Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

ISOLASI SOSIAL / MENARIK DIRI

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Jiwa Profesi


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global
Yogyakarta

Disusun Oleh :

RIKANI

24211486

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL / MENARIK DIRI
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Jiwa Profesi

Preceptor : Purnama Hadi, S.Kep.,Ns

Disusun Oleh :

RIKANI

24211486

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYKARTA PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN XXIII

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan disetujui Laporan Pendahuluan dengan Judul “Laporan Pendahuluan
Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial”, untuk memenuhi tugas stase keperawatan jiwa profesi di
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Program Studi Profesi Ners Angkatan XXVII Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.

Keperawatan Jiwa Profesi Stikes Surya Global Yogyakarta 2022

Yogyakarta, 8 Maret 2022

Diajukan Oleh :

RIKANI

NIM: 24.21.1486

Mengetahui.

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Suib S.Kep., Ns., M.Kep) (Purnama Hadi, S.Kep.,Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN
MENARIK DIRI (ISOLASI SOSIAL)
A. DEFINISI
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain
maupun lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara
menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013).

B. ETIOLOGI
Menurut Pusdiklatnakes (2012) kegagalan-kegagalan yang terjadi sepanjang daur
kehidupan dapat mengakibatkan perilaku menarik diri:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa,adanya resiko, riwayat
penyakit trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
b. Faktor Psikologis
Ditemukan pengalaman negatif klien terhadap gambaran diri, tidak jelasnya atau
berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan atau cita-
cita, krisis identitas dan kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun
lingkungan,yang dapat menyebabkan gangguan dalam berinteraksi dengan
orang lain,dan akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.
c. Faktor Sosial Budaya
Pada klien isolasi sosial biasanya ditemukan dari kalangan ekonomi
rendah,riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak,tingkat
penididikan rendah dan kegegalan dalam berhubungan sosial.
2. Faktor Presipitasi
Biasanya ditemukan riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis,atau kelaianan
struktur otak,kekerasan dalam keluarga,kegagalan dalam hidup, kemiskinan, atau
adanya tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
klien,konflik antar masyarakat. Faktor pencetus pada umumnya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. Faktor
pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :
a. Faktor sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, dan berpisah
dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah
sakit.
b. Faktor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk
ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari
ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan
didukung dengan data observasi :
1. Data subjektif , Pasien mengungkapkan tentang :
a. Perasaan sepi
b. Perasaan tidak aman
c. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
d. Ketidakmampuan berkonsentrasi
e. Perasan ditolak
2. Data objektif
a. Banyak diam
b. Tidak mau bicara
c. Menyendiri
d. Tidak mau berinteraksi
e. Tampak sedih
f. Kontak mata kurang
g. Muka datar
D. PATHWAY
E. KOMPLIKASI
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta
lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan
diri.
F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medis Berupa Therapy farmakologi
a. Clorpromazine (CPZ)
1) Indikasi
Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi - fungsi mental: waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.
2) Efek samping
Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik,mulut
kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur,
tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung),gangguan ekstra
piramidal (distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia
rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya
untuk pemakaian jangka panjang.
b. Haloperidol (HLD)
1) Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta
dalam fungsi kehidupan sehari –hari. Poltekkes Kemenkes Padang
2) Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan
irama jantung).
c. Trihexy phenidyl (THP)
1) Indikasi
Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
2) Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti
kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, hidung tersumbat, mata
kabur,gangguan irama jantung).
2. Electro convulsif therapi
Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan elektroshock
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali
diperkenalkan oleh 2 orang neurologist Italia Ugo Cerlitti dan Lucio Bini pada
tahun 1930. Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap
tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan untuk
menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi (Therapeutic
Clonic Seizure) setidaknya selama 15 detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu
kejang dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan.
Tentang mekanisme pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat
dijelaskan dengan memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau
ECT dapat meningkatkan kadar serum Brain-Derived Neurotrophic Faktor (BDNF)
pada pasien depresi yang tidak responsif terhadap terapi farmakologi.
3. Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini
bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan gangguan interpersonal. Terapi
aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi sosial adalah
a. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
e. Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
4. Therapy Individu
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi
pelaksanaan (SP) pada pasien dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Strategi pelaksanaan pertemuan 1
pada pasien : Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara
pasien dan keluarga.
1) Membina hubungan saling percaya
2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
3) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota keluarga
b. Strategi pelaksanaan pertemuan 2
pada pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2
orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.
1) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
2) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
kegiatan)
4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang
c. Strategi pelaksanaan pertemuan 3
pada pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5
orang), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.
1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat melakukan
dua kegiatan harian
3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
kegiatan baru)
5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang
d. Strategi pelaksanaan pertemuan 4
pada pasien : Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat
melakukan kegiatan sosial
1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
2) Validasi kemampuan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat melakukan
empat kegiatan harian
3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial
5. Therapy Lingkungan Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam
kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan
berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak
Poltekkes Kemenkes Padang pada kesembuhan,karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.

G. ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai