 adalah penyakit infeksius yang disebabkan
oleh suatu jenis baru virus corona. Orang-orang yang terinfeksi virus corona
akan mengalami masalah pernapasan sedang hingga berat. Lansia, orang-
orang dengan riwayat penyakit kesehatan seperti penyakit kardiovaskular,
diabetes, penyakit paru-paru kronis, dan kanker akan lebih parah kondisinya
saat terpapar oleh virus Covid-19.
2. Epidemiologi
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China
setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020.
Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,
kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain dan seluruh China.
Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19
di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan,
Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura,
Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia,
Prancis, dan Jerman
COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020 sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat
mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang
tertinggi di Asia Tenggara
Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di
seluruh dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi
COVID-19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika
Serikat menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak
dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret
2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat
mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%
3. Virologi
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini
utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan
unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang
dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus
NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute
Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory
Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus


betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu

Sarbecovirus.15 Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of


Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2
Struktur genom virus ini memiliki pola seperti coronavirus pada

umumnya. Sekuens SARS- CoV-2 memiliki kemiripan dengan coronavirus


yang diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul hipotesis bahwa SARS-CoV-
2 berasal dari kelelawar yang kemudian bermutasi dan menginfeksi manusia.
Mamalia dan burung diduga sebagai reservoir perantara.
Pada kasus COVID-19, trenggiling diduga sebagai reservoir perantara.

Strain coronavirus pada trenggiling adalah yang mirip genomnya dengan


coronavirus kelelawar (90,5%) dan SARS-CoV-2 (91%). Genom SARS-CoV-
2 sendiri memiliki homologi 89% terhadap coronavirus kelelawar ZXC21 dan
82% terhadap SARS-CoV.
Hasil pemodelan melalui komputer menunjukkan bahwa SARS-CoV-2
memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike domain receptor-binding
yang hampir identik dengan SARS-CoV. Pada SARS-CoV, protein ini
memiliki afinitas yang kuat terhadap angiotensin- converting-enzyme 2
(ACE2). Pada SARS-CoV-2, data in vitro mendukung kemungkinan virus
mampu masuk ke dalam sel menggunakan reseptor ACE2. Studi tersebut juga
menemukan bahwa SARS-CoV-2 tidak menggunakan reseptor coronavirus
lainnya seperti Aminopeptidase N (APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4).

4. Patogenesis
Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi
diduga tidak jauh berbeda dengan SARS- CoV yang sudah lebih banyak
diketahui. Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada
saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan dengan
reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang
terdapat pada envelope spike virus akan berikatan dengan reseptor selular
berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel, SARS-CoV-2 melakukan
duplikasi materi genetik dan mensintesis protein-protein yang dibutuhkan,
kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel.
Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga setelah virus
masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel
dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural. Selanjutnya,
genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus
yang baru terbentuk masuk ke dalam membran retikulum endoplasma atau
Golgi sel. Terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA
dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum
endoplasma dan Golgi sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung
partikel virus akan bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan
komponen virus yang baru.
Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai determinan yang
signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu. Telah diketahui bahwa
masuknya SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara membran virus
dengan plasma membran dari sel. Pada proses ini, protein S2’ berperan
penting dalam proses pembelahan proteolitik yang memediasi terjadinya
proses fusi membran. Selain fusi membran, terdapat juga clathrin- dependent
dan clathrin-independent endocytosis yang memediasi masuknya SARS-CoV
ke dalam sel pejamu
Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-CoV.
Efek sitopatik virus dan kemampuannya mengalahkan respons imun
menentukan keparahan infeksi. Disregulasi sistem imun kemudian berperan
dalam kerusakan jaringan pada infeksi SARS-CoV-2. Respons imun yang
tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan kerusakan jaringan. Di sisi
lain, respons imun yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Respons imun yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 juga belum
sepenuhnya dapat dipahami, namun dapat dipelajari dari mekanisme yang
ditemukan pada SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketika virus masuk ke dalam
sel, antigen virus akan dipresentasikan ke antigen presentation cells (APC).
Presentasi antigen virus terutama bergantung pada molekul major
histocompatibility complex (MHC) kelas I. Namun, MHC kelas II juga turut
berkontribusi. Presentasi antigen selanjutnya menstimulasi respons imunitas
humoral dan selular tubuh yang dimediasi oleh sel T dan produksi vesikel
membran ganda yang tidak memiliki pattern recognition receptors (PRRs)
dan bereplikasi dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh
pejamu. Jalur IFN-I juga diinhibisi oleh SARS-CoV dan MERS-CoV.
Presentasi antigen juga terhambat pada infeksi akibat MERS-CoV.
Respons Imun pada Pejamu pada COVID-19 dengan Klinis Ringan
Respons imun yang terjadi pada pasien dengan manifestasi COVID-19
yang tidak berat tergambar dari sebuah laporan kasus di Australia. Pada pasien
tersebut didapatkan peningkatan sel T CD38+HLA-DR+ (sel T teraktivasi),
terutama sel T CD8 pada hari ke 7-9. Selain itu didapatkan peningkatan
antibody secreting cells (ASCs) dan sel T helper folikuler di darah pada hari
ke-7, tiga hari sebelum resolusi gejala. Peningkatan IgM/IgG SARS-CoV-2
secara progresif juga ditemukan dari hari ke-7 hingga hari ke-20. Perubahan
imunologi tersebut bertahan hingga 7 hari setelah gejala beresolusi.
Ditemukan pula penurunan monosit CD16+CD14+ dibandingkan kontrol
sehat. Sel natural killer (NK) HLA-DR+CD3-CD56+ yang teraktivasi dan
monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1; CCL2) juga ditemukan
menurun, namun kadarnya sama dengan kontrol sehat. Pada pasien dengan
manifestasi COVID-19 yang tidak berat ini tidak ditemukan peningkatan
kemokin dan sitokin proinflamasi, meskipun pada saat bergejala.

Respons Imun pada Pejamu pada COVID-19 dengan Klinis Berat


Perbedaan profil imunologi antara kasus COVID-19 ringan dengan
berat bisa dilihat dari suatu penelitian di China. Penelitian tersebut
mendapatkan hitung limfosit yang lebih rendah, leukosit dan rasio neutrofil-
limfosit yang lebih tinggi, serta persentase monosit, eosinofil, dan basofil yang
lebih rendah pada kasus COVID-19 yang berat. Sitokin proinflamasi yaitu
TNF-α, IL-1 dan IL-6 serta IL-8 dan penanda infeksi seperti prokalsitonin,
ferritin dan C-reactive protein juga didapatkan lebih tinggi pada kasus dengan
klinis berat. Sel T helper, T supresor, dan T regulator ditemukan menurun
pada pasien COVID-19 dengan kadar T helper dan T regulator yang lebih
rendah pada kasus berat. Laporan kasus lain pada pasien COVID-19 dengan
ARDS juga menunjukkan penurunan limfosit T CD4 dan CD8. Limfosit CD4
dan CD8 tersebut berada dalam status hiperaktivasi yang ditandai dengan
tingginya proporsi fraksi HLA-DR+CD38+. Limfosit T CD8 didapatkan
mengandung granula sitotoksik dalam konsentrasi tinggi (31,6% positif
perforin, 64,2% positif granulisin, dan 30,5% positif granulisin dan perforin).
Selain itu ditemukan pula peningkatan konsentrasi Th17 CCR6+ yang

proinflamasi.39 ARDS merupakan penyebab utama kematian pada pasien


COVID-19. Penyebab terjadinya ARDS pada infeksi SARS-CoV-2 adalah
badai sitokin, yaitu respons inflamasi sistemik yang tidak terkontrol akibat
pelepasan sitokin proinflamasi dalam jumlah besar ( IFN-α, IFN-γ, IL-1β, IL-
2, IL-6, IL-7, IL-10 IL-12, IL-18, IL-33, TNF-α, dan TGFβ) serta kemokin
dalam jumlah besar (CCL2, CCL3, CCL5, CXCL8, CXCL9, dan CXCL10)

seperti terlihat pada gambar 3.3, 30 Granulocyte-colony stimulating factor,


interferon-γ- inducible protein 10, monocyte chemoattractant protein 1, dan
macrophage inflammatory protein 1 alpha juga didapatkan peningkatan.
Respons imun yang berlebihan ini dapat menyebabkan kerusakan paru dan
fibrosis sehingga terjadi disabilitas fungsional
5. Faktor Risiko
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan
diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor
risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak
pada laki-laki diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih
tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan
ekspresi reseptor ACE2. Diaz JH menduga pengguna penghambat ACE (ACE-
I) atau angiotensin receptor blocker (ARB) berisiko mengalami COVID-19
yang lebih berat. Terkait dugaan ini, European Society of Cardiology (ESC)
menegaskan bahwa belum ada bukti meyakinkan untuk menyimpulkan
manfaat positif atau negatif obat golongan ACE-i atau ARB, sehingga
pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap melanjutkan pengobatannya.
Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-
CoV-2. Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang
berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan maturasi sel
dendritik. Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga mengalami
penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19, dan
dapat mengalami luaran yang lebih buruk. Studi Guan, dkk. menemukan
bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang memiliki komorbid, 10 pasien di
antaranya adalah dengan kanker dan 23 pasien dengan hepatitis B.
Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya
memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV.
Namun, hingga saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi
SARS-CoV-2. Hubungan infeksi SARS-CoV-2 dengan hipersensitivitas dan
penyakit autoimun juga belum dilaporkan. Belum ada studi yang
menghubungkan riwayat penyakit asma dengan kemungkinan terinfeksi

SARS-CoV-2. Namun, studi meta-analisis yang dilakukan oleh Yang, dkk.52


menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan riwayat penyakit sistem
respirasi akan cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih parah.
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu
rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit.
Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2
meter) dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu
populasi yang berisiko tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19
adalah tenaga medis. Di China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi,
dengan mortalitas sebesar 0,6%.
6. Cara penularan
WHO (2019) menyebutkan bahwa virus Covid-19 menyebar secara langsung
melalui droplet saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Oleh karena itu,
penting bagi setiap orang umtuk menjaga etika batuk saat batuk atau bersin.

7. Manifestasi klinis
Menurut NSW (2020) manifestasi klinis yang timbul pada penderita covid-19
adalah demam, batuk, nyeri tenggorokan, dan napas pendek. Adapaun
manifestasi lain yang dapat timbul diantaranya menurunnya kemmpuan indra
penciuman, penurunan kemampuan indra pengecap, nyeri otot, diare, mual
muntah, dan kehilangan nafsu makan. Pada kasus-kasus yang berat, infeksi
covid-19 dapat menyebabkan pneumonia dengan distress pernapasan akut
yang berat.
8. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari
penyabaran penyakit covid-19 adalah dengan rajin mencuci tangan dengan
sabun ataupun handrub dan juga menghindari diri untuk menyentuh area
wajah (WHO,2019).
9. Pengobatan
Terapi Etiologi/Definitif
Biarpun belum ada obat yang terbukti meyakinkan efektif melalui uji
klinis, China telah membuat rekomendasi obat untuk penangan COVID-19
dan pemberian tidak lebih dari 10 hari. Rincian dosis dan administrasi sebagai
berikut

 IFN-alfa, 5 juta unit atau dosis ekuivalen, 2 kali/hari secara inhalasi;

 LPV/r, 200 mg/50 mg/kapsul, 2 kali 2 kapsul/hari per oral;

 RBV 500 mg, 2-3 kali 500 mg/hari intravena dan dikombinasikan dengan
IFN-alfa atau LPV/r;
 Klorokuin fosfat 500 mg (300 mg jika klorokuin), 2 kali/ hari per oral;

 Arbidol (umifenovir), 200 mg setiap minum, 3 kali/ hari per oral.

Selain China, Italia juga sudah membuat pedoman penanganan COVID-19


berdasarkan derajat keparahan penyakit

a. Asimtomatis, gejala ringan, berusia <70 tahun tanpa faktor risiko:


observasi klinis dan terapi suportif.

b. Gejala ringan, berusia >70 tahun dengan faktor risiko dan bergejala
demam, batuk, sesak napas, serta rontgen menunjukkan pneumonia: LPV/r
200 mg/50 mg, 2 x 2 tablet per hari; atau Darunavir/ritonavir (DRV/r) 800
mg/100 mg, 1 x 1 tablet per hari; atau Darunavir/cobicistat 800 mg/150
mg, 1 x 1 tablet per hari; DAN klorokuin fosfat 2 x 500 mg/hari atau
hidroksiklorokuin (HCQ) 2 x 200 mg/hari. Terapi diberikan selama 5-20
hari berdasarkan perubahan klinis.

c. Pada kasus membutuhkan terapi oksigen atau perburuk secara cepat, terapi
poin 2 dihentikan dan diganti remdesivir (RDV) 200 mg (hari 1)
dilanjutkan 100 mg (hari 2-10) dan klorokuin 2 x 500 mg/hari atau HCQ
200 mg, 2 kali perhari. Obat selama 5-20 hari, berdasarkan perubahan
klinis. Jika nilai BresciaCOVID respiratory severity scale (BCRSS) ≥2,
berikan deksametason 20 mg/hari selama 5 hari dilanjutkan 10 mg/hari
selama 5 hari dan/atau tocilizumab.

d. Pneumonia berat, ARDS/gagal napas, gagal hemodinamik, atau


membutuhkan ventilasi mekanik: RDV 200 mg (hari 1), 100 mg (hari 2-
10); DAN klorokuin fosfat 2 x 500 mg/hari atau HCQ 2 x 200 mg/ hari.
Kombinasi diberikan selama 5-20 hari. Jika RDV tidak tersedia, berikan
suspensi LPV/r 5 mL, 2 kali per hari atau suspensi DRV/r; DAN HCQ 2 x
200 mg/hari.

e. Terapi ARDS: deksametason 20 mg/hari selama 5 hari dilanjutkan 10


mg/hari selama 5 hari atau tocilizumab. Rekomendasi dosis tocilizumab
adalah 8 mg/kgBB pada ≥ 30 kg dan 12 mg/kgBB pada < 30 kg. Dapat
diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 8 jam bila dengan satu dosis
dianggap tidak ada perbaikan.

B. TCC Bulli
1. Pengertian
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada orang yang berusia
lebih dari 55 tahun. Ini mempengaruhi lebih banyak pria daripada wanita (4:
1) dan lebih umum di Kaukasia daripada di Afrika-Amerika. Kanker kandung
kemih adalah penyebab utama kanker keempat pada pria Amerika, yang
menyebabkan lebih dari 14.000 kematian di Amerika Serikat setiap tahun, dan
memiliki insiden tinggi di seluruh dunia (ACS, 2009).
Kanker kandung kemih, dikombinasikan dengan kanker prostat, adalah
keganasan urologis yang paling umum, terhitung 90% dari semua tumor yang
terlihat. Kanker yang timbul dari prostat, usus besar, dan rektum pada pria dan
dari saluran ginekologi yang lebih rendah pada wanita dapat bermetastasis ke
kandung kemih. Penggunaan tembakau terus menjadi faktor risiko utama
untuk semua kanker saluran kemih. Orang yang merokok mengembangkan
kanker kandung kemih dua kali lebih sering daripada mereka yang tidak
merokok (Grafik 45-13) (ACS, 2009).
Epitel sel transisional melapisi saluran kemih dari renal pel vis ke
ureter, kandung kemih, dan dua pertiga proksimal uretra. Kanker dapat terjadi
kapan saja: 90% keganasan berkembang di kandung kemih, 8% di panggul
ginjal, dan 2% di ureter atau uretra. Kanker kandung kemih adalah kanker
paling umum keempat pada pria dan ketigabelas pada wanita , dengan
perkiraan 72.570 kasus baru dan 15.210 kematian di Amerika Serikat
diprediksi untuk tahun 2 0 1 3. Rasio hampir 5: 1 dari kejadian untuk kematian
mencerminkan frekuensi yang lebih tinggi dari varian superfisial yang kurang
mematikan dibandingkan dengan varian invasif dan metastatik yang lebih
mematikan. Insiden ini kira-kira empat kali lebih tinggi pada pria daripada
wanita dan dua kali lipat lebih tinggi pada pria kulit putih daripada pria kulit
hitam, dengan usia rata-rata 65 tahun.
Setelah didiagnosis, tumor urothelial menunjukkan polikronotropisme,
yang merupakan kecenderungan untuk berulang dari waktu ke waktu di lokasi
baru di saluran uro. Selama urothelium ada, pemantauan terus menerus
diperlukan. (Harrison. 2016)
2. Etiologi (Faktor Resiko)
Merokok: risiko sebanding dengan tahun-tahun merokok
a. Paparan terhadap karsinogen lingkungan: pewarna, karet, kulit, tinta, atau
cat
b. Infeksi bakteri berulang atau kronis pada saluran kemih
c. Batu kandung kemih
d. pH urin tinggi
e. Asupan kolesterol tinggi
f. Terapi radiasi panggul
g. Kanker yang timbul dari prostat, usus besar, dan Rectum laki-laki
(Smeltzer, et al. 2010)
3. Manifestasi Klinis
Tumor kandung kemih biasanya timbul di dasar kandung kemih dan
melibatkan lubang ureter dan leher kandung kemih. Hematuria tanpa rasa
sakit yang terlihat adalah gejala paling umum dari kanker kandung kemih.
Infeksi saluran kemih adalah komplikasi umum, menghasilkan frekuensi dan
urgensi. Namun, setiap perubahan berkemih atau perubahan dalam urin dapat
mengindikasikan kanker kandung kemih. Nyeri panggul atau punggung dapat
terjadi dengan metastasis. (Smeltzer, et al. 2010)
4. Patofisiologi
a. Patologi
Subtipe klinis dikelompokkan ke dalam tiga kategori: 75% superfisial,
20% menyerang otot, dan 5% bersifat metastasis saat presentasi.
Pementasan tumor di dalam kandung kemih didasarkan pada pola
pertumbuhan dan kedalaman invasi. Tumor yang direvisi, simpul, sistem
pementasan metastasis (TNM) diilustrasikan pada Gambar 114-1. Sekitar
setengah dari tumor invasif yang awalnya dikirim sebagai lesi superfisial
yang kemudian berkembang. Tumor juga dinilai berdasarkan
tingkatannya. Tumor tingkat rendah (sangat berdiferensiasi) jarang
berkembang ke tahap yang lebih tinggi, sedangkan tumor tingkat tinggi
memang demikian.
Lebih dari 95% tumor urothelial di Amerika Serikat berasal dari sel
transisi. Kanker skuamosa murni dengan keratinisasi ιonstitute 3% ,
adenokarsinoma 2% , dan tumor sel kecil (sering dengan sindrom
paraneoplastik) <1%. Adenokarsinoma berkembang terutama pada sisa-
sisa urachal di kubah kandung kemih atau di jaringan peri lateral.
Paraganglioms , Iymphoma , dan melanoma jarang terjadi. Dari tumor
sel transisional, lesi papiler tingkat rendah yang tumbuh pada tangkai
sentral adalah yang paling umum. Tumor ini sangat rapuh, memiliki
kecenderungan untuk berdarah, dan memiliki risiko tinggi untuk kambuh,
namun mereka jarang berkembang menjadi varietas invasif yang lebih
mematikan. Sebaliknya, karsinoma in situ (CIS) adalah tumor tingkat
tinggi yang dianggap sebagai awal dari penyakit invasif otot yang lebih
mematikan.
b. Patogenesis
Sifat multisentris penyakit dan rekurensi tinggi menunjukkan efek
lapangan di urothelium yang menghasilkan kecenderungan untuk
mengembangkan kanker. Analisis genetik molekuler menunjukkan bahwa
lesi superfisial dan invasif berkembang di sepanjang jalur molekuler yang
berbeda. Tumor papiler non-invasif kelas rendah memiliki aktivasi
konstitutif dari reseptor tirosinekinas Jalur transduksi sinyal Ras dan
frekuensi tinggi reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 dan mutasi
phosphoinositide-3 kinase α subunit. Sebaliknya, CIS dan tumor invasif
memiliki frekuensi perubahan gen TP53 dan RB yang lebih tinggi. Dalam
semua tahap klinis, termasuk Tis, T1, dan T2 atau lesi yang lebih besar,
tumor dengan altera di p53, p21, dan / atau RB memiliki kemungkinan
lebih tinggi untuk kambuh, metastasis, dan kematian akibat penyakit.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Evaluasi diagnostik meliputi sistoskopi (diagnosis utama), urografi
ekskretoris, CT, ultrasonografi, dan pemeriksaan bimanual dengan pasien
yang diperiksa. Biopsi tumor dan mukosa yang berdekatan adalah prosedur
diagnostik definitif. Karsinoma sel transisional dan karsinoma in situ
merupakan sel kanker yang dapat dikenali. Pemeriksaan sitologis dari
pencucian urin dan kandung kemih segar memberikan informasi tentang
prognosis dan stag, terutama untuk pasien yang berisiko tinggi untuk
kambuhnya tumor kandung kemih primer.
Meskipun alat diagnostik andalan seperti sitologi dan CT memiliki
tingkat deteksi yang tinggi, mereka mahal. Alat diagnostik yang lebih baru
seperti antigen tumor kandung kemih, protein tri-nukleus, molekul adhesi,
protein sitoskeletal, dan faktor pertumbuhan sedang dipelajari untuk
mendukung deteksi dini dan diagnosis kanker kandung kemih (ACS, 2009).

6. Penatalaksanaan medis
Pengobatan kanker kandung kemih tergantung pada tingkat populasi (tingkat
diferensiasi seluler), tingkat pertumbuhan tumor (tingkat invasi lokal dan ada
atau tidaknya metastasis), dan multisentrisitas (memiliki banyak pusat
perawatan). ) tumor. Usia dan status fisik, mental, dan emosional pasien
dipertimbangkan ketika menentukan modalitas pengobatan. (Smeltzer, et al.
2010)
a. Surgical Management
Reseksi atau fulgurasi transurethral (kauterisasi) dapat
dilakukan untuk papilloma sederhana (tumor epitel jinak). Prosedur-
prosedur ini, dijelaskan lebih rinci pada Bab 49, memberantas tumor
melalui sayatan bedah atau arus listrik dengan menggunakan
instrumen yang dimasukkan melalui ure-thra. Setelah operasi hemat
kandung kemih ini, pemberian bacille Calmette-Guérin (BCG) secara
intravesikal adalah pengobatan pilihan. BCG adalah strain hidup
Mycobacterium bovis yang dilemahkan, agen penyebab tuberkulosis.
Tindakan pasti BCG tidak diketahui, tetapi diperkirakan menghasilkan
peradangan lokal serta respons imunologis sistemik (Sharma, Old &
Allison, 2007).
Manajemen kanker kandung kemih superfisial menimbulkan
tantangan karena biasanya ada kelainan yang luas di mukosa kandung
kemih. Seluruh lapisan saluran kemih, atau urothelium, beresiko
karena perubahan karsinomatosa dapat terjadi pada mukosa kandung
kemih, pelvis ginjal, ureter, dan uretra. Sekitar 25% hingga 40% dari
tumor superfisial muncul kembali setelah reseksi atau fulgurasi
transurethral. Pasien dengan papilloma jinak harus menjalani sitologi
dan cystoscopy secara berkala selama sisa hidup mereka karena
keganasan agresif dapat berkembang dari tumor ini.
Kistektomi sederhana atau kistektomi radikal dilakukan untuk
kanker kandung kemih invasif atau multifokal. Kistektomi radikal
pada pria melibatkan pengangkatan kandung kemih, prostat, dan
vesikula seminalis dan jaringan periveikal yang berdekatan. Pada
wanita, kistektomi radikal melibatkan pengangkatan kandung kemih,
ureter bagian bawah, uterus, saluran tuba, ovarium, vagina anterior,
dan uretra. Ini mungkin termasuk pengangkatan kelenjar getah bening
panggul. Pengangkatan kandung kemih membutuhkan prosedur
pengalihan urin, yang dijelaskan nanti dalam bab ini.
Meskipun kistektomi radikal tetap menjadi standar perawatan untuk
kanker kandung kemih invasif di Amerika Serikat, peneliti
mengeksplorasi terapi trimodality reseksi transurethral dari tumor
kandung kemih, radiasi, dan kemoterapi dalam upaya untuk
menyelamatkan pasien yang membutuhkan kistektomi. Pendekatan
terhadap kanker kandung sel transisional ini mengamanatkan
pengawasan seumur hidup dengan sistoskopi berkala. Meskipun
sebagian besar pasien merespons sepenuhnya dan kandung kemih
mereka tetap bebas dari kekambuhan invasif, seperempatnya
mengalami kekambuhan penyakit noninvasif. Hal ini dapat dikelola
dengan reseksi transurethral dari tumor kandung kemih dan terapi
intravesik tetapi membawa risiko tambahan bahwa sistektomi lanjut
mungkin diperlukan.
b. Terapi Farmakologis
Kemoterapi dengan kombinasi methotrexate (Rheumatrex), 5-
fluorouracil (5-FU), vinblastine (Velban), doxorubicin (Adriamycin),
dan cisplatin (Platinol) telah efektif dalam menghasilkan remisi parsial
karsinoma sel transisional dari kandung kemih dari kandung kemih.
pada beberapa pasien. Kemoterapi IV dapat disertai dengan terapi
radiasi. Kemoterapi topikal (kemoterapi intravesikal atau penanaman
agen antineoplastik ke dalam kandung kemih, mengakibatkan kontak
agen dengan dinding kandung kemih) dipertimbangkan ketika ada
risiko tinggi kambuh, ketika kanker in situ hadir, atau ketika tumor
muncul kembali. Bagian tidak lengkap. Kemoterapi topikal
memberikan pengobatan dengan konsentrasi tinggi (thiotepa
[Thioplex], doxorubicin, mitomycin [Mutamycin], dan BCG
[TheraCys]) ke tumor untuk meningkatkan kerusakan tumor. Kanker
kandung kemih juga dapat diobati dengan infus langsung agen
sitotoksik melalui pasokan darah arteri kandung kemih untuk
mencapai konsentrasi yang lebih tinggi dari agen kemoterapi dengan
efek toksik sistemik yang lebih sedikit.
BCG sekarang dianggap sebagai agen intravesikal paling
efektif untuk kanker kandung kemih berulang, terutama karsinoma sel
transisional yang dangkal, karena merupakan agen imunoterapi yang
meningkatkan respon imun tubuh terhadap kanker. BCG memiliki
keuntungan 43% dalam mencegah kekambuhan tumor, tingkat yang
secara signifikan lebih baik daripada keuntungan 16% hingga 21% dari
kemoterapi intravesikal. Selain itu, BCG sangat efektif dalam
pengobatan karsinoma in situ, memberantasnya di lebih dari 80%
kasus. Berbeda dengan kemoterapi intravesikal, BCG juga telah
terbukti mengurangi risiko perkembangan tumor (Sharma, et al.,
2007).
Kursus optimal BCG tampaknya menjadi kursus 6 minggu dari
penanaman mingguan, diikuti dengan kursus 3 minggu pada 3 bulan
untuk tumor yang tidak merespon. Pada kanker berisiko tinggi,
perawatan BCG yang diberikan dalam kursus 3 minggu pada 6, 12, 18,
dan 24 bulan dapat membatasi rekurensi dan mencegah perkembangan
(Sharma, et al., 2007). Namun, efek buruk yang terkait dengan terapi
jangka panjang ini dapat membatasi penerapannya yang luas.
Pasien diperbolehkan makan dan minum sebelum prosedur
instilasi. Setelah kandung kemih penuh, pasien harus mempertahankan
solusi intravesika selama 2 jam sebelum berkemih. Pada akhir
prosedur, pasien dianjurkan untuk membatalkan dan meminum banyak
cairan untuk menyiram obat dari kandung kemih.
c. Therapy Radiasi
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum operasi untuk
mengurangi mikroekstensi neoplasma dan viabilitas sel tumor,
sehingga mengurangi kemungkinan kanker dapat pulih di daerah
terdekat atau menyebar melalui sistem sirkulasi atau limfatik. Terapi
radiasi juga digunakan dalam kombinasi dengan pembedahan atau
untuk mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak
dapat dioperasi.
Untuk kanker kandung kemih yang lebih lanjut atau untuk
pasien dengan hematuria yang tidak terobati (terutama setelah terapi
radiasi), balon besar berisi air yang ditempatkan di kandung kemih
menghasilkan nekrosis tumor dengan mengurangi suplai darah dinding
kandung kemih (terapi hidrostatik). Berangsur-angsur formalin, fenol,
atau perak nitrat mengurangi hematuria dan strangury (pelepasan urin
lambat dan menyakitkan) pada beberapa pasien.
d. Investigational Therapy
Penggunaan teknik fotodinamik dalam mengobati kanker
kandung kemih superfisial sedang diselidiki. Prosedur ini melibatkan
injeksi sistemik dari bahan fotosensitisasi (hematoporphyrin), yang
diambil oleh sel kanker. Sinar laser yang dihasilkan kemudian
mengubah hematoporphyrin dalam sel kanker menjadi zat beracun.
Proses ini telah menerima minat baru dengan persetujuan regulasi dari
beberapa obat peka cahaya dan aplikator ringan sebagai perawatan
paliatif dan kuratif potensial (Huang, 2005).

C. Konsep dasar Asuhan Keperawatan TCC buli dengan Covid-19

1. Pengkajian

Pengkajian dan hasil yang didapat Hasil tambahan


Sirkulasi - Tekanan darah tinggi (BP)

Eliminasi
- Merasa perlu buang air kecil segera, - Massa keras di perut bagian bawah
sensasi akan segera kehilangan urin (kandung kemih distensi), nyeri
tanpa kontrol tekan kandung kemih
- Keragu-raguan atau kesulitan dalam - Hernia inguinalis, wasir — akibat
memulai berkemih, harus berdiri di peningkatan tekanan abdomen yang
atau duduk di toilet selama beberapa diperlukan untuk mengosongkan
waktu sebelum menghasilkan aliran kandung kemih melawan resistensi
kemih
- Penurunan kekuatan atau kaliber
aliran kemih, aliran terputus-putus,
menggiring bola
- Biasanya membatalkan hanya
sejumlah kecil urin dengan setiap
episode, sensasi pengosongan tidak
lengkap
- Perlu sering berkemih di siang hari
atau malam hari (nokturia), yang
menyebabkan tidur terganggu
- Disuria, hematuria
- Sembelit kronis, akibat dari tonjolan
prostat ke dalam rectum

Makanan / cairan
- Anoreksia, mual, muntah
- Penurunan berat badan baru-baru ini

Nyeri / pengungkapan
- Nyeri suprapubik, panggul, atau
punggung; tajam, intens, dengan
prostatitis akut
- Nyeri punggung bawah

Keamanan
- Demam

Seksualitas
- Kekhawatiran tentang efek kondisi
atau terapi pada kemampuan seksual
- Ketakutan akan inkontinensia atau
menggiring bola saat keintiman
- Berkurangnya kontraksi ejakulasi

- Pembesaran, prostat lunak


Mengajar / belajar
- Riwayat keluarga kanker, hipertensi,
penyakit ginjal
- Penggunaan obat antihipertensi atau
antidepresan, obat bebas alergi dan
bebas resep
- mengandung simpatomimetik,
antibiotik kemih atau
- agen antibakteri
- Penggunaan nutrisi atau suplemen
herbal untuk perawatan sendiri
- BPH dan aliran urin — melihat
palmetto, pygeum, minyak biji labu,
atau produk kedelai

Pertimbangan rencana discharge


- Mungkin perlu bantuan dengan
manajemen terapi — kateter
- Merujuk ke bagian di akhir rencana
untuk pertimbangan pasca-
pembebanan.

Prioritas Keperawatan Discharge goals

. 1. Meringankan retensi urin akut. 1. Nyeri atau ketidaknyamanan


2. Meningkatkan kenyamanan. berkurang.
3. Mencegah komplikasi. 2. Komplikasi dicegah atau
4. Membantu klien menangani masalah diminimalkan.
psikososial. 3. Menangani situasi secara realistis.
5. Memberikan informasi tentang proses 4. Mengerti mengenai proses penyakit,
penyakit, prognosis, dan kebutuhan prognosis, dan rejimen terapeutik
perawatan. 5. Rencanakan untuk memenuhi
kebutuhan setelah pemulangan

Diagnosa Keperawatan : Retensi Urine Akut/kronik


Berhubungan dengan :
1. Obstruksi mekanik
2. Dekompensasi otot detrusor
3. Ketidakmampuan kandung kemih berkontraksi secara adekuat
Dibuktikan dengan :
1. Frekuensi, tidak lepas saat berkemih
2. ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih sepenuhnya, inkontinensia
dan menggiring bola kandung kemih, sisa urin
Outcome :
Eliminasi urine baik ditandai dengan tidak ada distensi kandung kemih

Intervensi Rasional
Perawatan Retensi Urin (NIC)
Independen
- Dorong klien untuk mengosongkan - Dapat meminimalkan retensi urin
urine setiap 2 hingga 4 jam atau dan kandung kemih yang berlebihan.
ketika ada keinginan.
- Tanyakan klien tentang inkontinensia - Tekanan uretra yang tinggi
stres saat bergerak, bersin, batuk, menghambat pengosongan kandung
tertawa, atau mengangkat benda. kemih atau dapat menghambat
berkemih sampai tekanan perut
meningkat cukup untuk urin hilang
- Amati aliran kemih, perhatikan secara tidak sengaja.
ukuran dan kekuatannya. - Berguna dalam mengevaluasi tingkat
- Suruh klien mendokumentasikan obstruksi dan pilihan intervensi.
waktu dan jumlah masing-masing - Retensi urin meningkatkan tekanan
voiding. Catatan output urin di dalam ureter dan ginjal, yang
berkurang. Ukur gravitasi spesifik, dapat menyebabkan insufisiensi
seperti yang ditunjukkan. ginjal. Setiap defisit aliran darah ke
ginjal merusak kemampuannya
untuk menyaring dan berkonsentrasi
zat.
- Perkusi dan palpasi daerah
suprapubik. - Distensi kandung kemih dapat
dirasakan di daerah suprapubik.
- Dorong cairan oral hingga 3.000 mL
setiap hari bila tidak ada kontraksi - Peningkatan cairan sirkulasi
penyakit jantung mempertahankan perfusi ginjal dan
memerah ginjal, kandung kemih,
dan ureter sedimen dan bakteri.
catatan:
Cairan dapat dibatasi untuk
mencegah distensi kandung kemih
- Pantau tanda-tanda vital dengan jika ada obstruksi berat atau sampai
cermat. Amati hipertensi, edema aliran urin adekuat kembali.
periferal atau dependen, dan - Hilangnya fungsi ginjal
perubahan mental. Timbang setiap menyebabkan penurunan eliminasi
hari. cairan dan akumulasi limbah
- Pertahankan asupan dan hasil (I&O) beracun; dapat berlanjut untuk
yang akurat. menyelesaikan penutupan ginjal.
- Berikan dan anjurkan kateter dan - Mengurangi risiko infeksi yang
perawatan perineum yang cermat. meningkat.
Sarankan mandi sitz, seperti yang - Meningkatkan relaksasi otot,
ditunjukkan. mengurangi edema, dan mungkin
meningkatkan upaya berkemih.
Kolaboratif

- Berikan obat, seperti yang


ditunjukkan, misalnya:
- Pengobatan telah lama digunakan
sebagai terapi lini pertama untuk
klien dengan gejala ringan hingga
sedang, yang dipilih terutama karena
risiko yang dirasakan berkurang dari
- 5-􏰀-reduktase inhibitor, seperti efek samping dan keinginan untuk
finasteride (Proscar) dan dutasteride menghindari operasi.
(Avodart) - Mengurangi ukuran prostat dan
mengurangi gejala jika dikonsumsi
dalam jangka panjang; namun, efek
samping, seperti penurunan libido
dan disfungsi ejakulasi, dapat
memengaruhi pilihan klien untuk
penggunaan jangka panjang. Studi
menunjukkan terapi kombinasi
dengan doxazosin dan finasteride
lebih baik daripada menggunakan
obat saja untuk pencegahan
perkembangan penyakit terkait BPH
(National Institute of Diabetes and
Digestive and Ginjal Diseases
- Antagonis alfa-adrenergik, seperti [NIDDK], 2003).
alfuzosin (UroXatral), terazosin - Agen ini memblokir efek sinapsis
(Hytrin), doxazosin (Cardura), dan postganglionik yang memengaruhi
tamsulosin (Flomax) otot polos dan kelenjar eksokrin.
Tindakan ini dapat mengurangi
gejala saluran kemih yang
- Antispasmodik, seperti supositoria merugikan dan meningkatkan aliran
rektal oxybutynin (Ditropan) (B&O) kemih.
- Meredakan spasme kandung kemih
yang berkaitan dengan iritasi oleh
kateter. Supositoria mudah diserap
melalui mukosa jaringan kandung
kemih untuk menghasilkan relaksasi
Antibiotik dan antibakteri otot dan untuk meringankan kejang
- Kateterisasi untuk sisa urin dan kandung kemih.
biarkan kateter yang menetap - Diberikan untuk memerangi infeksi.
Dapat digunakan sebagai profilaksis.
Meredakan dan mencegah retensi
urin dan mengesampingkan
kehadiran striktur ureter. Kateter
Coudé mungkin diperlukan karena
ujung melengkung memudahkan
jalannya tabung di sekitar prostat
yang membesar. Catatan:
Dekompresi kandung kemih harus
dilakukan dengan hati-hati untuk
mengamati tanda-tanda reaksi yang
merugikan, seperti hematuria akibat
pecahnya pembuluh darah di
mukosa kandung kemih yang terlalu
lama dan sinkop karena stimulasi
- Pantau hasil laboratorium, seperti otonom yang berlebihan.
berikut: Nitrogen urea darah (BUN),
kreatinin (Cr), dan elektrolit - Pembesaran prostat dengan obstruksi
akhirnya menyebabkan dilatasi
saluran kemih bagian atas, ureter,
dan ginjal, berpotensi mengganggu
- Urinalisis dan kultur fungsi ginjal dan menyebabkan
uremia.
- Stasis kemih mempotensiasi
- Mempersiapkan dan membantu pertumbuhan bakteri, meningkatkan
drainase kemih, seperti sistostomi risiko infeksi saluran kemih (ISK).
darurat. - Dapat diindikasikan menguras
kandung kemih selama episode akut
dengan azotemia atau ketika operasi
- Persiapkan prosedur, seperti berikut dikontraindikasikan karena status
ini: Terapi panas, seperti laser Heat kesehatan klien.
therapies, such as laser, - Sebagian besar terapi invasif
transurethral microwave minimal mengandalkan panas untuk
thermotherapy (TUMT), Cortherm, menyebabkan kerusakan jaringan
Prostatron, and transurethral needle prostat. Panas dikirimkan secara
ablation (TUNA) terbatas dan terkontrol ke bagian
tengah prostat. Perawatan sering
diselesaikan dalam prosedur satu
kali yang dilakukan di kantor dokter.
Hasil jangka panjang bervariasi
- Prosedur lain seperti photoselective dalam hal perawatan gejala saluran
vaporization (Laser ablasi) kemih yang adekuat.

- Prosedur dilakukan untuk dengan


cepat membuat fossa prostat terbuka
lebar, sering mengakibatkan
pemulihan segera aliran urin normal.
Prosedur ini dapat dilakukan
berdasarkan pengaturan pasien atau
kunjungan singkat. Catatan:
Prosedur reseksi prostat terbuka,
seperti TURP, biasanya dilakukan
- Urethal Stent pada klien dengan kelenjar prostat
yang sangat besar (Shiller, 2007).
(Rujuk ke CP: Prostatektomi, di
bawah ini.)
- Penempatan stent uretra sederhana
dan segera efektif untuk
mengembalikan patensi lumen
uretra. Namun, karena tingkat
kegagalan jangka panjang tinggi, ini
harus digunakan hanya sebagai
tindakan sementara sampai prosedur
yang lebih definitif dapat dilakukan
(AUA, 2003).

Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut


Berhubungan dengan :
1. Iritasi mukosa
2. Distensi kandung kemih
3. Kolik ginjal
4. Infeksi saluran kemih
5. Therapi radiasi
Ditandai dengan :
1. Laporan nyeri (kandung kemih atau kejang dubur)
2. Fokus sempit, tonus otot berubah, meringis, perilaku gangguan, gelisah Respons
otonom

Kriteria hasil :
1. Melaporkan nyeri yang hilang atau terkontrol
2. Tampak santai.
3. Mampu tidur dan beristirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional
Independen
- Nilai rasa sakit, perhatikan lokasi, - Memberikan informasi untuk
intensitas (skala 0 hingga 10), membantu dalam menentukan
karakteristik, dan durasi. pilihan dan keefektifan intervensi.
- Rekatkan tabung drainase ke paha - Mencegah pencabutan kateter secara
dan kateter ke perut, jika traksi tidak tidak sengaja dengan trauma uretra
diperlukan. yang menyertai.
- Berikan langkah-langkah - Meningkatkan relaksasi,
kenyamanan, seperti menggosok memfokuskan kembali perhatian,
punggung, membantu klien kembali dan dapat meningkatkan
ke posisi nyaman. Sarankan kemampuan mengatasi.
penggunaan relaksasi dan latihan
bernafas dalam dan aktivitas
pengalihan.
- Dorong penggunaan pemandian sitz - Meningkatkan relaksasi otot.
dan berendam hangat ke perineum.

Kolaboratif
- Masukkan kateter dan pasang ke - Menguras kandung kemih
drainase lurus, seperti yang mengurangi ketegangan dan
ditunjukkan. iritabilitas kandung kemih.

- Berikan obat, seperti yang - Diberikan untuk menghilangkan rasa


ditunjukkan, misalnya: sakit yang parah; memberikan
Opioid, seperti meperidine relaksasi fisik dan mental.
(Demerol)
- Antibakteri, seperti methenamine - Mengurangi bakteri yang ada di
hippurate (Hiprex) saluran kemih dan yang
- Antispasmodik dan obat penenang diperkenalkan oleh sistem drainase.
kandung kemih, seperti flavoxate
(Urispas) dan oxybutynin (Ditropan) - Meredakan iritasi kandung kemih.

Diagnosa keperawatan : Resiko kekurangan volume cairan


Faktor risiko :
1. Diuresis post obstruktif dari drainase cepat dari kandung kemih yang overdistensi
secara kronis
2. Ketidakseimbangan elektrolit, seperti pada disfungsi ginjal
Ditandai dengan :
(Tidak berlaku; adanya tanda dan gejala menegakkan diagnosis yang sebenarnya)
Kriteria Evaluasi :
Hidrasi (NIC)
Pertahankan hidrasi yang memadai sebagaimana dibuktikan oleh :
1. Tanda-tanda vital yang stabil
2. Denyut nadi perifer teraba kuat
3. Pengisian kapiler yang baik
4. Selaput lendir yang lembab.

Intervensi Rasional
Independen - Diuresis yang cepat atau
- Monitor output dengan hati-hati. berkelanjutan dapat menyebabkan
Catat output 100 hingga 200 mL / volume cairan total klien menjadi
jam. menipis dan membatasi reabsorpsi
natrium dalam tubulus ginjal.
- Dorong peningkatan asupan oral - Klien mungkin membatasi asupan
berdasarkan kebutuhan individu. oral dalam upaya untuk mengontrol
gejala kemih, mengurangi cadangan
homeostatis dan meningkatkan
risiko dehidrasi dan hipovolemia.
- Monitor BP dan denyut nadi. - Memungkinkan deteksi dini dan
Mengevaluasi isi ulang kapiler dan intervensi untuk hipovolemia
selaput lendir oral. sistemik.
- Tingkatkan bedrest dengan kepala - Mengurangi beban kerja jantung,
terangkat. memfasilitasi homeostasis sirkulasi.
Kolaboratif
- Pantau kadar elektrolit, terutama - Ketika cairan ditarik dari ruang
natrium. ekstraseluler, natrium dapat
mengikuti pergeseran, menyebabkan
- Berikan cairan intravena (IV) — hiponatremia.
inamin hipertonik sesuai kebutuhan. - Mengganti kehilangan cairan dan
natrium untuk mencegah atau
memperbaiki hiperemia setelah
prosedur rawat jalan.

Diagnosa Keprawatan : Cemas


Berhubungan dengan:
1. Perubahan status kesehatan: kemungkinan prosedur bedah atau keganasan
2. Malu; kehilangan martabat yang terkait dengan paparan genital sebelum, selama, dan
setelah perawatan; keprihatinan tentang kemampuan seksual

Ditandai dengan :
Meningkatnya ketegangan, kekhawatiran, dan kekhawatiran yang dikuatirkan tentang
perubahan yang dirasakan Ketakutan akan konsekuensi yang tidak spesifik
Kriteria hasil
Cemas terkontrol dibuktikan dengan :
1. Tampak santai.
2. Verbalisasi pengetahuan yang akurat tentang situasi.
3. Peragakan rentang perasaan yang sesuai dan rasa takut berkurang.
4. Pasien melaporkan kecemasan berkurang dan dapat dikelola

Intervensi Rasional
Independen - Menunjukkan kepedulian dan
- Tersedia untuk klienSelalu ada keinginan untuk membantu.
untuk klien, bina hubungan saling Mendorong diskusi tentang hal-hal
percaya dengan klien sensitif.
- Berikan informasi tentang prosedur - Membantu klien memahami tujuan
dan pemeriksaan khusus dan apa dari apa yang sedang dilakukan dan
yang akan terjadi sesudahnya, mengurangi kekhawatiran terkait
seperti pemasangan kateter, urin dengan hal yang tidak diketahui,
berdarah, dan iritasi kandung kemih, termasuk ketakutan terhadap kanker.
kaji seberapa banyak informasi yang Namun, informasi yang berlebihan
diinginkan klien. tidak membantu dan dapat
- Pertahankan sikap tidak berbelit- meningkatkan kecemasan.
belit dalam melakukan prosedur dan - Mengkomunikasikan penerimaan
berhubungan dengan klien. Lindungi dan memudahkan rasa malu klien.
privasi klien.
- Dorong klien dan Significant Others - Menentukan masalah, memberikan
untuk mengungkapkan kekhawatiran kesempatan untuk menjawab
dan perasaan secara verbal. pertanyaan, mengklarifikasi
kesalahpahaman, dan solusi
- Perkuat klien informasi sebelumnya penyelesaian masalah.
telah diberikan. - Memungkinkan klien untuk
menghadapi kenyataan dan
memperkuat kepercayaan dalam
perawat dan informasi yang
disajikan.

Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi,


prognosis, treatment, perawatan diri dan discrage planning
Mungkin dibuktikan oleh :
1. Pertanyaan, permintaan informasi, verbalisasi masalah
2. Perilaku yang tidak pantas, apatis, menarik diri
3. Tindak lanjut instruksi yang tidak akurat, pengembangan komplikasi yang dapat
dicegah
Kriteria hasil :
Knowledge: Proses Penyakit NOC
1. Pemahaman verbal tentang proses penyakit, prognosis, dan potensi komplikasi
2. Dapat menghubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit.
Pengetahuan: Regimen Perawatan NOC
1. Pemahaman verbal tentang kebutuhan terapeutik.
2. Dapat mengubah pola dan gaya hidup yang tidak baik
3. Berpartisipasi dalam rejimen pengobatan.

Intervensi Rasional
Pengajaran: Proses Penyakit (NIC)
Independen
- Tinjau proses penyakit dan harapan - Memberikan basis pengetahuan yang
klien. darinya klien dapat membuat pilihan
terapi yang terinformasi.
- Dorong verbalisasi ketakutan, - Membantu pekerjaan klien melalui
perasaan, dan kekhawatiran. perasaan bisa menjadi vital untuk
rehabilitasi.
- Berikan informasi bahwa kondisinya - Mungkin ketakutan yang tak
tidak menular secara seksual. Tinjau terucapkan. Beberapa klien mungkin
terapi obat, penggunaan produk lebih suka mengobati dengan terapi
herbal, dan diet, seperti komplementer karena penurunan
meningkatkan asupan buah dan kejadian dan berkurangnya
kedelai. keparahan efek samping, seperti
impotensi. Catatan: Nutrisi yang
diketahui menghambat pembesaran
prostat termasuk seng, protein
kedelai, asam lemak esensial, biji
rami, dan likopen. Suplemen herbal
yang dapat digunakan klien
termasuk saw palmetto, pygeum,
jelatang, dan minyak biji labu.
Catatan: Sebuah penelitian baru-baru
ini tidak menemukan perbedaan
dalam kemanjuran atau efek
samping antara saw palmetto dan
plasebo, menunjukkan perlunya
penelitian lebih lanjut untuk
mendapatkan manfaat versus
variabilitas potensi atau kemurnian
produk botani (Bent, 2006).
- Dapat menyebabkan iritasi prostat
- Merekomendasikan untuk dengan hasil kemacetan.
menghindari makanan pedas, kopi, Peningkatan aliran urin yang tiba-
alkohol, wahana mobile-panjang, tiba dapat menyebabkan distensi
dan asupan cairan yang cepat. kandung kemih dan hilangnya tonus
kandung kemih, yang
mengakibatkan episode retensi urin
akut.
- Aktivitas seksual dapat
- Mengatasi masalah seksual selama meningkatkan rasa sakit selama
episode akut prostatitis, hubungan episode akut tetapi dapat berfungsi
seksual harus dihindari, tetapi dapat sebagai agen pemijat di hadapan
membantu dalam pengobatan penyakit kronis. Catatan: Obat-
kondisi kronis. obatan, seperti finasteride (Proscar),
diketahui mengganggu libido dan
ereksi. Alternatif termasuk terazosin
(Hytrin), doxazosin mesylate
(Cardura), dan tamsulosin (Flomax),
yang tidak mempengaruhi kadar
testosteron.
- Memiliki informasi tentang anatomi
- Berikan informasi tentang anatomi yang terlibat membantu klien
dan fungsi seksual yang berkaitan memahami implikasi dari perawatan
dengan pembesaran prostat. Dorong yang diusulkan karena mereka dapat
pertanyaan dan promosikan dialog mempengaruhi kinerja seksual.
tentang masalah. - Intervensi segera dapat mencegah
- Tinjau tanda dan gejala yang komplikasi yang lebih serius.
memerlukan evaluasi medis — urin
yang keruh dan berbau; output urin - Mengurangi risiko terapi yang tidak
berkurang; ketidakmampuan untuk tepat, seperti penggunaan
membatalkan; dan adanya demam dekongestan, antikolinergik, dan
atau kedinginan. antidepresan, yang dapat
- Diskusikan perlunya memberi tahu meningkatkan retensi urin dan dapat
penyedia layanan kesehatan tentang memicu episode akut.
diagnosis. - Kekambuhan hiperplasia dan infeksi
yang disebabkan oleh organisme
yang sama atau berbeda tidak jarang
dan memerlukan perubahan dalam
- Perkuat pentingnya tindak lanjut rejimen terapeutik untuk mencegah
medis setidaknya selama 6 bulan komplikasi serius.
hingga 1 tahun, termasuk
pemeriksaan dubur dan urinalisis. - Penelitian terbaru melaporkan
peningkatan risiko jatuh di hadapan
BPH sedang hingga berat yang
- Diskusikan masalah keamanan terkait dengan urgensi, nokturia, dan
pribadi dan potensi perubahan berusaha untuk membatalkan,
lingkungan. dengan risiko jatuh meningkat
dengan usia dan keparahan gejala
(Parsons et al, 2008).
Asuhan Keperawatan Pasien dengan TCC Bulli dengan Covid-19

A. Pengkajian
2. Anamnesa
a. Identitas pasien
Nama : Tn.M
Alamat : Jakarta timur
Usia : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
b. Keluhan
Mengeluh nyeri pada bagian kandung kemih, nafas terengah-engah ketika
aktifitas fisik
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan riwayat demam 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
mengeluh nyeri di daerah kandung kemih dengan skala nyeri 8 dari 1-10,
mengeluh nafas terengah-engah ketika mobilisasi ringan
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien riwayat khemotherapy Doxorubicyn 50mg intra vesikan selama 6
siklus pada tahun 2016, kemudian tidak melanjutkan pengobatan sampai
tahun 2020 kembali masuk ke RS Kanker Dharmais
e. Pengkajian psikologis
- Non Verbal :
Ekspresi klien tampak cemas dan gelisah
- Verbal :
Klien mengatakan merasa sesak nafas, klien cemas karena diruangan
isolasi tidak bisa ditemani oleh sanak saudara.
- Status Emosional :
Klien bisa mengontrol emosi dengan baik.
- Konsep Diri :
Klien menyukai dengan tubuh yang dimiliki dan selalu
merawat kebersihan dirinya, sebelum dirawat di Rumah sakit. Klien
memiliki tugas seorang ayah yang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan istri dan ketiga anaknya. Klien juga aktif dalam kegiatan
kelompok di masyarakat. Harapan klien saat ini ingin segera
sembuhdan dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Klien tidak
merasa malu dengan penyakit yang alami, terbukti dengan klien yang
ingin berbagi cerita dengan orang lain.
- Interaksi Sosial : klien berinteraksi dengan baik dan tidak
menutup diri apabila diajak berkomunikasi.
- Pola Koping : klien memiliki pola koping adaptif, salah satunya
dengan pengobatan keluarga dalam penyelesaian suatu masalah
dengan berbagi cerita dan meminta saran.
- Spiritual
klien seorang muslim dan selalu taat menjalankan ibadah. Klien
percaya dan yakin bahwa penyakitnya bisa sembuh untuk sekarang,
walaupun suatu saat dapat kambuh lagi.

f. Pengkajian tanda-tanda vital dan kesadaran


- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan darah : 130/70mmHg
- Nadi : 104x/menit
- Suhu : 38,10C
- Respirasi Rate : 28x/menit
- Saturasi O2 : 92% dengan nasal canul 4 liter permenit

3. Pengkajian Fisik
Sistem Masalah
Sistem Respirasi Bentuk hidung simetris, keadaan
bersih, tidak ada sekret, tidak ada
pernafasan cuping hidung dan tidak
ada nyeri tekan, bentuk dada simetris,
gerakan dada saat bernafas simetris,
tampak penggunaan otot bantu
pernafasan, respirasi 28 kali / menit.
Sistem Kardio Tachicardia, tidak ada bunyi jantung
tambahan.
Sistem Muskuluskeletal Pasien mengeluh terengah-engah
ketika mobilisasi, tidak ada fraktur
Sistem Persyarafan Ada hemiperase ekstremitas atas dan
bawah bagian kiri
Sistem Pencernaan Bentuk abdomen flat, bising usus
normal 8x/menit
Sistem Integumen Tidak ada kelainan
Sistem Reproduksi Genetalia eksterna,tidak terdapat
kelainan bentuk fungsi reproduksi
baik, tidak terdapat nyeri saat
berhubungan seksual, hygiene baik.
System Perkemihan Kandung kemih teraba distensi, pada
saat di perkusi terdengar pekak

4. Pemeriksaan penunjang
No Tanggal Pemeriksaan Hasil

1. 28 April 2020 Hasil Laboratorium


Hemoglobin : 10,4g/dL
Hematokrit : 34,1%
Leukosit : 20,63.103/L
Limfosit. :6
Trombosit : 374.103/L
Procalsitonin : 0,494ng/mL
Absolut Neutrophil Count : 17,62.103/L
Ureum : 48
Creatinin : 1,04
EGFR : 89,0
D-dimer : 2029
PT pasien : 13,2
PT control : 12,9
APTT control : 27,6
APTT pasien : 29,5
Fibrinogen : 674
C-Reactive Protein : 114.19 mg/dL
Natrium : 124 mmol/L
Kalium : 4,7 mmol/L
Clorida : 90 mmol/L
Calsium : 8,2 mmol/L

Hasil Analisa gas darah


pH : 7,23
PaCO2 : 76mmHg
PaO2: 72 mmHg
HCO3 : 46mEq/L
SaO2 : 95%
Foto Thoraks :
Tampak infiltrat di paru kiri tertutama perihiler kiri
bertambah. Tampak lesi noduler di apikal paru kanan,
stqa. Sinus kostofrenikus kiri tumpul. Jantung dan aorta
tidak tampak kelainan. Costae tidak tampak kelainan.

Kesan : Gambaran proses bronkhopneumonia di paru kiri.


Cenderung lesi metastasis di apikal paru kanan stqa.
Suspek efusi pleura kiri.
PCR Swab-Cov : Positive
2. 01 Mei 2020 Hasil Laboratorium
Hemoglobin : 10,4g/dL
Hematokrit : 34,1%
Leukosit : 20,63.103/L
Limfosit. :6
Trombosit : 374.103/L
Procalsitonin : 0,494ng/mL
Absolut Neutrophil Count : 17,62.103/L
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 4,8 mmol/L
Clorida : 96 mmol/L
Calsium : 8,4 mmol/L

Foto Thoraks
Dibandingkan pemeriksaan foto thorak tanggal 4-5-2020,
saat ini :
tampak perselubungan inhomogen di paru kiri. Saat ini tak
tampak les noduler di apikal kanan yang tervisualisasi.
Sinus dan diafragma baik. Aorta dan jantung tak tampak
kelainan. Hilus dan pleura normal. Costae tak tampak
kelainan.

Kesan : Bronkhopnuemonia suspek disertai efusi pleura


kiri, stqa.
3. 07 Mei 2020 Hasil Laboratorium
Hemoglobin : 10,4g/dL
Hematokrit : 34,1%
Leukosit : 20,63.103/L
Limfosit. :6
Trombosit : 374.103/L
Procalsitonin : 0,494ng/mL
Absolut Neutrophil Count : 17,62.103/L
K Natrium : 136 mmol/L
Kalium : 4,3 mmol/L
Clorida : 99 mmol/L
Calsium : 8,7 mmol/L Clorida

Foto Thoraks :
Dibandingkan dengan pemeriksaan tgl. 07-05-2020, saat
ini tampak penebalan pada paru kiri, stqa. Jantung tertarik
ke kiri. Tidak tampak lesi noduler parenkimal paru. Aorta
tidak tampak kelainan. Costae tidak tampak kelainan.

Kesan : Atelektasis paru kiri, stqa.


PCR swab : Negatif

5. Diagnosa Medis
Diagonsa primer
TCC Bulli meta Brain
Diagnosa sekunder
PDP Covid-19

B. Analisa data
Problem Etiology Symptom
Gangguan Covid-19 Data Subjecktif
pertukaran gas - Mengeluh sesak pada
Melepaskan Neutrophils saat mobilisasi ringan
Data Objecktif
Melepaskan mediator - Hasil Analisa gas
inflamasi darah
pH : 7,23
Akumulasi Fibrinogen PaCO2 : 76mmHg
exudates, sel darah merah PaO2: 72 mmHg
dan bakteri HCO3 : 46mEq/L
SaO2 : 95%
Alveoli terisi dengan debris
dan air - Tekanan darah :
130/70mmHg
Gangguan pertukaran gas - Nadi : 104x/menit,
Suhu: 38,10C
- Respirasi Rate :
28x/menit
- Saturasi O2 : 92%
dengan nasal canul 4
liter permenit
- PCR Swab-Cov :
Positive tanggal 28
April 2020
Nyeri TCC Bulli Data Subjecktif
- Mengeluh nyeri pada
Aliran urine terhambat daerah bladder
Data Objecktif :
Iritasi Mukosa di kandung - Skala nyeri 8 dari 1-
kemih 10

Penekanan jaringan syaraf

Rangsangan
Afferent

Medulla spinalis

Thalamus

Korteks serebri

Efferent

Nyeri
Gangguan TCC Bulli Data Subjecktif
Eliminasi - Mengatakan kencing
Aliran urine terhambat tidak lampias
Data Objecktif :
Retensi urine - Kandung kemih
teraba distensi, pada
Gangguan eliminasi urine saat di perkusi
terdengar pekak
Cemas TCC Buli+Covid Data Subjecktif :
Klien cemas karena
Perubahan status diruangan isolasi tidak bisa
Kesehatan ditemani oleh sanak saudara
Krisis situasi Data Objecktif :
- Tampak cemas
Ansietas - Sering bertanya
mengenai
keluarganya

C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus
kapiler
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa dikandung kemih
3. Gangguan Eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

D. Intervensi
No Diagnosa Nursing Outcomes Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Gangguan Independen
Setelah dilakukan
pertukaran gas
tindakan keperawatan - Nilai kecepatan dan
berhubungan
selama 1x24 jam klien kedalaman pernapasan.
dengan
dapat :
- Perhatikan penggunaan
perubahan
- Tunjukkan aksesori otot-otot,
membrane
peningkatan pernapasan yang
alveolus
ventilasi dan mengerucut, dan
kapiler
oksigenasi ketidakmampuan untuk
jaringan yang berbicara atau berbicara.
memadai oleh - Tinggikan kepala tempat
ABG dalam tidur dan bantu klien
rentang normal mengambil posisi
klien dan bebas meringankan kerja
pernapasan. Sertakan
dari gejala
periode waktu dalam
gangguan
posisi tengkurap sebagai
pernapasan.
ditoleransi. Dorong
- Berpartisipasi
pernapasan yang dalam,
dalam rejimen
lambat, atau mengerut,
pengobatan
sesuai kebutuhan dan
dalam tingkat
toleransi individu.
kemampuan dan
- Nilailah dan monitor
situasi.
secara rutin warna kulit
dan selaput lendir.
- Mendorong ekspektasi
dahak; hisap saat
ditunjukkan.
- Suara nafas Auscultate,
perhatikan area penurunan
aliran udara dan suara
adventif.
- Palpasi dada untuk
fremitus.

- Pantau tingkat kesadaran


dan status mental. Selidiki
perubahan.

- Mengevaluasi tingkat
toleransi aktivitas.
Berikan lingkungan yang
tenang dan hening. Batasi
aktivitas klien atau
anjurkan istirahat di
tempat tidur atau kursi
selama fase akut.
Mintalah klien
melanjutkan aktivitas
secara bertahap dan
meningkat sesuai
toleransi masing-masing.

- Evaluasi pola tidur, catat


laporan kesulitan dan
apakah klien merasa
cukup istirahat. Berikan
lingkungan yang tenang
dan kegiatan kelompok
serta kegiatan
pemantauan untuk
memungkinkan periode
tidur tanpa gangguan.
Batasi stimulan seperti
kafein. Dorong posisi
kenyamanan.

- Pantau tanda-tanda vital


dan irama jantung.
2. Nyeri Setelah dilakukan NIC :
berhubungan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan iritasi selama 1X24 jam Aktivitas
mukosa diharapkan nyeri dapat - Lakukan pengkajian nyeri
dikandung teratasi, Kriteria Hasil : secara menyeluruh
kemih - Melaporkan nyeri meliputi lokasi, durasi,
berkurang kualitas, keparahan nyeri
- Frekuensi nyeri dan faktor pencetus nyeri.
berkurang - Observasi
- Ekspresi wajah saat ketidaknyamanan non
nyeri verbal.
- Ajarkan untuk teknik
nonfarmakologi misal
relaksasi, guide imajeri,
terapi musik, distraksi.
- Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan misal
suhu, lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
- Kolaborasi : pemberian
Analgetik sesuai indikasi

3. Gangguan Setelah dilakukan proses Perawatan Retensi Urin (NIC)


Eliminasi urine keperawatan selama Independen
berhubungan 2x24jam diharapkan - Dorong klien untuk
dengan Eliminasi urine baik mengosongkan urine
obstruksi ditandai dengan tidak setiap 2 hingga 4 jam
mekanik ada distensi kandung atau ketika ada
kemih keinginan.
- Tanyakan klien tentang
inkontinensia stres saat
bergerak, bersin, batuk,
tertawa, atau
mengangkat benda.
- Amati aliran kemih,
perhatikan ukuran dan
kekuatannya.
- Suruh klien
mendokumentasikan
waktu dan jumlah
masing-masing voiding.
Catatan output urin
berkurang. Ukur
gravitasi spesifik, seperti
yang ditunjukkan.
- Perkusi dan palpasi
daerah suprapubik.
- Dorong cairan oral
hingga 3.000 mL setiap
hari bila tidak ada
kontraksi penyakit
jantung
- Pantau tanda-tanda vital
dengan cermat. Amati
hipertensi, edema
periferal atau dependen,
dan perubahan mental.
Timbang setiap hari.
- Pertahankan asupan dan
hasil (I&O) yang akurat.
- Berikan dan anjurkan
kateter dan perawatan
perineum yang cermat.
Sarankan mandi sitz,
seperti yang ditunjukkan.

Kolaboratif

- Berikan obat, seperti


yang ditunjukkan,
misalnya:
- 5-􏰀-reduktase inhibitor,
seperti finasteride
(Proscar) dan dutasteride
(Avodart)
- Antagonis alfa-
adrenergik, seperti
alfuzosin (UroXatral),
terazosin (Hytrin),
doxazosin (Cardura), dan
tamsulosin (Flomax)
- Antispasmodik, seperti
supositoria rektal
oxybutynin (Ditropan)
(B&O)
Antibiotik dan antibakteri
- Kateterisasi untuk sisa
urin dan biarkan kateter
yang menetap
- Pantau hasil
laboratorium, seperti
berikut: Nitrogen urea
darah (BUN), kreatinin
(Cr), dan elektrolit
- Urinalisis dan kultur
- Mempersiapkan dan
membantu drainase
kemih, seperti sistostomi
darurat.
- Persiapkan prosedur,
seperti berikut ini:
Terapi panas, seperti
laser Heat therapies,
such as laser,
transurethral microwave
thermotherapy (TUMT),
Cortherm, Prostatron,
and transurethral needle
ablation (TUNA)
- Prosedur lain seperti
photoselective
vaporization (Laser
ablasi)

4. Cemas NOC : - Kaji tingkat pengetahuan


berhubungan Setelah dilakukan klien tentang penyakit
dengan tindakan keperawatan - Jelaskan tanda dan gejala
perubahan selama 1x24 jam, penyakit
status diharapkan cemas - Jelaskan proses penyakit
kesehatan dapat teratasi dengan - Identifikasi penyebab
kriteria Hasil : penyakit
- Pasien memahami - Berikan informasi tentang
komplikasi dari kondisi klien
penyakit - Berikan informasi tentang
hasil pemeriksaan
laboratorium
- Diskusikan perubahan
gaya hidup untuk
mencegah komplikasi

E. Implementasi
No Diagnosa Waktu Implementasi
1. Gangguan 28 April
- Menilai kecepatan dan
pertukaran gas 2020
kedalaman pernapasan.
berhubungan
- Memperhatikan penggunaan
dengan
aksesori otot-otot, pernapasan
perubahan
yang mengerucut, dan
membrane
ketidakmampuan untuk
alveolus kapiler
berbicara atau berbicara.

- Meninggikan kepala tempat


tidur dan bantu klien
mengambil posisi meringankan
kerja pernapasan.

- Mendorong pernapasan yang


dalam, lambat, atau mengerut,
sesuai kebutuhan dan toleransi
individu.

- Nilailah dan monitor secara


rutin warna kulit dan selaput
lendir.

- Mendorong ekspektasi dahak

- Memantau tingkat kesadaran


dan status mental. Selidiki
perubahan.

- Mengevaluasi tingkat toleransi


aktivitas.

- Memberikan lingkungan yang


tenang dan hening.

- Membatasi aktivitas klien atau


anjurkan istirahat di tempat
tidur atau kursi selama fase
akut.

- Meminta klien melanjutkan


aktivitas secara bertahap dan
meningkat sesuai toleransi
masing-masing
2. Nyeri 28 April - Melakukan pengkajian nyeri
berhubungan 2020 secara menyeluruh meliputi
dengan iritasi lokasi, durasi, kualitas, keparahan
mukosa nyeri dan faktor pencetus nyeri.
dikandung - Mengobservasi ketidaknyamanan
kemih non verbal.
- Mengajarkan untuk teknik
nonfarmakologi misal relaksasi,
guide imajeri, terapi musik,
distraksi.
- Mengendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
misal suhu, lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
- Mengkoolaborasikan dengan
dokter untuk pemberian Analgetik
morphin 20mg/24 jam, dan
tambahan 2mg bila ada renjatan
3. Gangguan 28 April Perawatan Retensi Urin (NIC)
Eliminasi urine 2020 Independen
berhubungan - Mengamati aliran kemih,
dengan obstruksi perhatikan ukuran dan
mekanik kekuatannya.
- Mendokumentasikan waktu dan
jumlah masing-masing voiding.
Catatan output urin berkurang.
Ukur gravitasi spesifik, seperti
yang ditunjukkan.
- Memperkusi dan palpasi daerah
suprapubik.
- Mendorong cairan oral hingga
3.000 mL setiap hari bila tidak
ada kontraksi penyakit jantung
- Memantau tanda-tanda vital
dengan cermat. mengamati
tanda-tanda hipertensi, edema
periferal
- Mempertahankan asupan dan
hasil (I&O) yang akurat.
- Kolaborasi dengan urologi
untuk pemasangan kateter urine
4. Cemas 28 April - Mengkaji tingkat pengetahuan
berhubungan 2020 klien tentang penyakit
dengan
- Menjelaskan tanda dan gejala
perubahan status
penyakit
kesehatan
- Menjelaskan proses penyakit

- Mengidentifikasi penyebab
penyakit

- Memberikan informasi tentang


kondisi klien

- Memberikan informasi tentang


hasil pemeriksaan laboratorium

F. Evaluasi
Waktu PPA SOAP Instruksi Verifikas
i
28 Perawat Subjecktif : - Naikan obat
April - Klien mengetahui nyeri
2020 penyakit kanker Morphin
Jam yang dideritanya, 20mg/24
07.30- serta jam dengan
13.30 - klien mengetahui bolus IV
bahwa penyakit 3mg bila
penyertanya ada renjatan
merupakan virus - Besok pagi
COVID-19 yang cek AGD
sangat untuk
menularkan, klien evaluasi
mengetahui tanda pemberian
dan gejala therapy
penyakit covid-19, oksigen
proses penyakit - Kolaborasi
tetapi klien belum pemasangan
paham bagaimana Dower
cara untuk Catheter
mencegah
menularkan
keorang lain, klien
mengatakan sesak
nafas sudah
berkurang, tetapi
muncul lagi etika
mobilisasi
- Mengatakan nyeri
masih terasa bila
ingin berkemih
- Kencing tidak
lampias
- Klien mengatakan
sudah mengerti
untuk latihan
nafas dalam untuk
mengurangi rasa
nyeri

Objectif :
- Otot bantu
pernafasan sudah
tidak ada
- RR : 24x/menit
- Sa02 : 98%
dengan NRM 10
liter permenit
- Warna kulit pink
- Tidak ada tanda-
tanda sianosis
- Batuk masih ada
- Sekret masih
terdengar
- NRS : 4 dengan
renjatan 2x dalam
8 jam
Analyse :
- Gangguan
pertukaran gas
- Nyeri akut
- Gangguan
Eliminasi
- Cemas
Planning :
- Observasi tanda-
tanda hipoksia
- Posisikan semi
fowler
- Batasi mobilisasi
untuk minimalisir
energi
- Evaluasi
pemberiaan
oksigen
- Pantau nyeri
- Obserasi balance
ketat (Masukan
dan haluaran)
- Reedukasi
mengenai cara
penularan/transmi
si Covid-19
28 Perawat Subjecktif : - USG ginjal
April - Mengatakan nyeri - Morphin
2020 masih terasa bila naik
Jam ingin berkemih menjadi
13.30- walaupun sudah 25mg/24
20.30 menggunakan jam dengan
dower catheter iv bolus 3
- Klien mengatakan mg tiap
sudah mengerti renjatan
bagaimana cara
untuk mencegah
penularan
COVID-19

Objectif :
- Otot bantu
pernafasan sudah
tidak ada
- RR : 22x/menit
- Sa02 : 98%
dengan simple
mask 6 liter
permenit
- Warna kulit pink
- Tidak ada tanda-
tanda sianosis
- Batuk masih ada
- Ronchi masih
terdengar pada
saat auskultasi
- NRS : 5 dengan
renjatan 1x dalam
8 jam
Analyse :
- Gangguan
pertukaran gas
- Nyeri akut
- Gangguan
Eliminasi
- Cemas teratasi
Planning :
- Observasi tanda-
tanda hipoksia
- Posisikan semi
fowler
- Batasi mobilisasi
untuk minimalisir
energi
- Evaluasi
pemberiaan
oksigen
- Pantau nyeri
- Obserasi balance
ketat (Masukan
dan haluaran)
- Mempersiapkan
pasien untuk
pemeriksaan USG
ginjal tanggal 29
April 2020
28-29 Perawat Subjecktif : - Pemeriksaa
April - Mengatakan nyeri n USG
2020 sudah berkurang ginjal
Jam Objectif : - Evaluasi
20.30 - Otot bantu Analisa gas
—7.30 pernafasan sudah darah dan
tidak ada foto thorax
- RR : 20x/menit PA
- Sa02 : 99%
dengan nasal
canul 3 liter
permenit
- Warna kulit pink
- Tidak ada tanda-
tanda sianosis
- Suara ronchi
masih terdengar
pada saat
auskultasi
- NRS : 0
Analyse :
- Gangguan
pertukaran gas
- Gangguan
Eliminasi
- Nyeri teratasi
Planning :
- Observasi tanda-
tanda hipoksia
- Posisikan semi
fowler
- Batasi mobilisasi
untuk minimalisir
energi
- Evaluasi
pemberiaan
oksigen dengan
mengambil sample
AGD
- Pantau nyeri
- Obserasi balance
ketat (Masukan
dan haluaran)
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan
COVID-19 merupakan penyakit infeksius yang disebabkan oleh suatu jenis baru virus
corona. Orang-orang yang terinfeksi virus corona akan mengalami masalah
pernapasan sedang hingga berat, orang dengan penyakit imunokompromised (sistem
imun rendah) seperti pasien kanker bulli akan lebih rentan oleh terkena infeksi Covid-
19, hal yang menjadi perhatian dalam merawat pasien Covid-19 dengan komorbid
kanker adalah dengan menaikan sistem imun dan menghindari pasien dari kecemasan
karena Stimulus negatif akan dikirim ke cortex frontal dan lanjut ke amigdala
akhirnya memproduksi hormon stres salah satunya kortisol yang akan menurunkan
imunitas, hal tersebut akan memperberat tubuh untuk melawan virus tersebut.
B. Saran
Sebagai perawat diharapkan dalam merawat pasien harus memandang pasien
secara holistic sehingga masalah-masalah psikososial tidak dapat timbul agar dapat
membantu meningkatkan status imunitas untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan penyakit

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. (2020). Coronavirus. Diakses dari: http://who.int


pada tanggal 7 Mei 2020.
NSW Government Health. (2020). Covid-19: Updated advice on testing,28
April 2020. Diakses dari http://health.nsw.gov.au pada tanggal 7 Mei 2020.
Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/415. Pada tanggal 7
mei 2020
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L, & Cheever, K.C. (2010). Brunner &

Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadepia: Lippincott


Williams & Wilkins
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014). Medical-Surgical Nursing,

Assessment and Management of Clinical Problems (9 th ed.). St. Louis, Missouri:


Elsevier Mosby.
Doenges, M.E, Moorhouse, M.F, & Murr, A.C (2010). Nursing Care Plans,

Guidelines for Individualizing Client Care Across the Life Span (8th ed.). Philadelpia:
F.A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai