Anda di halaman 1dari 12

A.

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK

A. Konsep Penyakit Stroke

1. Definisi
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 2015 dalam Ode, 2012).
Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(brunner dan Suddarth, 2002 dalam Aspiani, 2014).
Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progrsif
cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam
atau labih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran otak non traumatic (Mansjoer, 2000
dalam Aspiani, 2014).

1. Klasifikasi
Klasifikasi stroke menurut Aspiani (2014) dibagi menjadi dua yaitu :
a. Stroke Non Hemoragi
Jenis stroke ini disebabkan oleh trombosit akibat plak aterosklerosis
dari arteri atau yang memberi vaskularisasi pada otak atau suatu
embolus dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri
otak. Jenis stroke ini merupakan stroke yang tersering didapatkan
sekitar 80% dai semua stroke.
b. Stroke Hemoragi
Sekitar 20% dari semua stroke diakibatkan pecahnya mikroaneurisma
dari charcot atau crible diotak. Tergantung dari tempat terjadinya
dibedakan antara perdarahan intra serebral subdural dan sub
arachnoid.

1
2. Manifestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung
pada lokasi lesi, ukuran urea yang fungsinya tidak adekuat, dan jumlah
aliran darah kolateral.
a. Kelihangan motorik : hemiplegia karena pada sesi otak yang
berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh
b. Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuasn untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)
c. Gangguan persepsi : disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan
visual-spasial, kehilangan sensori
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek fsikologis
e. Disfungsi kandung kemih (Aspiani, 2014).
3. Patofisiologi
a. Stroke hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus
gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi
diluar durameter, dibawah durameter, diruang subarachnoid atau
didalam substansi otak. Hemorogi ekstradural adalah kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robkan arteri dengan arteri
meningea lain.
Hemorogi subdural dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa
klien mungkin mengalami hemoragi subdural kronil tanpa
menunjukkan tanda dan gejala. Hemorogi subarachnoid dapat terjadi
sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering
adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi
arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi
tempat aneurisma.
Hemoragi intraserebral paling umum pada kelayan dengan hipertensi
adalah aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena
penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Pada
orang yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral
disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan

2
trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya
tumor otak dan penggunaan medikasi.
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi trauma sekitar basal genglia.
Banyak awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi
membesar, makin jelas defiit neurologik yang terjadi dalam bentuk
penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Klien denga
perdarahan luas dan hemorogi mengalami penurunan kesadaran dan
abnormalitas pada tanda vital.
b. Stroke non hemoragic
Pada stroke tremobotik, okulasi disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang
makin lama menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.
Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemi yang akan berlanjut
menjadi infark. Dalam waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami
edema dan lama kelamaan akan menjadi nekrosis. Lokasi yang peling
tersering pada stroke trombosis adalah percabangan arteri carotis besar
dan arteri vertebra yang berhubungan dengan arteri basiler. Onset
stroke trombotik biasanya berjalan lambat.
Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari
bagian tibuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak
dipembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah
percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis dibagian
tengah. Dengan adanya sumbatan oleh emboli akan menyebabkan
iskemia (Aspiani, 2014).

3
4. Pathway

4
5. Faktor Resiko
Menurut Harsono (1999) dalam Aspiani (2014) membagi faktor
resiko yang dapat ditemui pada klien dengan strok yaitu :
a. Faktor resiko utama
1) Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan penyempitan maupun pecahnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit
maka aliran darah ke otak akan mengganggu dan sel-sel otak akan
mengalami kematian.
2) Diabetes melitus
DM mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar, akan menyempitkan pembuluh darah ke otak, dan
akan mengganggu kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya
akan menyebabkan kematian sel-sel otak.
3) Penyakit jantung
Beberapa penyakit jantung berpotensi menimbulkan stroke.
Penyakit jantung koroner dengan infark obat jantung dan
gangguan irama jantung melepaskan sel-sel/jaringan yang telah
mai ke aliran darah.
4) TIA (Trasistent Ischemic Attack)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalam 24 jam/terjadi berkali-kali
dalam seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka
kemungkinan mengalami stroke semakin besar.
b. Faktor resiko tambahan
1) Kadar lemak darah tinggi, termasuk Kolesterol.
Meningkatnya kadar kolesterol merupakan faktor penting untuk
terjadinya aterosklerosis yang diikuti penurunan elastisitas
pembuluh darah.
2) Kegemukan atau obesitas
3) Merokok, dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang
akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh
darah dan peningkatan kekentalan darah.
4) Riwayat keluarga dengan stroke
5) Lanjut usia, penyakit darah tertentu seperti polisitemua
dapat menghambat kelancaan aliran darah ke otak dan leukimia
kandar darah dapat menyebabkan terjadinya perdarah otak.

5
6. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Aspiani (2014) sebagai berikut :
a. Komplikasi akut pada stroke
1) Kenaikan tekanan darah
Keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi dalam
upaya mengejar pasukan darah ditempat lesi
2) Kadar gula darah
Penderita stroke seringkali merupakan penderita DM, sehingga
kasar gula darah pasca stroke tinggi
3) Gangguan jantung
Baik sebagai penyebab maupin sebagai komplikasi
4) Gangguan respirasi
Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan dipusat nafas
b. Komplikasi kronis pada stroke
1) Akibat baring ditempat tidur lama, bisa terjadi pneumonial,
dekubitus, inkontenensia dan lain-lain
2) Rekurensi stroke : stroke berulang
3) Gangguan sosial ekonomi :
4) Gangguan psikologik :
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa stroke adalah :
a. Angiografi
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur
b. CT Scan
CT scan dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta
lambat di daerah yang mengalami gangguan.
c. EEG
Dapat menunjukkan lokasi pedarahan, gelombang delta lebih lambat
di daerah yang mengalami gangguan
d. Fungsi Lumbal
e. Menunjukkan adanya tekanan normal
Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya perdarahan
f. MRI
Menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragik
g. Ultrasonografi
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

6
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan stroke pada lansia menurut Aspiani (2014) sebagai
berikut :
a. Stroke iskemik / stroke non hemoragik
1) Membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang
berlangsung (3-6 jam pertama)
2) Mencegah perburukan neurologis yang berhubungan
dengan stroke yang masih berkembang
3) Tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh
cepat-cepat diturunkan
4) Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada klien
dengan tanda klinis atau radiologis
5) Pertimbangkan konsul bedah saraf untuk dekompresi
dengan infark sebelum yang luas
6) Pertimbangkan pemeriksaan darah
b. Stroke hemoragik
1) Kendalikan hipertensi
2) Pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila perdarahan
serebelum diameter lebih dari 3 cm
3) Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma
4) Singkirkan kemungkinan koagulopati
5) Berikan monitol 20% untuk klien dengan koma dalam atu
tanda-tanda tekanan intrakranial yang meninggi
6) Pertimbangkan fenitoin
7) Perdarahan intraserebral
a) Obati penyebab
b) Turunkan tekanan intrkranial yang meninggi
c) Berikan neuroprotektor
8) Pertimbangkan terapi hipervolemik
9) Perdarahan subarakhnoid
a) Nimodipin dapat diberikan untuk mencegah vasospasme
pada perdarahan subarakhnoid primer akut
b)Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan
subarakhnoid stadium I dan II akibat pecahnya aneurisma
sakular berry (celipping).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian primer

7
b. Pengkajian sekunder

8
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa NANDA NIC-NOC dalam Nurarif & Kusuma (2015) :
a. Gangguan menelan b/d penurunan fungsi vagus atau hilangnya
refluks muntah
b. Hambatan komunikasi verbal b/d penurunan fungsi otot facial/oral
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d penurunan aliran
darah ke otak (aterosklerosis,embolisme)
10. Intervensi
Rencana Tindakan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan (Stroke) menurut NANDA NIC NOC sebagai berikut :
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
1. Gangguan Setelah dilakukan a. Pantau tingkat
menelan b/d tindakan kesadaran, refleks
penurunan keperawatan selama batuk, refleks
fungsi vagus 3x24 jam diharapkan muntah, dan
atau hilangnya masalah teratasi kemampuan menelan
refluks muntah dengan KH : b. Monitor status
a. Dapat paru/pertahankan
mempertahankan jalan napas
makanan dalam c. Posisikan tegak 900
d. Hindari makan jika
mulut
b. Kemampuan residu tinggi
e. Hindari cairan atau
menelan adekuat
c. Kemampuan menggunakan zat
mengontrol mual pengental
f. Periksa penempatan
dan muntah
d. Kondisi NGT sebelum
pernafasan memberi makan
adekuat
e. Dapat
mentoleransi
ingesti makanan
tanpa tersedak atau

9
aspirasi
2. Hambatan Setelah dilakukan a. Beri satu kalimat
komunikasi tindakan simpel setiap
verbal b/d keperawatan selama bertemu, jika
penurunan 3x24 jam diharapkan diperlukan
fungsi otot masalah teratasi b. Konsultasikan
facial/oral dengan KH : dengan dokter
a. Mampu kebutuhan terapi
mengontrol respon wicara
ketakutan dan c. Dengarkan
kecemasan dengan penuh
terhadap perhatian
ketidakmampuan d. Anjurkan
berbicara kunjungan keluarga
b. Mampu secara teratur untuk
mengkomunikasik memberi stimulus
an kebutuhan komunikasi
dalam lingkungan e. Anjurkan
sosial ekspresi diri dengan
c. Komunikasi cara lain dalam
: penerimaan, menyampaikan
interpretasi dan informasi (bahasa
ekspresi pesan isyarat)
lisan, tulisandan f. Dorong pasien
non verbal untuk berkomunikasi
meningkat secara perlahan dan
untuk mengulangi
permintaan
3. Resiko Setelah dilakukan a. Monitor adanya
ketidakefektifan tindakan daerah tertentu yang
perfusi jaringan keperawatan selama hanya peka terhadap
otak b/d 3x24 jam panas/dingin/tajam/tu
penurunan diharapkan masalah mpul
aliran darah ke teratasi dengan KH : b. Monitor adanya
otak a. Tekanan parestese
(aterosklerosis,e sistol dan diastol c. Monitor
mbolisme) dalam rentang kemampuan BAB
yang diharapkan d. Diskusikan
b. Berkomunik mengenai perubahan
asi dengan jelas sensasi
sesuai e. Monitor adanya
kemampuan tromboplebitis
c. Memproses
informasi
d. Menunjukan

10
fungsi sensori
motorik kranial
yang utuh :
tingkat kesdaran
membaik, tidak
ada gerakan-
gerakan
involunter

11. Implementasi
Melaksanakan tindakan yang telah rencanakan.

12. Evaluasi
a. Diagnosa keperawatan : gangguan menelan
1) Dapat mempertahankan makanan dalam mulut
2) Kemampuan menelan adekuat
3) Kemampuan mengontrol mual dan muntah
4) Kondisi pernafasan adekuat
b. Diagnosa keperawatan : hambatan komunikasi verbal
1) Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan
terhadap ketidakmampuan berbicara
2) Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dalam lingkungan
sosial
3) Komunikasi : penerimaan, interpretasi dan ekspresi pesan
lisan, tulisandan non verbal meningkat
c. Diagnosa keperawatan : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak
1) Tekanan sistol dan diastol dalam rentang yang diharapkan
2) Berkomunikasi dengan jelas sesuai kemampuan
3) Memproses informasi
4) Menunjukan fungsi sensori motorik kranial yang utuh :
tingkat kesdaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter
1.

2.

3.

11
4. DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi


Nanda, NIC dan NOC Jilid 1. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC NOC Ed Revisi Jilid 3. Jogjakarta :
Mediaction
Ode, Sharif. L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berdasarkan Nanda, NIC
dan NOC Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yohyakarta :
Nuhamedika.
Price, W. (2006). Patofisiologi Volume 2 : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC

12

Anda mungkin juga menyukai