SOSIALISASI PENGURANGAN RISIKO BENCANA WILAYAH SULAWESI TENGGARA KENDARI, 3-5 NOVEMBER 2009
Pengantar
Pengalaman bencana yang sangat memilukan bagi bangsa Indonesia seperti tsunami di Aceh, Pangandaran dan Gempa di Yogyakarta, Gempa diPadang, Gempa diTasikmalaya, dll yang menelan korban ratusan ribu jiwa dan harta benda. Pengalaman yang patut dijadikan pelajaran dan peringatan bagi bangsa Indonesia untuk merumuskan solusi tepat dalam menghadapi bencana di kemudian hari
a. Mendapatkan pelindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana; b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana. d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial; e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.
Kewajiban Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana (Pasal 27, UU No. 24 Tahun 2007)
a.
Menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; b. Melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan c. Memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana.
Permasalahan
Wilayah Kota Kendari merupakan daerah yang rawan bencana, namun kesadaran masyarakat akan hal ini masih rendah. Masih rendahnya kapasitas lembaga di tingkat pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana; Lemahnya sistem koordinasi antar stakeholder dalam melakukan program sosialisasi pengurangan risiko bencana Lembaga pelaksana program sosialisasi tidak berbasis masyarakat; Luasnya wilayah rawan bencana yang secara administratif terbagi ke dalam beberapa daerah sehingga program sosialisasi yang selama ini sudah banyak dilakukan belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat,
Belum adanya program sosialisasi secara berkesinambungan antar generasi. Berbagai macam kendala tersebut yang menjadi penyebab program sosialisasi pengurangan risiko bencana belum berhasil secara optimal.
1. Partisipasi masyarakat sebagai media untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa keterlibatannya program pengurangan risiko bencana tidak akan berhasil secara optimal 2. Masyarakat akan lebih mempercayai program (pengurangan risiko bencana) jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, karena mereka yang mengetahui kebutuhan mereka 3. Keterlibatan masyarakat dalam program (pengurangan risiko bencana) merupakan hak demokrasi -- menentukan jenis program yang akan dilaksanakan di daerahnya
4. Melalui partisipasi masyarakat dapat diwujudkan masyarakat yang hidup berdampingan dalam bingkai kehidupan masyarakat desa yang mengutamakan sikap gotong royong antar warga tanpa harus melihat stratifikasi sosialnya 5. Dengan kesadaran partisipasi dari masyarakat akan terbentuk ruang dialog, komunikasi dan juga untuk menampung aspirasi setiap masyarakat.
Potensi Masyarakat dalam Perencanaan partisipatif Penanggulangan Bencana Lembaga sosial kemasyarakat lokal : Kelompok Tani Kelompok pengajian Dasawisma Karang taruna RW/RT dsb Nilai sosial budaya masyarakat : Kepedulian Kebersamaan Gotong royong Peserta sosialisasi mempunyai kapasitas dalam penanggulangan bencana Peserta Sosialisasi akan menjadi agen masyarakat yang lebih luas dalam upaya pengurangan risiko bencana. Komitmen Pemerintah dan Masyarakat dalam penanggulangan bencana
2. 3. 4.
Manfaat KMPB
Jam-jam pertama ketika terjadi bencana adalah masa-masa kritis bagi korban bencana.banyak korban bencana yang meninggal atau cacat seumur hidup krn tidak mendapatkan pertolongan, oleh karena itu perlu disiapkan sebuah kelompok yang mampu menanggulangai hal-hal tersebut. Membuat perencanaan untuk mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi di wilayahnya. Apabila diperlukan, KMPB bisa bekerja sama dengan pihakpihak yang terkait dalam menanggulangi bencana dibawah koordinasi dengan BPBD.
Organisasi KMPB
Besarnya jumlah anggota KMPB ini tergantung pada besarnya wilayah dan besarnya cakupan kemungkinan bencana. Untuk sebuah desa di Indonesia, yang rata-rata mempunyai 500 keluarga, anggota yang diperlukan untuk membentuk KMPB adalah 45 orang. Kelompok ini kemudian dibagi menjadi 11 regu yang masing-masing memiliki tugas khusus. Masing-masing regu memilih seorang koordinator. Pilih orang-orang yang mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas yang ditunjuk.
Bagian Operasional
Regu TRC Regu Pengungsi
Bagian Kesejahteraan
Regu Dapur Umum Regu Humas Regu Air Bersih Regu Kesehatan
Regu Keamanan
Hasil Sosialisasi
Masyarakat - Bertambahnya pengetahuan masyarakat. - Perubahan persepsi/cara pandang masyarakat terhadap bencana. - Perubahan tingkah laku masyarakat terhadap lingkungan. - Partisipasi masyarakat dalam pengurangan risiko bencana.
Pemerintah tingkat Kelurahan/Kota&lembaga lainnya - Kelurahan, Kecamatan maupun pemerintah kota mengetahui keberadaan KMPB di Kelurahan Lepo-lepo. - Kepedulian pihak Kelurahan, Kecamatan maupun Pemerintah Kota terhadap keberlanjutan KMPB dikelurahan lepo-lepo. - Pengembangan program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.