I. RADANG
Perhatikan gambar berikut ini !
http://library.med.utah.edu/WebPath/INFLHTML/INFL002.html
Apa pengertian dan tujuan pemeriksaan darah tepi dan hitung darah lengkap?
Apakah kaitan pemeriksaan tersebut dengan radang?
A. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan terhadap jumlah leukosit
(diproduksi oleh sumsum tulang) di dalam perifer. Hitung darah lengkap
merupakan perhitungan Hb, Leukosit, Eritrosit, Hitung jenis Leukosit, dan
Trombosit. Bertujuan untuk membantu kita ke arah membuat diagnosa tentang
penyakit darah untuk mengevaluasi dan untuk mendeteksi leukopenia atau
leukositosis yang menunjukkan adanya infeksi atau yang lebih jarang lagi adalah
keganasan darah. Sedangkan hitung darah lengkap adalah pengukuran jumlah,
ukuran dan kematangan sel-sel darah yang berbeda dalam volume darah tertentu.
Bertujuan untuk membandingkan jumlah sel darah normal dengan jumlah sel
darah yang dihitung.
Kaitan kedua pemeriksaan tersebut dengan radang:
Kaitan pemeriksaan dengan radang adalah setelah ditemukan hasil perhitungan
yang ternyata menemukan banyak sel darah putih di daerah tepi pembuluh darah
maka dapat menjadi indikator telah terjadi peradangan atau proses pemulihan.
Misalnya : hasil pemeriksaan menunjukkan adanya peningkatan jumlah eosinofil
dalam sel leukosit. Hal ini dapat mengindikasikan adanya proses resolusi atau
penyembuhan. Eosinofil yang terjadi dalam jaringan maupun di dalam
pembuluh darah sering berhubungan dengan adanya reaksi radang berupa alergi.
http://library.med.utah.edu/WebPath/INFLHTML/INFL008.html
Apa peran benang fibrin dalam proses inflamasi ?
C. Peran benang-benang fibrin dalam proses inflamasi adalah untuk membekukan
cairan radang sehingga dapat menyumbat saluran-saluran limfe dan sela-sela
jaringan. Hal ini lah yang dapat mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Selain
itu serabut fibrin berperan penting dalam membatasi meluasnya peradangan. Jadi
benang-benang fibrin ini penting bagi penyembuhan serta pembentukan jaringan
ikat. Pembentukan jaringan ikat inilah yang dapat membatasi peradangan. Selain
itu, dapat juga berfungsi :
- Menangkap sel-sel darah yang menyempurnakan pembentukan pembekuan.
- Melapisi permukaan alat tubuh yang mengalami radang.
- Membatasi meluasnya radang.
- Penting bagi penyembuhan dan pembentukan jaringan ikat.
http://pathcuric1.swmed.edu/PathDemo/inf1/inf110.htm
H. Terkait dengan radang, dapat disimpulkan bahwa lapisan mukosa, lumen, dan
tuba falopi pada gambaran mikroskopik tersebut tidak terjadi inflamasi pada sel
dan tidak terdapat cardinal signs (rubor, tumor, kalor, dolor, dan fungsio laesa),
sehingga jaringan tersebut merupakan jaringan yang sehat dan normal.
Apa cardinal signs yang bisa Anda amati pada kasus tersebut? Apa mediator utama
yang berperan dalam peningkatan aliran darah ke area radang?
I. Cardinal sign yang bisa diamati diantaranya: dolor (nyeri), kalor (panas), rubor
(kemerahan), tumor (pembengkakan) dan functiolaesa (kehilangan fungsi).
Mediator utama yang berperan yaitu histamin, prostaglandin (PGI2,PGE, PGD2)
dan oksida nitrat.
Mengapa bentuk tuba-ovarium yang mengalami radang memanjang dan tidak
beraturan? Mekanisme apa yang mendasari? Bagaimana kira-kira riwayat
penyakit klien dengan kelainan tersebut
J. Tuba-ovarium yang mengalami radang memanjang dan tidak beraturan karena
adanya eksudasi fibrinosa (fibrinogen) pada daerah tersebut yang menyumbat
tuba-ovarium. Hal ini merupakan manifestasi dari peningkatan permeabelitas
vaskular.
Klien dengan kelainan ini pada awalnya pernah terjadi inflamasi akut pada daerah tersebut.
Sebagian besar akan mengarah ke salpingitis akut. Selain ada tanda inflamasi akut dispesimen
ini, juga memperlihatkan adesi yang berbeda antara tuba falopi kanan dan ovarium, yang
mengindikasikan waktu inflames lebih lama dari sejarah kliniknya. Klien dengan kelainan ini
pada awalnya pernah terjadi inlamasi akut pada daerah tersebut.
Mekanisme apa yang mendasari pindahnya neutrofil dari plasma menuju arah
radang
K. Yang pertama didalam lumen terjadi marginasi, rolling dan adhesi. Kemudian
transmigrasi melewati endothelium dan yang terakhir migrasi di dalam jaringan
intertisial menuju stimulus kemoktasis. Pindahnya neutrofil dari plasma menuju
arah radang yaitu melalui proses diapedesis, keluarnya leukosit dari pembuluh
darah. Neutrofil itu kemudian akan menuju ke lokasi jaringan yang cedera
secara kemotaksis. Adapun urutan yang dialami oleh sel neutrofil adalah
neutrofil bergerak ke tepi pembuluh darah -melekat pada dinding pembuluh
darah -keluar dari pembuluh darah - neutrofil menelan bakteri dan debris
jaringan (fagositosis).
Gambaran apa struktur tersebut? Diambil dari klien dengan keluhan apa kira- kira
mikroskopik tersebut ?
L. Struktur tersebut menunjukan klien terkena tuba falopi yang di ambil dari klien
dengan keluhan penyakit radang panggul.
Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease - PID) adalah suatu
peradangan pada tuba fallopi (saluran yang menghubungkan indung telur dengan
rahim). Peradangan tuba fallopi terutama terjadi pada wanita yang secara seksual
aktif. Cara penyembuhannya PID tanpa komplikasi bisa di obati dengan
antibiotik dan penderita tidak perlu di rawat. Jika terjadi komplikasi atau
penyebaran infeksi, maka penderita harus di rawat di rumah sakit. Antibiotik di
berikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu di berikan per - oral
(melalui mulut). Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin
perlu di lakukan pembedahan. Penyakit ini hanya menyerang orang dewasa saja.
M. Adanya sel plasma (limfosit dan makrofag) dapat menandakan radang kronik.
II. EKSUDAT
N. Perhatikan gambar berikut! Tampilan apakah yang tampak pada gambar
tersebut?
Gambar di atas adalah contoh efusi pleura yang terjadi pada bayi. Efusi pleura
bisa terjadi secara eksudat atau transudat. Efusi pleura transudatif disebabkan
oleh gagal jaringan kongestif, emboli paru, sirosis hati, dialisis peritoneal, dan
sindrom nefrotik. Sedangkan efusi pleura eksudatif dapat disebabkan oleh
neoplasma, infeksi, penyakit intraabdominal, penyakit jaringan ikat, dan
imunologik. Eksudat terjadi karena peradangan atau infiltrasi jaringan yang
berdekatan dengan pleura. Kerusakan kapiler darah menyebabkan cairan kaya
protein dari pembuluh darah dan terakumulasi di rongga pleura. Secara
sederhana, efusi tergolong eksudatif apabila kadar proteinnya >3 gram/100 ml
dengan berat jenis >1,016. Sedangkan efusi tergolong transudatif apabila kadar
proteinnya <3 gram/100 ml dengan berat jenis <1,016.
Jenis cairan eksudat dipengaruhi oleh beratnya reaksi, penyebab, dan lokasi lesi.
Sebuah eksudat purulen terlihat di bawah meninges dalam otak pasien dengan
meningitis akut ini dari infeksi Streptococcus pneumoniae. Pada meningitis
bakteri, bakteri masuk ke lapisan meninges melalui aliran darah dan menyebar
melalui CSS. Bakteri yang masuk ini bertindak sebagai toksin kemudian
menimbulkan inflamasi pada lapisan meninges hingga terjadi eksudat purulen.
Akibat eksudat ini, infeksi menyebar lebih cepat. Eksudat yang terjadi seringkali
menyumbat pleksus koroid dan vili araknoid sehingga dapat menyebabkan
hidrosefalus. Selain itu, kongesti vaskular dan inflamasi dapat menyebabkan
nekrosis sel-sel otak hingga dapat terjadi kerusakan permanen bahkan kematian.
III. ABSES
S.
Gambar 1 Abses Paru pada Lobus Atas
1. Hemoragi interstisial
2. Nyeri 2-3 jam setelah makan atau saat lambung kosong (biasanya terjadi
pada malam hari)
3. Eksaserbasi dan remisi
4. Mual
5. Anoreksia
6. Penurunan berat badan
U. Perhatikan contoh ukus pada organ lain dengan penyebab yang berbeda
Gambar 4 Ulkus Dekubitus
1. kurangnya imobilisasi
2. adanya gesekan
3. rendahnya tekanan arteriol
4. adanya penyakit-penyakit seperti diabetes melitus
1. stadium satu, pada stadium ini ciri-cirinya adalah kulit berwarna kemerahan
yang menetap pada orang yang berkulit putih sedangkan pada orang yang
berkulit gelap berwarna merah, ungu atau biru yang menetap
2. stadium dua, pada stadium ini ciri-cirinya adalah akan membentuk luka yang
dangkal
3. stadium tga, pada stadium ini ciri-cirinya adalah membentuk luka yang
terlihat dalam akibat adanya nekrosis jaringan subkutan
4. stadium empat, pada stadium ini ciri-cirinya adalah membentuk luka yang
dalam akibat adanya nekrosis pada jaringan
V. JARINGAN GRANULASI
Corwin, E.J. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Ed. 3, (Terj. Nike Budhi Subhekti).
Jakarta : EGC.
Kumar, Vinay, MD, FRCPath, Ramzi S. Cotran, MD, dan Stanley L. Robbins,
MD.(2007). Buku ajar patologi edisi 7, hal 628. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC
Mitchell. Kumar. Abbas. Fausto. 2009. Buku Saku: Dasar Patologis Penyakit Edisi 7.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Michel, Kumar, Abbas dan Fausto. (2006). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Edisi
7. Jakarta: EGC
Muscari, Mary .E. (2001). Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik Ed. 3.
(Diterjemahkan oleh: Alfrina Hany, S.Kp.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Pringgoutomo, S., Himawan, S., & Tharta, A. (2006). Buku Ajar Patologi 1 (Umum)
Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Sudiono, Janti et al. (2001). Penuntun Praktik Patologi Anatomi. Jakarta: EGC
Surati, Surati (2012) Pengaruh Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum) Terhadap
Aktivitas Makrofag Pada Mencit Balb /C yang Diinfeksi Salmonella
Typhimurium. Masters thesis, Diponegoro University.
http://eprints.undip.ac.id/35607/3/Bab_2.pdf (diunduh tanggal 02 Oktober 2019)
http://library.med.utah.edu/WebPath/INFLHTML/INFL001.html (diunduh tanggal 02
Oktober 2019)