Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK HALUSINASI

DI RUANG ELANG RSJD SUNGAI BANGKONG


(SESI :1)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Program Profesi


Dalam Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :
1. HESINARIDA MARTA
2. IMAM HAKAM
3. MYA BAURYTA
4. NELLY JUNIARTI
5. RISTI RACHMANINGRUM
6. WENDI KUNCORO J.A.N
7. WULAN BUDIARTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis selama
menempuh pendidikan dan dalam menyusun Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK).
Dalam penyusunan Proposal ini, penulis telah mendapatkan banyak
bantuan, bimbingan, koreksi, dorongan motivasi dan masukkan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Ns. Uji Kawuryan, M.Kep selaku dosen pembimbing dan dosen
koordianator mata kuliah keperawatan jiwa dan Ibu Dewi Yunianti Lita selaku CI
lapangan yang telah banyak membimbing dalam proses pembelajaran terkait
keperawatan jiwa.
Atas semua bantuan yang diberikan baik saran atau masukan bagi penulis
dari semua pihak, saya ucapkan terima kasih.

Pontianak, 24 Oktober 2018

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan keparawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan yang bersifat
spesialistik, tetapi asuhan kepada klien harus tetap dilakukan secara holistik.
Pendekatan yang diberikan harus berfokus kepada perilaku klien, kondisi
fisik, sosial, budaya dan spiritual klien.
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi yang dilakukan
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama dengan
jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang
therapist (Yosep, 2009). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduruan orientasi,
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaptif (Purwaningsih dan Karlina, 2009).
Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya
kemampuan menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa
terganggu dalam interaksi sosialnya sehingga menyebabkan gangguan
berhubungan sosial, komunikasi susah dan kadang-kadang membahayakan
diri klien, orang lain maupun lingkungan, menunjukan bahwa klien
memerlukan pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan
komprenhensif. Berdasarkan hal tersebut, maka terapi aktivitas kelompok ini
menjadi sangat penting untuk dilakukan sebagai terapi yang dapat
menstimulasi persepsi klien berdasarkan realita.

B. Rumusan masalah
Bagaimana penerapan terapi aktivitas kelompok (TAK) pada pasien
dengan Halusinasi?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
a. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa memahami dan
terampil dalam memberikan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada
pasien dengan halusinasi.
b. Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
halusinasi secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami konsep teori halusinasi
b. Mahasiswa dapat memahami konsep Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
terkait tahapan maupun pelaksanaan proses Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK).
c. Klien dapat mengenal halusinasinya, menyebutkan dan mempraktekkan
cara mngontrol halusinasi

D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan ini adalah studi literatur.

E. Manfaat Penulisan
Terapi aktivitas kelompok ini diharapkan bermanfaat sebagai tahap
dalam proses kesembuhan pasien, dapat dijadikan sebagai pengalaman yang
bermanfaat dan dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa khususnya klien dengan
halusinasi.
BAB II
PELAKSANAAN

A. TOPIK
Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok halusinasi sesi 1

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menyebutkan jenis halusinasi
b. Klien dapat menyebutkan isi halusinasi
c. Klien dapat menyebutkan waktu halusinasi
d. Klien dapat menyebutkan frekuensi halusinasi
e. Klien dapat menyebutkan situasi yang menyebabkan halusinasi
muncul
f. Klien dapat menyebutkan respon terhadap halusinasi
g. Klien dapat mengontrol halusinasi (menghardik dan berbincang-
bincang)

C. LANDASAN TEORITIS
1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalami perubahansensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2014).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan
dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang "khayal", halusinasi
sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang
teresepsi (Yosep, 2010 dalam Damaiyanti, 2014).
Halusinasi merupkan gangguan akan persepsi sensori dimana klien
mempersiapkan suatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
mengalami persepsi melalui panca indera tanpa stimulus (Maramis, 2005).

2. Jenis Halusinasi
Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif
pada klien dengan halusinasi.
Tabel 1. Jenis Halusinasi serta Ciri Objektif dan Subjektif Klien yang
Mengalami Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
(klien mendengar sendiri. atau kegaduhan.
suara/bunyi yang tidak  Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
ada hubungannya dengan sebab. mengajak bercakap-cakap.
stimulus yang  Mendekatkan telinga ke  Mendengar suara
nyata/lingkungan). arah tertutup. menyuruh melakukan
 Menutup telinga. sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi Penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
(klien melihat gambaran arah tertentu. bentuk geometris, kartun,
yang jelas/samar terhatap  Ketakutan pada sesuatu melihat hantu, atau monster.
adanya stimulus yang yang tidak jelas.
nyata dari lingkungan
dan orang lain tidak
melihatnya).
Halusinasi Penciuman  Mengendus-endus Membaui bau-bauan seperti
(klien mencium sesuatu seperti sedang membaui bau darah, urine, feses, dan
dari sumber tertentu bau-bauan tertentu. terkadang bau-bau tersebut
tanpa stimulus yang  Menutup hidup menyenangkan bagi klien.
nyata).
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada serangan
(klien merasakan permukaan kulit di permukaan kulit
sesuatau pada kulitnya  Merasakan seperti
tanpa ada stimulus yang tersengat listrik
nyata).
Halisinasi Pengecap  Sering meludah  Merasakan rasa seperti
(klien merasakan sesuatu  Muntah darah, urine, atau feses.
yang tidak nyata,
biasanya merasakan
makanan yang tidak
enak).
Halusinasi Kinestetik  Memegang kaki yang  Mengatakan badannya
(klien merasa basanya dianggap bergerak melayang di udara.
bergerak dalam suatu sendiri.
ruangan atau anggota
badannya bergerak).
Halusinasi Viseral  Memegang badan yang Mengatakan perutnya
(perasaan tertentu timbul dianggapnya berubahh mengecil setelah minum
dalam tubuhnya). bentuk dan tidak normal soft drink.
seperti biasanya.
Sumber : Stuart dan Sundeen (1998)

3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Tahap perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil,mudah frustasi,hilang percaya diri dan lebih
rentan terhadap stres.
2) Faktor sosialkultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan,kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Sosial biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
sters yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffafenon dan dimetytranferase (DMP). Akibat sters
berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmiter otak.
Misalnya ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada menyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Peneliti menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh anggota
keluarga skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
1) Perilaku
Para ahli mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan
atas hakikat keberadaan seseorang individu sebagai makhluk yang
dibangun atas unsur-unsur bio-psiko-sosial-spiritual sehingga
halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi,yaitu :
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa,penggunaan obat-
obatan,demam hingga delirium,intoksikasi alkohol dan
kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga
dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua prilaku klien.
d) Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting,klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi
dalam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi berupa ancaman.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi dumulai dengan kehampaan
hidup,rutinitas tidak bermakna,hilangnya aktivitas ibadah dan
jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Saat
bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidipnya.
2) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga rasa curiga,
takut, tidak aman, gelisah dan bingung, berprilaku yang merusak
diri, serta tidak dapat membedakan keaaan nyata dan tidak nyata.
3) Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping
dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan
anisietas dengan menggunakan sumber koping yang ada di
lingkungannya. Sumber koping tersebut di jadikan sebagai modal
untuk menyelesaikan masalah. Dukungan social dan budaya dapat
membantu seseorang menginterasikan pengelaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif.
4. Rentang Respon Halusinasi

5. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

D. KLIEN
1. Karakteristik/kriteria
a. Klien dengan masalah keperawatan halusinasi yang kooperatif
b. Klien sehat secara fisik
c. Klien tidak mengalami tuli, buta, dan tidak mengalami kelemahan
fisik
2. Proses seleksi
Proses penyeleksian berdasarkan diagnosa keperawatan dan berdasarkan
tingkat kemampuan klien dalam berinteraksi (kooperatif).

E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
Hari/tanggal : Kamis, 25 Oktober 2018
Tempat pertemuan : Ruang Rehabilitasi RSJD Sungai Bangkong
Waktu : 10.00 s/d 10.30
Lamanya : 30 menit
Kegiatan : TAK mengidentifikasi halusinasi
Jumlah klien : 6 orang
2. Tim Terapis
a. Leader : Nelly Juniarty
b. Co-Leader : Imam Hakam
c. Observer : Hesinarida Marta
d. Fasilitator : Wendi Kuncoro, Mya Bauryta, Wulan Budiarti, Risti
Rachmaningrum
3. Uraian Tugas pelaksana (terapis)
e. Leader : Nelly Juniarty
1) Membuka acara dan memperkenalkan diri serta anggota tim terapis
2) Menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
3) Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan TAK
4) Memotivasi peserta TAK
5) Memimpin jalannya TAK
6) Memberi reward pada peserta TAK yang melakukan kegiatan
sesuai dengan yang diinginkan
7) Mengontrol dan mengatur jalannya TAK
f. Co-Leader : Imam Hakam
1) Mendampingi dan membantu leader dalam mengatur jalannya
kegiatan
2) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
g. Observer : Hesinarida Marta
1) Mengamati dan menguasai jalannya proses kegiatan TAK dari
mulai persiapan hingga penutup
2) Mencatat prilaku respon klien selama kegiatan TAK berlangsung
3) Mengomentari hasil kegiatan TAK dari permulaan hingga penutup
h. Fasilitator : Wendi Kuncoro, Mya Bauryta, Wulan Budiarti, Risti
Rachmaningrum
1) Memotivasi peserta TAK dalam aktivitas kelompok
2) Menjadi contoh atau mencontohkan kegiatan terhadap anggota
peserta TAK selama kegiatan berlangsung
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing peserta selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
4. Metode dan media
a. Diskusi / tanya jawab
b. Bermain
c. Setting Tempat

: Observer

: Fasilitator

: Leader

: Co-Leader

: Klien
F. TATA TERTIB DAN PROGRAM ANTISIPASI
1. Tata Tertib Kegiatan
a. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapi
b. Lama kegiatan kurang lebih 30 menit
c. Setiap klien mengikuti kegitan dari awal sampai akhir
d. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok maka akan di gantikan
oleh klien lain yang kooperatif
2. Program Antisipasi
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
1) Panggil nama klien
2) Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien
yang telah dipilih
2) Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut
3) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.
G. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi
a. Salam Perkenalan
1) Salam terapeutik kepada klien
2) Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (
beri papan nama )
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien
( beri papan nama )
b. Penjelasan Tujuan dan Aturan Main
Terapi aktivitas bermain ini bertujuan untuk menggali kemampuan
klien dalam mengenal halusinasinya. Klien yang ikut serta dalam
kegiatan ini adalah klien dengan masalah keperawatan yang sama
yaitu 6 orang yang mengalami halusinasi. Sebelum klien diberikan
kesempatan untuk mengidentifikasi halusinasinya klien dimintai untuk
berkenalan dengan anggota tim, sehingga dapat menjalin interaksi
yang baik antara klien satu dengan klien yang lainnya. Setelah itu
klien akan mengoper pulpen pada teman yang lainnya yang diiringi
dengan musik, pada saat musik berhenti maka klien yang memegang
pulpen tersebut berkesempatan untuk dapat mengungkapkan
halusinasinya.
2. Kerja
a. Langkah-langkah Kegiatan
1) Leader membuka kegiatan
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berdoa dipimpin langsung oleh fasilitator
2) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam TAK
3) Terapis menjelaskan kegiatan dan aturan kegiatan TAK yang akan
dilaksanakan
4) Leader melakukan pengidentifikasian mengenai halusinasi yang
dirasakan klien
5) Setiap kali klien mampu mengungkapkan halusinasi yang
dirasakannya maka terapis memberikan pujian, dan memberikan
tepuk tangan.

3. Terminasi
a. Evaluasi respon subyektif klien
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Evaluasi respon obyektif klien
Terapis mengobservasi keaktifan klien dalam mengikuti TAK
c. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mempraktekkan cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi halusinasi
d. Kontrak yang akan datang
Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk mengevaluasi
kegiatan harian yang dibuat oleh klien diruangan.

H. EVALUASI
Halusinasi
Mengontrol
halusinasi
Situasi yang Respon
(menghardik
Nama Klien Jenis Isi Waktu Frekuensi menyebabkan terhadap
dan
halusinasi halusinasi
berbincang-
bincang)
Ikhsan
Kim Nen
Irwandi
Hendrik
Edi Hendro
Revaldi
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika


Aditama.
Maramis, F.W. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya : Airlangga
University Press
Purwaningsih, W & Karina. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Stuart, G.W. & Sundeen S.J. (1998). Principles and Practice Psychiatric Nursing.
5th ed. St. Louis Mosby Year Book
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai