Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL

KETIDAKBERDAYAAN
PADA TN.S DENGAN CKD ON HD DI RUANG RENGASDENGKLOK
RSUD KARAWANG
Disusun untuk Memenuhi tugas Jiwa

Disusun Oleh :
Alinurdin
Dyah Ratna Sari
Engkay Kusnendar
Ida farida
Miftakhul Jannah
Rozana
Sundaris
Selviana Riska

PRODI NERS NON REGULER


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jalan Pangkal Perjuangan KM.01 By Pass – Karawang
tahun 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam kehidupan yang semakin maju dan modern manusia akan lebih mudah
mengalami stres apabila manusia tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya. Kebutuhan hidup seperti kebutuhan ekonomi yang semakin
meningkat dapat berdampak buruk pada individu yang tidak mampu dalam
menggunakan mekanisme koping dan gagal dalam beradaptasi. Jika demikian
maka individu akan mengalami berbagai penyakit baik fisik maupun mental.

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat dari emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
yang efektif, konsep diri yang positif, serta kestabilan emosional. Seseorang bisa
dikatakan sehat jiwa apabila mampu mempertahankan kondisi fisik, mental, dan
intelektual dalam suatu kondisi yang optimal melalui pengendalian diri,
peningkatan aktualisasi diri, serta selalu menggunakan koping yang positif
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi (Nasir dan Muhit, 2011).

Seseorang yang mengalami stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi


masalah kehidupan sehari-hari memerlukan kemampuan pribadi maupun
dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres, cara yang digunakan
oleh individu untuk mengurangi stres itulah yang disebut dengan koping.Koping
adalah suatu usaha individu untuk mengatasi stres psikologis (Potter & Perry,
2010).

Perasaan ketidakberdayaan umum terjadi pada klien yang dirawat beserta


keluarga yang menemaninya.Perasaan ketidakberdayaan merupakan aspek
psikosial klien yang dapat memengaruhi prognosis penyakit. Dukungan
sosial dapat menjadi sumber koping klien dalam merasakan penurunan
fungsi tubuh akibat penyakit. Dukungan sosial pun dapat membantu
klienuntuk melakukan aktivitas sehari-hari yang memerlukan bantuan,
sehingga klien merasa dapat mengontrol suatu hal meskipun dengan
bantuan orang terdekat. Penelitian meta-analisis menunjukkan adanya
peningkatan kualitas hidup secara signifikan pada klien sakit kronis
yang mendapatkan intervensi psikososial (Samartzis, Dimopoulos, Tziongourou,
& Nanas, 2013). Ada suatu kesinambungan antara aspek fisik dan
psikosial klien dalam prognosis penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan
intervensi keperawatan jiwa pada kliendengan penyakit kronis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok tertarik untuk mengambil
kasus pasien sakit kronis dengan diagnose keperawatan psikososial
“ketidakberdayaan”, guna mendapat gambaran lebih jelas tentang bagaimana
“asuhan keperawatan psikososial ketidakberdayaan pada Tn.S dengan CKD on
HD di ruang rengas dengklok RSUD Karawang”.
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
Menggambar asuhan keperawatan psikososial psikososial ketidakberdayaan
pada Tn.S dengan CKD on HD di ruang rengas dengklok RSUD Karawang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian selama memberikan asuhan keperawatan
psikososial ketidakberdayaan pada Tn.S dengan CKD on HD di ruang
rengas dengklok RSUD Karawang
b. Mengetahui diagnose keperawatan jiwa apa saja yang muncul selama
memberikan asuhan keperawatan psikososial ketidakberdayaan pada
Tn.S dengan CKD on HD di ruang rengas dengklok RSUD Karawang
c. Mengetahui rencana tindakan apa saja selama memberikan asuhan
keperawatan psikososial ketidakberdayaan pada Tn.S dengan CKD on
HD di ruang rengas dengklok RSUD Karawang
d. Mengetahui implementasi apa saja yang diberikan selama memberikan
asuhan keperawatan psikososial ketidakberdayaan pada Tn.S dengan
CKD on HD di ruang rengas dengklok RSUD Karawang
e. Mengetahui evaluasi selama memberikan asuhan keperawatan
psikososial ketidakberdayaan pada Tn.S dengan CKD on HD di ruang
rengas dengklok RSUD Karawang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan
(NANDA,2014). Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu
dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh
individu baik verbal maupun non verbal. Kondisi depresi merupakan salah satu
masalah yang berakibat pada konsisi psikososial dengan ketidakberdayaan.
Kondisi ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat
mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar
kendalinya untuk mencapai solusi tersebut.
Dianalisa dari proses terjadinya, ketidakberdayaan bersal dari ketidakmampuan
individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali
dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres
akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipotalamus,
kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya
adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional
individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal
(HPA) dan menyebabkan kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan
sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang berubah
menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa gagal
terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan luar adrenal
sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur
otak, terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Neurotransmiter
merupakan zat kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke
neuron lain dengan rangsang tersebut (Struart & Laraia,2005).

B. Tanda dan gejala


Data subyektif
 Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
 Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
 Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
 Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
 Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Data obyektif
 Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
 Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan.
 Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
 Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
 Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
 Apatis dan pasif.
 Ekspresi muka murung.
 Bicara dan gerakan lambat.
 Tidak berlebihan.
 Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
 Menghindari orang lain.

C. Faktor predisposisi dan presipitasi


D. Biologis
- Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang
menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar).
- Mengalami hospitalisasi.
- Cidera fisik yang mengharuskan immobilisasi dan menyebabkan intoleransi
aktivitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya : tidak bisa
berjalan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi, tidak bisa mengetik
dengan maksimal karena tangan kanannya patah).
E. Psikologis
- Pengalaman traumatis (khususnya dalam enam bulan terakhir) : cidera fisik
yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
- Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh kegagalan
dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
- Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan peran).
- Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang
ada.
- Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain.
- Kemampuan mengungkapkan masalah pada orang lain.
- Tipe kepribadian yang dimiliki.
- Adanya pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan trauma
- Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain.
- Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan (terlalu sedih).
- Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
menyerah/pesimis.
- Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain.
- Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi.
F. Sosial budaya
- Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang tinggi,
namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan memberikan
dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya.
- Pembatasan aktifitas oleh tim medis/keluarga akibat penyakit/trauma yang
diderita.
- Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya.
- Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain,(mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan
kesulitan dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan
fisiknya).
- Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari hikmah
kejadian yang diberikan Tuhan.
G. Kognitif
- Lapang pandang menjadi sempit.
- Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
- Waspada dengan gejala fisiologis.
- Bingung.
- Takut akan konsekuensi yang abstrak.
- Cenderung menyalahkan diri sendiri.
- Berfokus pada diri sendiri.
- Kurang konsentrasi.
- Gangguan perhatian.
- Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi tubuh
yang mengalami gangguan.
- Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan.
- Sulit mengambil keputusan.
- Mengatakan takut kehilangan kontrol.
H. Afektif
- Gelisah.
- Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
- Menangis.
- Mengalami penyesalan.
- Merasa tidak berdaya.
- Berfokus pada diri sendiri.
- Merasa bingung.
- Ragu dan tidak percaya diri.
- Merasa khawatir.
- Cenderung menyalahkan diri sendiri.
- Apatis.
- Pesimis.
- Mudah marah
I. Fisiologis
- Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
- Berat badan.
- Wajah murung dan muka berkerut.
- Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
- Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
- Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
- Simpatik:
 Anoreksia.
 Mulut kering.
 Wajah pucat.
 Nadi dan tekanan darah turun.
 Pupil menyempit.
 Lemah.
 Nafas pelan sesekali nafas dalam.
- Parasimpatik
 Nyeri kepala (pusing).
 Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
 Letih.
 Tidur berlebihan.
 Lesu.
J. Perilaku
- Gerakan pelan dan lemas.
- Penurunan produktivitas.
- Gelisah dan melihat hanya sepintas.
- Kontak mata buruk.
- Apatis.
- Melamun.
- Menunduk.
- Memalingkan wajah

K. Sosial
- Bicara pelan dan lirih.
- Menarik diri dari hubungan interpersonal.
- Kurang inisiatif.
- Menghindari kontak sosial dengan orang lain.
- Menunjukkan sikap apatis
L. Sumber Koping

Personal ability
- Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
- Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
- Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
- Kemampuan dalam memecahkan masalah.

Sosial support
- Caregiver utama dalam keluarga.
- Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
- Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.

Material asset
- Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan
fisiologis.
- Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
- arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi

Positive believe
- Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak
ada.
- Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.

M. Mekanisme Koping
Konstruktif
- Menilai pencapaian hidup yang realistis.
- Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya
sehingga dapat beradaptasi secara normal.
- Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
- Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan
kondisi kesehatan.
N. Destruktif
- Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta
bantuan.
- Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
- Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan
peran, konflik peran).
- Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
- Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan
diri, istirahat dan tidur dan berdandan
- Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain).
- Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

O. Pohon masalah

Koping individu tidak efektif

ketidakberdayaan

Kurang pengetahuan

Diagnosa Data yang telah ditemukan


Kurang pengetahuan Klien tidak menemukan cara alternatif untuk
menangani masalahnya, klien mengatakan
bingung.

Ketidakberdayaan Klien mengatakan sepertinya tidak mampu


menyelesaikan skripsinya karena tidak bisa
pergi bimbingan skripsi.

Koping individu tidak efektif Klien menyalahkan dirinya sendiri dan enggan
bertemu dengan orang yang akan
menjenguknya (membatasi hubungan
interpersonal).
Strategi Pelaksanaan

Dx kep Tujuan umum dan tujuan Kriteria hasil Intervensi


khusus
ansietas Tujuan Umum : mengatasi  Verbalisasi kecemasan 1. Fase Orientasi
gangguan ansietas klien. menurun
a. Salam Terapeutik
Tujuan Khusus :  Ttv normal
1. Pasien mampu membina  Pola tidur normal
hubungan saling percaya “Assalamu’alaikum, selamat pagi Pak. Perkenalkan,
2. Pasien mampu mengenal nama saya …….. Senang dipanggil Suster …….
ansietas
3. Pasien mampu mengatasi Saya mahasiswa Kharisma yang sedang praktik di
ansietas melalui teknik Ruangan ini Pak. Nama Bapak siapa? Lebih senang
relaksasi
4. Pasien mampu dipanggil apa?.”
memperagakan dan b. Evaluasi Validasi
menggunakan teknik
relaksasi untuk mengatasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
ansietas
c. Kontrak

“Pak, saya bertugas di sini untuk merawat bapak. S


saya harap selama saya merawat Bapak.S saya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik bagi Bapak.S.
Kak sekarang saya ingin berbincang-bincang dengan
kakak untuk mengetahui keadaan Bapak.S saat ini,
apakah kakak bersedia? Kak ingin kita bicara di
mana? Bagaimana kalau ditaman. Hmm,,baiklah kak.
Berapa lama ingin bincang-bincangnya kak?
Bagaimana kalau kita berbincang selama 30 menit?”
2. Fase Kerja

“Nah, sebenarnya, apa yang kakak rasakan selama


merawat Bapak? O jadi Bapak merasa sedih dan
bingung tidak tahu harus bagaimana ya melihat Bapak
yang jadi lebih termenung dan pendiam. Jadi kak,
kondisi Bapak yang muncul saat ini itu dikarenakan
Bapak telah mengalami suatu kecemasan, dalam hal
ini kecemasan akibat penyakitnya yang tak kunjung
ada perubahan. Dengan Bapak yang menunjukkan
sikap pasif, ragu-ragu, jarang berinteraksi itu
merupakan tanda dan gejala dari rasa
ketidakberdayaan. Dalam hal ini kakak harus
memberikan dukungan kepada Bapak karena keluarga
berperan penting dalam meningkatkan motivasi
Bapak. Selain itu, kakak perlu juga memberikan
pujian atas kegiatan atau peningkatan pada kondisi
Bapak atau ketika Bapak mampu memutuskan untuk
melakukan kegiatan.”
d. Fase Terminasi
3. Evaluasi
a. “Bagaimana perasaan Bapak setelah tadi kita
berbincang-bincang?”
b. Rencana Tindak Lanjut

“Nanti Bapak dapat mencoba untuk memberikan


dukungan dan pujian atas keberhasilan Bapak ketika
Bapak memutuskan untuk melakukan kegiatan.”
c) Kontrak yang akan datang
“Nah untuk hari ini sampai disini dulu ya Pak. Besok
kita akan bertemu lagi dan membicarakan tentang
cara merawat dan mengatasi kondisi Bapak secara
langsung. saya pamit dulu. Assalamu alaikum. ”

SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara


latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Pada pertemuan kedua, Bapak S menunjukkan rasa
penerimaan terhadap kondisi penyakitnya. Tn. S
sudah berkonsentrasi dengan pembicaraan tentang
prosedur tindakan keperawatan yang diberikan.
2. Diagnosa Keperawatan

Ketidakberdayaan
3. Tujuan Tindakan
a. Keluarga mampu mengenal masalah
ketidakberdayaan pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami ketidakberdayaan.
c. Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga
yang mengalami ketidakberdayaan.
4. Tindakan Keperawatan
a. Pertahankan rasa percaya keluarga dengan
mengucapkan salam, menanyakan peran keluarga
merawat pasien & kondisi pasien.
b. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara
merawat dan follow up.
c. Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan
mengontrol perasaan tidak berdaya.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi pak. Masih ingat dengan saya pak? Ya,


betul sekali. Saya perawat …….., pak. Seperti
kemarin, siang ini dari pukul 14.00 nanti dan saya
yang akan merawat Bapak.”
b. Evaluasi Validasi

“Bagaimana perasaan Kakak hari ini?”


c. Kontrak

“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Kak. Hari


ini kita bertemu untuk mengevaluasi kegiatan
kemarin dan membicarakan kemampuan bapak dalam
merawat bapak. Saya rasa 30 menit seperti kemarin
cukup ya, bu.”
C. Fase Kerja

“Bagaimana bu ,,,apakah ibu dapat memotivasi bapak


dengan memberikan pujian atas kegiatan yang telah ia
lakukan ? Pujian seperti apa itu bu ? ohh bagus sekali itu
bu,,baiklah.. ibu telah mampu memotivasi bapak S atas
kegiatan yang dia lakukan sekarang kak bagaimana
perasaan bapak setelah melakukan hal tersebut ?..baiklah
pak hari ini kita akan membahas kegiatan positif lain
yang telah bapak S tuliskan dalam daftar harian yaitu
membersihkan lantai dengan sapu.. Jika Bapak S telah
melakukannya ibu harus tetap memberikan motivasi
kepada Bapak S ya,,Wah iya bagus sekali ya.
D. Fase Terminasi
a. Evaluasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah tadi kita berbincang-


bincang?”
b. Rencana Tindak Lanjut

“Nanti ibu dapat mencoba untuk memberikan dukungan


dan pujian atas keberhasilan Bapak ketika Bapak
memutuskan untuk melakukan kegiatan.”
f) Kontrak yang akan datang
“Nah untuk hari ini sampai disini dulu ya pak. Besok kita
akan bertemu lagi dan membicarakan tentang cara
merawat dan mengatasi kondisi Bapak secara langsung.
saya pamit dulu. Assalamu alaikum. ”
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

II. INFORMASI UMUM


Inisial klien : Tn S
Usia : 57 (tahun)
Jenis kelamin : laki-laki
Suku : sunda
Bahasa dominan : Indonesia
Status perkawinan : menikah
Alamat : Walahar kec. Klari kab Karawang

KELUHAN UTAMA
Benjolan di scrotum. Sesak nafas, kaki bengkak

III. PENAMPILAN UMUM


a. Fisik
Oksigenasi
Tanda-tanda vital : TD 180/110 R: 26x/mnt, N: 11x/mnt T: 36.8
Ritme : teratur (px terpasang 02 nasal kanul 4L)
Kedalaman : dangkal

Nutrisi
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 165 cm
Pola makan : 3x/hari ½ porsi
Alergi : tidak ada

Eliminasi
Pola BAB/ BAK : terganggu dilakukan ditempat tidur
Nyeri : tidak ada

Aktivitas dan Istirahat


Pelaksanaan ADL : total
Pola tidur : terganggu
Kebiasaan sebelum tidur: mendengarkan radio

Proteksi
Status imunisasi : tidak lengkap
Riwayat pengobatan fisik
1 minggu yang lalu klien berobat ke klinik dekat rumah karena benjolan di
scrotumnya membesar dan klien tambah sesak, dari klinik disarankan untuk
rujuk ke rumah sakit yang fasilitasnya lebih lengkap.

Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll


No Pemeriksaan TANGGAL hasil
1 Hemoglobin 09/02/2020 7,2
2 Eritrosit 09/0202020 2,59
3 Leukosit 09/02/2020 18,08
4 Trombosit 09/02/2020 379
5 GDS 09/02/2020 112
6 Ureum 09/02/2020 142
7 Creatinin 09/02/2020 12,21

Diagnosa Keperawatan
ketidakberdayaan

b. Penampilan
1. Cacat fisik
Cacat fisik tidak ada, hanya scrotum klien makin membesar dan nyeri

2. Kontak mata
kontak mata klien kurang berfokus ke petugas dan pandangan kosong

3. Pakaian
Klien menggunakan baju kameja namun tidak di kancingkan karena merasa
kegerahan dan sering berkeringat

4. Perawatan diri
Jelaskan: setelah dilakukan perawatan klien baru mandi satu kali tadi pagi dan
blm pernah gosok gigi serta belum keramas

Diagnosa Keperawatan:
Defisit perawatan diri: mandi
IV. KELUARGA
a. Genogram

b. Tipe keluarga
Extended family

c. Pengambilan keputusan
Anak klien yang pertama

d. Hubungan klien dengan kepala keluarga


Klien adalah kepala keluarga, namun keputusan semuanya diserahkan ke anak
klien yang pertama

e. Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga


Berkumpul bersama keluarga sambil makan bareng dilakukan sesaat sebelum
sakit, setelah sakit klien hanya ditungguin anaknya secara bergantian

f. Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat


Sebelum sakit klien biasa berkumpul dengan tetangga untuk melakukan
kegiatan kemasyarakatan dan pengajian mingguan, namun sesudah klien sakit
klien hanya tiduran di ruang keluarga rumahnya

Diagnosa Keperawatan
ketidakberdayaan

V. RIWAYAT SOSIAL
1. Pola sosial
a. Teman/ orang terdekat
Orang terdekat klien adalah istri dan anaknya yang selalu setia menunggu
saat klien dirawat saat ini

b. Peran serta dalam kelompok


Klien hanya beraktifitas ringan saja dan jalan santai sambil berkumpul
bersama tetangga

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Sebelum klien sakit klien sering berkumpul bersama tetangga dan anak
cucunya dan tidak mempunyai hambatan dalam komunikasi ataupun
aktifitas, setelah dirawat klien hanya tinggal ditempat tidur

2. Obat-obatan yang dikonsumsi


a. Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep
Obat warung

b. Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini


Obat gula (caco4, asam folat, sama sefixim)

c. Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi


masalahnya
Tidak menggunakan, hanya kadang2-kadang obat nyeri.

Diagnosa Keperawatan:
ketidakberdayaan

VI. KULTURAL DAN SPIRITUAL


1. Agama yang dianut
a. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?
Klien beragama islam, selalu berusaha untuk menjalankan ibadahnya walau
dengan keterbatasan yang terjadi saat ini (duduk ditempat tidur).

b. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya


setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
Saat melakukan salat klien sambil duduk karena sudah tidak mampu berdiri
yang lama dan suka timbul sesak

c. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu


Klien suka merasa tenang dan nyaman apabila telah melakukan ibadah,
meskipun klien beranggapan penyakitnya susah untuk sembuh
2. Budaya yang diikuti
Komunikasi
Non verbal
Perilaku  Perilaku  Perilaku 
Kontak kurang mencegah ya Penuh kasih Ya
mata kontak mata sayang
Merangkul tidak Sentuhan Ekspresif
Hangat tidak Orientasi pada kurang Pemalu Ya
orang lain
Sopan iya Pendiam ya Senyum dan Tidak
amggukan

Nada
Nada  Nada  Nada 
Keras Tidak Animated Tenang Ya
Muluk- Tidak Keras pada pesan Ekspresif Ya
muluk penting
Berubah tidak Lembut ya Hormat ya
sesuai
emosi

Jarak fisik
Jarak klien dengan petugas kurang lebih 70 cm dan posisi klien sedang duduk
Diagnosa Keperawatan:

Pengkajian Ansietas
1. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien saat ini tidak mempunyai masa lalu yang kurang menyenagkan

2. keluhan fisik
klien merasa tidak mampu beraktifitas dan bila melakukan aktifitas klien suka
merasa sesak yang hebat dan benjolan di scrotumnya makin membesar

3. alam perasaan
putus asa
4. mekanisme koping
Adaptif  Mal adaptif 
Bicara dengan orang lain Ya Minum alkohol Tidak
Mampu menyelesaikan tidak Reaksi lambat/ cepat tidak
masalah
Teknik relaksasi tidak Bekerja berlebihan Tidak
Aktivitas konstruktif Tidak Menghindar Tidak
Olah raga Tidak Mencederai diri Tidak
Lain-lain: Lain-lain:

Diagnosa Keperawatan:
keputusasaan

Pengkajian dengan Kehilangan dan Berduka

1. kehilangan yang pernah dialami


saat dianjurkan untuk cuci darah

2. respon terhadap kehilangan


Tawar-menawar

3. mekanisme koping
Adaptif  Mal adaptif 
Bicara dengan orang lain ya Minum alkohol Tidak
Mampu menyelesaikan Ya Reaksi lambat/ cepat Tidak
masalah
Teknik relaksasi Ya Bekerja berlebihan Tidak
Aktivitas konstruktif Ya Menghindar Tidak
Olah raga tidak Mencederai diri tidak
Lain-lain: Lain-lain:

Diagnosa Keperawatan:
ketidakberdayaan
Pengkajian Gangguan Citra Tubuh

1.Keluhan fisik
Badan terasa lemas sulit untuk melakukan aktifitas meskipun hanya ke kamar mandi
karena sesak nafas dan nyari di scrotum yang membesat bila berdiri

2.alam perasaan
putus asa

3. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien marasa kesempurnaan dalam tubuhnya berkurang setelah
divonis harus cuci darah secara berkelanjutan

b. Identitas :
klien merasa tubuhnya tidak berguna lagi

c. Peran :
klien merasa perannya sebagai kepala keluarga sudah tidak berguna lagi

d. Ideal diri :
klien merasa sudah tidak berguna lagi karena tidak bisa melakukan aktivitas

e. Harga diri :
klien merasa sudah tidak berharga lagi

4. mekanisme koping
Adaptif  Mal adaptif 
Bicara dengan orang lain Ya Minum alkohol Tidak
Mampu menyelesaikan tidak Reaksi lambat/ cepat Ya
masalah
Teknik relaksasi Tidak Bekerja berlebihan Tidak
Aktivitas konstruktif Ya Menghindar Ya
Olah raga tidak Mencederai diri tidak
Lain-lain: Lain-lain:

Diagnosa Keperawatan:
Gangguan fungsi peran
Ketidakberdayaan
Analisa data
no Analisa data Diagnosa
1 DS: Ketidakberdayaan
- klien mengatakan badan lemas dan sesak
meningkat bila melakukan meskipun hanya
ke kamar mandi
- klien mengatakan tubuhnya sudah tidak
berguna lagi
- klien mengatakan kesempurnaan dalam
tubuh sudah berkurang akibat cuci darah
DO: klien tampak lemah bedrest, kebutuhan
eliminasi dilakukan ditempat tidur, O2
terpasang 3lpm
2 DS: klien mengatakan pasrah dengan keputusasaan
kondisinya saat ini
DO: klien tampak lemas, tatapan kosong
sesekali klien melamun
3 Ds : Harga diri rendah
- klien mrngatakan marasa kesempurnaan
dalam tubuhnya berkurang setelah divonis
harus cuci darah secara berkelanjutan
- klien mengatakan merasa tubuhnya tidak
berguna lagi
- klien mengatakan merasa perannya sebagai
kepala keluarga sudah tidak berguna lagi
- klien mengatakan merasa sudah tidak
berguna lagi karena tidak bisa melakukan
aktivitas
- klien mengatakan merasa sudah tidak
berharga lagi
Do :
- klien tampak murung
- tatapan kosong

Diagnosa Keperawatan:
1. ketidakberdayaan
2. keputusasaan
3. harga diri rendah
Pohon masalah

KEPUTUSASAAN

HARGA DIRI
RENDAH

KETIDAKBERDAYAAN

DISFUNGSI ORGAN

Intervensi keperawatan

no Diagnosa Intervensi
1 ketidakberdayaan Promosi koping
 observasi:
 identifikasi kegiatan jangka pendek dan jaka
panjangsesuai tujuan
 observasi kemampuan yang dimiliki
 identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk
memenuhi tujuan
 identifikasi proses pemahaman penyakit
 identifikasi metode penyelesaian masalah
- terapeutik
 diskusikan perubahan peran yang dialami
 gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
 diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya
pada diri sendiri
 motivasi untuk menentukan hal yang realistis
 tinjau kembali dalam pengambilan keputusan
 kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancam
- edukasi
 anjurkan menjalin hubunganyang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama
 anjurkan pengguanaan sumber spiritual
 anjurkan keluarga terlibat dan latih penggunaan
relaksasi
 latih keterampilan social sesuai kebutuhan
2. keputusasaan Dukungan emosional
- observasi
 identifikasi fungsi marah, prustasi dan amuk
bagi pasien
 identifikasi hal yang telah memacu emoi
- terapeutik
 Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas
marah ata sedih
 buat pernyataan suportif atau empati selama fase
berduka
 lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan
 tetap bersama pasien dan pastikan keamanan
selama ansietas
- edukasi
 anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
 anjurkan mengungkapkan pengalaman
emosionalsebelumnya dan pola respon yang
biasa digunakan
 ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan
yang tepat
- kolaborasi
 rujuk untuk konseling jika perlu

3 Harga diri rendah Manajemen perilaku (I.12463)


Observasi
- identifikasi harapan untuk mengendalikan
perilaku
terapeutik
- diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
- jadwalkan kegiatan terstruktur
- ciptakan dan pertahankan lingkungan dan
kegiatan perawatan konsisten settiap dinas
- batasi jumlah pengunjung
- bicara dengan nada rendah dan tenang cegah
perilaku pasif dan agresif
- hindari bersikap menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
- hindari sikap mengancam dan berdebat
edukasi
- informasikan kepada keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar pembentukan kognitif

Implementasi keperawatan

Hari/tgl No Tindakan keperawatan Evaluasi (soap) ttd


.dx
Rabu,12/2/ 1 DS: S:
2020 - klien mengatakan badan  Pasien mengatakan sedikit
lemas dan sesak meningkat bisa menerima dirinya,
bila melakukan meskipun namun masih khawatir
hanya ke kamar mandi O:
- klien mengatakan tubuhnya  Pasien nampak tidak terlalu
sudah tidak berguna lagi murung, sedikit ada kontak
- klien mengatakan mata
kesempurnaan dalam tubuh A : ketidakberdayaan +
sudah berkurang akibat cuci P : lanjutkan intervensi
darah
DO: klien tampak lemah
bedrest, kebutuhan eliminasi
dilakukan ditempat tidur, O2
terpasang 3lpm
DX : ketidakberdayaan
Implementasi :
 Mengidentifikasi harapan
pasien dan keluarga dalam
pencapaian hidup
 Menyadarkan bahwa
kondisi yang dialami
memiliki nilai penting
 Memandu mengingat
kembali kenangan yang
menyenangkan
 Melibatkan pasien secara
aktif dalam perawatan
 Menganjurkan
mengungkapkan perasaan
terhadap kondisi dengan
realistis
RTL :
 Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif pasien
 Membantu pasien menilai
kemampuan yang dimiliki
dan berpikir positif
Rabu,12/2/ 2 DS: klien mengatakan pasrah S:
2020 dengan kondisinya saat ini Pasien mengatakan akan
DO: klien tampak lemas, mencoba semampunya, dan
tatapan kosong sesekali klien lebih bisa menerima kondisi
melamun kesehatannya
Dx : keputusaaan O:
Implementasi : Pasien nampak lebih ceria
- mengdentifikasi fungsi A : Keputusaan (+)
marah, prustasi dan amuk P : lanjutkan intervensi
bagi pasien
- melakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan
- tetap bersama pasien dan
pastikan keamanan selama
ansietas
- menganjurkan
mengungkapkan perasaan
yang dialami
RTL : -
- menganjurkan
mengungkapkan
pengalaman
emosionalsebelumnya dan
pola respon yang biasa
digunakan
3 Ds : S:
- klien mrngatakan marasa Klien mengatakan sudah
kesempurnaan dalam menerima keadaan tubuhnya
tubuhnya berkurang setelah O:
divonis harus cuci darah Klien tampak lebih kooperatif
secara berkelanjutan dan tidak murung
- klien mengatakan merasa A : harga diri rendah (-)
tubuhnya tidak berguna lagi P : lanjutkan intervensi
- klien mengatakan merasa
perannya sebagai kepala
keluarga sudah tidak
berguna lagi
- klien mengatakan merasa
sudah tidak berguna lagi
karena tidak bisa
melakukan aktivitas
- klien mengatakan merasa
sudah tidak berharga lagi
Do :
- klien tampak murung
- tatapan kosong
DX : harga diri rendah
Implementasi :
- mengidentifikasi harapan
untuk mengendalikan
perilaku
- mendiskusikan tanggung
jawab terhadap perilaku
- menjadwalkan kegiatan
terstruktur
- menciptakan dan
pertahankan lingkungan dan
kegiatan perawatan
konsisten settiap dinas
- membatasi jumlah
pengunjung
- bicara dengan nada rendah
dan tenang cegah perilaku
pasif dan agresif
- menghindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
- menghindari sikap
mengancam dan berdebat
- menginformasikan kepada
keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar pembentukan
kognitif
RTL : -
Hari/ No. Implementasi Evaluasi Ttd
tanggal dx
13/02/2020 1 DS : S:
Kamis  Pasien mengatakan sedikit Pasien mengatakan mampu
bisa menerima dirinya, berpikir positif tentang dirinya
namun masih khawatir O:
DO : Pasien tampak tersenyum dan
 Pasien nampak tidak terlalu tidak murung
murung, sedikit ada kontak A:
mata Ketidakberdayaan (-)
DX : ketidakberdayaan + P:
Implementasi : Lanjutkan intervensi
 Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif pasien
 Melatih pasien berpikir
positif
 Membantu pasien menilai
kemampuan yang dimiliki
 menganjurkan menjalin
hubunganyang memiliki
kepentingan dan tujuan
yang sama
 menganjurkan pengguanaan
sumber spiritual
RTL
 anjurkan keluarga terlibat
dan latih penggunaan
relaksasi
 latih keterampilan social
sesuai kebutuhan

2 DS :
Pasien mengatakan akan
mencoba semampunya, dan
lebih bisa menerima kondisi
kesehatannya
DO :
Pasien nampak lebih ceria
DX : Keputusaan
Implementasi :
- menganjurkan
mengungkapkan
pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respon
yang biasa digunakan
- mengajarkan penggunaan
mekanisme pertahanan
yang tepat
RTL : -
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini akan diuraikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara


teori dan kasus yang ditemukan saat memberikan asuhan keperawatan pada Tn.S
dengan CKD on HD diruang Rengasdengklok RSUD Karawang. Pembahasan ini akan
dibahas sesuai dengan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pasien pada kasus ini adalah pasien laki-laki berusia 57 tahun dengan diagnose
medis CKD on HD, dimana Tn.S mengatakan bahwa ia merasa sudah tidak berguna
lagi akibat penyakit yang dideritanya, dan pasrah akan kondisinya. Pasien
mengeluh sesak napas, lemas, dan mudah lelah bila beraktivitas. Pasien tampak
lemah, mengindari kontak mata, murung dan sering melamun
Berdasarkan teori yang ada salah satu faktor penyebab dari ketidakberdayaan
adalah penyakit kronis dimana pasien megalami kelemahan atau gangguan yang
akibat dari penyakit yang dideritanya. Pasien dengan diagnose medis CKD menjadi
salah satu dari penyebab ketidakberdayaan pasien, karena pasien dengan CKD
mengalami intoleransi aktivitas dan pada beberapa kondisi yang sudah parah harus
menjani Hemodialisa yang akan berdampak buruk pada psikologis pasien.
B. Diagnosa
Diagnose utama yang ditegakkan pada kasus Tn.S adalah ketidakberdayaan,
dibuktikan dengan pasien mengatakan sudah merasa tidak berguna lagi dan pasrah
akan kondisinya. Pasien mengatakan lemah dan mudah lelah bila melakukan
aktivitas yang ringan sekalipun. Pasien juga tampak lemah, menghindari kontak
mata, dan sering melamun.
C. Implementasi
Menurut SIKI dan SLKI yang disusun oleh PPNI (2018), implementasi yang
diterapkan pada Tn.S sudah sesuai, dimana pada pasien dengan diagnose
psikososial ketidakberdayaan dilatih untuk berpikir positif agar pasien bisa
menemukan kemampuannya dan melatihnya dengan baik.
D. Evaluasi
Evaluasi pada Tn.S sesuai dengan implementasi yang dibuat pada kriteria objektif
yang ditetapkan. Dalam evaluasi untuk diagnose yang ditegakkan kelompok
mendapat fakta bahwa tidak semua kriteria evaluasi dapat dicapai selama pasien
dirawat di rumah sakit, semuanya membutuhkan waktu, proses, kemauan dan
ketaatan pasien dalam mengikuti perawatan dan pengobatan.
E. Evidence based practice
Kelompok menerapkan EBP dari jurnal yang sesuai dengan diagnose keperawatan
yang ditegakkan, dengan judul “Afirmasi Positif Sebagai Intervensi
Ketidakberdayaan Pada Masalah Kesehatan Perkotaansystemic Lupus
Erythematosus”. Adapun analisa jurnal sebagai berikut :
Population :
jumlah populasi yang dipakai dalam jurnal adalah kurang dari 50 orang
Intervensi :
Penulis berusaha membantu pasien untuk menyadari akibat dari pemikiran negatif
yang ia pikirkan. Kemudian, penulis mengajak pasien untuk berpikir positif dan
meminta pasien untuk memikirkan minimal 7 pemikiran positif setiap pagi. Sampai
pasien mampu menyebutkan 7 hal positif setiap pagi
Comparation :
Tidak ada perbandingan dalam jurnal ini
Outcome :
Pasien mampu menyebutkan 7 hal positif yang ia rasakan hari itu. Pasien pun
mengatakan merasa lebih tenang dan bersyukur setelah melakukan latihan berpikir
positif.
Time :
intervensi dilakukan 1 hari pada bulan November 2018

Hasil dari EBP yang diterapkan adalah pasien dapat menyebutkan hal-hal positif
dalam dirinya, hari kedua saat dikunjungi pasien tidak tampak murung dan mau
menunjukkan aspek positifnya.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang
dapatmengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan
(NANDA,2014). Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu
dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh
individu baik verbal maupun non verbal.
Klien dengan ketidakberdayaan dilakukan tindakan sesuai asuhan keperawatan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan
generalis keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi pelaksana.
1. Tindakan keperawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan yaitu dengan
latihan berfikir positif
2. Evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan positif dan
latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan
Sesusai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pada ketidakberdayaan
adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah ketidakberdayaan.

B. SARAN
Dengan diberikannya tugas ini mahasiswa dapat lebih memahami dan mengerti
tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien CKD on HD dan dapat
melakukan perawatan yang baik dan tepat serta menegakkan asuhan
keperawatan yang baik. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah
didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai