Anda di halaman 1dari 10

Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi di Kabupaten

Ciamis

Etika Emaliyawati, Ayu Prawesti, Iyus Yosep, Kusman Ibrahim Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran Email: etika@unpad.ac.id

Abstrak
Jawa Barat merupakan wilayah rentan kejadian bencana. Kabupaten Ciamis merupakan daerah yang mempunyai
tingkat kerawanan cukup tinggi terhadap kejadian bencana alam tanah longsor dan banjir berdasarkan pemetaan
secara global 2012-2029. Namun demikian, penanganan bencana belum tertangani secara optimal. Penanganan
korban pada kondisi bencana belum tertangani dengan baik karena minimnya koordinasi, data layanan kesehatan
yang tidak memadai sehingga menyebabkan tidak tertanganinya korban akibat bencana. Penggunaan sistem
informasi dalam penanganan bencana sangat diperlukan khususnya untuk aspek layanan kesehatan. Tujuan
penelitian ini terbentuknya sistem informasi kesehatan khususnya dalam penanganan bencana di Kabupaten
Ciamis untuk memudahkan dalam koordinasi penanganan korban dimulai dari lokasi bencana, evakuasi dan
transportasi korban ke tempat layanan kesehatan yang sangat tergantung dari kondisi korban, sarana dan
prasarana fasilitas kesehatan, logistik yang dibutuhkan, jarak dan waktu tempuh ke tempat layanan kesehatan,
serta sumber daya manusia di tempat layanan kesehatan. Penelitian menggunakan metode riset terapan,
menggunakan sistem informasi geografis (SIG) dengan perangkat lunak arcgis. Hasil penelitian ini yaitu
terbentuknya prototipe sistem informasi kesehatan di Kabupaten Ciamis yang diberi nama “Sistem Informasi
Bencana Padjadjaran (SIMBARAN)” berisi elemen kesehatan yang diperlukan selama bencana meliputi layanan
kesehatan terdekat di sekitar kejadian, sumber daya manusia yang tersedia, saranan prasarana, penanggung jawab
program dan sistem rujukan sehingga memudahkan dalam koordinasi penanganan korban yang nantinya
diharapkan dapat menurunkan angka kematian korban akibat bencana ataupun kejadian kecelakaan lainnya.
Direkomendasikan agar setiap kabupaten di wilayah Jawa Barat memiliki model Sistem Informasi Bencana
karena wilayah Jawa Barat yang rentan terhadap kejadian bencana.
Kata kunci: Aspek kesehatan, mitigasi, sistem informasi, “simbaran”.

Disaster Mitigation Management use Information Technology in Ciamis

Abstract
West Java is one of region with susceptible disaster. Ciamis is an area that has a fairly high level of vulnerability to
natural disasters as landslides and floods based mapping globally from 2012 to 2029. However, disaster management
has not handled optimally. Handling of victims in the disaster condition is not handled properly due to lack of
coordination, health services data is inadequate, causing no casualties from the disaster Settlement. Using of
information systems in disaster management is indispensable, especially for health services aspects. The study purpose
is establishment of health information systems, especially in disaster management in Ciamis to facilitate the
coordination of the handling of victims starting from the disaster site, evacuation and transportation of victims to the
health service that is highly depend on the condition of the victim, facilities and infrastructure of health facilities,
logistics required, distance and time to the health service, and human resources in the health service. The research
method applied research, using a geographic information system (GIS) software ArcGIS. The results of this study is
the formation of a prototype health information system in Ciamis, named “Information System Disaster Padjadjaran
(SIMBARAN)” contains the elements necessary health during disasters include the nearest health service in the
vicinity of the incident, the human resources available, the proposition infrastructure, responsible program and a
referral system to facilitate the coordination of the handling of victims who might be expected to decrease the death
toll from the disaster or other accident scene. This study being recommended for each district in West Java has a
Disaster Information System model because West Java region that is susceptible to disaster events.
Keywords: Information systems, health aspects, mitigation, “simbaran”.

Volume 4 Nomor 1 April 2016 79


Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

Pendahuluan dapat dilakukan adalah upaya meningkatkan


mitigasi bencana di daerahnya.Mitigasi yang
Indonesia adalah negara yang rentan cepat dan tepat ketika terjadi bencana
terjadinya bencana, hal ini dikarenakan terbukti dapat meminimalkan korban akibat
kondisi geologi dimana perairan Indonesia bencana, baik korban jiwa, korban luka-luka
sepanjang pantai bagian barat Sumatera, maupun kerugian fisik dan material.
pantai selatan Jawa hingga perairan Nusa Salah satu teknologi dalam mitigasi
Tenggara, Papua dan Sulawesi terletak bencana untuk mengurangi korban jiwa
diantara lempeng-lempeng tektonik aktif ataupun luka-luka adalah dengan
diantaranya lempeng Eurasia, Indo Australia mengaktifkan teknologi informasi dengan
dan lempeng dasar Samudera Pasifik. melibatkan sumber daya layanan kesehatan,
Pergerakan lempeng-lempeng tektonik baik sumber daya manusianya, sarana dan
tersebut menyebabkan terbentuknya jalur prasarana yang tersedia, dan kemudahan
gempa bumi, rangkaian gunung api aktif serta dalam mengakses layanan kesehatan tersebut.
patahan patahan geologi yang merupakan zona Data dan informasi mengenai sarana dan
rawan bencana gempa bumi dan tanah longsor layanan kesehatan sangat dibutuhkan pada
(Haryadi P, 2007). Kabupaten Ciamis sebagai seluruh fase bencana, baik pada fase pra-
daerah yang mempunyai tingkat kerawanan bencana, tanggap darurat maupun paska-
cukup tinggi terhadap kejadian bencana alam bencana.Informasi tersebut dapat membantu
(tanah longsor/pergerakan tahan dan banjir) dalam pengambilan keputusan yang cepat dan
berdasarkan pemetaan secara global yang tepat pada saat penanganan korban bencana,
telah dikaji dalam revisi RTRW No. 2 tahun untuk menyelamatkan korban cedera maupun
2012-2029. Namun demikian, penanganan mengurangi korban jiwa.
bencana belum tertangani secara optimal. Atas Menurut Badan Nasional Penanggulangan
dasar hal tersebut perlu penataan daerah rawan Bencana (BNPB), informasi sarana kesehatan
bencana guna penyusunan rencana yang yang dibutuhkan terdiri dari: instansi/lembaga
terintegritas dari hulu sampai hilir dalam pengelola, sumber daya manusia (SDM),
penanganan daerah rawan bencana sehingga sarana prasarana, logistik, dan peralatan
dapat memberikan panduan/acuan kepada (Wibowo, 2011). Dalam manajemen mitigasi
Pemerintah Kabupaten Ciamis agar mampu bencana memerlukan kerjasama lintas sektoral
merencanakan penataan, memberikan arahan dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Profesi
pemanfaatan dan penentuan pola ruang untuk keperawatan merupakan profesi yang
kawasan-kawasan rawan bencana yang ada di anggotanya berjumlah besar, tersebar di
Kabupaten Ciamis (Badan Penanggulangan berbagai wilayah dari mulai perkotaan,
Bencana Daerah Kabupaten Ciamis, 2010) pedesaan dan dusun terpencil. Peran perawat
Penatalaksanaan penanganan korban ketika bencana yaitu sebagai agen
bencana saat ini belum tertangani secara pemberdayaan masyarakat dan atau pemberi
maksimal, dimana evakuasi korban bencana bantuan kesehatan langsung baik pada tahap
sangat sulit dilakukan dan seringkali pra–bencana, bencana dan pasca–bencana.
menimbulkan keterlambatan penanganan Perawat mempunyai kewajiban untuk
(Murni, T.W, 2010). Hal ini terjadi selain melakukan intially assessment korban
kondisi infrastruktur yang rusak juga bencana, mengidentifikasi kebutuhan korban,
koordinasi dengan tempat layanan kesehatan memberikan pertolongan dalam upaya life
terdekat masih sulit dilakukan, sumber daya saving, evakuasi korban sampai korban
manusia, dan fasilitas kesehatan yang tersedia mendapatkan penanganan
tidak terinformasikan secara jelas, sehingga perawatan/kesehatan yang tepat (Persatuan
penanganan korban menjadi terlambat. Perawat Nasional Indonesia,2012; Putra.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka 2011). Dalam evakuasi korban perawat perlu
masyarakat dan pemerintah daerah pun melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan,
seharusnya sudah menyadari dan mewaspadai, pemilihan layanan kesehatan hendaknya yang
dan siap siaga terhadap kemungkinan- sesuai dengan kemampuan dalam penanganan
kemungkinan buruk yang dapat terjadi akibat korban. Selama ini hal tersebut tidak
bencana di daerahnya. Salah satu upaya yang terinformasikan dan belum ada

80 Volume 4 Nomor 1 April 2016


Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

sistem informasi kesehatan terpadu dalam verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan
menghadapi kondisi bencana. data, perubahan dan pembaharuan data,
manajemen dan pertukaran data, manipulasi
data, pemanggilan dan presentasi data serta
Metode Penelitian analisa data (Bernhardsen, 2002; Cholid,
2009).
Metode penelitian yang digunakan adalah SIG bekerja dengan menggabungkan
riset terapan. Penelitian dilakukan di komponen-komponen kunci yang terdiri
wilayah Provinsi Jawa Barat khususnya dari: a. Perangkat Keras (hardware)
Kabupaten Ciamis. Kegiatan dimulai dengan Komponen perangkat keras (hardware)
pengumpulan data bersama dengan Badan dalam SIG dikelompokkan berdasarkan
Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas fungsinya, yaitu :
Kesehatan Kabupaten Ciamis, ruang lingkup 1. Peralatan pemasukan data, seperti
kegiatan meliputi sarana dan layanan digitizer, scanner, keyboard, Global
kesehatan di wilayah Kabupaten Ciamis Positioning System (GPS), dan lain-lain.
khususnya layanan kesehatan pemerintah 2. Peralatan penyimpan dan pengolahan
meliputi rumah sakit dan puskesmas- data, yaitu komputer dan perlengkapannya.
puskesmas yang tersebar di Kabupaten Peralatan untuk mencetak hasil, yaitu printer
Ciamis. dan plotter.
Pada penelitian ini dibuat sistem
informasi kesehatan terkait bencana yang b. Perangkat Lunak (Software)
diberi nama “Sistem Informasi Bencana Komponen perangkat lunak SIG mempunyai
Padjadjaran (SIMBARAN)”. Sistem ini tugas menyediakan fungsi-fungsi dan alat-
menggunakan sistem informasi geografis alat yang diperlukan untuk menyimpan,
atau biasa disingkat SIG merupakan salah menganalisis, dan memperagakan informasi
satu tools atau alat yang banyak digunakan geografis. Yang termasuk dalam komponen-
dalam proses pengelolaan informasi komponen software adalah:
kebumian. SIG sebagai sistem komputer 1. Alat untuk memasukkan & memanipulasi
yang digunakan untuk memanipulasi data informasi geografik
geografi. Sistem ini diimplementasikan 2. Data Base Management System (DBMS),
dengan perangkat keras dan perangkat lunak yaitu sebuah database untuk sistem
komputer yang berfungsi untuk akusisi dan pengelolaan informasi geografis.

Gambar 1 Alur Penelitian

Volume 4 Nomor 1 April 2016 81


Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

3.Alat untuk mendukung query, menganalis terintegrasi dengan data spasial yang ada.
dan memvisualisasikan informasi geografis. Contoh: nama desa atau kecamatan, jumlah
. GUI (Graphical User Interface) untuk penduduk dsb.
mempermudah pengaksesan kepada tools
yang ada dalam SIG. Sedangkan secara fundamental, SIG bekerja
dengan 2 tipe model data geografis, yaitu:
c. Data 1. Model Data Vektor
Pada dasarnya terdapat 2 jenis data utama Dalam model data vektor, informasi posisi
yang digunakan dalam SIG, antara lain: point, garis, dan polygon disimpan dalam
1. Data spasial bentuk koordinat x,y. Bentuk garis, seperti
Data Spasial merupakan gambaran nyata jalan dan sungai dideskripsikan sebagai
suatu wilayah yang terdapat di permukaan kumpulan daru koordinat-koordinat point.
bumi. Umumnya direpresentasikan berupa Bentuk polygon, seperti daerah penjualan
grafik, peta, gambar dengan format digital disimpan sebagai pengulangan koordinat
dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y yang tertutup.
(vektor) atau dalam bentuk image (raster)
yang memiliki nilai tertentu. 2. Model Data Raster
Contoh: Data batas administrasi wilayah, Data raster terdiri dari sekumpulan grid atau
data sebaran fasilitas umum, data ketinggian sel seperti peta hasil scanning maupun gambar
tempat dsb. atau image. Masing-masing grid memiliki
nilai tertentu yang bergantung pada bagaimana
2. Data Non Spasial image tersebut digambarkan.
Data Non Spasial atau sering disebut sebagai
atribut adalah data berbentuk tabel dimana d. Manusia
tabel tersebut berisi informasi-informasi yang Komponen manusia dalam SIG adalah
dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data sebagai pengguna (user), yaitu pelaksana
tersebut berbentuk data tabular yang saling yang bertanggungjawab dalam proses

Gambar 2 Komponen SIG


(sumber: http://faculty.ksu.edu.sa)

82
Volume 4 Nomor 1 April 2016
Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

pengumpulan, proses, analisis, dan publikasi suatu tempat dengan memanfaatkan sebuah
data geografis. Komponen manusia peta, yang dapat membantu mempercepat
merupakan inti elemen dari SIG karena pengambilan keputusan. User/pemakai dapat
manusia selain berperan sebagai pengguna melihat informasi dan mencari tempat yang
juga merupakan perencana dari SIG. diinginkannya. Aplikasi yang dibuat berfokus
Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada WebGIS Rumah Sakit/puskesmas di
pada sistem informasi lainnya, dari tingkat wilayah Ciamis, Jawa Barat. Web yang dibuat
spesialis teknis yang mendesain dan yaitu “Sistem Informasi Bencana Padjadjaran
mengelola sistem sampai pada pengguna (SIMBARAN)”.
yang menggunakan SIG untuk membantu
pekerjaannya sehari-hari.
Hasil Penelitian
e. Metode
SIG yang baik memiliki keserasian antara Hasil penelitian telah terbentuk sistem
rencana desain yang baik dan aturan dunia informasi bencana bersisi elemen kesehatan
nyata, dimana metode, model dan yang dapat dilihat dalam bentuk tabel dan
implementasi akan berbeda untuk setiap gambar disertai pembahasannya.
permasalahan. Diketahui dari tabel 1 potensi bencana
Untuk membangun SIG berbasis web terbesar di wilayah Kabupaten Ciamis adalah
perangkat lunak yang umum digunakan Longsor sebesar 29%. Berdasarkan tabel 2
adalah Mapserver dan PostgreSQL. diketahui kemampuan layanan kesehatan
WebGIS yang dibuat merupakan sebuah dalam penanganan korban bencana di wilayah
website yang memiliki fungsi utama sebagai kabupaten Ciamis sebagian besar hanya
Geographic Information System (GIS) yaitu mampu menangani korban bencana label hijau
sebuah sarana penyampaian informasi 84,21%.. Penanggung jawab program

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Potensi Bencana per Wilayah Puskesmas di Kabupaten Ciamis
Jenis Bencana Frekuensi %
Longsor 29 29
Gempa 22 22
Banjir 12 12
Puting Beliung 10 10
Wabah 12 12
KLL 15 15

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tipe Layanan Kesehatan (label triage) di Kabupaten Ciamis
Layanan Kesehatan Frekuensi %
Merah 1 2,63
Kuning 5 13,16
Hijau 32 84,21

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sumber Daya Manusia (penanggung jawab) Program Bencana Di Kabupaten
Ciamis
Penanggung Jawab Program Frekuensi %
Dokter 2 5,40
Perawat 27 72,97
Surveilans 7 18,92
Ka. TU 1 2,7

Volume 4 Nomor 1 April 2016 83


Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

Tabel 4 Distribusi frekuensi Sumber Daya Manusia (penanggung jawab) Program Bencana Tersertifikasi Di
Kabupaten Ciamis
Penanggung Jawab Program Frekuensi %
Tersertifikasi 18 48,65
Tidak Tersertifikasi 19 51,35

Gambar 3 Tampilan Pengguna Web Simbaran

bencana di masing-masing Puskesmas di akses melalui Sistem Informasi Bencana


kabupaten Ciamis terbanyak dipegang oleh Padjadjaran “SIMBARAN” yang telah ter
perawat 72,97% (tabel 3). Berdasarkan tabel link dengan web Fakultas Keperawatan
4 diketahui penanggung jawab program Universitas Padjadjaran, untuk tampilan web
bencana lebih dari setengahnya belum dapat dilihat sebagai berikut aplikasi SIG
pernah mendapatkan pelatihan kebencanaan mitigasi bencana di kabupaten Ciamis.
dan penanganan korban bencana. Sebaran data layanan kesehatan dapat di lihat
Data-data tersebut termasuk didalamnya google map dengan tampilan warna sesuai
termasuk data koordinat tempat layanan dengan kemampuan penanganan korban
kesehatan, jumlah ambulance, data logistik seperti terlihat dalam gambar berikut ini
yang kemudian diolah dalam sistem informasi Pada menu ini ditampilkan PETA
sehingga mudah dibaca dan disimpan dalam persebaran rumah sakit dan puskesmas di
sistem informasi kesehatan yang dapat di Kabupaten Ciamis. Titik-titik peta

84
Volume 4 Nomor 1 April 2016
Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

Gambar 4 Tampilan Sebaran Data Layanan Kesehatan

dibedakan warnanya berdasarkan jenis / tipe peta ke lokasi tertentu dari titik rumah sakit
layanan kesehatan. Pada halaman ini juga /puskesmas. Data sumber daya manusia yang
disediakan fitur pencarian dan filtering untuk terdapat di layanan kesehatan dan yang
mempermudah pencarian rumah sakit dan lainnya dapat langsung terlihat di web, hal ini
puskesmas di Kabupaten Ciamis. Jika suatu akan sangat memudahkan dalam pemberian
titik layanan kesehatan diklik, maka akan informasi kepada para pengambil keputusan
ditampilkan detil informasi terkait rumah sakit dalam hal ini BPBD dan Dinas Kesehatan
/ puskesmas tersebut. Detil informasi terdiri kabupaten Ciamis pada saat kondisi bencana.
dari SDM, Fasilitas, ketersediaan alat Karena dilengkapi dengan sistem SIG maka
kesehatan dan obat. Selain itu juga tersedia SIMBARAN ini juga dilengkapi dengan
fasilitas pencarian arah di dalam sistem rujukan sehingga korban dapat

Volume 4 Nomor 1 April 2016 85


Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

ditangani dengan tepat oleh orang yang tepat untuk resiko potensi bencana yang ada di tiap
sehingga diharapkan dapat menurunkan wilayah yang meliputi ruang lingkup daerah
tingkat kematian akibat bencana. binaan puskesmas belum terpapar mengenai
hal tersebut. Padahal tentunya dengan adanya
potensi bencana maka berarti berisiko juga
Pembahasan untuk adanya korban akibat hal tersebut dan
sektor kesehatan belumlah tergarap untuk
Kabupaten Ciamis sebagai salah satu menangani hal tersebut, sistem yang masih
kabupaten di Jawa Barat menduduki urutan ke sederhana, manual dan tidak mudah di akses
5 sebagai kabupaten yang memiliki resiko baik oleh pemangku kebijakan maupun oleh
rawan bencana setelah Kabupaten Garut, masyarakat bila bencana tersebut terjadi.
Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Resiko Kondisi alam yang rentan terjadinya
bencana yang paling tinggi adalah potensi bencana tentu memiliki resiko banyaknya
gerakan tanah tinggi yang dapat disertai banjir korban yang ditimbulkan akibat bencana.
bandang (http://www.bnpb.go.id). Hal ini Menurut Haryadi et al. (2007) paling tidak
sesuai dengan potensi bencana yang ada di terdapat empat faktor utama yang dapat
Kabupaten Ciamis tertinggi diduduki oleh menimbulkan bencana yang terjadi
potensi bencana longsor 29 %, diikuti oleh menimbulkan banyak korban serta kerugian
gempa 22%, dan kecelakaan lalu lintas 15% besar, antara lain 1) Kurangnya pemahaman
selain 3 terbesar potensi bencana di kabupaten terhadap karakteristik bahaya (hazards); 2)
Sikap atau perilaku yang mengakibatkan
Ciamis masih ada potensi bencana lain seperti
penurunan kualitas sumberdaya alam
puting beliung, banjir dan bencana wabah (vulnerability); 3) kurangnya informasi atau
yang tidak kurang bahayanya dan memerlukan peringatan dini (early warning) yang
penanganan yang terpadu. Sesuai yang menyebabkan ketidakpastian; dan 4)
diungkapkan oleh Sadisun (2008) bahwa perlu Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan
adanya pemahaman karakteristik bencana dari dalam menghadapi ancaman bahaya. Salah
masing-masing wilayah agar upaya mitigasi satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
dan penanganan tanggap darurat bencana mengurangi dampak bencana (mitigasi) adalah
dapat dilaksanakan secara optimal. dengan melibatkan berbagai multi disiplin
Hampir seluruh kecamatan di daerah ilmu dalam penanganan bencana, perawat
kabupaten Ciamis memiliki potensi longsor sebagai profesi kesehatan terbesar di
dari 27 kecamatan 25 kecamatan memiliki Indonesia yang tersebar mulai dari perkotaan
resiko potensi terjadinya longsor. Kejadian sampai dengan desa terpencil dapat berperan
bencana longsor di Kabupaten Ciamis sendiri aktif dalam penanganan bencana. Hal ini
pernah sampai dengan memakan korban 1 sesuai dengan yang diungkapkan oleh Vogt
orang meninggal dan 3 orang luka-luka dan Kulbok (2008) perawat komunitas sebagai
(kategori luka berat dan ringan). Kondisi agen terdekat dengan masyarakat dan yang
pergerakan tanah menengah tinggi ini akan paling berperan dalam penanganan bencana.
semakin beresiko dengan tingginya curah Hal ini tentu perlu dan harus dikembangakan
hujan di daerah tersebut. Kabupaten Ciamis dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
sebagai daerah yang mempunyai tingkat profesi keperawatan itu sendiri salah satunya
kerawanan cukup tinggi terhadap kejadian dengan berperan aktif dalam Himpunan
bencana alam (tanah longsor/pergerakan tahan Perawat Gawat Darurat Bencana Indonesia
dan banjir) berdasarkan pemetaan secara (HIPGABI). Selama ini berbagai ikatan terkait
global yang telah dikaji dalam revisi RT/RW kebencanaan telah ada tetapi aspek kesehatan
No. 2 tahun 2012–2029. Namun demikian, belum banyak tersentuh seperti hasil seminar
penanganan bencana belum tertangani secara dalam Ikatan Ahli Bencana Indonesia
optimal ((BPBD, 2010). Saat ini pemetaan menyebutkan bahwa teknologi yang
bencana di kabupaten ciamis sendiri telah ada berkembang dalam kebencanaan belum
di Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyentuh aspek kemanusiaan sehingga
Kabupaten Ciamis, tetapi SIMBARAN merupakan salah teknologi tepat

86
Volume 4 Nomor 1 April 2016
Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

guna yang digunakan untuk meminimalkan gawat darurat (99%).


dampak korban bencana untuk mengurangi Untuk penanggungjawab program
angka morbiditas dan mortalitas. bencana sebagian besar dipegang oleh
Masalah kesehatan yang mungkin muncul perawat (72,97%), surveilans (18,92%),
dari bencana sangat tergantung dari jenis Ka.TU (2,7%) dan dokter (5,4%).
bencana yang terjadi, bila bencana longsor Sedangkan untuk penanganan kasus gawat
yang terjadi maka masalah kesehatan yang darurat dibutuhkan kompetensi dan
terjadi adalah kasus meninggal karena kemampuan dalam menangani kasus-kasus
tertimbun reruntuhan dan kasus luka-luka gawat darurat padahal dari hasil penelitian
serta Crush Injury. Kondisi bencana didapatkan bahwa lebih dari setengah
alam seperti puting beliung pun dapat (51,35%) penanggung jawab program
menimbulkan korban baik karena luka-luka bencana tidak tersertifikasi untuk menangani
fisik (trauma) maupun secara psikologis kasus-kasus gawat darurat.
karena stres psikologis, histeria. Bencana Ketika layanan kesehatan dimana di
gempa untuk permasalahan yang muncul wilayahya memiliki potensi bencana sudah
adalah sebagian besar kasus trauma, bahkan seharusnya fasilitas, sarana, dan prasarana
dapat muncul korban kebakaran karena dilengkapi alat-alat emergency dan
kebakaran merupakan bencana sekunder penanggung jawab program serta tenaga
pasca gempa. Untuk kasus trauma terbanyak kesehatan lainnya memiliki kompetensi dan
multiple trauma terutama trauma tumpul, kemampuan yang memadai untuk penanganan
patah tulang dan perdarahan. Selain itu kasus-kasus gawat darurat. Bahkan tidak
respiratory distres (gagal nafas) dan poisoning seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten
(keracunan). Kondisi bencana banjir Ciamis memiliki fasilitas ambulance. Sarana-
masalah kesehatan yang mungkin adalah prasarana kit emergency seperti collar neck,
meninggal akibat tenggelam, hypothermia, spalk, oropharingeal bahkan tidak ada di
trauma dan penyakit menular akibat water mayoritas layanan kesehatan puskesmas.
born disease, dan permasalahan pengungsi Padahal ketika bencana terjadi, Puskesmas
seperti penampungan, makanan, kesehatan, sebagai layanan kesehatan primer akan dituju
air bersih, penerangan/listrik dan lain-lain. masyarakat untuk menangani kasus-kasus
Lembaga pengelola layanan kesehatan gawat darurat baik karena kecelakaan maupun
terdekat dengan area bencana, sumber sarana dikarenakan oleh bencana sedangkan fasilitas
dan prasarana layanan kesehatan terdekat tidak memadai maka hal ini akan menjadikan
dengan area bencana, sumber daya manusia penanganan korban menjadi lebih lama.
layanan kesehatan dan kebutuhan logistik Penanganan korban yang tidak segera
serta peralatan yang dibutuhkan sesuai dilakukan dapat menimbulkan berbagai
karakteristik bencana di tiap daerah, hal masalah seperti meningkatnya resiko
ini sangat berhubungan erat. Bencana dan kecacatan, komplikasi bahkan resiko
masalah kesehatan yang muncul di Kabupaten kematian.
Ciamis adalah kondisi trauma seperti multiple Adanya SIMBARAN ini diharapkan
trauma, patah tulang, korban meninggal, penanganan korban menjadi lebih cepat,
hypothermia, crush injury dan lain-lain. terkoordinasi dengan baik. Untuk SIMBARAN
Kabupaten Ciamis memiliki 27 Kecamatan sendiri berisi fitur profil, peta rawan bencana,
dengan instansi layanan kesehatan terdiri dari layanan kesehatan, peta layanan kesehatan yang
1 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan 37 berada wilayah kabupaten Ciamis. Untuk profil
Puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan. berisi prakata, deskripsi wilayah kabupaten
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Ciamis, Peta wilayah kabupaten ciamis, dan
kemampuan layanan kesehatan di Kabupaten resiko bencana di Kabupaten Ciamis. Untuk
Ciamis hanya RSUD (1%) yang mampu tampilan peta rawan bencana menampilkan peta
menangani kasus-kasus kondisi gawat darurat rawan bencana banjir, peta rawan bencana
(merah), sedangkan seluruh puskesmas tidak gempa, peta rawan bencana pergerakan tanah,
mempunyai fasilitas-fasilitas penanganan peta potensi rawan tsunami. Untuk layanan
untuk korban kondisi kesehatan meliputi 1 Rumah

Volume 4 Nomor 1 April 2016 87


Etika Emaliyawati: Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi

Sakit Umum Daerah dan 37 Pusat Kesehatan Kebencanaan.


Masyarakat (Puskesmas). Dalam fitur layanan
kesehatan terdapat data sumber daya manusia Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
di bidang kesehatan meliputi dr spesialis, dr (2010-2015). Rencana Penanggulangan
umum, jumlah perawat, dan tenaga yang Bencana Daerah Kabupaten Ciamis.
tersertifikasi untuk penanganan kasus-kasus
gawat darurat dan kritis. Fasilitas layanan Bernhardsen, T. (2002). Gerograhic
kesehatan memuat data Bed Occupational Information Systems: An Introduction. (3rd
Rate (BOR). Alat kesehatan dan obat-obatan Edition). John Wiley & Sons Ltd. Canada.
emergency, peta lokasi dan label triage untuk
kemampuan fasilitas layanan kesehatan dalam Cholid, S. (2009). Sistem Informasi
menangani kasus-kasus gawat darurat. Geografis: Suatu Pengantar. Staf Akademik
Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP
UI. Bogor.
Simpulan
Haryadi, P., Ratag, M. A., Karnawati, D.,
Sistem informasi bencana terkait aspek Rizal, S., Surono, & Sutardi. (2007).
kesehatan telah tersedia dengan nama Sistem Pengenalan karakteristik bencana dan upaya
Informasi Bencana Padjadjaran mitigasinya di Indonesia. Dalam Triutomo,
“SIMBARAN” yang menggunakan sistem S., Widjaya, W., & Amri, M. R. (Eds.).
informasi geopraphic yang di dalamnya berisi Murni, T. W. (2010). Natural Disaster
kontent informasi kesehatan untuk (Bencana Alam).S2 Program Studi
penanganan kondisi bencana. Informasi ini Keperawatan Universitas Padjadjaran.
dapat digunakan sebagai informasi dasar
untuk mengambil keputusan dalam Sadisun, I. A. (2008). Pemahaman
manajemen penanganan bencana, terutama Karakteristik Bencana : Aspek Fundamental
berkaitan dengan sistem rujukkan. Data yang dalam Upaya Mitigasi dan Penanganan
ada di dalam sistem sudah memadai dalam Tanggap Darurat Bencana Journal, 1-11.
menghadapi kondisi bencana terutama pada Retrieved from http://www.sadisun.enggeol.
fase akut. Sistem Informasi Bencana org/pdf/2008 _Paper_Gladian_Panji_
Padjadjaran “SIMBARAN” ini tidak dapat Bencana.pdf.
berdiri sendiri harus dikembangkan dengan
bekerjasama bersama-sama dengan Badan PPNI.(2012). Peran Perawat dalam Bencana.
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Retrieved 30/7/2012, 2012, from http://
Badan Penanggulangan Bencana Daerah ppnikabpekalongan.blogspot.com/2012/01/
(BPBD), Badan Koordinasi Survey dan peran-perawat-dalam-penanganan-bencana.
Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) dan html.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN). Putra, A., Petpichetchian, W., & Maneewat, K.
Direkomendasikan agar setiap kabupaten di (2011). Review: Public Health Nurses' Roles and
wilayah Jawa Barat memiliki Sistem Competencies in Disaster Management. Nurse
Informasi Bencana karena wilayah Jawa Barat Media Journal of Nursing, 1(1), 1–14. UNFPA.
yang rentan terhadap kejadian bencana. (2010). Guidelines on Data Issues in
Humanitarian Crisis Situations.
Daftar Pustaka Vogt,& Kulbok. (2008). Care of Client in
Disaster Settings Community Health
Badan Penanggulangan Nasional Bencana, Nursing: Advocacy for Population Health (5
(2011). Peraturan Kepala Badan Nasional th ed., Vol. 2). New Jersey: Pearson Prentice
Penanggulangan Bencana Nomor 8 tahun Hall.
2011 tentang Standarisasi Data

88
Volume 4 Nomor 1 April 2016

Anda mungkin juga menyukai