Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

DI RUANG IGD RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSARI GUNUNG KIDUL

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Gawat Darurat


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global
Yogyakarta

Disusun oleh:

RIKANI

NIM: 24.21.1486

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
DI RUANG IGD RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSARI GUNUNG KIDUL

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Gawat Darurat


Preceptor : Dedy Dwi Suryaputra, S.Kep.,Ns

Disusun oleh:
RIKANI
NIM: 24.21.1486

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYKARTA PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN XXVII

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan disetujui Laporan Pendahuluandengan Judul “Laporan Pendahuluan


Keperawatan Gawat Darurat Tentang Asma di Ruang IGD RS PKU Muhammdiyah
Wonosari Gunung Kidul”, untuk memenuhi tugas stase keperawatan gawat darurat profesi di
RS PKU Muhammadiyah Wonosari Gunung Kidul Program Studi Profesi Ners Angkatan XXVII
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.

Keperawatan Gawat Darurat Profesi Stikes Surya Global Yogyakarta 2022.

Yogyakarta, 25 Mei 2022

Diajukan Oleh :

RIKANI

NIM: 24.21.1486

Mengetahui.

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Suib, S.Kep., Ns., M.Kep) (Dedy Dwi Suryaputra, S.Kep.,Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
A. DEFINISI
Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang mengalami asma. Asma
merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu, sehingga apabila terangsang
oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang. Dari
proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Almazini, 2012).
Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto (2013) Asma adalah suatu penyakit
dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan
tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Dari
beberapa pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan asma merupakan suatu
penyakit saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena hipereaktivitas oleh
faktor risiko tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak
nafas dan mengi.
B. ETIOLOGI
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
1. Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak
anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
2. Asma instrinsik / idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor non
spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering memicu serangan
asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah menderita infeksi sinus.
3. Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo
(2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
1. Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Rongen paru
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
D. PATHWAY

ganguan pertukaran gas


E. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan
jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi
dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa
membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi,
dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan
ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem
imunologis dan sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast
dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti
histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa
dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls
saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung
saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok,
emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin
ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan
mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi
rendah terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki.
Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi
ketika reseptor β- adregenik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β-
adregenik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi
reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator
kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta
adrenergik mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan
mediator kimiawi dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan βadrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan
terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan
Putri, 2014)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
1. Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus
dan adanya sumbatan
8. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Pneumothorak
2. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
3. Atelektasis
4. Aspirasi
5. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
6. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
2. Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Menurut Wijaya dan Putri (2014) pengkajian yang digunakan pada pasien dengan
asma yaitu :
a. Identitas klien
Meliputi nama, Usia, Jenis Kelamin, ras, dll
b. Informasi dan diagnosa medik penting
c. Data riwayat kesehatan
Pernah menderita penyakit asma sebelumnya, menderita kelelahan yang amat
sangat dengan sianosis pada ujung jari.
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat tidak ada
nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas.
2) Sesak setelah melakukan aktivitas
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga yang memiliki asma
2) Riwayat keluarga yang menderita penyakit alergi seperti rinitis alergi, sinustis,
dermatitis, dan lain-lain.

f. Ativitas / istirahat
1) Keletihan, kelelahan, malaise
2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas.
3) Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
4) Dispnea pada saat istirahat, aktivitas dan hiburan.
g. Sirkulasi : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
h. Integritas ego terdiri dari peningkatan faktor resiko dan perubahan pola hidup
i. Makanan dan cairan :
mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan untuk makan
j. Pernafasan
1) Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk bernafas
2) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan
3) Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya memanjang
4) Penggunaan otot bantu pernafasan
5) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinanselama
inspirasi berlanjut sampai penurunan/ tidak adanya bunyi nafas.
k. Keamanan : riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat
l. Harapan keluarga Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma
menurut SDKI (2017) dan Donsu, Induniasih, dan Purwanti (2015) yaitu :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas

3. Intervensi Keperawatan
Rencanaan Keperawatan Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang
akan diberikan kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul. Rencana keperawatan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI,2019).
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajement jalan nafas (I.01011)
efektif keperawatan diharapkan bersihan Observasi
jalan napas klien meningkat dengan - Monitor bunyi nafas tambahan
kriteria hasil : - Monitor sputum
Bersihan Jalan Napas (L.01001) Terapeutik
1. Batuk efektif meningkat - Posisikan semifowler atau fowler
2. Produksi sputum menurun - Berikan minum hangat
3. Mengi menurun - Berikan oksigen jika perlu
4. Wheezing menurun Edukasi
5. Gelisah menurun Ajarkan teknik batuk efektif
6. Frekuensi nafas membaik Kolaborasi
7. pola nafas membai Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik

Manjemen Asma (I.01010)


Observasi
- monitor frekuensi dan kedalaman
napas
- monitor suara napas tambahan
- monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- berikan posisi semi fowler 30-45
derajat
- pasang oksimetri
- berikan oksigen 6-15 lpm via
sungkup untuk mempertahankan
SPO2 >90%
- pasang jalur intravena untuk
pemberian obat dan hidrasi
- ambil sampel darah untuk
pemeriksaan hitung darah lengkap
dan AGD
Edukasi
- Anjurkan meminimalkan ansietas
yang dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen
- anjurkan bernapas lambat dan dalam
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
sesuai indikasi
- kolaborasi pemberian obat tambahan
tidak tidak responsive dengan
bronkodilator (misal prednisolone,
methylprednisolone, aminophylline)
-
2 Gangguan pertukaran gas Setelah diberikan tindakan Pemantauan respirasi (I.01014)
keperawatan diharapkan pertukaran Observasi
gas meningkat dengan kriteria hasi: - Monitor frekuensi, irama, kedalaman
Pertukaran Gas (L.01003) dan upaya nafas
1. Tingkat kesadaran pasien - Monitor pola nafas
meningkat - Monitor kemampan batuk efektif
2. Bunyi nafas tambahan menurun - Monitor adanya produksi sputum
3. Gelisah menurun - Monitor adanya sumbatan jalan
4. Nafas cuping hidung menurun nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan

Dukungan ventilasi (I.01002)


Observasi
- Identifikasi adanya kelelahan otot
bantu nafas
- Monitor status respirasi dan
oksigenasi
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan posisi semifowler atau
fowler
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
Edukasi
- Ajarkan malakukan teknik relaksasi
nafas dalam
- Ajarkan teknik batuk efektif
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2018).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi
1. Jakarta.: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai