Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa merupakan masalah yaang serius dan penting,
karena menyangkut individu dan dapat merugikan baik itu untuk klien
sendiri, keluarga, masyarakat, bahkan bisa sampai pemerintah. Fenomena
yang terjadi di Indonesia diantaranya adalah tingginya atau semakin
bertambahnya klien dengan gangguan jiwa. Hal ini terjadi karena dampak
dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Menurut Prof. Dr. Azrul Anwar
masalah kesehatahn mental yang dialami meliputi depresi, stress,
penyalahgunaan obat, sampai skizofrenis (Stuart 2002)
Halusinasi adalah perasaan dimana klien memperosesikan sesuatu
yang sebenartnya tidak ada. Halusinasi bisa terjadi pada kelima pancaindera
manusia namun yang sering ditemui dan sering muncul adalah halusinasi
penglihatan. Gejala yang bisa muncul pada halusinasi yaitu : berbicara
sendiri, menartik diri, perawatan diri kurang, dan bisa terjadi marah-marah.
Dengan adanya tanda-tanda diatas dapat memberikan dampak gangguan
jiwa lebih lanjut, seperti resiko prilaku kekerasan, resiko mencederai diri
sendiri dan orangt lain (Maramis, 1998). Pada klien gtanggua sensori
persepsi halusinasi apabila tidak mendapatkan perawatan dan pengawasan
secara continue akan membahayakan diri ataupun orang lain, misalnya
membenturkan diri ketembok, mengamuk karena yang halusinasi itu
dianggap realita oleh pasien, sehingga tidak jarang ia menolak kenyataan
realitas yang ada disekitarnya.

II. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan.

1|Halusinasi
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien
selama memberikan asuhan keperawatan gangguan sensori
persepsi halusinasi penglihatan dan berusaha menyelesaikan
masalah tersebut
2. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada pasien Tn.
H dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan
3. Mendeskripsikan hasil analisa data yang diperoleh pada pasien
Tn. H dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan
4. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien Tn. H dengan gangguan sensori persepsi halusinasi
penglihatan
5. Mendeskripsikan intervenai yang dilakukan pada pasien tn.H
dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan
6. Mendeskripsikan implementaasi yang sudah dilakukan pada
pasien Tn.H dengan gangguan sensori persepsi halusinasi
penglihatan

III. METODE PENULISAN


Dalam pembuatan karya tulis menggunakan metode jahian pustaka
yaitu menjelaskan tentang halusinasi melalui data yang didapat dari buku
atau referensi berbagai karangan, dan juga menggunakan metode studi
kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari lima tahap
atas pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
Adapun tekhnik penulisan yaitu deskriftif, yang ,erupakan gambaran
kasus yang dikelola dengan cara pengumpulan data yang diperoleh pada
saat pengkajian.
1. Wawancara
Menanyakan tanya jawab dengan pihak yang terkait : klien maupun tim
kesehatan mengenai data klien dengan gangguan sensori persepsi

2|Halusinasi
halusinasi penglihatan. Wawancara dilakukan selama proses
keperwatan berlangsung

2. Observasi partisipasi
Dengan mengadakan pendekatan dan melaksanakan asuhan
keperawatan secara langsung pada klien selama di rumah sakit jiwa
Prov. Jawa Barat

3. Studi dokumentasi
Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan
perawatan untuk mendapatkan data-data mengenai perawatan maupun
pengobatan.

4. Studi kepustakaan
Menggunakan dan mempelajari literatur medis maupun perawatan
penunjang sebagai teoritis untuk menegakkan diagnosa dan
perencanaan keperawatan

IV. SISTEMATIKA PENULISAN


Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, penulis menggunakan
sistematika penulisan masalah, yaitu :
BAB I : Pendahuluan, meliputi : Latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup danm sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori, meliputi : proses terjadinya masalah,
Tindakan keperawatan
BAB III : Gambaran Kasus, meliputi : pengkajian, masalah
keperawatan.
BAB IV : Pelaksanaan Tindakan, meliputi : Diagnosa keperawatan,
tujuan, kriteria evaluasi, intervensi, evaluasi dan tindak
lanjut

3|Halusinasi
BAB V : Pembahasan, meliputi : kesesuaian antara BAB II dan BAB
III, hambatan yang ditemukaan merawat pasien/klien, cara
menanggualnginya perdiagnosa.
BAB V : Penutup, meliputi : kesinmpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

4|Halusinasi
BAB II
LANDASAN TEORI

I. MASALAH UTAMA
Gangguan sensori persepsi halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. DEFINISI
1. Pengertian
Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan
persepsi sensori : Halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan.
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan pasien seakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat)
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah yang
mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra
(Townsend, 1998)
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan
halusinasi adalah hilangnya kemampuan seorang dalam
membedakan rangsangan internal dan eksternal, dimana
seseorang dapat memberikan tanggapan tentang lingkungan
tanpa adanya objek atau rangsangan yang jelas dan itu semua
dipengaruhi oleh sistem penginderaan dimana terjadi pada
saat kesadaran individu itu baik atau penuh.

5|Halusinasi
(Jenis Halusinasi serta data objektif dan Subjekti)

JENIS
DO DS
HALUSINASI
Halusinasi Dengar Bicara atau tertawa Mendengar suara-suara
(klien mendengar suara/bunyi sendiri atau kegaduhan
yang tidak ada hubungannya Marah-marah tanpa Mendengar suara yang
dengan stimulus yang sebab mengajak bercakap-
nyata/lingkungan) Mendekatkan telinga ke cakap
arah tertentu Mendengar suara
Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan,
(klien melihat gambaran yang arah tertentu sinar, bentuk geometris,
jelas/samar terhadap adanya Ketakutan pada sesuatau kartun, melihat hantu,
stimulus yang nyata dari yang tidak jelas atau monster.
lingkungan dan orang lain
tidak melihatnya)
Halusinasi Penciuman Mengendus-endus Membaui bau-bauan
(klien mencium suatu bau seperti sedang membaui seperti bau darah, urine,
yang muncul dari sumber bau-bauan tertentu feses, dan terkadang
tertentu tanpa stimulus yang Menutup hidung bau-bau tersebut
nyata) menyenangkan bagi
klien
Halusinasi Pengecapan Sering meludah Merasakan rasa seperti
(klien merasakan sesuatu yang Muntah darah, urine, atau feses
tidan nyata, biasanya
merasakan rasa makanan yang
tidak nyata)

6|Halusinasi
Halusinasi Perabaan Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada
(klien merasakan sesuatu pada kulit serangga dipermukaan
kulitnya tanpa ada stimulus kulit
yang nyata) Merasa seperti
tersengat listrik
Halusinasi Kinestetik Memegang kakinya yang Mengatakan badannya
(klien merasakan badannya dianggapnya bergerak sendiri melayang di udara
bergerak dalam suatu ruangan
atau anggota badannya
bergerak)
Halusinasi Viseral Memegang badanya yang Mengatakan perutnya
(perasaan tertentu timbul dianggapnya berubah bentuk menjadi mengecil setelah
dalam tubuhnya) dan tidak normal seperti minum sof drink
biasanya.

2. Tanda dan Gejala


Menurut Stuart dan Sudeen (1998) :
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Gerakan mata abnormal
Respon verbal yang lambat
Diam
Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Penyempitan kemampuan konsenstrasi
Dipenuhi dengan pengalaman sensorik
Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas

7|Halusinasi
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
Rentang perhatian hanya beberapa menit atay detik
Berkeringat banyak
Tremor
Ketidakmampuan untuk mengikuti pentunjuk
Prilaku menyerang teror seperti panik
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
Kegaiatan fisik yang mereflesikan isi halusinasi seperti amuk dan
agitasi
Menarik diri atau katatonik
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

b. FAKTOR PREDISPOSISI
Adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibandingkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan
Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat daoat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan
yang membesasrkannya.
Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka didalam tubuhnya

8|Halusinasi
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimethytransferase (DMP).
Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan
mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas.
Faktor Genetik
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi
hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

c. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipresepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti
pasrtisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,
objek yang ada di lingkungan, dan juga suasan sepi atau terisolasi sering
menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik.

d. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung
dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.
(menurut Stuart dan Sudden, 1998)
1. Regresi : merupakan uoaya klien untuk menanggulangi
ansietas
2. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan
persepsi mengalihkan tanggung jawab

9|Halusinasi
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus infornmal.

III. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PELU DIKAJI


a. Masalah keperawatan
I. Resiko tinggi prilaku kekerasan
II. Gangguan persepsi sensori:halusinasi
III. Isolasi sosial
IV. Harga diri rendah kronik

b. Data yang perlu dikaji


MASALAH
NO DATA MAYOR DATA MINOR
KEPERAWATAN
1 Gangguan sensori Subjektif : Subjektif :
persepsi halusinasi Mengatakan mendengar Menyatakan kesal dengan
suara bisikan isi halusinasinya
Mengatakan melihat Menyatakan senang
bayangan dengan suara-suara
Mengatakan mencium
bau-bauan
Mengatakan mengecap
suatu rasa pada mulut,
bibir dan lidah
Mengatakan ada sesuatu
yang menyentuh/meraba

Objektif : Objektif :

Bicara sendiri Menyendiri

Tertawa sendiri Melamun

10 | H a l u s i n a s i
Marah tanpa sebab (pada Tampak tidak bisa
halusinasi yang isinya melakukan ADL
mengganggu) (halusinasi fase 4)
Mondar-mandir/tidak bisa Kontak mata mudah
tenang (pada halusinasi beralih saat diajak bicara
fase 4) Tidak bisa berkonsentrasi
Tampak menyendiri (pada saat bicara
halusinasi yang isinya
menyenangkan)

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


I. Gangguan sensori persepsi halusinasi

11 | H a l u s i n a s i
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Perencanaan
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
I Pasien mampu : Setelah......pertemuan, pasien dapat SP 1
Mengenal halusinasi menyebutkan : Bantu pasien mengenal halusinasi :
yang dialaminya Isi waktu, frekuensi, situasi pencetus, Isi
Mengontrol perasaan Frekuensi
halusinasinya Mampu memperagakan cara dalam Waktu terjadinya
Mengikuti program mengontrol halusinasi Situasi pencetus
pengobatan secara Perasaan saat terjadi halusinasi
optimal Latih mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik :
Tahapan tindakannya meliputi :
Jelaskan cara menghrdik halusinasi
Peragakan cara menghardik
Minta pasien memperagakan ulang

12 | H a l u s i n a s i
Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
Masukan dalam jadwal kegaiatan pasien

Setelah.....pertemuan, pasien mampu : SP 2


Menyebutkan kegiatan yang sudah Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
dilakukan Latih berbicara/bercakap dengan orang lain
Memperagakan cara bercakap-cakap saat halusinasi muncul
dengan orang lain Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah...pertemuan, pasien mampu : SP 3


Menyebutkan kegiatan yang sudah Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2)
dilakukan dan membuat jadwal Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
kegiatan sehari-hari dan mampu Tahapannya :
memperagakannya Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratus
untuk mengatasi halusinasi

13 | H a l u s i n a s i
Diskusikan aktifitas yang biasa dilakukan
oleh pasien
Latih pasien melakukan aktivitas
Susun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih (dari
bangun pagi sampai tidur malam)
Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang (+)

Setelah...pertemuan, pasien mampu : SP 4


Menyebutkan kegiatan yang sudah Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2 dan 3)
dilakukan Tanyakan program pengobatan
menyebutkan manfaat dari program Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
pengobatan gangguan jiwa
Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai
program
Jelaskan akibat putus obat
Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

14 | H a l u s i n a s i
Jelakan pengobatan (5B)
Latih pasien minum obat
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
pasien

Keluarga mampu : Setelah...pertemuan, keluarga mampu : SP 1


Merawat pasien dirumah menjelaskan tentang halusinasi Identifikasi masalah keluarga dalam
dan menjadi system merawat pasien
pendukung yang efektif Jelaskan tentang halusinasi
untuk pasien Pengertian halusinasi
Jenis halusinasi yang dialami pasien
Tanda dan gejala halusinasi
Cara merawat pasien halusinasi (cara
berkomunikasi pemberian obat dan
aktivitas kepada pasien)
Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang
bisa dijangkau
Bermain peran cara merawat

15 | H a l u s i n a s i
Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal
keluarga untuk merawat pasien.

Setalah...pertemuan, keluarga mampu : SP 2


Menyelesaikan kegiatan yang sudah Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
dilakukan Latih keluarga merawat pasien
Memperagakan cara merawat pasien RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
merawat pasien

Setelah...pertemuan, keluarga mampu : SP 3


Menyebutkan kegiatan yang sudah Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
dilakukan Latih keluarag merawat pasien
Memperagakan cara merawat pasien RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
serta mampu membuat RTL merawat pasien

Setelah...pertemuan, keluarga mampu : SP 4


Menyebutkan kegiatan yang sudah Evaluasi kemampuan keluarga
dilakukan Evaluasi kemampuan pasien

16 | H a l u s i n a s i
Melaksanakan follow up rujukan RTL keluarga :
Follow up
Rujukan

17 | H a l u s i n a s i
BAB III
GAMBARAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. H DENGAN MASALAH
UTAMA PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI :
HALUSINASI PENGLIHATAN
DI RUANG KASWARI RSJ PROVINSI JABAR

RUANGAN RAWAT : KASWARI


No. RM : 061648
TANGGAL DIRAWAT : 29 Mei 2016
TANGGAL PENGKAJIAN : 07 Juni 2016

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. H
Umur : 29 Tahun
Status perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat lengkap : Kp. Ciherang Rt/ Rw 01/01 Kec. Banjarsari
Ciamis
Pendidkan terakhir : SD

PENANGGUNG JAWAB
Inisial : Ny. M
Hubungan dengan klien : Ibu kandung
Alamat : Kp. Ciherang Rt/ Rw 01/01 Kec. Banjarsari
Ciamis

18 | H a l u s i n a s i
II. ALASAN MASUK RS
Pada tanggal 29 Mei 2016, klien datang ke UGD RSJ Prov Jabar diantar
orang tua dan adiknya. Keluarga mengeluh bahwa 1 minggu sebelum
masuk RS klien terlihat tidak wajar, bicara tertawa sendiri, dibawa ke
RSUD Banjar, ada kejang, tidur kurang, mandi +, makan +, verbal
suicide +, ingin mati. Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan
saya melihat harimau, terus harimau mencakar saya nih ditangan sakit
banget, ada harimau, gajah masuk tv naik ke akhirat, keluarga
mengatakan klien pernah memukul ibunya, klien juga mengatakan
iye yeh dipukul ku imas dikepala ku sapu, kesel hayang nonjok imas
bangor budak teh, klien menggebrag meja.

MK : Halusinasi dan Resiko perilaku kekerasan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Klien pernah mengalami perawatan di RSUD Banjar selama 1
tahun, klien pernah mengalami aniaya fisik.
2. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena klien menolak
untuk berobat sehingga keluarga tidak membawa klien berobat yang
mengakibatkan terjadinya putus obat.
3. Klien pernah menganiaya ibunya dengan cara memukul, pernah
mengalami aniaya fisik oleh adik bungsunya, tidak mengalami
penolakan dalam anggota keluarga serta tindakan kriminal.
4. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
MK : Resiko perilaku kekerasan.

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD :120/80 mmHg
N :78 x/ menit
S :36,5OC
RR : 21 x/ menit

19 | H a l u s i n a s i
2. Ukuran tubuh : TB :157 cm
BB :45 kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
MK : Tidak ada masalah

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Ket : : laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
: tinggal serumah
: garis anggota keluarga
Klien tinggal dengan orang tua dan adik bungsunya, sejak kecil
perkembangan diri klien lambat.

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menerima keadaan dirinya dan
menyukai seluh tubuhnya.

20 | H a l u s i n a s i
b. Identitas : Klien tamatan SD, lajang, tidak mempunya
pekerjaan.
c. Peran : Sebagai anak dalam keluarga.
d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan berkumpul
dengan keluarga dirumah.
e. Harga diri : Klien merasa tidak ada masalah dalam
berhubungan dengan orang lain, klien juga
mengatakan mengenal baik teman-teman di
RSJ.
MK : Tidak ada masalah.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang terdekat dengannyaadalah ibu dan
saudaranya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
Klien berbaur dengan baik dan tidak ada masalah antara dia dan
temannya di RSJ.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak memiliki hambatan dengan orang lain/ dengan
pasien lain dirumah sakit jiwa, klien bergaul dngan teman-
temannya di RSJ.
d. Spritual
Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam
Kegiatan ibadah : Selama dirawat klien jarang terlihat
sembahyang tetapi rajin membaca doa.
MK : Tidak ada masalah.

21 | H a l u s i n a s i
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Saat dilakukan pengkajian klien menggunakan baju berwarna ungu
berkerah dan celana panjang berwarna ungu, rambat klien rapih.
Secara keseluruhan klien tampak bersih dan rapih.
MK : Tidak ada masalah.

2. Pembicaraan
Pada saat pengkajian klien menggunakan bahasa indonesia, klien
dapat menjawab semua pertanyaan perawat walaupun terkadang
pembicaraan berpindah-pindah dari waktu ke waktu (inkoberen)
nada bicara klien keras. Klien berbicara ketika ditanya dan
menjawab pertanyaan perawat namun sesekali klien bercerita yang
jauh dari topik pembicaraan. klien mengatakan saya melihat
harimau, terus harimau mencakar saya nih ditangan sakit banget,
ada harimau, gajah masuk tv naik ke akhirat, keluarga mengatakan
klien pernah memukul ibunya, klien juga mengatakan iye yeh
dipukul ku imas dikepala ku sapu, kesel hayang nonjok imas bangor
budak teh, klien menggebrag meja.
MK : Halunasi dan Resiko perilaku kekerasan.

3. Aktivitas motorik
saat pengkajian klien duduksambil senyum- sentum sendiri, klien
hanya terdiam diri dalam ruangan.
MK : Tidak ada masalah.

4. Alam perasaan
Saat pengkajian klien duduk tampak bingung dan gelisah dalam
berkomunikasi, tubuhnya tampak tremor, klien tidak tampak sedih
atau gembira yang berlebihan.
MK : Tidak ada masalah.

22 | H a l u s i n a s i
5. Afek
Ekspresi wajah klien baik setiap menjawab pertanyaan perawat.
Dari hasil observasi afek yang ditunjukan klien sesuai dengan
stimulus yang diberikan.
MK : Tidak ada masalah.

6. Interaksi selama wawancara


Klien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan diberikan saat
wawancara, klien mendominasi pembicaraan bila ditanya kadang
lebih dari porsi pembicaraan, klien tampak defensif
(mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya).
MK : Tidak ada masalah.

7. Persepsi
Klien mengatakan selama ini melihat bayangan-bayangan (objek),
klien mengatakan saya melihat harimau, terus harimau mencakar
saya nih ditangan sakit banget, ada harimau, gajah masuk tv naik
ke akhirat, harimau ada kalo pagi-pagi dan hilang lagi,kalo ada
harimau saya nagis da takut atuh, keluarga mengatakan klien
pernah memukul ibunya, klien juga mengatakan iye yeh dipukul
ku imas dikepala ku sapu, kesel hayang nonjok imas bangor budak
teh, klien menggebrag meja.
MK : Halusinasi dan Resiko perilaku kekerasan.

8. Isi pikir
Saat pengkajian klien mengatakan saya melihat harimau, terus
harimau mencakar saya nih ditangan sakit banget. Isi pikir klien
hipokondria karena keyakinan terhadap adanya gangguan organ
dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada.
MK : Halusinasi dan Resiko perilaku kekerasan.

23 | H a l u s i n a s i
9. Tingkat kesadaran
Tingakat kesadaran klien dalam keadaan baik, karena disointrai,
klien bisa membedakan waktu, tempat dan orang.
MK : Tidak ada masalah.

10. Memori
Memori klien masih baik karena masih mengingat kejadian-kejadian
yang terjadi diceritakan pada perawat baik dulu dan sekarang.
MK : Tidak ada masalah.

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien mampu berhitung tanpa bantuan orang lain.
10+10 berapa? klien menjawab 20lah, 2000-1000 berapa?
klien menjawab 1000lah.
MK : Tidak ada masalah.

12. Kemampuan penilaian


Klien mampu membedakan pekerjaan apabila diberikan pilihan
pekerjaan mana yang harus dilakukan. makan dulu atau sakit sikat
gigi dulu? klien menjawab sikat gigi dululah terus makan udah
itu sikat gigi lagi biar segar.
MK : Tidak ada masalah.

13. Daya tilik diri


Klien dalam perawatan dan mengetahui bahwa dirinya sakit.
saya mau pulang tapi saya harus waras dulu
MK : Tidak ada masalah.

24 | H a l u s i n a s i
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN MENTAL
1. Makan
Klien mangatakan makan 3 kali, maka sendiri sama makanan disini
enak tau rasanya. Klien makan diluar ruang perawatan bersama-
sama teman di RSJ dengan rapih tidak ada yang berantakan, klien
biasanya mencuci tangan atau hanya mengosok-gosok tangannya ke
baju sebelum dan sesudah makan, klien makan menggunakan
sendok, klien biasanya minum air putih yang disediakan di RSJ
sambil makan dan jika klien merasa haus.
2. BAB/ BAK
Klien mangatakan BAB 1 kali, ya ke wclah sendiri, BAK da ga
kehitung atuh neng.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2 kali pagi sama sore biar segar, gosok
gigi sama keramas, klien terlihat rapih.
4. Berpakaian
Klien mengatakan ganti baju kalo mandi bajunya di kasih perawat.
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 10.00 s/d 11.00 wib
Tidur malam lama : 20.00 s/d 05.00 wib
Kegiatan sebelum/ sesudah tidur : Klien mangatakan nonton
tv neng terus duduk aja dikasur, klien mengatakan tidur nyenyak
neng dikamar adem ga ada nyamuk.
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan obat suka diminum kecil obat gitumah, minum
obatnya 2 kali sehari.
7. Pemeliharan kesehatan
Klien mengatakan kalo udah dirumah mau rajin minum obat kalo
habis periksa lagi biar cepet waras.
8. Kegiatan didalam rumah
Klien mengatakan kalo dirumah bantuin nyapu rumah.

25 | H a l u s i n a s i
9. Kegiatan diluar rumah
Klien mengatakan suka ngarit buat domba.

VIII. MEKANISME KOPING


Respon maladaptif : klien mengatakan saya melihat harimau, terus
harimau mencakar saya nih ditangan sakit banget, ada harimau, gajah
masuk tv naik ke akhirat, harimau ada kalo pagi-pagi dan hilang
lagi,kalo ada harimau saya nagis da takut atuh, keluarga mengatakan
klien pernah memukul ibunya, klien juga mengatakan iye yeh
dipukul ku imas dikepala ku sapu, kesel hayang nonjok imas bangor
budak teh, klien menggebrag meja.
MK : Halusinasi dan Resiko perilaku kekerasan.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan pendidikan : klien lulusan SD
Masalah dengan perumahan, spesifik : klien mengatakan mau pulang
kerumah bosen disini ga ada emak.
MK : Tidak ada masalah

X. PENGETAHUAN
Klien mengatakan saya ga waras, pengen cepet pulang kerumah
nunggu dokter sama ema dan bani jemput.

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik :
1. Gangguan mental organik
2. Gangguan intelektual

Terapi medik :
1. Invega 6 mg 100

26 | H a l u s i n a s i
Indikasi : terapi akut dan pemeliharaan untuk skizofrenia pada
dewasa.
Kontra indikasi : hipersensitivitas terhadap paliperidon, risperidon.
2. Merlopam 0,5 mg 3x1
Jenis obat penenang yang menyenangkan. Bisa dipakai untuk
menghilangkan ketegangann dan kecemasan (kegelisahan) yang
berkelanjutan. Merlopam mengandung lorazepam yang banyak.

XII. ANALISA DATA


NO DATA MASALAH
1 DS : Peruahan persepsi sensori :
- Klien mengatakan saya melihat Halusinasi penglihatan dan
harimau, terus harimau mencakar saya perabaan.
nih ditangan sakit banget, ada
harimau, gajah masuk tv naik ke
akhirat, harimau ada kalo pagi-pagi
dan hilang lagi,kalo ada harimau saya
nagis da takut atuh.
DO :
- Saat pengkajian klien duduk sambil
senyum-senyum sendiri.
- Kontak mata dengan perawat kurang.
- Suara keras.
- Klien dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan walaupun terkadang
pembicaraan berpindah-pindah dari
waktu-waktu (inkoberen).
2 DS : Resiko perilaku kekerasan.
- Kelurga mengatakan pernah memukul
ibunya

27 | H a l u s i n a s i
- Klien mengatakan iye yeh dipukul ku
imas ku sapu dikepala nyeri, kesel
hayang nonjok imas bangor budak teh.
DO :
- Suara keras
- Klien terlihat menggebrag meja

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan dan perabaan.
2. Resiko perilaku kekerasan.

28 | H a l u s i n a s i
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN

Rencana Keperawatan
Dx.
No Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Kep
1 dx. Pasien mampu : Setelah di lakukan tindakan SP. 1 (tanggal 09 mei 2016)
1
Mengenali selama 2 pertemuan , pasien Bantu pasien mengenal Ungkapan dari klien
halusinasi yang di dapat menyebutkan : halusinasi : mengenai isi , waktu ,
alaminya Isi waktu , frekuensi , - Isi frekuensi , situasi pencetus
Mengontrol situasi pencetus , perasaan - Waktu terjadinya , perasaan saat terjadi
halusinasinya Mampu mempergerakan - Frekuensi halusinasi menunjukan apa
Mengikuti cara dalam mengontrol - Situasi pencetus yang di butuhkan dan
program halusinasi - Perasaan saat terjadi dirasakan
pengobatan secara helusinasi
optimal

29 | H a l u s i n a s i
Latih mengontrol halusinasi Tindakan menghardik
dengan cara menghardik. merupakan salah satu
Tahapan tindakannya upaya untuk mengontrol
meliputi : halusinasi
- Jelaskan cara Masukkan cara
menghardik hallusinasi menghardik halusinasi
- Peragakan , cara dalam jadwal kegiatan
menghardik minta harian klien membantu
pasien memperagakan mempercepat klien dapat
ulang mengontrol halusinasi
- Pantau penerapan cara
ini , beri penguatan
perilaku pasien
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien.
Setelah 2 pertemuan , pasien SP 2 Membantu untuk
mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu merencanakan
Menyebutkan kegiatan (SP 1) selanjutnya.
yang sudah di lakukan

30 | H a l u s i n a s i
Memperagakan cara Latih berbicara / bercakap Bercakap cakap dengan
bercakap cakap dengan dengan orang lain saat oranglain merupakan salah
orang lain halusinasi muncul satu tindakan yang dapat
Masukan dalam jadwal mengendalikan halusinasi
kegiatan pasien
Setalah 3 pertemuan , pasien SP 3 Melakukan kegiatan di
mampu : Evaluasi kejadian lalu (SP 1 , RSJ yang sesuai dengan
Menyebutkan kegiatan SP 2) kegiatan yang bias di
yang sudah dilakukan , dan Latih kegiatan agar lakukan klien di rumah
membuat jadwal kegiatan halusiansi tidak muncul merupakan salah satu
sehari-hari dan mampu Tahapannya : tindakan yang dapat
memeperagakannya - Jelaskan pentignya mengendalikan halusinasi
aktivitas yang teratur
untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas
yang biasa di lakukan
oleh pasien

31 | H a l u s i n a s i
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari hari sesuai
dengan aktivitas yang
telah di latih (dari
bangun pagi sampai
tidur malam)
- Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan ,
berikan penguatan
terhadap perilaku pasien
yang (+)
Setalah 4 pertemuan , pasien , SP 4
mampu : Evaluasi kagiatan yang lalu Menggunakan obat secara
Menyebutkan kegiatan (SP 1, SP 2 , SP 3) teratur merupakan salah
yang sudah di lakukan Tanyakan program satu tindakan yang dapat
pengobatan mengendalikan halusinasi

32 | H a l u s i n a s i
Menyebuutkan mafaat Jelaskan pentingnya
dari program penggunaan obat pada
pengobatan gangguan jiwa
Jelaskan akibat bila tidak di
gunakan sesuai program
Jelaskan akibat bila putus
obat
Jelaskan cara mendapatkan
obat
Jelaskan pengobatan (5B)
Latih pasien minum obat
Masukan dalam jadwal
harian pasien

33 | H a l u s i n a s i
Implementasi Keperawatan

No Dx. Kep Implementasi Evaluasi


1 1 Tanggal 09 mei 2016 S:
Pukul 10.00 wib - Iya melihat neng
- Apakah bapak melihat bayangan yang menggangguu bapak / - Ada harimau , gajah masuk tv naik
membuat bapak takut? ke akhirat
- Apakah wujud dari bayangan yang bapak lihat? - Hanya sewaktu waktu neng
- Apakah terus menerus terlihat / hanya sewaktu waktu - Kalo pagi pagi suka ada
saja? - 2 kali
- Kapan apak sering melihat sesuatu / bayangan itu ? - Kalo lagi puyeng aduh
- Berapa kali sehari bapak mengalaminya ? - Ya takut atuh
- Pada kedaan apa bapak melihatanya - Nangis hihihi
- Apa yang bapak rasakan pada saat melihat bayangan itu ? - Ga , ada lagi ada lagi harimaunya
- Apa yang bapak lakukan saat melihat bayangan itu ? - Iya neng , mau belajar hayu
- Apakah dengan cara itu bayangan tersebbut hilang ? O:
- Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah bayangan - Bicara keras dan inkoheren
agar tidak muncl? - Klien tampak kooperatif menjawab
pertanyaan

34 | H a l u s i n a s i
- Bapak ada empat cara untuk mencegah bayangan itu muncul - Ekspresi wajah klien bingung
, pertama dengan menghardik bayangan itu , kedua dengan - Klien tampak memgerti dengan
cara bercakap cakap dengan orang lain, ketiga dengan penjelasan yang diberikan
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal , keempat minum - Klien mengikuti memperragakan
obat teratur , bagaimana kalau kita blajar satu cara dulu , yaitu cara menghardik halusisnasi
dengan menghardik A : masalah teratasi sebagian
- Caranya seperti ini : P : lanjutkan intervensi cara menghardil
Saat melihat bayangan ini muncul , langsung bapak bilang , halusinasi
pergi saya tidak mau lihatsaya tidak mau llihat. Kamu
palsu. Begitu di ulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat
lagi. Coba bapa peragakan!
- Nah begitu..bagus! coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa
Tanggal 09 mei 2016 S:
Pukul 11.30 - Iya neng , mau belajarr lagi tutup
- Pak sesuai kontrak kita tadi sekarang kita lanjut ya pak untuk mata telinga neng ?
cara mencegah bayangan muncul lagi yang kedua ya pak , - Iya neng
bapak mau? - Tutup mata tutup telinga , pergi saya
- Nah pak , cara yang kedua itu dengan bercakap cakap tidak au lihat , sama kalo ihat harus
dengan orang lain tujuannya agar bayangn itu tidak ngobrol sama teman

35 | H a l u s i n a s i
mengganggu bapak lagi , coba bapak nanti setelah beres O:
dengan saya bapak bisa mengajak teman disini untuk - Klien tampak mengerti engan
mengobrol , ya pak? penjelasan yang deiberikan
- Nah pak kan sudah dua cara yang diajarkan , coba bapak - Kien memperagakan cara yang di
sebutkan apa saja? berikan
- Nanti lakukan ya cara-cara itu pak! A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi cara menghardik
halusinasi
Tanggal 10 juni 2016 S:
Pukul 08:30 - Pagi juga neng , masih dong
- Selamat pagi pa gimana masih ingat cara yang kemarin udah - Satu lagi kalo biar engga lihat
diajarkan? harimau harus ngobrol sama temen
- Coba peragakan - Iya dong bagus
- Coba yang satu lagi apa O:
- Bagus pak , udah bisa dan masih ingat - Klien memperagakan cara
menghardik
- Klien tampak lebih kooperatif
A : masalah teratasi

36 | H a l u s i n a s i
P : intervensi dihentikan , klien pindah
ruangan

37 | H a l u s i n a s i
BAB V
PEMBAHASAN

Pada pembahasan masalah kesenjangan teori dan praktek, penulis


melakukan perbandingan dan menganalisa kebenaran yang muncul dengan
teori yang dikemukakan pada bab sebelumnya. Dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Tn.H dengan Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi
Dengar Akibat Skizofrenia di Ruang Perawatan kaswary Rumah Sakit Jiwa
Cisarua.
1. Pengkajian
Pembahasan pada klien dengan Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
penglihatan dan perabaan dilakukan dengan melakukan observasi dan
wawancara/menanyakan langsung pada klien tentang perilaku yang
dialami pada saat itu, informasi dari perawat ruangan, catatan medis dan
data penunjang lainnya. Pada teori pengkajian klien dengan Perubahan
sensori persepsi : Halusinasi penglihatan dan perabaan di dukung oleh
banyak faktor baik dari dalam diri klien dan faktor dari luar. Setelah
dilakukan pengkajian diperlukan kontrak yang sering dan singkat. Pada
pengkajian ditemukan kesamaan antara teori dan praktek yang
dilakukan di lapangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Pembahasan pada diagnosa keperawatan klien dengan Perubahan
sensori persepsi : Halusinasi penglihatan dan perabaan ditemukan 2
(dua) diagnosa keperawatan yang muncul. Hal ini di pengaruhi oleh
masalah keperawatan yang ditemukan dalam pengkajian. Diagnosa
keperawatan yang muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
ditemukan dalam teori dan tidak muncul diagnosa keperawatan yang
baru.
3. Perencanaan
Pembahasan pada perencanaan keperawatan klien dengan Perubahan
sensori persepsi : Halusinasi penglihatan dan perabaan sesuai dengan

38 | H a l u s i n a s i
tinjauan teoritis yang telah di kemukan pada bab sebelumnya. Pada
perencanaan diagnosa keperawatan ke dua penulis tidak membuat
perencanaan, karena dalam pembuatan kasus ini hanya dimunculkan
diagnosa keperawatan yang pertama saja, sehingga diagnosa
keperawatan ke dua tidak dapat tercapai sesuai dengan tinjauan teoritis
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya.
4. Implemetasi
Dalam tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan dan intervensi yang telah direncanakan pada saat
penyusunan perencanaan keperawatan, untuk mencapai tujuan tersebut
penulis tetap memperhatikan kondisi dan respon klien.
5. Evaluasi
Evaluasi di lakukan dari awal hingga akhir kegiatan yang setiap kali
berinteraksi menggunakan analisis SOAP
(subjektif,objektif,analisa,planing). Semua tindakan keperawat dengan
diagnosa gangguan persepsi sensori:halusinasi yang di bahas oleh
kelompok melalui strategi pelaksanaan dapat di laksanakan hal ini di
dukung karena klien kooperatif dan sudah terbinanya hubungan saling
percaya antara perawat dan klien.
Setelah melihat pemamparan dari tinjauan teori (BAB II) dan
Gambaran kasus (BAB III), maka penulis dapat membandingkan antara
kesesuaiannya. Yaitu :
1. Pada gambaran kasus ini halusinasi yang terjadi pada klien Tn.H
yaitu halusinasi penglihatan. Yang ditandai dengan klien
mengatakan bahwa ia sering melihat bayanga. Bayangan yang
dimaksud klien yaitu bayangan harimau.
2. Pada saat perawat melakukan intervensi tidak banyak hambatan
yang terjadi, klien dapat mengikuti semua tindakan yang kita
anjurkan. Yaitu mengau pada setiap SP di kasus halusinasi. Namun
ketika kita melakukan tindakani ada sedikit hambatan yaitu klien

39 | H a l u s i n a s i
mengutarakan perasaan nya secara berbeliit-belit tetapi sampai
tujuan.
3. Pada saat melakukan tindakan keperawatan pada Tn.H klien hanya
mampu melakukan 2 intervernsi yang kita berikan. Yaitu :
SP 1
Bantu pasien mengenal halusinasi :
Isi
Frekuensi
Waktu terjadinya
Situasi pencetus
Perasaan saat terjadi halusinasi
Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik :
Tahapan tindakannya meliputi :
Jelaskan cara menghrdik halusinasi
Peragakan cara menghardik
Minta pasien memperagakan ulang

SP 2
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
Latih berbicara/bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

40 | H a l u s i n a s i
BAB VI
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Setelah melihat paparan dari BAB III,IV,V maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis halusinasi yang dialami klien Tn.H termasuk jenis halusinasi
penglihatan. Karena pada saat dilakukan pengkajian, klien
mengatakan bahwa klien melihat bayangan. Bayangan yang
dimaksud klien yaitu bayangan harimau.
2. Pada saat dilakukan pengkajian klien Tn.H berinteraksi seara
kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan serta mampu memulai
pembicaraan. Namun ada hambatan yang terjadi pada saat dikaji
yaitu klien berbicara seara berbelit-belit tetapi sampai tujuan
pembicaraan.
3. Masalah keperawatan yang timbul pada klien Tn.H yaitu gangguan
sensori persepsi :Halusinasi penglihatan, dan Resiko prilaku
kekerasan.
4. Pada saat dilakukan intervensi keperawatan klien mampu
melaksanakan SP1 & SP2.

II. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya
dapat dipertanggungjawabnkan. Untuk saran berisi kritik yang membangun
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
pembahasan makalah yang telah dijelaskan

41 | H a l u s i n a s i

Anda mungkin juga menyukai